Anda di halaman 1dari 21

KONSEP DASAR TINDAKAN HEMODIALISA

A. PENGERTIAN
Dialisis adalah proses difusi partikel larut dari satu kompartemen ke
kompartemen lain melewati membran semipermeabel.
Hemodialisa adalah lintasan darah melalui selang diluar tubuh ke
ginjal buatan, dimana dilakukan pembuangan kelebihan zat terlarut dan
cairan. Frekuensi hemodialisa bervariasi dari 2 – 3 x/minggu.
Darah yang mengandung produk sisa seperti urea dan kreatinin mengalir
kedalam ginjal buatan (dialiser), tempat akan bertemu dengan dialisat yang
tidak mengandung urea dan kreatinin. Aliran berulang darah melalui dialiser
pada rentang kecepatan 200 – 400 ml/jam, lebih dari 2 – 4 jam, diharapkan
dapat mengurangi kadar produk sisa ini menjadi keadaan yang lebih normal.
B. TUJUAN
1. Membuang produk sisa metabolisme protein seperti urea, kreatinin
dan asam urat.
2. Membuang kelebihan air dengan mengetahui tekanan banding antara
darah dan bagian cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dan
negatif (penghisap) dalam kompartemen dialisat.
3. Mempertahankan atau mengembalikan sistem buffer tubuh.
4. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
C. INDIKASI
1. Gagal ginjal akut
2. Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi gromelurus kurang dari 5
ml/menit
3. Kalium serum lebih dari 6 mEq/l
4. Ureum lebih dari 200 mg/dl
5. PH darah kurang dari 7,1
6. Anuria berkepanjangan, lebih dari 5 hari
7. Intoksikasi obat dan zat kimia
8. Sindrom Hepatorenal
D. BENTUK/ GAMBARAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN
1. Dialiser atau Ginjal Buatan
Terdiri dari membran semi permeabel yang memisahkan
kompartemen darah dan dialisat.
2. Dialisat atau Cairan Dialisis
Yaitu cairan yang terdiri dari air dan elektrolit utama dari serum
normal. Dialisat ini dibuat dalam sistem bersih dengan air kran dan
bahan kimia saring. Bukan merupakan sistem yang steril, karena
bakteri terlalu besar untuk melewati membran dan potensial terjadinya
infeksi pada pasien minimal. Karena bakteri dari produk sampingan
dapat menyebabkan reaksi pirogenik, khususnya pada membran
permeabel yang besar, maka air untuk dialisat harus aman secara
bakteriologis. Konsentrat dialisat biasanya disediakan oleh pabrik
komersildan umumnya digunakan oleh unit kronis.
3. Sistem Pemberian Dialisat
Yaitu alat yang mengukur pembagian proporsi otomatis dan alat
mengukur serta pemantau menjamin dengan tepat kontrol rasio
konsentrat-air.
4. Aksesori Peralatan
a. Perangkat Keras, terdiri dari :
1) Pompa darah, pompa infus untuk mendeteksi heparin
2) Alat pemonitor suhu tubuh apabila terjadi ketidakamanan
konsentrasi dialisat, perubahan tekanan udara dan kebocoran
darah.
b. Perangkat Disposibel yang digunakan selain ginjal buatan :
1) Selang dialisis yang digunakan untuk mengalirkan darah
antara dialiser dan pasien.
2) Transfer tekanan untuk melindungi alat monitor dari
pemajanan terhadap darah.
3) Kantong cairan garam untuk membersihkan sistem sebelum
digunakan.
5. Komponen Manusia/Pelaksana
Tenaga pelaksana hemodialisa harus mempunyai keahlian dalam
menggunakan teknologi tinggi, tercapai melalui pelatihan teorits dan
praktikal dalam lingkungan klinik.
Aspek yang lebih penting adalah pemahaman dan pengetahuan yang
akan digunakan perawat dalam memberikan asuhan pada pasien
selama dialisis berlangsung.
E. PERSIAPAN PRA DIALISIS
Tingkat dan kompleksitas masalah-masalah yang timbul selama hemodialisa
akan beragam diantara pasien-pasien dan tergantung pada beberapa variabel.
Untuk itu sebelum proses hemodialisa, perlu dikaji terlebih dahulu tentang :
- Diagnosa penyakit
- Tahap penyakit
- Usia
- Masalah medis lain
- Nilai laboratorium
- Keseimbangan cairan dan elektrolit
- Keadaan emosi
PERSIAPAN PERALATAN
1. Jarum arteri
2. Selang normal saline
3. Dialiser
4. Bilik drip vena
5. Detektor
6. Port pemberian obat
7. Pemantau tekanan arteri
8. Pompa darah
9. Sistem pengalir dialiser
10. Pemantau tekanan vena
11. Jarum vena
12. Penginfus heparin
Beberapa aspek yang mempunyai hubungan erat dengan masalah
keperawatan antara lain : Ginjal buatan, Dialisat, Pengolahan Air,
AksesDarah, Antikoagulan, tekhnik Hemodialisa, Perawatan Pasien
Hemodialisa, Kompliokasi akut hemodialisa dan pengelolaannya, peranan
perawat yang bekerja di luar HD (ruang perawatan biasa)
1. Ginjal Buatan
Suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh, bila fungsi kedua ginjal sudah tidak memadai lagi, mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit, mengeluarkan racun-racun atau
toksin yang merupakan komplikasi dari Gagal Ginjal. Sedangkan
fungsi hormonal/ endokrin tidak dapat diambil alih oleh ginjal buatan.
Dengan demikian ginjal buatan hanya berfungsi sekitar 70-80 % saja
dari ginjal alami yang normal.
Macam-macam ginjal buatan :
a. Paraller-Plate Diyalizer
Ginjal pertama kali ditemukan dan sudah tidak dipakai lagi,
karena darah dalam ginjal ini sangat banyak sekitar 1000 cc,
disamping cara menyiapkannya sangat sulit dan membutuhkan
waktu yang lama.
b. Coil Dialyzer
Ginjal buatan yang sudah lama dan sekarang sudah jarang
dipakai karena volume darah dalam ginjal buatan ini banyak
sekitar 300 cc, sehingga bila terjadi kebocoran pada ginjal buatan
darah yang terbuang banyak. Ginjal ini juga memerlukan mesin
khusus, cara menyiapkannya juga memerlukan waktu yang lama.
c. Hollow Fibre Dialyzer
Ginjal buatan yang sangat banyak saat ini karena volume darah
dalam ginjal buatan sangat sedikit sekitar 60-80 cc, disamping
cara menyiapkannya mudah dan cepat.
2. Dialisat
Adalah cairan yang terdiri dari air, elektrolit dan zat-zat lain
supaya mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan darah.
Fungsi Dialisat pada dialisit:
a. Untuk mengeluarkan dan menampung cairan dan sisa
metabolisme
b. Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama
dialisa

Tabel perbandingan darah dan dialisat :

Komponen elektrolit Darah Dialisat


Natrium/sodium 136mEq/L 134mEq/L
Kalium/potassium 4,6mEq/L 2,6mEq/L
Kalsium 4,5mEq/L 2,5mEq/L
Chloride 106mEq/L 106mEq/L
Magnesium 1,6mEq/L 1,5mEq/L

Ada 3 cara penyediaan cairan dialisat :


a. Batch Recirculating
Cairan dialisat pekat dicampur air yang sudah diolah dengan
perbandingan 1 : 34 hingga 120 L dimasukan dalam tangki air
kemudian mengalirkannya ke ginjal buatan dengan kecepatan
500 – 600 cc/menit.
b. Batch Recirculating/single pas
Hampir sama dengan cara batch recirculating hanya sebagian
langsung buang.
c. Proportioning Single pas
Air yang sudah diolah dan dialisat pekat dicampus secara
konstan oleh porpropotioning dari mesin cuci darah dengan
perbandingan air : dialisat = 34 : 1 cairan yang sudah dicampur
tersebut dialirkan keginjal buatan secara langsung dan langsung
dibuang, sedangkan kecepatan aliran 400 – 600 cc/menit.

3. Pengolahan air/ Water Treatment


Tujuan :
a. Mencegah infeksi nosokongial (sepsis)
b. Mencegah intoksikasi (trace element).
Air untuk mencampur dialisat pekat tidak perlu steril tetapi
seharusnya tidak mengandung zat/elektrolit, mikroorganisme
dan benda-benda asing lainnya. Pada kenyataannya kandungan
air biasanya cukup bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh letak
geografis jenis sumber air, musim, sistim instalasi dan
penjernihan air.
4. Akses Darah
Hemodialisme akan efektif jika dialisme dilakukan sekitar 2-6
jam/minggu pada pasien baru, sedangkan pada pasien yang sudah
stabil dan menjalani kronik hemodialisa sekitar 6 – 18 jam /minggu.
Untuk mendapatkan aliran darah yang besar ( sekitar 200 -300
cc/menit) selama 2-5 jam sangatlah sulit. Biasannya pada pasien akut
kita lakukan pada vena vemoralis, sehingga dapat diperoleh aliran
darah yang besar.
Pada pasien dengan program HD berkala yaitu 2 -3 kali/minggu
harus disiapkan penyambungan pembuluha darah arteri dan vena.
Ada 2 macam cara :
a. Pintas (shunt) eksternal
Kanula khusus yang mengalirkan darah arteri langsung ke
vena yang berdekatan. Kanula arteri dan vena dihubungan
dengan konektor sehingga pada saat dialisa konektor dibuka lalu
kanula arteri dihubungkan ke slang yang mengalirkan darah ke
ginjal buatan dan kanula vena untuk memasukkan darah kembali
ketubuh penderita. Komplikasi yang sering terjadi, seperti
pembekuan darah infeksi, oleh karena itu pemakaian pintas ini
biasanya dibatasi lama pamakaiannya, paling lama 6 bulan. Hal
ini jarang dilakukan lagi.
b. Fistula Arteriovenisa Interna
Fistula Arteriovenisa Interna pertama kali dibuat oleh
Brescia dan Cimino pada tahun 1966 yaitu menghubungan arteri
dan vena yang berdekatan dengan cara operatif, biasanya
dilakukan pada daerah tangan. Aliran dan tekanan darah dalam
vena akan meningkat sehingga menyebabkan pelebaran lumen
vena dan arterialisasi vena secara perlahan-lahan. Dengan
demikian memudahkan penusukan pembuluh darah sesuai
dengan yang diharapkan.
c. Antikoagulan
Selama hemodialisa berlangsung diperlukan antikoagulan
agar tidak terjadi pembekuan darah, yang biasanya digunakan
heparin.
Pemakaian heparin ini dikenal dengan heparinisasi,
macam heparinisasi :
1) Heparinisasi sistemik
Digunakan pada hemodialisa kronik yang stabil. Bolus
heparin 1000 – 5000 unit tiap jam. Pada jam terakhir tidak
diberikan lagi.
2) Heparinisasi regional
(sedang haid) bolus heparin tetap diberikAN sebanyak
1000 – 5000 unit, selanjutnya diinfuskan sebelum ginjal
buatan dan protamine sulfat, sesudah ginjal buatan,
sebelum darah masuk kedalam tubuh penderita. Jadi
heparin diberikan pada sirkulasi ekstrakorporeal saja.
3) Heparinisasi minimal
Diberikan hanya 500 unit saja pada awal tusukan karena
penderita cenderung berdarah selanjutnya tidak diberikan
lagi.
5. Tekhnik hemodialisa
Sebelum berbicara tentang tekhnik hemodialisa terlebih dahulu
menjelaskan beberapa istilah :
a. Sirkulasi ekstrakorporeal
b. Sirkulasi diluar tubuh selama terjadi hemodialisa.
c. Sirkulasi sistemik
d. Sirkulasi dalam tubuh
e. Selaput semipermiabel
f. Selaput yang sangat tipis mempunyai pori-pori halus, hanya
dapa dilihat dengan mikroskop.
g. Blood pump (Roller Pump)
h. Pompa mesin hemodialisa yang gunanya mengalirkan darah dari
sirkulasi sistemik ke sirkulasi ekstrakorporea dan kembali lagi
ke sirkulasi sistemik selama proses hemodialisa.
i. Blood Lines, selang darah yang mengalirkan darah dari tubuh
penderita ke dyalizer disebut arteria blood lines/inlet, sedangkan
selang yang mengalirkan darah dari dyalizer ke tubuh penderita
disebut venous blood line/outlet.
6. Persiapan mesin dan perangkat HD
a. Pipa pembuangan sudah masuk dalam saluran pembuangan
b. Sambungkan kabel mesin dengan stop kontak
c. Hidupkan mesin ke rinse selama 15-30 menit
d. Pindahkan ke posisi dialyze lalu sambungkan slang dialisat ke
jaringan tempat dialisat yang telah disiiapkan.
e. Tunggu sampai lampu hijau
f. Tes conductivity dan temperatur
g. Gantungkan saline normal sebanyak 4 flatboth yang telah
diberikan heparin sebanyak 25-30 unit dalam masing-masing
flatboth
h. Siapkan ginjal buatan sesuai dengan kebutuhan pasien
i. Siapkan blood lines dan AV fiskula sebanyak2
j. Ginjal buatan dan blood lines diisi saline normal (priming)
k. Sambungkan dialisatelines pada ginjal buatan
l. Sambil mempersiapkan pasien slang inlet dan outlet
disambungkan lalu jalankan blood pump (sirkulasi tertutup).
7. Persiapan Penderita :
Indikasi hemodialisa:
a. Segera/ indikasi mutlak : over hidrasi atau edema paru,
hiperkalemi, aliguri berat atau anuria, asidosis, hipertensi
maligma.
b. Dini/ profilaksis : gejala uremia (mual muntah) perubahan
mental, penyakit tulang, gangguan pertumbuhan dan seks,
perubahan kualitas hidup.

Bila penderita baru yang datang di ruang HD, sebelum kita


melakukan HD terlebih dahulu periksa kembali hasil-hasil
pemeriksaan yang penting (Hb, hematokrit, ureum, kreatinin, dan
HbsAg), hal ini perlu untuk menentukan tindak lanjut sperlu untuk
menentukan tindak lanjut suatu HD.
Langkah-langkah HD
a. Timbang dan catat BB
b. Ukur dan catat tekanan darah (dapat digunakan untuk
menginterpretasikan kelebihan cairan)
c. Tentukan akses darah yang akan ditusuk.
d. Bersihkan daerah yang akan ditusuk dengan betadine 10% lalu
alcohol 70% kemudian ditutup pakai duk steril.
e. Sediakan alat-alat yang steril didalam bak spuit kecil :spuit
2,5cc sebanyak 1, spuit 1 cc 1 buah, mangkok kecil berisi saline
0,9% dan kasa steril.
f. Sediakan obat-obatan yang perlu yaitu lidonestdan heparin.
g. Pakai masker dan sarung tangan steril.
h. Lakukan anestesi local didaerah akses darah yang akan ditusuk.
i. Tusuk dengan AV fistula lalu berikan heparin sebanyak
2000unit pada inlet sedangkan outlet sebanyak 1000 unit.
j. Siap sambungkan ke sirkulasi tertutup yang telah disediakan.
k. Aliran darah permulaan sampai 7 menit 75 ml/menitkemudian
dinaikkan perlahan sampai 200 ml/menit.
l. Tentukan TMP sesuai dengan kenaikkan berat badan.
m. Segera ukur kemabali tekanan darah, nadi, pernapasan, akses
darah yang digunakan dicatat dalam status yang telah tersedia.
8. Perawatan pasien Hemodialisa
Terbagi 3 yaitu ;
a. Perawatan sebelum hemodialisa
o Mempersiapkan perangkat HD
o Mempersiapkan mesin HD
o Mempersiapkan cara pemberian heparin
o Mempersiapkan pasien baru dengan memperhatikan factor
BioPsikososial, agar penderita dapat bekerja sama dalam
hal program HD
o Mempersiapkan akses darah
o Menimbang berat bada, mengukur tekanan darah, nadi,
pernapasan
o Menentukan berat badan kering
o Mengambil pemeriksaan rutin dan sewaktu
b. Perawatan Selama Hemodialisa
Selama HD berjalan ada 2 hal pokok yang diobservasi
yaitu penderita dan mesin HD
1. Observasi terhadap pasien HD
o Tekanan darah, nadi diukur setiap 1 jam lalu dalam
status
o Dosis pemberian heparin dicatat setiap 1 jam dalam
status
o Cairan yang masuk perparenteral maupun peroral
dicatat jumlahnya dalam status
o Akses darah dihentikan
2. Observasi terhadap mesin HD
o Kecepan aliran darah /Qb, kecepatan aliran
dialisat/Qd dicatat setiap 1 jam
o Tekanan negatif, tekanan positif, dicatat setiap jam
o Suhu dialisa, conductivity diperhatikan bila perlu
diukur
o Jumlah cairan dialisa, jumlah air diperhatikan setiap
jam
o Ginjal buatan, slang darah, slang dialisat dikontrol
setiap 1 jam.
c. Perawatan sesudah Hemodialisa

Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan yaitu cara


menghentikan HD pada pasien dan mesin HD
1. Cara mengakhiri HD pada pasien
o Ukur tekanan darah nadi sebelum slang inlet dicabut
o Ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium
o Kecilkan aliran darah menjadi 75 ml/menit
o Cabut AV fistula intel/ lalu bilas slang inlet
memakai saline normal sebanyak 50-100 cc, lalu
memakai udara hingga semua darah dalam sirkulasi
ekstrakorporeal kembali ke sirkulasi sistemik
o Tekan pada bekas tusukan inlet dan outlet selama 5-
10 menit, hingga darah berhenti dari luka tusukan
o Tekanan darah, nadi, pernapasan ukur kembali lalu
catat
o Timbang berat badan lalu dicatat
o Kirimkan darah ke laboratorium
2. Cara mengakhiri mesin HD
o Kembalikan tekanan negative, tekanan positif, ke
posisi nol
o Sesudah darah kembali ke sirkulasi sistemik cabut
selang dialisat lalu kembalikan ke Hansen connector
o Kembalikan tubing dialisat pekat pada konektornya
o Mesin ke posisi rinse, lalu berikan cairan desifektan
(hipoclhoride pekat) sebanyak 250 cc, atau cairan
formalin 3% sebanyak 250 cc
o Formalin dibiarkan selama 1-2 x 24 jam, baru mesin
dirinsekan kembali.
F. Komplikasi
1. Ketidakseimbangan Cairan
a. Hipervolemia
Temuan berikut ini mengisyaratkan adanya kelebihan cairan
seperti tekanan darah naik, peningkatan nadi, dan frekuensi
pernafasan, peningkatan tekanan vena sentral, dispnea, batuk,
edema, penambahan BB berlebih sejak dialysis terakhir
b. Hipovolemia
Petunjuk terhadap hipovolemia meliputi penurunan TD,
peningkatan frekuensi nadi, pernafasan, turgor kulit buruk,
mulut kering, tekanan vena sentral menurun, dan penurunan
haluaran urine. Riwayat kehilangan banyak cairan melalui
lambung yang menimbulkan kehilangan BB yang nantinya
mengarah ke diagnosa keperawatan kekurangan cairan.
c. Ultra filtrasi
Gejala ultrafiltarasi berlebihan adalah mirip syok dengan gejala
hipotensi, mual muntah, berkeringat, pusing dan pingsan.
d. Rangkaian ultrafiltrasi (Diafiltrasi)
Ultrafiltrasi cepat untuk tujuan menghilangkan atau mencegah
hipertensi, gagal jantung kongestif, edema paru dan komplikasi
lain yang berhubungan dengan kelebihan cairan seringkali
dibatasi oleh toleransi pasien untuk memanipulasi volume
intravaskular.
e. Hipotensi
Hipotensi selama dialysis dapat disebabkan oleh hipovolemia,
ultrafiltrasi berlebihan, kehilangan darah ke dalam dialiser,
inkompatibilitas membran pendialisa, dan terapi obat
antihipertensi
f. Hipertensi
Penyebab hipertensi yang paling sering adalah kelebihan cairan,
sindrom disequilibrium, respon renin terhadap ultrafiltrasi, dan
ansites.
g. Sindrome disequilibrium dialisis
Dimanifestasikan olehh sekelompok gejala yang diduga
disfungsiserebral dengan rentang dari mual muntah, sakit
kepala, hipertensi sampai agitasi, kedutan, kekacauan mental,
dan kejang.
2. Ketidakseimbangan Elektrolit
Elektrolit merupakan perhatian utama dalam dialisis, yang normalnya
dikoreksi selama prosedur adalah natrium, kalium, bikarbonat,
kalisum, fosfor, dan magnesium.
3. Infeksi
Pasien uremik mengalami penurunan resisten terhadap infeksi, yang
diperkirakan karena penurunan respon imunologik. Infeksi paru
merupakan penyebab utama kematian pada pasein uremik.
4. Perdarahan dan Heparinisasi
Perdarahan selama dialysis mungkin karena konsidi medik yang
mendasari seperti ulkus atau gastritis atau mungkin akibat
antikoagulasi berlebihan. Heparin adalah obat pilihan karena
pemberiannya sederhana, meningkatkan masa pembekuan dengan
cepat, dimonitor dengan mudah dan mungkin berlawanan dengan
protamin.

KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Biodata
1) Nama :
2) Umur : Biasanya terjadi pada usia lebih dari 50
tahun
3) Jenis Kelamin :
4) Pekerjaan :
5) Agama :
6) Alamat :
7) Pendidikan :
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Pada pasien GGK yang akan dilakukan hemodialisa biasanya
mengeluh mual, muntah, anorexia, akibat peningkatan ureum
darah dan edema akibat retensi natrium dan cairan.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu ditanya penyakit-penyakit yang pernah diderita klien
sebagai penyebab terjadinya GGK, seperti DM,
glomerulonefritis kronis, pielonefritis. Selain itu perlu
ditanyakan riwayat penggunakan analgesik yang lama atau
menerus.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Perlu ditanyakan apakah orang tua atau kelauarga lain ada yang
menderita GGK erat kaitannya dengan penyakitketurunannya
seperti GGK akibat DM.

c. Data Biologis
1. Makan/ minum
Biasanya terjadi penurunan nafsu makan sehubungan dengan
keluhan mual muntah akibat peningkatan ureum dalam darah.
2. Eliminasi
Biasanya terjadi ganggutian pengeluaran urine seperti oliguri,
anuria, disuria, dan sebagainya akibat kegagalan ginjal
melakukan fungsi filtrasi, reabsorsi dan sekresi.
3. Aktivitas
Pasien mengalami kelemahan otot, kehilangan tonus dan
penurunan gerak sebagai akibat dari penimbunan ureum dan zat-
zat toksik lainnya dalam jaringan.
4. Istrahat/ tidur
Pasien biasanya mengalami gangguan pola istrahat tidur akibat
keluhan-keluhan sehubungan dengan peningkatan ureum dan
zat-zat toksik seperti mual, muntah, sakit kepala, kram otot dan
sebagainya.
d. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : lemah dan penurunan tingkat kesadaran akibat
terjadinya uremia
Vital sign : biasanya terjadi hipertensi akibat retensi cairan dan
natrium dari aktivitas sistim rennin
BB : Biasanya meningkat akibat oedema
1. Inspeksi
o Tingkat kesadaran pasien biasanya menurun
o Biasanya timbul pruritus akibat penimbunan zat-zat toksik
pada kulit
o Oedema pada tangki, acites, sebagai akibat retensi caira
dan natrium
2. Auskultasi
Perlu dilakukan untuk mengetahui edema pulmonary akibat
penumpukan cairan dirongga pleura dan kemungkinan gangguan
jantung (perikarditis) akibat iritasi pada lapisa pericardial oleh
toksik uremik serta pada tingkat yang lebih tinggi dapat terjadi
gagal jantung kongestif.
3. Palpasi
Untuk memastikan oedema pada tungkai dan acietas.
4. Perkusi
Untuk memastikan hasil auskultasi apakah terjadi oedema
pulmonar yang apabila terjadi oedema pulmonary maka akan
terdengar redup pada perkusi.

e. Data psikologis
Pasien biasanya mengalami kecemasan akibat perubahan body image,
perubahan peran baik dikeluarga maupun dimasyarakat. Pasien juga
biasanya merasa sudah tidak berharga lagi karena perubahan peran
dan ketergantungan pada orang lain.
f. Data sosial
Pasien biasanya mengalami penurunan aktivitas sosial akibat
penurunan kondisi kesehatan dan larangan untuk melakukan aktivitas
yang berat.
g. Data Penunjang
1. Rontgen foto dan USG yang akan memperlihatkan ginjal yang
kecil dan atropik
2. Laboratorium :
- BUN dan kreatinin, terjadi peningkatan ureum dan kreatinin
dalam darah.
- Elektrolit dalam darah : terjadi peningkatan kadar kalium dan
penurunan kalium.

B. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


DX I : Kelebihan volume cairan berhubungan darah penurunan haluaran
urin, diet berlebihan dan retensi urine.
Intervensi Keperawatan :
- Kaji status pasien
a. Timbang berat badan harian
b. Keseimbangan masukan dan haluaran
c. Turgor kulit dan adanya oedema
d. Tekanan darah, denyut nadi dan irama nadi
- Batasi masukan cairan
- Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan
cairan
Rasionalisasi :
- Pengkajian meruapakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk
memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi
- Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, haluaran urin dan
respon terhadap terapi
- Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi
- Pemahaman meningkatkan kerja sama pasien dan keluarga dalam
pembatasan cairan.
Kriteria Evaluasi
- Menunjukkan perubahan berat badan yang lambat
- Mempertahankan pembatasan diet dan cairaan
- Menunjukkan turgor kulit normal tampa oedema
- Melaporkan adanya kemudahan dalam bernapas atau tidak terjadi napas
pendek.
DX II : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membram mukosa
mulut.
Tujuan : Untuk mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat.
Intervensi Keperawatan :
- Kaji faktor berperan dalam merubah masukan nutrisi
a. Anoreksia, mual muntah
b. Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien
c. Depresi
d. Kurang memahami pembatasan diet
e. Stomatis
- Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas diet
- Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis, tinggi, telur,
produk susu, daging.
Rasionalisasi :
- Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat diubah atau
dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet.
- Mendorong peningkatan masukan diet.
- Protein lengkap diberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan penyembuhan.
Kriteria Evaluasi :
- Memilih makanan yang menimbulkan nafsu makan dalam batasi diet.
- Menunjukkan tidak adanya penambahan atau penurunan berat badan yang
cepat
- Menunjukkan turgor kulit yang normal tampa oedema, kadar albumin
plasma dapat diterima.
DX III : Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan
Tujuan : Untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi dan
penanganan yang bersangkutan.
Intervensi Keperawatan :
Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami berbagai
perubahan akibat penyakit dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya.
Rasionalisasi :
Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah akibat
penyakitnya.
Kriteria Evaluasi :
- Menyatakan rencana untuk melanjutkan kehidupan normalnya sedapat
mungkin.
- Menggunakan informasi dan instruksi tertulis.
LAPORAN PENDAHULUAN

HEMODIALISA

OLEH:

NAMA : A. NURUL AL FATIHAH FP

NIM : 14220100114

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM PRAKTIK KLINIK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2013
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai