Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
cepat ditangani. Resisten terhadap herbisida pertama kali dilaporkan pada awal
tahun 1957 di Hawaii terhadap herbisida 2,4-D, dan laporan tentang resisten
(Santhakumar, 2002).
sudah ada sejak lama. Resistensi muncul telah ada setelah penemuan herbisida
bertahan hidup normal pada dosis herbisida yang biasanya mematikan populasi
(Purba, 2009).
untuk bertahan hidup dan berkembang meskipun pada dosis herbisida yang
umumnya mematikan spesies tersebut. Pada beberapa negara, biotip gulma yang
resisten herbisida terus mengganggu aktifitas para petani. Biotip adalah populasi
dengan spesies yang memiliki “karakteristik yang luar biasa” dari spesies pada
populasi merupakan suatu contoh terjadinya evolusi gulma yang sangat cepat
gulma yang resisten dapat bertahan pada aplikasi herbisida berdosis tinggi
evolusi dari resisten herbisida, pengendalian gulma yang tepat dapat digunakan
untuk meminimalisasi akibat dari gulma yang resisten terhadap herbisida dan
resisten herbisida adalah suatu daya tahan genetik dari populasi gulma yang
yang sama atau penggunaan herbisida yang memiliki mekanisme kerja yang sama
(WSSA) dan sesuai dengan definisi dari suatu survey tentang gulma resisten
kemampuan yang diturunkan suatu tumbuhan agar dapat bertahan hidup dan
bertahan terhadap suatu herbisida dan tetap hidup ketika herbisida tersebut
tumbuhan resisten dan sensitif pada spesies yang sama berulang kali dan diuji
secara ilmiah.
3. Resistensi telah terjadi secara turun-temurun. Pada beberapa kasus, para ahli
5. Merupakan suatu gulma dan telah diidentifikasi bukan hasil dari seleksi
dilihat dari perhitungan rasio resistensi (R/S) gulma resisten terhadap gulma
sensitif herbisida, yaitu nilai 1 atau 0 mengindikasikan tidak ada resistensi yang
terjadi (sensitif), 4-10 tergolong resisten sedang, dan >10 termasuk resisten
Pada tabel 1 dapat dilihat beberapa kasus resisten rumput belulang yang
Resistance)
yang rapat agak melebar dan rendah. Perakarannya tidak dalam tetapi lebat dan
terutama dengan biji, bijinya banyak dan kecil serta mudah terbawa (Nasution,
1983). Tumbuhan ini berbunga sepanjang tahun dan tiap tanamannya dapat
menghasilkan hingga 140.000 biji tiap musimnya (Lee dan Ngim, 2000).
Eleusine indica (L.) Gaertn., atau dikenal dengan nama rumput belulang
termasuk anggota famili Poaceae yang tergolong gulma yang cukup berpengaruh
negatif terhadap tanaman (ganas), biasanya terdapat di lahan jagung, karet, dan
kelapa sawit. Memiliki ciri-ciri yang paling mencolok, yaitu memiliki batang yang
mendatar, dapat tumbuh dengan panjang mencapai 0,7 meter. Di beberapa negara
telah dilaporkan bahwa terjadi peningkatan pada gulma ini yang resisten
yang resisten terhadap glifosat dan di Brazil terdapat biotip rumput belulang yang
tropis, sub tropis, dan beberapa wilayah di dunia termasuk Afrika, Asia, Asia
Tenggara, Australia, dan Amerika. Gulma ini dapat tumbuh dengan subur dengan
cahaya matahari penuh dan juga dapat tumbuh di lahan marginal. Batang, daun,
dan biji tumbuh mendatar di tanah yang berbentuk roset sehingga tidak dapat di
(Willcox, 2012).
tumbuh pada tanah lembab atau tidak terlalu kering dan terbuka atau sedikit
ternaungi. Berkembang biak dengan biji, karena biji yang banyak, ringan, dan
pada TBM- 1. Gulma ini juga di jumpai pada tanah kosong, di pinggir jalan, di
Ametrin
Rumus bangun :
pertama kali terdaftar sebagai pengendali gulma berdaun lebar pada kebun tebu di
tahun 1969, dan secara umum digunakan untuk mengendalikan gulma dilahan
jagung. Pada akhir-akhir ini penggunaan ametrin semakin luas, yaitu digunakan
untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dan gulma semusim pada kebun
air minum dan asosiasi dengan cacat lahir dan masalah menstruasi pada saat
Meskipun telah dilarang di Uni Eropa, herbisida ini masih banyak digunakan di
dunia. Senyawa ini paling banyak digunakan dalam sistem konservasi tanah,
Tanaman dapat menyerap atrazine melalui akar dan dapat juga melalui
daun. Pada saat diabsorbsi, senyawa ini berakumulasi dalam titik tumbuh dan
pada daun muda dari tanaman, menghambat fotosintesis tanaman yang rentan
terhadap herbisida ini dan pada tanaman yang resisten, senyawa ini dapat
tinggi dalam tanah dan dapat bertahan selama 1 tahun baik dalam keadaan kering
pecahnya air. Ternyata reaksi ini menimbulkan senyawa lain yang mematikan
klorosis dan nekrosis pada daun. Gejala yang lain adalah menurunnya fiksasi
CO2. Ametrin lebih banyak diserap oleh tanah dengan kandungan liat dan bahan
Ametrin lebih banyak diserap melalui daun dari pada lewat akar. Ametrin
yang diserap melalui akar akan ditranslokasikan ke jaringan tubuh gulma secara
proses fotosintesis dengan jalan menghambat transfer elektron hasil fotolisis air
Diuron
Rumus bangun :
Diuron adalah salah satu herbisida yang termasuk golongan urea. Diuron
pertama kali dikenalkan pada tahun 1966 di Amerika Serikat oleh E.I duPont de
pada tanaman keras dan lahan kosong, total penggunaan diuron di Amerika antara
fotosintesis, proses yang dilakukan oleh tanaman menggunakan cahaya, air, CO2
dari udara untuk membentuk glukosa dan selulosa, diuron menghambat transport
elektron yang merupakan titik penting dalam proses ini (Cox, 2003).
tidak berbau yang 93 % murni bubuk, titik didih antara 158-159oC dan relatif
beberapa rumput tahunan. Herbisida ini termasuk dalam golongan urea dan dapat
diabsorbsi melalui sistem perakaaran tanaman dan juga melalui daun dan batang.
Residu herbisida dalam tanah bersifat racun untuk tanaman. Senyawa ini
saluran irigasi dan pipa-pipa di areal industri. Diuron adalah penghambat yang
kuat pada fotosintesis II melalui reaksi Hill. Reaksi Hill melibatkan transfer
oleh klorofil a. Diuron menghambat transfer elektron dari air ke penerima elektron
Diuron lebih cepat diserap melalui akar tumbuhan dan dengan segera
simplastik. Ada dua hal yang menyebabkan diuron tetap berada di permukaan
tanah dalam waktu yang relatif agak lama yaitu : (1) tidak mudah larut dalam air
sehingga diuron mempunyai kemampuan untuk bertahan dari pencucian dan (2)
tingkat absorbsi yang tinggi oleh koloid tanah. Toksisitas diuron sangat tinggi
Parakuat
Rumus bangun :
yang bersifat kontak tak selektif dan dipergunakan secara purna tumbuh. Bahan
aaktif pada herbisida relatif stabil pada suhu, tekanan dan pH yang normal
sehingga memungkinan untuk tinggal lebih lama di dalam tanah. Bahan aktif ini
juga mudah larut dalam air sehingga memungkinkan untuk tercuci oleh air hujan
atau air irigasi sehingga dapat mencemari lingkungan atau sistem perairan
(Riadi, 2011).
Parakuat terikat kuat pada partikel tanah dan cenderung bertahan dalam
waktu yang lama dalam keadaan tidak aktif. Akan tetapi, ini dapat diserap
kembali dan menjadi aktif, keberadaannya dalam tanah dapat mencapai 20 tahun.
keluarnya air sehingga daun menjadi kering. Bahan ini juga dapat
(Watts, 2011).
menangkap cahaya sehingga tidak dapat memproduksi glukosa. Pada saat adanya
cahaya, tanaman hijau menghasilkan glukosa dari karbondioksida dari air. Energi
yang diperlukan dari karbon, hidrogen dan atom oksida untuk merombak kembali
dan membentuk gula. Untuk memenuhi kebutuhan energi, elektron yang dipinjam
klorofil dan digantikan oleh elektron yang dipisahkan dari air. Jika elektron
klorofil tidak digantikan, klorofil akan dihancurkan dan sistem produksi makanan
akan rusak. Tumbuhan secara perlahan akaan kelaparan dan mati karena
kekurangan energi. Gejala yang diperlihatkan adalah daun kuning kecoklatan dan
Herbisida bekerja dengan berbagai cara, jika kita mengerti mekanisme kerja
herbisida kita mengetahui apa saja yang disebabkan oleh letal dosis maupun sub
letal dosis. Mekanisme kerja antara herbisida sistemik dan kontak juga berbeda,
daun, batang, maupun akar. Dan herbisida yang tidak ditranslokasikan setelah
senyawa penting seperti, pati, asam lemak atau asam amino melalui kompetisi
kompetitor karena memiliki struktur yang mirip dan menjadi substrat yang
dikenali oleh enzim yang menjadi sasarannya. Cara kerja lain adalah dengan
tumbuh, pasca tumbuh, akan menentukan aapakah herbisida itu akan mengenai
akar, pucuk, atau daun tumbuhan. Istilah mode of action menunjukkan urutan
kelapa sawit. Gulma – gulma tersebut terdiri dari rumput, teki-tekian dan berdaun
lebar yang sering muncul secara bergantian tergantung pada tingkat pertumbuhan
Naungan yang tersedia karena tajuk kelapa sawit mempengaruhi komposisi gulma
Gulma yang resisten terhadap herbisida sangat umum terjadi di alam. Hal
ini juga terjadi pada pestisida lainnya, seperti serangga dan jamur resisten.
Resisten meningkat saat pestisida yang sama digunakan berulang kali pada satu
gulma yang resisten, antara lain 1) hadirnya biotip resisten diantara populasi
tanaman yang sama, di lahan yang sama, dan untuk gulma yang sama selama
dengan cara dikored atau dicangkul. Gulma diantara polybag dapat disemprot
dengan diuron 2,0-2,5 kg/ha. Pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), jika
(https://ocw.ipb.ac.id., 2014).
183 spesies gulma yang resisten. Manajemen resisten yang terbaik tentunya
pencegahan, menggunakan startegi yang efektif dari segi teknik dan ekonomi.
Pencegahan yang efektif adalah salah satu cara yang dapat mengurangi masalah
pencegahan atau manajemen resisten pada gulma termasuk rotasi herbisida, rotasi
memiliki tingkat resistensi rendah. Hal ini juga penting untuk mengenal
mekanisme kerja dan resistensi agar dapat memilih beberapa pilihan manajemen
sangat besar. Berdasarkan (Gorddard et al., 1995) hal tersebut, kita harus fokus
menunda gulma yang resisten terhadap herbisida agar tidak menjadi masalah
ekonomi, yaitu :
untuk berkembang.
resisten.