DALAM PERLINDUNGAN
WB & SAKSI PELAKU
(JC)
Secara umum
Mekanisme
pengertiannya adalah
Penyampaian
orang yang
Pengaduan Dugaan Whistleblower' atau
mengungkapkan fakta
terjadinya 'whistleblowing /
kepada publik
Penyimpangan, whistleblower system'
mengenai sebuah
skandal malpraktik, sebenarnya merupakan
skandal, bahaya,
maladministrasi yang sebuah istilah yang
malpraktik,
mengarah kepada TP belum baku. Istilah ini
maladministrasi atau
korupsi atau justru tidak memiliki
dugaan TP korupsi
penyampaian terkait definisi hukum yang
disebut whistleblower
dugaan TP korupsi itu umummya disepakati.
(yang dalam bahasa
sendiri disebut Whistle
inggris dapat diartikan
Blowing System.
sebagai peniup peluit)
LAPORAN
KUHAP
Laporan adalah
PELAPOR
pemberitahuan UU 31/2014 PELAPOR
yang disampaikan PP 43/2018
oleh seseorang Pelapor adalah
karena hak dan orang yang pelapor adalah
kewajibannya memberikan masyarakat yang
berdasarkan laporan, informasi, memberikan
undang undang atau keterangan informasi kepada
kepada pejabat kepada penegak penegak hukum
yang berwenang hukum mengenai mengenai adanya
tentang telah atau tindak pidana dugaan telah
sedang atau yang akan, sedang, terjadi tindak
diduga akan atau telah terjadi pidana korupsi
terjadinya
peristiwa pidana
PERAN PENTING PELAPOR / WHISTLEBLOWER DALAM
PENGUNGKAPAN PENYIMPANGAN ATAU KEJAHATAN
Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP);
Undang-Undang Nomor 7 tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention Against
Corruption, 2003 (Konvensi PBB Anti Korupsi);
Undang-undang No 31 Tahun 2014 tetang Perubahan Atas Undang-undang No. 13 tahun 2006
tentang Perlindungan Saksi dan Korban;
Undang Undang No 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 30 tahun
2000 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi;
Peraturan Pemerintah No. 57 tahun 2003 tentang Perlindungan Khusus bagi Pelapor dan Saksi
Tindak Pidana Pencucian Uang;
Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan peran Serta Masyarakat
dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 4 Tahun 2011 tentang Perlakuan Bagi Pelapor
Tindak Pidana (Whistleblower) dan Saksi Pelaku Yang Bekerjasama (Justice Collaborator) dan
Peraturan Bersama Menkumham, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian, Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) ) tentang Perlindungan Bagi
Pelapor, Saksi Pelapor, dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama;
DUKUNGAN HAK
PERLINDUNGAN BAGI
PERLINDUNGAN PERLINDUNGAN HAK
FISIK HUKUM PROSEDURAL LAINNYA PELAPOR OLEH LPSK
UU 31/2014
PERLINDUNGAN DAN
PENGHARGAAN
PERLINDUNGAN PREMI PIAGAM
PP 43/2018
HUKUM
UU NOMOR 31 TAHUN 2014
PASAL 10
1. Saksi, korban, saksi pelaku, dan/atau pelapor tidak dapat dituntut secara hukum, baik Jaminan Perlindungan
pidana maupun perdata atas kesaksian dan/atau laporan yang akan, sedang, atau
telah diberikannya, kecuali kesaksian atau laporan tersebut diberikan tidak dengan
itikad baik
Hukum
2. Dalam Hal terdapat tuntutan terhadap saksi, korban , saksi pelaku dan/atau Pelapor
atas kesaksian dan/atau laporan yang akan sedang atau telah diberikan, tuntutan
hukum tersebut wajib ditunda hingga kasus yang ia laporkan atau ia berikan kesaksian
telah diputus oleh pengadilan dan memperoleh kekuatan hukum tetap
Bentuk Intimidasi :
Dilaporkan atas pencemaran nama baik dan di-PHK
Bentuk Perlindungan :
a. Melakukan koordinasi dengan APH dan instansi terkait,
memberikan rekomendasi dan pendapat hukum dalam
persidangan pencemaran nama baik, hingga putusan lepas;
b. LPSK memberikan Legal Opinion dalam sidang PHI atas
pemecatan terlindung.
CONTOH KASUS YANG PERNAH DITANGANI LPSK
2. LAPORAN DUGAAN TIPIKOR di PJT II
Pelapor berjumlah 12 Orang Karyawan BUMN (PJT II)
Bentuk Intimidasi :
Non job dan perlakukan diskriminatif serta dilaporkan balik
atas pencemaran nama baik.
Bentuk Perlindungan :
a. Melakukan koordinasi dengan instansi tempat bekerja
dan APH yang menangani agar laporan balik
dihentikan; dan
b. Memberikan rekomendasi dan pendapat hukum dalam
upaya gugatan TUN yang dilakukan atas SK non job.
SISTEM PELAPORAN MELALUI WBS
• Bukan bagian dari pelaku • Bagian dari kejahatan, memiliki andil dalam
kejahatan yang dilaporkannya. terjadinya tindak pidana
• Tidak dapat dihukum baik Pidana • Bukan pelaku utama dari kejahatan yang di
maupun perdata atas laporannya ungkap
atau kesaksiannya baik yang
sedang atau telah diberikan • Wajib menjadi saksi di setiap tingkat
pemeriksaan .
• Tidak wajib menjadi saksi (namun
dalam praktik banyak WB yang • Mengakui perbuatannya dan bersedia
dibebankan untuk membuktikan mengembalikan hasil dari kejahatan
informasi atau laporan yang
disampaikannya yang kemudian • Tidak dapat dibebaskan dari tuntutan pidana,
dimintakan keterangannya sebagai namun berhak mendapat perlindungan dan
saksi dalam perkara) Penghargaan atas kesaksiannya
Sekilas mengenai JC
▧ Sejarah mencatat JC dimulai dengan adanya perilaku mafia yang selalu tutup mulut / code of silence atau
dikenal dengan istilah omerta / sumpah tutup mulut untuk menjaga ”kehormatan”, loyalitas dan solidaritas
di kalangan mafia.
▧ Dibuat kebijakan bagi anggota mafia yang mau memberikan informasi, diberikanlah fasilitas JC berupa
perlindungan hukum;
▧ Perkembagan selanjutnya JC ditujukan pada serious and organized crime yang makin besar dan bersifat
transnasional;
▧ Aparat PH (Penyidik, JPU, dan Hakim) harus konsisten dan konsekuen membela kepentingan JC agar
diberi hukuman yang seringan-ringannya (jika memungkinkan tidak dipidana) agar memunculkan JC-JC
berikutnya;
▧ JC dibatasi kepada pelaku yang menyesali perilaku kriminalnya, anggota kartel atau organisasi kriminal
yang memiliki informasi mengenai organisasinya yang tidak mungkin diperoleh dari saksi di luar
organisasi dan memiliki informasi yang bermakna/signifikan dalam rangka mengungkap kejahatan serius
yang sedang diperiksa, termasuk mengungkapkan para pelaku kejahatan lainnya.
BAGAIMANA
DENGAN
PERLINDUNGAN JC
DI INDONESIA?
AT U R A N J C
RATIFIKASI
MELALUI UU NO 7 AT U R A N L A I N N YA
TAHUN 2006 PASAL 10 (2) • Peraturan Bersama Menkumham, Jaksa Agung, Kapolri, KPK, dan
LPSK tahun 2011
2006 • SEMA Nomor 4 Tahun 2011
• PERMA Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pedoman pemidanaan pasal 2 dan
Pasal 37 (2) United Nations Convention against
pasal 3 undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi
Corruption
- Tersangka, terdakwa, atau Saksi yang juga sebagai pelaku suatu tindak
terpidana yang bekerja sama pidana yang bersedia membantu aparat
dengan penegak hukum penegak hukum untuk mengungkap suatu
untuk mengungkap suatu tindak pidana atau akan terjadinya suatu
tindak pidana dalam kasus tindak pidana untuk mengembalikan aset-
yang sama. aset atau hasil suatu tindak pidana kepada
negara dengan memberikan informasi
kepada aparat penegak hukum serta
memberikan kesaksian di dalam proses
peradilan.
22
PERLAKUAN S YA R AT J C
PA S A L 2 8 ( 2 ) U U P S K
K H U S UPASSAL 1J0 C
(2) UU PSK
SIFAT PENTING
PENAHANAN
KETERANGAN
PEMBERKASAN
PASAL 10A
2. PEMENUHAN HAK-
HAK NARAPIDANA MENGEMBALIKAN
ASET
BERDASARKAN
KEPUTUSAN LPSK
Manfaat JC
24
PE
2. Mempermudah mendapatkan
U
terhadap pelaku-pelaku lainnya
JP
ID
hasil maksimal
IK
1. Mengurangi jumlah warga 1. Memudahkan hakim dalam memberikan
H
pertimbangan hukum dan memutus
S
binaan
A
PA
K
perkara
IM
LA
2. Mengurangi biaya makan dan 2. Terwujudnya asas peradilan yang cepat,
pembangunan lapas baru ringan dan sederhana
berupa keringanan penjatuhan pidana secara tertulis kepada Penuntut Umum sebagai
penghargaan atas kesaksian yang diberikan oleh Saksi Pelaku untuk dimuat dalam
tuntutannya kepada hakim. (Pasal 10A ayat (4) Undang-Undang Perlindungan Saksi dan
Korban); dan
berupa pembebasan bersyarat, remisi tambahan, dan hak narapidana lain secara
tertulis kepada Penuntut Umum sebagai penghargaan atas kesaksian yang diberikan oleh
Saksi Pelaku kepada Menteri yang menyelenggarakan urusan di bidang hukum. (Pasal 10A
ayat (5) Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban).
Peran & Fungsi LPSK
▧ Memberikan perlindungan seperti perlindungan fisik dan/atau
pemenuhan hak prosedural seperti memberikan pendampingan
dalam proses pemeriksaan seorang JC, baik sebagai saksi maupun
sebagai tersangka/terdakwa untuk menjaga konsistensi
keterangan.
▧ Koordinasi dengan instansi terkait dalam pemenuhan hak-hak JC,
seperti :
• Polri
• Kejaksaan
• Mahkamah Agung dan jajarannya
• Kemenkumham (Ditjen Pemasyarakatan)
• KPK
Praktek
Perlindungan JC
oleh LPSK
Contoh Surat Penetapan Justice
Collaborator Merujuk Undang-Undang
Perlindungan Saksi dan Korban
PERLINDUNGAN TERHADAP
SAKSI PELAKU (JC) DALAM
PERKARA KORUPSI
MF
Dalam perkara Dugaan Tipikor Pembangunan Pasar Manggisan Jember ,
terdapat perbedaan cara pandang/persepsi penegak hukum mengenai saksi
pelaku. Pihak penyidik dan Penuntut Umum yaitu Kejaksaan Negeri
Jember serta Majelis Hakim Tingkat Pertama tidak memperhatikan
rekomendasi LPSK untuk memberikan keringanan penjatuhan pidana,
dimana yang bersangkutan dihukum penjara selama 5 (lima) tahun.
Namun dalam proses banding yang diajukan oleh Terdakwa, LPSK juga
memberikan rekomendasi kepada Majelis Hakim Banding untuk
keringanan hukuman ybs. Kemudian Majelis Hakim Banding menerima
rekomendasi LPSK sebagai salah satu dasar pertimbangan untuk
meringankan hukuman yang bersangkutan menjadi pidana penjara 4
(empat) Tahun.
SAKSI