Jigging
Muhammad Firhan Fauzi (1257029) / Kelompok 3 / Kamis,
Laboratorium Pengolahan Bahan Galian 14-03-2019
Prodi Teknik Metalurgi
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Asisten : Alvin Adi Nugraha (12515034)
Abstrak – Praktikum Modul 7 – Praktikum Modul 7 adalah praktikum tentang Jigging . Praktikum ini bertujuan untuk
menentukan mekanisme yang terjadi pada proses jigging dan menentukan kadar mineral SnO2 dan SiO2, nilai recovery, kriteria
konsentrasi, dan settling ratio. Pada praktikum ini, disiapkan umpan berupa campuran kasiterit dan silika dengan berat
tertentu dan ukuran tertentu. Setelah itu, jig dijalankan dan dilihat mekanisme kerjanya. Setelah itu, umpan dimasukkan ke
dalam jigging dan lihat mekanisme pemisahan yang terjadi pada aliran overflow (tailing) dan aliran pada hutch (konsentrat)
yang akan turun ke bawah. Konsentrat dan tailing kemudian ditampung. Setelah itu, konsentrat dan tailing dikeringkan dan
dilakukan grain counting untuk menentukan nilai kadar dari suatu mineral kasiterit, kadar mineral silika , kriteria konsentrasi,
recovery, settling ratio dari suatu mineral (pada praktikum, grain counting dilakukan pada sampel konsentrat yang sudah jadi).
H P H P H P H P H P
1 4 1 3 1 16 5 11 1 2 1
2 4 1 0 2 5 21 1 3 0 5
3 0 7 0 3 7 15 3 7 1 2
𝜌𝑏− 𝜌′
KK = 𝜌𝑏 = 𝑠𝑝𝑒𝑐𝑖𝑓𝑖𝑐 𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑦 𝑚𝑖𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡, 𝜌𝑟
𝜌𝑟−𝜌′
= 𝑠𝑝𝑒𝑐𝑖𝑓𝑖𝑐 𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑦 𝑚𝑖𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛, 𝜌′ = Keringkan konsentrat dan tailing lalu ambil sampel
untuk grain counting kemudian catat dalam tabel
𝑠𝑝𝑒𝑐𝑖𝑓𝑖𝑐 𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑦 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 pengamatan
Semakin besar nilai KK, maka semakin mudah mineral
dapat dipisahkan meski dengan ukuran partikel yang sangat
Menghitung nilai kadar kasiterit, silika, nilai
halus. recovery, kriteria konsentrasi, dan settling ratio
Settling Ratio
C.2 Rumus-Rumus Dasar
𝑟1 𝜌𝑏− 𝜌′
= { 𝜌𝑟−𝜌′ } n
r1 = diameter mineral ringan, r2 =
𝑟2 1. Kadar SnO2 dan SiO2
diameter mineral berat, n = 0,5 untuk stokes, n=1 untuk
newton. Settling ratio menunjukan pada perbandingan Kadar SnO2 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖ℎ ℎ𝑖𝑡𝑎𝑚 𝑥 𝜌𝑆𝑛𝑜2
ukuran berapa kedua partikel mengendap bersamaan.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖ℎ ℎ𝑖𝑡𝑎𝑚 𝑥 𝜌𝑆𝑛𝑜2+𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖ℎ 𝑝𝑢𝑡𝑖ℎ 𝑥 𝜌𝑆𝑖𝑂2
x 100 %
𝜌𝑏− 𝜌′ Recovery
KK = 𝜌𝑏 =
𝜌𝑟−𝜌′
f = 40 %
𝑠𝑝𝑒𝑐𝑖𝑓𝑖𝑐 𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑦 𝑚𝑖𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡, 𝜌𝑟 =
𝑠𝑝𝑒𝑐𝑖𝑓𝑖𝑐 𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑦 𝑚𝑖𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛, 𝜌′ = 𝑐 𝑥 (𝑓−𝑡) 80.1831 𝑥 (40−67.064)
𝑠𝑝𝑒𝑐𝑖𝑓𝑖𝑐 𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑦 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 R= x 100% = x 100%
𝑓 𝑥 (𝑐−𝑡) 40 𝑥 (80.1831−67.064)
4. Settling Ratio
R = -413.533 %
𝑟1 𝜌2− 𝜌′
= Kriteria Konsentrasi
𝑟2 𝜌1−𝜌′
𝜌𝑏− 𝜌′ 7,1− 1
KK = = = 3,69697
𝜌𝑟−𝜌′ 2,65−1
C.3 Perhitungan Data Percobaan
Settling Ratio
Perhitungan Data Konsentrat
𝑟1 𝜌2− 𝜌′ 2.65− 1
= =
𝑟2 𝜌1−𝜌′ 7.1−1
∑ Hitam 74 𝑟1 33
∑ Putih =
47 𝑟2 122
122r1 = 33r2
Kadar SnO2 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖ℎ ℎ𝑖𝑡𝑎𝑚 𝑥 𝜌𝑆𝑛𝑜2 D. Analisis Data Percobaan
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖ℎ ℎ𝑖𝑡𝑎𝑚 𝑥 𝜌𝑆𝑛𝑜2+𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖ℎ 𝑝𝑢𝑡𝑖ℎ 𝑥 𝜌𝑆𝑖𝑂2
x 100 % Kadar mineral kasiterit pada percobaan ini adalah
80.1831% untuk konsentrat , dan 67.064 % untuk tailing.
74 𝑥 7,1 Dan Kadar mineral silika pada percobaan ini adalah 19.8169
= x 100 % = 80.1831 %
74 𝑥 7,1+49 𝑥 2,65 % untuk konsentrat , dan 32.936 % untuk tailing. Hasil
tersebut terbilang kurang baik karena nilai kadar kalsiterit
di tailing masih lebih tinggi dari kadar silika, padahal
Kadar SiO2 = minerla berharga (kalsiterit) harusnya jumlahnya lebih
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖ℎ 𝑝𝑢𝑡𝑖ℎ 𝑥 𝜌𝑆𝑖𝑜2
sedikit di tailing dibanding mineral pengotornya (silika).
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖ℎ ℎ𝑖𝑡𝑎𝑚 𝑥 𝜌𝑆𝑛𝑜2+𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖ℎ 𝑝𝑢𝑡𝑖ℎ 𝑥 𝜌𝑆𝑖𝑂2
Nilai Recovery yang didapat adalah -413.533 %. Nilai
x 100% recovery yang didapat sangat buruk (bernilai negatif), hal
ini disebabkan oleh kadar kalsiterit di tailing lebih tinggi
47 𝑥 2,65
= x 100 % = 19.8169 % dari kadar silika di tailing sehingga jika dimasukan ke
74 𝑥 7,1+47 𝑥 2,65
rumus Recovery mendapatkan hasil yang negatif. Hal ini
bisa terjadi karena perhitungan pada grain counting yang
bermasalah (tidak representatif) jika grain counting
Perhitungan Data Tailing dilakukan dengan lebih berhati hati dan teliti, nilai kadar
mineral berharga di tailing pasti lebih kecil jika
∑ Hitam 57
dibandingkan dengan kadar mineral pengotornya. Untuk
∑ Putih 75 mendapatkan nilai recovery yang optimum perlu dilakukan
pemisahan lebih lanjut untuk menaikkan nilai recovery.
Selain itu juga masih ada ukuran partikel midling yang
Kadar SnO2 = masih perlu pemisahan pula. Hal ini juga dikarenakan ada
beberapa mineral partikel besar yang tidak terpisahkan
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖ℎ ℎ𝑖𝑡𝑎𝑚 𝑥 𝜌𝑆𝑛𝑜2
mineralnya karena mineral yang mengendap kemudian
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖ℎ ℎ𝑖𝑡𝑎𝑚 𝑥 𝜌𝑆𝑛𝑜2+𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖ℎ 𝑝𝑢𝑡𝑖ℎ 𝑥 𝜌𝑆𝑖𝑂2
terangkat ke atas menjadi tailing sehingga pemisahan perlu
x 100 %
dilakukan lebih lanjut untuk menaikkan nilai recovery. Pada
57 𝑥 7,1 pengumpanan sampai proses jigging, masih banyak partikel
= x 100 % = 67.064 %
57 𝑥 7,1+75 𝑥 2,65 yang menempel jig sehingga memperngaruhi nilai recovery.
Proses konsentrasi gravitasi bukan proses pemisahan yang
optimum mengingat proses ini bergantung pada perbedaan
specific gravity dan kecepataan pengendapan partikel. laju aliran air, bijih yang memiliki Spesifik Gravity tinggi
Kecepatan pengendapan yang kurang optimum, masih akan tidak sempat untuk mengendap sehingga partikel
banyak ukuran partikel yang tidak seragam, masih banyak tersebut akan terbawa air dan akhirnya masuk pada tailing.
midling membuat proses konsentrasi gravitasi tidak Ketiga adalah frekuensi Amplitudo membrane dan
maksimal karena proses konsentrasi ini juga berpengaruh frekuensi stroke ini akan berpengaruh kepada kecepatan
keoptimalannnya terhadap ukuran partikel (yang aliran vertical ke atas dimana kecepatannya tidak boleh
mempengaruhi kecepatan pengendapan dan berat partikel), lebih besar dari pada kecepatan jatuh partikel. Apabila hal
ini terjadi maka akan menyebabkan kehilangan mineral
dan derajat liberasi suatu mineral. Pada jigging, mineral
berharga yang mempunyai ukuran butir lebih kecil. Oleh
midling tidak terpisahkan melainkan bergabung dengan
sebab itu amplitude membrane dan frekuensi stroke yang
konsentrat ataupun tailing karena tidak ada produk
digunakan harus disesuaikan dengan ukuran butir partikel
berbentuk midling. Nilai kriteria konsentrasi (KK) pada mineral berharga yang ada di lapangan. Keempat adalah
percobaan ini adalah sekitar 3,69697 sehingga proses panjang stroke, panjang storke adalah panjang dorongan air
pemisahan terjadi lebih mudah bahkan untuk ukuran halus oleh energizing unit, oleh karena itu menentukan jauhnya
sekalipun karena nilai KK yang cukup besar (KK diatas |2,5| partikel – partikel terdorong pada saat pulsion sekaligus
). Semakin besar nilai KK, maka semakin mudah mineral menentukan jarak antara partikel pada saat pulsion (dilasi).
yang satu dengan yang lain dipisahkan. KK yang yang Panjang storke besar menghasilkan kecepatan air naik juga
cocok agar pemisahan terjadi lebih mudah adalah rentang besar dan kecepatan air turun (hisap) besar karena
KK diatas |2,5| bahkan pada rentang tersebut partikel halus diakibatkan gaya yang dihasilkan akan lebih besar, sehingga
yang ukuran 200 mesh dapat dipisahkan. Nilai settling ratio apabila mineral berharga dengan massa jenis ringan akan
pada percobaan kali ini adalah 122r1 = 33r2, yang artinya terbuang ke tailing.
kedua partikel akan mengendap bersamaan jika
perbandingan ukurannya 33 : 122.
E. Kesimpulan
Proses jigging dipengaaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor- faktor yang mempengaruhi jigging adalah faktor Jigging bekerja pada aliran air yag vertikal untuk
dari partikel (bijih ) dan alat. Pada bijih faktor-faktor yang memisahkan mineral berharga dan pengotornya
mempengaruhi adalah Specific Gravity, ukuran bijih, dan berdasarkan specific gravity mineral tersebut melalui
derajat liberasi. Pertama, bijih dengan Specific Gravity kecepatan pengendapan mineral di medium. Proses jigging
yang memiliki perbedaan yang tidak begitu jauh, akan pada suatu partikel bekerja dengan 4 tahap setelah umpan
menyulitkan proses pemisahan. Sehingga ada beberapa dimasukkan pada opening jig. Tahap pertama adalah
mineral berharga yang seharusnya masuk ke dalam pulsion dimana saat partikel umpan masuk ke dalam jig,
konsentrat terbawa ke dalam tailing, dan tentunya akan karena adanya gerakan aliran air yang naik turun, partikel-
memengaruhi jumlah konsentrat yang diperoleh dan
partikel pada tahap ini naik ke atas. Tahap kedua adalah
recovery yang didapat. Kedua adalah ukuran bijih yaitu
perbedaan kecepatan pengendapan partikel dimana pada
apabila ukuran bijih yang diumpankan terlalu besar maka
tahap ini setelah partikel-partikel naik ke atas, partikel-
bijih akan sulit untuk melewati butiran-butiran hematit
sehingga sulit untuk dipisahkan, sedangkan apabila ukuran partikel tersebut kemudian mengendap berdasarkan nilai
bijih terlalu kecil maka bijih akan terbawa oleh aliran air specific gravitynya. Mineral berat akan mengendap jauh
dan masuk ke dalam tailing. Sehingga dalam hal ini lebih panjang dibanding mineral ringan.Tahap ketiga adalah
diperlukan ukuran bijih yang optimal, agar proses hindered settling dimana pada tahap ini partikel-partikel
pemisahan yang dilakukan lebih mudah dan menghasilkan tersebut kemudian mengendap secara bersama-sama. Tahap
recovery sesuai yang diinginkan, alat ini akan bekerja secara terakhir adalah Intersitial trickling, dimana partikel-partikel
optimum pada bijih dengan ukuran 100 mesh. Ketiga adalah kecil akan melewati partikel-partikel besar. Melalui tahap-
derajat liberasi bijih yaitu bijih dengan derajat liberasi tahap tersebutlah partikel mineral berat dan ringan terpisah.
penuh akan lebih mudah dipisahkan, sehingga akan Mineral yang ringan mempunyai kecepatan pengendapan
dihasilkan konsentrat dan tailing dari bijih murni yaitu cukup kecil sehingga mineral ringan akan bertindak sebagai
kasiterit dan silika murni. Lain halnya apabila bijih dalam overflow. Mineral yang berat mempunyai kecepatan
kondisi middling, maka akan sulit untuk dipisahkan karena pengendapan cukup tinggi sehingga mineral berat akan
bijih berada diantara dua mineral yaitu kasiterit dan silika.
terbawa ke bawah dan keluar lewat spigot sebagai hutch
Kemudian apabila ditinjau dari segi alat yang (underflow).
digunakan dalam percobaan, faktor-faktor yang
Kadar mineral kasiterit pada percobaan ini adalah
mempengaruhi adalah laju pengumpanan (feeding rate),
laju aliran air, frekunesi dan panjang stroke. Pertama, laju 80.1831% untuk konsentrat , dan 67.064 % untuk tailing.
pengumpanan yaitu distribusi feed dipermukaan jig harus Dan Kadar mineral silika pada percobaan ini adalah 19.8169
diatur dengan baik agar proses jigging dapat berjalan % untuk konsentrat , dan 32.936 % untuk tailing. Nilai
dengan sempurna. Penyebaran dan kekentalan (proses Recovery yang didapat adalah -413.533 %. Nilai recovery
padatan) feed yang masuk ke permukaan jig perlu yang didapat sangat buruk (bernilai negatif), hal ini
diperhatikan. Penyebaran feed yang tidak merata disebabkan oleh kadar kalsiterit di tailing lebih tinggi dari
mengakibatkan terjadinya penumpukan dan kelebihan kadar silika di tailing. Nilai kriteria konsentrasi (KK) pada
beban yang terlalu besar yang diterima oleh permukaan jig. percobaan ini adalah sekitar 3,69697 sehingga proses
Kedua adalah laju aliran air yang digunakan, Semakin tinggi pemisahan terjadi lebih mudah bahkan untuk ukuran halus
sekalipun karena nilai KK yang cukup besar. Nilai settling Frekuensi adalah banyaknya stroke permenit,
ratio pada percobaan kali ini adalah 122r1 = 33r2. umumnya satu stroke ( terdiri dari satu pulsion dan
satu suction ) sama dengan satu putaran
F. Daftar Pustaka motor. Oleh karena itu frekuensi dapat dinyatakan
dengan putaran ( rpm ).Banyaknya frekuensi
Wills, B. A, and Napier Munn, T.J. 2007. Will’s Mineral
menentukan banyaknya pengaruh mekanisme
Processing Technology 7th Edition. Amsterdam :
percepatan differensial. Semakin kecil ukuran
Elsevier. Hal. 225-230 umpan akan semakin kecil panjang stroke dan
Sanwani, Edy. Handout Kuliah Pengolahan Mineral semakin besar frekuensi. Semakin besar ukuran
MG2213 Bab VIII “Gravity Concentration”. umpan, semakin besar panjang stroke dan semakin
kecil frekuensinya.
Bandung : ITB. Hlm. 1-3 dan 5-8.
3. Jig bekerja dengan baik dan efisien apabila berat
G. Lampiran jenis bola-bola besi sebagai separator pada hutch
besarnya diantara berat jenis mineral dengan
G.1 Jawaban Pertanyaan selang ukuran 75-150 𝜇𝑚
Ragging ball
Alat jig
Jig di Industri
Hasil konsentrat