Anda di halaman 1dari 25

A.

Latar Belakang Masalah

Fenomena munculnya caleg depresi berulang setiap kali pesta demokrasi


lima tahunan, karena jumlah caleg yang masuk dalam pasar bebas politik
semakin banyak jumlahnya, sementara jumlah kursi sedikit. Minimnya jumlah
kursi yang diperebutkan dan jumlah caleg yang ikut berkompetisi membuat
praktik money politic semakin marak, untuk calon anggota di sebuah
kabupaten atau kota minimal harus menyiapkan dana Rp 1 Miliyar. Tentu
menjadi tantangan yang berat bagi mereka yang tidak memiliki modal dan
jaringan sehingga harus melakukan apapun untuk kesuksesan pencalonannya.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa untuk maju sebagai calon legislatif


membutuhkan dana yang besar untuk menjaring suara rakyat. Untuk
menjaring suara rakyat perlu dilakukan jauh hari sebelum masa kampanye
tiba. pada akhirnya persaingan tidak dapat dihindarkan sementara mental atau
psikis belum siap. Persaingan politik, menang ataupun kalah seharusnya sudah
menjadi hal yang wajar, jika saja individu yang berkaitan memiliki jiwa dan
pikiran yang sehat. Realitas persaingan politik akan menjadikan penderitaan
bagi caleg yang kalah, faktanya depresi yang harus diterima oleh caleg yang
tidak lolos atau kalah, penderitaan itulah akhirnya yang belum dapat
diprediksi oleh para caleg, terutama dari para pendatang baru yang masih
sangat minim pengalamannya dalam melakukan kalkulasi politik.1

Ketika yang diharapkan tidak tercapai sementara pengorbanan yang


dilakukan sudah sangat besar, maka mental caleg yang kalah dalam pemilu
bisa saja melemah atau terganggu. Gangguan mental seringkali disebut dengan
gangguan psikosis, bentuknya dapat berupa diam dan tidak mau diajak bicara,
berbicara sendiri atau menangis.2
1
Yuni Indah jurnal “Manajemen Stress Calon Legislatif Pasca Pemilihan Umum Legislative
Tahun 2014 (Studi Kasus Pada Calon Legislatif Gagal)” jurnal professional FIS UNIVED Vol.3
No. 3 Desember 2016.
2
Yuni Indah jurnal “Manajemen Stress Calon Legislatif Pasca Pemilihan Umum Legislative
Tahun 2014 (Studi Kasus Pada Calon Legislatif Gagal)” jurnal professional FIS UNIVED Vol.3
No. 3 Desember 2016.

1
Kelleiat, (1999) menjelaskan depresi adalah merupakan salah satu
gangguan perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan,
murung, gangguan gejala tidur, tidak bersemangat, merasa tidak berharga,
merasa kosong, dan tidak ada harapan.3 Pernyataan Kelleiat, ternyata telah
dialami oleh caleg yang gagal dalam pemilu 2019 di kota Semarang, yang
dimuat media online detikhealth.com. 4

”Gangguan fisik itu ternyata berawal dari gangguan psikis berupa rasa
khawatir. Akibatnya menimbulkan gelisah, susah tidur, bahkan jantung
berdebar lebih kencang. "Mereka ketika datang kemari mengaku mau
coba alih profesi menjadi calon legislatif. Pas mau proses coblosan, ada
rasa khawatir kalah yang menghantui mereka. Makanya keluhannya sulit
tidur dan jantungnya berdebar kencang," Kamis (25/4/2019). jelas
Probo.”
Berita dari media online tersebut cukup jelas adanya gejala depresi yang
dialami oleh calon anggota legislatif karena kalah setelah pemilu. Gejala
depresi dapat ditemukan pada setiap individu, bukan saja karena kalah dalam
pemilu namun gejala depresi dapat dirasakan oleh indvidu yang mengalmi
tekanan dan masalah yang mendalam atau kehilangan sesuatu seperti berpisah
dengan barang.5

Gejala depresi pada idividu selain merasa tidak berharga, merasa kosong,
dan tidak ada harapan, dapat mengakibatakn pada tidakan bunuh diri, Benhard
mengemukaan depresi adalah gangguan mental yang meliputi dengan
munculnya rasa sedih yang berkepanjangan, hilangnya minat akan semangat,
harga diri dan kepercayaan diri berkurang, munculnya rasa bersalah dan
perasaan tidak berguna, pesimistis akan masa depannya, serta pada akhirnya
membayakan dirinya untuk melakukan tindakan bunuh diri.6

3
Yurdik jahja. Psikologi perkembangan. (Pt charisma putra Utama : Jakarta. 2013). H. 429
4
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4524847/berdebar-debar-takut-kalah-2-caleg-di-
semarang-sempat-konsultasi-kejiwaan diakses 13 september 2019. Pukul 22.19.WIB
5
Gerunga, W. A, Psikologi Sosial, (PT. ersco, Bandung. 1998). h.35
6
Gerunga, W. A, Psikologi Sosial, (PT. ersco, Bandung. 1998). h.35

2
Fenomena tersebut, menunjukan bahwa ada masalah gangguan defresi
terhadap calon anggota legislatif yang kalah. Dari obsevasi dan wawancara
peneliti sebagai studi pendahulan dalam penelitiannya di dapatkan data
bahwa: Wahyu (nama samaran) caleg dari dapil kota Depok Kecamatan
Cipayung, mengalami gejala deprsi ketika mengetahui setelah dirinya kalah.

“mas saya, hampir saja mau bunuh diri, sudah tidak ada lagi semangat
hidup, tidak tau jadi apa lagi, karna saya mencalonkan diri jadi caleg
untuk merubah nasib saya dan merubah keadaan masyarakat
dilingkungan saya, saya sudah mengabiskan uang kuranglebih 350 juta,
itu dari mulai masa kampanye bulan November sampai finising besok mau
pencoblosan 17 april.” 7
Pernyataan ini merupakan ungkapan Wahyu yang sedang mengalami
defresi, faktor depresi selain masalah ketidak kesiapan mental calon anggota
legislatif juga dibebani dengan biaya politik yang sangat mahal, Tidak siap
mental dan materi banyak kasus calon anggota dewan yang tidak siap
menerima hasil pemilu dan akhirnya mengidap gangguan setres dan depresi
dari level yang ringan hingga yang berat.8

Berdasarkan hal itu, masalah depresi merupakan masalah yang kompleks,


sehingga memerlukan penanganan secara komprehensif, terpadu dan
berkesinambungan, atas dasar kerjasama berbagai profesi, seperti, dokter,
psikolog, serta profesi lainnya. Selain itu kerjasama antar instansi terkait baik
pemerintah maupun swasta di tingkat pusat maupun daerah, kesadaran dan
tanggung jawab sosial sebagian masyarakat mulai timbul, sehingga keinginan
untuk berperan serta menangani masalah depresi termasuk penanganan caleg
kalah mulai tumbuh, terapi rehabilitas untuk caleg kalah pasca pemilu sudah
banyak yang membuka oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta dengan

7
Hasil wawancara dengan pak Wahyu (nama di samarkan), caleg Dprd Kota Depok kecamatan
Pancoran mas, pada tanggal 25 Mei 2019.
8
Suwardi Sumatris Jurnal penelitian komunikasi. Kegagalan para politis dalam peilihan
legislatif tahun 2009 (stuji fenomenologi tetang para politisi yang gagal menjadi calon anggota
legislator tahun 2009 di kecamatan rancaekek kabupaten bandung) vol 14. No 1. Mei 2011.

3
berbagai metode dalam membentuk upaya pemulihan, ternyata terdapat
mentode terapi yang dibutuhkan sebagai treatmen pemulihan caleg depresi.

Pihak swsata yang mendirikan tempat terapi bimbingan mental spiritual


salah satunya adalah Madani Mental Health Care. yaitu tempat rehabilitas
narkoba yang membuka program mentode bimbingnan mental spiritual untuk
caleg depresi karena kalah pemilu, yang menggunakan pembinaan basis
masyarakat (community based) dengan pendekatan bio, psiko, social dan
spiritual, BPSS. Pendiri Madani Mental Health Care telah melakukan
penelitian pada tahun 2001 terhadap 2.400 klien pengguna narkoba jenis
opiate, dengan menggunakan metode BPSS. Hasilnya cukup memuskan.
Keberhasilan Madani Mental Health Care dengan metode BPSS pada
penyadang narkoba akahirnya membuka terapi untuk layanan caleg depresi
karena kalah pemilu.

Metode BPSS merupakan sebuat metode terapi terpadu biologis,


psikologis, sosial spiritual, yang dikebangkan oleh Prof, DR. dr H Dadang
Hawari, melalui praktek sehari hari dan dilandasi dengan kajian kepustakaan,
penelitian ilmiah, dan rujukan keagamaan sehingga menjadikan metode BPSS
merupakan sebuah metode yang dapat di pertanggungjawabkan. Metode terapi
BPSS telah mendapat pengakuan PBB sebagai sebuah metode yang berhasil
(successful Intervention, treatment, and aftercare program) dan telah di
publikasikan oleh United Nation Office On Drugs And Crime (UNODC) pada
2003. Metode BPSS merupakan sebuah pendekatan yang direkomendasikan
world health organization (WHO,1984) diadopsi oleh American Psychiatry
Association (APA, 1992) dan WPA, 1993).9

Menurut Prof, dr, H Dadang Hawari. Seorang Psikiater bahwa gangguan


mental dan perilaku yang dirasakan oleh caleg deprsi dapat dipulihkan dan
9
http://madanionline.org/tentang-metode-bpss/ diakses pada tanggal 14 September 2019 pukul
17.32 WIB

4
disembuhkan dengan model pendekatan terpadu antara penanganan medis dan
agama dalam konsep BPSS (Biologis, psikologis, Sosial, dan Spritual). 10
Namun kebanyakan celeg yang merasa depresi lebih nyaman memilih
pengobatan alternatif seperti datang ke paranormal atau ahli spiritual, karena
gejala yang muncul banyak seperti gangguang jin, santet, atau yang berbau
mistis lainnya. Padalah gangguan seperti itu dapat dijelaskan secara medis dan
dapat dipulihkan dengan pengobatan yang tepat.11

Madani Mental Health Care membuka terapi bimbingan mental psritual


berpandangan bahwa makna spiritual pada dasarnya sebuah keadaan untuk
menjelaskan kondisi religiuniatas, artinya caleg yang depresi harus kembali
kejalan syariat Islam dengan kemampuan menhayati, menyerap dan
mengarahkan diri serta hidup berdasarkan nilai-nilai spiritual sehingga mampu
menciptakan nilai-nilai spiritual.12

Pengertian bimbingan mental spiritual dalam buku panduan penyuluh


agama adalah serangkaian kegiatan/tuntunan untuk dapat memahami diri
sendiri, dan orang lain dengan cara mempelajari berbagai ilmu pengetahuan
khususnya tentang ilmu keagamaan yang didukung dengan pelatihan dan
pemahaman cara berpikir positif serta praktik kegiatan ibadah, demi
terwujudnya kebahagiaan di dunia dan di akhirat.13

Fenomena dan analisis permasalahan tersebut menarik untuk di teliti dan


belum ada secra khusus memeperhatikan dan menelitinya, memahami proses
bimbingan mental spiritual adalah sebagai rumusan dasar dalam mememahmi
indikasi keberadaan indikasi diri setiap inidvidu, dapat menjadi media

10
Dadang Hawari, Manajemen Sters Cemas dan Depresi (Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Depok, 2016)
11
http://madanionline.org/tentang-metode-bpss/ diakses pada tanggal 14 September 2019 pukul
17.32 WIB
12
Samsulidin, Deputi rehabilitas Madani Mental Health Care Jakarta Timur, wawancara
peneliti tanggal 27 juni 2019, pukul 11.15 WIB
13
Abdul Rahman, S. Sos.I dan Ust. Nuhri Sulaeman, Panduan Bimbingan Mental
Spiritual, (Jakarta: Departemen Sosial, 2011), h. 1

5
alaternatif bagi individu depresi sehingga mencapai pemaknaan niai-nilai
spiritual untuk memepertahankan kualitas hidup sosial masyartakat.

Peneliti tertarik untuk mengakaji metode bimbinga mental spiritual yang


dilakukan oleh Madani Mental Health Care Jakarta Timur dan bagaimana
mentode bimbingan mental pada caleg depresi, peneliti befokus pada wilayah
metode bimbingan mental spiritual, sehingga peneliti dapat mengetahui bahwa
metode bimbingan mental spritual sebagai langkan untuk mendpatkan
kebahagiaan dan mendekatkan diri kepada Allah secara intensif oleh penderita
depresi.

Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti mengambil judul “Metode


Bimbingan Mental Spiritual Pada Calon Legislatif Depresi Pasca Kalah
Pemilu 2019 Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur”

B. Batasan dan Perumusan Masalah


1. Batasan Masalah

Peneliti membatasi penelitian ini pada pelaksanaan metode bimbingan


mental spiritual pada calon legislatif depresi pasca kalah pemilu di
Madani Mental Health Care Jakarta Timur yang meliputi: tujuan dan
fungsi metode terapi mental spiritual, faktor yang menjadi pendukung dan
penghamabat dalam pelaksanaan terapi mental, bagaimana bimbingan
mental spiritual mengubah sikap dan tingkah laku caleg yang depresi.

2. Perumusan Masalah

Adapun masalah yang perlu dirumuskan dalam penelitian ini adalah


rinciannya sebagai berikut:

6
a. Bagaimana metode bimbingan mental spiritual pada calon legislatif
depresi pasca kalah pemilu 2019 di Madani Mental Health Care
Jakarta Timur?
b. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat
metode bimbingan mental spiritual di Madani Mental Health Care
Jakarta Timur?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitan


1. Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan titik tolak dari setiap penelitian, sesuai dengan


pembatasan dan perumusan masalah yang telah dikemukan. Tujuan yang
ingin peneliti capai adalah:

a. Untuk mengetahui dan menganalisis metode bimbingan mental


spiritual pada calon legislatif depresi pasca kalah pemilu di Madani
Mental Health Care Jakarta Timur.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor pendukung dan
penghambat dari pelaksanaan metode bimbingan mental spiritual di
Madani Mental Health Care Jakarta Timur.

2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu:
a) Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para
peneliti selanjutnya, khususnya penelitian yang berkaitan dengan
ilmu bimbingan mental spiritual pada calon legislatif depresi pasca
kalah dalam pemilu.
b) Pada penelitian, diharapkan dapat menambah ilmu dan wawasan
masyarakat dan caleg depresi tentang metode bimbingan mental
spiritual terhadap sesama Sehingga dalam penelitian ini menjadi
bahan rujukan dan pertimbangan bagi para pembimbing lainnya.

7
c) Untuk dijadikan referensi dalam peningkatan wawasan dakwah
sekaligus menerapkan ilmu yang didapat selama proses
perkuliahan. Manfaat selanjutnya adalah dapat menambah
khazanah penelitian, model, dan objek penelitian mahasiswa
jurusan Bimbingan dan Penyuluhan islam khususnya dalam bidang
Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka
Upaya menghidari bentuk plagiat, peneliti melakukan tinjauan
kepustakaan di perpustakaan Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi
dan perpustakaan Utama Universitas Islam Negri Syarif Hidyatullah
Jakarta terhadap beberapa skripsi dan jurnal kemiripan Judul, diantaranya:
1. Riana Amelia 107052002746 (2011) jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan Judul Skripsi “Metode Bimbingan
Mental Spiritual Terhadap Penyandang Masalah Tuna Susila Di
Panti Sosial Karya Wanita (Pskw) Mulya Jaya Jakarta”. Pembahasan
dalam penelitian ini, menjelaskan tentang metode bimbingan mental
spiritual, dan masalah mengenai agama para penyandang wanita tuna
susila yang kurang terarah supaya tidak terjerumus dalam lembah
hitam pelacuran/prostitusi di Jakarta timur.
2. Lusia Astrika (2016) Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Gajah Mada, dengan judul “Fenomenologi Calon
Legeslatif (Caleg) Depresi Karena Kalah Dalam Pemilu 2014”
pembahasan dalam peneitian menjelaskan tentang fenomena depresi
caleg kalah melihat dari konsep diri tentang kekuasaan dan motif diri
caleg yang depresi di kota Yogyakarta.

8
3. Murti Sari Puji Rahayu 10220040 (2014) Jurusan Bimbingan Dan
Konseling Islam, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas
Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul skripsi
“Bimbingan Mental Bagi Eks Penderita Psikotik Panti Social Bina
Karya Yaogyakarta”. Penelitina ini menjelaskan tentang kegiata
binaan mental bagi eks psikotik melaluin bimbingan kegaamaan,
bimbingan kedisiplinan, dan layanan kesehatan jiwa, di Panti Social
Bina Karya Yogyakarta.
4. Suwardi Sumartias dan Trie Damayanti (2011) Jurnal penelitian
komunikasi. Jurusan Ilmu Humas fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjadjaran Bandung, dengan judul jurnal “Kegagalan
Para Politis Dalam Peilihan Legislatif Tahun 2009 (Studi
Fenomenologi Tetang Para Politisi Yang Gagal Menjadi Calon
Anggota Legislator Tahun 2009 Di Kecamatan Rancaekek Kabupaten
Bandung)” vol 14. No1. Mei 2011. Penelitian ini menjelaskan
kontruksi makna peran dari para caleg yang gagal sebagai politisi
dalam keluarga dan masyarakat, motif yang yang mendorong para
caleg untuk menjadi politisi dan makna kegagalan para politisi sebagai
caleg.
5. Yuni Indah (2016) jurnal Professional Dosen Prodi Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Ratu
Samban Bengkulu Utara, judul jurnal “Manajemen Stress Calon
Legislatif Pasca Pemilihan Umum Legislative Tahun 2014 (Studi
Kasus Pada Calon Legislatif Gagal)” jurnal professional FIS
UNIVED Vol.3 No. 3 Desember 2016. penelitian ini menjelaskan cara
memenej stress mengelola stress, dan tingkat ketahaan stres pada
calon anggota legislatif yang kalah pemilu 2014 di kota Bengkulu.
E. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Metode

9
Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan apa yang dikehendaki,
dan juga merupakan cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
direncanakan.14 Sehubungan dengan upaya untuk dapat memahami
obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.15

Kata ‘metode’ berasal dari bahasa latin, methodus yang


bermakna, cara atau jalan.16 Secara etimologi, istilah metode
berasal dari bahasa yunani yang bermakna jalan. 17 Kata ini terdiri
dari dua suku kata; metha dan hodas yang berarti suatu jalan yang
dilalui untuk mencapai tujuan.18 Menurut Arif Burhan, “Metode
menunjukkan pada proses, prinsip serta prosedur yang kita
gunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban atas
masalah tersebut”.19 Senada dengan Arif Burhan, M. Arifin
mengatakan bahwa metode secara harfiyah adalah jalan yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan Dari definisi
di atas dapat difahami bahwa metode dapat bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.20

2. Pengertian Bimbingan

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari


kata “Guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang
14
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet.Ke-1, Edisi ke Tiga, h. 740.
15
Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT Gramedia,1983),
h 81.
16
Asman Ralby, Kamus Internasional, (Jakarta: Bulan Bintang: 1956), h. 318.
17
Mulia Tsg, Dkk, Ensiklopedia Indonesia jilid II, (Bandung: Van hoeve), h. 928.
18
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Pers, 2002), Cet. Ke-1, h. 50
19
Arif Burhan, Pengantar Metode Kualitatif, (Surabaya: Usaha nasional, 1992), h. 17.
20
Syahidin, Metode Pendidikan Qur’ani: Teori dan Aplikasi, (Jakarta:Misaka Galiza, 1999),
Cet. Ke-1, h. 39

10
mempunyai arti menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun
membantu. Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum
bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan.21

Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Years‟s


Book of Education 1955 yang menyatakan bahwa bimbingan adalah
suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk
menentukan dan mengembangkan kemampuannya agar
memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan social.22

Bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus


menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing
agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri,
pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat
perkembangan yang optimal dan penyesuain diri dengan
lingkungan.23

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada


seseorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka itu dapat
berkembang menjadi pribadi pribadi yang mandiri. Kemandirian ini
mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh
pribadi mandiri, yaitu: (a) mengenal diri sendiri dan lingkunagnnya,
(b) menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan
dinamis, (c) mengambil keputusan, (d) mengarahkan diri, dan (c)
mewujudkan diri.24

Secara terminologi, bimbingan adalah usaha membantu orang


lain dengan mengungkapkan dan membangkitkan potensi yang

21
Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta: Ciputat pers, 2002), h.3
22
Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta: Ciputat pers, 2002), h.4
23
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1995), h.2.
24
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1995), h.3.

11
dimilikinya. Sehingga dengan potensi itu, ia akan memiliki
kemampuan untuk mengembangkan dirinya secara wajar dan
optimal, yakni dengan cara memahami dirinya, maupun mengambil
keputusan untuk hidupnya, maka dengan itu ia akan dapat
mewujudkan kehidupan yang baik, berguna dan bermanfaat untuk
masa kini dan masa yang akan datang.25

Adapun definisi bimbingan berikut ini akan di kutipkan dan


yang sudah dirumuskan para ahli, yaitu:

a. Menurut Crow, bimbingan adalah “bantuan yang diberikan oleh


seseorang, yang memiliki kepribadian baik dan pendidikan yang
memadai kepada seseorang individu dari setiap usia, untuk
menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya
sendiri, dan memikul bebannya sendiri”.26
b. Menurut W.S Winkel Bimbingan berarti pemberian bantuan
kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara
bijaksana dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan-
tuntutan hidup. Bantuan itu bersifat psikis (kejiwaan) bukan
“pertolongan” financial, media, dan lain sebagainya. Dengan
adanya bantuan ini, seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri
masalah yang dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan
untuk menghadapi masalah yang akan dihapainya kelak ini
menjadi tujuan bimbingan. Jadi, yang memberikan bantuan
menganggap orang lain mampu menuntun dirinya sendiri,
meskipun kemampuan itu mungkin harus digali dan
dikembangkan melalui bimbingan.27

25
Arifin. M. Ed, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden
Terayon Press, Cet, Ke-5 1994). h. 1
26
Syamsul Yusuf dan Dr. A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dankonseling, (Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia, PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet.Ke-2, h. 6
27
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h.7

12
c. Stoops mengatakan bahwa bimbingan adalah “suatu proses yang
berlangsung terus menerus dalam hal membantu individu dalam
perkembangannya untuk mencapai kemampuan secara maksimal,
dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi dirinya,
orang lain maupun masyarakat di sekitarnya”.
d. Menurut Miller, bimbingan adalah “bantuan terhadap individu
untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri secara
maksimal kepada keluarga dan masyarakat”.28
Adapun tujuan dari bimbingan adalah agar individu yang
bersangkutan dapat:
a) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir
serta kehidupannya dimasa yang akan datang.
b) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya,
seoptimal mungkin.
c) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
masyarakat, serta lingkungan kerjanya.
d) Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat,
maupun lingkungan kerja.29
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, seseorang harus
mendapat kesempatan untuk, mengenal dan memahami
potensi,kekuatan dan tugas perkembangannya, mengenal dan
memahami potensi atau peluang yang ada dilingkungannya, serta
menentukan rencana tujuan hidupnya.30

3. Pengertian Mental
28
M. Lutfi, MA, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 6-7
29
M. Lutfi, MA, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.8
30
Syamsu Yusuf dan Dr. A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling,
(Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-2, h.13

13
Mental dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
suatu hal yang berhubungan dengan batin dan watak manusia yang
bukan bersifat tenaga.31

Menurut Notosoedirjo dan Latipun, Kata mental diambil dari


bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahasa Latin
yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Jadi istilah mental hygiene
dimaknai sebagai kesehatan mental atau jiwa yang dinamis bukan
statis karena menunjukkan adanya usaha peningkatan.32

Mental itu adalah cara berfikir dan berperasaan berdasarkan Nurani


petunjuk yang berasal dari Agama, petunjuk atau pedoman hidup.

Istilah lain H.M Arifin menyatakan bahwa, “arti mental adalah


sesuatu kekuatan yang abstrak (tidak tampak) serta tidak dapat dilihat
oleh pancaindra tentang wujud dan zatnya, melainkan yang tampak
adalah hanya gejalanya saja dan gejala ini yang mungkin dapat
dijadikan sasaran penyediaan ilmu jiwa atau lainnya.33

Menurut Sigmund Freud, seorang bapa psikolog dari aliran


Psikoanalisa, kejiwaan seseorang terstruktur atas tiga sistem pokok,
yaitu:

a) Id (das es) adalah sistem kepribadian biologis yang asli, berisikan


sesuatu yang telah ada sejak lahir. Ia merupakan reservoir energi
psikis yang menyediakan seluruh daya untuk sistem ego dan super
ego. Freud menyebut id dengan the true psychic reality (kenyataan
psikis yang sebenarnya), karena id mempresentasikan dunia batin

31
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet, Ke-1, Edisi Tiga, h. 733.
32
Notosoedirjo & Latipun, (Penerjemah: Zakiah Daradjat), Kesehatan Mental, (Jakarta:
Gunung Agung, 1985), Cet, Ke-12.
33
H. M Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Ruhaniah Manusia, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1997), Cet, Ke-2, h. 17

14
pengalaman subjektif dan tidak mengenal kenyataan objektif.
Prinsip kerjanya adalah serba merngejar kenikmatan (pleasure
principle) yang cenderung bersifat rasional, primitif, impulsif, dan
agresif. Untuk menghindari ketidaknikmatan maka id mempunyai
dua cara: pertama, refleks, yaitu reaksi-reaksi otomatis dalam
tubuh, misalnya bersin, berkedip, dan sebagainya; kedua, proses
primer, yaitu reaksi psikologis yang menghentikan tegangan
melalui hayalan, seperti orang lapar membayangkan makanan.
b) Ego (das ich) adalah aspek psikologis kepribadian yang timbul
karena kebutuhan organisme memerlukan transaksi dengan
kenyataan objektif. Ego mengikuti prinsip kenyataan (reality
principle) yang bersifat rasional logis dan reaksinya menurut
proses skunder. Tujuan prinsip ini adalah mencegah terjadinya
ketegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untuk
pemuasan kebutuhan. Ego disebut eksekutif kepribadian, karena ia
mengontrol tindakan, memilih lingkungan untuk memberi respon,
memuaskan insting yang dikehendaki dan berperan sebagai
arbitrator atau pengendali konflik antara id dan super ego.
c) Super ego (das ueber ich) adalah aspek-aspek sosiologis
kepribadian yang mengintegrasikan nilai-nilai moral dan cita-cita
luhur. Ia mencerminkan yang ideal bukan riil, mengejar
kesempurnaan dan bukan kenikmatan. Perhatian utamanya adalah
membedakan yang benar dan yang salah dan memilih yang benar.
Timbulnya super ego ini bersumber dari suara hati (conscience)
sehingga fungsinya: merintangi impuls-impuls seksual dan agresif
yang aktualisasinya sangat ditentang masyarakat, mendorong ego
untuk lebih mengejar hal-hal yang moralitas daripada realistic,
mengejar kesempurnaan. Jadi super ego menentang ukuran baik-
buruk id ataupun ego, dan membuat dunia menurut gambarannya

15
sendiri yang tidak rasional bahkan menunda dan merintangi
pemuasan insting.34

4. Pengertian Spiritual
Spiritual dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan “rohani,
batin, mental, moral.35 Sementara itu Mimi Doe & Marsha Walch
mengungkapkan bahwa “spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri,
nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki. Ia memberi arah dan arti bagi
kehidupan kita tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non fisik
yang lebih besar dari pada kekuatan diri kita; Suatu kesadaran yang
menghubungkan kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang kita
namakan sebagai sumber keberadaan kita. Spiritual juga berarti kejiwaan,
rohani, batin, mental, moral.36

Teori yang menyatakan bahwa sumber kejiwaan atau spitual adalah


satu kesatuan dengan agama, timbul beberapa pendapat yang di
kemukakan para ahli yaitu:

1) Thomas Van Aquino; mgatakan bahwa sumber kejiwaan agama


(spiritual) itu, ialah berpikiren. Manusia ber-Tuhan karena manusia
menggunakan kemampuan berpikirnya.
2) Fredrick Schleimacher; mengatakan bahwa yang menjadi sumber
keagamaan itu adalah rasa ketergantungan yang mutlak (sense of
depend).

34
Hall, Calvin S. and Gardner Lindzey, Teori-teori Holistik Organismik Fenomenologi,
(Terjemahan: Yustinus, judul asli, Theories of Personality”, Yogyakarta: Kanisius, 1993).
35
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta;Balai Pustaka 1994), Cet. Ke-2, h. 857
36
Tulisan oleh Arya Utama (dikutip dari teori mimi Doe & Marsha Walch, di akses dari,
Pada tanggal 19 Maret 2011.

16
3) Rudolf Otto; berpendapat bahwa sumber kejiwaan agama (spiritual)
adalah rasa kagum yang berasal dari “The Wholly Others” (yang sama
sekali lain).37

W. H. Thomas mengemukakan pendapatnya melalui teori “The Four


Wishes”, “bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama (spiritual) adalah
enam macam keinginan dasar yang ada dalam jiwa manusia yaitu:38

a) Keinginan untuk keselamatan (security)


b) Keinginan untuk mendapat penghargaan (recognition)
c) Keinginan untuk ditanggapi (response)
d) Keinginan akan pengetahuan atau pengalaman baru
(newexperience).

Bimbingan mental spiritual diartikan oleh Yusuf, sebagai; proses


pemberian bantuan kepada individu agar memiliki kemampuan untuk
mengambangkan fitrahnya sebagai mahluk beragama (homo religions),
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai agama (berakhlak mulia), dan
mengatasi masalah-masalah kehidupan melalui pemahaman, keyakinan,
dan praktik-praktik ibadah ritual agama yang dianutnya. Selanjutnya,
tujuan umum bimbingan spiritual adalah memfasilitasi dan meningkatkan
kemampuan individu untuk mengembangkan kesadaran spiritualitasnya
dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan demikian,
konseling dapat mencapai kehidupan yang bermakna. Kesadaran spiritual
konseling yang baik diyakini akan berpengaruh secara positif dan
fungsional terhadap aspek-aspek kehidupan pribadi lainnya.39

37
Dr. Jalaluddin dan Dr. Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam
Mulia 1993), Cet, Ke-2, h. 21-23.
38
Jalaluddin dan Dr. Ramayulis, h. 29
39
Noor pada tahun 2006 dan Yusuf pada tahun 2007, mengenai mental-spiritual, mengenai
pertolongan bagi pemulihan pecandu NAZA), di akses dari Alamat Web; (Pada tanggal: 21
Agustus 2019).

17
Noor berpendapat bahwa, tujuan utama intervensi spiritual
(kerohanian/agama) dalam bimbingan adalah untuk meningkatkan proses
penyesuaian dan pertumbuhan spiritual bimbingan. Hal ini terjadi karena
bimbingan yang sehat spiritualnya akan dapat berfungsi secara efektif
dalam kehidupannya. Kategori intervensi tersebut meliputi aspek kognitif,
afektif, tingkah laku, dan interpersonal dengan Sang Pencipta.40

Jadi mental spiritual adalah cara manusia berfikir dan berperasaan


dengan menggunakan nurani dan menyatukan antara jasmani dengan
rohani, dengan petunjuk agama sebagai pedoman hidupnya.

Dengan demikian metode bimbingan mental spiritual adalah cara atau


teknik yang digunakan pada serangkaian kegiatan atau tuntunan untuk
dapat memahami diri sendiri dan orang lain dengan cara mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan khususnya tentang ilmu keagamaan dan
didukung dengan pelatihan dan pemahaman cara berpikir positif serta
praktik kegiatan ibadah, demi terwujudnya kebahagiaan didunia dan
kebahagiaan di akhirat kelak.

5. Pengertian Depresi
Depresi adalah merupakan salah satu gangguan perasaan yang
di tandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung,
gangguan gejala tidur, tidak bersemangat, merasa tidak berharga,
merasa kosong, dan tidak ada harapan (Kelleiat, B.A, 1996)41
Sedangkan menurut Dr. Benhard R.S, Sp. KJ depresi adalah
gangguan mental yang meliputi dengan munculnya rasa sedih yang
berkepanjangan, hilangnya minat akan semangat, harga diri dan
kepercayaan diri berkurang, munculnya rasa bersalah dan perasaan

40
Noor, mental-spiritual, mengenai pertolongan bagi pemulihan pecandu nafza, di akses dari
Alamat Web; (Pada tanggal: 21 Agustus 2019).
41
Yurdik jahja. Psikologi perkembangan. (Pt charisma putrea Utama: Jakarta. 2013). H. 429

18
tidak berguna, pesimistis akan masa depannya, serta pada akhirnya
membayakan dirinya untuk melakukan tindakan bunuh diri.42
Menurut (Hennry A Murray 1991) bahwa depresi merupakan
persaan akan kehilangan sesuatu hal seperti berpisah dengan
barang, seseorang, kehilangan status, dan kehilangan sesuatu hal
yang ia inginkan menimbulkan perasaan sedih yang
berkepanjangan.43
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai depresi tentunya
ada beberapa gejaga gangguan psikosis. Gejala dan pola - pola
gangguan psikosis adalah sebagai berikut:44
a) Reaksi “schizophrenic” yang menyangkut proses emosional
dan intelektual. Gejalanya adalah sama sekali tidak
mengacuhkan apa yang terjadi di sekitarnya. Atau peran
pribadi yang berbelah dua (berkepribadian ganda).
b) Reaksi paranoid, seseorang selalu dibayang- bayangi oleh hal-
hal yang seolah olah mengancam dirinya. Oleh karena itu
seseorang akan menyerang atau agresif.
c) Reaksi afektif dan involutional, seseorang merasakan adanya
depresi yang sangat kuat.

Ada dua kategori gangguan psikosis, yaitu”


a) Schizophrenia yaitu gangguan psikotik berat yang ditandai
distorsi berat atas realitas, menarik diri dari interaksi social,
disorganisasi, dan fragmentasi persepsi, pikiran, dan emosi.
Gangguan skizophrenia berkembang secara pelan-pelan dan
tersembunyi, ciri umumnya meliputi: sifat menyendiri,

42
Gerunga, W. A, Psikologi Sosial, (PT. ersco, Bandung. 1998). h.35
43
Hanry A Murray. Pskikologi Kepribadian ( Kasinius, Jogjakarta 1993)
44
Sobur, Alex., Psikologi Umum, (Pustaka Setia, Bandung 2003). H 28

19
hilangnya perhatian terhadap dunia sekitar secara bertahap,
melamun secara berlebihan, emosi yang menumpul, dan
tingkah laku yang tidak sesuai. Ditinjau dari segi proses
munculnya, dapat dibedakan: schizophrenia proses yakni
berkembang secara pelan bertahap. Dan schizophrenia reaktif,
yakni yang muncul secara tiba-tiba serta ditandai dengan
kekacauan emosi yang cukup berat.
b) Gangguan suasana hati, depresi yang parah dan perubahan
suasana hati seringkali diasosiasikan dengan gangguan proses
berpikir dan halusinasi. Halusinasi dapat diasosiakan dengan
suasana hati penderita yang mendalam.

F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Dan Pendekatan Penelitian

Penliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan


kualitatif fenomenologi. Fenomenologi tidak terbatas pada hal – hal yang
empiris, tetapi juga mencakup fenomena yang berada di luar pengindraan
seperti persepsi, pemikiran, kemauan, dan keyakinan subyek tentang
sesuatu di luar dirinya, peneliti beralasan karena data dan informasi yang
diteliti adalah sekitar metode bimbingan mental spiritual pada caleg
depresi, peneliti hanya mendeskripsikan metode-metode bimbingan mental
spiritual yang dilaksanakan, kemudian menganalisanya secara kualitatif.

2. Subjek dan Objek Penelitian


a. Subjek Penelitian
Peneliti menetapkan pada beberapa kriteria dalam menentukan
objek yang mampu memberikan informasi, peneliti mengambil
objek, yaitu kalien Madani Mental Health Care yang mengikuti
kegiatan metode bimbingan mental spiritua.
b. Objek Penelitian

20
Peneliti mengambil objek adalah metode bimbingan mental
spiritual yang dilaksanakan Madani Mental Health Care Madani
Jakarta Timur.
3. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.45 Sumber
data dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya
adalah tambahan.46 Sehingga sumber data dalam penelitian ini terdiri dari
2 (dua) sumber yang keduanya masing-masing menghasilkan data-data.
Dalam penelitian kualitatif deskriptif sumber data yang diperoleh yaitu
dari data primer dan sekunder.
a. Data primer
Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari para inrforman
yang ada pada waktu peneltian dilakukan. Data primer ini juga
diperoleh saat peneliti mengamati langsung dan wawancara kepada
objek.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, yang menjadi sumber
data sekunder adalah keluarga dari caleg, tim sukses dan kerabat dari
caleg.47 Peneliti dapat mengumpulkan data dari sumber-sumber yang
ada, berupa data, dokumentasi, dan lain sebagainya.

4. Teknik dan Pengumpulan Data


Penelitian ini, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data,
antara lain sebagai berikut:
a. Wawancara
45
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi 5, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2002), h. 107.
46
Lexy Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),
Cet.ke-23, h.157.
47
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta), 2009,
Cet. Ke 8, h. 137.

21
Esterberg (2002) mendefinisikan wawancara sebagai berikut.
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,
tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam.48
Pada tahap ini peneliti akan mendeskripsikan keseluruhan yang
didapat dari hasil wawancara, melalui deskripsi naratif, dan peneliti
menggunakan wawancara tak terstruktur. Wawancara tak terstruktur
bersifat luwes, susunan pertanyaan dan susunan kata-kata dalam
setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan
dengan kebutuhan, dan kondisi saat wawancara, termasuk
karakteristik sosial-budaya informan yang dihadapi.

b. Observasi atau pengamatan


Observasi atau pengamatan merupakan susunan proses
pengamatan dan ingatan baik biologis maupun psikologis.49 Semua
bentuk penelitian psikologis, baik kualitatif maupun kuantitatif
mengandung aspek observasi didalamnya yang diarahkan pada
kegiatan memerhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang

48
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: CV Alfabeta, 2014),
Cet. Ke-6, h. 316.
49
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. Ke-14,
h. 145.

22
muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek fenomena
tersebut.50
Adapun observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengamati kegiatan bimbingan mental spiritual secara langsung
berupa pastisipasi dalam aktivitas di tempat penelitian, dan dalam
pengumpulan data peneliti memilih beberapa subjek yang menjadi
kriteria dalam penelitian ini. Peneliti memilih untuk mengamati dan
berinteraksi secara langsung terhadap subjek agar memperoleh data
yang lebih sesuai.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. 51
Peneliti mendokumentasikan kegiatan pembinaan agama Islam, serta
mencari dokumen-dokumen tertulis lain yang relevan dengan
kebutuhan penelitian.

5. Teknik Analisis Data


Analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga
dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang
lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan

50
E. Kristi Perwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Perilaku Manusia, (Depok: LPSP3-UI,
2011), Cet. Ke-4, h. 134.
51
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2002), edisi revisi IV, h. 236

23
membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. 52 Untuk
menganalisis data secara garis besar meliputi bagian-bagian sebagai
berikut:

a) Reduksi data (Data Reduction), berarti merangkum, memilih hal-hal


yang pokok dari data kasar yang diperoleh di lapangan. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Kemudian data yang diperoleh selama penelitian baik melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi kepada petugas Madani
Mental Health Care Jakarta Timur ditulis dalam catatan yang
sistematis.
b) Penyajian Data (Data Display), Miles dan Huberman (1984)
menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan
data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.
Selanjutnya disarankan, dalam melakukan display data, selain dengan
teks naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja),
chart.
c) Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing), merupakan langkah
yang terakhir dalam analisis data. Penarikan kesimpulan didasarkan
pada reduksi data. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin
dapat menjawah rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi
mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah penelitian di lapangan.53

G. Sistematika Penelitian
52
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: CV Alfabeta, 2014),
Cet. Ke-6, h. 332.
53
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: CV Alfabeta, 2014),
Cet. Ke-6, h. 336-343.

24
Penelitian skripsi ini peneliti mengacu pada pedoman penelitian karya
ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sistem penelitian
dalam penelitian ini terbagi dalam enam bab:
BAB I : PENDAHULUAN. Isi BAB I merupakan pendahuluan dari
keseluruhan BAB yang ada pada skripsi ini. BAB I terdiri dari Latar Belakang
Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika
Penelitian.

BAB II : LANDASAN TEORI. BAB II akan dipaparkan mengenai teori-


teori ataupum pepmabahsan yang berkaitan dengan metode bimbingan mental
terhadap caleg depresi.

BAB III : GAMBARAN UMUN PENELITIAN, BAB ini akan dibahas


mengenai gambaran secara umun tempat dilakukan penelitian yang terdiri
dari, Lokasi dan jadwal penelitian, subjek dan objek penelitian, model
penelitian.

BAB IV : ANALISI DAN TEMUAN PENELITIAN, pada BAB ini akan


diuraikan mengenai analisis focus masalah, teknik pengambilan data, sumber
data, fokus pengamatan penelitian, teknik pemilihan informan, asumsi
peneliti, teknik analisa data, teknik pemeriksaan data, serta temuan yang ada
ketika melakukan penelitia.

BAB V : PEMBAHASAN. Bagian ini berisi uraian yang mengaitkan


latarbelakang, teori dan rumusaln masalah dari penelitian.
BABA VI : SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN.

25

Anda mungkin juga menyukai