PEMBIDANGAN HUKUM
• Hukum tertulis dan tidak tertulis
• Hukum perdata dan hukum publik
KEWENANGAN
Kewenangan perawat: hak dan otonomi untuk melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan
kemampuan, tingkat pendidikan dan posisi di sarana kesehatan
PENYELENGGARAAN PRAKTIK
• Praktik keperawatan di laksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, tingkat
kedua, dan tingkat ketiga
• Ditujukan kepada: individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
• Kegiatan:
Pelaksanaan asuhan keperawatan
Pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan, dan pemberdayaan masyarakat
Pelaksanaan tindakan keperawatan komplemeter
PEMBERIAN OBAT-OBATAN
• Pasal 8 (7)
Perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan dapat memberikan obat bebas dan obar bebas
terbatas
TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab perawat: etik, disiplin, dan hukum
KODE ETIK
• Norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi di dalam melaksanakan
tugas profesinya dan di dalam hidupnya di masyarakat
KEWAJIBAN PERAWAT
• Menghormati hak pasien
• Melakukan rujukan
• Menyimpan rahasia sesuai ketentuan peraturan yang berlaku
• Memberikan informasi
• Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
• Melakukan pencatatan keperawatan
• Mematuhi standar
HAK PERAWAT
1. Perlindungan hukum
2. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur
3. Melaksanakan tugas sesuai kompetensi
4. Imbal jasa profesi
5. Kesempatan untuk mengembangkan diri
6. Memperoleh jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya
TUJUAN PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN
Pada hakekatnya setiap anggota profesi akontabel terhadap kinerjanya harus dapat mempertanggung
jawabkan pelayanan yang di berikan.
• Akuntabilitas membutuhkan evaluasi terhadap efektifitas kinerja yang di tampilkan seseorang sesai
tanggung jawabnya
• Untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, di perlukan alat ukur
yaitu standar ashan keperawatan
• Dewan pimpinan psat persatuan perawat nasional indonesia telah menyusun standar profesi
keperawatan berdasarkan SK No: 03IDPD/SK/I/96, yang terdiri dari;
1. Standar pelayanan keperawatan
2. Standar praktek keperawatan
3. Standar pendidikan keperawatan
4. Standar pndidikan keperawatan berkelanjutan
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Data yang lengkap, nyata dan tercatat yang bukan hanya tentang kesakitan pasien tapi jga jenis /tipe,
kwalitas dan kwantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Fisbach, 1991)
Merupakan bukti pelayanan keperawatan yang merekam setiap aspek yang terlibat dalam pemberian
pelayanan keperawatan baik aspek klien, perawat, dan tim kesehatan lain.
ASUMSI-ASUMSI DASAR
1. Kualitas dokumentasi di pengaruhi oleh pemahaman terhadap peran perawat dalam
dokumentasi
2. Pendidikan dan pengalaman perawat menentukan kualitas dan kelengkapan dokumentasi
3. Tersedia waktu yang cukup untuk dokumentasi
4. Sistem pendokumentasian harus sesuai dengan keinginan tuntut keperawatan dan harapan
institusi
5. Perlu adanya pedoman pendokmentasian untuk membantu staf menentukan apa, dimana,
bagaimana dan kapan pendokmentasian dilakukan
HAK-HAK PERAWAT
- Hak perlindungan wanita
- Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang di atur oleh hukum
- Hak mendapat upah yang layak
- Hak bekerja di lingkungan yang baik
- Hak terhadap pengembangan profesional
- Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan
B. KEWAJIBAN PERAWAT
Dalam melaksanakan praktik keperawatan perawat berkewajiaban untuk memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan standar profesi, standar praktek keperawatan, kode etik, dan SOP serta
kebutuhan klien atau pasien di mana standar profesi, standar praktek dan kode etik tersebut di
tetapkan oleh organisasi profesi dan merupakan pedoman yang harus diikuti oleh setiap tenaga
keperawatan.
KEWAJIBAN-KEWAJIBAN PERAWAT
• Wajib memiliki: SIP, SIK, SIPP
• Menghormati hak pasien
• Merujuk kasus yang tidak dapat di tangani
• Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan peraturan perundang-undangan
• Wajib memberikan informasi kepada pasien sesuai dengan kewenangan
• Meminta persetujuan setiap tindakan yang akan di lakukan perawat sesai dengan kondisi pasien
baik secara tertulis maupun lisan
• Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat sesuai peraturan dan SOP yang berlaku
• Memakai standar profesi dan kode etik perawat indonesia dalam melaksanakan praktik
• Meningkatkan pengetahuan berdasarkan IPTEK
• Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa sesuai dengan kewenangan
• Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajad kesehatan masyarakat
• Menaati semua peraturan perundang-undangan
• Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat maupun dengan anggota tim
kesehatan lainnnya
PENDAHULAN
Latar belakang
• Pelayanan keperawatan yang dilaksanakan oleh tenaga kerja perawat profesional, dalam
melaksanakan tugasnya dapat bekerja secara mandiri dan dapat pula bekerja sama dengan profesi lain
Rumusan masalah
• Bab 1. Tanggung jawab perawat kepada klien
• Bab 2. Tanggung jawab perawat terhadap tugas
• Bab 3. Tanggung jawab perawat terhadap teman sejawat
• Bab 4. Tnggung jawab perawat terhadap profesi
• Bab 5. Tanggung jawab perawat terhadap negara
Tujuan
• Merupakan dasar dalam mengatur hubngan antar perawat, klien / pasien, teman sebaya,
masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan sendiri maupun hubungannya dengan
profesi lain di luar profesi keperawatan
Kode etik
Merupakan bagian dari etika kesehatan yang menerapkan nilai etika terhadap bidang pemeliharaan
atau pelayanan kesehatan masyarakat.
Bab 3: tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesional kesehatan lain
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dengan tenaga kesehatan
lainnya baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja mapun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara keseluruhan
PENEGERTIAN NILAI
Nilai adalah suatu yang beharga, keyakinan yang di pegang sedemikian rupa oleh seseorang sesuai
dengan tuntutan hati nuraninya (pengertian secara umum).
NILAI BUDAYA
Perawat memiliki nilai dan prilaku pribadi masing-masing. Kode etik profesi membawa perubahan
prilaku personal kepada prilaku profesional dan menjadi pedoman bagi tanggung jawab perorangan
sebagai anggota profesi dan tanggung jawab sebagai warga negara.
REKAM MEDIS
Berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang telah di berikan kepada pasien.
MORALITAS
Moralitas adalah sopan santn, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket tau sopan santun.
KODE ETIK
• Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau
nasabahnya
• Siftdan orientasi kode etik hendaknya:
- Singkat
- Sederhana
- Jelas dan konsisten
- Masuk akal
- Dapat di terima
- Praktis dan dapat di laksanakan
- Komprehensif dan lengkap
- Positif dalam formulasinya
PENDAHULUAN
Etik adalah peraturan atau norma yang dapat di gunakan sebagai acuan bagi perilaku seseorang yang
berkaitan dengan tindakan yang baik dan yang buruk yang merupakan suatu kewajiban dan tanggung
jawab moral.
TIPE-TIPE ETIK
a. Bioetik
b. Clinical etik
c. Nursing ethis
Rancangan UU Keperawatan yang terdiri dari 13 bab dan 67 pasal i mahakarya yang dihasilkan oleh
Anggota DPR RI peride 2009-2014. Berikut adalah isi UU Keperawatan tersebut
Pasal 2
Keperawatan berasaskan:
a. perikemanusiaan;
b. nilai ilmiah;
c. etika;
d. manfaat;
e. keadilan; dan
f. kesehatan dan keselamatan Klien.
Pasal 3
Keperawatan bertujuan:
a. meningkatkan mutu Perawat dan Pelayanan Keperawatan;
b. memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada Perawat dan Klien; dan
c. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
BAB II JENIS PERAWAT
Pasal 4
(1) Jenis Perawat terdiri atas:
a. perawat profesional;
b. perawat vokasional; dan
c. asisten perawat.
(2) Perawat profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiriatas:
a. ners;
b. ners spesialis; dan
c. ners konsultan.
(3) Ketentuan mengenai jenis Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
BAB III PENDIDIKAN KEPERAWATAN
Pasal 5
Pendidikan Keperawatan terdiri atas:
a. pendidikan vokasi;
b. pendidikan akademik; dan
c. pendidikan profesi.
Pasal 6
Pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah pendidikan diploma
keperawatan.
Pasal 7
Pendidikan akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b terdiri atas:
a. pendidikan sarjana keperawatan;
b. pendidikan magister keperawatan; dan
c. pendidikan doktor keperawatan.
Pasal 8
(1) Pendidikan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c terdiri atas:
a. pendidikan profesi keperawatan; dan
b. pendidikan profesi keperawatan berkelanjutan.
(2) Pendidikan profesi keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. pendidikan profesi ners; dan
b. pendidikan profesi ners spesialis.
(3) Pendidikan profesi keperawatan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan pendidikan profesi yang ditempuh setelah menyelesaikan pendidikan profesi keperawatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Pasal 9
(1) Pendidikan profesi keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) diselenggarakan oleh
institusi pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan terakreditasi.
(2) Pendidikan profesi keperawatan berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3)
diselenggarakan oleh institusi pendidikan keperawatan, organisasi profesi keperawatan, atau fasilitas
pelayanan kesehatan.
Pasal 10
(1) Institusi pendidikan keperawatan didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
(2) Institusi pendidikan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai tridharma
perguruan tinggi.
Pasal 11
Penyelenggaraan pendidikan keperawatan harus memenuhi persyaratan paling sedikit mencakup:
a. standar isi;
b. standar proses;
c. standar kompetensi lulusan;
d. standar pendidik dan tenaga kependidikan;
e. standar sarana dan prasarana;
f. standar pengelolaan;
g. standar pembiayaan;
h. standar penilaian pendidikan;
i. peserta didik; dan
j. kurikulum.
Pasal 12
(1) Penyelenggara pendidikan keperawatan dibantu oleh tenaga kependidikan.
(2) Pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf d terdiri atas:
a. dosen; dan
b. pendidik klinik keperawatan.
(3) Ketentuan mengenai dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Pendidik klinik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b memenuhi kriteria paling
sedikit:
a. perawat profesional;
b. memiliki pengalaman klinik di bidang keperawatan minimal 2 (dua) tahun; dan
c. memiliki sertifikat pelatihan pembimbing klinik keperawatan.
(5) Ketentuan mengenai pendidik klinik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundangan.
Pasal 13
(1) Selain memiliki sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf e,
penyelenggaraan pendidikan keperawatan harus dilengkapi dengan laboratorium dan lahan praktik
keperawatan.
(2) Lahan praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas fasilitas pelayanan
kesehatan pendidikan dan daerah pendidikan.
(3) Fasilitas palayanan kesehatan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan rumah
sakit dan puskesmas yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Daerah pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan wilayah administrasi mulai dari
tingkat kecamatan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 14
(1) Kurikulum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf j terdiri atas:
a. kurikulum pendidikan vokasi;
b. kurikulum pendidikan akademik; dan
c. kurikulum pendidikan profesi.
(2) Kurikulum pendidikan akademik dan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b,
dan huruf c disusun oleh kementerian yang membidangi masalah pendidikan dan kebudayaan dengan
melibatkan Menteri, asosiasi institusi pendidikan keperawatan, Kolegium Keperawatan, Organisasi
Profesi Perawat, dan Konsil Keperawatan Indonesia.
Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berhubungan langsung pada pelayanan
kesehatan dan penerapannya pada hukum perdata, hukum administrasi dan hukum pidana (UU
Kesehatan No. 23 tahun 1992).
Hukum kesehatan adalah kumpulan peraturan yang berkaitan langsung dengan pemberian perawatan
dan juga penerapannya kepada hukum perdata, hukum pidana dan hukum administrasi (Prot. Van der
Miju).
Hukum kesehatan ini lebih luas dari pada hukum kedokteran atau hukum perawatan.
Ada beberapa alasan mengapa Undang-Undang Praktik Keperawatan dibutuhkan. Pertama, alasan
filosofi. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan derajat kesehatan. Perawat
berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan pemerintah dan swasta, dari
perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada
kenyataannya belum diimbangi dengan pemberian perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi
objek hukum. Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan profesional,
semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur dan dapat memegang
teguh etika profesi. Disamping itu, Undang-Undang ini memiliki tujuan, lingkup profesi yang jelas,
kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai pihak (masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak
terkait lainnya), keterwakilan yang seimbang, optimalisasi profesi, fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan,
universal, keadilan, serta kesetaraan dan kesesuaian interprofesional (WHO, 2002).
Sebelum membahas lebih dalam tentang undang- undang praktik keperawatan mari kita mengulas
secara singkat beberapa undang- undang yang ada di indonesia yang berkaitan peraktik keperawatan.
UU No. 6 tahun 1963 tentan Tenaga Kesehatan. UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun
1960. Undang- undang ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana
meliputi dokter, apoteker, dan dokter gigi. Tenaga perawat termasuk tenaga yang bukan sarjana atau
tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah. UU ini boleh dikatan sudah usang, karena dalam UU ini
juga tercantum berbagai jenis tenaga sarjan keperawatan seperti sekarang ini.
UU Kesehatan No. 18 tahun 1964 mengatur tentang Wajib Kerja Paramedis. Pada pasal 2, ayat (3)
dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah, dan rendah wajib menjalankan wajib
kerja pada pemerintah selama 3 tahun. Dalam UU ini, lagi- lagi posisi perawat dinyatakan sebagai
tenaga kerja pembantu bagi tenaga kesehatan akademis termasuk dokter.
Dalam SK Menkes No. 262/Per/Vll/1979 tahun 1979 yan membedakan paramedis menjadi dua golongan
yaitu golongan medis keperawatan (termasuk bidan) dan paramdis non keperawatan. Dari aspek
hukum, suatu hal yang perlu dicatat di sini bahwa tenaga bidan tidak terpisah tetapi juga termasuk
katagori keperawatan (Soekanto & Herkutanto, 1987; Sciortino, 1991).
Dalam Permenkes No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980, pemerintah membuat suatu peryataan
yang jelas perbedaan antara tenaga keperawatan dan bidan.
Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 94/Menpan/1986, tangal 4
nopenber 1986 menjelaskan jabatan fungsional tenaga keperawatan dan system kredit poin. Sistem ini
menguntungan perawat, karena dapat naik pangkatnya dan tidak tergantung kepada pangkat/golongan
atasannya.
UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 merupakan UU yang banyak memberi kesempatan bagi
perkembangan keperawatan termasuk praktik keperawatan profesional, kerena dalam UU ini
dinyatakan tentang standar praktik, hak- hak pasien, kewenagan, maupun perlindungan hokum bagi
profesi kesehatan termasuk keperawatan. Beberapa peryataan UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 yang
dapat dipakai sebagai acuan pembuatan UU Praktik Keperawatan adalah: 1) Pasal 53 ayat 4
menyebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi dan hak- hak pasien ditetepkan dengan
peraturan pemerintah. 2) Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas
menyelengarakan atau melaksakan kegiatan sesuai dengan bidang keahlian dan kewenagannya; Pasal
53 ayat 4 menyatakan tentang hak untuk mendapat perlindungan hokum bagi tenaga kesehatan
(Jahmono, 1993).
Dalam peringatan Hari Perawat Sedunia ini yang jatuh tanggal 12 mei, Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI) lebih mendorong disahkannya Undang-Undang Praktik Keperawatan. Hal ini karena:
1) Keperawatan sebagai profesi memiliki karateristik yaitu, adanya kelompok pengetahuan (body of
knowledge) yang melandasi keterampilan untuk menyelesaikan masalah dalam tatanan praktik
keperawatan; pendidikan yang memenuhi standar dan diselenggarakan di Perguruan Tinggi;
pengendalian terhadap standar praktik; bertanggungjawab dan bertanggungugat terhadap tindakan
yang dilakukan; memilih profesi keperawatan sebagai karir seumur hidup, dan; memperoleh pengakuan
masyarakat karena fungsi mandiri dan kewenangan penuh untuk melakukan pelayanan dan asuhan
keperawatan yang beriorientasi pada kebutuhan sistem klien (individu, keluarga,kelompok dan
komunitas).
2) Kewenangan penuh untuk bekerja sesuai dengan keilmuan keperawatan yang dipelajari dalam
suatu sistem pendidikan keperawatan yang formal dan terstandar menuntut perawat untuk akuntabel
terhadap keputusan dan tindakan yang dilakukannya. Kewenangan yang dimiliki berimplikasi terhadap
kesediaan untuk digugat, apabila perawat tidak bekerja sesuai standar dan kode etik. Oleh karena itu,
perlu diatur sistem registrasi, lisensi dan sertifikasi yang ditetapkan dengan peraturan dan perundang-
undangan. Sistem ini akan melindungi masyarakat dari praktik perawat yang tidak kompeten, karena
Konsil Keperawatan Indonesia yang kelak ditetapkan dalam Undang Undang Praktik Keperawatan akan
menjalankan fungsinya. Konsil Keperawatan melalui uji kompetensi akan membatasi pemberian
kewenangan melaksanakan praktik keperawatan hanya bagi perawat yang mempunyai pengetahuan
yang dipersyaratkan untuk praktik. Sistem registrasi, lisensi dan sertifikasi ini akan meyakinkan
masyarakat bahwa perawat yang melakukan praktik keperawatan mempunyai pengetahuan yang
diperlukan untuk bekerja sesuai standar.
3) Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan derajat kesehatan. Perawat
berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan pemerintah dan swasta, dari
perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada
kenyataannya belum diimbangi dengan pemberian perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi
objek hukum. Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan profesional,
semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur dan dapat memegang
teguh etika profesi. Disamping itu, Undang-Undang ini memiliki tujuan, lingkup profesi yang jelas,
kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai pihak (masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak
terkait lainnya), keterwakilan yang seimbang, optimalisasi profesi, fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan,
universal, keadilan, serta kesetaraan dan kesesuaian interprofesional (WHO, 2002).
4) Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan semakin
meningkat. Hal ini karena adanya pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan, dari
model medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan, ke paradigma
sehat yang lebih holistik yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus
pelayanan (Cohen, 1996). Disamping itu, masyarakat membutuhkan pelayanan keperawatan yang
mudah dijangkau, pelayanan keperawatan yang bermutu sebagai bagian integral dari pelayanan
kesehatan, dan memperoleh kepastian hukum kepada pemberian dan penyelenggaraan pelayanan
keperawatan.
Negara-negara ASEAN seperti Philippines, Thailand, Singapore, Malaysia, sudah memiliki Undang
Undang Praktik Keperawatan (Nursing Practice Acts) sejak puluhan tahun yang lalu. Mereka siap untuk
melindungi masyarakatnya dan lebih siap untuk menghadapi globalisasi perawat asing yang masuk ke
negaranya dan perawatnya bekerja di negara lain. Ketika penandatanganan Mutual Recognition
Arrangement di Philippines tahun 2006, posisi Indonesia, bersama dengan Vietnam, Laos dan Myanmar,
yang belum memiliki Konsil Keperawatan. Semoga apa yang dilakukan oleh PPNI dapat mengangkat
derajad bangsa ini dengan negara lain, khususnya dalam pelayanan kesehatan.
Perawat telah memberi konstribusi yang cukup besar dalam pemberian pelayanan kesehatan, akan
tetapi belum mendapat pengimbangan dari perlindungan hukum, bahkan sering menjadi objek dalam
masalah hukum. Dan yang menjadi pertanyaan ”kemana hak dan jasa untuk profesi keperawatan?“.
Pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah dijalankan selama ini masih
memperlihatkan adanya ketidaksesuaian antara pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat
dengan tanggapan masyarakat, manfaat yang diperoleh masyarakat, dan partisipasi masyarakat yang
diharapkan. Meskipun di dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan telah ditegaskan
bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah meningkatkan kemandirian
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya. Oleh karena itu pemerintah maupun pihak-pihak
yang memiliki perhatian cukup besar terhadap pembangunan kesehatan masyarakat –termasuk
perawat spesialis komunitas— perlu mencoba mencari terobosan yang kreatif agar program-program
tersebut dapat dilaksanakan secara optimal dan berkesinambungan.
Salah satu intervensi keperawatan komunitas di Indonesia yang belum banyak digali adalah kemampuan
perawat spesialis komunitas dalam membangun jejaring kemitraan di masyarakat. Padahal, membina
hubungan dan bekerja sama dengan elemen lain dalam masyarakat merupakan salah satu pendekatan
yang memiliki pengaruh signifikan pada keberhasilan program pengembangan kesehatan masyarakat
(Kahan & Goodstadt, 2001). Pada bagian lain Ervin (2002) menegaskan bahwa perawat spesialis
komunitas memiliki tugas yang sangat penting untuk membangun dan membina kemitraan dengan
anggota masyarakat. Bahkan Ervin mengatakan bahwa kemitraan merupakan tujuan utama dalam
konsep masyarakat sebagai sebuah sumber daya yang perlu dioptimalkan (community-as-resource),
dimana perawat spesialis komunitas harus memiliki ketrampilan memahami dan bekerja bersama
anggota masyarakat dalam menciptakan perubahan di masyarakat.
• Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan kesehatan yang diberikan
oleh perawat.
• Melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan perawat.
• Menetapkan standar pelayanan keperawatan
• Menapis ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
• Menilai boleh tidaknya perawat untuk menjalankan praktik keperawatan
• Menilai ada tidaknya kesalahan dan atau kelalaian yang dilakukan perawat dalam memberi
pelayanan.
HUKUM KEPERAWATAN
HUKUM KEPERAWATAN
1) Pengertian
Hukum adalah kumpulan norma-norma untuk menjaga kedamaian hidup bersama (Herkutanto,
1992).
Hukum adalah suatu karya dari seluruh rakyat yang bersifat penyegaran terhadap tingkah laku dan
perbuatan para anggotanya dalam perhubungan pamrih dan yang berhubungan pada tata, keadilan dan
kesejahteran masyarakat yang menjadi pendukungnanya (Djoyodigoeno,1996).
Hukum adalah suatu aturan atau peraturan yang dibuat oleh pemerintah atau oleh suatu badan
yang digunakan sebagai alat untuk mengatur hubungan atau kehidupan bermasyarakat.
2) Pengertian hukum kesehatan (Leenen) adalah :
Semua ketentuan hukum yang berlaku dan langsung dengan pemeliharan kesehatan dan penerapan hak
dan kewajiban perorangan atau masyarakat menyakut : pemberi dan penerima pelayanan kesehatan,
sarana pelayanan kesehatan dan pedoman medic.
9) Pembagian Hukum
1. Hukum public
Mengatur hubungan-hubungan yang diadakan oleh pemerintah dengan anggota masyarakat dan
hubungan-hubungan antar alat perlengkapan Negara.
2. Hukum privat
Mengatur hubungan-hubungan antara orang-orang satu dengan lainnya (perhimpunan, yayasan, dan
koperasi).
10) Sumber Hukum di Indonesia
1. Pancasila
- Sumber dari segala hukum di Indonesia.
- Semua aturan dan ketentuan yang berlaku tidak bertentangan dengan pancasila.
2. Sumber Hukum Formal
Sumber hukum mengandung arti tempat dimana dapat diketemukan aturan-aturan dan ketentuan-
ketentuan.
Termasuk sumber hukum formal adalah:
1. Undang-undang
Undang-undang mempunyai dua arti:
o Undang-undang dalam arti Formal.
Setiap peraturan dan ketetapan yang dibentuk oleh badan perlengkapan negara yang diberi kekuasaan
membentuk undang-undang dan diundangkan sebagaimana mestinya.
o Undang-undang dalam arti Materil.
Setiap peraturan atau ketetapan yang isinya mengikat kepada umum/semua orang dalam suatu daerah
atau golongan tertentu. (Buys dalam Mujiono,1991).
2. Yurisprudensia
Mengandung arti keputusan hakim atau keputusan pengadilan terhadap suatu masalah tertentu (case
law atau judge made law) atau dengan kata lain merupakan keputusan hakim yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap.
3. Traktat
Merupakan perjanjian antar nagara baik bilateral (perjanjian antara dua Negara) maupun multi-lateral
(perjanjian antara lebih dari dua Negara).
4. Kebiasaan
Tatanan norma yang sangat dekat dengan kenyataan hidup sehari-hari.
Sumber hukum kesehatan adalah:
o Hukum perdata
o Hukum pidana
o Hukum administrasi
o Hukum internasional
o Hukum kebiasaan
o Hukum otonom
o Ilmu dan literature yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.
Tenaga kesehatan adalah :
Setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan pelayanan kesehatan.
Tenaga kesehatan meliputi:
o Tenaga medis.
o Tenaga keperawatan (bidan dan perawat).
o Tenaga kefarmasian.
o Tenaga kesehatan masyarakat.
o Tenaga gizi.
o Tenaga keterapian fisik.
o Tenaga tekhnisi (perawat gigi, radiology, mata, analisis, rekam medik)
Masing-masing mempunyai kewenangan sendiri.