Diskusi Integrasi 2 PDF
Diskusi Integrasi 2 PDF
KELOMPOK B
NAMA NIM
Anastasia Stevany Dhira Audrey 040001900017
Andarini Joyowidarbo 040001900018
Andira Lusiana 040001900019
Andra Ghitha Pramesti Krishna 040001900020
Angela Winson 040001900021
Angela Audrey Natasya 040001900022
Annisa Nabilah Fattah 040001900023
Aqila Fildzah Safira Saldy 040001900024
Arlyn Laurensia 040001900025
Aryanto Bhagaskoro Prabowo 040001900026
Athaya Haura Khaerunnisa 040001900027
Audrey Anastasia Tedjo 040001900028
Audrey Aura Farhani 040001900029
Audrey Valencia 040001900030
Ayunda Adelia
040001900031
Beatrice Rosabel Sutanto 040001900032
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Bioetika (Modul 1.11) - tentang usaha tukang gigi ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas yang diberikan oleh para dosen pada mata kuliah ini. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Bioetika dan usaha tukang gigi
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok B
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
1
DAFTAR ISI........................................................................................................... 2
BAB 1...................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN....................................................................................... 5
1.2.1 Apakah perlu izin dalam usaha tukang gigi dan siapa yang
harus mengeluarkan?........................................................................5
tukang gigi………………………………………………………....5
1.2.4 Apa akibat buruk yang dapat terjadi bila banyak orang
2
1.3.1 Kenapa pemasangan behel oleh tukang gigi dapat
tukang gigi…………………………………………………………6
1.3.3 Apa saja yang harus dilakukan untuk mencegah korban pada
ini?....................................................................................................6
BAB 2...................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN..........................................................................................7
2.4 Akibat buruk bila banyak orang memasang behel pada tukang gigi....12
dampak buruk……………………………………………………………13
3
2.7 Pandangan menurut Humaniora, Antropologi, Sosiologi, Pancasila,
BAB 3.....................................................................................................................19
KESIMPULAN..........................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 25
4
BAB I
PENDAHULUAN
Tukang gigi bukanlah hal yang asing bagi masyarakat di Indonesia karena
di Indonesia banyak sekali orang yang membuka usaha tukang gigi. Namun,
pekerjaan tukang gigi sebenarnya tidak boleh disamakan dengan praktik dokter
gigi. Misalnya, seorang tukang gigi sebenarnya tidak boleh memasang behel atau
kawat gigi. Pemasangan behel seharusnya dilakukan oleh seorang dokter gigi.
Akan tetapi, masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak menyadari hal
tersebut dan hanya tertarik dengan harganya yang murah dan tidak memperhatikan
kesehatan giginya. Selain itu, banyak juga tukang gigi yang tidak peduli dengan
konsumennya dengan bertindak semena-mena atau melakukan hal yang
sebenarnya bukan ahli di bidangnya. Maka dari itu, melalui makalah ini, akan
dibahas tentang usaha tukang gigi, peraturan apa yang mendasari usaha tukang
gigi ini, bahaya apa saja bila seorang tukang gigi memasang behel, dan kaitannya
dengan Pancasila, Kadeham, Filsafat ilmu, dan lain-lain.
1.2.1 Apakah perlu izin dalam usaha tukang gigi dan siapa yang harus
mengeluarkan?
1.2.2 Sebutkan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai usaha
tukang gigi!
1.2.3 Sebutkan perawatan apa saja yang boleh dilakukan oleh tukang gigi?
5
1.2.4 Apa akibat buruk yang dapat terjadi bila banyak orang memasang behel pada
tukang gigi?
1.3.1 Kenapa pemasangan behel oleh tukang gigi dapat menimbulkan dampak
yang buruk?
1.3.2 Instansi mana yang berwenang untuk mengatur pekerjaan tukang gigi?
1.3.3 Apa saja yang harus dilakukan untuk mencegah korban pada masyarakat
akibat pekerjaan dari tukang gigi?
1.3.4 Bagaimana pandangan menurut Humaniora, Antropologi, Sosiologi,
Pancasila, Kadeham, dan Filsafat Ilmu mengenai kasus ini?
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Apakah perlu izin dalam usaha tukang gigi dan siapa yang harus
mengeluarkan?
Dalam usaha tukang gigi diperlukan izin. Izin tersebut digunakan untuk
membatasi ruang lingkup tukang gigi yang tidak memiliki pengetahuan tentang
kesehatan gigi untuk tidak bertindak diluar pengetahuannya sehingga tidak banyak
orang yang menjadi korban dari tukang gigi tersebut.
7
mengeluarkan surat izin adalah pemerintah daerah kabupaten/kota atau dinas
kesehatan kabupaten/kota setempat.
Aturan lain mengenai tukang gigi juga dapat kita temukan di dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2014 tentang Pembinaan,
Pengawasan Dan Perizinan, Pekerjaan Tukang Gigi. Menurut Pasal 1 angka 1
Permenkes 39/2014, yang dimaksud dengan tukang gigi adalah setiap orang yang
mempunyai kemampuan membuat dan memasang gigi tiruan lepasan.
8
dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan, berdasarkan Pasal 2 ayat 3
Permenkes 39/2014.
UU no. 29 Tahun 2004 tentang praktik kedokteran. Dalam pasal 73 ayat (2)
yang berisi dilarang menggunakan alat, metode atau cara lain dalam memberikan
pelayanan seolah-seolah dr atau drg dengan STR & SIP. Selain itu, ada
pelanggaran pasal 73 ayat (2) ada dalam pasal 78 yaitu dikenakan pidana penjara
paling lama 5 tahun atau denda paling banyak 150 juta.
Pekerjaan tukang gigi hanya dapat dilakukan apabila (Pasal 6 ayat (1)
Permenkes 39/2014):
a. tidak membahayakan kesehatan, tidak menyebabkan kesakitan dan kematian
b. aman
c. tidak bertentangan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat
d. tidak bertentangan dengan norma dan nilai yang hidup dalam masyarakat.
Pekerjaan tukang gigi tersebut hanya berupa (Pasal 6 ayat (2) Permenkes
39/2014):
a. membuat gigi tiruan lepasan sebagian dan penuh yang terbuat dari bahan heat
curing acrylic yang memenuhi ketentuan persyaratan kesehatan
b. memasang gigi tiruan lepasan sebagian penuh yang terbuat dari bahan heat
curing acrylic dengan tidak menutupi sisa akar gigi.
2.3 Sebutkan perawatan apa saja yang boleh dilakukan oleh tukang gigi?
9
2. Pembuatan prothesa gigi , yang dimana yang dimaksud di sini adalah
pembuatan gigi palsu sebagai alat bantu fungsional pengganti gigi
yang hilang akibat proses pencabutan atau trauma.
3. Pembuatan mahkota dan jembatan gigi ( crown and bridge) crown
adalah pemasangan selubung gigi palsu di atas gigi yang rusak untuk
memperbaiki tampilan dan melindungi gigi dari kerusakan yang lebih
parah. Bridge d igunakan sebagai jembatan untuk mengisi gigi yang
hilang
4. Pekerjaan laboratorium teknik gigi.
Jadi, pada intinya tukang gigi hanya memiliki kewenangan untuk membuat
alat yang digunakan untuk memperbaiki gigi seperti gigi palsu dan juga
memasang gigi palsu tersebut. Tapi tukang gigi tidak mempunyai kewenangan
untuk melakukan tindakan spesialistik seperti tindakan pencabutan gigi baik
dengan suntikan maupun tanpa suntikan, penambalan gigi dengan tambalan
apapun, perawatan ortodonti , menggunakan obat-obatan yang berhubungan
dengan bahan tambahan gigi, baik sementara ataupun tetap dan pembuatan
mahkota akrilik atau porselen. Apabila tukang gigi dalam melakukan
pekerjaannya menemui kasus di luar batas kemampuannya harus merujuk ke
sarana kesehatan atau dokter gigi terdekat yang memang sudah mempunya
ilmu-ilmu kedokteran.
Pada hakikatnya profesi tukang gigi dan profesi dokter gigi berbeda,
karena tukang gigi hanya mempelajari pembuatan gigi tiruan tanpa
mempertimbangkan hal-hal lain, sedangkan dokter gigi mempelajari semua
tentang gigi dan mulut termasuk jaringan-jaringan penyangga gigi. Ruang lingkup
dokter gigi adalah di daerah mulut dengan ilmu yang cukup banyak tentang gigi
dan rongga mulut serta hubungannya dengan organ di luar mulut. Tukang gigi
juga berbeda dengan tekniker gigi yang berprofesi membantu dokter gigi dalam
10
pekerjaan laboratorium. Tekniker gigi melakukan pekerjaan laboratorium dengan
pengawasan dan arahan dokter gigi dengan dasar pengetahuan tekniker gigi yang
didapatkan dari sekolah Akademi teknik/laboratorium Kedokteran Gigi, bukan
keahlian yang didapatkan secara otodidak atau turunan seperti tukang gigi.
11
yang dijual kepada masyarakat sebagai konsumennya, maka tukang gigi dapat
dikatakan pelaku usaha sebagai penyedia jasa (penyelenggara usaha).
2.4 Apa akibat buruk yang dapat terjadi bila banyak orang
memasang behel padau tukang gigi?
Praktek pemasangan kawat gigi oleh tukang gigi juga sangat ditentang
oleh PDGI. PDGI beralasan, pelayanan tukang gigi yang ada saat ini tidak
didasarkan pada pemahaman dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran gigi. Jika hal ini dilakukan oleh pihak yang tidak berkompeten, maka
dapat membawa efek samping yang lebih parah pada pasien. Efek itu mulai dari
infeksi ringan pada gusi sampai ke jaringan yang lebih dalam pada tulang yang
menyebabkan pembengkakan.
12
digunakan belum terjamin kebersihannya, apalagi langsung bersentuhan dengan
mulut. Yang paling berbahaya yaitu dapat menimbulkan hepatitis bahkan HIV.
Kawat logam yang dipasang pada gigi sering berbenturan dan dapat menyebabkan
luka kecil pada bibir dan bagian dalam pipi. Selain itu orang yang tidak memiliki
alergi sebelum mereka memakai behel gigi pun bisa berpotensi terkena alergi
setelah mereka memakainya.
2.5 Kenapa pemasangan behel oleh tukang gigi dapat menimbulkan dampak
yang buruk?
Pemasangan kawat gigi atau behel oleh tukang gigi kepada pasien sangat
berbahaya karena tukang gigi tidak memiliki kemampuan medis yang tepat
apalagi pemasangan behel pada gigi memerlukan treatment yang benar.
Pemasangan behel yang tidak tepat akan membuat dampak buruk kepada pasien
seperti struktur gigi pasien akan menjadi tidak teratur atau bahkan gusi pasien bisa
infeksi karena pemakaian alat yang tidak higienis.
Selain itu, infeksi gusi maupun penyakit menular juga bisa saja terjadi
karena peralatan tukang gigi yang tidak higienis dan pemasangannya tidak sesuai
standar. Penyakit ini dapat menjalar sampai ke jaringan yang ada di bawahnya,
seperti tulang penyangga gigi sehingga resiko pembengkakan, luka pada jaringan
sekitar dan bau mulut dapat timbul oleh karena hal tersebut. Maka pemasangan
kawat gigi yang dipasang oleh tukang gigi di tentang oleh PDGI (Persatuan
Dokter Gigi Indonesia). PDGI beralasan, tukang gigi yang saat ini ada tidak
didasari oleh pemahaman dan ilmu kedokteran gigi. Lalu, tukang gigi sendiri tidak
pernah mempelajari aspek medis yang terkait dengan alat kedokteran gigi. Oleh
karena itu, pemasangan kawat gigi dengan tukang gigi berdampak buruk bagi
penggunanya.
13
Pemasangan kawat gigi selain di dokter gigi spesialis ortodonti (spesialis
pemasangan kawat gigi) tentulah sangat tidak tepat dan menimbulkan resiko.
Mengapa demikian?, karena seorang “ahli gigi” tidak memiliki kemampuan klinis
yang terpadu dengan ilmu pengetahuan mengenai anatomi rongga mulut,
kesehatan, serta ilmu pendukung lainnya. Pemasangan kawat gigi tidak boleh
sembarangan, karena harus melalui berbagai prosedur pemeriksaan klinis dan
analisa yang cukup rumit, di antaranya analisa model gigi anda, analisa foto
rontgen panoramik dan cephalometrik. Kesimpulan dari hasil analisa tersebut
mencakup perlu dilakukan pencabutan atau tidak, pelebaran rahang atau tidak,
pengasahan gigi atau tidak, pemilihan alat dan bahan ortodonsia yang tepat, serta
perkiraan hasil akhir perawatan. Dampak yang sering ditimbulkan oleh
pemasangan behel ilegal antara lain rasa ngilu yang sangat menyiksa, kerusakan
email gigi, resiko infeksi karena penggunaan alat yang tidak steril, dan sampai
kegoyangan serta lepasnya gigi.
2.6 Instansi mana yang berwenang untuk mengatur pekerjaan tukang gigi?
14
c. Memasang gigi tiruan lepasan
(3) Tukang gigi dalam pemasangan gigi tiruan sebagaimana dimaksud huruf b
ayat (1) tidak menutupi sisi akar gigi.
2.7 Apa saja yang harus dilakukan untuk mencegah korban pada
masyarakat akibat pekerjaan dari tukang gigi?
15
mengendalikan produksi, distribusi, dan peredaran produk sehingga konsumen
tidak dirugikan, baik kesehatannya maupun keuangannya. Peranan tersebut dapat
dikategorikan sebagai peranan yang berdampak jangka panjang sehingga perlu
dilakukan secara kontinu memberikan penerangan, penyuluhan, dan pendidikan
bagi semua pihak.
16
Dalam pasal 10, pembinaan dimaksudkan agar tukang gigi mempunyai
pengetahuan dasar ilmu kedokteran gigi sehingga dapat menjalankan pekerjaan
sesuai ketentuan yang berlaku untuk menjamin perlindungan kepada masyarakat.
Pembinaan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal tersebut dapat berupa
supervisi secara berkala dan pengarahan dan/atau penyuluhan berkala.
Pengawasan dimaksudkan untuk mengontrol pekerjaan tukang gigi agar
menjalankan pekerjaan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Pemerintah
dan memberikan sanksi kepada tukang gigi yang melanggar atau
menyalahgunakan pekerjaannya.
Salah satu permasalahan yang muncul dari oknum tukang gigi tersebut
adalah terjadinya infeksi karena pemasangan gigi secara permanen. Infeksi yang
terjadi di antaranya abses leher dalam yang diakibatkan dari kesalahan
pemasangan gigi palsu oleh oknum tukang gigi.
17
Dalam banyak kasus, oknum tukang gigi melakukan pekerjaan di luar ketentuan
tersebut seperti pencabutan gigi dan pemasangan kawat.
Masyarakat pun banyak memilih tukang gigi daripada dokter gigi di
Puskesmas atau rumah sakit karena harga lebih murah. Harga gigi palsu di dokter
gigi berbahan fleksi sekira Rp. 1 juta, berbahan akrilik sekira Rp. 600 ribu.
Sementara itu di tukang gigi, gigi palsu dipatok sekira Rp. 200 ribu/gigi, bahkan
Rp. 1 juta/set gigi.
Selain itu, terkait pemasangan kawat gigi, harus melalui proses rontgen
gigi terlebih dahulu kemudian pencetakan struktur gigi, pencabutan gigi, dan
pemasangan kawat. Setelah itu diperlukan penggantian karet mulai dari 2 minggu
sekali. Masyarakat diimbau tidak sembarangan memilih dokter gigi, pemeriksaan,
pemasangan, atau pencabutan gigi lebih baik dilakukan oleh ahlinya baik di
Puskesmas atau di rumah sakit.
18
hendaknya melakukan pengawasan pembinaan terhadap tukang gigi yang ada
dengan cara memberikan pendidikan bagi tukang gigi tersebut agar tidak terjadi
penyelewengan wewenang yang telah diatur dalam perundang-undangan.
Dalam sila ketiga disebutkan “persatuan Indonesia”. Maka dalam hal ini,
tukang gigi harus menjalankan usahanya sesuai dengan aturan-aturan yang
berlaku sehingga tidak terjadi keributan atau bentrok dengan pihak lain, misalnya
dokter gigi. Dengan demikian, maka persatuan di Indonesia akan tetap terjamin
dan Negara Indonesia menjadi aman.
19
tidak boleh mementingkan kepentingan sendiri, melainkan harus mementingkan
kepentingan Negara dan masyarakat. Kalaupun terjadi perbedaan pendapat dengan
pihak lain misalnya konsumen atau dokter gigi, harus diselesaikan dengan cara
kekeluargaan atau musyawarah.
Filsafat ilmu pada dasarnya adalah suatu telaah kritis terhadap metode
yang digunakan untuk mengkaji ilmu tertentu, baik itu secara empiris maupun
rasional. Berdasarkan urutan sejarah pengetahuan yaitu mitos, seni terapan,
rasionalisme, empirisme, metode eksperimen, dan metode ilmiah. Dunia kita
sekarang telah mencapai pada masa metode ilmiah, seharusnya dengan data-data
dan pengetahuan yang semakin berkembang, masyarakat bisa lebih kritis dan
lebih mengerti tentang suatu keadaan yang terjadi di sekitarnya salah satu
kejadiannya adalah pemasangan behel oleh tukang gigi yang sangat beresiko.
Masyarakat seharusnya mengetahui akibat-akibat atau dampak-dampak yang akan
terjadi jika memasang behel pada tukang gigi
20
Menurut Buku Pendidikan Kadeham karangan H.A. Prayitno dan Trubus
Rahadiansah P. Kadeham merupakan singkatan dari Kebangsaan, Demokrasi, dan
Hak Asasi Manusia. Pendidikan kadeham dalam arti luas merupakan proses yang
berkaitan dengan upaya pengembangan diri seseorang pada tiga aspek dalam
kehidupannya yaitu pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup.
Dalam kasus ini masyarakat masih belum menyadari resiko besar yang
dapat terjadi dengan memasang behel di tukang gigi karena tidak adanya
dorongan sosial. Maksudnya adalah tidak adanya kesadaran dari masyarakat itu
21
sendiri akan besarnya dampak buruk pemasangan behel di tukang gigi bukannya
di dokter gigi. Selain itu juga adanya faktor penghalang suatu perubahan, yaitu:
Antropologi merupakan ilmu tentang ciri fisik dan sosial dari manusia
secara fisik masyarakat harus tahu dampak buruk dari memasang behel di tukang
gigi. Misalnya, seperti struktur gigi yang pada awalnya tidak ada masalah namun
setelah dipasang behel di tukang gigi malah menyebabkan struktur gigi menjadi
rusak, sehingga hal tersebut akan merugikan si pasien sendiri. Maka dari itu,
secara sosial, ada baiknya masyarakat diberi penyuluhan akan bahayanya
memasang behel gigi di tukang gigi. Selain itu, dokter gigi dan tukang gigi dapat
saling bekerjasama satu sama lain di bidangnya masing-masing sehingga tidak
merugikan pihak manapun.
22
Dalam 5 aspek tujuan berbangsa dan bernegara, terdapat sosialitas yang
memiliki makna sebagai kesejahteraan masyarakat,dimana kondisi masyarakat itu
damai. Dalam kasus ini, masyarakat memilih jalur alternatif yaitu pergi ke tukang
gigi, dimana dari segi ekonomis memiliki keuntungan harga yang lebih murah,
tetapi tanpa berpikir panjang mengenai dampak buruk yang akan didapat setelah
dikenai tindakan terhadapnya. Dampak buruk yang ditimbulkan dari pemasangan
kawat gigi sembarangan yaitu mengganggu kondisi kesejahteraan masyarakat.
Selain daripada itu, dari 5 aspek tujuan berbangsa dan bernegara ini, tukang gigi
harus memperlakukan pasiennya sesuai dengan harkat dan martabat manusia,
yakni melaksanakan praktek sesuai dengan kewenangannya.
23
BAB III
KESIMPULAN
24
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unika.ac.id/15015/2/13.93.0079%20drg.%20Febia%20Astiawati
%20Sugiarto%20BAB%20I.pdf
http://digilib.unila.ac.id/31702/3/TESIS%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASA
N.pdf
http://repository.unpas.ac.id/41838/1/BAB%20III.pdf
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1098-2014.pdf
25
Jurnal Filsafat Ilmu dan Arah Pengembangan Pancasila: Relevansinya dalam
mengatasi Persoalan Kebangsaan.
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts7fe36c1ae0full.pdf
http://blog.unnes.ac.id/prestia/2015/11/04/antropologi-kesehatan/
http://repository.unika.ac.id/15015/2/13.93.0079%20drg.%20Febia%20Astiawati
%20Sugiarto%20BAB%20I.pdf
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20313656-S43783-Perlindungan%20hukum.pdf
26