Anda di halaman 1dari 23

Maisir , Gharar , Riba ,

Bathil

Mata kuliah : Akhlak Tasawuf / Etika Bisnis


Dosen Pengampu : Mawaddah Irham M.EI
MAISIR
• Menurut Ibrahim Hosen, maisir/judi adalah suatu
permainan yang mengandung unsur taruhan yang
dilakukan secara berhadap-hadapan atau langsung
antara dua orang atau lebih.
• Menurut Yusuf Qardawi Setiap permainan yang ada
unsur perjudiannya adalah haram, perjudian adalah
permainan yang pemainnya mendapatkan
keuntungan atau kerugian.

• Menurut Muhammad Ali Ash-Shabuni dalam kitab


tafsirnya Rawa’i’ Al-Bayan fi Tafsir Ayat Al-Ahkam,
menyebut bahwa judi adalah setiap permainan yang
menimbulkan keuntungan (rabh) bagi satu pihak dan
kerugian (khasarah) bagi pihak lainnya.
LANJUTAN
Judi terdapat tiga unsur:
• Adanya taruhan harta/materi (yang berasal
dari kedua pihak yang berjudi),
• Ada suatu permainan, yang digunakan untuk
menetukan pihak yang menang dan yang
kalah.
• Pihak yang menang mengambil harta
(sebagian/seluruhnya/kelipatan) yang
menjadi taruhan (murahanah), sedang pihak
yang kalah akan kehilangan hartanya.
LANJUTAN
• ‫اب َواأل َ ْزالَ ُم ِر ْجس‬ ُ ‫ص‬ َ ‫س ُر َواألَن‬ َ ‫ يَا أَيُّ َها الَّذ‬.٩٠
ِ ‫ِين آ َمنُواْ ِإنَّ َما ا ْل َخ ْم ُر َوا ْل َم ْي‬
‫ون‬ ْ َ‫ان ف‬
َ ُُ ‫اجت َ ِنبُوهُ لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل‬ ِ ‫ش ْي َط‬
َّ ‫ع َم ِل ال‬ َ ‫ِم ْن‬
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah , adalah
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.

‫ضاء ِفي ا ْل َخ ْم ِر‬ َ ‫َاوةَ َوا ْلبَ ْغ‬ َ ‫ان أَن يُو ِق َع بَ ْينَ ُك ُم ا ْلعَد‬
ُ ‫ش ْي َط‬
َّ ‫ ِإنَّ َما يُ ِري ُد ال‬.٩١
َ ‫صةَالَ ِة فَ َه ْل أَنتُم ُّمنت َ ُه‬
‫ون‬ َّ ‫ّللا َوع َِن ال‬ ِ ‫ص َّد ُك ْم عَن ِذ ْك ِر‬
ُ َ‫س ِر َوي‬ ِ ‫َوا ْل َم ْي‬
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak
menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara
kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
sembahyang; maka berhentilah kamu (dari
mengerjakan pekerjaan itu).
(Q.S.AL-MAIDAH : 90-91)
LANJUTAN
• Rasulullah melarang segala bentuk bisnis yang
mendatangkan uang yang diperoleh dari
untung-untungan, spekulasi, & ramalan atau
terkaan & bukan diperoleh dari bekerja.
Rasulullah melarang transaksi muzabanah dan
muhaqalah. Muzabanah; tukar menukar buah
yang masih segar dengan yang sudah kering,
jumlah buah yang sudah kering sudah dipastikan
jumlahnya sedangkan buah yang masih segar
hanya bisa ditebak karena masih dipohon.
Muhaqalah; penjualan / tukar menukar gandum
yang sudah kering (pasti jumlahnya) dengan
gandum yang masih dipohonnya.
GHARAR
• secara istilah jual beli gharar adalah jual beli atau akad
yang mengandung unsur penipuan karena tidak adanya
kejelasan suatu barang baik dari sisi harga, kwalitas,
kwantitas, maupun keberadaannya.

• Berkata al- Khattabi di dalam Ma’alim as- Sunan


(3/672):
“Asal gharar adalah segala sesuatu yang anda tidak
mengetahuinya, dan tersembunyi rahasianya… , maka
setiap jual beli yang tujuannya masih samar-samar dan
belum diketahui serta tidak bisa diserahterimakan
barangnya maka termasuk jual beli gharar “ (Hal
senada juga disampaikan imam Nawawi di dalam al-
Majmu’ )
LANJUTAN
• Firman Allah:
• ‫ون‬ ِ َ‫ين آ َمنُوا ََل تَأ ْ ُكلُوا أ َ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم ِب ْالب‬
َ ‫اط ِل ِإ ََّل أ َ ْن ت َ ُك‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذ‬
‫ان ِب ُك ْم‬
َ ‫َّللا َك‬ َ ُ‫اض ِم ْن ُك ْم َو ََل ت َ ْقتُلُوا أ َ ْنف‬
ََّ ‫س ُك ْم ِإ َّن‬ ٍ ‫ع ْن ت َ َر‬َ ً ‫ارة‬
َ ‫تِ َج‬
‫َر ِحي ًما‬
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu” (Qs. an-Nisa : 29)
LANJUTAN
• Bentuk Pertama: Jual Beli Gharar yang Dilarang
• Bentuk pertama ini terdiri dari tiga
macam sebagaimana disebutkan Ibnu Taimiyah di
dalam al-Fatawa al-Kubra (4/18) :
• “Adapun al-Gharar, dibagi menjadi tiga: (pertama) jual
beli yang tidak ada barangnya, seperti menjual anak
binatang yang masih dalam kandungan, dan
susunya, (kedua): jual beli barang yang tidak bisa
diserahterimakan, seperti budak yang lari dari
tuannya, (ketiga): jual beli barang yang tidak diketahui
hakikatnya sama sekali atau bisa diketahui tapi tidak
jelas jenisnya atau kadarnya “(Adil al-‘Azzazi di
dalam Tamam al-Minnah (3/305) juga menyebutkan
hal yang sama)
LANJUTAN
• Berikut ini rincian dari tiga macam jual beli gharar yang
dilarang:
• Pertama: Gharar karena barangnya belum ada (al-ma'dum).
• Contoh dari jual beli al-ma’dum adalah apa yang terdapat
dalam hadist Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya
beliau berkata :
• ِِ َ‫ع ْن بَي ِِْ َحبَ ِل ْال َحبَل‬
َ ‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ‫علَى آ ِل ِه َو‬ ُّ ‫نَ َهى النَّ ِب‬
َ ‫ي‬
• “Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam melarang menjual anak
dari anak yang berada dalam perut unta”. (HR Bukhari dan
Muslim)
• Kedua: Gharar karena barangnya tidak bisa
diserahterimakan ( al-ma’juz ‘an taslimihi ) Seperti menjual
budak yang kabur, burung di udara, ikan di laut, mobil yang
dicuri, barang yang masih dalam pengiriman,
LANJUTAN
• Ketiga: Gharar karena ketidakjelasan (al-
jahalah) pada barang, harga dan akad jual
belinya.
• Contoh jual beli al-hashah adalah ketika
seseorang ingin membeli tanah, maka penjual
mengatakan: “Lemparlah kerikil ini, sejauh
engkau melempar, maka itu adalah tanah
milikmu dengan harga sekian.”
• Al-Munabadzah adalah seorang penjual berkata
kepada pembeli: “Kalau saya lempar barang ini
kepadamu maka wajib untuk dibeli”
• Al-Mulamasah adalah seorang penjual berkata
kepada pembeli: “Apa saja yang kamu sentuh
maka harus dibeli”
LANJUTAN
• Bentuk Kedua: Gharar Yang Diperbolehkan
• Jual beli gharar yang diperbolehkan ada empat
macam: (pertama) jika barang tersebut sebagai pelengkap,
atau (kedua) jika ghararnya sedikit, atau (ketiga) masyarakat
memaklumi hal tersebut karena dianggap sesuatu yang
remeh, (keempat) mereka memang membutuhkan transaksi
tersebut.
• Imam Nawawi menjelaskan hal tersebut di dalam Syarh Shahih
Muslim (5/144):
• “Kadang sebagian gharar diperbolehkan dalam transaksi jual beli,
karena hal itu memang dibutuhkan (masyarakat), seperti seseorang
tidak mengetahui tentang kwalitas pondasi rumah (yang dibelinya),
begitu juga tidak mengetahui kadar air susu pada kambing yang
hamil. Hal – hal seperti ini dibolehkan di dalam jual beli, karena
pondasi (yang tidak tampak) diikutkan (hitungannya) pada kondisi
bangunan rumah yang tampak, dan memang harus begitu, karena
pondasi tersebut memang tidak bisa dilihat. Begitu juga yang
terdapat dalam kandungan kambing dan susunya.“ (lihat juga Ibnu
Hajar di dalam Fathu al-Bari, Kitab: al-Buyu’, Bab: Bai’ al-Gharar)
LANJUTAN
• Beberapa contoh gharar lain yang diperbolehkan :
• Menyewakan rumahnya selama sebulan. Ini dibolehkan
walaupun satu bulan kadang 28, 29, 30 bahkan 31
hari.
• Membeli hewan yang sedang mengandung dengan
adanya kemungkinan yang dikandung hanya seekor
atau lebih, jantan atau betina, kalau lahir sempurna
atau cacat.
• Masuk toilet dengan membayar Rp. 2000,- padahal
tidak diketahui jumlah air yang digunakan
• Naik kendaran angkutan umum atau busway dengan
membayar sejumlah uang yang sama, padahal masing-
masing penumpang tujuannya berbeda-beda.
LANJUTAN
• ual beli dengan gharar semacam ini dibolehkan
menurut kesepakatan para ulama. Berkata Imam
Nawawi di dalam al- Majmu’ Syarhu al-Muhadzab,
(9/311):
• “Menurut kesepakatan ulama, semua yang disebut di
atas diperbolehkan. Para ulama juga menukil ijma’
tentang bolehnya menjual barang-barang yang
mengandung gharar yang sedikit.”
• Ibnu Qayyim di dalam Zadu al-Ma’ad (5/727) juga
mengatakan: “Tidak semua gharar menjadi sebab
pengharaman. Gharar, apabila ringan (sedikit) atau
tidak mungkin dipisah darinya, maka tidak menjadi
penghalang keabsahan akad jual beli.“ (Lihat juga Ibnu
Taimiyah dalam al-Fatawa al-Kubra: 4/ 18)
LANJUTAN
• Bentuk Ketiga: Gharar yang Masih Diperselisihkan
• Gharar yang masih diperselisihkan adalah gharar yang
berada di tengah–tengah antara yang diharamkan dan
yang dibolehkan, sehingga para ulama berselisih
pendapat di dalamnya. Hal ini dikarenakan perbedaaan
mereka di dalam menentukan apakah gharar tersebut
sedikit atau banyak, apakah dibutuhkan masyarakat
atau tidak, apakah sebagai pelengkap atau barang inti
• Contoh gharar dalam bentuk ketiga ini adalah menjual
wortel, kacang tanah, bawang, kentang dan yang
sejenis yang masih berada di dalam tanah. Sebagian
ulama tidak membolehkannya seperti Imam Syafi’I,
tetapi sebagian yang lain membolehkannya seperti
Imam Malik, IbnuTaimiyah (Majmu Fatawa: 29/33),
Ibnu Qayyim (Zadu al-Ma’ad: 5/728) .
RIBA
• Menurut bahasa atau lugat, pengertian riba artinya
ziyadah (tambahan) atau nama’ (berkembang).
Sedangkan menurut istilah pengertian dari riba adalah
penambahan pada harta dalam akad tukar-menukar
tanpa adanya imbalan atau pengambilan tambahan
dari harta pokok atau modal secara batil.
Surat Al-Baqarah ayat 278:

• َ‫الربَوا اِ ْن ُك ْنت ُ ْم ُمؤْ ِم ِنيْن‬ َ ‫يَايُّ َها الَّ ِذىْنَ أ َ َمنُ ْوا التَّقُ ْوا‬
َ ‫هللا َو َذ ُر ْوا َمابَ ِق‬
ِ َ‫ي ٍمن‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman , bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum
dipungut), jika kamu orang yang beriman.” (Q.S. Al-
Baqarah: 278)
LANJUTAN
• JENIS RIBA HUTANG PIUTANG (RIBA AD-DUYUN)

• 1. Riba Jahiliyah
• RIba ini terdapat pada hutang yang dibayar melebihi dari pokoknya,
hal ini dikarenakan si peminjam tidak mampu untuk membayarnya
pada waktu yang telah ditetapkan. Adapun penambahan hutang
yang dibayarkan akan semakin bertambah besar bersamaan
dengan semakin mundurnya waktu pelunasan hutang. Sistem ini
dikenal juga dengan istilah riba mudha’afah (melipatgandakan
uang).
• Contohnya: Fulan meminjam uang dengan Fulana sebesar Rp
• 500.000 dengan tempo dua bulan. Saat waktunya tiba Fulana
meminta uang yang dipinjam, akan tetapi Fulan berkata bahwa ia
belum dapat membayar uang yang dipinjam dan meminta waktu
tambahan satu bulan. Fulana menyetujui dengan memberikan
syarat bahwa uang yang harus dibayar menjadi Rp 560.000.
Penambahan jumlah tersebut termasuk kategori Riba Jahiliyah.
LANJUTAN
• 2. Riba Qrdh
• Riba jenis ini memiliki pengertian adanya manfaat
yang disyaratkan oleh pemilik dana kepada yang
berhutang.
• Contohnya: Fulan ingin meminjam uang kepada
Fulana sebesar Rp
• 500.000. Fulana menyetujui namun dengan
syarat ketika Fulan hendak mengembalikan uang,
maka uang yang harus dikembalikan Fulan
adalah sebesar Rp 550.000. Kelebihan Rp 50.000
tersebut termasuk kedalam Riba Qardh.
LANJUTAN
• JENIS RIBA JUAL BELI (RIBA AL-BUYU’)

• 1. Riba Nasi’ah
• Riba jenis ini memiliki pengertian yaitu adanya
penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang
ribawi yang dipertukarkan dengan barang ribawi lainnya.
Riba ini muncul dikarenakan adanya perbedaan,
perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini
dengan yang diserahkan kemudian.
• Contohnya: Fulana membeli dan mengambil emas seberat
3 gram pada bulan ini, akan tetapi uangnya diserahkan
pada bulan depan. Hal ini termasuk kedalam riba Nasi’ah,
hal ini dikarenakan harga emas pada bulan ini belum tentu
dan pada umumnya akan berubah di bulan depan.
LANJUTAN
• 2. Riba Fadhl
• Riba Fadhl memiliki pengertian apabila terjadi
pertukaran antarbarang sejenis dengan kadar
atau takaran yang berbeda, sedangkan barang
yang dipertukarkan termasuk kedalam barang
ribawi.
• Contoh: Seseorang menukarkan 10 gram emas
(jenis 916) dengan 12 gram emas (jenis 750).
Pertukaran seperti ini tidak diperbolehkan,
walaupun jenis 750 lebih berat dibandingkan
jenis 916. Hal ini dikarenakan sebaiknya dalam
pertukaran keduanya memiliki berat timbangan
dan jenis yang sama.
BATHIL
• Bathil (al-Bathil), berasal dari kata bathala, yabthulu
yang berarti rusak, salah, palsu, tidah syah, tidak
memenuhi syarat dan rukun, keluar dari kebenaran,
terlarang atau haram menurut ketentuan agama.
• Allah SWT berfirman : “Dan sesungguhnya Kami telah
membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika
mereka berbuat kezaliman, padahal rasul-rasul mereka
telah datang kepada mereka dengan membawa
keterangan-keterangan yang nyata, tetapi meraka
sekali-kalitidak hendak beriman. Demikian Kami
memberi pembalasan kepada orang-orang yang
berbuat dosa. Kemudian kaami jadikan kamu
pengganti-pengganti (mereka) dimuka bumi sesudah
mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu
berbuat.” (Yunus : 13-14)
LANJUTAN
• Jenis-jenis jual beli yang batil adalah:
1. Jual beli sesuatu yang tidak ada. Para ulama fiqh sepakat
menyatakan jual beli seperti ini tidak sah/batil. Misalnya,
memperjualbelikan buah-buahan yang putiknya pun
belum muncul di pohonnya atau anak sapi yang belum
ada, sekalipun perut ibunya telah ada. Akan tetapi, Ibnu
Qayyim al-Jauziyyah pakar fiqh Hambali, mengatakan
bahwa jual beli yang barangnya tidak ada waktu
berlangsungnya akad, tetapi diyakini akan ada dimasa
yang akan datang sesuai dengan kebiasaannya, boleh
diperjual belikan dan hukumnya sah. Alasannya adalah
karena tidak dijumpai dalam al-Qur’an dan as-sunnah
larangan terhadap jual beli seperti ini.
2. Menjual barang yang tidak boleh diserahkan pada
pembeli, seperti menjual barang yang hilang atau burung
peliharaan yang lepas dan terbang di udara.
LANJUTAN
3. Jual beli yang mengandung unsur penipuan, yang pada lahirnya baik, tetapi
ternyata dibalik itu terdapat unsur-unsur tipuan. Contohnya
memperjualbelikan kurma yang ditumpuk. Di atasnya bagus-bagus dan
manis, tetapi ternyata di dalam tumpukan itu banyak terdapat yang
busuk.

4. Jual beli benda-benda najis, seperti babi, khamar, bangkai, dan darah,
karena semuanya itu dalam pandangan islam adalah najis dan tidak
mengandung makna harta.

5. Jual beli al-‘arbun (jual beli yang bentuknya dilakukan melalui perjanjian,
pembeli membeli sebuah barang dan uangnya seharga barang
diserahkan kepada penjual, dengan syarat apabila pembeli tertarik dan
setuju, maka jual beli sah. Tetapi jika pembeli tidak setuju dan barang
dikembalikan, maka uang yang telah diberikan pada penjual, menjadi
hibah bagi penjual).

6. Memperjual belikan air sungai, air danau, air laut, dan air yang tidak boleh
dimiliki seseorang; karena air yang tidak dimiliki seseorang merupakan
hak bersama umat manusia, dan tidak boleh diperjual belikan.

Anda mungkin juga menyukai