Anda di halaman 1dari 75

PERENCANAAN PANGAN DAN GIZI

1. PERATURAN DAN PERUNDANGAN PERENCANAAN


2. KEBIJAKAN PROGRAM GIZI.
3. DOKUMEN PERENCANAAN PROGRAM GIZI DALAM
RPJMK, GRAND STRATEGY, RENSTRA, DSB.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN)
( )
SPPN adalah satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana
pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah dan
tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara
negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.

PEMBANGUNAN NASIONAL ADALAH UPAYA YANG DILAKSANAKAN


OLEH SEMUA KOMPONEN BANGSA DALAM RANGKA MENCAPAI
TUJUAN BERNEGARA 4
RUANG LINGKUP PERENCANAAN PEMB. NASIONAL
1. Perencanaan Pembangunan Nasional mencakup penyelenggaraan
perencanaan makro semua fungsi pemerintahan yang meliputi
semua bidang kehidupan secara terpadu dalam Wilayah RI
2. Perencanaan Pembangunan Nasional terdiri atas perencanaan
pembangunan yang disusun secara teradu oleh Kementerian/
Lembaga dan perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah
sesuai kewenangannya
3. Perencanaan Pembangunan Nasional menghasilkan:
1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang
2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah
3) Rencana Pembangunan Tahunan
RUANG LINGKUP PERENCANAAN
NASIONAL DAERAH
Rencana Pembangunan Jangka Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) Panjang Daerah (RPJPD)
Rencana Pembangunan Jangka Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Menengah Daerah (RPJMD)
Rencana Strategis Kementerian / Rencana Strategis Satuan Kerja
Lembaga (RK/RL) Perangkat Daerah (RENSTRA-SKPD)
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD)
Rencana Kerja Kementerian / Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Lembaga (RENJA – KL) Daerah (RENJA – SKPD) 6
DOKUMEN PERENCANAAN DAERAH
SESUAI UU NO. 17/2003, UU NO. 25/04 DAN UU NO. 32/04

SISTEM PERENCANAAN UU No. 25 - 2004 HORIZON WAKTU

JANGKA PANJANG • RPJP • 20 TAHUN


Ditetapkan 6 bulan setelah pelantikan
Presiden. Daerah menyusun RPJP Daerah
setelah RPJP Nasional ditetapkan
JANGKA MENENGAH • RPJM • 5 TAHUN
• RENSTRA RPJM Ditetapkan 3 bln setelah KDH
SKPD terpilih dilantik dan dituangkan ke dalam
Perda, sedangkan Renstra SKPD
ditetapkan dalam bentuk SK KDH.
JANGKA PENDEK • RKPD • 1 TAHUN
• RENJA SKPD Peraturan Kepala Daerah
• APBD
• DPA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 17 TAHUN 2007
TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG


NASIONAL TAHUN 2005 – 2025
RPJP UNTUK APA??

 Ada perubahan yang terjadi dengan sangat perlahan namun dalam


jangka panjang efeknya sangat besar seperti demografi, sumber daya
alam, ekonomi, dll.
 Perubahan ini tidak terdeteksi kalau periode analisisnya hanya 5 tahun,
karenanya perlu pengamatan 20 tahunan.
 Semua perubahan ini perlu diantisipasi.
 Dan dituangkan dalam rencana jangka panjang.
Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi
dalam 20 tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia dan amanat pembangunanyang tercantum
dalamPembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 adalah:

INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR


Tahapan skala prioritas utama dan strategi RPJM secara ringkas adalah
sebagai berikut:
1. RPJM ke-1 (2005–2009) diarahkan untuk menata kembali dan
membangun Indonesia di segala bidang yang ditujukan untuk
menciptakan Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan
demokratis, dan yang tingkat kesejahteraan rakyatnya
meningkat.
2. RPJM ke-2 (2010–2014) ditujukan untuk lebih memantapkan
penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan
menekankan pada upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia termasuk pengembangan kemampuan iptek serta
penguatan daya saing perekonomian.
3. RPJM ke‐3 (2015–2019) ditujukan untuk lebih memantapkan
pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan
menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian
berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya
manusia berkualitas serta kemampuan iptek yang terus
meningkat.
4. RPJM ke‐4 (2020–2025) ditujukan untuk mewujudkan
masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan
makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang
dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang
kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah
yang didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing.
ALUR PERENCANAAN
BAGAN ALUR KETERKAITAN DOKUMEN PERENCANAAN

RENSTRA RENJA RKA – Rincian


KL KL KL APBN

PEMERINTAH
Pedoman Pedoman Pedoman

PUSAT
Diacu
Bahan Bahan

RPJP RPJM
RKP RAPBN APBN
Nasional Nasional
Pedoman Dijabarkan Pedoman
Diacu Diperhatikan Diselaraskan melalui Musrenbang

Pedoman Dijabarkan Pedoman


RPJP RPJM

PEMERINTAH
RKP Daerah RAPBD APBD
Daerah Daerah Pedoman Pedoman

DAERAH
Pedoman Diacu
Bahan Bahan
RENSTRA RENJA RKA – Rincian
SKPD SKPD SKPD APBD
Pedoman Pedoman
BAGAN ALUR PENYUSUNAN RPJMN DAN RENSTRA KL
Platform Peraturan
Presiden Presiden
Aspirasi
Masyarakat ditetapkan
• RPJPN 2005-2025 RANCANGAN
RANCANGAN RANCANGAN AKHIR RPJMN
• RANCANGAN Musrenbang
AWAL RPJMN RPJMN RPJMN
TEKNOKRATIK JAMNAS
RPJMN

BAHAN
Hasil

PENYUSUNAN
Evaluasi

PEDOMAM
PEDOMAN
RPJM • SINKRONISASI Penelaahan
(TRILATERAL (Trilateral
MEETING) Meeting)
Aspirasi
Masyarakat

• RANCANGAN RANCANGAN RENSTRA


TEKNOKRATIK RENSTRA K/L K/L
RENSTRA K/L

Evaluasi
Koordinasi
Pemb.
Pemerintah
Sektor
Daerah
BAGAN RENSTRA-KL BAGI KEMENTERIAN

VISI
ORGANISASI
KEMENTERIAN/ MISI
LEMBAGA
TUJUAN
DEPARTEMEN SASARAN STRATEGIS
(IMPACT)

STRATEGI KEBIJAKAN DAN PENDANAAN

PROGRAM
ESELON I PROGRAM-PROGRAM TEKNIS
PROGRAM GENERIK SASARAN HASIL
(OUTCOME)
PROGRAM
ESELON II PROGRAM-PROGRAM TEKNIS
PROGRAM GENERIK SASARAN HASIL
(OUTCOME)
IDENTIFIKASI PENYUSUNA PENYUSUNA
KONDISI PENYUSUNA N TUJUAN N ARAH
TARGET DAN
PERSIAPAN UMUM SERTA N VISI DAN DAN KEBIJAKAN
PENDANAAN
PERMASALA MISI K/L SASARAN DAN
HAN STRATEGIS STRATEGI
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH
RENCANA PEMBANGUN JANGKA MENENGAH NASIONAL
2015 - 2019

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


NO 2 TAHUN 2015
Visi Misi Pembangunan

Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa,


tantangan pembangunan yang dihadapi dan capaian
pembangunan selama ini, maka visi pembangunan
nasional untuk tahun 2015-2019 adalah:

TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI,


DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG-
ROYONG
MISI PEMBANGUNAN

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan


wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber
daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri
sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan
sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat,
dan berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
RANCANGAN TEKNOKRAT

RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH NASIONAL 2020-2024

INDONESIA BERPENGHASILAN MENENGAH - TINGGI


YANG SEJAHTERA, ADIL, DAN BERKESINAMBUNGAN
RANCANGAN TEKNOKRAT
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL  2020‐2024 

BAB 1  RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL IV 2020‐
2024: INDONESIA BERPENGHASILAN MENENGAH ‐ TINGGI YANG 
SEJAHTERA, ADIL, DAN BERKESINAMBUNGAN 
BAB 2  MEMPERKUAT KETAHANAN EKONOMI UNTUK PERTUMBUHAN YANG 
BERKUALITAS 
BAB 3  MENGEMBANGKAN WILAYAH UNTUK MENGURANGI KESENJANGAN 
& MENJAMIN PEMERATAAN 
BAB 4  MENINGKATKAN SDM BERKUALITAS DAN BERDAYA SAING 
BAB 5  MEMBANGUN KEBUDAYAAN DAN KARAKTER BANGSA 
RANCANGAN TEKNOKRAT
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL  2020‐2024 

BAB 6  MEMPERKUAT INFRASTRUKTUR UNTUK MENDUKUNG 
PENGEMBANGAN EKONOMI & PELAYANAN DASAR 
BAB 7  MEMBANGUN LINGKUNGAN HIDUP, MENINGKATKAN KETAHANAN 
BENCANA, DAN PERUBAHAN IKLIM 
BAB 8  MEMPERKUAT STABILITAS POLHUKAM DAN TRANSFORMASI 
PELAYANAN PUBLIK 
BAB 9  KAIDAH PELAKSANAAN 
BAB 10  MENUJU INDONESIA 2025 
Empat Pilar RPJMN IV tahun 2020 - 2024
7 AGENDA PEMBANGUNAN RPJMN IV TAHUN 2020 - 2024

Memperkuat Ketahanan Ekonomi


untuk Pertumbuhan yang Berkualitas
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung
Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan
Dasar
Mengembangkan Wilayah untuk
Mengurangi Kesenjangan
Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan
Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim
Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang
Berkualitas dan Berdaya Saing
Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan
Transformasi Pelayanan Publik
Membangun Kebudayaan dan Karakter
Bangsa
PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG

RENCANA AKSI PANGAN DAN GIZI


Pasal 2
RUANG LINGKUP PERATURAN MENTERI INI
MELIPUTI:
a. RAN - PG;
b. penyusunan RAD-PG;
c. Pemantauan dan Evaluasi Rencana Aksi
Pangan dan Gizi; dan
d. peninjauan kembali RAN-PG.
L ATA R B E L A K A N G
1. Dunia telah mamasuki era globalisasi, penuh persaingan secara regional maupun
global.
• Tantangan SDM Indonesia adalah beban gizi ganda di semua siklus kehidupan
(“across the life course”)
• Dampak masalah pangan dan gizi pada usia dini tidak terbatas pada status gizi saja,
seperti pendek, kegemukan, dan gizi buruk, tetapi jauh lebih luas karena terkait
dengan risiko rendahnya kecerdasan, serta risiko menderita penyakit tidak menular
pada usia dewasa.
2. Untuk mengatasinya, perlu kerjasama multisektor di pusat-daerah sehingga :
 ibu hamil dan Ibu menyusui tidak kurang makan, tidak kurus, dan tidak anemia;
 Anak tidak BBLR, tidak pendek, tidak anemia; dan
 Anak dan orang dewasa tidak gemuk
29
Tujuan RAN‐PG
RAN-PG bertujuan untuk :
1. Mengintegrasikan dan menyelaraskan perencanaan pangan dan gizi nasional
melalui koordinasi program dan kegiatan multisektoral;
2. Meningkatkan pemahaman, peran dan komitmen Pemangku Kepentingan Pangan
dan Gizi untuk mencapai Kedaulatan Pangan serta Ketahanan Pangan dan Gizi.
3. Memberikan panduan bagi Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam
melaksanakan rencana aksi Pangan dan Gizi dengan menggunakan pendekatan
multisektor; dan
4. Memberikan panduan bagi Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam
melaksanakan pemantauan dan evaluasi rencana aksi Pangan dan Gizi
multisektor;
30
RENCANA AKSI PANGAN DAN GIZI TERDIRI ATAS RAN-PG DAN RAD-PG

RAN-PG bertujuan untuk:


1. mengintegrasikan dan menyelaraskan perencanaan pangan dan gizi
nasional melalui koordinasi program dan kegiatan multisektoral;
2. meningkatkan peran dan komitmen pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dalam mengoordinasikan pemangku kepentingan pangan dan gizi
untuk mencapai ketahanan pangan dan gizi; dan
3. memberikan panduan bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah
dalam melaksanakan kegiatan yang terdapat pada rencana aksi pangan
dan gizi.
RAD-PG terdiri atas RAD-PG Provinsi dan RAD-PG Kabupaten/Kota.
1. RAD-PG Provinsi disusun dengan mengacu kepada RAN-PG dan dokumen
perencanaan daerah lainnya.
2. RAD-PG Kabupaten/Kota disusun dengan mengacu kepada RAD-PG dan
dokumen perencanaan daerah lainnya.
II. PERANAN PANGAN DAN GIZI DALAM
PEMBANGUNAN

32
SITUASI PANGAN DAN GIZI

Situasi Pangan; ditunjukkan oleh tiga indikator utama yaitu:


1. Produksi dan impor, yang menggambarkan ketersediaan
pangan
2. Harga pangan, yang menggambarkan kondisi distribusi dan
akses pangan
3. Tingkat konsumsi pangan yang menggambarkan tingkat
pemanfaatan pangan

33
SASARAN RPJMN 2015-2019
NO INDIKATOR 2014 2019
MENINGKATNYA STATUS KESEHATAN & GIZI IBU  DAN ANAK
1 Menurunnya AKI per 100.000 kelahiran 346 306
2 Menurunnya AKB per 1.000 kelahiran hidup 32 24
3 Menurunnya prevalensi anemia ibu hamil (persen) 37,1 28
4 Menurunnya BBLR (persen) 10,2 8
5 Meningkatnya bayi usia <6 bulan mendapat ASI ekslusif  (persen) 41,5 60

6 Menurunnya prevalensi kekurangan gizi pada balita (persen) 19,6 17

8 Menurunnya prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek)  32,9


2
28
pada baduta (persen)
KERANGKA KONSEP JANGKA MENENGAH DAN PANJANG 
PERBAIKAN GIZI DI INDONESIA
5 PILAR RENCANA AKSI
1. Perbaikan Gizi Masyarakat terutama pada ibu pra hamil, SASARAN 2025
ibu hamil dan anak
2. Peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam ‐ Menurunkan 
proporsi balita 
3. Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan pendek 40%
4. Peningkatan PHBS
5. Penguatan kelembagaan pangan dan gizi SASARAN 2015 ‐ Menurunkan 
proporsi  balita 
‐ Prevalensi  kurus < 5%
balita gizi  ‐ Menurunkan BBLR 
Ibu pra Ibu Ibu
Bayi  & kurang15,5% 30%
WUS Anak
hamil hamil menyusui
( 0 – 23 bln) ‐ Prevalensi balita
pendek 32% ‐ Tidak ada kenaikan
‐ Konsumsi pangan proporsi anak gizi
2000 Kkal/org /hr lebih
Intervensi Gizi Langsung 
INTERVENSI GIZI LANGSUNG INTERVENSI GIZI TDK
‐ Menurunkan 
(SPESIFIK) (Spesifik) LANGSUNG (SENSITIF) proporsi ibu usia 
subur anemia 
1. Perlindungan terhadap  1. Penyediaan air bersih dan
kekurangan besi folat dan 
sebanyak 50%
sanitasi
iodium 2. Ketahanan pangan dan gizi ‐ Meningkatkan 
2. Perlindungan terhadap  3. KB persentase ibu yang
kekurangan energi protein kronis 4. JKN memberikan ASI
3. Pengendalian malaria 5. Fortifikasi pangan
6. Pendidikan gizi masyarakat
Eksklusif selama 6
4. Pemberian ASI Eksklusif,
MP‐ASI tepat, imunisasi dan zat  7. Perlindungan remaja bulan
gizi mikro perempuan paling kurang 50%
8. Pengentasan kemiskinan
ARAH KEBIJAKAN 2015 ‐ 2019
6 Penguatan peran Linsek
dalam rangka intervensi
Peningkatan
1 sensitif dan spesifik
surveilans gizi
termasuk pemantauan
pertumbuhan
Penguatan
pelaksanaan 5
PERBAIKAN 
dan pengawasan
GIZI
Peningkatan promosi regulasi dan standar
perilaku masyarakat gizi
tentang kesehatan, gizi, 2
dll Peningkatan akses dan 4
mutu paket yankes dan
gizi Peningkatan peran serta
masyarakat dalam
perbaikan gizi
3
STRATEGI NASIONAL PERCEPATAN
PERBAIKAN GIZI

Tahap III
Memperluas
pelaksanaan
Tahap II program, 
Mempercepat meningkatkan
pelaksanaan kualitas
Tahap I pelaksanaan dan
Gerakan 1000
HPK, memelihara
Membangun
meningkatkan kesinambungan
komitmen dan
efektifitas dan kegiatan untuk
kerjasama antar
meningkatkan mencapai
pemangku
sumber indikator hasil
kepentingan.
pembiayaan. yang sudah
disepakati.
STRATEGI PELAKSANAAN
1 2 3

Meningkatkan kapasitas Meningkatkan kapasitas Meningkatkan kapasitas


kerjasama dan fasilitasi untuk melaksanakan untuk pemantauan dan
antar pemangku kerjasama yang saling evaluasi kinerja bersama
kepentingan untuk menguntungkan antar dalam rangka
percepatan kegiatan berbagai pemangku pencapaian sasaran
perbaikan gizi kepentingan. perbaikan gizi.
berdasarkan bukti.
PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN
PEMERINTAH 
PEMDA
inisiator,  MITRA
fasilitator dan  PEMBANGUNAN
PARLEMEN
motivator memperkuat 
kolaborasi

ORGANISASI  DUNIA USAHA


PROFESI & 
pengembanga
AKADEMISI
Think Tank n produk
PERCEPATAN
PERBAIKAN GIZI

MEDIA MASSA
UN NETWORK
menyebarluaskan 
memperluas dan 
informasi terkait 
mengembangka n ORGANISASI  pangan dan gizi 
kegiatan KEMASYARAKATAN secara terus menerus
analisa kebijakan serta 
pelaksana pada tingkat 
masyarakat
Ketahanan pangan dan 
gizi, termasuk 
kampanye Gemarikan
Fortifikasi 
Pangan Keluarga
Berencana

Intervensi remaja
perempuan, termasuk Jaminan
pemberdayaan Kesehatan
perempuan Intervensi  Nasional
Sensitif
Pengentasan Pendidikan gizi 
Kemiskinan, masyarakat, 
termasuk BLT termasuk PAUD
bersyarat/PKH
Penyediaan Perlindungan
air bersih dan Sosial, termasuk 
sanitasi PNPM
HARAPAN

Mitra Lembaga  Dunia  Org Profesi


Pembangunan Sosial  Usaha & 
Kemasy. Akademisi

• fasilitasi dunia 
• mendukung  • integrasi  usaha dalam  • Implementasi Tri 
gizi sebagai isu  Gerakan 1000  Gerakan 1000  darma PT dlm 
prioritas  HPK ke dlm LSK HPK perbaikan gizi
nasional dan  • memperkuat  • CSR untuk  • Meningkatkan 
daerah keterkaitan LSK  Perbaikan gizi mutu pelayanan 
• mendorong  dgn pemerintah • tukar menukar  gizi yg profesional
kerjasama  • advokasi untuk  pengalaman  • memberikan 
antar negara mendukung termasuk  masukan 
• kerjasama dan Gerakan 1000  penggunaan  berdasarkan hasil 
bantuan teknis HPK teknologi  penelitian
inovasi
III. Rencana Aksi Multi‐sektor

42
Faktor Determinan Pangan dan Gizi

• Determinan pangan dan gizi sangat kompleks dan saling


berhubungan
• Intervensi spesifik, jika cakupannya 90%, hanya akan
menurunkan stunting sebanyak 30%
• 70% ditentukan oleh program sensitif yang dilaksanakan
oleh berbagai sektor
• Oleh sebab itu, pendekatan multisektor dalam perbaikan
pangan dan gizi,mutlak dilakukan
43
Intervensi Gizi Spesifik pada
Target 1000 HPK

45
Intervensi Gizi Sensitif

• Pertanian : ketersediaan pangan, distribusi pangan, konsumsi pangan


• Jaminan Sosial Nasional : BPJS untuk menjamin akses terhadap pelayanan
kesehatan
• Pendidikan : peningkatan pengetahuan pangan dan gizi pada anak dan
remaja, UKS, Dokter Kecil, PHBS
• Pemberdayaan Perempuan : pendewasaaan usia pernikahan dan
pengetahuan pangan dan gizi
• Perlindungan Anak : tumbuh kembang, ASI Eksklusif, MP‐ASI
• PU : ketersedian air bersih dan sanitasi yang layak
• BKKBN : pelayanan kesehatan reproduksi, dan pelayanan KB
• Sosial : program keluarga harapan
46
Intervensi Gizi Sensitif (2)

• Perindustrian, Perdagangan, BPOM : kebijakan terkait pelabelan,


promosi dan iklan susu formula, makanan olahan serta terkait
fortifikasi
• Kelautan dan Perikanan : produksi dan distribusi ikan
• Kemendes : akses terhadap pangan di daerah terpencil, perbatasan
dan kepulauan, penyediaan anggaran pada APBD Desa
• Ketenagakerjaan : pekerja anak, ruang laktasi di perusahaan
• Kemendagri : revitalisasi posyandu, distribusi tenaga kesehatan, PKK
• Kemenag : pendidikan calon pengantin

47
Faktor Penguat (Enabling Factor)

• Evaluasi yang tepat : Bappenas, Bappeda, BPS


• Strategi advokasi : Kemenkoinfo dan K/L
• Koordinasi : Kemendagri, Kemenko PMK, Bappenas
• Akuntabilitas, regulasi insentif dan peraturan
perundang‐undangan : Kemendagri dan K/L
• Kepemimpinan : Kemendagri dan K/L lain
• Mobilisasi sumberdaya lokal : Bappeda
• Peningkatan kapasitas : Bappenas, Bappeda
49
IV. KERANGKA PELAKSANAAN
RENCANA AKSI

49
Organisasi RAD‐PG

• Diperlukan pembetukan tim di Propinsi dan


Kabupaten/Kota.
• Tim RAD-PG Provinsi terdiri dari Tim Pengarah
dan Tim Teknis dan berasal dari multisektor.
• Tim berperan mulai dari penyusunan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi

50
TIM PENGARAH

 Tim Pengarah terdiri dari Pimpinan Daerah dan Pimpinan Perangkat Daerah 
memberikan arahan penyusunan, pelaksanaan, dan M&E.
 Susunan tim pengarah terdiri :
• Penanggung Jawab : Gubernur
• Ketua : Sekretaris Daerah
• Sekretaris : Kepala Bappeda
• Anggota :Kepala Dinas teknis/Kepala Instansi menangani :
kesehatan, pertanian, ketahanan pangan, kelautan dan perikanan,
pendidikan, perindustrian, perdagangan, sosial, agama, komunikasi dan
informasi, PU dan PR, Desa dan PDT dan Transimigrasi, ketenagakerjaan,
Kemenpora, PP dan PA, BKKBN, BPOM.
RENCANA INTERVENSI GIZI
TERINTEGRASI DI INDONESIA

52
Rencana Intervensi Terintegrasi di Indonesia
 Rencana integrasi yang akan dilakukan berupa integrasi K/L, lokasi, dan intervensi.
 Tim Teknis/Tim Kecil telah terbentuk untuk menyusun rencana kerja yang terdiri dari Pejabat Eselon II dan Eselon III sebagai tindak lanjut dari
Pertukaran Pengalaman di Peru.

Tim Teknis

Pemerintah

Kemko Bappen Kemend Kemend Kemend BPS


Kemkes Kemsos Kemkeu BKKBN
PMK as esa agri ikbud

didukung
Non‐
Pemerintah

Organisasi
Mitra Dunia Usaha Pakar Masyarakat
Pembangunan
Madani
Tujuan Intervensi Terintegrasi

Tujuan implementasi intervensi terintegrasi antara lain:


1) Mengintegrasikan seluruh intervensi kesehatan (spesifik) dan non-
kesehatan (sensitif)
2) Mengimplementasikan pendekatan HITS (holistik, integratif, tematik,
dan spasial) dan money follow program percepatan perbaikan gizi

 Telah terbentuk Tim Teknis implementasi intervensi gizi terintegrasi


dan akan dilaksanakan secara bertahap dari tahun 2017 sampai 2019
serta melibatkan K/L kunci
Peran K/L Kunci (1)

Intervensi Gizi Spesifik Intervensi Gizi Sensitif

Kementerian Kesehatan: Kementerian Pendidikan & Kebudayaan:


• Pemberian Tablet Tambah Darah untuk remaja putri, calon • PAUD dengan muatan pendidikan gizi dan kesehatan
pengantin, ibu hamil • Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan gizi untuk anak
• Promosi ASI Eksklusif sekolah dan Remaja
• Promosi Makanan Pendamping-ASI
• Promosi makanan berfortifikasi termasuk garam beryodium Kementerian PU‐PR:
• Promosi dan kampanye Tablet Tambah Darah • Sarana air bersih dan sanitasi
• Suplemen gizi mikro (Taburia)
• Suplemen gizi makro (PMT) Kementerian Perindustrian:
• Kelas Ibu Hamil • Pembinaan iodidasi industri garam rakyat
• Promosi dan kampanye gizi seimbang dan perubahan • Pengawasan fortifikasi garam beryodium
perilaku
• Pemberian obat cacing Kementerian Sosial:
• Tata Laksana Gizi Kurang/Buruk • Bantuan Pangan Non-Tunai dengan sumber protein
• Suplementasi vitamin A (telur)
• Jaminan Kesehatan Nasional • PKH, pemanfaatan fasilitator untuk pendidikan gizi dan
pemantauan kepatuhan layanan kesehatan
Peran K/L Kunci (2)

Intervensi Gizi Sensitif


Intervensi Gizi Sensitif
Kementerian Dalam Negeri:
• Nomor Induk Kependudukan BKKBN:
• Akta kelahiran • Pendidikan Kesehatan Reproduksi untuk Remaja
• Fasilitasi program dan kegiatan gizi dalam APBD termasuk madrasah dan pondok pesantren
• Bina Keluarga Balita untuk peningkatan pengetahuan
Kementerian Desa: dan keterampilan orang tua dan anggota kelurga lain
• Pengangaran Dana Desa untuk kegiatan gizi dalam pembinaan tumbuh kembang anak sejak dalam
kandungan
Kementerian Keuangan:
• Dana Insentif Daerah Kementerian Agama:
• Pendidikan gizi dan kesehatan kepada calon pengantin
Kementerian Pertanian: melalui KUA
• Ketahanan pangan • Pendidikan Kesehatan dan gizi untuk di madrasah dan
• Pemanfaatan Pekarangan Rumah Tangga pondok pesantren
• Mendorong peran serta ulama untuk pendidikan gizi dan
BPOM: kesehatan
• Keamanan pangan
• Monitoring pangan terfortifikasi di lapangan secara
berkala
KETAHANAN PANGAN
1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan Pangan dan Gizi bagi negara
sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, beragam, memenuhi kecukupan Gizi, merata dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk mewujudkan Status Gizi
yang baik agar dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
2. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan
Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
3. Gizi adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam Pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, mineral, serat, air, dan komponen lain yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan
kesehatan manusia.
4. Konsumsi Pangan : Jumlah makanan dan minuman yang dimakan atau diminum
penduduk/seseorang dalam satuan gram per kapita per hari.
5. Konsumsi Protein: Jumlah protein dari pangan, baik hewani maupun nabati, yang dikonsumsi ,
dinyatakan dalam satuan gram per kapita per hari.
6. Kurang Gizi: Meliputi kurang gizi makro dan kurang gizi mikro. Kurang gizi makro dulu disebut
kurang kalori protein (KKP atau KEP). Sekarang KKP tidak dipakai lagi diganti dengan gizi kurang
(z-score BB/U < -2 SD) dan gizi buruk (z-score BB/U < -3 SD) jadi gizi kurang pasangan dari gizi
buruk, tidak lagi disebut KKP atau KEP karena tidak semata-mata karena kurang kalori dan protein
tetapi juga kekurang zat gizi mikro.
7. Gizi Seimbang: Anjuran susunan makanan yang sesuai kebutuhan gizi seseorang/ kelompok
orang untuk hidup sehat, cerdas dan produktif, berdasarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang.
8. Angka Kecukupan Gizi (AKG) : Sejumlah zat gizi/energi yang diperlukan oleh seseorang dalam
suatu populasi untuk hidup sehat.
KERANGKA PIKIR KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

Sistem ketahanan pangan dan gizi secara komprehensif meliputi


tiga subsistem, yaitu:
1) ketersediaan pangan dalam jumlah dan jenis yang cukup
untuk seluruh penduduk,
2) distribusi pangan yang lancar dan merata,
3) konsumsi pangan setiap individu yang memenuhi kecukupan
gizi seimbang, yang berdampak pada status gizi masyarakat
Sistem ketahanan pangan dan gizi tidak hanya menyangkut
soal produksi, distribusi, dan penyediaan pangan ditingkat makro
(nasional dan regional), tetapi juga menyangkut aspek mikro, yaitu
akses pangan ditingkat rumah tangga dan individu serta status gizi
anggota rumah tangga, terutama anak dan ibu hamil dari rumah
tangga miskin.
• Konsep ketahanan pangan yang sempit meninjau sistem
ketahanan pangan dari aspek masukan yaitu produksi dan
penyediaan pangan.
• Konsep ketahanan pangan yang luas bertolak pada tujuan akhir
dari ketahanan pangan yaitu tingkat kesejahteraan manusia.
• Oleh karena itu, sasaran pertama Millenium Development Goals
(MDGs) bukanlah tercapainya produksi atau penyediaan pangan,
tetapi menurunkan kemiskinan dan kelaparan sebagai indikator
kesejahteraan masyarakat. MDGs menggunakan pendekatan
dampak bukan masukan.
• United Nation Development Programme (UNDP) sebagai
lembaga PBB yang berkompeten memantau pelaksanaan MDGs
telah menetapkan dua ukuran kelaparan, yaitu jumlah konsumsi
energi (kalori) rata‐rata anggota rumah tangga di bawah
kebutuhan hidup sehat dan proporsi anak balita yang menderita
gizi kurang.
• Ukuran tersebut menunjukkan bahwa MDGs lebih menekankan
dampak daripada masukan. Oleh karena itu, analisis situasi
ketahanan pangan harus dimulai dari evaluasi status gizi
masyarakat diikuti dengan tingkat konsumsi, persediaan dan
produksi pangan; bukan sebaliknya.
Kerangka Sistem Ketahanan Pangan dan Gizi

INPUT NASIONAL, PROV,


RUMAH TANGGA INDIVIDU
Kebijakan dan Kinerja KAB/KOTA
Sektor Ekonomi, Sosial
dan Politik
KONSUMSI OUTPUT
• Ekonomi PENDAPATAN
SESUAI
 Pertanian, DAN AKSES
KEBUTUHAN S
Peternakan dan KETERSEDIAAN PANGAN
GIZI T
Perikanan • Pemenuhan
• Prasarana/ Sarana A Hak Atas
 Lahan T Pangan
Pertanahan PENGELOLAAN
DISTRIBUSI KONSUMSI DAN U
 Sumberdaya Air • Sumberdaya
POLA ASUH S Manusia
Irigasi
KELUARGA Berkualitas
 Perhubungan
Transportasi G
• Ketahanan
 Permodalan I Pangan
• Kesra SANITASI DAN PEMANFAATA Z
 Kependudukan KONSUMSI KESEHATAN N OLEH TUBUH
 Pendidikan AGREGAT I
 Kesehatan
TANTANGAN
• Sosia dan Budaya
− Disparitas kemiskinan
− Disparitas pendidikan
− Persepsi hak azasi manusia
− Pemberdayaan keluarga dan pengarusutamaan gender
− Persepsi kesehatan reproduksi
− Tabu makanan, kepercayaan dan perilaku yang bertentangan 
dengan kesehatan
TANTANGAN
• Sistem Pangan dan Gizi
− Sumberdaya manusia
− Infrastruktur
− Pembiayaan
− Implementasi Standar Pelayanan Minimal
− Ketahanan pangan terkait dengan climate change
− Kewaspadaan (survelensi) pangan dan gizi terkait dengan 
tingkat kemiskinan
− Pengawasan mutu dan keamanan pangan
− Koordinasi dan kemitraan
− Penelitian pangan dan gizi termasuk kurang zat gizi mikro
STRATEGI 5 PILAR AKSI PANGAN NASIONAL
• Perbaikan Gizi Masyarakat terutama pada ibu pra hamil, 
ibu hamil dan anak
• Peningkatan Aksessibilitas Pangan yang beragam
• Peningkatan Pengawasan Mutu dan Keamanan 
Pangan
• Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
• Penguatan Kelembagaan Pangan dan Gizi
TINJAUAN STRATEGI PERBAIKAN PANGAN DAN
GIZI JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG
Strategi Jangka Pendek
A. Kebijakan yang mendorong ketersediaan pelayanan meliputi:
1) Pelayanan gizi dan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti upaya
perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang dilaksanakan 1970 sampai 1990-an,
penimbangan anak balita di Posyandu yang dicatat dalam KMS;
2) pemberian suplemen zat gizi mikro seperti tablet zat besi kepada ibu hamil,
kapsul Vitamin A kepada anak balita dan ibu nifas;
3) bantuan pangan kepada anak kurang gizi dari keluarga miskin; (iv) fortifikasi
bahan pangan seperti fortifikasi garam dengan yodium, fortifikasi terigu
dengan zat besi, seng, asam folat, vitamin B1 dan B2; dan
4) biofortifikasi, suatu teknologi budidaya tanaman pangan yang dapat
menemukan varietas padi yang mengandung kadar zat besi tinggi dengan nilai
biologi tinggi pula, varietas singkong yang mengandung karoten dan
sebagainya.
B. Kebijakan yang meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan, meliputi:
1) Bantuan Langsung Tunai (BLT) bersyarat bagi keluarga miskin;
2) Kredit mikro untukpengusaha kecil dan menengah;
3) Pemberian makanan, khususnya pada waktudarurat;
4) Pemberian suplemen zat gizi mikro, khususnya zat besi, Vitamin A dan zat
yodium;
5) Bantuan pangan langsung kepada keluarga miskin; dan
6) Pemberian kartu miskin untuk keperluan berobat dan membeli makanan
dengan harga subsidi, seperti beras untuk orang miskin (Raskin) dan MP-ASI
untuk balita keluarga miskin.
C. Kebijakan yang mendorong perubahan ke arah perilaku hidup sehat dan sadar gizi
dilakukan melalui pendidikan gizi dan kesehatan.
Pendidikan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan anggota keluarga
khususnya kaum perempuan tentang gizi seimbang, termasuk pentingnya ASI
eksklusif, MP-ASI yang baik dan benar; memantau berat badan bayi dan anak
sampai usia 2 tahun; pengasuhan bayi dan anak yang baik dan benar: air bersih
dan kebersihan diri serta lingkungan; dan pola hidup sehat lainnya seperti berolah
raga, tidak merokok, makan sayur dan buah setiap hari.
Strategi Jangka Panjang
A. Kebijakan yang mendorong penyediaan pelayanan meliputi:
1) Pelayanan kesehatan dasar termasuk keluarga berencana dan pemberantasan penyakit
menular;
2) Penyediaan air bersih dan sanitasi;
3) Kebijakan pengaturan pemasaran susu formula;
4) Kebijakan pertanian pangan untuk menjamin ketahanan pangan ditingkat keluarga dan
perorangan, dengan persediaan dan akses pangan yang cukup, bergizi seimbang, dan
aman, termasuk komoditi sayuran dan buah-buahan;
5) Kebijakan pengembangan industri pangan yang mendorong pemasaran produk industri
pangan yang sehat dan menghambat pemasaran produk industri pangan yang tidak sehat;
dan
6) Memperbanyak fasilitas olah raga bagi masyarakat.
B. Kebijakan yang mendorong terpenuhinya permintaan atau kebutuhan pangan dan gizi, seperti:
1) Pembangunan ekonomi yang meningkatkan pendapatan rakyat miskin;
2) Pembangunan ekonomi dan sosial yang melibatkan dan memberdayakan masyarakat
miskin;
3) Pembangunan yang menciptakan lapangan kerja sehingga mengurangi pengangguran;
4) Kebijakan fiskal dan harga pangan yang meningkatkan daya beli masyarakat miskin untuk
memenuhi kebutuhan pangan yang bergizi seimbang; dan
5) Pengaturan pemasaran pangan yang tidak sehat dan tidak aman.

C. Kebijakan yang mendorong perubahan perilaku yang mendorong hidup sehat dan gizi baik
bagi anggota keluarga:
1) Meningkatkan kesetaraan gender;
2) Mengurangi beban kerja wanita terutama pada waktu hamil; dan
3) Meningkatkan pendidikan wanita baik pendidikan sekolah maupun di luar sekolah.
LIMA PILAR PEMBANGUNAN PANGAN DAN GIZI

1. Perbaikan gizi masyarakat


2. Aksessibilitas Pangan
3. Mutu dan keamanan pangan
4. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
5. Kelembagaan pangan dan gizi
RENCANA AKSI
1. Peningkatan produktivitas dan kualitas hasil pertanian secara simultan
dan berdampak tidak saya pada penurunan kelaparan tetapi juga pada
penurunan kematian ibu dan anak melalui perbaikan gizi, tingginya
pendapatan keluarga dan pertumbuhan ekonomi.
2. Ketahanan pangan diarahkan pada pemerataan akses pangan yang
beragam mengacu pada konsumsi makanan lokal dan kebutuhan gizi yang
berbeda pada setiap kelompok masyarakat.
3. Paket intervensi dengan pendekatan pelayanan berkelanjutan difoluskan
pada ibu pra hamil, ibu hamil, bayi dan anak baduta.
4. Implementasi program standar emas makanan bayi dengan inisiasi
menyusu dini, pemberian ASI ekslusif sampai usia bayi 6 bulan,
pemberian makanan pendamping asi secara bertahap dari makanan
keluarga dan ASI dilanjutkan hingga anak berusia 2 tahun.
PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN
A. Peningkatan produksi dan produktivitas pangan, pertanian, perikanan
dan peternakan.
1. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas input produksi.
2. Meningkatkan dukungan penelitian, ilmu pengetahuan, teknologi dan
teknologi terapan serta penyuluhan.
3. Meningkatkan efektivitas pengendalian organisme pengganggu
tanaman, peningkatan kesehatan hewan/ikan dan pengembangan
sistem perkarantiaan.
4. Mendorong investasi pangan, pertanian, peternakan, perikanan.
5. Mencegah/mengurangi terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non
pertanian
6. Memperluas areal lahan pertanian dan perikanan baru
B. Peningkatan efisiensi distribusi pangan untuk menjamin agar seluruh
rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah, kualitas yang
cukup sepanjang waktu dengan harga terjangkau.
1. Meningkatkan jumlah cadangan pangan pemerintah untuk stabilisssi
harga
2. Mengembangkan kebijakan perdagangan dan ekspor‐impor untuk
mendukung ketahanan pangan
3. Meningkatkan sarana dan prasarana distribusi pangan
4. Mengembangkan kebijakan dan peraturan daerah yang dapat
memperlancar dan mengefisienkan distribusi pangan antar
daerah/wilayah.
5. Mengembangan usaha pengolahan dan pemasaran produk pangan di
pedesaan yang berbasis pangan lokal

Anda mungkin juga menyukai