Anda di halaman 1dari 13

Nama : Egitya Firdausyah

Stb : 3620
Kelas : Teknik Pemasyarakatan A

REKONSEPTUALISASI REMISI BAGI NARAPIDANA LANJUT USIA (LANSIA) DI


LEMBAGA PEMASYARAKATAN

ABSTRAK
Lanjut usia merupakan orang yang berumur 60 tahun keatas menurut Undang-Undang Nomor
13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. Hal ini selaras dengan Permenkumham
Nomor 32 tahun 2018 Pasal 1 Ayat (1) yakni narapidana lanjut usia berumur 60 tahun ke atas.
Hak-hak yang diperoleh bagi narapidana lanjut usia antara lain remisi kemanusiaan, pada ayat
(1) Huruf b Pasal 29 Permenkumham Nomor 3 Tahun 2018. Remisi tersebut diberikan sesuai
dengan besaran remisi umum yang diterimanya pada tahun sebelumnya. Remisi diberikan
kepada narapidana lanjut usia bertepatan dengan hari lanjut usia (Lansia) tanggal 29 mei.
Adapun syarat untuk mendapatkan remisi tersebut maka narapidana lanjut usia harus
melampirkan akta lahir ataupun surat sejenis yang telah dilegalisir. Remisi sebagai hak yang
diperoleh narapidana sehingga mendapat pengurangan masa pidana dengan syarat berkelakuan
baik, telah menjalani 2/3 masa pidana, serta mengikuti kegiatan pembinaan dengan baik. Salah
satu peraturan mengenai remisi lanjut usia yakni Permenkumhan Nomor 3 Tahun 2018.
Penulisan jurnal ini dilakukan dengan metode studi pustaka dengan menggunakan buku, jurnal,
artikel, dan peraturan terkait sebagai referensi penulisan. Tujuan dari penulisan ini adalah
merekonseptualisasikan mengenai remisi bagi narapidana lanjut usia (Lansia) di Lembaga
Pemasyarakatan.

Kata Kunci: Remisi Lansia; Narapidana Lansia, Lembaga Pemasyarakatan

LATAR BELAKANG
Manusia dapat dikategorikan lansia jika telah berumur 60 tahun sampai 70 tahun ke
atas menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Pada
kisaran umur tersebut maka kesehatan akan menurun karena tidak lagi termasuk dalam masa
produktif sehingga diperlukan perawatan intens bagi kelompok rentan seperti lansia itu perlu
diperhatikan.
Tidak dipungkiri bahwa di Lembaga Pemasyarakatan terdapat narapidana lanjut usia,
selanjutnya disebut narapidana lansia. Sehingga diperlukan perawatan khusus bagi mereka.
Perawatan tersebut bisa sebagai perawatan pribadi seperti kebersiahan diri narapidana lansia
serta perawatan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan seperti pemberian blok/kamar
yang dipisahkan dengan narapidana dewasa lainnya sehingga keamanan dan kesehatan
terjamin. Bahwa narapidana lansia memiliki kerentanan penyakit yang cukup besar maka
disarankan untuk penempatan kamar usahakan dekat dengan klinik di Lembaga
Pemasyarakatan. Permenkumham Nomor 32 Tahun 2018 mengenai perlakuan bagi narapidana
dan tahanan lanjut usia dapat digunakan sebagai pedoman.
Pada tahun 2018, data mengenai jumlah narapidana dan tahanan lanjut usia di Indonesia
mencapai sekitar 4.500 yang butuh penanganan khusus.1 Kondisi overcapacity dan
overcrawdid di Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara menjadi permasalahaan
yang pelik. Mereka membutuhkan kondisi atau fasilitas khusus yang memadai guna menjaga
kesehatan dan mentalnya.
Seharusnya Lembaga Pemasyarakatan memperhatikan hal tersebut dengan dilakukan
pembinaan dan perawatan sesuai dengan Permenkumham Nomor 32 Tahun 2018, yang berisi:
Pemberian bantuan keadilan, Pemulihan fungsi sosial, Pemeliharaan dan Peningkatan derajat
kesehatan, serta Perlindungan keamanan dan keselamatan.
Jika narapidana lanjut usia harus ditempatkan dengan narapidana dewasa lain serta
merasakan desak-desakan akibat overcapacity maka hal tersebut akan megakibatkan sakit.
Dikhawatirkan kondisi aging society2 terjadi di Indonesia, yakni dimana jumlah usia lanjut
lebih besar dari pada jumlah usia muda. Hal ini akan berimplikasi pada tingginya jumlah
narapidana lanjut usia yang berada di Lembaga Pemasyarakatan dan tahanan di Rumah
Tahanan Negara di Indonesia.
Untuk itu, peraturan mengenai remisi bagi narapidana pun menjadi solusi untuk
mengurangi jumlah narapidana. Apalagi remisi telah diatur sebagai salah satu hak narapidana
menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1999 tentang Pemasyarakatan, dimana pada Pasal
14, narapidana dan anak mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi). Peraturan serupa
juga diatur dalam Keppres Nomor 174 Tahun 1999 tentang remisi.

1
Hasmawati, 2019. Tinjauan Yuridis Terhadap Hak-Hak Narapidana Lanjut Usia Di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIA Kota Palopo Volume 2, No. 2, hlm: 39
2
Brema Jaya Putranta Barus, Vivi sylvia Biafri, 2020. Pembinaan Kemandirian Terhadap Narapidana Lanjut Usia
Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Medan Vol 7 No 1 hlm. 136
Bertolak dari remisi, penjatuhan hukuman oleh hakim bagi terpidana lanjut usia juga
diperlukan regulasi yang mumpuni. Mengingat pada usia tersebut maka keefektifan dari pidana
penjara kurang. Bisa dikatakan bahwa pemidanaan penjara hanya sebagai bentuk pembalasan
saja. Pada ketentuan Pasal 71 Rancangan Undang-Undang KUHP Tahun 20043 terdapat
pemikiran baru yang lebih progresif yakni pembaharuan hukum pidana tentang kebijakan
pemidanaan terhadap lansia. Dimana penjatuhan hukuman pidana penjara sejauh mungkin
dihindarkan bagi anak dan orang lansia yang melakukan pelanggaran hukum. Seharusnya
peraturan ini dipertimbangkan untuk dicantumkan dalam KUHP.
Perhatian terhadap narapidana dan tahanan lansia juga diperjuangkan oleh Sri Puguh
Budi Utami selaku Direktur Jenderal Pemasyarakatan, yang telah mendapatkan dukungan dari
ICRC New York agar melanjutkan Jakarta Statement menjadi standar internasional mengenai
perlakuan kepada narapidana dan tahanan lanjut usia (lansia).4
Peraturan mengenai remisi terdapat dalam beberapa peraturan seperti yang terbaru
Permenkumham Nomor 3 Tahun 20185 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Remisi,
Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan
Cuti Bersyarat, dimana peraturan mengenai remisi bagi narapidana lansia sudah diatur.
Remisi menjadi poin penting dalam sistem pemasyarakatan. Dimana terdapat
keselarasan tujuan pemasyarakatan yang berupa pembinaan dengan remisi. Diketahui bahwa
syarat pemberian remisi maka narapidana harus mengikuti pembinaan dengan baik,sehingga
narapidana akan melakukan yang terbaik dalam mengikuti pembinaan yang dilakukan oleh
lembaga Pemasyarakatan agar mendapat remisi. Meskipun remisi merupakan hak tetapi
kewajiban sebagai narapidana juga harus terpenuhi terlebih dahulu. Hal serupa juga berlaku
bagi narapidana lansia.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka pokok permasalahan yang akan
dibahas oleh penulis perihal rekonseptualisasi remisi bagi narapidana lanjut usia di Lembaga
Pemasyarakatan pada jurnal ini adalah :

3
Enggarsasi, Umi; Sumanto, Atet. 2015. Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan.
Volume XX No. 2 hlm 213
4
Brema Jaya Putranta Barus, Vivi sylvia Biafri, 2020. Pembinaan Kemandirian Terhadap Narapidana Lanjut Usia
Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Medan Vol 7 No 1 hlm. 137
5
Sujasmin. 2018. Pemberian Remisi Bagi Narapidana dan Anak Pidana Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan
Menurut UU No. 12 Tahun 1995, dan Peraturan Pelaksanaannya Vol. 2 No. 2 hlm 151
1. Bagaimana rekonseptualisasi remisi bagi narapidana lanjut usia di Lembaga
Pemasyarakatan?
2. Apa saja akibat dari pemberian remisi bagi narapidana lanjut usia di Lembaga
Pemasyarakatan?

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, yakni teknik
pengumpulan data dalam rangka penelitian dengan cara membaca, mempelajari dan
menyimpulkan beberapa literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi
obyek penelitian. Pada penelitian ini, data yang diperoleh dan digunakan sebagai bahan studi
berupa buku, jurnal, artikel, dan berita terkait baik dari internet maupun media cetak.
Prosedur kerja pada studi pustaka yaitu dengan cara mengumpulkan sumber-sumber
kepustakaan berupa hasil penelitian, membaca sumber-sumber kepustakaan hasil penelitian,
membuat kesimpulan dari berbagai sumber pustaka dan membandingkannya untuk dijadikan
judul, menganalisis seluruh hasil penelitian pada masing-masing sumber pustaka yang dipilih
untuk dijadikan analisis pustaka, serta membuat jurnal dengan bahan dari sumber pustaka
berupa hasil penelitian.

PEMBAHASAN
1. Rekonseptualisasi Remisi bagi Narapidana Lanjut Usia di Lembaga
Pemasyarakatan
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai rekonseptualisasi remisi bagi
narapidana lanjut usia di Lembaga Pemasyarakatan, maka diperkenalkan terlebih
dahulu mengenai peraturan narapidana lanjut usia. Dalam Permenkumham Nomor 32
tahun 2018, yang dimaksud dengan lanjut usia ialah orang yang berumur 60 tahun ke
atas. Hal ini selaras dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia. Sedangkan pada Permenkumham Nomor 3 Tahun 2018, maka
narapidana lansia ialah orang yang telah berumur 70 tahun ke atas.
Lalu jika terjadi perbedaan mengenai kategori lansia, akan berdampak pada
tidak efektifnya Permenkumham Nomor 3 Tahun 2018, dimana disebutkan remisi
kemanusiaan diperoleh untuk narapidana yang berusia 70 tahun ke atas. Sehingga
memunculkan banyak pertanyaan mengenai remisi kemanusiaan apakah dapat
diberikan untuk narapidana yang baru berusia 60 tahun? Hal ini menjadi poin penting
bagi pemerintah untuk meregulasi kembali peraturan terkait agar selaras. Narapidana
lanjut usia di Lembaga Pemasyarakatan juga dikatakan narapidana lansia jika telah
berusia 60 tahun ke atas sehingga hak-hak yang tercantum dalam Permenkumham
nomor 32 Tahun 2018 sudah didapatkan, sedangkan untuk remisi kemanusiaan dapat
diberikan bagi narapidana ketika berusia 70 tahun keatas.
Beberapa peraturan mengenai remisi telah banyak ditetapkan oleh pemerintah
seperti Keppres Nomor 174 Tahun 1999 Tentang Remisi, Permenkumham Nomor 3
Tahun 2018 tentang syarat dan tata cara pemberian remisi, asimilasi, cuti mengunjungi
keluarga, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas, dan cuti bersyarat, dimana
peraturan mengenai remisi bagi narapidana lansia sudah diatur. Dan Permenkumham
No. 18 tahun 2019 tentang Perubahan atas Permenkumhan No. 3 tahun 2018 tentang
pemberian remisi, asimilasi, CMK, PB, CMB, CB dan Penanganan Overcrowding
Melalui Program Integrasi Secara Online6.
Perubahan dari Permenkumham Nomor 3 Tahun 2018 dengan Permenkumham
Nomor 18 Tahun 2019 terdapat dalam pasal 17,19,34,35,94,134, 142. Pada pasal 17
perubahan pada penambahan pada ayat 2,3 dan 4 yaitu Kepala Lapas/LPKA dapat
menyetujui usulan pemberian remisi, bilamana menyetujui usulan remisi maka usul
diteruskan ke Ditjen Pas. Dengan tembusan kanwil. Jika tidak menyetujui maka dibuat
SK mengenai narapidana/anak yang tidak mendapatkan remisi. Perubahan pada pasal
34, perubahan pada ayat 1 huruf b dan ayat 3 yakni remisi tambahan diberikan pada
narapidana yang berdedikasi tinggi dalam pengembangan organisasi atau lembaga
sosial untuk mengembangkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Perubahan pada
pasal 35 yakni ayat 2, pengangkatan pemuka atau koordinator oleh Kalapas/Kepala
LPKA berdasar rekomendasi TPP. Perubahan pasal 143 ayat 6 maka surat keputusan
pencabutan PB, CMB, CB dapat dicetak di Lapas/Bapas/LPKA. Dari beberapa
perubahan tersebut, tidak ada perubahan mengenai ketentuan remisi.
Mengenai remisi7, Andi Hamzah (1986:503) mengatakan bahwa remisi
merupakan pembebasan hukuman baik seluruhnya maupun sebagian atau dari hukuman
seumur hidup menjadi hukuman terbatas yang diberikan pada tanggal 17 Agustus.

6
Humas Kanwil Bangka Belitung. 2020. Sosialisasi Pemasyarakatan : PERMENKUMHAM RI No. 18 Tahun 2019
Tentang Pemberian Remisi, Asimilasi, CMK, PB, CMB, CB dan Penanganan Overcrowding Melalui Program
Integrasi Secara Online diakses pada tanggal 8 april 2020 https://babel.kemenkumham.go.id/berita-
utama/sosialisasi-pemasyarakatan-permenkumham-ri-no-18-tahun-2019-tentang-pemberian-remisi-asimilasi-
cmk-pb-cmb-cb-dan-penanganan-overcrowding-melalui-program-integrasi-secara-online
7
Muhammad Ardi Pradana. 2018. Aspek Hukum Pemberian Remisi Pada Lembaga Pemasyarakatan Vol. IV No.
2 hlm. 107-108
Sedangkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 Pasal 1
Ayat (6), mendefinisikan remisi sebagai pengurangan masa menjalani pidana untuk
narapidana dan anak yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan
Perundang-undangan.
Ketentuan mengenai remisi lainnya yakni pada Pasal 1 Keppres Nomor 174
Tahun 19998 tentang remisi, meskipun tidak memberikan pengertian remisi secara
gamblang, namun dikatakan bahwa remisi dapat diperoleh bagi narapidana dan anak
yang sedang menjalani pidana sementara dan pidana kurungan asalkan telah
berkelakuan baik.
Pihak yang berhak mendapat remisi yakni narapidana dan anak, baik itu
melakukan kejahatan umum, korupsi, narkoba, terorisme, maupun kejahatan HAM
berat lainnya. Mereka semua berhak mendapatkan remisi hanya saja dari segi
persyaratan akan dibedakan. Narapidana lansia juga termasuk dalam mendapatkan
remisi, termasuk remisi kemanusiaan.
Pihak yang tidak berhak mendapatkan remisi pada Pasal 6 Permenkumham
Nomor 3 Tahun 2018, yakni jika narapidana sedang menjalani Cuti Menjelang Bebas
(CMB) dan sedang menjalani pidana kurungan sebagai pengganti pidana denda.
Sedangkan berdasarkan pada Pasal 7 Kepres RI No. 174 Tahun 1999, yang tidak
berhak mendapatkan remisi yakni narapidana yang melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Dipidana hukuman mati atau pidana penjara seumur hidup;
2) Dipidana kurang dari 6 bulan;
3) Masuk dalam register F dalam kurung waktu yang diperhitungkan pada pemberian
remisi;
4) Sedang menjalani cuti menjelang bebas;
5) Sedang menjalankan pidana kurungan sebagai pengganti pidana denda;
6) Narapidana residivis, yakni narapidana yang telah bebas kemudian melakukan tindak
pidana lagi selama kurun waktu 2 tahun. Khusus narapidana residivis apabila telah
memperoleh remisi maka tidak akan diberi remisi kembali hinggasisa pidananya telah
selesai dijalankan.
Batasan tersebut yang telah ditetapkan untuk diberikan atau tidak diberikan
remisi kepada narapidana sebagai bentuk penilaian secara tidak langsung. Remisi
merupakan sarana hak yang dapat disebut reward bagi narapidana karena telah

8
Keputusan Presiden Nomor 174 Pasal 1
melakukan kewajibannya melakukan pembinaan dengan baik dan tidak melakukan
pelanggaran tata tertib sesuai syarat yang telah ditentukan. Syarat pemberian remisi
jika terlalu mudah maka akan menjadi sorotan masyarakat, dan jika terlalu berat pun
akan mematikan narapidana untuk mendapatkan pembinaan bagi mereka yang
bersungguh-sungguh ingin keluar dan memperbaiki diri. 9
Syarat remisi menurut Pasal 5 Permenkumham nomor 3 Tahun 2018, maka
remisi diberikan oleh Menteri bagi narapidana yang telah berkelakuan baik, sebagai
perhitungan remisi maka narapidana tersebut harus menjalani masa pidana lebih dari 6
bulan terhitung dari tanggal putusan atau vonis diberikan, tidak melakukan pelanggaran
(register F) selama 6 bulan tersebut, serta telah mengikuti pembinaan dari Lembaga
Pemasyarakatan dengan pencapaian yang baik. Register itu sendiri, merupakan
register/pencatatan mengenai pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh narapidana.
Adapun cara untuk mendapatkan remisi menurut Pasal 16 Ayat (1) dan (2)
Permenkumham Nomor 3 Tahun 2018, remisi dilaksanakan melalui sistem informasi
pemasyarakatan yang terintegrasi antara Unit Pelaksana Teknis pemasyarakatan,
Kantor Wilayah, dengan Direktorat Jenderal. Cara pemberian remisi bagi narapidana di
Lapas menurut Pasal 17 Permenkumham Nomor 3 Tahun 2018, sebagai berikut:
1) Tim pengamat Pemasyarakatan (TPP) di Lapas mengusulkan remisi bagi
narapidana yang telah memenuhi syarat
2) Jika kepala Lapas setuju dengan usul tersebut maka usul tersebut diteruskan kepada
Dirjen Pemasyarakatan dengan tembusan Kepala Kantor Wilayah
3) Kepala Kantor Wilayah melakukan verifikasi terhadap tembusan usul pemberian
remisi paling lama 2 hari terhitung sejak tanggal usulan remisi diterima dari Kepala
Lapas. Setelah itu usulan dapat diteruskan ke Dirjen Pemasyarakatan
4) Dirjen Pemasyarakatan melakukan verifikasi terhadap usul pemberian Remisi
paling lama 3 hari terhitung dari tanggal diterimanya usulan pemberian remisi. Jika
diperlukan adanya perbaikan maka dikembalikan kepada kepala Lapas yang
bersangkutan paling lama 3 hari terhitung dari tanggal diterimanya pengembalian
usul pemberian remisi. Setelah dilakukan perbaikan dapat diteruskan kebali kepada
Dirjen Pemasyarakatan dengan Tembusan Kepala Kantor Wilayah.

9
Enggarsasi, Umi; Sumanto, Atet. 2015. Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan.
Volume XX No. 2 hlm 132
5) Jika Dirjen Pemasyarakatan menyetujui usul pemberian Remisi, maka dibuatkan
keputusan pemberian remisi atas nama Menteri dan disampaikan kepada Kepala
Lapas dengan tembusan Kepala Kantor Wilayah
6) Dalam hal keputusan pemberian remisi merupakan remisi kedua dan selanjutnya,
maka keputusan diberikan secara langsung oleh Dirjen Pemasyarakatan atas nama
Menteri melalui sistem informasi pemasyarakatan.
Persayaratan dan cara-cara pemberian remisi tersebut diatas dilakukan guna
memperoleh remisi umum dan remisi khusus. Sedangkan menurut pasal 4
Permenkumham Nomor 3 Tahun 2018, selain remisi tersebut, narapidana dan anak juga
mendapatkan remisi kemanusiaan, remisi tambahan, dan remisi susulan.
Adapun yang dimaksud dengan remisi umum merupakan remisi yang diberikan
oleh Menteri kepada narapidana dan anak pada peringatan hari proklamasi
kemerdekaan Indonesia yakni pada tanggal 17 Agustus. Besarnya remisi umum yang
didapatkan oleh narapidana adalah sebagai berikut.
No. Lama Pidana yang Dijalani Besarnya Remisi
Tahun 1 : 6 - 12 bulan 1 bulan
1.
12 - lebih 2 bulan
2. Tahun ke-2 3 bulan
3. Tahun ke-3 4 bulan
4. Tahun ke-4 dan ke-5 5 bulan
5. Tahun ke-6 dan seterusnya 6 bulan

Remisi khusus merupakan remisi yang diberikan kepada narapidana lanjut usia
pada hari besar keagamaan yang dianut oleh narapidana yang bersangkutan. Jika suatu
agama mempunyai lebih dari satu hari besar keagamaan dalam setahun, maka yang
dipilih adalah hari besar yang paling diagungkan oleh penganut agama yang
bersangkutan. Berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan RI.
Nomor M.09.HN.02.01 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Keppres Nomor 174 Tahun
1999, Pasal 3 ayat (2) dinyatakan, bahwa pemberian remisi khusus dilaksanakan pada:
1) Bagi yang beragama Islam maka remisi khusus diberikan pada Hari Raya Idul
Fitri;
2) Bagi yang beragama Kristen diberikan remisis khusus pada setiap Hari Raya
Natal;
3) Bagi yang beragama Hindu akan diberikan remisi khusus pada setiap Hari Raya
Nyepi;
4) Bagi yang beragama Budha diberikan remisi setiap Hari Raya Waisak.
Berikut merupakan bagan besaran remisi khusus yang didapatkan oleh narapidana pada
setiap tahunnya:
No. Lama pidana yang dijalani Besarnya remisi yang diperoleh
1. Tahun ke-1: 6 bulan - 12 bulan 15 hari
12 bulan – lebih 1 bulan
2. Tahun ke-2 dan ke-3 1 bulan
3. Tahun ke-4 dan ke-5 1 bulan 15 hari
4. Tahun ke-6 dan seterusnya 2 bulan

Sedangkan untuk remisi tambahan diberikan apabila narapidana atau anak yang
selama menjalani pidana melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Narapidana yang bersangkutan telah berbuat jasa kepada Negara,
diberikan remisi sebesar ½ dari remisi umum yang didapatkan pada
tahun tersebut;
2) Narapidana tersebut melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi Negara
atau kemanusiaan; atau
3) Telah Melakukan perbuatan yang membantu kegiatan pembinaan di
Lembaga Pemasyarakatan, diberikan remisi sebesar 1/3 dari remisi
umum yang diberikan pada tahun tersebut.
Ditambah dengan perubahan pada ayat 1 huruf b dan ayat 3 Permenkumham
Nomor 18 Tahun 2019 atas perubahan Permenkumham Nomor 3 Tahun 2018, yakni
remisi tambahan diberikan pada narapidana yang berdedikasi tinggi dalam
pengembangan organisasi atau lembaga sosial untuk mengembangkan kesadaran
berbangsa dan bernegara.
Terdapat remisi yang diberikan tanpa syarat setiap 10 tahun sekali bagi
narapidana tanpa terkecuali. Remisi tersebut adalah remisi dasawarsa. Peraturan
mengenai remisi tersebut terdapat dalam Keputusan Presiden No. 120 Tahun 1955.
Dimana besarnya remisi dasawarsa adalah ½ dari masa hukuman, dengan ketentuan
paling besar diberikan remisi dasawarsa yakni 3 bulan. Misalnya jika narapidana
tersebut dijatuhi hukuman 1 tahun maka remisi dasawarsanya 1/12 dikali 12 bulan,
menjadi 1 bulan remisi dasawarsa yang diperoleh. Remisi dasawarsa diberikan pada
hari kemerdekaan RI tepatnya tanggal 17 Agustus, yang dimulai dari tahun 1955.
Selain mendapatkan remisi umum, khusus, dan tambahan, narapidana lanjut
usia juga mendapatkan remisi kemanusiaan. Remisi kemanusiaan menurut
Permenkumham Nomor 3 Tahun 2018, yakni remisi yang diberikan oleh Menteri
kepada narapidana atas kepentingan kemanusiaan, kecuali narapidana yang melakukan
tindak pidana narkotika, terorisme, korupsi, psikotropika, kejahatan hak asasi manusia
yang berat, kejahatan terhadap keamanan negara, dan kejahatan transnasional
terorganisasi lainnya. Narapidana yang melakukan tindak pidana narkotika dan
prekusor narkotika, psikotropika hanya berlaku terhadap narapidana dengan masa
pidana penjara paling sedikit 5 tahun. Jadi remisi atas dasar kepentingan kemanusiaan
diberikan kepada narapidana sebagai berikut:
1) Dipidana dengan masa pidana paling lama 1 (satu) tahun;
2) Berusia di atas 70 (tujuh puluh) tahun; atau
3) Menderita sakit berkepanjangan.
Maka narapidana lanjut usia masuk kedalam kategori remisi kemanusiaan.
Narapidana yang berusia di atas 70 tahun dapat memperoleh remisi kemanusiaan
dengan disertai akta kelahiran atau surat keterangan kenal lahir yang telah dilegalisir
oleh instansi yang berwenang. Remisi lanjut usia tersebut diberikan bertepatan pada
hari lanjut usia nasional yakni pada tanggal 29 Mei. Pada Pasal 30 Permenkumham
nomor 3 Tahun 2018, maka narapidana lanjut usia mendapatkan remisi lansia sebesar
remisi umum yang diberikan pada tahun sebelumnya. Misalnya, pada tanggal 17
agustus 2019, narapidana lanjut usia mendapatkan remisi umum 3 bulan. Maka pada
tanggal 29 mei 2020 dimana merupakan hari lansia, narapidana lansia tersebut
memperoleh remisi sebesar 3 bulan juga.
Tata cara dan syarat pemberian remisi kemanusiaan, khususnya remisi lansia
bagi narapidana lansia tidak berbeda jauh dengan remisi lainnya. Hanya saja pada
remisi lansia dibuktikan dengan akta kelahiran atau surat sejenis yang telah dilegalisir
oleh pihak yang berwenang.
Remisi kemanusiaan diberikan atas dasar pertimbangan umur dan kesehatan
yang kian menurun bagi narapidana lanjut usia yang berumur 70 tahun ke atas.
Beberapa dampak yang timbul dari diaturnya batasan usia bagi narapidana yakni,
mengurangi overcapacity dan overcrawdid di Lembaga Pemasyarakatan, pemidanaan
bukan lagi retribusi tetapi mengarah pada bentuk rehabilitasi, dan administrasi
Lembaga Pemasyarakatan yang tertib dan berkeadilan10.

2. Akibat yang ditimbulkan dari Pelaksanaan Remisi bagi Narapidana Lanjut Usia
di Lembaga Pemasyarakatan
Pemberian remisi bagi narapidana lanjut usia menurut Keppres No. 174 Tahun
1999, akan berakibat pada narapidana sebagai berikut:
1) Berkurangnya masa pidana yang dijalani oleh narapidana tersebut;
2) Diberikannya remisi berakibat pada berkurangnya masa pidana yang masih
harus dijalani oleh narapidana;
3) Pengurangan masa pidana yang menyebabkan pembebasan seketika;
4) Pembebasan diberikan kepada narapidana yang setelah dikurangi remisi umum
maupun remisi tambahan, masa pidana yang harus dijalani ternyata
mengakibatkan masa pidananya habis, tepat pada saat pemberian remisi yaitu
pada tanggal 17 Agustus;
5) Masa pembebasan atau pelepasan bersyarat menjadi lebih singkat. Pembebasan
bersyarat diberikan kepada narapidana yang telah menjalani masa pidananya
selama 2/3, sekurang-kurangnya telah menjalani pidananya selama 9 bulan.
Pemberian remisi bagi narapidana akan mengurangi masa pidananya secara
terus menerus dengan besaran remisi yang berbeda setiap tahunnya, hal ini akan
mengakibatkan masa pembebasan bersyarat jadi lebih singkat;
6) Akibat hukum lain dari pemberian remisi yang didalamnya mengatur pula
ketentuan tentang pidana seumur hidup dapat berubah menjadi pidana
sementara 15 tahun, dengan syarat narapidana tersebut telah menjalani pidana
paling sedikit 5 tahun berturut-turut dan berkelakuan baik.11

KESIMPULAN
Remisi sendiri merupakan hak yang diperoleh narapidana untuk mendapatkan
pengurangan masa pidana apabila berkelakuan baik serta mengikuti kegiatan pembinaan
dengan baik. Remisi bagi narapidana lanjut usia berupa remisi umum, remisi khusus, remisi

10
Andrian Pratama Tahe, 2019. Menkumham Terbitkan Aturan Penanganan Narapidana Lansia diakses pada
tanggal 4 Mei 2020 https://tirto.id/menkumham-terbitkan-aturan-penanganan-narapidana-lansia-deWv
11
Enggarsasi, Umi; Sumanto, Atet. 2015. Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan.
Volume XX No. 2 hlm 134-135
tambahan, remisi dasawarsa serta remisi kemanusiaan. Hak-hak yang diperoleh bagi
narapidana lanjut usia antara lain remisi kemanusiaan, pada ayat (1) Huruf b Pasal 29
Permenkumham Nomor 3 Tahun 2018. Remisi tersebut diberikan sesuai dengan besaran remisi
umum yang diterimanya pada tahun sebelumnya. Remisi diberikan kepada narapidana lanjut
usia pada saat hari lanjut usia (Lansia) tanggal 29 Mei. Adapun syarat untuk mendapatkan
remisi tersebut maka narapidana lanjut usia harus melampirkan akta lahir atau surat sejenis
yang telah dilegalisir. Salah satu peraturan mengenai remisi lanjut usia yakni Permenkumhan
Nomor 3 Tahun 2018.
Penulis berpandangan bahwa apabila rekonseptualisasi remisi dan pembinaan serta
perawatan bagi narapidana berusia lanjut dapat terpenuhi, maka hak narapidana dapat
terpenuhi dengan baik. Regulasi mengenai penjatuhan hukum pidana terhadap narapidana
lansia juga andil dalam mengurangi overcapacity di Lembaga Pemasyarakatan. Mengenai
Statment Jakarta yang mengatur tentang narapidana lanjut usia sesuai standar internasional
tentunya perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh sehingga dapat terealisasikan sebagai
wujud dedikasi Indonesia dalam hal pemasyarakatan dunia.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal/Arttikel
Enggarsasi, Umi; Sumanto, Atet. 2015. Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga
Pemasyarakatan. Volume XX No. 2, hal: 128-135
Syamsiah; Nggeboe, Ferdricka. 2010. Kajian Yuridis Mengenai Pembinaan Terhadap
Terpidana Lanjut Usia Di Lapas Klas IIA Jambi Volume I Nomor 3, hal: 177-217
Hasmawati, 2019. Tinjauan Yuridis Terhadap Hak-Hak Narapidana Lanjut Usia Di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Kota Palopo Volume 2, No. 2, hal: 39-44
Brema Jaya Putranta Barus, Vivi sylvia Biafri, 2020. Pembinaan Kemandirian Terhadap
Narapidana Lanjut Usia Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Medan Vol 7 No 1 Hal:
135-148
Farida Sekti Pahlevi. Keadilan Hukum Dalam Peraturan Perlakuan Bagi Tahanan Dan
Narapidana Lanjut Usia. Dosen Fakultas Syariah IAIN Ponorogo
Sujasmin. 2018. Pemberian Remisi Bagi Narapidana dan Anak Pidana Narkoba Di Lembaga
Pemasyarakatan Menurut UU No. 12 Tahun 1995, dan Peraturan Pelaksanaannya Vol.
2 No. 2 Hal : 148-168
Muhammad Ardi Pradana. 2018. Aspek Hukum Pemberian Remisi Pada Lembaga
Pemasyarakatan Vol. IV No. 2 Hal: 105-114
Krismiyarsi, 2016. Rekonseptualisasi Sistem Pemidanaan Bagi Pelaku Tindak Pidana Lanjut
Usia Dalam Rangka Kebijakan Kriminal Vol. 13 No. 1 Hal: 37-54
Humas Kanwil Bangka Belitung. 2020. Sosialisasi Pemasyarakatan : PERMENKUMHAM RI
No. 18 Tahun 2019 Tentang Pemberian Remisi, Asimilasi, CMK, PB, CMB, CB dan
Penanganan Overcrowding Melalui Program Integrasi Secara Online diakses pada
tanggal 4 Mei 2020 https://babel.kemenkumham.go.id/berita-utama/sosialisasi-
pemasyarakatan-permenkumham-ri-no-18-tahun-2019-tentang-pemberian-remisi-
asimilasi-cmk-pb-cmb-cb-dan-penanganan-overcrowding-melalui-program-integrasi-
secara-online
Andrian Pratama Tahe, 2019. Menkumham Terbitkan Aturan Penanganan Narapidana Lansia
diakses pada tanggal 4 Mei 2020 https://tirto.id/menkumham-terbitkan-aturan-
penanganan-narapidana-lansia-deWv

Peraturan/Dokumen
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 174 Tahun 1999 tentang remisi
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2018
tentang syarat dan tata cara pemberian remisi, asimilasi, cuti mengunjungi keluarga,
pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas, dan cuti bersyarat
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2019
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 3
Tahun 2018 Tentang syarat dan tata cara pemberian remisi, asimilasi, cuti mengunjungi
keluarga, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas, dan cuti bersyarat
Keputusan Presiden No. 120 Tahun 1955 tentang remisi dasawarsa

Anda mungkin juga menyukai