Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH

Dosen Pengampu: Farida SE., M.Si

Kelompok 1:

1. Muhammad ‘Aza M (17.0102.0069)


2. Falak Algani (17.0102.0066)
3. Anas Setyawan (17.0102.0094)
4. Riddo Firidian (17.0102.0084)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN


BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2019
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
            Proses akuntansi yang dimulai dari identifikasi kejadian dan transaksi hingga
penyajian dalam laporan keuangan, memerlukan sebuah kerangka dasar penyusunan
dan penyajian laporan keuangn. Kerangka dasar atau kerangka konseptual akuntansi,
adalah suatu sistem yang melekat dengan tujuan-tujuan serta sifat dasar yang
mengarah pada standar yang konsisten dan terdiri atas sifat, fungsi dan batasan dari
akuntansi dan laporan keuangan.
            Dalam makalah ini kami akan membahas kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangna syariah. Pembahasan diawali dengan diskusi tentang
perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syariah (KDPPLKS) dan diikuti dengan tujuan KDPPLKS, pemakai laporan
keuangan syariah, tujuan laporan keuangn, asumsi dasar, unsur-unsur laporan
keuangan, dan pengakuan serta pengukuran unsur-unsur laporan keuangan terseut.
Relevansi bab ini adalah sebagai dasar dalam memahami landasan yang digunakan
oleh penyusun standar dalam membuat standar akuntansi standar.
            Telah banyak peneliti di bidang akuntansi, baik muslim maupun nonmuslim
yang menelaah teori maupun penelitian tentang tujuan maupun kerangka dasar atas
laporan keuangan syariah. Misalnya, AAOIFI (Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institutions), Dewan Standar Akintansi Indonesia
(DSAK) menusun PSAK Syariah tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangan.
            Kenapa kita mempelajari tentang kerangka dasar laporan keuangan syariah,
yaitu agar kita mampu mengetahui seperti apa kerangka dasar laporan keuangan
syariah setelah mengetahui dasar kerangka laporan keuangan syariah kita akan lebih
mudah untuk membuat laporan keuangan syariah.

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syari’ah diIndonesia menurut PSAK?
2. Bagaimana Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syari’ah diIndonesia menurut AAOIFI?
3. Jelaskan pemikiran-pemikiran dari perdebatan oleh para pemikir akuntansi
mengenai kerangka akuntansi!
4. Jelaskan beberapa pemikiran-pemikiran kedepan mengenai akuntansi islam!

C. Tujuan Makalah
Adapun Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Syari’ah di Indonesia menurut PSAK.
2. Untuk mengetahui  Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Syari’ah di Indonesia menurut AAOIFI.
3. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran dari perdebatan oleh para pemikir
akuntansi mengenai kerangka akuntansi.
4. Untuk mengetahui beberapa pemikiran-pemikiran kedepan mengenai akuntansi
islam.
BAB II
PEMBAHASAN
KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN SYARIAH (PSAK)

A. Tujuan Kerangka Dasar


Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku
untuk semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah
maupun entitas konvensional baik sector public maupun sector swasta. Tujuan
Kerangka Dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi :
1. Penyusun standar akuntansi syariah, dalam pelaksanaan tugasnya. 
2. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi
syariah yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah.
3. Auditor, dalam mem berikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan disusum sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang
berlaku umum
4. Para pemakai laporan keuangan, Dalam menafsirkan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar
akuntansi keuangan syariah.

B. Pemakai dan Kebutuhan Informasi

Pemakai laporan keuangan meliputi :


1. Investor sekarang dan investor potensial ; hal ini karena mereka harus
memutuskan  apakah akan membeli, menahan atau menjual investasi
atau penerimaan dividen.
2. Pemilik dana qardh ;untuk mengetahui apakah dana qardh dapat di
bayar pada saat jatuh tempo
3. Pemilik dana syirkah temporer ; untulk memberikan keputusan pada
investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang bersaing dan
aman
4. Pemilik dana titpan ; untuk memastikan bahwa titipan dana dapat
diambil tiap saat
5. Pembayar dan penerima zakat, infaq, sedekah dan wakaf ; untuk
informasi tentang sumber dan penyaluran dana tersebut.
6. Pengawas syariah ; untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga
syariah terhadap prinsip syariah.
7. Karyawan ; untuk nmemperoleh informasi tentang stabilitas dan
profitabilitas entitas syariah.
8. Pemasok dan mitra usaha lainnya ; untuk memmperoleh informasi
tenteng kemampuan entitas membayar utang pada saat jatuh tempo
9.  Pelanggan ; untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup
entitas syariah
10. Pemerintah serta lembaga – lembaganya ; untuk memperoleh
informasi tentang aktivitas entitas syariah, perpajakan, serta
kepentingan nasional lainnya.
11. Masyarakat ; untuk memperoleh informasi tentang kontribusi entitas
terhadap masyarakat dan Negara.

C. Paradigma Transaksi Syariah

Transaksi syariah didasarkan pada paradigm dasar bahwa alam semesta


diciptakan oleh tuhan sebagai amanah dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh
umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual.
Substansinya adalah bahwa setiap aktivitas manusia memiliki akuntabilitas dan
nilai ilahiah yang  menempatkan perangkat syariah dan akhlak sebagai parameter
baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha. Dengan cara ini akan
terbentuk karakter tata kelolah yang baik (good governance).

D. Asas Transaksi Syariah

Transaksi syariah berdasarkan pada prinsip :


1. Persaudaraan (ukhuwah), yang berarti bahwa transaksi syariah
menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh manfaat,
sehingga seseorang tidak boleh mendapat keuntungan di atas kerugian
orang lain.
2. Keadilan (‘adalah), yang berarti selalu menempatkan sesuatu hanya
pada yang berhak dan sesuai pada posisinya.
3. Kemaslahatan (maslahah), yaitu segala bentuk kebaikan dan manfaat
yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta
individual dan kolektif.
4. Keseimbangan ( tawazun), yaitu keseimbangan antara aspek material
dan spiritual, antara aspek privat dan public, antara sector keuangan dan
rill, antara bisnis dan social, serta antara aspek pemanfaatan serta
pelestarian.
5. Universalisme (syumuliyah), dimana esensinya dapat dilakukan oleh,
dengan dan untuk semua pihak yang berkepentingan tanpa membedakan
suku, agama, ras, dan golongan sesuai dengan semangat kerahmatan
semesta (rahmatan lil alamin).

E. Karakteristik Transaksi Syariah

Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigm dan asas transaksi


syariah harus memenuhi karakteristik dan persyaratan antara lain :
1. Transaksi hanya dilakukan dengan prinsip saling paham dan saling
rida
2. Prinsip kebebasn bentransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan
baik
3. Uang hanya sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai , bukan
sebagai komoditas
4. Tidak mengandung unsure riba, kezaliman, gharar, haram.
5. tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money).
6. Transaksi yang dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan
benar serta keuntunga n untuk semua pihak
7. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan dan rekayasa
penawaran
8. Tidak mengandung unsure kolusi dengan suap – menyuap.

F. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi,


menyangkut posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai  dalam pengambilan keputusan ekonomi, tujan
lainnya adalah :
1. Meningkatkan kepatuhan terhadap prisip syariah
2. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah
3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab
entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.
4. Informasi tentang tingkat keuntungan  investasi yang diperoleh
penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer ; dan informasi
mengenai pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi social entitas
syariah termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah,
dan wakaf.

G. Bentuk Laporan Keuangan

Laporan keuangan entitas syariah terdiri atas :


1. Posisi keuangan entitas syariah disajikan sebagai neraca. Laporan ini
menyajikan informasi tentang sumberdaya yang dikendalikan, stuktur
keuangan, likuiditas dan solvabilita serta kemampuan beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan. Laporan ini berguna untuk
memprediksi kemampuan perusahaan dimasa yang akan dating.
2. Informasi kinerja entitas syariah, disajikan dalam laporan laba rugi.
Laporan ini diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber
daya ekonomi yang munkin dikendalikan di masa depan
3. Informasi perubahan posisi keuangan entitas syariah, yang dapat
disusun berdasarkan devinisi dana seperti seluruh sumber daya
keuangan, modal kerja, asset likuit atau kas
4. Informasi lain seperti, laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi
social entitas syariah.
5. Catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari informasi
tambahan yang relefan termasuk pengungkapan tentang resiko dan
ketidakpastian yang mempengaruhi entitas.

H. Asumsi Dasar
1. Dasar akrual
Laporan keuangan disajikan atas dasar actual, maksudnya bahwa
pengaruh transaksi dan peristiwa yang alain diakui pada saat kejadian
dan diungkapkan dalam cacatan akuntansi serta dilaporkan dalam
laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan
informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang
melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban
pembayaran kas dimasa depan serta sumber daya yang
merepsesentasikan kas yang akan diterima di masa depan
Namun dalam penghitungan pendapatan untuk tujuan bagi hasil
usaha menggunakan dasar kas. Hal ini disebabkan bahwa prinsip
pembagian hasil usaha berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau hasil
yang dimaksud adalah keuntungan bruto
2. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan
usaha entitas syariah yang akan melanjutkan usahanya dimasa depan.
Oleh karena itu, entitas syariah diasumsikan tidak bermaksud atau
berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala
usahanya.

I. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteris kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam


laporan keuangan berguna bagi pemakai terdapat. Empat Karakteris kualitatif
pokok yaitu :
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasiyang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk ,memenuhi kebutuhan 
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki
kualitas relevan kalau dapat memengaruhi keputusan ekonomi pemakai
dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini,
dan masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi di masa
lalu.
3. Keandalan
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian
yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajiakan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus membandingkan laporan keuangan entitas syariah antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan.
Agar dapat dibandingkan, informasi tentang kebijakan kuntansi yang
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahn kebijakan
serta pengaruh perubahantersebut juga harus diungkapkan termasuk
ketaatan atas standar akuntansi yang berlaku.

J. Kendala Informasi yang Relevan dan Andal

Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut
1. Tepat Waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka
informasi yang disajikan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin
perlu menyeimbangkan manfaat relative antara pelaporan tepat waktu dan
ketentuan informasi andal.
2. Keseimbanga antar biaya dan manfaat
Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu kendala yang
dapat terjadi dari suatu karakteristik kualitatif. Manfaat yang dihasilkan
informasi harusnya melebihi biaya perusahaan. Namun demikian, secara
substansi, evaluasi biaya dan manfaat merupakan suatu proses pertimbangan.

K. Unsur – unsur Laporan Keuangan

Sesuai karakteristik, laporan keuangan entitas syariah , antara lain meliputi :


1. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial
yang terdiri atas laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus
kas, serta laporan perubahan ekuitas.
Posisi Keuangan
Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan
adalah
a. Asset, adalah sumber daya yang dikuasai  oleh entitas syariah
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas syariah.
b. Kewajiban, utang entitas syariah masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu.
c. Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi
jangka  waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya di mana
entitas syariah mempunyai hak hak untuk mengelolahdan
menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi
berdasarkan kesepakatan.
d. Ekuitas adalah hak residual atas asset entitas syariah setelah
dikurangi kewajiban dan dana syirkah temporer.
Kinerja
Unsur yang langsung berkaitan dengan  pengukuran penghasilan
bersih adalah penghasilan dan beban. Unsure penghasilan dan beban
didefinisikan berikut ini.
a. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama
suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
penambahan asset atau penurunan.
b. Beban expenses adalah penurunan manfaat ekonomo selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya
asset atau terjadinya kewajiban yang melibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman
modal, termasuk di dalamnya beban untuk pelaksanaan aktivitas
entitas syariah maupun kerugian yang timbul.
c. Hak pihak ketiga atas bagi hasil
Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer adalah
bagian bagi hasil pemilik dana  atas keuntungan dan kerugian hasil
investasi bersama entitas syariah dalam suatu periode laporan
keuangan.
2. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan social,
meliputi laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan  sumber
dan penggunaan dana kebajikan.
3.  Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatn dan
tanggung jawab khusus entitas syariah tersebut.

L. Pengukuran Unsur Laporan Keuangan

Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan


kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Biaya historis (historical cost)
Asset dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara kas yang dibayar sebesar
nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh asset tersebut
pada saat perolehan. Kewajiban  dicatat sebesar jumlah yang diterima
sebagai penukar dari kewajiban atau dalam keadaan tertentu, dalam
jumlah kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban
dalam pelaksanaan usaha normal.
2. Biaya kini (current cost)
Asset dinilai dalam jumlah kas atau setara kas yang seharusnya dibayar
bila asset yang sama atau setara diperoleh.
Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas atau setar kas yang tidak
didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan
kewajiban sekarang.
3. Nilai realisasi/ penyelesaian (realizable/settlement value)
Asset dinilai dalam jumlah kas atau setara kas yang dapat diperoleh
sekarang dengan menjual asset dalam pelepasan normal (orderly disposal).
Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian : yaitu jumlah kas yang
tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibyrkan untuk memenuhi
kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.

M. Laporan Keuangan Entitas Syariah (ED PSAK 101 (Revisi 2014))

Komponen laporan keuangan entitas syariah terdiri atas :


1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode;
2. Laporan Laba Rugi dan penghasilan kompreshensif lain selama periode;
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode;
4. Laporan arus kas selama periode;
5. Laporan sumber dan penyaluran dana zakat selama periode;
6. Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan selama periode;
7. Catatan atas laporan keuangan;
8. Informasi komparatif mengenai periode sebelumnya;
9. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan
ketika entitas syariah menerapkan suatu kebajikan akuntansi secara
retrospektif.

N. Laporan Keuangan Bank Syariah (ED PSAK 101 (Revisi 2014))

a) Laporan posisi keuangan;


b) Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain;
c) Laporan perubahan ekuitas;
d) Laporan arus kas;
e) Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil
f) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat;
g) Laporan sumber dan penggunaan dan kebajikan; dan
h) Catatan laporan keuangan.

O. Laporan keuangan Asuransi Syariah (ED PSAK 101 (Revisi 2014))


 Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
 Laporan Surplus (Defisit) Underwriting Dana Tabarru’
 Laporan Perubahan Dana Tabarru’
 Laporan Laba Rugi
 Laporan Perubahan Ekuitas
 Laporan Arus Kas
 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
 Catatan atas Laporan Keuangan

P. Laporan keuangan Amil (ED PSAK 101 (Revisi 2014))


 Laporan Posisi Keuangan
 Laporan perubahan dana
 Laporan perubahan aset kelolaan
 Laporan arus kas
 Catatan atas laporan keuangan

KONSEP DASAR AKUNTANSI MENURUT AAOIFI dan PEMIKIR


ISLAM
A. Tujuan Akuntansi Kuangan dan Laporan Keuangan
Kerangka dasar akuntansi disadari merupakan hal penting dan untuk itu, AAOIFI
telah mengeluarkan pernyataan No. 1 dan no. 2. Manfaat dengan ditentukannya
tujuan akuntansi keuangan untuk lembaga keuangan syariah menurut AAOIFI
yaitu sebagai berikut :

1. Dapat digunakan sebagai panduan bagi dewan standar untuk


menghasilkan standar yang konsisten.
2. Tujuan akan membantu bank dan lembaga keuangan syariah untuk
memilih berbagai alternative metode akuntansi pada saat standar akuntansi
belum mengatur.
3. Tujuan akan membantu memandu manajemen dalam membuat keputusan
pada saat akan menyusun laporan keuangan.
4. Tujuan jika diungkapkan dengan baik, akan meningkatkan kepercayaan
pengguna dan meningkatkan pemahaman informasi akuntansi sehingga
akan meningkatkan kepercayaan dan lembaga keuangan syariah.
5. Penetapan standar keuangan yang mendukung penyusunan standar
akuntansi yang konsisten dapat meningkatkan kepercayaan pengguna
laporan keuangan.
Pendekatan yang digunakan pemikir AAOIFI adalah dengan cara mengambil
seluruh pemikiran akutansi kontemporer yang berlaku kemudian melakukan
analisa apakah pemikiran tersebut sejalan atau bertentangan dengan syariah
islam.
Jika konsisten dan sesuai maka akan diterima, dan jika tidak sesuai maka akan
ditolak , hal ini didasarkan pada kemudahan masyarakat luas dalam menerima
konsep kontemporer tersebut
a) Tujuan akuntansi keuangan
 Untuk menjaga asset dan hak hak lembaga keuangan syariah
 Untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan produktivitas
lembaga keuangan syariah
 Untuk menyiapkan informasi laporan keuangan yang tepat dan
berguna sehingga pengguna laporan keuangan tersebut dapat
membuat keputusan yang tepat dalam berhubungan dengan
lembaga keuangan
b) Tujuan laporan keuangan kepada pengguna informasi luar
 Memberikan informasi sumber daya ekonomi dan kewajiban
lembaga keuangan syariah
 Memberikan informasi terkait pihak yang berhak menerima dan
memberi zakat pada laporan keuangan
 Memberikan informasi terkait pelaksanaan tanggung jawab sosial
dari lembaga keuangan syariah

B. Pemakai dan Kebutuhan Informasi


Pemakai laporan keuangan menurut AAOIFI adalah sebagai berikut :
1. Pemegang Saham
2. Pemegang Sertifikat
3. Pemilik dana (bagi deposit bank)
4. Pemilil dana tabungan
5. Pihak yang mengelola transaksi bisnis
6. Pengelola zakat
7. Pihak yang mengatur

Q. Paradigma, Asas, dan Karakteristik Transaksi Syariah


Paradigma, asas, dan karakteristik transaksi syariah tidak dapat dipisahkan
dari ekonomi islam karena merupakan pelaksanaan syariah islam dalam
konteks muamalah. Hal ini dapat diartikan bahwa transaksi syariah
seharusnya didasarkan pada prinsip ekonomi islam dengan rangka mencapai
tujuan syariah. Berikut adalah prinsip dasar ekonomi islam menurut Ibnu Al-
A’rabi :
1. Tidak boleh adanya bunga dan perdagangan tersebut adalah halal.
2. Tidak boleh dilakukan secara tidak adil
3. Tidak boleh memasukkan hal-hal yang belum pasti atau tidak jelas
4. Harus mempertimbangkan Al-Maqasid dan Al-Masalih, dimana Al-
Maqarid adalah tujuan harus disesuaikan dengan tuntunan Islam
sedangkan Al-Masalih adalah kesejahteraan pembelian di muka bumi

R. Bentuk Laporan Keuangan


Laporan keuangan yang diminta oleh AAOIFI antara lain sebagai berikut:

1. Laporan Perubahan Posisi Keuangan


2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Perubahan Ekuitas atau Laporan Perubahan Saldo Laba
4. Laporan Arus Kas
5. Laporan Perubahan Investasi yang dibatasi dan ekuivalenya
6. Laporan Sumber dan Dana Zakat serta Dana Sumbangan
7. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qard Hasan
S. Syarat kualitatif laporan keuangan menurut AAOIFI
1. Relevan
Laporan keuangan harus memiliki nilai prediksi dan nilai umpan balik serta
disajikan tepat waktu baik untuk intern maupun ekstern.harus relevan karena
digunakan untuk pengambilan keputusan.
2. Dapat diandalkan
Tidak berarti harus akurat secara absolut tetapi dapat diandalkan sesuai
kondisi yang melekat pada transaksi termasuk penggunaan metode
perhitungan pada suatu transaksi.
3. Dapat dibandingkan.
4. Konsisten.
5. Dapat dimengerti.

T. Perdebatan pemikir akuntansi mengenai kerangka akuntansi


1. Entitas unit akuntansi
Semua unit akuntansi yang terpisah dan harus dibedakan dengan pemiliknya
atau dengan perusahaan lain.
2. Kegiatan usaha yang berkelanjutan
Konsep ini memegang peranan yang besar dalam standar akuntansi serta
penyusunan laporan keuangan karena konsep ini berhubungan dengan konsep
harga perolehan dan penilaian aset tetap.
3. Periodisasi
Perubahan atas kekayaan perusahaan pada laporan keuangan harus dijelaskan
secara periodik.
4. Satuan mata uang
Utang seharusnya dinilai pada jumlah uang tanpa melihat perubahan nilai
uangnya.
5. Konservatif
Untuk melaporkan nilai yang rendah untuk aset dan pendapatan serta nilai
yangtinggi untuk kewajiban dan beban.
6. Harga perolehan
Aset dicatat sejumlah kas atau setara kas yang dibayarkan pada saat
memperoleh sesuatu.sedangkan liabilitas pada jumlah uang yangditerima dari
pertukaran atas liabilitas.
7. Perbandingan antara pendapatan dan beban
Pendapatan diakui pada periode tertentu sesuai prinsip pengakuan pendapatan
secara bersamaan dengan pengakuan beban.
8. Dasar akrual
Pengakuan pendapatan dilakukan saat suatu manfaat itu diperoleh.
9. Pengungkapan penuh
Pengungkapan informasi sesuai kebutuhan dengan kebutuhan informasi dari
mayoritas pembaca laporan keuangan.
10. Substansi mengungguli bentuk
Hakikat dari suatu transaksi lebih penting dari bentuk hukum transaksi itu
sendiri.
U. Beberapa Pemikiran Ke Depan Mengenai Akuntansi Islam
1. Neraca yang menggunakan Nilai saat ini (current value balance sheet)
  Untuk mengatasi kelemahan dari historical cost yang kurang cocok dengan
pola perhitungan zakat yang mengharuskan perhitungan kekayaan dengan nilai
sekarang. Alasan lain, adalah dengan menggunakan nilai sekarang akan
mempermudah pengguna laporan keuangan untuk mengambil keputusan karena nilai
yang disajikan lebih relevan dibandingkan nilai historical cost.
IFRS telah merekomendasikan nilai saat ini (current value) untuk aset yang
disajikan dalam laporan keuangan, dan negara-negara didunia sedang dalam proses
untuk mengadopsi IFRS sebagai standar pelaporan dinegara masing-masing.
2. Laporan Nilai Tambah (value added statement)
    Laporan Nilai Tambah sebagai pengganti laporan laba atau sebagai laporan
tambah atas neraca dan laporan laba rugi. Usulan ini didasarkan atas pertimbangan
bahwa unsur terpenting didalam akuntansi syariah bukanlah kinerja operasional (laba
bersih), tetapi kinerja dari sisi pandang para stakeholders dan nilai sosial yang dapat
didistribusikan secara adil kepada sekelompok yang terlibat dengan dengan
perusahaan dalam menghasilkan nilai tambah. Konsep nilai tambah dianggap sebagai
jawaban atas kelemahan akuntansi keuangan konvensional sehingga diusulkan
sebagai laporan tambahan.
Dalam perkembangannya, syariah value added statement dianggap lebih
sesuai dengan aktivitas ekonomi islam yang adil dan beretika, serta sejalan dengan
tujuan akuntabilitas dari akuntansi syariah, khususnya pendapatan dan beban yang
harus ditanggung oleh publik. Pemikir akuntansi islam juga melakukan perubahan
atas format value added statement dengan cara megeluarkan zakat yang awalnya
dianggap bagian dari charity dan menyajikan secara khusus setelah Gross Value
Added. Hal ini sesuai dengan makna zakat yang bukan hanya sekedar sumbangan
tetapi juga memiliki nilai pembersihan serta merupakan hal yang wajib bagi muslim.
   Laporan nilai tambah ini masih dalam tataran konsep mengingat AAOIFI
belum mewajibkan haltersebut pada pernyataannya. Disamping itu hasil penelitian
oleh sulaiman (1998) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi tentang
kegunaan maraca dengan nilai sekarang sreta laporan nilai tambah di kalangan orang
muslim dan non muslim termasuk pengelola zakat.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Akuntansi dikembangkan untuk mendukung ekonomi dengan mengikuti
paradigma dari sitem ekonominya. Jadi, akuntansi memerlukan kerangka dasar untuk
akuntansi dan pelaporan keuangan , tidak tekecuali dalam akuntansi syariah. Ada
berbagai macamkerangka dasar akuntansi. Yaitu: Keuangan dasar penyusunan dan
penyajiann laporan keuangan syariah (KDPPLKDS) menurut PSAK, Konsep dasar
akuntansi menurut AAOIFI dan Konsep dasar akuntansi menurut Pemikir Islam.
Berbagai macam kerangka dasarakuntansi tersebut memiliki perbedaan. KDPPLKDS
menurut PSAK dan Konsep dasar akuntansi menurut AAOIFI mempunyai perbedaan
dalam segi paradigma, asas, karakteristik, bentuk laporan keuangan, syarat laporan
keuangan dll.
Sedangkan konsep dasar akuntansi menurut pemikir islam masih terdapat
banyak perdebatan antara para pemikir. Perdebatan para pemikir akuntansi mengenai
kerangka akuntansi yaitu mengenai: (1) Entitas unit akuntansi, (2) Kegiatan usaha
yang berkelanjutan, (3) Periodisasi, (4) Satuan mata Uang, (5) Konservatif, (6) Harga
perolehan, (7) Penandingan antara pendapatan dan beban, (8) Dasar akrual, (9)
Pengungkapan penuh,  (10) Substansi mengungguli bentuk. Sedangkan perdebatan
beberapa pemikiran ke depan diantaranya: (1) Neraca yang menggunakan Nilai saat
ini (current value balance sheet), (2) Kegiatan usaha yang berkelanjutan IFRS
(International Financial Reporting Standard,  (3) Laporan Nilai Tambah (value added
statement) .
DAFTAR PUSTAKA

Sri nurhayati dan Wasilah. 2013. Akuntansi Syariah di Indonesia jilid 3.


Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai