Homeostasis
Homeostasis
A. PENGERTIAN
Homeostasis dipertahankan oleh mekanisme fisiologis yang mengontrol fungsi tubuh dan
memantau organ tubuh. Untuk sebagian besar mekanisme ini dikontrol oleh sistem saraf dan endokrin
dan tidak mencakup perilaku sadar. Tubuh membuat penyesuaian dalam frekuensi jantung, frekuensi
pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit, sekresi hormon dan tingkat
kesadaran yang semuanya ditujukan untuk memberi kontribusi bagi homeostasis.
Ahli ilmu faal Amerika Serikat Walter Cannon mengajukan 4 postulat yang mendasari
homeostasis, yaitu:
1. peran system saraf dalam mempertahankan kesesuaian lingkungan dalam dengan kehidupan.
2. adanya kegiatan pengendalian yang bersifat tonik.
3. adanya pengendalian yang bersifat antagonistik.
4. suatu sinyal kimia dapat mempunyai pengaruh yang berbeda di jaringan tubuh berbeda.
Sel-sel membutuhkan pasokan molekul nutrient yang tetap untuk digunakan sebagai bahan bakar
metabolic untuk menghasilkan energi. Energy kemudian digunakan untuk menunjang aktifitas-aktifitas
khusus dan untuk mempertahankan hidup.
Sel membutuhkan O2 untuk melakukan reaksi-reaksi kimia yang menarik sebanyak mungkin energi
dari molekul nutrien digunakan oleh sel. CO2 yang dihasilkan selama reaksi-reaksi tersebut berlangsung
harus diseimbangkan dengan CO2 yang dikeluarkan oleh paru, sehingga CO2 pembentuk asam ini tidak
meningkatkan keasaman di lingkungan internal.
Berbagai reaksi kimia menghasilkan proiduk-produk akhir yang berefek toksik bagi sel apabila
dibiarkan tertimbun melebihi batas tertentu.
4. pH.
Diantara efek-efek paling mencolok dari p[erubahan keasaman lingkungan cairan internal adalah
perubahan mekanisme pembentuk sinyal listrik di sel saraf dan perubahan aktifitas enzim di semua sel.
Karena konsentrasi relative garam (NaCl) dan air di dalam cairan ekstrasel (lingkungan internal)
mempengaruhi berapa banyak air yang masuk atau keluar sel, konsentrasi keduanya diatur secara ketat
untuk mempertahankan volume sel yang sesuai. Sel-sel tidak dapat berfungsi secara normal apabila
mereka membengkak atau menciut. Elektrolit lain memiliki bermacam-macam fungsi fital lainnya.
Sebagai contoh denyut jantung yang teratur bergantung pada konsentrasi kalium di cairan ekstra sel
yang relative konstan.
6. Suhu.
Sel-sel tubuh berfungsi secara optimal dalam rentan suhu yang sempit. Sel-sel akan mengalami
perlambatanaktifitas yang hebat apabila suhunya terlalu dingin dan yang lebih buruk protein-protein
structural dan enzimatiknya akan terganggu apabila suhunya terlalu panas.
Komponen sirkulasi pada lingkungan internal, yaitu plasma, harus dipertahankan pada tekanan
darah dan volume yang adekuat agar penghubung vital antara sel dan lingkungan eksternal ini da[at
terdistribusi ke seluruh tubuh.
Homeostasis sangat penting bagi kelangsungan hidup setiap sel, dan pada gilirannya, setiap sel,
melalui aktifitas khususnya masing-masing, turut berperan sebagai bagian dari system tubuh untuk
memelihara lingkungan internal yang digunakan bersama oleh semua sel.
Terdapat sebelas system tubuh utama, kontribusi terpenting mereka untuk homeostasis
dicantumkan sebagai berikut:
1. Sistem Sirkulasi.
Merupakan system transportasi yang membawa berbagai zat, misalnya zat gizi, O2, CO2, zat-zat
sisa,elektrolit, dan hormone dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya.
2. Sistem Pencernaan
Menguraikan makanan menjadi molekul-molekul kecil zat gizi yang dapat diserap ke dalam plasma
untuk didistribusikan ke seluruh sel. Sel ini juga memindahkan air dan elektrolit dari lingkungan
eksternal ke lingkungan internal. System ini mengeluarkan sisa-sisa makanan yang tidak dicerna ke
lingkungan eksternal melalui tinja.
3. Sistem Respirasi
4. Sistem Kemih
Mengeluarkan kelebihan garam, air, dan elektrolit lain dari plasma melalui urine, bersama zat-zat
sisa selain CO2.
5. Sistem Rangka
Memberi penunjang dan proteksi bagi jaringan lunak dan organ-organ. System ini juga berfungsi
sebagai tempat penyimpanan kalsium, suatu elektrolit yang konsentrasinya dalam plasma harus
dipertahankandalam rentang yang sangat sempit. Bersama dengan system otot , system rangka juga
memungkinkan timbulnya gerakan tubuh dan bagian-bagiannya.
6. Sistem Otot
Menggerakkan tulang-tulang yang melekat kepadanya. Dari sudut pandang homeostasis semata-
mata, sistem ini memungkinkan individu mendekati makanan dan menjauhi bahaya. Selain itu, panas
yang dihasilkan oleh kontraksi otot penting untuk mengatur suhu. Karena berada di bawah kontrol
kesedaran, individu mampu menggunakan otot rangka untuk melakukan bermacam gerakan sesuai
keinginan. Gerakan-gerakan tersebut, berkisar dari keterampilan motorik halus yang diperlukan,
misalnya untuk menjahit sampai gerakan-gerakan kuat yang diperlukan untuk mengangkat beban, tidak
selalu diarahkan untuk mempertahankan homeostasis.
7. Sistem Integument
Berfungsi sebagai sawar protektif bagian luar yang mencegahcairan internal keluar dari tubuhdan
mikroorganisme asing masuk ke dalam tubuh. System ini juga penting dalam mengatur suhu tubuh.
Jumlah panas yang dikeluarkan dari permukaan tubuh ke lingkungan eksternal dapat disesuaikan
dengan mengatur produksi keringat dan dengan mengatur aliran darah hangat ke kulit.
8. Sistem Imun
Mempertahankan tubuh dari seranganbenda asing dan sel-sel tubuh yang telah menjadi kanker.
System ini juga mempermudah jalan untuk perbaikan dan penggantian sel yang tua atau cedera.
9. Sistem Saraf
Merupakan salah satu dari dua system pengatur atau control utama tubuh. Secara umum, system ini
mengontrol dan mengkoordinasikan aktifitas tubuhyang memerlukan respon cepat. System ini sangat
penting terutama untuk mendeteksidan mencetuskan reaksi terhadap berbagai perubahan di
lingkungan internal. Selain itu, system ini akan bertanggung jawab atas fungsi lain yang lebih tinggi yang
tidak seluruhnya ditujukan untuk mempertahankan homeostasis, misalnya kesadaran, ingatan, dan
kreatifitas.
10. Sistem Endokrin
11. Sistem Reproduksi
System ini tidak esensial bagi homeostasis, sehingga tidak penting bagi kelangsungan hidup individu.
Akan tetapi, system ini penting bagi kelangsungan hidup suatu spesies.
Sebagai contoh, untuk mempertahankan konsentrasi CO2 di cairan ekstrasel pada kadar yang
optimal, tubuh harus mampu mendeteksi adanya perubahan pada konsentrasi CO2 dan kemudian
dengan tepat mengubah aktifitas pernapasan, sehingga konsentrasi CO2 kembali ke tingkat yang
diinginkan.
Sistem control yang beroperasi untuk mempertahankan homeostasis dapat dikelompokkan menjadi
dua kelas, yaitu:
1. Control intrinsic
Control intrinsik (local, intrinsic berarti ”di dalam”) terdapat di dalam atau inheren bagi organ yang
bersangkutan.
Sebagai contoh, sewaktu suatu otot yang beraktifitas menggunakan O2 dan mengeluarkan
CO2 untuk menghasilkan energy yang diperlukan untuk menjalankan aktifitas kontraktilnya, konsentrasi
O2 turun dan CO2 meningkat di dalam otot tersebut. Melalui kerja langsung pada otot polos di dinding
pembuluh darah yang mengaliri otot-otot tersebut, perubahan-perubahan kimiawi local tersebut
menyebabkan otot polos melemas dan pembuluh terbuka lebar untuk mengakomodasikan peningkatan
aliran darah ke otot tersebut. Mekanisme local ini ikut berperan mempertahankan kadar O2 dan CO2
yang optimal di dalam lingkungan cair internal yang mengelilingi sel-sel otot tersebut.
2. Control ekstrinsik
Control ekstrinsik (extrinsic berarti “di luar”), yaitu mekanisme pengatur yang dicetuskan di luar
suatu organ untuk mengubah aktifitas organ tersebut. Control ekstrinsik berbagai organ dan system
dilaksanakan oleh system saraf dan endokrin, dua sistem kontrol utama pada tubuh. Control ekstrinsik
memungkinkan pengaturan beberapa organ sekaligus untuk mencapai suatu tujuan bersama;
sebaliknya, control intrinsic berfungsi untuk melayani organ tempat control tersebut bekerja.
Mekanisme pengaturan keseluruhan yang terkoordinasikan penting untuk mempertahankan keadaan
stabil dinamis lingkungan internal secara keseluruhan.
F.HOMEOSTASIS FISIOLOGIS
Homeostasis fisiologis dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh sistem endokrin dan saraf
otonom. Prosesnya terjadi melalui empat cara, yaitu :
1. Self Regulation
Sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat. Contohnya : proses pengaturan fungsi
organ tubuh
2. Kompensasi
Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan yang terjadi didalamnya. Misalnya
apabila secara tiba – tiba lingkungan menjadi dingin, maka pembuluh darah perifer akan mengalami
konstriksi dan merangsang pembuluh darah bagian dalam untuk meningkatkan kegiatan (misalnya
menggigil) yang dapat menghasilkan panas sehingga suhu tubuh tetap stabil, pelebaran pupil untuk
meningkatkan persepsi visual pada saat terjadi ancaman terhadap tubuh, dan peningkatan keringat
untuk mengontrol kenaikan suhu tubuh.
Proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal. Dalam keadaan abnormal, tubuh secara
otomatis akan melakukan mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan penyimpangan yang terjadi.
Contoh, apabila seseorang mengalami hipoksia akan terjadi proses peningkatan denyut jantung
untuk membawa darah dan oksigen yang cukup ke sel tubuh.
G.TAHAPAN-TAHAPAN HOMEOSTASIS
1. Homeostasis primer.
Jika terjadi desquamasi dan luka kecil pada pembuluh darah, akan terjadi homeostasis primer.
Homeostasis primer ini melibatkan tunika intima pembuluh darah dan trombosit. Luka akan
menginduksi terjadinya vasokonstriksi dan sumbat trombosit. Homeostasis primer ini bersifat cepat dan
tidak tahan lama. Karena itu, jika homeostasis primer belum cukup untuk mengkompensasi luka, maka
akan berlanjut menuju homeostasis sekunder.
2. Homeostasis Sekunder.
Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah atau jaringan lain, vasokonstriksi dan sumbat
trombosit belum cukup untuk mengkompensasi luka ini. Maka, terjadilah hemostasis sekunder yang
melibatkan trombosit dan faktor koagulasi. Homeostasis sekunder ini mencakup pembentukan jaring-
jaring fibrin. Homeostasis sekunder ini bersifat delayed dan long-term response. Kalau proses ini sudah
cukup untuk menutup luka, maka proses berlanjut ke homeostasis tersier.
3. Homeostasis Tersier.
Homeostasis tersier ini bertujuan untuk mengontrol agar aktivitas koagulasi tidak berlebihan.
Homeostasis tersier melibatkan sistem fibrinolisis.
H.KETIDAKSEIMBANGAN HOMEOSTASIS
Jika satu atau lebih sistem tubuh gagal berfungsi secar benar, homeostasis terganggu dan semua sel
akan menderita karena mereka tidak lagi memperoleh lingkungan yang optimal tempat mereka hidup
dan berfungsi. Muncul beberapa keadaan patofisiologis. Patofisiologis mengacu kepada abnormalitas
fungsional tubuh (perubahan fisiologi) yang berkaitan dengan penyakit. Jika gangguan terhadap
homeostasis menjadi sedemikian berat sehingga tidak lagi memungkinkan kelangsungan hidup, timbul
kematian.
Contoh lain adalah kaehilangan darah dalam jumlah yang kecil mungkin tidak fatal karena tubuh
masih mampu mengkompensasi kehilangan tersebut dengan cara meningkatkan tekanan darah
mereabsorpsi cairan di ginjal dsb. Tetapi bila kehilangan darah terjadi dalam jumlah yang besar, upaya
untuk mengkompensasi tubuh mungkin tidak memadai sehingga berakibat fatal. Tanggung jawab dokter
dan para medis adalah untuk perawatan intensif untuk pasien-pasien yang gawat. Berbagai indicator
homeostasis akan dipantau di unit intensif seperti frekuensi denyut jantung, tekanan darah, frekuensi
pernapasan, suhu tubuh, kimia darah, dan mengatur keluarnya cairan tubuh. Tujuan unit adalah untuk
mengambil alih fungsi homeostasis yang tidak dapat dilaksanakan oleh pasien yang sedang sakit parah
sahingga tidak mampu melakukan proses homeostasis sendiri.
FUNGSI DAN KOMPOSISI DARAH
Darah merupakan bagian yang paling penting didalam sistem transport. Darah terdiri atas 2
komponen yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Pada hewan invertebrata terdapat darah yang
disebut hemolimf . Baik darah maupun hemolimf mempunyai pigmen pernapasan. Dengan mempelajari
komposisi darah dan fungsi dari masing-masing komponen darah pada hewan diharapkan kita dapat
memahami bahwa darah tidak saja meupakan komponen dari sistem transport tetapi juga mempunyai
fungsi lain untuk kelangsungan hidup organisme tersebut.
Darah merupakan bagian penting dalam sistem sirkulasi. Hewan bersel satu dan hewan tingkat
rendah seperti porifera dan coelenterata tidak memiliki sistem transportasi sehingga hewan tersebut
tidak dijumpai daah oksigen dan zat-zat makanan berdifusi kedalam/seluruh tubuh bagian tubuh,
demikian pula ampas metabolisme dapat berdifusi keluar tubuhnya. Pada hewan yang lebih tinggi
tingkatannya , memiliki sistem transportasi.
Pada hewan seperti moluska, annelida, dan arthropoda terdapat darah yang biasanya disebut
hemolimf . Hemolimf ini juga berperanan didalam respirasi (mengangkut O2 dan CO2), bahan makanan
dan sisa metabolisme. Hemolimf juga memiliki pigmen pernapasan. Pada vertebrata , darah merupakan
cairan tubuh yang terdapat dalam jantung dan pembuluh darah. Darah vertebrata berwarna merah
karena adanya hemoglobin dalam eritrositnya. Pada vertebrata selain sistem peredaran darah juga
terdapat sistem peredaran limf. Cairan limfa mempunyai persamaan dengan plasma darah dan
mempunyai leukosit (limfosit dan granulosit).
Pada manusia volume darah kira-kira 6-7% atau sepertigabelas tubuh mempunyai massa jenis 1,050-
1,060 dengan PH kira-kira 7,4.
Darah mempunyai panas hantar yang relatif besar. Penyebaran panas dari jaringan-jaringan yang
letaknya jauh didalam tubuh dapat merata dengan cepat
Darah mempunyai panas penguapan yang tinggi. Lebih banyak yang diperlukan untuk menguapkan
air pada cairan lain dengan jumlah yang sama.
Komposisi darah
Darah terdiri atas 2 bagian yaitu sel-sel darah dan cairan plasma. Sel-sel darah merupakan
bagian darah yang mempunyai bentuk sedangkan plasma darah merupakan bagian cair dari darah. Ada
3 macam sel darah yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), keping darah (trombosit).
Plasma darah terdiri atas :
air 91-92%
protein : albumin, globulin, dan fibrinogen
garam-garam anorganik antara lain : Cl-, CO3, HCO3, Na+, Ca2+, Mg2+ dan HPo4, NaCl
mempunyai konsentrasi paling tinggi karena itu darah rasanya agak asin. Jumlah seluruh
bahan anorganik pada manusia kira-kira 0,9%. Pada reptil dan amfibi kira-kira 0,65%-0,7%.
Didalam plasma juga terdapat O2 (0,25%) dan CO2 (3%).
substansi organik yang lain selain protein antara lain zat-zat nutrisi, hormon, sisa
metabolisme, antibodi
Plasma darah
Bahan organik yang paling banyak dalam plasma darah yaitu protein dan disebut protein
plasma. Protein plasma kira-kira 200-300 gram atau kira-kira 6-8 % dari berat seluruh plasma darah.
Protein terdapat dalam bentuk koloid dan mempengaruhi kekentalan darah.
Jenis protein terdapat dalam plasma darah meliputi albumin, globulin (alfa-1 globulin, alfa-2
globulin, beta globulin dan gama globulin) dan fibrinogen. Albumin, alfa globulin, beta globulin
protrombin dan fibrinogen dibentuk didalam hati sedangkan gama globulin diproduksi oleh sel plasma,
jaringan limfoid dan nodus limfatikus.
Albumin (disebut pula serum albumin) merupakan protein plasma yang paling besar
jumlahnya dalam plasma yaitu kira-kira 4-5% dari berat plasma darah. Albumin dihasilkan
dihati oleh sel Kupffer. Albumin mempunyai berat molekul 68.000, merupakan partikel
dengan bentuk lonjong. Albumin menyebabkan plasma mempunyai potensial osmotik kira-
kira 30 mmHg.
Globulin atau disebut pula serum globulin bentuk partikelnya lebih lonjong dari albumin.
Globulin dalam darah kira-kira 2,5% dari berat plasma. Berat molekulnya antara 90.000-
1.300.000. Perbandingan konsentrasi masing-masing jenis globulin adalah alfa globulin
2,25%, beta globulin 0,80% dan gama globulin 0,66%.
Protein plasma yang lain adalah fibrinogen dan protrombin. Konsentrasi fibrinogen dalam
darah kira-kira 0,35% (0,35 gram per 100 ml plasma ). Protrombin juga dibentuk dihati dan
dalam proses pembentukannya diperlukan vitamin K.
Fibrinogen memegang peranan penting dalam proses pembekuan darah. Dengan adanya
pembekuan darah, pendarahan dapat dihindarkan
Albumin, globulin, dan fibrinogen adalah penting untuk mempertahankan tekanan osmose
darah. Besarnya tekanan osmose yang ditimbulkan oleh ketiga protein tersebut berkisar
antara 25-39 mmHg. Adanya tekanan osmose yang relatif tinggi ini menyebabkan adanya
perpindahan cairan dari cairan jaringan kedarah sehingga dapat mencegah adanya
penimbunan cairan di jaringan
Protein plasma menyebabkan darah menjadi agak kental sehingga dapat mempertahankan
tekanan darah yang penting untuk mengefisiensikan kerja jantung.
Protein plasma turut membantu keseimbangan asam basa atau PH darah
Globulin memegang peranan penting dalam mekanisme pertahanan tubuh
Merupakan cadangan protein jika protein dalam makanan berkurang
Sel-sel darah
Ada tiga macam sel darah yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Masing -masing mempunyai
fungsi khusus, fungsi utama eritrosit ialah pengangkutan gas pernapasan, leukosit untuk pertahanan
tubuh sedangkan trombosit untuk pembekuan darah .
1. Eritrosit
Jumlah eritrosit tiap mm kubik untuk tiap jenis hewan berbeda-beda. Perbedaan ini dapat pula
disebabkan karena faktor fisiologis. Faktor fisiologis yang mempengaruhi jumlah eritrosit pada manusia
adalah :
umur : eritrosit pada saat lahir jumlahnya paling tinggi yaitu sekitar 6,83 juta/mm kubik.
Kemudian menurun dan pada umur 4 tahun jumlahnya 4 juta/mm kubik kemudian
jumlahnya naik lagi dan pada umur 5 tahun keatas jumlahnya jumlahnya 5 juta/mm kubik
Jenis kelamin: pada wanita jumlahnya lebih sedikit (4,5 juta/mm kubik) dibandingkan
dengan pria (5 juta/mm kubik)
olahraga: olah raga yang dilakukan secara teratur akan menaikan jumlah eritrosit dan kadar
hemoglobin
ketinggian tempat : manusia atau hewan yang hidup didaerah dataran tinggi, jumlah
eritrosit dan hemoglobinnya lebih banyak
Umur eritrosit
Setiap hari darah manusia kehilangan 200-250 x 109 butir eritrosit. Semenjak lahir eritrosit
dibentuk dalam sumsum tulang merah. Umur eritrosit diperkirakan 90-120 hari. Selama umur ini
eritrosit mengadakan perjalanan 700 mil. Jika eritrosit sudah tua, maka akan dihancurkan oleh sistem
retikuloendotelial. Retikuloendotelial adalah sel-sel yang sifatnya amoeboid dan fagositosis.
Penghancuran eritrosit dilakukan dengan cara hemolisis dan fragmentasi. Hemoglobin yang
terkandung dalam eritrosit kemudian dipecah menjadi globin dan heme. Heme ini kemudian terurai
menjadi bilirubin dan Fe. Fe kemudian disimpan sebagai cadangan untuk proses hemopoisis dalam
sumsum tulang, sedangkan bilirubin diproses lebih lanjut dan untuk seterusnya diekskresikan bersama-
sama dalam urin dan feses.
Tiap jenis pigmen darah mempunyai atau logam yang tertentu. Hemoglobin, klorokruorin,
dan hemeritrin logamnya ialah Fe sedangkan hemosianin mempunyai logam Cu. Tiap atom logam,
mengikat atom oksigen. Daya mengikat logam terhadap atom oksigen adalah hemoglobin 1:1,
klorokruorin 1:1, hemosianin 2:1 dan hemiritrin 3:1. Pigmen respirasi yang lain adalah eritrokruorin yang
mengandung logam Fe terdapat pada hewan invertebrata antara lain larva insekta. Pigmen
hemokuprein mengandung logam Cu, terdapat pada eritrosit beberapa jenis hewan seperti biri-biri,
kuda dan sapi.
Hemoglobin
Derivat hemoglobin mempunyai spektrum absorpsi yang spesifik sehingga senyawa tersebut dapat
dengan mudah dikenal dan dibedakan dengan metode spektrofotometer.
2. Leukosit
Ciri-ciri leukosit ialah ,mempunyai nukleus, tidak mempunyai hemoglobin, mempunyai ukuran
relatif lebih besar dan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan eritrosit. Disamping ciri-ciri
tersebut, leukosit mempunyai sifat antara lain sebagai berikut.
Pergerakan seperti amoeba. Leukosit dapat bergerak dari satu tempat ketempat lain dengan
cara menjulurkan sitoplasmanya kearah yang dikehendaki.
Khemotaksis, kemampuan untuk bergerak menuju tempat yang luka atau inflamasi
(peradangan)
Fagositosis, kemampuan untuk memakan sel-sel mati atau benda-benda asing . Kemampuan
ini terutama berkembang pada neutrofil, limfosit dan monosit
Diapedisis, kemampuan untuk menembus kapiler menuju jaringan
Leukosit mempunyai fungsi sebagai alat pertahanan tubuh dengan 3 cara yaitu :
Fagositosis
Menghasilkan antibodi
Menghancurkan atau menetralkan toksin
Leukosit digolongkan berdasarkan ada tidaknya butir (granul) dalam sitoplasmanya yang dilihat
dengan pewarnaan tertentu. Penggolongan tersebut ialah :
Neutrofil
P ada manusia jumlah terbesar yaitu 60-70% dari seluruh leukosit. Butir-butir
pada sitoplasmanya menyerap zat warna netral. Intinya mempunyai
beberapa lobus. Mempunyai gerakan seperti amoeba dan mempunyai sifat
fagositosis.
Eosinofil
Ju mlahnya diperkirakan sekitar 1-4%. Menyerap zat warna asam. Intinya
mempunyai dua lobus. Fungsinya menghancurkan dan detoksifikasi toksin
Basofil
Jumlahnya antara 0-1% dari seluruh leukosit. Intinya umumnya berbentuk
huruf S. Butir-butir dalam sitoplasmanya menyerap zat warna yang bersifat
basa. Diperkirakan basofil menghasilkan antikoagulan (heparin).
Monosit
J umlahnya kira-kira 4-8% dari seluruh leukosit. Intinya berbentuk tapal kuda
atau berbentuk ginjal dan sitoplasmanya lebih besar dari inti. Monosi
mempunyai sifat fagositosis yang kuat.
Limfosit
Jumlahnya sekitar 20-30% dari seluruh leukosit. Intinya besar, bulat atau
seperti ginjal. Sitoplasmanya lebih kecil dari intinya. fungsinya menghasilkan
antibodi (limfosit B) dan mengfagosit benda asing (limfosit T).
3. Trombosit
Trombosit tidak mempunyai inti dengan garis tengah 2-5 mikron, bentuknya
seperti cakram, dibuat di sumsum tulang merah. Pada manusia jumlahnya
berkisar antara 200.000-400.000/mm kubik. Dapat hisdup 2-3 hari . Fungsinya
sangat penting yaitu dalam proses pembekuan darah.
Suhu yang rendah : Proses koagulasi adalah proses yang melibatkan enzim, suhu rendah
menyebabkan proses koagulasi dapat menjadi lambat tetapi tidak dicegah. Bila darah
didinginkan antara 5- 10 derajat celcius maka proses koagulasi dapat ditunda.
Menghindari kontak dengan benda asing dan jaringan yang rusak. Bila darah bersentuhan
dengan permukaan benda asing , maka terbentuk tromboplastin dan faktor stabil akan
diaktifkan. Dilaboratorium, kontak dengan benda asing dapat dicegah dengan melapisi
tabung gelas dengan parafin atau silikon.
Dekalsifikasi. Pengikatan ion Ca++ dengan suatu substansi tertentu sehingga dapat
mencegah koagulasi karena dapat menghambat pembentukan trombin. Zat yang umumnya
digunakan mengendapkan ion Ca++ adalah natrium dan kalium oksalat
Hirudin. merupakan antikoagulan yang pengaruhnya adalah mencegah kerja trombin dan
dihasilkan oleh kelenjar ludah lintah (Hirudo) . beberapa bisa ular, terutama ular kobra juga
mengandung zat antikoagulan. Sifatnya adalah mengubah sifat kimia tromboplastin atau
merusak fibrinogen. Ada juga ular yang mempercepat koagulasi sehingga terjadi koagulasi
intravaskuler. Dicumarol yang berasal dari jenis tumbuhan tertentu dapat mencegah
koagulasi dengan menghambat pembentukan protrombin di hati.
Ada juga faktor yang dapat mempercepat proses koagulasi antara lain:
pemanasan.
Pengocokan. Bila darah dikocok pelan-pelan, maka koagulasi dapat dipercepat dan
sebaliknya jika dikocok keras akan melambatkan koagulasi karena anyaman fibrin akan
pecah
Luas permukaan kontak. Koagulasi akan dipercepat dengan menambah luas permukaan
bidang kontak. hal ini dapat dilakukan dengan menambah larutan kasa atau kapas ketanah
Larutan Hemostatik. Ekstrak jaringan terutama ekstrak paru-paru dan timus yang
mengandung banyak tromboplastin adalah koagulan yang kuat, sama seperti bisa dari jenis
ular tertentu. Hal ini tergantung pada enzim proteolitik yang mampu mengubah protrombin
menjadi trombin
Fibrinolisis
Fibrinolisis terjadi akibat karena adanya kerja enzim fibrinolisin atau plasmin. Dalam peredaran
darah terdapat plasmin yang belum aktif yang disebut Plasminogen. Perubahan plasminogen menjadi
plasmin dipengaruhi oleh aktifator plasminogen.
Golongan Darah
3. Sistem MN
Pada tahun 1927, Lansteiner dan Levine menemukan sejenis antigen pada eritrosit yang
disebut antigen M dan antigen N. Mereka berpendapat eritrosit seseorang dapat memiliki salah satu
atau kedua antigen tersebut. Berdasarkan hal tersebut dalam penggolongan sistem MN, golongan darah
dibedakan atas :
Fungsi umum darah adalah sebagai alat pengangkutan, pengaturan, dan perlindungan tubuh.
Karakteristik darah :
a. Jumlah darah dalam tubuh manusia sekitar 4 – 6 liter yang bergantung pada ukuran
tubuh seseorang
b. Warna darah merah karena darah banyakmengandung oksigen
c. Kisaran normal pH darah adalah 7,35 sampai 7,4
d. Viskositas, darah lebih kental tiga samapi lima kali disbanding dengan air
Darah dibagi menjadi dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah
1. Plasma darah
- 95 % adalah air
- Mengangkut nutrient, sampah, hormone, antibodi, CO2 dalam bentuk HCO3-
- Terdiri dari cairan darah dan protein darah ( albumin, globulin, dan fibrinogen )
a. Albumin, paling banyak mengikat zat untuk transportasi melalui plasma dan sangat berperan
dalam menentukan tekanan osmotic koloid karena jumlahnya.
2. Sel darah
o Eritrosit
-Merupakan bagian utama dari darah
- Bentuknya bikonkaf warna merah, tidak memiliki nukleus
- Eritrost berumur 120 hari
- Pada orang dewasa jumlahnya 4 juta / cc – 5 juta /cc
- Fungsi : karena mengandung protein hemoglobin, sel darah merah berfungi untuk
mengangkut oksigen
o Leukosit
- Berinti ( > 1 lobus ) – basofil, netrofil dan eosinofil
- 1 inti – monosit dan limfosit
- Dewasa jumlahnya 5000 – 10.000 /cc
- Bersifat fagositik ( untuk pertahanan tubuh )
o Trombosit :
- Pada orang dewasa 200.000 – 500.000 / cc
- Mengandung banyak faktor pembekuan darah, faktor 8 ( antihemopilic factor )
- Trombosit dibutuhkan untuk memelihara hemostasis, yaitu mencegah kehilangan
darah
B. Mekanisme pembekuan darah
– Spasme vaskuler
Ketika terjadi respon miogenik, trombosit yang berada di daerah yang mengalami kerusakan
akan melepaskan sirogenik, yang akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah.
Bila trombosit bersinggungan dengan permukaan pembuluh yang rusak misalnya serat
kolagen atau sel endotel yang rusak, maka trombosit mulai bereaksi yaitu membengkak
berbentuk ireguler dengan tonjolan tonjolan dipermukaannya.
3. Trombin bekerja sebagai enzim proteolitik mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang
merangkai trombosit, sel darah, dan plasma menjadi bekuan darah.
Bekuan diinvasi oleh fobroblas membentuk jaringan ikat fibrosa, dipermudah oleh faktor
pertumbuhan yang disekresi oleh trombosit
Tromboplastin karena ada ion Ca dan konvertin merubah protombin menjadi thrombin
- Lap. Glikokaliks
- Trombomodulin
- Benang fibrin
- Antitrombin ll
- Heparin
- Alfa2 makroglobulin
PEMBEKUAN DARAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hemostasis dan koagulasi merupakan serangkaian kompleks reaksi yang menyebabkan
pengendalian pendarahan melalui pembentukan trombosit dan bekuan fibrin pada tempat cedera.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana proses pembekuan darah dan Apa saja gangguan pada pembekuan darah ?
C. Ruang Lingkup
Makalah ini membahas tentang khususnya proses terjadinya pembekuan darah, dan gangguan
dalam pembekuan darah
D. Tujuan
Tujuan Penyusunan makalah ini adalah :
- Mengetahui Hemostasis dan macam luka serta pengendaliannya
- Mengetahui faktor-faktor pembekuan darah
- Mengetahui proses pembekuan darah
- Mengetahui gangguan pembekuan darah
E. Manfaat
Manfaat Penyusunan makalah ini, yaitu :
Agar para pembaca dapat memperoleh pemahaman tentang proses pembekuan darh dan gangguan
pembekuan darah .
F. Metode Penyusunan
Makalah ini menggunakan metode penyusunan kepustakaan, yaitu penyusunan makalah yang
melalui sumber kepustakaan, mengumpulkan data-data dan keterangan melalui buku-buku dan bahan
lainnya seperti internet, yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang bahas.
BAB II
HEMOSTASIS
2.1 Pengertian Hemostasis
Hemostasis berasal dari kata haima (darah) dan stasis (berhenti), merupakan proses yang amat
kompleks, berlangsung terus menerus dalam mencegah kehilangan darah secara spontan, serta
menghentikan pendarahan akibat adanya kerusakan sistem pembuluh darah. Proses ini mencakup
pembekuan darah (koagulasi) dan melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit (platelet) serta
protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan maupun yang melarutkan bekuan.
Pada hemostasis primer terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera sehingga
aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Vasokonstriksi merupakan respon segera terhadap
cedera, yang diikuti dengan adhesi trombosit pada kolagen pada dinding pembuluh yang terpajan
dengan cedera dengan perantara faktor von Willbrand. Trombosit yang teraktivasi menyebabkan
reseptor trombosit Gp IIb/IIIa siap menerima ligan fibrinogen dan terjadi agregasi trombosit dan
membentuk plak trombosit yang menutup luka/truma . Proses ini kemudian diikuti proses hemostasis
sekunder yang ditandai dengan aktivasi koagulasi melalui jalur intrinsik dan jalur ekstrinsik. 5
BAB III
PEMBEKUAN DARAH
3.1 Faktor Pembekuan Darah
Di awal abad 20, Howell mengatakan bahwa ada 4 faktor penggumpal darah, yaitu tromboblastin,
protrombin, Ca 2+ dan fibrinogen. Dewasa ini telah diketahui paling tidak ada 12 faktor yang diperlukan
dalam penggumpalan darah, seperti yang tampak pada tabel berikut ini.
Faktor Nama
I Fibrinogen
II Protrombin
III Tromboplastin ( faktor jaringan)
IV Ca2+
V Proakselerin = globulin akselerator (Ac-glob)
VII Prokonvertin
VIII Faktor antihemofilia, globulin antihemofilia (AHG)
IX Komponen Tromboplastin plasma (faktor christmas)
IX Faktor stuart-power
X Anteseden tromboplastin plasma (PTA)
XII Faktor hageman
XIII Faktor Laki-Lorand
Tabel 1.1 faktor pembekuan darah.
3.2 Proses Pembekuan Darah ( Koagulasi )
Mekanisme pembekuan darah merupakan hal yang kompleks. Mekanisme ini dimulai bila terjadi
trauma pada dinding pembuluh darah dan jaringan yang berdekatan, pada darah, atau berkontaknya
darah dengan sel edotel yang rusak atau dengan kolagen atau unsure jaringan lainnya di luar sel endotel
pembuluh darah. Pada setiap kejadian tersebut, mekanisme ini menyebabkan pembentukan activator
protrombin, yang selanjutnya akan mengubah protrombin menjadi thrombin dan menimbulkan seluruh
langkah berikutnya.
Mekanisme secara umum, pembekuan terjadi melalui tiga langkah utama:
1. Sebagai respon terhadap rupturnya pembuluh darah yang ruak, maka rangkaian reaksi
kimiawi yang kompleks terjadi dalam darah yang melibatkan lebih dari selusin factor
pembekuan dara. Hasil akhirnya adalah terbentuknya suatu kompleks substansi teraktivasi
yang disebut activator protrombin.
2. Aktivator protrombin mengkatalisis pengubahan protrombin menjadi thrombin.
3. Trombin bekerja sebagai enzim untuk mengubah fibrinogen menjadi benang fibrin yang
merangkai trombosit, sel darah, dan plasma untuk membentuk bekuan.
Mekanisme Koagulasi, terdiri dari dua jalur yaitu :
1. Melalui jalur Ekstrinsik yang dimulai dengan terjadinya trauma pada dinding pembuluh dan
jaringan sekitarnya
2. Melalui jalur Instrinsik yang berawal di dalam darah itu sendiri.
Pada kedua jalur ini, baik Ekstrinsik maupun Instrinsik, berbagai protein plasma, terutama
betaglobulin, memegang peranan utama. Bersama dengan factor-faktor lain yang telah
diuraikan dan terlibat dalam proses pembekuan, semuanya disebut factor-faktor pembekuan
darah, dan pada umumnya, semua itu dalam bentuk enzim-enzim proteolitik yang inaktif. Bila
berubah menjadi aktif, kerja enzimmatiknya akan menimbulkan proses pembekuan berupa
reaksi-reaksi yang beruntun dan bertingkat.
1. Pelepasan factor jaringan. Jaringan yang luka melepaskan beberapa factor yang disebut factor
jaringanatau tromboblastin jaringan. Faktor ini terutama terdiri dari fosfolipid dari membrane jaringan
dan kompleks lipoprotein yang mengandung enzim preteolitik yang tinggi.
2. Aktivasi Faktor X- peranan factor VII dan factor jaringan. Kompleks lipoprotein dari factor jaringan
selanjutnya bergabung dengan factor VII dan bersamaan dengan hadirnya ion kalsium, factor ini bekerja
sebagai enzim terhadap factor X untuk membentuk factor X yang teraktivasi.
3. Efek dari factor X yang teraktivasi dalam membantu aktifator protrombin-peranan factor V. Faktor X
yang teraktivasi segera berikatan dengan fosfolipid jaringan, atau dengan fosfolipidtambahan yang
dilepaskan dari trombosi, juga dengan factor V, yang membentuk senyawa yang disebut activator
protrombin. Kemudian senyawa ini memecah protrombin menjadi trombin, dan berlangsunglah proses
pembekuan darah. Pada tahap permulaan, factor V yang terdapat dalam kompleks activator protrombin
bersifat inaktif, tetapi sekali proses pembekuan darah ini dimulai dan thrombin mulai terbentuk, kerja
proteolitik dari thrombin akan mengaktifkan akselerator tambahan yang kuat dalam mengaktifkan
protrombin. Pada akhirnya, factor X yang teaktivasilah yang menyebabkan pemecahan protrombin
menjadi thrombin.
B. Mekanisme Instrinsik
Mekanisme kedua untuk pembentukan activator protrombin, dan dengan demikian juga merupakan
awal dari proses pembekuan, dimulai dengan terjadinya trauma terhadap darah itu sendiri atau
berkontak dengan kolagen pada dinding pembuluh darahyang rusak, dan kemudian berlangsunglah
serangkaian reaksi yang bertingkat.
1. Pengaktifan factor XII dan pelepasan fosfolipid trombosit oleh darah yang terkena trauma. Trauma
terhadap darah atau berkontaknya darah dengan kolagen pembuluh darahakan mengubah dua factor
pembekuan penting dalam darah: Faktor XII dan Trombosit. Bila factor XII terganggu, misalnya karena
berkontak dengan kolagen atau dengan permukaan yang basah seperti gelas, ia akan berubah menjadi
bentuk baru yaitu sebagai enzim proteolitik yang disebut factor XII yang teraktivasi. Pada saat
bersamaan,trauma terhadap darah juga akan merusak trombosit akibat bersentuhan dengan kolagen
atau dengan permukaan basah,dan ini akan melepaskan fosfolipid trombosit yang mengandung
lipoprotein, yang disebut 3 faktor pembekuan selanjutnya.
2. Pengaktifan factor XI, Faktor XII yang teraktivasi bekerja secara enzimatik terhadap factor XI dan juga
mengaktifkannya, ini merupakan langkah kedua dalam jalur Instrinsik. Reaksi ini memerlukan Kininogen
HMW( berat molekul tinggi), dan dipercepat oleh prekalikrein.
3. Pengaktifan factor IX oleh factor XI yang teraktivasi bekerja secara enzimatik terhadap factor XI dan
mengaktifkannya.
4. Pengaktifan factor X-peranan Faktor VIII. Faktor IX yang teraktivasi, yang bekerja sama dengan factor
VIII teraktivasi dan dengan Fosfolipid trombosit dan factor 3 dari trombosit yang rusak, mengaktifkan
factor X.
5. Kerja factor X teraktivasi dalam pembentukan aktivastor protrombin-peranan factor V. Langkah dalam
jalur instrinsik ini pada prinsipnya sama dengan langkah pada jalur ekstrinsik. Artinya, Faktor X yang
teraktivasi berbentuk suatu kompleks yang disebut activator protrombin.
Pembuluh darah rusak, pembekuan dimulai oleh kedua jalur secara bersamaan. Factor jaringan
mengawali jalur ekstrinsik, sedangkan berkontaknya factor XII dan trombosit dengan kolagen di dinding
pembuluh mengawali jalur instrinsik. Suatu perbedaan yang sangat penting antara jalur ektrinsik dan
jalur intrinsic ialah bahwa jalur ektrinsiksipatnya dapat ekplosit, sekali dimulai, kecepatan prosesnya
hanya dibatasi oleh jumlah factor jaringan yang dilepaskan oleh jaringan yang cidera, dan oleh jumlah
factor X, VII, dan V yang terdapat dalam darah. Pada cidera jaringan yang hebat, pembekuan dapat
terjadi dalam 15 detik. Jalur intrinsic prosesnya jauh lebih lambat, biasanya memerlukan waktu 1-6
menit untuk menghasilkan pembekuan.1
Lintasan instrinsik dimulai dengan fase kontak dengan prekalikrein, kininogen dengan berat
molekul tinggi, faktor XII dan faktor XI terpajan pada permukaan pengaktif yang bermuatan negatif.
Kalau komponen dalam fase kontak terkait pada permukaan pengaktif, faktor XII akan diaktifkan
menjadi faktor XIIa pada saat proteolisis oleh kalikrein. Begitu faktor XIIa mengaktifkan faktor XI menjadi
XIa dan juga melepaskan bradikinin dari kininogen dengan berat molekul tinggi. Faktor XIa dengan
adanya ion Ca2+ mengakitfkan faktor IX menjadi enzim serin protease, yaitu faktor IXa. Faktor ini
selanjutnya memutuskan ikatan Arg-Ile dalam faktor X untuk menghaasilkan faktor Xa. Reaksi
belakangan ini memerlukan perakitan komponen, yang dinamakan komplek tenase, pada permukaan
trombosit aktif, yaitu : Ca2+ dan faktor VIIIa disamping faktor IXa dan faktor X. Faktor VIII diaktifkan oleh
trombin dengan jumlah yang sangat kecil hingga terbentuk faktor VIIIa, yang selanjutnya diinaktifkan
oleh trombin dalam proses pemecahan selanjutnya. 4
Lintasan ekstrinsik melibatkan faktor jaringan, faktor VII, X serta Ca2+ dan meghasilkan faktor Xa.
Faktor jaringan berinteraksi dengan faktor VII dan mengaktifkannya. Faktor jaringan bekerja sebagai
kofaktor untuk faktor VIIa untuk mengaktifkan faktor X. Pada lintasan terakhir yang sama, faktor Xa yang
dihasilkan oleh lintasan intrinsik dan ekstrinsik, akan mengaktifkan protombin menjadi trombin yang
kemudian mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Pengaktifan protombin terjadi pada permukaan
trombosit aktif dan memerlukan perakitan kompleks proetombinase yang terdiri atas fosfolipid anionik
platelet, Ca2+, faktor Va, faktor Xa dan protombin. Selain mengubah fibrinogen menjadi fibrin, trombin
juga mengubah faktor XIII menjadi faktor XIIa. Faktor ini merupakan transglutaminase yang sangat
spesifik dan membentuk ikatan silang
secara kovalen antar molekul fibrin dengan membentuk ikatan peptida antara gugus amida residu
glutamin dan gugus ε mino residu lisin, sehingga menghasilkan bekuan fibrin yang lebih stabil dengan
peningkatan resistensiterhadap proteolisis.4
- Regulasi Thrombin
Thrombin yang aktif terbentuk dalam proses hemostasis atau thrombosis, konsentrasinya harus
dikontrol secara cermat untuk mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut atau pengaktifan trombosit.
Pengontrolan ini dilakukan melalui 2 cara yaitu:
1. Thrombin beredar dalam darah sebagai prekorsor inaktif, yaitu protrombin. Pada setiap reaksinya,
terdapat mekanisme umpan balik yang akan menghasilkan keseimbangan antara aktivasi dan inhibisi.
2. Inaktivasi setiap thrombin yang terbentuk oleh zat inhibitor dalam darah.
Serat fibrin sendiri mengaktifkan suatu factor yang terdapat didalam darah dan berbagai jaringan,
yaitu profibrinokinase (profibrinolisokinase) menjadi bentuk aktif, yaitu fibrinokinase (fibrinolisokinase).
Selanjutnya, fbrinokinase ini akan mengaktifkan plasmin (fibrinolisin) yang didalam darah berada dalam
bentuk tidak aktif, yaitu plasminogen (profibrinolisis). Plasmin atau fibrinolisin yang aktif ini adalah suatu
enzim proteolitik yang sangat kuat, sehingga serat-serat fibrin yang tidak larut dan selanjutnya dipecah
menjadi peptida kecil-kecil. 3
3.4 Anti Koagulasi
Senyawa yang dapat menghambat penggumpalan darah dinamakan antikoagulan. Antikoagulasi ada
yang bekerja dengan cara mengganggu pematangan protein factor penggumpalan yaitu antagonis
vitamin K seperti dikumorol, selain itu ada juga antikoagulan yang bekerja dengan mengaktifkan
antitrombin, yaitu Heparin, menghambat kerja thrombin yang sudah aktif dalam mengkatalis proses
penggumpalan darah. 3
BAB IV
GANGGUAN PEMBEKUAN DARAH
Gangguan pada tingkat pembuluh darah.
Hal ini disebabkan oleh adanya kekurangan vitamin C dalam jumlah yang banyak dan dalam
jangka waktu yang agak lama, yang berujung pada kerapuhan pemmbuluh darah, terutama pembuluh
darah kapiler. Akibatnya, mudah terjadinya pendarahan bahkan oleh trauma ringan sekalipun.
Hanya gen dari faktor inilah yang terdapat di kromosom x, sedangkan faktor penggumpalan lain disebut
otosom. Penyakit von willebrand adalah salah satu contoh penyakit genetik otosom. Penyakit ini
ditandai dengan adanya gangguan pada kemampuan trombosit untuk melekat pada permukaan dan
juga gangguan pada faktor VIII. Darah si penderita masih dapat menggumpal, hanya saja membutuhkan
waktu yang lama. Kelainan penggumpalan lain yang disebabkan oleh genetik otosom ialah kelainan pada
faktor V yang dinamakan parahemofilia, faktor VII dan faktor X (stuart). Selain itu, ada pula
penyakit afibrinogenemia yang juga merupak genetik otosom yang dicirikan dengan tidak adanya
fibrinogen dalam darah oleh karena penderita tidak mampu mensintesis fibrinogen sendiri. Saat ia
terancam bahaya pendarahan, ia harus diberikan fibrinogen dari luar tiap 10 – 14 hari karena biasanya
fibrinogen akan lenyap dalam waktu 12 – 21 hari.
BAB V
PENUTUP
Hemostasis dan koagulasi merupakan serangkaian kompleks reaksi yang menyebabkan
pengendalian pendarahan melalui pembentukan trombosit dan bekuan fibrin pada tempat cedera.
Menghentikan perdarahan.
a. Ketika mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada
pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah mengalir
keseluruh tubuh), lalu darah keluar dari pembuluh.
b. Pembuluh darah mengerut/ mengecil.
c. Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada
pembuluh.
d. Faktor-faktor pembeku darah bekerja membuat anyaman
(benang - benang fibrin) yang akan menutup luka sehingga
darah berhenti mengalir keluar pembuluh.