1
ini semakin banyak jumlahnya, sementara kuota sedikit. Sehingga
pada akhirnya persaingan tidak dapat dihindarkan sementara
mental atau psikis belum siap.
1
Azwar, S. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. (Liberty
Yogyakarta. 1988).h 19.
2
dan minat, tidak bisa mengambil keputusan, tidak bisa berfikir
jernih, mudah tersinggung dan marah, stamina dan energi
berkurang, pandangan cenderung kosong, perawatan diri menurun,
menyakiti diri sendiri/orang lain, berbicara sendiri, ada keinginan
dan usaha bunuh diri.
3
Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti mengambil judul
“Metode Bibingan Mental Terhadap Calon Legislatif (Caleg)
Defresi Kalah Dalam Pemilu 2019 Di Madani Mental Health Care
Jakarta Timur”.
2. Perumusan Masalah
4
a. Bagaimana model terapi mental terhadap calon
legislative (Caleg) Defresi kalah dalam pemilu di
Madani Mental Health Care Jakarta Timur .
b. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan
penghambat menentukan keberhasilan Madani
Mental Health Care Jakarta Timur .
c. Bagaimana pembinaan tindak lanjut setelah
mengikuti proses terapi mental?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitan
1. Tujuan Penelitian
5
Penelitian ini pastinya memiliki manfaat yang banyak,
baik bagi penulis maupun masyarakat secara umum.
2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu:
a) Teoritis
b) Praktis
c) Akademis
D. Tinjauan Pustaka
Upaya menghidari bentuk plagiat, penulis melakukan
tinjauan kepustakaan di perpustakaan Utama Universitas
Islam Negri Syarif Hidyatullah Jakarta terhadap beberapa
skripsi kemiripan Judul, diantaranya:
1. Riana Amelia 107052002746 (2011) jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah
Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, dengan Judul Skripsi “Metode Bimbingan
Mental Spiritual Terhadap Penyandang Masalah Tuna
Susila Di Panti Sosial Karya Wanita (Pskw) Mulya
Jaya Jakarta”. Pembahasan dalam penelitian ini,
menjelaskan tentang metode bimbingan mental
spiritual, dan masalah mengenai agama para
penyandang wanita tuna susila yang kurang terarah
supaya tidakterjerumus dalam lembah hitam
pelacuran/prostitusi di Jakarta timur.
2. Lusia Astrika 5220147784 (2016) Jurusan Ilmu
Politik, Fakultas Ilmu Social Universitas di Panegoro
7
Semarang, dengan judul “Fenomenologi Calon
Legeslatif (Caleg) Depresi Karena Kalah Dalam
Pemilu 2014” pembahasana dalan peneitian ini
menjelaskan tentang fenomena defresi caleg kalah
melihat dari konsep diri tentang kekuasaan dan motif
diri caleg yang depresi di kota Semarang.
3. Murti sari Puji Rahayu 10220040 (2014) Jurusan
Bimbingan Dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah
Dan Komunikasi Universitas Islam Negri Sunan
Kalijaga Yogyakarta, dengan judul skripsi
“Bimbingan Mental Bagi Eks Penderita Psikotik Panti
Social Bina Karya Yaogyakarta”. Penelitina ini
menjelaskan tentang kegiata binaan mental bagi eks
psikotik melaluin bimbingan kegaamaan, bimbingan
kedisiplinan, dan layanan kesehatan jiwa, di Panti
Social Bina Karya Yogyakarta.
E. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Moetode
8
mencapai tujuan yang direncanakan.2 Sehubungan
dengan upaya untuk dapat memahami obyek yang
menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.3
2
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1988), Cet.Ke-1, Edisi ke Tiga, h. 740.
3
Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat
(Jakarta:PT.Gramedia, 1983), h 81.
4
Asman Ralby, Kamus Internasional, (Jakarta: Bulan Bintang: 1956), h.
318.
5
Mulia Tsg, Dkk, Ensiklopedia Indonesia jilid II, (Bandung: Van hoeve),
h. 928.
6
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. Ke-1, h. 50
7
Arif Burhan, Pengantar Metode Kualitatif, (Surabaya: Usaha nasional,
1992), h. 17.
9
dapat difahami bahwa metode dapat bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan.8
2. Pengertian bimbingan
8
Syahidin, Metode Pendidikan Qur’ani: Teori dan Aplikasi,
(Jakarta:Misaka Galiza, 1999), Cet. Ke-1, h. 39
9
Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta: Ciputat pers,
2002), h.3
10
Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta: Ciputat
pers, 2002), h.4
10
Bimbingan ialah suatu proses pemberian
bantuan yang terus menerus dan sistematis dari
pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai
kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan
diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam
mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan
penyesuain diri dengan lingkungan.11
11
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h.2.
12
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h.3.
11
dengan potensi itu, ia akan memiliki kemampuan
untuk mengembangkan dirinya secara wajar dan
optimal, yakni dengan cara memahami dirinya,
maupun mengambil keputusan untuk hidupnya,
maka dengan itu ia akan dapat mewujudkan
kehidupan yang baik, berguna dan bermanfaat
untuk masa kini dan masa yang akan datang.13
13
Arifin. M. Ed, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan
Agama, (Jakarta: Golden Terayon Press, Cet, Ke-5 1994). h. 1
14
Syamsu Yusuf dan Dr. A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan
dankonseling, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), Cet.Ke-2, h. 6
12
dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana
dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap
tuntutan-tuntutan hidup. Bantuan itu bersifat
psikis (kejiwaan) bukan “pertolongan” financial,
media, dan lain sebagainya. Dengan adanya
bantuan ini, seseorang akhirnya dapat mengatasi
sendiri masalah yang dihadapinya sekarang dan
menjadi lebih mapan untuk menghadapi masalah
yang akan dihapainya kelak ini menjadi tujuan
bimbingan. Jadi, yang memberikan bantuan
menganggap orang lain mampu menuntun
dirinya sendiri, meskipun kemampuan itu
mungkin harus digali dan dikembangkan melalui
bimbingan.15
c. Stoops mengatakan bahwa bimbingan adalah
“suatu proses yang berlangsung terus menerus
dalam hal membantu individu dalam
perkembangannya untuk mencapai kemampuan
secara maksimal, dalam mengarahkan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi dirinya, orang lain
maupun masyarakat di sekitarnya”.
15
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah,
2010), h.7
13
d. Menurut Miller, bimbingan adalah “bantuan
terhadap individu untuk mencapai pemahaman
dan pengarahan diri secara maksimal kepada
keluarga dan masyarakat”.16
Adapun tujuan dari bimbingan adalah agar individu
yang bersangkutan dapat:
a) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi,
perkembangan karir serta kehidupannya dimasa
yang akan datang.
b) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan
yang dimilikinya, seoptimal mungkin.
c) Menyesuaikan diri dengan lingkungan
pendidikan, lingkungan masyarakat, serta
lingkungan kerjanya.
d) Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi
dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan
pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan
kerja.17
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut,
seseorang harus mendapat kesempatan untuk,
16
M. Lutfi, MA, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling)
Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.
6-7
17
M. Lutfi, MA, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling)
Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008),
h.8
14
mengenal dan memahami potensi,kekuatan dan
tugas perkembangannya, mengenal dan memahami
potensi atau peluang yang ada dilingkungannya,
serta menentukan rencana tujuan hidupnya.18
3. Pengertian mental
Mental dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan sebagai suatu hal yang berhubungan dengan
batin dan watak manusia yang bukan bersifat tenaga.19
18
Syamsu Yusuf dan Dr. A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan
dan Konseling, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-2, h. 13
19
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998),
Cet, Ke-1, Edisi Tiga, h. 733.
20
Notosoedirjo & Latipun, (Penerjemah: Zakiah Daradjat), Kesehatan
Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1985), Cet, Ke-12.
15
Dalam istilah lain H.M Arifin menyatakan bahwa,
“arti mental adalah sesuatu kekuatan yang abstrak
(tidak tampak) serta tidak dapat dilihat oleh pancaindra
tentang wujud dan zatnya, melainkan yang tampak
adalah hanya gejalanya saja dan gejala inilah yang
mungkin dapat dijadikan sasaran penyediaan ilmu jiwa
atau lainnya.21
21
H. M Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Ruhaniah
Manusia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), Cet, Ke-2, h. 17
16
agresif. Untuk menghindari ketidaknikmatan maka
id mempunyai dua cara: pertama, refleks, yaitu
reaksi-reaksi otomatis dalam tubuh, misalnya
bersin, berkedip, dan sebagainya; kedua, proses
primer, yaitu reaksi psikologis yang menghentikan
tegangan melalui hayalan, seperti orang lapar
membayangkan makanan.
b) Ego (das ich) adalah aspek psikologis kepribadian
yang timbul karena kebutuhan organisme
memerlukan transaksi dengan kenyataan objektif.
Ego mengikuti prinsip kenyataan (reality
principle) yang bersifat rasional logis dan
reaksinya menurut proses skunder. Tujuan prinsip
ini adalah mencegah terjadinya ketegangan sampai
ditemukan suatu objek yang cocok untuk
pemuasan kebutuhan. Ego disebut eksekutif
kepribadian, karena ia mengontrol tindakan,
memilih lingkungan untuk memberi respon,
memuaskan insting yang dikehendaki dan berperan
sebagai arbitrator atau pengendali konflik antara
id dan super ego.
c) Super ego (das ueber ich) adalah aspek-aspek
sosiologis kepribadian yang mengintegrasikan
nilai-nilai moral dan cita-cita luhur. Ia
17
mencerminkan yang ideal bukan riil, mengejar
kesempurnaan dan bukan kenikmatan. Perhatian
utamanya adalah membedakan yang benar dan
yang salah dan memilih yang benar. Timbulnya
super ego ini bersumber dari suara hati
(conscience) sehingga fungsinya: merintangi
impuls-impuls seksual dan agresif yang
aktualisasinya sangat ditentang masyarakat,
mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang
moralitas daripada realistic, mengejar
kesempurnaan. Jadi super ego menentang ukuran
baik-buruk id ataupun ego, dan membuat dunia
menurut gambarannya sendiri yang tidak rasional
bahkan menunda dan merintangi pemuasan
insting.22
4. Pengertian Defresi
Depresi adalah merupakan salah satu gangguan
perasaan yang di tandai dengan perasaan sedih yang
berlebihan, murung, gangguan gejala tidur, tidak
bersemangat, merasa tidak berharga, merasa
kosong, dan tidak ada harapan (Kelleiat, B.A, 1996)
22
Hall, Calvin S. and Gardner Lindzey, Teori-teori Holistik Organismik
Fenomenologi, (Terjemahan: Yustinus, judul asli, Theories of Personality”,
Yogyakarta: Kanisius, 1993).
18
Sedangkan menurut Dr. Benhard R.S, Sp.KJ
depresi adalah gangguan mental yang meliputi
dengan munculnya rasa sedih yang
berkepanjangan, hilangnya minat akan semangat,
harga diri dan kepercayaan diri berkurang,
munculnya rasa bersalah dan perasaan tidak
berguna,pesimistis akan masa depannya,serta pada
akhirnya membayakan dirinya untuk melakukan
tindakan bunuh diri.
Menurut (Hennry A Murray 1991) bahwa
depresi merupakan persaan akan kehilangan
sesuatu hal seperti berpisah dengan barang,
seseorang, kehilangan status, dan kehilangan
sesuatu hal yang ia inginkan menimbulkan perasaan
sedih yang berkepanjangan.23
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai
defresi tentunya ada beberapa gejaga gangguan
psikosis. Gejala dan pola – pola gangguan psikosis
adalah sebagai berikut (Sobur, 2003: 348):
a) Reaksi “schizophrenic” yang menyangkut
proses emosional dan intelektual. Gejalanya
adalah sama sekali tidak mengacuhkan apa
23
Gerunga, W. A, Psikologi Sosial, (PT. ersco, Bandung. 1998).
h.35
19
yang terjadi di sekitarnya. Atau peran pribadi
yang berbelah dua (berkepribadian ganda).
b) Reaksi paranoid, seseorang selalu dibayang-
bayangi oleh hal – hal yang seolah – olah
mengancam dirinya. Oleh karena itu
seseorang akan menyerang atau agresif.
c) Reaksi afektif dan involutional, seseorang
merasakan adanya depresi yang sangat kuat.
Ada dua kategori gangguan psikosis, yaitu”
a) Schizophrenia yaitu gangguan psikotik berat
yang ditandai distorsi berat atas realitas,
menarik diri dari interaksi social,
disorganisasi, dan fragmentasi persepsi,
pikiran, dan emosi. Gangguan skizophrenia
berkembang secara pelan – pelan dan
tersembunyi, ciri umumnya meliputi: sifat
menyendiri, hilangnya perhatian terhadap
dunia sekitar secara bertahap, melamun secara
berlebihan, emosi yang menumpul, dan
tingkah laku yang tidak sesuai. Ditinjau dari
segi proses munculnya, dapat dibedakan:
schizophrenia proses yakni berkembang
secara pelan bertahap. Dan schizophrenia
reaktif, yakni yang muncul secara tiba – tiba
20
serta ditandai dengan kekacauan emosi yang
cukup berat.
b) Gangguan suasana hati, depresi yang parah
dan perubahan suasana hati seringkali
diasosiasikan dengan gangguan proses
berpikir dan halusinasi. Halusinasi dapat
diasosiakan dengan suasana hati penderita
yang mendalam.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Dan Pendekatan Penelitian
21
Subjek penelitian ini Peneliti menetapkan pada
beberapa kriteria dalam menentukan subjek penelitian
dan mampu memberikan informasi, Didalam penelitian
ini penulis mengambil subjek penelitian, kalien yaysan
yang mengikuti kegiatan bimbingan mental.
b. Objek Penelitian
3. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh24. Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata dan tindakan selebihnya adalah tambahan.25
Sehingga sumber data dalam penelitian ini terdiri dari 2
(dua) sumber yang keduanya masing-masing menghasilkan
data-data. Dalam penelitian kualitatif deskriptif sumber
data yang diperoleh yaitu dari data primer dan sekunder.
24
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek
Edisi Revisi 5, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 107.
25
Lexy Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet.ke-23, h.157.
22
a. Data primer
Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari
para inrforman yang ada di pada waktu peneltian
dilakukan. Data primer ini juga diperoleh saat peneliti
mengamati langsung dan wawancara kepada subjek.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan
untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan
cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data
sekunder adalah literatur, artikel, jurnal, serta situs di
internet yang berkenaan dengan penelitian yang
dilakukan.26 Peneliti dapat mengumpulkan data dari
sumber-sumber yang ada, berupa data, dokumentasi,
dan lain sebagainya.
26
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta), 2009, Cet. Ke 8, h. 137.
23
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam.27
Pada tahap ini peneliti akan mendeskripsikan
keseluruhan yang didapat dari hasil wawancara,
melalui deskripsi naratif, dan peneliti menggunakan
wawancara tak terstruktur. Wawancara tak terstruktur
bersifat luwes, susunan pertanyaan dan susunan kata-
kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat
wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan, dan
kondisi saat wawancara, termasuk karakteristik
sosial-budaya informan yang dihadapi.
b. Observasi atau pengamatan
Observasi atau pengamatan merupakan susunan
proses pengamatan dan ingatan baik biologis maupun
psikologis.28 Semua bentuk penelitian psikologis, baik
27
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods),
(Bandung: CV Alfabeta, 2014), Cet. Ke-6, h. 316.
28
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2011), Cet. Ke-14, h. 145.
24
kualitatif maupun kuantitatif mengandung aspek
observasi didalamnya yang diarahkan pada kegiatan
memerhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang
muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek
fenomena tersebut.29
Adapun observasi dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara mengamati kegiatan bimbingan mental
secara langsung berupa pastisipasi dalam aktivitas di
tempat penelitian, dan dalam pengumpulan data peneliti
memilih beberapa subjek yang menjadi kriteria dalam
penelitian ini. Peneliti memilih untuk mengamati dan
berinteraksi secara langsung terhadap subjek agar
memperoleh data yang lebih sesuai.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, legger, agenda dan sebagainya.30 Peneliti
mendokumentasikan kegiatan pembinaan agama Islam,
29
E. Kristi Perwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Perilaku Manusia,
(Depok: LPSP3-UI, 2011), Cet. Ke-4, h. 134.
30
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), edisi revisi IV, h. 236
25
serta mencari dokumen-dokumen tertulis lain yang
relevan dengan kebutuhan penelitian.
31
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods),
(Bandung: CV Alfabeta, 2014), Cet. Ke-6, h. 332.
26
diperlukan. Kemudian data yang diperoleh selama
penelitian baik melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi kepada petugas dan anak berhadapan
hukum (ABH) di PSMP Handayani ditulis dalam
catatan yang sistematis.
b) Penyajian Data (Data Display), Miles dan Huberman
(1984) menyatakan bahwa yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah teks yang bersifat naratif. Selanjutnya
disarankan, dalam melakukan display data, selain
dengan teks naratif, juga dapat berupa grafik, matrik,
network (jejaring kerja), chart.
c) Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing),
merupakan langkah yang terakhir dalam analisis data.
Penarikan kesimpulan didasarkan pada reduksi data.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawah rumusan masalah yang dirumuskan sejak
awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan
rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih
bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian di lapangan.32
32
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods),
(Bandung: CV Alfabeta, 2014), Cet. Ke-6, h. 336-343.
27
G. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengacu pada
pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)
karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA
(Center for Quality Development and Assurance) Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sistem
penulisan dalam penelitian ini terbagi dalam enam bab:
BAB I : PENDAHULUAN. Isi BAB I merupakan
pendahuluan dari keseluruhan BAB yang ada pada skripsi ini.
BAB I terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika
Penulisan.
28
penelitian, teknik pemilihan informan, asumsi peneliti, teknik
analisa data, teknik pemeriksaan data, serta temuan yang ada
ketika melakukan penelitia.
29