Anda di halaman 1dari 48

Disusun Oleh :

Nur Karimah (12119049)


Lena Susanti (12119042)
Siti Robiatus Sa’adah (12119056)

RROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN 2019/2020
11. 1 PENGEMBALIAN NOMINAL DAN
PENGEMBALIAN RILL
o Return (pengembalian ) merupakan imbalan yang diperoleh
dari investasi yang dilakukan.

o Tujuan investasi adalah mendapatkan return yang positif dan


setinggi mungkin, return yang negatif akan menurunkan total
kekayaan investor.

o Return investasi yang positif tetapi lebih kecil daripada inflasi


periodik akan mengakibatkan total kekayaan investor
bertambah secara nominal, tetapi berkuran secara riil.
Contoh:
Seorang investor mendapatkan return sebesar 10% dalam 1
tahun, tingkat inflasi 12%, maka investor mengalami penurunan
kekayaan riil sebesar 2% (12-10%), walaupun uang nominalnya
meningkat sebesar 10%, misal dari Rp100.000.000 menjadi
Rp110.000.000

 Return riil : return nominal dikurangi tingkat inflasi.


 Return nominal > tingkat inflasi, agar daya beli tidak
berkurang.
11.2 IMBAL HASIL DALAM PASAR UANG

Imbal hasil (Yield) merupakan pendapatan atau aliran kas


yang diterima investor secara periodik, misalkan berupa deviden
atau bunga. Yield dinyatakan dalam persentase dari modal yang
ditanamkan.

Pasar uang disebut juga Imbal Hasil Jangka Pendek. Istilah-


istilah dalam pasar uang, yaitu :
 Imbal hasil diskon bank (bank discount yield).
 Imbal hasil periode (holding period yield).
 Imbal hasil pasar uang (money market yield) atau biasa
disebut imbal hasil yang ekuivalen dengan sertifikat
deposit (CD equivalent yield).
 Imbal hasil tahunan efektif (effective annual yield).
1. Menghitung Imbal hasil diskon bank (bank
discount yield)

rBD = D 360

F t

dengan rBD = imbal hasil diskon bank


D = besar diskon, yaitu selisih nilai nominal
dengan harga pembelian
F = nilai nominal SBI atau SD
t = jumlah hari hingga tanggal jatuh tempo
Imbal Hasil Diskon mempunyai tiga kelemahan yaitu :

1. Imbal hasil didasarkan pada nilai nominal SBI,


bukan pada harga pembeliannya.

2. Asumsi 360 hari dari 365 hari dari yang semestinya.

3. Untuk mendapatkan imbal hasil tahunan, digunakan


konsep bunga sederhana, yang mengabaikan
kesempatan mendapatkan bunga atas bunga .
2. Menghitung Imbal Hasil Periode

𝑷𝟏−𝑷𝟎
HPY =
𝑷𝟎

Dengan HPY = imbal hasil periode ( holding


period yield )

𝑃0 = harga pembelian

𝑃1 = harga atau nilai jatuh tempo


3. Menghitung Imbal Hasil Tahunan Efektif

EAY = (1 + HPY) 𝟑𝟔𝟓 𝒕 – 1

Dengan EAY = imbal hasil tahunan efektif


HPY = imbal hasil periode ( holding
period yield)
t = periode SBI atau sertifikat deposito
4. Menghitung Imbal Hasil Pasar Uang

𝐷 360 𝐹
𝑟𝑀𝑀 = x 𝑟𝑀𝑀 = 𝑟𝐵𝐷 x
𝑃0 𝑡 𝑃0

Atau

360
𝑟𝑀𝑀 = HPY x
𝑡
Contoh 11.6

Sebuah SBI dengan nilai pari Rp2.000.000.000 berjangka


waktu 90 hari, ditawarkan pada harga 97%. Hitunglah:
a. Imbal hasil diskon bank
b. Imbal hasil pasar uang
c. Imbal hasil periode
d. Imbal hasil tahunan efektif

Jawab :
T = 90 hari
F = Rp2.000.000.000
𝑃0 = 97% (Rp2.000.000.000) = Rp1.940.000.000
D = 3% (Rp2.000.000.000) = Rp60.000.000
𝑃1 = F = Rp2.000.000.000
𝐷 360
a. 𝑟𝐵𝐷 = x
𝐹 𝑡

𝑅𝑝60.000.000 360
𝑟𝐵𝐷 = x
𝑅𝑝2.000.000.000 90

𝑟𝐵𝐷 = 0,03 x 4 = 0,12 atau 12%

𝐷 360
b. 𝑟𝑀𝑀 = x
𝑃0 𝑡

𝑅𝑝60.000.000 360
𝑟𝑀𝑀 = x
𝑅𝑝1.940.000.000 90

𝑟𝑀𝑀 = 0,030937835 x 4 =0,12375135 atau 12,37%


𝑃1− 𝑃0
c. HPY =
𝑃0

Rp2.000.000.000;Rp1.940.000.000
HPY =
Rp1.940.000.000

Rp60.000.000
HPY =
Rp1.940.000.000

HPY = 0,030927835 atau 3,093% untuk 90 hari

d. EAY = (1 + HPY )365 𝑡 – 1

EAY = ( 1 + 0,030927835 ) 365 90 – 1

EAY = (1,030927835)4,055555556 – 1

EAY = 1,131482826 – 1

EAY = 0,131482826 atau 13,15 %


• Untuk menghitung imbal hasil dalam jangka panjang (pasar modal),
dapat menggunakan pengembalian berdasarkan uang dan
pengembalian berdasarkan waktu.
• Dalam pengembalian berdasarkan waktu, besaran uang dalam
setiap periode tidak dipertimbangkan karena penekanannya adalah
pada pengembalian tiap periode.
• Pengembalian berdasarkan waktu selanjutnya dapat dibagi 2
menjadi pengembalian aritmetik dan pengembalian geometrik.
• Dalam mencari tingkat pengembalian berdasarkan uang juga dibagi
2 yaitu secara kasar dan secara akurat.
• Mencari tingkat pengembalian tertimbang berdasarkan uang
seperti mencari internal rate of return (IRR) dalam penganggaran
modal ( capital budgeting).
Contoh 11.7

Untuk ilustrasi perhitungan tingkat pengembalian berdasarkan


uang, kita misalkan seorang investor pada tahun 2008 membeli
sebuah obligasi senilai Rp200.000.000, Setahun kemudian 2009 dia
membeli kembali obligasi yang sama seharga Rp225.000.000. Pada
tahun 2009 itu, atas kepemilikan obligasi yang pertama, dia
menerima bunga sebesar Rp5.000.000. Pada tahun 2010 karena
memiliki dua obligasi dia menerima bunga Rp10.000.000. Jika pada
tahun 2010 minvestor tadi menjual obligasinya pada harga masing
masing Rp253.000.000. Berapa tingkat pengembalian berdasarkan
uang yang dia peroleh?
Jawab :
Tabel 11.1 Arus kas
Waktu Pengeluaran
0 Rp 200,000,000 untuk obligasi I
1 Rp 225,000,000 untuk obligasi II
Waktu Penerimaan
1 Rp 5,000,000 bunga obligasi I
2 Rp 10,000,000 bunga obligasi I & II
3 Rp 470,000,000 dari penjualan obligasi I & II

Pengembalian berdasarkan uang secara akurat atau IRR untuk periode 2 tahun,
yaitu tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang kas keluar dan nilai sekarang
kas masuk.
PV ( Pengeluaran) = PV ( penerimaan)
Rp 225 juta Rp 5 juta Rp 10 juta:Rp 470 juta
Rp200.000.000 + = +
1:r 1:r (1:r)2
Rp 200 juta Rp 480 juta
Rp200. 000.000 = − +
1:r (1:r )2
Dengan scientific calculator dan metode trial and error atau langsung dengan
financial calculator, diperoleh r = 9,39%
Contoh : Return berdasarkan uang secara kasar
Seorang investor mulai berinvestasi dalam saham pada awal 2009 dengan dana
Rp100.000.000. Pada akhir tahun 2009 nilai portofolio sahamnya meningkat
menjadi Rp200.000.000. Dikarenakan puas dengan return tahunan sebesar 100%,
dia menambah uang Rp800.000.000 sehingga nilai investasi di awal 2010 menjadi
Rp1.000.000.000. Tergiur dengan tingginya return di tahun 2009 sangat mungkin
investor tsb mengalihkan dana dari investasi lainnya ke investasi saham. Berapa
return rata – rata tahunan berdasarkan uang jika nilai investasinya menjadi Rp 1,06
miliar pada akhir 2010?

Return tahun 2010 ternyata hanya sebesar 6%, karenanya return berdasarkan uang
secara kasar :
100% Rp 100 jt : 6% ( Rp 1 miliar )
=
Rp 100 jt:Rp 1 miliar

Rp100.000.000:Rp60.000.000
=
Rp100.000.000

𝑅𝑝160.000.000
= = 0,145454545 atau 14,56%
𝑅𝑝1.100.000.000
 Return berdasarkan uang secara akurat :
Rp 800 jt Rp 1.060 miliar
= Rp 100 jt + =
1:r ( 1:r )2

𝑅𝑝 1.060 𝑚𝑖𝑙𝑖𝑎𝑟 𝑅𝑝 800 𝑗𝑡


= Rp 100 jt = -
( 1:0,1575)2 1:0,1575

Rp 1.060 miliar Rp 800 jt


= Rp 100 jt = -
(1,1575)2 1,1575

Rp 1.060 miliar Rp 800 jt


= Rp 100 jt = -
1,33980625 1,1575

= Rp 100 jt = Rp 791,159,169 – Rp 691,144,708.4


= Rp 100,014,461.1

Dengan scientific calculator daan mettode trial and error atau langsung dengan
financial calculator, r yang memenuhi persamaan di atas adalah 0,1575 atau
15,75%
11.4 PENGEMBALIAN ARITMETIK DAN
GEOMETRIK
o Pengembalian aritmetik biasanya digunakan untuk periode tunggal
seperti 1 tahun, 15 bulan, atau 18 bulan. Sedangkan pengembalian
geometric biasanya digunakan untuk beberapa periode seperti 2
tahun, 3 tahun, 5 tahun atau lebih.

𝑟₁:𝑟₂:⋯:rn
rA = Dengan rA = pengembaalian aritmetik
𝑛
rG = pengembaalian geometrik
r1 = pengembalian (return) periode 1
𝑛 r2 = pengembalian (return) periode 2
𝑟𝐴 = 1 + 𝑟1 1 + 𝑟2 … 1 + 𝑟𝑛 −1
rn = pengembalian (return) periode n
n= jumlah periode
Contoh 11.8
Hitunglah tingkat pengembalian aritmetik dan geometric dari Contoh
11.7
Jawab:
Diketahui: 𝑟1 = 15%
𝑟2 = 6,67%
n=2
Penyelesaian :
𝑟1:𝑟2
𝑟𝐴 =
𝑛
15%:6,67%
=
2
=10,835%
𝑛
𝑟𝐺 = 1 + 𝑟1 1 + 𝑟2 … 1 + 𝑟𝑛 − 1
= 1 + 0,15 1 + 0,0667 − 1 = 0,1076 =10,76%
Khusus untuk pengembalian geometric , kita dapat memperolahnya
tanpa harus mencari tingkat pengembalian setiap periode selama n
periode, yaitu dengan menggunakan nilai investasi atau portofolio awal
dan akhir serta n .

𝑛 𝑉𝑛
𝑟𝐺 = −1
𝑉0

Ket :
𝑉𝑛 = nilai portofolio pada periode n (nilai portofolio akhir)
𝑉0 = nilai periode awal
n = jumlah periode
Contoh 11.9
Suatu portofolio saham dibentuk dengan modal awal Rp500.000.000 pada awal
2009. portofolio itu kemudian berkembang menjadi Rp600.000.000 pada akhir
2009 dan Rp750.000.000 pada akhir 2010. Berapa tingkat pengembalian
atitmmerik dan geometric ?
Jawab :
Diketahui : n=2
𝑅𝑝600.000.000;𝑅𝑝500.000.000
𝑟1 = = 0,2 = 20%
𝑅𝑝500.000.000
𝑅𝑝750.000.000;𝑅𝑝600.000.000
𝑟2 = = 0,25 = 25%
𝑅𝑝600.000.000
Penyelesaian : 𝑅𝑝750.000.000
𝑟𝐺 = − 1
𝑅𝑝500.000.000

𝑟1:𝑟2 = 22,474%
𝑟𝐴 = Cara lain :
𝑛
20%:25% 𝑟𝐺 = 1 + 20% 1 + 25% − 1
= = 22,5%
2 = 1,2 1,25 − 1
= 22,474%
Semakin besar standar devisi dari distribusi pengembalian tiap
periode, semakin besar perbedaan pengembalian geometric dan
pengembalian aritmatik.
Hubungan keduanya dinyatakan dengan persamaan ;


(1 + 𝒓𝑮 )2 ≈ (1 + 𝒓𝑨 ) 2 (S.D.)2

Contoh 11.10
Sebuah portofolio saham dan obligasi bernilai awal Rp800.000.000.
setelah 1 tahun, portofolio itu berkembang menjadi Rp1.600.000.000
tetapi selama setahun kedua, portofolio itu tidak mengalami
pertumbuhan sehimgga pada akhir tahun kedua,nilainya tetap
Rp1.600.000.000. hitunglah tingkat pengembalian aritmetik dan
geometric portofolio tersebut.
Jawab;
Diketahui : 𝑉2 = Rp 1.600.000.000
𝑉1 = Rp 1.600.000.000
𝑉0 = Rp 800.000.000
Penyelesaian :

𝑛 𝑉𝑛
𝑟𝐺 = −1
𝑉0
𝑅𝑝 1.600.000.000;𝑅𝑝800.000.000
𝑟1 = = 100%
𝑅𝑝800.000.000

𝑅𝑝1.600.000.000;𝑅𝑝.1600.000.000
𝑟2 = = 0%
𝑅𝑝.1600.000.000
𝑟1:𝑟2
𝑟𝐴 =
𝑛
100%:0%
𝑟𝐴 = = 50% 𝑅𝑝1.600.000.000
2 𝑟𝐺 = −1
𝑅𝑝800.000.000

= 0,4142 = 41,42%
11.5 APLIKASI PEMILIHAN UKURAN
PENGEMBALIAN
Contoh :

Investasi saham dengan dana Rp100.000.000 yang menjadi


Rp200.000.000 setahun kemudian dan ditambah Rp800.000.000
untuk bertumbuh menjadi Rp1.060.000.000 pada akhir tahun kedua.
Ukuran return mana yang sebaiknya digunakan?

Jawabannya tergantung
pada tujuannya
 Return aritmetik kurang tepat untuk digunakan karena kurang akurat untuk
mengukur kinerja beberapa periode, sebaiknya digunakan untuk proyeksi
kedepan.

 Dengan hitungan kasar return berdasarkan uang yang tidak akurat, sebaiknya
ukuran return ini digunakan hanya jika kita ingin praktis dan cepat.

 Untuk tujuan mengukur kinerja portofolio investasi, pilihannya tinggal


menggunakan return geometrik dan return berdasarkan uang secara akurat.
Literatur keuangan dan investasi mengatakan kalau kedua ukuran ini dapat
digunakan untuk kondisi yang berbeda.

 Return berdasarkan uang digunakan oleh seorang investor pribadi. Sedangkan,


Return geometrik digunakan oleh manajer keuangan sebuaah perusahaan.

 Semua ukuran return mempunyai satu kelemahan yang sama, yaitu belum
memperhitungkan risiko, padahal risiko dan return adalah dua sisi dari sebuah
koin yang sama.
11. 6 INDEKS PASAR SAHAM
Indeks Pasar Saham adalah indikator yang
sering digunakan untuk mencerminkan
kejadian di (pasar).

 Secara intutif, sebagian besar saham bergerak searah dengan


pergerakan indeks. Jika indeks indikator itu naik, suatu portofolio
kemungkinan besar juga akan mengalami kenaikan; demikian juga
jika indeks turun.

 Indeks pasar saham dibentuk dengan tujuan untuk menggambarkan


pergerakan seluruh saham (total populasi) disuatu bursa tertentu
atau disatu sektor atau industri tertentu dalam suatu bursa.

 Untuk mencapai tujuan itu, sampel yang diambil harus representatif.


Ada empat cara pembobotan yang biasa digunakan yaitu :

1. Berdasarkan harga (tertimbang berdasarkan harga atau


price-weighted).

2. Berdasarkan niai kapitalisasi pasar (tertimbang berdasarkan


nilai atau value-weighted).

3. Tak tertimbang atau berbobot sama (unweighted atau equal-


weighted).

4. Berdasarkan saham yang beredar.


1. Indeks Pasar Saham Berdasarkan Harga
• Dow Jones Industrial Average (DJIA) adalah Indeks pasar saham
berdasarkan harga yang paling populer. DJIA merupakan harga rata-
rata dari 30 saham industri besar dan terkenal, umumnya adalah
pimpinan dalam industrinya. Istilah lain untuk 30 saham itu adalah
blue chips.
Tabel 11.2 Contoh Penyesuaian Pembagi Akibat Pemecahan Saham

*saham X melakukan pemecahan saham (stock split) 3 untuk 1 (3 for 1).


Contoh 11.11
Pada periode awal (t=0) harga saham A adalah Rp100, saham B adalah Rp50 dan
saham C adalah Rp30. Berapa indeks pasar saham pada t=0 dan t=1 (esok harinya)
jika diketahui harganya menjadi :
a. A = Rp110, B = Rp50, dan C = 30
b. A = Rp100, B = Rp50, dan C = 33

Jawab
Karena ada tiga saham dalam sampel dan belum ada pemecahan saham, maka
pembagi adalah 3 dan perhitungan indeks di periode 0 dan 1 adalah sebagi
berikut :
Periode 1
Saham Periode 0
Kasus a Kasus b

A (Rp) 100 110 100

B (Rp) 50 50 50
C (Rp) 30 30 33
Jumlah 180 190 183
Pembagi 3 190 3
Indeks (Rata-rata) 60 63,3 61
Perubahan 5,5 % 1,7 %
Perhitungan indeks berdasarkan harga menyebabkan saham yang
berharga tinggi mempunyai bobot yang lebih besar dibandingkan
saham berharga rendah.

Karena itu, DJIA banyak kritik lantaran hanya menggunkan 30


saham untuk menggambarkan pasar dan hanya memberikan bobot
besar pada saham yang berharga tinggi.

Indeks pasar saham berdasarkan harga, tepat digunakan investor


jika jumlah saham yang diinvestasikan dalam masing-masing saham
sampal adalah sama.

Selain DJIA, indeks pasar saham lain berdasarkan harga adalah


Nikkei Stock Average Index atau Indeks Nikkei yang merupakan
harga rata-rata 225 saham dibursa saham Tokyo (Tokyo Stock
Exchange).
2. Indeks Pasar Saham Berdasarkan Nilai
Memberikan bobot yang lebih besar pada saham yang berkapitalisasi
pasar besar dan bukan pada saham berharga tinggi.

Kapitalisasi pasar suatu saham adalah jumlah saham yang beredar


dikalikan dengan harga pasar.
n

 PtQt
Indeks t = i 1
n x Indeks awal
 PoQo
i 1

Jika indeks awal ditetapkan 100, maka :

Indeks t = x 100
Keterangan P0 = harga sama i pada periode dasar
Q0 = jumlah saham i yang beredar paa periode dasar
Pt = harga saham i pada periode t
Qt = jumlah saham i yang beredar pada periode t
n = jumlah saham individual dalam sampel
Indekst = indeks pada periode t

Contoh 11.12
Hitunglah indeks pasar saham jika pada t=0 diketahui :

Saham Jumlah Saham Harga Saham (Rp)


A 1.000.000 100
B 6.000.000 150
C 5.000.000 200
dan pada t = 1, harga-harga saham menjadi :
a. Saham A = Rp120, saham B = Rp150, dan saham C = Rp200
b. Saham A = Rp100, saham B = Rp150, dan saham C = Rp240

Jawab
Menghitung terlebih dahulu kapitalisasi pasar masing-masing saham dan total pasar
pada t = 0 untuk menjadi pembagi pada t = 1.
Berapapun nilai kapitalisasi pasar pada t = 0, kita tetapkan indeksnya adalah 100
(paling umum). Perhitungan indeks diperiode t = 1 adalah sbg berikut :

Tabel 11.4 Contoh Perhitungan Indeks Berdasarkan Nilai


Periode 0 Periode 1
Saham

Kasus a Kasus b
Jumlah Saham Kapitalisasi
Harga
Pasar Kapitalisasi Kapitalisasi
Harga Harga
Harga Harga
A 1.000.000 100 100.000.000 120 120.000.000 100 100.000.000
B 6.000.000 150 900.000.000 150 900.000.000 150 900.000.000
C 5.000.000 200 1.000.000.000 200 1.000.000.000 200 1.200.000.000
Total Kapitalisasi Pasar 2.000.000.000 2.020.000.000 2.200.000.00
Indeks 100 101 110
• Indeks pasar saham berdasarkan nilai adalah yang paling banyak
digunakan jauh melebihi penggunaan indeks pasar saham
berdasarkan harga.

• Indeks ini digunakan di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk


menghitung Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), indeks 45
saham paling likuid (LQ-45), Jakarta Islamic Index, dan sekitar 10
indeks sektoral di BEI.

• Indeks berdasarkan kapitalisasi juga digunakan untuk indeks S&P


500, indeks New York Stock Exchange, Nasdaq Series, AMEX
Market Value Index, dan pasar-pasar saham lainnya (Swiss, Vienna,
Stockholm, Compenhogen, Oslo, Johannesburg, Belgia, Madrid,
Hang Seng, Jerman, Australia, Dublin, Taiwan, dan Korea).
3. Indeks Pasar Saham Berdasarkan Tak
Tertimbang
• Indeks tak tertimbang (unweighted) merupakan metode yang jarang
digunakan. Indeks ini memberikan bobot sama (equal-weighted)
kepada semua saham dalam sampelnya tanpa melihat harga dan
kapitalisasi pasar saham itu.

• Indeks tak tertimbang dapat digunakan oleh investor yang memilih


saham secara acak (random) dan menginvestasikan jumlah rupiah
yang sama besar untuk masing-masing saham dalam portofolionya.

• Indeks ini mengukur perubahan rata-rata (biasanya arimetik) harga


saham dalam sampel.

• Contoh penggunaan indeks tak tertimbang : Singapore Straits Times


Industrial Index, Milan Stock Exchange Index, dan Value Line
Average.
Contoh 11.13

Misalkan pada tanggal 1 Desember 2009, indeks pasar adalah 100


dan sampel yang digunakan untuk Indeks adalah 3 saham, yaitu
saham A = Rp100, saham B = Rp220,dan saham C = Rp440. jika pada
2 Desember 2009, harga ketiga saham itu berubah menjadiA =
Rp120, B = Rp200, dan C = Rp470. hitunglah indeks (pasar saham)
tak tertimbang pada 2 Desember 2009!

Jawab
Menghitung terlebih dahulu harga masing-asing saham. Kemudian
jumlahkandan bagi dengan n = 3untuk mendapatkan perubahan
rata-rata aritmetik.
Tabel 11.7 Berita Indeks di Harian Kompas

Harga Saham Harga


Saham Perubahan
Relatif
1 Des 2009 2 Des 2009
A Rp100 Rp120 1,2 20%
B Rp220 Rp200 0,91 -9%
C Rp440 Rp470 1,07 7%
Jumlah 18%
Perubahan Indeks = 18%/3 6%
Indeks (Aritmetik) 100 106% x 100 = 106
Alternatif lain dengan menghitung harga relatif tanggal 2 Des 2009
(t= 1) dibandingkan dengan harga tanggal1 Des 2009 (t = 0).

 1,2  0,91  1,07 


Indeks 2 Desember 2009 =    100
 3 

= 106

Jika dihitung menggunakan konsep rata-rata geometrik seperti Value


Line Average – Industrial dan Financial Times Ordinary Share Index,
akan mendapatkan indeks yang berbeda. Contoh 11.13 Perhitungan
indeks menjadi :

Indeks (geometrik) = (1,2 + 0,91 + 1,07) ⅓ x 100

= 3 (1,2  0,91  1,07) x 100

= 105,33
11. 7 INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
(IHSG) BEI

IHSG adalah indikator gabungan berdasarkan nilai dari


seluruh saham yag tercatat di BEI baik saham biasa maupun
saham preferen.

 Harga dasar perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus


1982 dengan nilai 100.
 Total kapitalisasi pasar BEI per 2 Des 2005 adalah
Rp773.042.917.524.265 (337 saham tercatat di luar HMSP
dan EXCL).
Berikut sepuluh saham berkapitalisasi tinggi (di luar HMSP dan EXCL) sebagai berikut :

Tabel 11.8 Saham-Saham Berkapitaisasi Tertinggi

Total Nilai
Harga Nilai Kapitalisasi Pasar
No Kode Emiten Kapitalisasi
(Rp) (Rp)
Pasar
1 TLKM Telekomunikasi 5.500 111.887.996.004.000 15,60%
2 BBCA Bank BCA 3.350 40.874.197.751.000 5,70%
3 ASII Astra Internasional 9.550 38.661.793.248.700 5,39%
4 BBRI Bank BRI 2.975 35.187.260.088.750 4,91%
5 UNVR Unilever Indonesia 4.450 33.953.500.000.000 4,73%
6 PGAS Perusahaan Gas 6.900 30.934.299.454.500 4,31%
7 ISAT Indosat 5.600 29.917.630.400.000 4,17%
8 BMRI Bank Mandiri 1.380 27.646.703.845.080 3,84%
9 GGRM Gudang Garam 11.000 21.164.968.000.000 2,95%
10 BDMN Bank Danamon 4.050 19.727.158.284.000 2,75%
Jumlah 389.955.507.076.030 54,35%

 Saham dengan bobot terbesar dalam IHSG BEI adalah PT Telekomunikasi, Tbk., yaitu
15,60% sehingga setiap perubahan 1% harga TLKM akan mengakibatkan IHSG berubah
sebesar 0,156% (15,60% x 1%).
 Jika pada tanggal 5 Des 2005, di misalkan harga saham TLKM naik 8,11% menjadi
Rp6.000 sementara harga saham lainnya tetap, maka IHSG naik 1,265% (15,60% x
8,11%).
Sedangkan 10 saham berkapitalisasi terendah per 2 Desember 2005 adalah :

Tabel 11.9 Saham-Saham Berkapitaisasi Terendah

Total Nilai
Harga Nilai Kapitalisasi Pasar
No Kode Emiten Kapitalisasi
(Rp) (Rp)
Pasar
1 MAMIP Mas Murni Preferen 600 3.600.000.000 0,00050%
2 INCF Indo Citra Finance 140 4.704.000.000 0,00066%
3 INTD Inter Delta 160 4.826.416.000 0,00067%
4 GDWU Kasogi Internasional 25 6.300.000.000 0,00088%
5 PWSI Panca Wiratama 115 9.487.500.000 0,00132%
6 CKRA Ciptojaya 55 9.702.000.000 0,00135%
7 JKSW Jakarta Kyoei Steel 65 9.750.000.000 0,00136%
8 UNIT United Capital 130 9.804.000.000 0,00137%
9 ERTX Eratex Djaja 100 9.823.600.000 0,00137%
10 KONI Perdana Bangunan 130 9.880.000.000 0,00138%
Jumlah 77.879.516.000 0,0186%

 Saham berbobot terendah dalamI HSG adalah MAMIP, yaitu 0,00050% sehingga setiap
perubahan 1% harga MAMIP hanya memberikan perubahan IHSG sebesar 0,000005%.

 Jika pada tanggal 5 Des 2005 di asumsikan harga saham MAMIP naik 100% menjadi
Rp1.200, IHSG hanya akan naik 0,0005%.
 Pada praktiknya, setiap hari tidak hanya ada satu saham yang naik dan turun tetapi
beberapa saham mengalami kenaikan dan beberapa mengalami penurunan sementara
sebagian besar tetap. Jika demikian, perubahan IHSG adalah jumlah persentase perubahan
harga saham dikalikan dengan bobotnya.

Contoh

Pada 5 Desember 2005 hanya ada dua saham yang naik dan dua saham yang turun, yaitu :

Harga (Rp)
Saham Perubahan % Bobot % x Bobot
2 Des 05 5 Des 05
TLKM 5.55 5.65 100 1,80% 15,60 % 0,2808%
ASII 9.55 9.4 -100 -1.57% 5,39 % -0,0846%
PGAS 6.9 6.35 50 0,72% 4,3 % 0,0310%
GGRM 11 10.85 -150 -136% 2,95 % -0,0401%
Jumlah 0,1871%

 Maka IHSG akan ditutup naik sebesar 0,1817%, yaitu dari 1.119,417 (indeks tanggal 2
Desember 2005) menjadi 1.121,51.

 Kenyataannya, berdasarkan data aktual seluruh pedagang saham tanggal 5 Desember


2005 ternyata IHSG naik 0,104% dari 1.119.417 menjadi 1.120.417; harga 50 saham
naik, 59 saham turun (termasuk EXCL) dan 228 tetap.
Perbandingan pembobotan berdasarkan harga, nilai, dan tak tertimbang untuk 10 saham
berkapitalisasi tertinggi di BEI adalah sebagai berikut :

Tabel 11.12 Perbandingan Pembobotan dengan 3 Metode

Pembobotan Berdasarkan
No Kode
Harga Nilai Tak tertimbang
1 TLKM 0,98% 15,60% 0,297%
2 BBCA 0,59% 5,70% 0,297%
3 ASII 1,69% 5,39% 0,297%
4 BBRI 0,53% 4,91% 0,297%
5 UNVR 0,79% 4,73% 0,297%
6 PGAS 1,22% 4,31% 0,297%
7 ISAT 0,99% 4,17% 0,297%
8 BMRI 0,24% 3,84% 0,297%
9 GGRM 1,94% 2,95% 0,297%
10 BDMN 0,72% 2,75% 0,297%
Jumlah 9,68% 54,35% 2970%
INDEKS BERDASARKAN SAHAM BEREDAR

 Indeks berdasarkan saham beredar (free float) adalah metode perhitungan


indeks yang berusaha untuk mengoreksi indeks berdasarkann nilai.

 Jika indeks berdasarkan nilai menggunakan nilai kapitalisasi seluruh saham


tercatat sebagai pembobotan, indeks ini hanya mempertimbangkan jumlah
saham yang beredar saja untuk menghitung nilai kapitalisasinya.

 Menurut pakar, metode ini lebih fair.

 Metode ini banyak diusulkan para praktisi dan sebagian pejabat di


Departemen Keuangan juga mendukung. Akan tetapi, otoritas BEI tidak
bersedia menggunakannya karena akan berakibat semakin rendahnya nilai
kapitalisasi bursa kita.
Sebagai perbandingan, misalkan sebuah bursa saham yang terdiri atas 4 saham, yaitu A, B, C,
dan D dengan harga, jumlah saham tercatat, dan saham beredar sebagai berikut :

Nilai
Saham Saham
Kapitalisasi Kapitalisasi Saham
Saham Harga (Rp) Tercatat Beredar di
Pasar (juta Beredar (juta Rp)
(juta) Publik
Rp)
A 50 8 400 10% 40
B 100 2 200 30% 60
C 150 2 300 100% 300
D 200 0,5 100 100% 100
Jumlah 500 12,5 1 - 500

Dalam contoh ini, bobot masing-masing saham untuk setiap metode perhitungan indeks adalah
sebagai berikut :

Saham Bobot Saham dalam Indeks Berdasarkan


Harga Nilai Tak Tertimbang Saham Beredar
A 10% 40% 25% 8%
B 20% 30% 25% 12%
C 30% 20% 25% 60%
D 40% 10% 25% 20%
FRAKSI HARGA SAHAM DAN IHSG
 Untuk perubahan IHSG, tidak mempertimbangkan besar kenaikan/penurunan poin
tetapi persentasenya.

 Fraksi harga boleh saja diubah oleh otoritas bursa (PT BEI) untuk tujuan likuiditas
perdagangan namun hal itu tidak berpengaruh pada IHSG.
ADAKAH YANG INGIN
DITANYAKAN?

Anda mungkin juga menyukai