ABSTRAK
Manusia merupakan subjek sekaligus objek pendidikan. Artinya manusia sebagai pelaku
atau pelaksanaan dunia pendidikan sekaligus sebagai obyek atau sarana yang di kaji dalam dunia
pendidikan (Adam Malik, 2005). Sedangkan, manusia merupakan makhluk psikologis yang
dinamis akan terus mengalami perubahan. Perubahan merupakan bagian dari hasil pengalaman dan
pemikiran manusia (human mind). Pikiran tersebut menimbulkan perspektif yang mempengaruhi
sebagian besar perilaku dan produk kreatifitas manusia, termasuk dalam bidang pendidikan
matematika. Perspektif John Locke (1690) mengenai human mind menyatakan bahwa manusia
dilahirkan dengan suatu keadaan dimana tidak ada bawaan yang akan dibangun pada saat lahir. Jadi
segala sesuatu yang kita pelajari dalam hidup adalah hasil dari hal-hal yang kita amati dengan
menggunakan indera kita. Namun kenyataannya, paradigma pendidikan untuk memperoleh
pengetahuan tidak hanya dapat dilihat dari perilaku yang tampak sebagaimana dianut oleh kaum
behavioris, atau konstruksi antara pendidik dan peserta didik (dalam kontruktivisme) tetapi juga
memperhatikan faktor genetis, lingkungan pembelajaran termasuk kebijakan pendidikan yang
diterapkan. Maka penting mengkaji kembali perspektif human mind, dari kelahiran tabula rasa
hingga kognitivisme yang berkembang saat ini sebagai dasar pandangan dalam pendidikan.
ABSTRACT
Humans are the subject and object of education. It means that man as the perpetrator or the
implementation of the educational world as well as an object or a tool in knowledge in education
(Andi Setiawan, 2009). Meanwhile, humans are creatures psychological dynamic will continue to
change. The changes are part of experiences and mindset of man (human mind). These thoughts
lead to the perspective that affects most of the behavior and the products of human creativity,
including in the field of mathematics education. Perspective of John Locke (1690) on the human
mind holds that humans are born with a condition in which there is no default will be built at birth.
So everything we have learned in life is the result of things that we observe with our senses. But in
reality, based on education of paradigm the knowledge not only can be seen from the behavior that
looks as espoused by the behaviorists, or construction between educators and learners (in
constructivism) but also pay attention to genetic factors, environmental learning including
education policy is applied. It is important rethink the human mind perspective, from birth tabula
rasa to Cognitivism developed at this time as the basic views in education.
Hume (M. Imtiaz Subhani dan Amber merupakan makhluk psikologis yang
Osman, 2011) untuk meneliti dinamis. Jadi, metafor tersebut
keberfungsian mental manusia dalam memudahkan, namun bila ditelisik dari
PHPSHUROHK SHQJDODPDQ VHEDJDL ³NHUWDV sudut pandang kognitif manusia, juga
NRVRQJ´ VHMDN PHUHND GLODKLUNDQ dapat dibilang menyesatkan.
Tabula rasa erat kaitannya
Relevansi Dari Beberapa Temuan dalam
dengan pengalaman, dan dengan hal ini
Pendidikan Matematika
John Locke tidak mengakui adanya .RQVHS ³KXPDQ PLQG´mulai
intuisi yang membangun pemahaman banyak dikaji dari temuan para behavioris
manusia. Segala yang diketahui oleh pada abad ke-20. Para behavioris
seorang anak hanyalah akibat dari apa memandang psikologi manusi dan
yang diajarkan oleh orangtuanya. Setiap binatang sebagai semata-mata hanya
anak lahir dengan kemampuan yang sama psikologi stimulus respon; dengan kata
dan setelah itu perkembangannya lain, mereka mengurangi pengaruh
berdasarkan apa yang diberikan oleh pengalaman (empirisme) hingga hanya
orang tuanya. Teori ini tidak mengakui pada taraf stimulus-respon (Robert L.
adanya kemampuan awal yang ada dalam Solso, hal 7, 2008).Sehingga
setiap diri anak. Jadi, sejak lahir, seorang pembelajaran beracuan behaviorisme
anak tidak mempunyai bakat dan berpusat pada upaya siswa
pembawaan apa-apa, dan segala yang mengumpulkan pengetahuan dan guru
akan terjadi merupakan tanggung jawab
berupaya mentransfernya. Dalam
penuh dari pendidiknya, entah guru atau mentransfer pengetahuan ini, menjadikan
orangtuanya. Tabula rasa juga tidak siswa bersifat pasif, guru mengarahkan
mengakui adanya kemampuan awal atau dan mengkontrol kegiatan, dan guru
bakat awal dan diwariskan dari mendominasi kelas dengan pola mengajar
orangtuanya. sebagai berikut: informasi-contoh soal-
Hingga kini, anggapan ini masih latihan sesuai contoh. Pembelajaran
terus berkembang dan menjadi pijakan matematika beracuan behaviorisme
empiris dalam memandang anak didik. dipandang kurang berhasil dan
0HQXUXW DQDOLVLV SHQXOLV ³NHUWDV NRVRQJ´ menjadikan siswa bersifat menghapal
hanya membuat kita membayangkan matematika (Hudoyo, 2005; Marpaung,
benda statis (kertas) yang dapat kita 2003). Pola pembelajaran behavioris ini
(pendidik maupun lingkungan) tulis WLGDN MDXK GDUL SHQJDUXK µPHQXOLV GLDWDV
dengan tinta diatasnya. Padahal kita NHUWDV NRVRQJ¶ tabula rasa Lockean.
semua tahu bahwa subjek pendidikan, Keruntuhan behaviorisme yang
baik pendidik maupun peserta didik, terjadi pada 1930, diawali dari konsepsi
Piaget tentang hakikat konstruktivis dari dengan banyaknya benda tersebut, selain
kecerdasan dan faktor-faktor esensial juga pengetahuan dasar dibalik aktivitas
tentang perkembangan kognitif dengan menghitung, walaupun mereka belum
pelevelan usia berdasarkan kematangan dapat menyebutkan nama bilangan
fisik dan psikis tertentu dari tahap sensori secara tepat. Dengan ini kemudian
motorik sampai tahap operasional formal, Butterworth (1999) mengasumsikan
telah banyak menjadi acuan dalam bahwa setiap anak mempunyai modul
berbagai penelitian pendidikan (dalam angka (Number Module) yang terberi
Muhammad Surya, 2014). Namun, Piaget sejak lahir secara biologis yang terletak di
berpendapat terlalu kaku bahwa anak- otak. Jadi secara umum, tampaknya
anak menggunakan konsep atau kerangka semua anak mempunyai kapasitas yang
yang eksis di dalam pikiran individu yang merupakan karunia sejak lahir (innate)
dipakai untuk mengorganisasikan dan yang kurang lebih sama dalam mengenal
menginterpretasikan informasi yang angka yang sifatnya biologis, walaupun
mereka peroleh dari lingkungan atau tentu saja pasti ada variasi individual
yang disebut shematic (Carpenter, 1970). disana-sini.
Konsepsi ini diketahui mempunyai Dehaene (1999) turut
banyak kekurangan di kemudian hari, memperkuat pendapat di atas dengan
seperti diungkapkan dalam hasil mengemukakan bahwa bagian-bagian
penelitian Flavell mengenai isu tertentu di otak berkaitan dengan
horisontal decalage (dalam Carpenter, berbagai kegiatan matematika pada
1970). Secara tidak langsung, hal ini juga manusia. Dari berbagai eksperimen
dikuatkan dengan hasil penelitian Gelman dengan pasien-pasien yang mengalami
yang menunjukkan bahwa anak sudah berbagai kesulitan matematika akibat
memiliki kemampuan mengenal angka adanya lesi pada bagian-bagian tertentu
sejak dini bahkan sebelum usia sekolah di otak, kemudian para ahli
(Gelman & Gallistel, 1978 dan Sophian, menyimpulkan bahwa ada bagian-bagian
1996; Wynn, 1995 dalam Butterworth, tertentu di otak yang berkaitan dengan
1999). Anak usia pre-sekolah sudah fungsi berbagai kemampuan matematika
mengerti tentang kuantitas, misalnya seperti kemampuan representasi
banyak dan sedikitnya benda, dapat kuantitatif, daya ingat aritmatika dan
mengenali perubahan dalam banyaknya sebagainya. Walaupun sebenarnya sulit
benda yang disebabkan oleh adanya untuk menyatakan secara pasti bahwa
benda yang ditambah atau dikurangi hanya di bagian-bagian tertentu itu saja
dari sekelompok benda dan mengurut yang secara khusus yang berkaitan
besar kecilnya sejumlah benda sesuai dengan kemampuan matematika,
struktur mental siswa terutama tergantung pengalaman yang telah anak-anak alami
pada akomodasi dalam menyerap dan dan ada dalam hidupnya, maka kelak
memahami konsep, prinsip, atau struktur individu tersebut dapat menentukan
matematika dan mengorganisasikannya langkah hidup selanjutnya dan memilih
dalam struktur mental siswa (Rains, apa yang terbaik untuk dirinya.
2008). Dengan kata lain, konsekuensi Sedangkan matematika menurut
apabila tidak ada skema bawaan yang ada Ebbut dan Straker (dalam Marsigit, 2011)
dalam diri seorang anak maka tidak akan adalah kegiatan penelusuran pola dan
ada dasar untuk mengkonstruk hubungan, memerlukan imajinasi, intuisi,
pengetahuannya. dan penemuan, Matematika juga
Sementara menurut teori tabula merupakan kegiatan problem solving, dan
rasa ini, sebelum anak-anak mengenyam komunikasi. Maka tidak semua
bangku sekolah dan bertemu dengan pemasalahan matematika dapat
guru, orangtualah yang sepenuhnya dipecahkan secara prosedural,
bertanggungjawab terhadap apa yang matematika juga memerlukan intuisi, dan
akan diajarkan kepada anak. Segala yang kita tidak pernah tahu kapan
diajarkan oleh orang tua, itulah ilmunya. berlangsungnya intuisi di dalam pikiran,
Locke (1690) mengatakan bahwa orang entah sejak lahir, atau kapan. Intuisi tidak
tua dan pembimbing harus menjadi memiliki pedoman, sehingga kita tidak
contoh dan memperlihatkan sifat-sifat pernah tahu kapan ada dan dimulainya di
dan kepribadian yang baik, yang meliputi dalam pikiran kita. Berdasarkan
kebaikan, pendidikan yang baik, dan hal- penelitian Piaget (dalam Muhammad
hal yang dihormati serta dapat ditiru oleh surya, 2014), ciri-ciri cara berpikir intuitif
anak-anak. Seorang anak yang mencoba sudah ada pada anak pada peringkat pre-
untuk mencontoh hal-hal baik tersebut operasional (1,5 ± 6 tahun) yang ditandai
harus diberi pujian, didorong untuk dengan adanya penalaran transduktif,
melakukan hal yang baik kembali, yaitu cara berpikir yang bukan induktif
diperbaiki, ditegur, atau dibimbing jika atau deduktif tetapi logis. Hal ini jelas
perlu tetapi jangan dibebani dengan kritik suatu penegasan adanya pemikiran yang
yang berlebihan dan tidak berguna. Pada bisa muncul diluar kebiasaan nalar.
intinya filosofi John Locke (dalam Robert Dengan demikian, tidak benar
Duchinsky., 2012) meyakini bahwa lebih secara sepenuhnya jika kita mengatakan
baik belajar dari pengalaman bahwa manusia lahir sebagai kertas putih
dibandingkan belajar dari buku-buku, yang kosong. Teori tabula rasa John
namun belajar dari buku juga tidak serta Locke juga ternyata tidak mengakui
merta dilupakan begitu saja. Dengan adanya intuisi, karena dia kemampuan
yang ada di dalam diri manusia adalah filsafat. Hasil eksperimen Miller, Gardner
goresan pena dari para pengisinya. dan kawan-kawan (dalam Terezina Nunes
Yang menjadi pernyataan penulis, dan Peter Bryant, 1996) melahirkan bibit
bagaimana guru secara terus menerus baru faham kognitivisme, yang
menganggap siswa sebagai lembaran merupakan hasil kajian dari
kosong yang harus diisi dengan behaviorisme, kontruktivisme dan aliran-
pengetahuan-pengetahuan? Bagaimana aliran yang sebelumnya telah
jika suatu saat bejana itu penuh dan pecah berkembang. Kognitivisme tidak hanya
atau kertas tersebut sobek dan terbakar? hanya mengarahkan kita untuk
Bagaimana jika pengetahuan yang mengenali, memahami dan menggunakan
dimiliki guru tidak cukup memadai dan cara yang tepat untuk membangun
bukankah sumber pembelajaran itu tidak pengetahuan sesuai dengan level usia dan
selamanya berasal dari guru, mengingat mental seseorang. Studi kognitif lebih
posisi guru hanyalah sebagai fasilitator. menjelaskan beberapa aspek proses
Siswa yang satu juga bisa menjadi individu memperoleh informasi,
sumber belajar bagi siswa yang lain. Jika mengolah, menyimpan dan mensintesis
menemukan suatu kesulitan, tidak harus pengetahuan (mengkonstruk) serta
seorang siswa itu bertanya langsung menggunakannya untuk memecahkan
kepada guru, tetapi bisa juga bertanya masalah dengan pengetahuan (informasi)
kepada teman yang lain terlebih dahulu yang dimilikinya tanpa mengabaikan
dan terkadang penjelasan teman lebih skema bawaan sejak lahir (Robert L.
mudah dipahami daripada penjelasan Solso, 2008, hal. 19) . Kognitivisme telah
guru sendiri. Banyak buku pelajaran, mengembalikan fitrah kemanusiaan
LKS dan sumber belajar dan media seseorang dalam memperoleh
pembelajaran yang dapat digunakan pengetahuan, yang dapat dibuktikan
sebagai sumber pembelajaran yang baik. secara ilmiah.
Semakin banyak sumber yang ada, maka Penulis mencoba mengarahkan
semakin banyak hal baru yang dapat SDGD ³PHWDIRUD´ \DQJ mungkin lebih
diperoleh. Guru bukanlah satu-satunya tepat sebagai sebuah pandangan dalam
sumber pembelajaran yang tersedia di mendidik anak. Pendidikan yang
kelas. Pembelajaran akan menjadi aktif mengarahkan untuk memanusiakan
dan hidup jika semua elemen yang ada di manusia (secara psikologis) dan memberi
dalamnya ikut berperan aktif. kontribusi positif pada peserta didik
Seiring kemajuan ilmu untuk mencapai kesadaran tertinggi akan
pengetahuan dan teknologi dibidang kehidupan yang dinamis (lingkungan
psikologi pendidikan, neurosains dan yang terus berubah), mendalam dan
yang perlu diperhatikan dalam faktor lainnya. Hal ini bertolak belakang
pembentukan pengetahuan. Telah diakui dengan apa yang dijelaskan di dalam
bahwa Tabula rasa ini membawa prinsip tabula rasa. Seperti yang telah
pengaruh yang cukup besar terutama dijelaskan di atas bahwa tabula rasa
dalam sistem pembelajaran konvensional meyakini pembentukan karakter melalui
pada abad 17-an. Dalam praktik apa yang diberikan oleh dunia luar, dan
pembelajaran konvensional, guru terlalu tidak meyakini adanya kemampuan awal
terlihat aktif di dalam pembelajaran. yang merupakan warisan dari kedua
Dalam hal ini, siswa memang tidak pasif orang tuanya karena setiap jiwa terlahir
secara mutlak, tetapi aktivitas siswa yang sebagai kertas putih.
timbul sangat sedikit sekali, yaitu hanya Tabula rasa erat kaitannya
terbatas pada mendengarkan, mencatat, dengan pengalaman, dan menurut analisis
dan menjawab pertanyaan dari guru. penulis, pengalaman juga mempunyai
Kegiatan para siswa hanya terbatas peran yang penting dalam pembentukan
terhadap apa yang diperintahkan guru dan pengetahuan manusia. Seorang siswa
cara yang ditetapkan guru. juga dapat menggunakan pengalaman
Asumsi awal penulis, setiap belajarnya yang lalu untuk
manusia yang lahir sudah dibekali dengan mengembangkan pemikirannya yang
kemampuan awal di dalam pikirannya baru. Dengan belajar, siswa akan
sehingga tidak dapat dikatakan jiwa memperoleh pengalaman berharga
manusia berupa kertas putih yang kosong. (mengkonstruk) tentang apa yang telah
Gellman dkk (dalam Butterworth, 1999) dipelajari. Namun belum tentu juga
telah membuktikan bahwa setiap manusia dengan pembelajaran yang telah
telah mendapatkan warisan yang dilakukan, siswa akan mempunyai
dibawanya sejak lahir. Setiap manusia pengalaman yang berharga. Pengalaman
mempunyai kecenderungan khas sebagai siswa akan terbentuk jika pembelajaran
warisan yang dibawanya sejak lahir yang itu bermakna baginya dan berkesan
akan mempengaruhi kepribadiannya pada sehingga tidak akan mudah untuk
waktu dewasa. Akan tetapi, warisan dilupakan.
genetik hanya menentukan kepribadian Disisi lain, pengalaman itu
setiap orang. Tumbuh dan membantu seseorang untuk memahami
berkembangnya potensi tidak seperti pengetahuan yang baru. Jika hal ini
garis lurus, namun ada potensi terjadi dikaitkan dengan konsep tabula rasa
penyimpangan. Faktor genetik memang yang menganggap jiwa siswa bagaikan
mempengaruhi keprbadian, namun tidak kertas kosong, bagaimana dengan
bersifat mutlak, masih banyak faktor ± pengetahuan awal yang sudah diterima
pada kelas sebelumnya. Sudah tentu, lingkungan membangun menara air untuk
mereka telah mempunyai pengalaman kehidupan alam dan manusia.
belajar di kelas sebelumnya. Bahkan
seorang bayi yang baru lahir pun telah Pustaka
mendapatkan pengalaman saat ia masih Carpenter, Thomas P. (1999). &KLOGUHQ¶V
dalam rahim ibunya. Dengan demikian, mathematics : Cognitively Guided
tampaknya tabula rasa John Locke Instruction. Madison Pers :
mengalami sedikit kontradiksi di dalam University of Wisconsin.
penerapannya di dalam dunia pendidikan. Dawkins, Richard, et.al. (2009). John
Guru sebagai fasilitator dalam Locke Mind as a Tabula Rasa.
pembelajaran hendaknya dapat http://www.age-of-the-
memberikan fasilitas yang dapat
sage.org/philosophy/john_locke_t
digunakan oleh siswa untuk membentuk
abula_rasa.html. Diakses pada
pengetahuannya. Fasilitas yang diberikan
tanggal 7 November 2015.
adalah fasilitas dalam bentuk model
Duchinsky, Robert. (2012). Tabula rasa
pembelajaran yang digunakan guru. Guru
and Human Nature. Journal of
dapat mengorganisir model pembelajaran
Philosophy, 87, pp 509-529.
yang dapat memberikan pengalaman
http://journals.cambridge.org/abst
belajar bagi siswa dan sesuai dengan
ract_S0031819112000393.
kemampuan siswa untuk melakukannya.
Diakses tanggal 25 september
Jika pembelajaran yang dilakukan dan
2015
dialami siswa tidak memberikan manfaat
dan pengalaman yang baik, maka sama Gelman, R. & Gallistel, C. R.. (1978).
halnya pembelajaran yang dilakukan The &KLOG¶V Understanding of
tidak memiliki makna yang baik dan akan Number. Cambridge, MA:
mudah untuk dilupakan siswa. Harvard University Press.
³$QDN NLWD EXNDQODK NLWD PHUHND Locke, John.(1690). An Essay
adalah anak-anak zaman«´ Imam Al Concerning Human
Ghazali Understanding (Ed. Winkler,
Dalam artikel ini, tidak ada unsur P.K.). Indiana polis, IN : Hacket
³menyingkirkan´ VHEXDK JDJDVDQ Publishing Company
filosofis yang sudah turun-temurun. Pada
Malik, Adam. (2005). Holistika
akhirnya, penulis hanya ingin
Pemikiran Pendidikan. PT. Raja
mengungkapkan bahwa tugas pendidik
Grafindo Persada : jakarta
bukan menulis dikertas putih, tapi
konsensi untuk belajar bersama-sama