Proposal Tugas Akhir Eliana
Proposal Tugas Akhir Eliana
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................5
iii
2.3.5 Penentuan Sifat Minyak dan Lemak................................................14
2.4 Saponifikasi.............................................................................................17
2.5 Sabun.......................................................................................................22
BAB III..................................................................................................................30
METODOLOGI PENELITIAN.........................................................................30
iv
3.3 Alat dan Bahan........................................................................................31
DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................39
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
banyak. Dari hasil survei diketahui bahwa setiap usaha dari 17 pengusaha yang
ada di Kecamatan Palaran akan menghasilkan 9,5 liter minyak dalam satu harinya.
Palaran yaitu 161,5 liter per tahun atau setara dengan 50,64985 ton per tahunnya.
bahan pengolah hingga berwarna cokelat tua ataupun kehitaman, dan berbau
Kecamatan Palaran yang mengolah minyak goreng bekas tersebut. Menurut Dinas
perairan karena meningkatnya kadar COD (Chemical Oxygen Demand ) dan BOD
lapisan minyak sehingga sinar matahari tidak dapat masuk ke perairan, sehingga
meningkatkan resiko kanker, dan dapat membuat kelebihan berat badan atau
obesitas.
Minyak goreng bekas memiliki karakteristik atau komposisi yang terkandung
didalamnya yaitu asam palmitat 21,47%, asam stearat 13%, asam oleat 28,64%,
asam linoleat 13,58%, asam linolenat 1,59%, asam miristat 3,21%, asam laurat
1,1%, dan kandungan lainnya seperti asam lemak bebas yaitu 9,34% (Adhari et.al,
2016). Dengan kandungan asam lemak yang dimiliki minyak goreng bekas dapat
diolah menjadi suatu produk yang memiliki nilai ekonomi lebih yaitu sabun
mandi padat. Melalui proses saponifikasi asam lemak yang terkandung dalam
minyak goreng bekas akan mengalami reaksi hidrolisis oleh adanya basa
(Fessenden & Fessenden, 1999). Sabun mandi dengan teksturnya yang padat
memiliki kelebihan yaitu lebih melembakan kulit dengan membentuk busa yang
(Holyoake, 1859).
Saat ini sudah banyak penelitian yang mengolah minyak goreng bekas ini
bekas. Salah satunya dengan mengolahnya menjadi sabun mandi padat. Penelitian
pertama yang mengevaluasi mutu sabun padat dari minyak goreng bekas dengan
saponifikasi (Hardian, Ali, & Yusmarini, 2014). Dengan hasil terbaik yang
diperoleh pada variasi SLS 1,5% ; sukrosa 15,5% dengan karakteristik kadar air
4,46%, pH 9,8 yang sudah memenuhi standar. Dan peneliti kedua yang
(Prihanto & Irawan, 2018). Dengan hasil terbaik yang diperoleh yaitu pada variasi
NaOH 25% dengan berbagai variasi suhu proses yaitu kadar alkalinitas 0,0272%
Dengan nilai pH rata-rata sebesar 11,3 pada peneliti pertama dan kadar alkalinitas
pada variasi NaOH 45% pada peneliti pertama yang diperoleh belum memenuhi
dan peneliti kedua. Perbaikan dilakukan dengan cara memvariasikan waktu reaksi
akan membuat interaksi antar molekul minyak dan alkali basa berupa NaOH
semakin sering terjadi sehingga dapat memeperbesar kecepatan reaksi maka reaksi
akan mendekati kesetimbangan sehingga kadar alkali bebas pada sabun akan
raksi maka semakin banyak pula minyak yang tersabunkan atau bereaksi dengan
Dilakukan pula penambahan bahan alam berupa lidah buaya (Aloe Vera (L.)
kulit kering sehingga dapat mengurangi iritasi pada kulit (Gusviputri et al, 2013).
Dimana tingkat iritasi kulit dapat dilihat dari tingginya kadar alkalinitas dan nilai
penambahan lidah buaya (Aloe Vera (L.) Webb.) dan variasi waktu reaksi pada
proses saponifikasi terhadap kadar alkalinitas dan nilai pH sabun mandi padat,
sehingga kualitas produk yang dihasilkan dapat memenuhi standar SNI 3532:
2106.
Manfaat penelitian ini yaitu untuk mengatasi masalah minyak goreng bekas
yang dibuang begitu saja kelingkungan tanpa diolah terlebih dahulu, yang bisa
TINJAUAN PUSTAKA
ini berarti triester dari gliserol. Asam karboksilat yang diperoleh dari
hidrolisis suatu lemak atau minyak, yang disebut asam lemak yang
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada
golongan lipid yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar misalnya
dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan
1986).
yaitu lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Pembagian jenuh dan tidak
jenuh ini punya arti penting karena akan berpengaruh terhadap efek
rangkap), yaitu:
Contohnya :
nabati
nabati.
Contohnya :
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal
pada rantai hidrokarbonnya, mempunyai rantai zig - zag yang dapat cocok satu
sama lain sehingga gaya tarik vanderwalls tinggi dan biasanya berwujud padat.
Sedangkan asam lemak tidak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung
satu ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak dengan lebih dari
satu ikatan atau dua tidak lazim, terutama terdapat pada minyak nabati, minyak ini
Minyak goreng mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak
jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat, asam
palmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak
Jika menemukan istilah omega-3, omega-6, dan omega-9 pada kemasan atau
iklan minyak goreng, maka tak lain dan tak bukan adalah contoh dari lemak
takjenuh. Berbeda dengan lemak jenuh yang dapat meningkatkan kadar kolesterol,
Lemak tidak jenuh banyak dijumpai di dalam minyak goreng yang berasal dari
biji zaitun, kacang, jagung, wijen, bunga matahari dan kedelai. Adapun minyak
sawit yang merupakan bahan dasar utama minyak goreng yang saat ini banyak
beredar mengandung lemak tidak jenuh hampir sama dengan kandungan lemak
jenuhnya, dengan kata lain bukan termasuk minyak goreng tak sehat seperti yang
kimia tidak jauh berbeda, yaitu terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak
tidak jenuh. Sterol terdapat dalam jumlah kecil, asam lemak bebas, pigmen larut
lemak dan hidrokarbon. Hal yang membedakan minyak goreng satu dengan yang
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah
trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi
dengan gliserol. Aasam lemak tidak jenuh seperti asam oleat, asam linoleat, dan
asam linolenat terdapat dalam minyak goreng bekas merupakan trigliserida yang
dapat digunakan sebagai bahan baku alternatif pembuatan sabun mandi padat
menggantikan asam lemak bebas jenuh yang merupakan produk samping proses
rantai karbon panjang antara C12 (asam laurat) hingga C18 (asam stearat) yang
mengandung lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran
berulang kali, hingga warna minyak menjadi cokelat tua atau hitam. Minyak
goreng bekas merupakan minyak yang telah rusak, dimana penurunan kualitas
2014).
dapat dilihat dari aroma minyak yang menjadi kurang enak (tengik), serta warna
minyak goreng yang berubah menjadi gelap. Minyak goreng bekas dapat
darah, dan kanker hati. Minyak goreng bekas adalah minyak goreng yang telah
rusak sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Minyak goreng bekas ini dapat kita
Minyak goreng bekas atau yang biasa disebut dengan minyak jelantah adalah
minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya
minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini
merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya.
Sehubungan dengan banyaknya minyak goreng bekas dari sisa industri maupun
rumah tangga dalam jumlah tinggi dan menyadari adanya bahaya konsumsi
minyak goreng bekas tersebut agar tidak terbuang dan mencemari lingkungan.
Pemanfaatan minyak goreng bekas ini dapat dilakukan pemurnian agar dapat
tinggi 170 oC - 180 oC dalam waktu yang cukup lama. Hal ini akan menyebabkan
senyawa- senyawa hasil degradasi minyak seperti keton, aldehid dan polimer yang
mengalami kerusakan. Kerusakan utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik,
sedangkan kerusakan lain meliputi peningkatan kadar asam lemak bebas (FFA),
kotoran dari bumbu yang digunakan dan bahan yang digoreng (Ketaren, 1986)
tinggi akan mengakibatkan minyak menjadi cepat berasap atau berbusa dan
meningkatkan warna coklat serta flaour yang tidak disukai pada bahan makanan
yang digoreng. Kerusakan minyak goreng yang berlangsung selama
penggorengan akan menurunkan nilai gizi dan mutu bahan yang digoreng. Namun
jika minyak goreng bekas tersebut dibuang selain tidak ekonomis juga akan
Kerusakan minyak akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi bahan pangan
yang digoreng. Minyak yang rusak akibat proses oksidasi dan polimerisasi akan
menghasilkan bahan dengan rupa yang kurang menarik dan cita rasa yang tidak
enak, serta kerusakan sebagian vitamin dan asam lemak esensial yang terdapat
hidrokarbon, alkohol, lakton serta senyawa aromatis yang mempunyai bau tengik
dan rasa getir. Pembentukan senyawa polimer selama proses menggoreng terjadi
karena reaksi polimerisasi, adisi dari asam lemak tidakjenuh. Hal ini terbukti
permukaan air oleh lapisan minyak sehingga sinar matahari tidak dapat masuk ke
bakteri, meningkatkan resiko kanker, dan dapat membuat kelebihan berat badan
atau obesitas.
2.3.2 Kandungan Minyak Goreng Bekas
Dengan kandungan asam lemak yang dimiliki minyak goreng bekas dapat
diolah menjadi suatu produk yang memiliki nilai ekonomi lebih yaitu sabun
mandi padat. Melalui proses saponifikasi asam lemak yang terkandung dalam
minyak goreng bekas akan mengalami reaksi hidrolisis oleh adanya basa
bekas, yang hasilnya dapat digunakan sebagai minyak goreng kembali atau
sebagai bahan baku produk untuk pembuatan sabun mandi padat. Tujuan utama
pemurnian minyak goreng ini adalah menghilangkan rasa serta bau yang tidak
enak, warna yang kurang menarik dan memperpanjang daya simpan sebelum
pemisahan kotoran akibat bumbu dan kotoran dari bahan pangan yang bertujuan
bumbu (despicing) pada percobaan ini adalah kertas saring (Ketaren, 2008)
b. Netralisasi
(FFA) dari minyak goreng bekas dengan mereaksikan asam lemak bebas (FFA)
tersebut dengan larutan basa. Sabun yang terbentuk pada awal proses netralisasi
tidak dapat larut dalam minyak dan dapat dipisahkan dengan cara sentrifusi.
Selain itu proses netralisasi juga untuk menghilangkan bahan penyebab warna
gelap, sehingga minyak menjadi lebih jernih. Bahan yang digunakan untuk proses
al., 2013).
c. Pemucatan (Bleaching)
dan zat warna lain yang merupakan degradasi zat alamiah, pengaruh logam dan
Dalam proses pemurnian minyak goreng bekas pada peniletian ini bahan yang
digunakan adalah :
a. Bentonit
Salah satu metode yang dianggap sederhana, ekonomis dan mudah untuk
perbaikan kualitas minyak goreng adalah dengan cara adsorpsi. Ada yang
adsorben yang ada bentonit bisa menjadi alternatif pengganti karbon dalam proses
memiliki kation-kation yang dapat dipertukarkan dan luas permukaan yang cukup
lebih. Angka asam yang besar menujukkan asam lemak bebas yang besar yang
berasal dari hidrolisa minyak atau karena proses pengolahan yang kurang baik,
semakin tinggi angka asam semakin rendah kualitasnya Tingginya asam lemak
Kadar asam lemak bebas sabun dapat dipengaruhi oleh kadar asam lemak
minyak yang digunakan dan jumlah basa yang digunakan (Hardian et al., 2014).
Kadar air merupakan banyaknya air yang terdapat didalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Rata-rata kadar air sabun dapat dipengaruhi oleh kadar
air minyak yang digunakan dalam pembuatn sabun (Hardian et al., 2014).
Prinsip kadar air adalah menguap air, selisih penimbangan gram berair dengan
garam yang telah dikeringkan adalah kandungan air (berat air) dalam garam.
Permukaan yang luar dari sampel dapat mempercepat penguapan air (Kamilah et
al., 2014).
Lidah buaya dikenal sebagai tanaman hias dan banyak digunakan sebagai
bahan dasar obat-obatan dan kosmetik. Lidah buaya sering dikenal dengan
Aloe vera disajikan secara visual pada Gambar 2.1. Selain berfungsi sebagai
antiseptik, lidah buaya juga dapat menghaluskan dan melembabkan kulit. Hal
2013).
dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter. Saponin dalam lidah buaya
akan menghasilkan busa apabila bercampur dengan air. Zat ini berfungsi
direaksikan dengan air dan dikocok, maka akan terbentuk buih yang dapat
bertahan lama. Kadar saponin dalam lidah buaya sekitar 5,651% per 100 gram
Lidah buaya yang baru dipetik harus langsung diolah agar tidak terjadi
reaksi browning. Reaksi browning merupakan proses pembentukan pigmen
berwarna kuning yangakan segera menjadi coklat gelap. Reaksi ini terjadi
tersebut akan semakin cepat pada temperatur di atas 45 oC. Cara yang dapat
2.4 Saponifikasi
merupakan hidrolisis asam lemak oleh adanya basa (NaOH). Sabun mengandung
C12 dan C16, selain itu juga mengandung asam karboksilat. Saponifikasi juga
merupakan reaksi antara asam lemak dengan basanya yang menghasilkan sabun
dan gliserol yang merupakan produk samping. Saponifikasi dipengaruhi oleh suhu
et al., 2019).
a. Konsentrasi Larutan Alkali
dimana penambahan minyak harus sedikit berlebih agar sabun yang terbentuk
tidak memiliki nilai alkali bebas berlebih. Alkali terlalu pekat akan menyebabkan
terpecahnya emulsi pada larutan sehingga fasenya tidak homogen, sedangkan jika
alkali yang digunakan terlalu encer, maka reaksi akan membutuhkan waktu yang
b. Suhu
d ln K ΔH
= … … … … ..(1)
dT RT
keseimbangan), tetapi jika ditinjau dari segi kinetika, kenaikan suhu akan
c. Pengadukan
molekul reaktan yang bereaksi. Jika interaksi antar molekul reaktan semakin
besar, maka kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar pula. Hal ini sesuai
dengan persamaan arhenius dimana konstanta reaksi k akan semakin besar dengan
semakin sering terjadinya interaksi yang disimbolkan dengan konstanta A
d. Waktu
Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak yang
dapat tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga semakin tinggi, tetapi jika
Reaksi saponifikasi dan struktur dasar senyawa sabun yang dihasilkan dapat
padatan. Lapisan air yang mengandung garam, gliserol, dan kelebihan alkali
larutan yang tidak saling larut (immiscible). Setelah terbentuk sabun, maka
akan menurun lagi karena jumlah minyak yang sudah berkurang. Reaksi
saat penambahan minyak dan alkali agar tidak terjadi panas yang berlebihan.
membuat proses yang lebih sempurna dan merata, maka pengadukan harus
a. NaOH
Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun bergantung pada jenis
sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa digunakan pada sabun padat adalah
Natrium Hidroksida (NaOH). NaOH adalah salah satu jenis basa kuat. NaOH
sangat alkalis, mudah larut dalam air dan etanol (95%). Ion-ion yang berasal dari
NaOH akan bereaksi dengan asam lemak, sehingga dapat membentuk sabun
dimana penambahan minyak harus sedikit berlebih agar sabun yang terbentuk
tidak memiliki nilai alkali bebas berlebih. Alkali terlalu pekat akan menyebabkan
terpecahnya emulsi pada larutan sehingga fasenya tidak homogen, sedangkan jika
alkali yang digunakan terlalu encer, maka reaksi akan membutuhkan waktu yang
b. Asam Stearat
bersifat jenuh karena tidak memiliki ikatan rangkap diantara atom karbonnya.
Asam stearat dapat berbentuk cairan atau padatan . pada proses pembuatan sabun,
asam stearat berfungsi untuk mengeraskan dan menstabilkan busa (Hardian et al.,
2014).
c. Etanol
Etanol (etil alkohol) berbentuk cair, jernih dan tidak berwarna, merupakan
senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol pada proses pembuatan
sabun digunakan sebagai pelarut karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan
lemak Penggabungan etanol dengan asam lemak akan menghasilkan sabun dengan
d. Glukosa
Glukosa merupakan monosakarida yang banyak ditemukan di alam sebagai
produk dari fotosintesis. Glukosa memiliki rumus kimia C6H12O6 dengan berat
molekul 180,18. Berbentuk hablur tidak berwarna, tidak berbau, berasa manis,
mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, larut dalam etanol
mendidih dan sukar larut dalam etanol. Glukosa dapat juga diperoleh melalui
sebagai transparent agent yang membuat sabun lebih tampak menarik (Depkes RI,
1995).
e. Gliserin
Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati
sehingga dapat berfungsi sebagai pelembab pada kulit. Pada kondisi atmosfer
sedang ataupun pada kondisi kelembaban tinggi, gliserin dapat melembabkan kulit
dan mudah dibilas. Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau, an memiliki
2.5 Sabun
Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam
lemak. Sabun mengandung terutama garam C16 dan C18, namun dapat juga
yang lalu oleh suku bangsa-suku bangsa Jerman dilpaorkan oleh Julius Caesar.
dapat dibuang dengan pembilasan. Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa
Sabun ada yang berwujud cair dan ada yang berwujud padat . selain itu, sabun
mempunyai jenis yang beraneka ragam, misalnya sabun mandi, subun cuci, sabun
a. Sabun Mandi
Sabun mandi adalah bahan pembersih yang sangan=t populer dan biasa
digunakan setiap hari. Sabun mandi ada yang berbentuk padat dan ada yang
berbentuk cair. Sabun ini digunakan untuk membersihkan sebu atau kotoran
berupa lemak dan minyak yang menempel pada kulit tubuh (Lutfi, 2006)
b. Sabun Cuci
Sabun cuci dapat digunakan untuk mencuci piring, gelas, sendok, dan
peralatan dapur. Sabun cuci yang ada berbentuk cair dan ada yang berbentuk
krim. Sabun cuci berbentuk krim biasanya merupakan sabun serbaguna yang
d. Sabun Muka
Sabun muka berfungsi untuk mengikat kotoran berupa debu, minyak, dan
a. Sabun bersifat basa. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi
sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air
NaOH
b. Sabun menghasilkan buih atau busa. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka
akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam
hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam- garam Mg atau Ca
+Ca(CH3(CH2)16COO)2
koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci
kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai
gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hidrogen
CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka
air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai kepala yang
Sabun merupakan garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam -
asam lemak, terutama mengandung garam C16 (asam palmitat) dan C18 (asam
stearat) namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom
Sabun dihasilkan dari proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam
lemak dan gliserol dalam NaOH (minyak dipanaskan dengan NaOH) sampai
terhidrolisis sempurna. Asam lemak yang berikatan dengan natrium ini dinamakan
sabun. Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol, selain C disusun oleh
Sifat-sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari
komponen asam-asam lemak yang digunakan yang sesuai dalam pembuatan sabun
dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai
yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena dapat membuat
iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon
membentuk sabun yang sangat sukar larut dan sulit menimbulkan busa.
Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau
Setiap molekul sabun memiliki gugus hidrofil dan hidrofob ditulis sebagai
RCOONa+ . Bagian yang berperan aktif dalam sifat deterjennya (busa) ialah
RCOO-. Fungsi dari sabun ialah sebagai pembersih untuk menghilangkan kotoran
Syarat mutu sabun mandi yang ditetapkan SNI 06 - 3532 - 2016 dapat di lihat
NaOH)
5 Asam lemak bebas (dihitung % fraksi massa Maks. 2,5
Peningkatan jumlah NaOH akan meningkatkan alkali bebas dari sabun yang
terbentuk pada proses pembuatan sabun, terutama setelah titik kesetaraannya telah
Alkali bebas merupakan jumlah alkali atau basa yang tidak tersabunkan atau
sisa alkali yang tidak dapt bereaksi dengan minyak. Pemberian basa yang terlalu
banyak menyebabkan sabun yang berbentuk sangat keras, berwarna putih, dan
terasa gatal dikulit, sedangkan pemberian basa yang kurnag akan menyebakan
mutu sabun. Sabun yang baik memiliki pH yang tidak jauh dari kulit (5,5-6,5).
Nilai pH yang terlalu tinggi dapat menyebabkan iritasi dan dehidrasi kulit. pH
kulit manusia bersifat asam. Nilai pH tersebut merupakan asam pelindung bagi
kulit dan batas pH pada sabun tidak boleh terlalu basa karena dapt menyebabkan
kulit menjadi kering serta akan membunuh mikroorganisme yang dapat menjaga
permukaan kulit. pH sabun yang terlalu basa yaitu 10-12 dianggap sebagai
penyebab iritasi. Nilai pH dapat dikontrol dengan penambahan asam sitrat, asam
karboksilat, dan asam klorida yang menurunkan pH sabun (Hardian et al., 2014).
volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, dimana zat yang akan dianalisis
dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan
dari buret dalam bnetuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui (analit)
kemudian dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung secara cepat, reaksi
berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi samping. Selain itu reagen penitrasi
yang berlebih, maka harus dapat diketahui dengan suatu indikator (Khopkar,
2010).
Suatu titrasi adlaah cara yang sangat berguna untuk menentukan konsentrasi
dari larutan asam-asam dan basa-basa asala saja titik ekuivalennya dapat
ditentukan. Titik ekuivalen terjadi apabila jumlah yang sama dari ekuivalen asam
dan basa dicampur pH suatu larutan berubah sewaktu titrasi asam basa
berlangsung dan berapa pHnya pada titik ekuivalen. Dalam titrai asam basa
dimana salah satu zat kuat dan lainnya lemah pada titik ekuivalennya, larutan
netral karena salah satu ion dari garm yang terbentuk dapat berfungsi sebagai
METODOLOGI PENELITIAN
Alkalinitas dan pH pada pembuatan Sabun Mandi Padat dari Minyak Goreng
Bekas akan dilakukan selama ± 6 bulan dari bulan Februari hingga bulan Juli
2020. Pelaksaan penelitian dan proses analisa kualitas produk uji kadar alkalinitas
dengan metode titrimetri dan uji pH dengan alat pH meter dilakukan juga di
baku yang digunakan diambil dipengusaha kerupuk yang dimiliki oleh Bapak
A. Variabel Berubah
menit
B. Variabel Tetap
a. Alat
1. Neraca analitis
2. Hotplate
4. Baeker glass50 ml
5. Pipet tetes
6. Pipet ukur 25 ml
7. Buret 50 ml
8. Magnetik stirer
9. Klem
10. Statif
15. Oven
16. Desikator
17. Stirer
19. pH meter
b. Bahan
2. Lidah buaya
3. Bentonit
4. Alkohol netral
6. NaOH 0,1 N
7. NaOH 30%
8. Asam stearat
9. Gliserin
11. Sukrosa
Proses saponifikasi
Pencampuran minyak yang telah dianalisa dengan asam stearat
Pemanasan pada suhu 700C
1. Penghilangan Kotoran
no 41
2. Pemucatan (bleaching)
whatman no 41
kedalam sampel.
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah jambu yang tidak
2. Kadar Air
selama 30 menit.
jam
1. Memisahkan daging dan gel lidah buaya dari kulit lidah buaya dan
menggunakan hotplate
d. Proses Saponifikasi
7. Mengaduk campuran tetap pada suhu 700C dengan variasi waktu reaksi 45
e. Analisa Produk
larutan sabun.
Binapura Aksara.
Kesehatan RI.
Dewi, M. T. I., & Hidajati, N. (2012). Peningkatan Mutu Minyak Goreng Curah
1(2), 47–53.
Djatmiko, D., & A.P, W. (1973). Minyak dan Lemak. Bogor: Departemen THP
IPB.
Fessenden, R. ., & Fessenden, J. . (1994). Kimia Organik Edisi Ketiga (3rd ed.).
Jakarta: Erlangga.
Jakarta: Erlangga.
Sabun dengan Lidah Buaya (Aloe Vera) sebagai Antiseptik Alami. Widya
Hasibuan, R., Adventi, F., & Rtg, R. . (2019). Pengaruh Suhu Reaksi, Kecepatan
Pengadukan dan Waktu Reaksi pada Pembuatan sabun Padat dari Minyak
https://doi.org/10.32734/jtk.v8i1.1601
Holyoake, G. . (1859). The skin, baths, Bathing & Soap. London: Francis Pears.
Kamilah, A., Kurnia, A., Seruni, M., & Ananda, T. U. (2014). Analisis dan
Pembuatan Sbun Transparan Antiseptik dari Minyak VCO dan Ekstrak Daun
Press.
Naomi, P., Gaol, A. M. L., & Toha, M. Y. (2013). Pembuatan Sabun Lunak dari
Minyak Goreng Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia. Jurnal Teknik
Parasuram, K. . (1995). Soap and Detergents. London: Mc. Graw Hill Book
Company.
Prihanto, A., & Irawan, B. (2018). Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi
https://doi.org/10.14710/metana.v14i2.11341
Putra, E. P. D., Ismanto, S. D., & Silvy, D. (2019). Pengaruh Penggunaan Gel
Lidah Buaya (Aloe Vera) Pada Pembuatan Sabun Cair Dengan Pewangi