Anda di halaman 1dari 16

Nyeri di Bahu

Agna Muhammad Fauzi Dewi Intan Permata Sari


Dita Yunita Permanahati Feisal Reinardy
Linda Munjiah M. Fakhri
Ridwan Santoso Sany Nur Fitriani
Siti Romlatul Janah Sofi Saeful Mu'min
Stefan Wibin Crisnawan Taufik Yusuf
Ruptur Rotator Cuff :
• RUPTUR ROTATOR CUFF cenderung mengenai penderita
diatas 50 tahun. Hampir selalu tendon supraspinatus
merupakan tempat terjadinya ruptur akibat degenerasi pada
tendon yang dulu telah berlangsung kronik.

• Dapat ditemukan riwayat trauma, Adanya ruptur dapat


disertai rasa nyeri yang sangat.
• Ruptur partial dijumpai dan disertai keluhan painful
arch. Bila ruptur komplit akan ada kelemahan tidak dapat
abduksi secara aktif. gerakan pasif tidak menimbulkan nyeri
serta tidak terdapat pembatasan LGS.
• Test moseley / drop arm sign ( tes lengan jatuh ) positif.
Pada ruptur rotator cuff, umumnya pasien masih mampu
megabduksikan bahu sampai 90°. Tetapi jika pasien disuruh
mengabduksikan lengannya lebih lanjut atau abduksi
melawan tahanan, maka lengannya akan jatuh
Drop Arm test

Test ini bertujuan untuk memeriksa ruptur tendon rotator cuff. Posisi pasien
berdiri atau duduk, abduksikan secara pasif 90 derajat dengan elbow
ekstensi. Perintahkan pasien untuk menurunkan lengan dengan perlahan.
Positif bila ada nyeri atau tidak bisa melakukan dengan perlahan atau lengan
jatuh.
BURSITIS SUBACROMION
(BURSITIS SUB DELTOIDEUS )
Faktor yang dapat menyebabkan bursitis acromion :
• adanya tendinisis
• lesi yang ada didekatnya
• akibat trauma langsung setempat.

RO foto biasanya normal, pada kasus yang jarang, dapat tampak


adanya deposit kalsium didalam atau dipermukaan tendon. Dapat
juga timbul pada rhematoid arthritis atau akibat infeksi dan dapat
pula tanpa sebab yang jelas.
• Peranan adanya deposit kalsium pada tendon sebagai penyebab
rasa nyeri diragukan oleh beberapa ahli, tetapi ahli lain percaya
bahwa deposit kristal hydroxyapatite pada tempat cedera dapat
bertindak sebagai iritant setempat dan dapat menerobos masuk
ke dalam bursa
• yang selanjutnya menimbulkan reaksi peradangan dan rasa
nyeri
• Rasa nyeri pada umumnya mulai timbul bila lengan mendekat
abduksi 90° (45°-125°).
• Rasa nyeri dirasakan pada insersio m.deltoideus pada
tuberositas majus humeri, tetapi rasa nyeri disini bersifat nyeri
rujukan, karena pada penekanan daerah tersebut tidak
membangkitkan rasa nyeri.
TENDINITIS BICIPITALIS
• tendon dari BCL berada di membran synovial
sendi bahu yang membentang di sulcus pada
permukaan anterior humeri.
• Trauma langsung ringan atau trauma langsung
berat terutama saat lengan adduksi dan tangan
supinasi,strain yang berulang, Jatuh pada bahu
atau siku fleksi akan mendorong humerus kearah
cranial melawan acromion dapat mencetuskan
kelainan ini.
• nyeri tekan juga terasa pada anterior caput
humerii
• nyeri diperburuk jika melakukan gerak aktif
supinasi dengan siku fleksi melawan tahanan
• Pada pemeriksaan dapat ditemukan yergason’s
sign positif. Jika pasien mempleksikan siku
• dan tangan lainnya menahan gerakan adduksi
aktif oleh pasien
Yergason’s Test (Biceps)
Tes ini bertujuan untuk memeriksa patologi pada tendon BCL. Posisi pasien berdiri, FT berada disamping pasien. Pegang
lengan bawah pasien, fleksikan 90 derajat kemudian lakukan isometrik external rotasi dan fleksi elbow secara bersamaan.
Palpasi di tendon BCL pada sulcus bicipitalis. Positif jika tendon lepas dari perlekatannya. (figure 8.100 a dan 8.100 b).
SHOULDER HAND SYNDROME
( STEINBROCKER )
Gangguan ini disebabkan gangguan saraf otonom. Dapat timbul
pada penderita dengan berbagai derajat frozen shoulder, selain
itu juga dapat timbul setelah seseorang mengalami stroke, herpes
zoster, infark miokard, rheumatoid arthritis, cedera atau luka
bakar pada bahu atau tangan.

• Mula mula bahu terasa nyeri, setelah


rasa nyeri berkurang akan timbul rasa
kaku serta susah digerakkan dan
seperti terbakar. Tangan dan jari jari
tampak bengkak dan nyeri. Timbul
perubahan vasasomotor pada tangan
dan jari jari tangan, kulit menjadi
basah , dingin, mengkilat, dan
hyperaesthetik.
Ada 3 stadium pada perkembangannya :
Stadium 1 :
Bahu terasa nyeri seperti terbakar; tangan dan jari jari tangan makin
bengkak.

Stadium 2 :
Nyeri bahu berkurang, kekakuan bertambah, pembengkakan pada tangan
dan jari-jari tangan berkurang, rasa nyeri meningkat, timbul perubahan
dystrophic.

Stadium 3 :
Bahu seperti beku, tidak ada rasa nyeri, tangan dan jari jari tangan sudah
tidak nyeri, timbul kekakuan, deformitas dan timbul perubahan dystrophic
yang mencolok.
Penyebab nyeri bahu lainnya :
a. Nyeri rujukan dari leher.
b. Arthritis / Osteoarthritis acromioclavicularis.
c. Bronchogenic carcinoma, pleuritis basalis, aneurysma aortae,
pericarditis, dapat menimbulkan nyeri bahu
d. Penyakit hepar, kandung empedu dan pancreas, dapat
menimbulkan nyeri rujukan di bahu kanan.
e. Tumor ganas mamae dan prostat, sering metastasis ke tulang
tulang bahu.
f. Rheumatoid arthritis polymyalgia, arthropati inflamatorik pada
sendi glenohumerale.
g. Bila keluhan nyeri bahu terjadi pada usia lebih muda, sering
berhubungan dengan cedera olahraga.
DIAGNOSIS BANDING BEBERAPA LESI YANG SERING
DITEMUKAN DI BAHU
kelainan Painful arc Faktor yang meningkatkan
rasa nyeri
Tendinitis supraspinatus ada Abduksi melawan tahanan
Tendinitis supraspinatus ada Abduksi melawan tahanan
kalsifikasi
Ruptur partial rotator cuff ada Abduksi melawan tahanan
Drop arm sign
Tendinitis infraspinatus ada Exorotasi melawan tahan
Arthritis / osteoarthritis Ada, tetapi rasa nyeri mulai Palpasi setempat adduksi
acromioclavicular timbul setelah abduksi 90°, melawan tahanan
makin meningkat bila elevasi
dilanjutkan

Tendinitis subscapularis Tidak ada Endorotasi melawan tahanan


Tendinitis bicipitalis Tidak ada Fleksi dan supinasi siku
melawan tahanan palpasi pada
sulcus bicipitalis yergason’s sign
Ilustrasi penelitian di Indonesia
• Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh A.R. Nasution di
RSCM Jakarta pada Tahun 1990-1991,ditemukan frozen
shoulder dan periarthritis humeroscapularis:
- sisi yang terkena sebagian besar sisi yang
dominan, yaitu sebelah kanan. Tetapi dapat pula
mengenai kedua sisi.
- Sebagian besar tidak ditemukan adanya faktor
pencetus, hanya 4% yang di cetuskan oleh trauma dan
8% karena penggunaan yang berlebihan. Jarang sekali
di temukan bersama-sama kelainan lain.
Ringkasan ulasan pada penelitian
tersebut:
• Pola nyeri kebanyakan berkaitan dengan gerak. Lokasi nyeri
umumnya dirasakan setempat. Penjalaran nyeri pada periarthritis
humeroscapularis kebanyakan ke distal, sedangakan penjalaran
nyeri pada frozen shoulder ke distal dan dapat juga ke proximal
dan leher. Saat timbul nyeri pada periarthritis humeroscapularis
dapat tidak tertentu waktunya, dapat terus menerus maupun dapat
tertentu saja. Sedankan pada frozen shoulder sebagian besar
merasa nyeri terus menerus.
• Kaku pada pagi hari lebih banyak ditemukan pada frozen
shoulder.
• Gangguan jaringan lunak setempat atau periarthritis
humeroscapularis secara klinis dan patologi dapat dibedakan
dengan frozen shoulder tetapi faktor-faktor lain belum jelas
diketahui.
• Onset penyakit pada keduanya sebagian besar bertahap,
walaupun dapat pula terjadi tiba-tiba.
• Lama sakit frozen shoulder umunya lebih lama dibandingakan
periarthritis humeroscapularis.
• Keduanya menimbulkan nyeri bahu dengan insiden yang
hampir sama. Dapat mengenai semua usia, tetapi paling sering
ditemukan pada individu yang berusia di atas 40-60thn
terutama wanita, baik IRT maupun yang bekerja di kantor.
• Menurut Uhtoff dan Sarkar bahwa inflamasi kronis (tendinitis)
merupakan akibat adanya mikro trauma berulang.
• Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh A.R. Nasution di
RSCM Jakarta pda Januari 1991, bila dilakukan penilaian
terhadap kemampuan berpakaian ( Dressing ), membersihkan
diri (Toilet), menyisir (comb) dan makan (feeding), makan yang
paling bnyk terganggu berturut-turut adalah berpakaian,
membersihkan diri, menyisir, makan dan minum. Bila
dilakukan penilaian kelas fungsional (Steinbrdcker), maka 56%
frozen shoulder termasuk kelas 2, sedangka periarthritis
humeroscapularis 68,18% termasuk kelas 1. sehingga dalam
batas tertentu dalam memberi dapak negatif bagi penderita,
sekalipun akibat terhadap kehudupan sosial dan pekerja tidak
ditemukan.
Terapi :
• Untuk semua keadaan di atas, terapinya hampir mirip. Antara lain :
• Pada fase akut : lengan dapat diberi istirahat dalam sling untuk
beberapa hari
• Diberi suntikan lokal corticosterois
• Juga diberi obat obatan analgetika antiinflamatorik non steroid
• Fisioterapi :
1. Diberi kompres hangat untuk mengurangi spasme otot.
2. Bila keadaan mengizinkan dapat dilakukan latihan dengan cara
mengayunkan lengan ke depan dan kebelakang dalam sikap
lurus, yang perlahan lahan ditingkatkan intensitas maupun
durasinya disesuaikan dengan toleransi pasien dapat menahan
rasa nyeri.
3. Latihan “walking wall“. Pasien berdiri menghadap tembok,
kedua tangan kemudian pasien disuruh merambatkan tangannya
ke atas.

Anda mungkin juga menyukai