Anda di halaman 1dari 7

Raihhan Yuridis Wafensa

2016200155

Tindak pidana tertentu dalam KUHP

Kelas E

1 Bunyi lengkap Pasal 207 sebagaimana diatur dalam KUHP   terjemahan versi R. Soesilo (Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasa)l adalah
sebagai berikut :
“Barang siapa dengan sengaja dimuka umum, dengan lisan atau tulisan menghina kekuasaan yang ada
di Negara Indonesia atau sesuatu majelis umum yang ada di sana, dihukum penjara selama-lamnya
satu tahun enam bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500-,”.

Barang siapa Dalam berbagai menghina Menghina bisa ditafsirkan


pandangan ilmuwan menyAtakan sesuatu yang
hukum pidana tidak benar atau sesuatu
disebutkan bahwa yang melebih-lebihkan dari
barang siapa mengacu keadaan atau fakta yang
pada subjek delik sebenarnya. Artinya ada
yaitu orang per orang informasi yang disajikan
atau kelompok orang seseorang kepada orang lain
yang melakukan namun isi informasi tersebut
tindak pidana. tidak benar. Unsur kedua
dari menghina  adalah
Bahwa dalam perbuatan tersebut
tindakan ini mengacu cenderung menyerang
kepada para anggota kehormatan/harga diri
DPR seseorang, sehingga timbul
kerugian baik moril maupun
materiil pada diri korban.

Maka menghina dalam


kasus ini, pelaku tersebut
memberikan penafsiran
berupa kata “cabul dan
koruptor”

Dengan Delik ini Penguasa/kekuasan umum Dengan terbitnya Putusan


sengaja mensyaratkan MK No. 013-022/PUU-
perbuatan tersebut IV/2006 jelas bahwa objek
dilakukan dengan penghinaan ditujukan pada 
sengaja bukan karena pejabat dan bukan pada
kelalaian. kekuasaan atau bukan pada
Kesengajaan secara institusi. Pejabat yang
doktrin ditafsirkan terhina harus mengadukan
adanya pengetahuan perbuatan subjek hukum
dan keinginan untuk secara langsung dan
mewujudkan delik menyebutkan perkataan
tersebut. Artinya mana yang mengandung
orang tersebut unsur penghinaan
memang benar-benar
punya mens rea atau Bahwa kasus tersebut
sikap bathin jahat memang adanya ditujukan
kepada para politikus di
Dalam kasus ini DPR
palaku memang
mempunyai sifat
pemusuhan terhadap
anggota DPR

    Di depan umum Perbuatan itu bukan


dilakukan dalam ranah
privat, tetapi dihadapan
khalayak orang ramai, di
depan publik, atau disiarkan
dengan menggunakan
berbagai media (elektronik,
cetak). Publik dalam
konteks ini adalah orang
lain bisa hadir ke tempat
tersebut, seperti rapat
terbuka, atau sarana publik
lainnya (mall, lapangan dll).

Bahwa perbuatan tersebut di


lakukan secara lisan dengan
niat untuk di ketahui oleh
hal layak umum

Bahwa tindak-tindak pidana penghinaan ini hanya dapat dituntut atas pengaduan orang yang dihina,
merupakan sekedar pembatasan konkret dari pentutan tetapi justru rasa subjektif dari si korban inilah
yang mungkin menimbulkan keragu-raguan bagi si pengusut, penuntut, atau pemutus perkara,
apakah benar-benar ada penghinaan atau tidak. In concreto ini bergantung pula kepada jalan pikir
dan jalan perasaan dari para pengusut, penuntut, dan pemutus perkara, masing-masing berhubungan
dengan pribadinya sendiri-sendiri.

2 Perbuatan ibu tersebut masuk dalam tindak pidana pasal 341, yang terdiri dari unsur-unsur:

1.Unsur-unsur obyektifterdiri dari:


a.Petindaknya : Seorang ibu;
b.Perbuatannya: Menghilangkan nyawa/merampas nyawa;
c.Objeknya: Nyawa bayinya;
d.Waktunya:
(1) Pada saat bayi dilahirkan,
(2) Tidak lama setelah bayi dilahirkan.

e.Motifnya: Karena takut diketahui melahirkan.

2.Unsur subyektif: Dengan sengaja. Unsur-unsur tersebut dapat di uraikan sebagai


berikut:
1.Unsur obyektif
Petindaknya: Seorang ibu, yang artinya ibu dari bayi (korban) yang dilahirkan. Jadi dalam
hal ini ada hubungan antara ibu dan anak Adanya ibu merupakan syarat yang melekat pada
subyek hukumnya, menandakan bahwa kejahatan ini tidak dapat dilakukan oleh semua
orang. Hukum pidana Indonesia merumuskan bahwa pembunuhan bayi itu adalah wanita
atau ibu yang melahirkan bayi tersebut. Konsekuensi dari rumusan ini ialah bahwa
secara medis haruslah dilakukan pemeriksaan terhadap si ibu yang melakukan pembunuhan
bayi, untuk mengetahui benarkah wanita itu yang melahirkan bayi tersebut. Hal ini
mempunyai arti penting dalam bidang hukum pidana oleh karena, sekali lagi hanya
wanita yang melahirkan bayinya yang dapat dituntut sebagai pelaku pembunuhan bayi,
apabila ia melakukan pembunuhan terhadap bayinya tersebut.

Perbuatannya: Menghilangkan nyawa/merampas nyawa. Unsur dari perbuatan ini


merupakan perbuatan yang samadengan perbuatan dalam Pasal 338 dan 340 KUHP,
yang karena dengan adanya perbuatan menghilangkan nyawa maka kejahatan itu disebut
dengan pembunuhan. 'Namun disini penulisperlu mengingatkan kembali bahwa Pasal 340
adalah pembunuhan dengan rencana terlebih dahulu yang relevan dengan pasal 342
(moord). Dalam Pasal 338, pada dasarnya perbuatan menghilangkan nyawa ini mengandung
unsur:
1.Adanya wujud perbuatan (aktifpositiftertentu);
2.Adanya kematian orang lain (dalam hal ini bayinya sendiri);
3.Adanya hubungan kausalitas antara wujud perbuatan dengan kematian orang lain (bayi)
tersebut.

Objeknya: nyawa bayinya. Objek kejahatan tindak pidana pembunuhan, termasuk


pembunuhan bayiadalah nyawa, maka pada pembunuhan bayi wujud perbuatan
menghilangkan nyawa hams dilakukan pada bayi yang terbukti hidup.

b. PEMBUNUHAN (MURDER)

Hal ini diatur oleh Pasal 338 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:
“Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang dihukum karena bersalah melakukan
pembunuhan dengan hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun”.

Unsur-unsur pembunuhan adalah:


Barang siapa: ada orang tertentu yang melakukannya
Dengan sengaja : dalam ilmu hukum pidana, dikenal 3 (tiga) jenis bentuk sengaja (dolus) yakni:
Sengaja sebagai maksud.
Sengaja dengan keinsyafan pasti.
Sengaja dengan keinsyafan kemungkinan / dolus eventualis.
Menghilangkan nyawa orang lain.

Sebagian pakar mempergunakan istilah “Merampas jiwa orang lain”. Setiap perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan / merampas jiwa orang lain adalah pembunuhan.

PEMBUNUHAN BERENCANA

Hal ini diatur oleh Pasal 340 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:

“Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain
dihukum karena salahnya pembunuhan berencana, dengan hukuman mati atau hukuman seumur
hidup atau penjara semenatra selama-lamanya dua puluh tahun”.

Pengertian “Dengan rencana lebih dahulu” menurut M.v.T. pembentukan Pasal 340 diutarakan,
antara lain:

“Dengan rencana lebih dahulu” diperlukan saat pemikiran dengan tenang dan berpikir dengan
tenang. Untuk itu sudah cukup jika si pelaku berpikir sebentar saja sebelum atau pada waktu ia
akan melakukan kejahatan sehingga ia menyadari apa yang dilakukannya.

Mr.M.H. Tirtaamidjaja mengutarakan “direncanakan lebih dahulu” antara lain sebagai berikut:

“bahwa ada suatu jangka waktu, bagaimanapun pendeknya untuk mempertimbangkan, untuk
berpikir dengan tenang”.

Kenapa adanya perbedaan, karena dalam tindak pidana pasal 341 KUHP keadaan kejiwaan
(psikologik) si wanita pada saat itu maka suatu ancaman pidana yang lebih ringan adalah wajar.
Karena berbeda jika suatu tindak pidana pembunuhan dan pembunuhan berencana disamakan
dengan tindak pidana pasl 341 dan 342, karena dalam kasus ini kejiwaan seorang ibu tersebut
merasa sedikit terganggu karena ia merasa ketakuan jika ketahuan melahirkan seorang anak tanpa
suami,

3 Sebagaimana diterangkan Pasal 351 ayat (2) KUHP menyatakan: "Jika perbuatan mengakibatkan
luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun."

Apakah luka berat itu? Pasal 90 KUHP mengartikan luka berat sebagai berikut:

* Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang
menimbulkan bahaya maut;

* Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian;
Kehilangan salah satu pancaindra;
* Mendapat cacat berat (verminking) Menderita sakit lumpuh;

* Terganggu daya pikir selama empat minggu lebih;

* Gugurnya atau matinya kandungan seseorang perempuan.

Jika dibaca keseluruhan pasal tersebut maka penganiayaan berat berarti penganiayaan yang
menyebabkan timbulkan dampak luka berat (zwaar lichamelijk letsel) sebagaimana disebutkan
tujuh jenis pada Pasal 90 KUHP.

Ancaman hukuman maksimal lima tahun penjara sebagaimana disebut Pasal 351 ayat (2) KUHP
adalah jika timbulnya luka berat tersebut tidak disengaja. Sedangkan jika penganiayaan dilakukan
dengan sengaja menimbulkan luka berat maka terhadap pelaku diterapkan Pasal 354 ayat (1)
KUHP yang ancaman pidana penjaranya maksimal delapan tahun. Bahkan pada Pasal 335 ayat (1)
KUHP disebutkan bahwa penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu,
diancam dengan pidana penjara paling lama 12 tahun.

Jika penganiayaan berat yang dilakukan si A dan si B terhadap si C yang mana A melakukan
penganiayaan dengan terlebih dahulu dipikirkan, sedangkan B tanpa dipikirkan terlebih dahulu,
dapat dipidana dengan ukuran yang sama. Tidak

Tindakan yang dilakukan oleh si A dapat dikualifikasikan kedalam Pasal 355 ayat (1)
“Penganiayaan berat yang dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu, diancam dengan pidana
penjara paling lama dua belas tahun.”
Sedangkan tindakan yang dilakukan oleh si B dikualifikasikan kedalam pasal 354 ayat (1) “Barang
siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan penganiayaan berat dengan
pidana penjara paling lama delapan tahun.”

5 iya dapat dikualifikasikan kedalam tindak pidana pasal 372 KUHP. Yang termasuk penggelapan
adalah perbuatan mengambil barang milik orang lain sebagian atau seluruhnya) di mana penguasaan
atas barang itu sudah ada pada pelaku, tapi Bonda penguasaan itu terjadi secara sah. Misalnya,
penguasaan suatu barang oleh pelaku terjadi karena pemiliknya menitipkan barang tersebut. Atau
penguasaan barang oleh pelaku terjadi karena tugas atau jabatannya, misalnya petugas penitipan
barang. Tujuan dari penggelapan adalah memiliki barang atau uang yang ada dalam penguasannya
yang mana barang/ uang tersebut pada dasarnya adalah milik orang lain.

R. Soesilo dalam bukunya berjudul “Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-


Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal” menyatakan bahwa Penggelapan adalah kejahatan yang
hampir sama dengan pencurian tetapi pada penggelapan pada waktu dimilikinya barang tersebut,
sudah ada di tangannya tidak dengan jalan kejahatan/melawan hukum.Sehingga, dalam hal ini, jika
kita jabarkan unsur-unsur penggelapan yang harus terpenuhi adalah :

–        Barang siapa (ada pelaku);


–        Dengan sengaja dan melawan hukum;

–        Memiliki barang sesuatu yang seluruh atau sebagian adalah kepunyaan orang lain;

–        Barang tersebut ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan.

  Defenisi Harta Bersama/Harta Gono-Gini.

Dasar Hukum:

a)      KUHPerdata

Pasal 119 berbunyi:

“Sejak saat dilangsungkannya perkawinan, maka menurut hukum terjadi harta bersama menyeluruh
antara suami-istri, sejauh tentang hal itu tidak diadakan ketentuan-ketentuan lain dalam perjanjian
perkawinan”

Pasal 124.

Hanya suami saja yang boleh mengurus harta-bersama itu. Dia boleh menjualnya,
memindahtangankannya dan membebaninya tanpa bantuan istrinya, kecuali dalam hal yang diatur
dalam pasal 140. Dia tidak boleh memberikan harta bersama sebagai hibah antara mereka yang
sama-sama masih hidup, baik barang-barang tak bergerak maupun keseluruhannya atau suatu
bagian atau jumlah tertentu dari barang-barang bergerak, bila bukan kepada anak-anak yang lahir
dari perkawinan mereka, untuk memberi suatu kedudukan.

b)      Pasal 35 UU No. 1 Tahun 1974:

(1)   Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama

(2)   Harta bawaan dari masing-masing suami  dan isteri dan harta benda yang diperoleh masing-
masing sebagai hadiah atau warisan, adalah di bawah penguasaan masing-masing sepanjang para
pihak tidak menentukan lain.

 Pengertian melawan hukum dalam hal ini, adalah:

Dalam hukum perdata, perbuatan melawan hukum adalah segala perbuatan yang menimbulkan kerugian
yang membuat korbannya dapat melakukan tuntutan terhadap orang yang melakukan perbuatan
tersebut. Kerugian yang ditimbulkan dapat bersifat material ataupun imaterial.

Bondan dengan sengaja melawan hukum dengan memiliki barang sebagian dari Lela, dan di berikan
sebagian kepunyaan barang tersebut kepada anak Bondan.

6 A.Unsur-unsur Objektif :
1)Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum.
Secara sederhana penjelasan dari unsur ini yaitu tujuan terdekat dari pelaku artinya pelaku
hendak mendapatkan keuntungan. Keuntungan itu adalah tujuan utama pelaku dengan jalan melawan
hukum, jika pelaku masih membutuhkan tindakan lain, maka maksud belum dapat terpenuhi. Dengan
demikian maksud ditujukan untuk menguntungkan dan melawan hukum, sehingga pelaku
mengetahui bahwa keuntungan yang menjadi tujuannya itu bersifat melawan hukum.
2)Dengan menggunakan salah satu atau lebih alat penggerak penipuan (nama palsu, martabat
palsu/ keadaan palsu, tipu muslihat dan rangkaian kebohongan). Maksudnya adalah sifat
penipuan sebagai tindak pidana ditentukan oleh dengan cara menipu dan menjadikan sebuah
permainan tersebut seakan curang.
a.Nama Palsu, dalam hal ini adalah nama yang berlainan dengan nama yang sebenarnya
meskipun perbedaan itu nampaknya kecil. Lain halnya jika si penipu menggunakan nama
orang lain yang sama dengan namanya dengan ia sendiri, maka ia dapat dipersalahkan
melakukan tipu muslihat atau susunan belit dusta.
b.TipuMuslihat, yang dimaksud dengan tipu muslihat adalah perbuatan-perbuatan yang
dilakukan sedemikian rupa, sehingga perbuatan itu menimbulkan kepercayaan atau keyakinan
atas kebenaran dari sesuatu kepada orang lain. Jika tipu muslihat ini bukanlah ucapan
melainkan perbuatan atau tindakan yang dilakukan yaitu melakukan penipuan tersebut
c.Martabat / keadaan Palsu, pemakaian martabat atau keadaan palsu adalah bilamana seseorang
memberikan pernyataan bahwa ia berada dalam suatu keadaan tertentu, yang mana keadaan itu
memberikan hak-hak kepada orang yang ada dalam keadaan itu.
d.Rangkaian Kebohongan, beberapa kata bohong saja dianggap tidak cukup sebagai alat
penggerak. Pelaku membuat dirinya curang seakan dia menang di dalam permainan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai