Anda di halaman 1dari 30

Proposal Tugas Akhir

ANALISIS KESTABILAN DEVOLOPMENT HEADING


PADA KENCANA UNDERGROUND MINE DI PT. NUSA
HALMAHERA MINERALS (PT. NHM) GOSOWONG GOLD MINE
KABUPATEN HALMAHERA UTARA
PROVINSI MALUKU UTARA

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Disusun sebagai salah satu syarat dalam melaksanakan tugas akhir (TA)
pada jurusan teknik pertambangan fakultas teknik
universitas pejuang republik indonesia

OLEH :

FIRDAUS
13 31 2 017

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PEJUANG REPUBLIK INDONESIA
MAKASS AR
2019
Proposal Tugas Akhir

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan proposal tugas akhir ini. Proposal tugas akhir ini dibuat untuk memperoleh
izin penelitian di Unit PT. Nusa Halmahera Minerals (NHM).
Dalam proposal ini, penulis berencana mengajukan judul “Analisis Kestabilan
Devolopment Heading Pada Pt. Nusa Halmahera Minerals Kabupaten Halmahera
Utara Provinsi Maluku Utara”.
Penulis menyadari keterbatasan pada proposal tugas akhir ini baik judul
maupun isinya, sehingga apabila topik yang telah ditentukan atau judul yang penulis
ajukan tersebut dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di P T. Nusa
Halmahera Minerals (NHM).
Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang sudah membantu dalam penyusunan proposal ini sehingga
dapat terselesaikan dengan baik. Semoga proposal ini menjadi bahan pertimbangan
segenap direksi dan karyawan PT. Nusa Halmahera Minerals untuk memberikan izin
bagi pelaksanaan tugas akhir.
Wassalum’alaikum Wr.Wb.

Makassar, November 2019

FIRDAUS
13 31 2 017
Proposal Tugas Akhir

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tambang bawah tanah adalah salah satu metode penambangan yang dapat
digunakan pada penambangan bijih. Sistem penambangan bawah tanah
memerlukan pengelolaan yang lebih ekstra dibandingkan dengan tambang
terbuka. Semakin berkurangnya bahan galian yang memungkinkan di tambang
secara surface mengharuskan dilakukan kegiatan penambangan secara metoda
tambang bawah. Penambangan dengan sistem tambang bawah tanah dirasa lebih
ekonomis dan tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.
Potensi ketidakstabilan yang terjadi pada batuan disekitar lubang bukaan
tambang bawah tanah membutuhkan penanganan khusus, terutama perancangan
penyanggan untuk menjamin keselamatan kerja, kemajuan penambangan dan
peralatan tambang. Disamping itu, akibat kondisi badan bijih yang lema h akan
menyebabkan batuan samping berpotensi jatuh. Keruntuhan (failure) pada batuan
disekitar stope pada saat proses penambangan dapat mengakibatkan terhambatnya
operasi penambangan. Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan penyelidikan
mengenai penyebab ketidakstabilan dan mengevaluasi penyanggaan yang
digunakan sehingga mengurangi permasalahan yang mungkin timbul pada proses
penambangan bawah tanah.
Pembahasan mengenai sistem penyanggaan batuan merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari masalah metoda penambangan bawah tanah.
Pembahasan ini menjadi sangat penting, mengingat karakteristik yang berbeda-
beda dan memungkinkan munculnya bidang lemah batuan yang menyebabkan
terjadinya keruntuhan batuan yang menghambat operasi penambangan dan
pencapaian target produksi. Berkaitan dengan permasalahan tersebut diperlukan
kajian untuk menganalisis penyanggaan pada lubang bukaan dari sistem
penyanggaan yang digunakan.
Proposal Tugas Akhir

1.2 Perumusan Masalah


1.2.1 Identifikasi Masalah
a. Adanya potensi ketidakstabilan lubang bukaan akibat keberadaan struktur
geologi
b. Faktor keamanan pada lubang bukaan di site kencana underground

1.2.2 Masalah Penelitian


a. Bagaimana kestabilan lubang bukaan yang ada di lokasi penelitian ?
b. Bagaimana Faktor Keamanan (Safety Factor) lubang bukaan di lokasi
penelitian ?

1.2.3 Batasan Masalah


Dari penguraian masalah diatas, maka dalam proses penelitian ini
dibatasi pada :
a. Lokasi penelitian dibatasi padasatu sublevel di site kencana underground
b. Penelitian hanya meninjau aspek teknis tanpa mempertimbangkan aspek
ekonomis

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :
a. Mampu menganalisis kestabilan lubang bukaan di site kencana underground
b. Dapat mengetahui berapa factor keamanan lubang bukaan di lokasi penelitian
Proposal Tugas Akhir

1.4 Kerangka Berpikir

Menganalisis Kestabilan Lubang bukaan


Sublevel Site Kencana Underground

Potensi ketidakstabilan lubang bukaan Safety factor lubang bukaan


akibat kondisi struktur geologi

Klasifikasi Massa Batuan

Pembobotan Massa Rock Tunneling Quality


Batuan (RMR) Index (Q-System)

Analisis Kestabilan lubang Analisis Faktor Keamanan


bukaan hasil korelasi dengan kriteria Mohr-
Metode RMR dan Q Coulomb
System

Rekomendasi Sistem
Penyanggaan
Gambar 1 Diagram Alir Kerangka Berpikir
Proposal Tugas Akhir

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan umum


2.1.1 Kondisi Geologi
1. Tatanan Geologi Regional
Halmahera dan pulau-pulau sekitar Indonesia bagian timur merupakan
konfigurasi busur kepulauan sebagai hasil tumbukan lempeng dibagian barat
Pasifik. Pulau ini dicirikan oleh double arc system, dibuktikan oleh vulkanik di
lengan barat dan non vulkanik di Lengan timur (Wahyu Hidayat, 2012). Kondisi
geologi dan tektonik Halmahera cukup unik, karena pulau ini terbentuk akibat
pertemuan tiga lempeng yaitu : Eurasia, Pasifik dan Indo – Australia. Dibagian
selatan Halmahera terdapat zona sesar Sorong yang merupakan strike slip fault (JA
Katili, 1974). Sepanjang zona sesar ini Halmahera bergerak ke arah barat
bersamaan dengan lempeng Indo – Australia (Hamilton, 1979).
Mandala tektonik Halmahera Timur (Gag, Gebe, Weda dan Waigeo) dicirikan
dengan ragam batuan ultra basa, sedangkan Halmahera Barat (Morotai, Bacan, dan
Obi) oleh batuan gunungapi. Zona perbatasan antara kedua mandala tersebut terisi
oleh batuan Formasi Weda yang terlipat dan tersesarkan. Struktur lipatan berupa
sinklin dan antiklin terlihat pada Formasi Weda berumur Miosen Tengah - Pliosen
Awal. Sumbu lipatan berarah utara-selatan, timur laut-barat daya dan barat laut
tenggara. Struktur sesar terdiri dari sesar normal dan sesar naik, umumnya berarah
utara-selatan dan barat laut-tenggara (Bessho, 1944).
Kegiatan tektonik wilayah penelitian dimulai pada kapur akhir dan awal
tersier, dicirikan oleh adanya komponen batulempung dan batuan ultrabasa di
dalam konglomerat yang membentuk Formasi Dorosagu. Akibat dari
perkembangan tektonik tersebut, maka Maluku Utara dan Pulau Halmahera serta
pulau-pulau sekitarnya dikelompokan menjadi tiga wilayah tektonik. Masing-
masing wilayah ini berbeda dari segi fisiografi, kelompok batuan yang
Proposal Tugas Akhir

membentuknya, stratigrafi, struktur dan perkembangan tektonik ( T. Apandi & D.


Sudana, 2000 ). Yaitu :
1. Mandala Geologi Halmahera Timur
Wilayahnya meliputi lengan timur laut dan tenggara Pulau Halmahera.
Ciri mandala ini adalah adanya batuan ofiolet yang telah mengalami
imbrikasi dengan sedimen laut dalam berumur jura dan kapur (pra-
tersier). Batuan kompleks ofiolet terdiri dari peridotit, gabro, diabas dan
basal (Bessho, 1944). Peridotit umumnya telah mengalami serpentinisasi
sedang dan seluruh kelompok telah mengalami gesekan serta breksiasi.
Sedimen laut dalam yang terletak di lengan timur Halmahera terdiri dari
persilangan batulanau dan batuserpih dengan interklasi (penyisipan)
baturijang radiolarit, batugamping, dan batupasir gampingan. Batuan
ofiolet dan sedimen laut dalam ini ditutupi oleh batuan sedimen klastik
dan karbonat berumur tersier yang juga telah mengalami imbrikasi
dengan batuan ofiolet. Struktur batuan diwilayah ini menunjukan
pengaruh tektonik kompresional.
2. Mandala Geologi Halmahera Barat
Wilayah meliputi : Pulau Morotai dibagian Utara, dan selatan pulau
Halmahera dan deretan pulau-pulau gunung api dibagian barat seperti
pulau Bacan sampai pada pulau Obi bagian selatan. Dicirikan oleh
perkembangan ektensif batuan gunungapi karena sejak tersier
awal merupakan busur gunungapi. Batuan gunungapi ini berumur
oligosen- miosen yang tersebar luas diwilayah ini, yang berlangsung
pada lingkungan laut dan secara bertahap melalui proses pengangkatan
beralih ke lingkungan terestial. Batuan gunungapi ini umumnya telah
mengalami propilitisasi dan hancur, mengandung urat-urat kuarsa kecil
(veinlets) silika dan karbonat, antara lain terdiri dari batupasir,
batulempung, napal dan batugamping.
Proposal Tugas Akhir

3. Mandala Geologi Talaut – Tifore


Wilayah bagian barat ini sebagian besar terdiri dari Pegunungan bawah
laut seperti kepulauan Talaud di Sulawesi Utara dan pulau-pulau Tifore di
Maluku Utara, dicirikan oleh batuan ofiolit berumur paleogen yang
berasosiasi dengan melange dan ditutupi oleh perlapisan tebal sedimen
klastik tufaan dan karbonat berumur miosen tengah-pliosen. Batuan di
wilayah ini telah mengalami tektonik kompresional

2. Geologi Daerah Penelitian


Geologi daerah Kao Teluk termasuk dalam mandala geologi Halmahera
Barat yang tersusun oleh batuan gunungapi vulkanik sejak pra tersier awal
yang telah menjadi alur lintasan busur gunungapi.
Batuan gunungapi ini berumur oligosen - miosen yang tersebar luas di
wilayah ini. Berlangsung pada lingkungan laut yang secara bertahap melalui
proses pengangkatan beralih ke lingkungan terestial. Batuan gunungapi ini
umumnya telah mengalami propilitisasi dan hancur, mengandung urat – urat
kuarsa kecil (veinlets) silika dan karbonat, antara lain terdiri dari batupasir,
batulempung, napal dan batugamping (Sam Supriatna, 1980).
Penyebaran mineralisasi Gosowong sangat dipengaruhi oleh sesar
normal yang berarah Barat Laut Tenggara dengan dip kearah Timur Laut dan
kontak lithologi antara andesit lava dengan batuan vulkanoklastik.
Urat Gosowong terdapat dalam sistem urat epithermal dengan kemiringan
rata-rata 45o ke arah Timur Grid (atau Timur Laut magnetik). Panjang
struktur yang diketahui hingga saat ini adalah sekitar 400 m dan penerusan
ke arah kemiringan (down-dip) sekitar 300 m.
Kondisi geologi Gosowong terdiri dari batuan vulkanik dan
vulkanoklastik dengan terdapat instrusi dari kuarsa-diorit. Mineralisasi emas
berasosiasi dengan kuarsa- veins ephitermal, tipe vein dengan struktur hasil
dari lipatan dan sesar. Urat Gosowong menempati sekuen batuan andesit lava
dan beragam sedimen vulkanoklastik yang terdiri atas batulempung,
Proposal Tugas Akhir

batulanau, batupasir halus sampai kasar dan konglomerat, ini serupa dengan
batuan deposit Gosowong. Batuan vulkanik halus (batulempung) secara
menyeluruh mengalami ubahan pra- hydrothermal hematitic dari lingkungan
pelapukan paleo (paleo-weathering).
Badan bijih hampir berbentuk vertikal, dimana ore body ini mengikuti
jalur mineralisasi kuarsa dan kuarsa adularia. Terdapat tujuh vein kuarsa
utama pada tambang Toguraci, diantaranya yaitu :
• Urat Midas
• Urat Damar
• Urat Kayu Manis
• Urat Yahut
• Urat T-Fault
• Urat Jembatan, dan
• Urat Lintang.
2.1.2 Sistem Penambangan
Sistem penambangan yang diterapkan pada PT. Nusa Halmahera Minerals
adalah tambang bawah tanah (underground mining) dengan menggunakan metode
Underhand Cut and Fill (UHCAF). Yaitu menambang batuan secara langsung
dengan membuat bukaan (heading) pada bagian atas, setelah itu di tutup kembali
(back fill) kemudian menambang pada level dibawahnya. Adapun tahap – tahap
kegiatan penambangan adalah sebagai berikut.
1. Persiapan
Yang dimaksud dalam tahap persiapan disini adalah persiapan para pekerja
dan alat–alat mekanis serta parangkat–perangkat lain yang akan digunakan
sebelum memasuki lokasi penambangan.
2. Pemboran
Tahap kegiatan pemboran adalah untuk pembuatan lubang ledak dimana
lubang – lubang ini akan diisi sejumlah bahan peledak. Alat yang digunakan
adalah Elecktro Hidraulic Jumbo Drilling Axera D07 S-260 sebanyak 6 unit.
3. Peledakan
Proposal Tugas Akhir

Setelah dilakukan pemboran, maka tahap kegitan pengisian bahan peledak


dilakukan dimana lubang – lubang yang di bor di isi dengan sejumlah bahan
peladak, kemudian dilanjutkan dengan peledakan dengan tujuan untuk
memberaikan bijih dari batuan induknya yang kompak (masive).
4. Ventilasi dan Penyanggaan
Yang dimaksud dengan ventilasi adalah penyuplaian udara dimana untuk
memberikan udara yang cukup bagi para pekerja didalam terowongan,
kemudian dilakukan proses penyanggaan dengan tujuan untuk melindungi
para pekerja dari runtuhan batuan.
5. Pemuatan
Pemuatan adalah aktifitas yang dilakukan setelah pembongkaran dengan
mengambil material hasil ledakan untuk dimuat keatas alat angkut. Proses
pemuatan dilakukan dengan menggunakan alat muat Bogger LHD Toro 1400
sebanyak 4 unit.
6. Pengangkutan
Material hasil peledakan tersebut diangkut menuju ke stok pile untuk
ditampung, kemudian diangkut ke roompad untuk dimasukan kedalam ston
crusher dengan menggunakan alat angkut Dump Truck ADT AH 400
sebanyak 6 unit.
7. Penutupan Kembali (Back Fille)
Setelah seluruh bijih sudah terambil kemudian lubang bekas penggalian
tersebut di lakukan preparasi untuk nantinya dilakukan penutupan atau
pengisian kembali

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Massa Batuan
Massa batuan merupakan batuan insitu yang dijadikan diskontinu oleh
struktur berupa kekar, sesar dan bidang perlapisan. Terdapat beberapa variasi lebar
dari bentuk orebody dan karakteristik massa batuan yang ditmukan didalam tambang
bawah tanah pada setiap tambang terdapat seb uah keunikan mendesain yang
Proposal Tugas Akhir

menantang. Tipe dari metode- metode tambang harus dimodifikasi dengan tepat
untuk beberapa keganjilan dari sifat-sifat setiap batuan yang ada di tambang bawah
tanah. Dengan cara yang sama, dilakukan pada penggalian seperti shaft,
pengangkutan harus direncanakan dengan tepat sesuai dengan geometri pada
tambang, ukuran dari peralatan yang digunakan dan karakteristik dari massa
batuannya.
Proses terjadinya massa batuan adalah terbentuk secara alamiah, sehingga
memiliki sifat yang cenderung unik (tidak ada kembarannya) meskipun secara
deskriptif namanya sama. Oleh karena itu, sifat massa batuan di alam adalah
heterogen, anisotrop, dan diskontinu.
1. Heterogen, terdiri dari mineral sebagai pembentuk batuan dan butiran padatan yang
memiliki ukuran dan bentuk padatan,
2. Anisotrop, artinya bahwa massa batuan mempunyai sifat-sifat yang berbeda pada arah
yang berbeda,
3. Diskontinu, artinya bahwa massa batuan selalu mengandung unsur struktur geologi
yang mengakibatkan massa batuan itu diskontinu seperti kekar, sesar, retakan, bidang
perlapisan. Struktur geologi ini cenderung memperlemah kondisi massa batuan.
Bidang diskontinu ini dapat membedakan kekuatan massa batuan dengan
batuan utuh. Massa batuan akan memiliki kekuatan yang lebih kecil. Karakteristik
massa batuan tidak dapat diperkirakan tetapi harus didapatkan dari hasil observasi,
deskripsi dan melakukan test langsung maupun tidak langsung yang didukung oleh
test laboratorium dengan menggunakan metode specimen dari batuan.

2.2.2 Tegangan dalam Massa Batuan


Penggalian terowongan pada massa batuan akan membawa perubahan kondisi
tegangan di area sekitar dan ruang akibat penggalian menyebabkan terjadinya
displacement.Tegangan yang terdapat dalam suatu massa batuan dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Tegangan mula- mula (original), sebelum dilakukan penggalian, meliputi :
a. Tegangan Insitu
Proposal Tugas Akhir

Tegangan insitu terjadi akibat berat batuan yang berada diatas suatu titik
dibawah tanah. Besarnya tegangan insitu merupakan hasil kali antara
kedalaman suatu titik dibawah tanah dari permukaan dengan densitas atau
bobot isi dari material di atas titik tersebut. Tegangan insitu dapat disamakan
dengan tegangan vertical (σv). Besarnya tegangan insitu pada suatu titik
dalam massa batuan didalam tanah dapat dihitung dengan persamaan (Hoek
and Brown, 1978) Berikut ini :
σv = γ.z̴ 0.027 z……………………………………………………….(2.1)
Keterangan : σv = Tegangan Vertikal (MN/m2 )
Z = Kedalaman dari permukaan tanah
γ = Berat Jenis Batuan (MN/m3 )

b. Tegangan Tektonik
Tegangan tektonik disebabkan karena kondisi bumi yang tidak stabil.
Ketidakstabilan kondisi bumi disebabkan oleh adanya pergerakan-pergerakan
didalam kerak bumi yang terjadi secara terus- menerus.
c. Tegangan Sisa (Residual)
Tegangan sisa adalah tegangan yang tersisa meskipun penyebab tegangan
tersebut telah hilang. Sebagai contoh tegangan yang disebabkan oleh karena
panas bumi dan pembengkakan pada kulit bumi. Tegangan sisa ini
mempunyai pengarh negativ terhadap kekuatan batuan.
d. Tegangan Thermal
Tegangan thermal disebabkan karena adanya proses pemanasan atau
pendinginan dari material batuan. Tegangan ini terjadi di dalam bumi dan
dapat disebabkan dari pemanasan matahari atau hasil dari pemanasan zat
radioaktif dan proses geologi lainnya.

2. Induced Stress
Induced stress merupakan tegangan yang disebabkan oleh kegiatan
penambangan. Besarnya induced stress sulit untuk dihitung secara matematis.
Proposal Tugas Akhir

Tegangan yang timbul akibat adanya induced stress, baru akan diketahui setelah
dilakukan pengukuran tegangan disuatu tempat.

2.2.3 Inte raksi Massa Batuan dan Penyangga


Suatu terowongan diasumsikan sirkuler dengan radius (ro ) terhadap tekanan-
tekanan hidrostatis (p o ) dan tekanan internal penyangga yang seragam (p i ).
Runtuhan massa batuan di sekeliling terowongan tersebut terjadi, bila tekanan
internal yang diberikan oleh terowongan tersebut kurang daripada tekanan penyangga
kritis (pcr), yang didefinisikan (Hoek, Kaiser, and Bawden, 1993) dengan rumus
dibawah ini :

2𝑝 o− 𝜎 cm
pcr = …………………………………………………………………….…(2.2)
1+𝑘

Dimana :

2𝑐 𝑥 cos 𝜃
σcm = …………………………………………………………………....(2.3)
1−𝑠𝑖𝑛 𝜃

1 +sin 𝜃
k = 1−sin 𝜃 ………………………………………………………………………....(2.4)

Keterangan :

pcr = Tekanan penyangga kritis

po = Tekanan-tekanan hidrostatis

c = Kohesi

σcm = Uniaxial compressive strength Massa Batuan

ϴ = Sudut Gesek Dalam Massa Batuan

Jika tekanan penyangga internal (p i ) lebih besar dari tekanan penyangga kritis
(pcr), tidak ada runtuhan yang terjadi dan perilaku massa batuan di sekililing
terowongan tersebut elastis. Perpindahan elastis radial ke dalam (inward)
didefinisikan dengan rumus dibawah ini :
Proposal Tugas Akhir

𝑟 o (1+𝑣)
Uie = 𝑝o − 𝑝i ………………………………………………………….(2.5)
𝐸

Keterangan :

Uie = Perpindahan Elastis Radial ke dalam (inward)

E = Modulus Young atau Modulus Deformasi

V = Perbandingan Poisson

ro = Radius Terowongan (Jari-Jari Terowongan)

pi = Tekanan Internal Penyangga yang Seragam

Bila tekanan penyangga internalpi tersebut kurang daripada tekanan penyangga kritis
pcr maka runtuhan terjadi dan radius rp dari zona plastis di sekitar terowongan tersebut
diberikan oleh

1
2(𝑃o 𝑘−1 + 𝜎cm (𝑘 −1)
rp = ro ……………………………………………………...(2.6)
1+𝑘 𝑘−1 𝑃i+ 𝜎cm

Keterangan :

rp = Radius dari zona plastis di sekitar terowongan

Total perpindahan radial ke dalam dari dinding-dinding terowongan tersebut


diberikan oleh :

𝑟o (1+𝑣) 𝑟𝑝 2
Uip = 2(1 − 𝑣)(𝑝𝑜 − 𝑝cr) − (1 − 2𝑣)(𝑝𝑜 − 𝑝𝑖) ……………….(2.7)
𝐸 𝑟0

Keterangan :

Uip = Perpindahan plastis radial ke dalam (inward)

Suatu tipikal plot yang khas dari perpindahan-perpindahan yang diprediksikan oleh
persamaan 2.2 dan persamaan 2.6 diberikan pada gambar 2.1. ploting ini
memperlihatkan pemindahan nol bila tekanan penyangganya sama dengan tekanan
Proposal Tugas Akhir

hidrostatis (pi = po ), perpindahan elastis untuk po ˃ pi ˃pcr, perpindahan plastis untuk


pi˂ pcr dan perpindahan maksimum bila tekanan penyangganya sama dengan nol.

2.2.4 Deformasi Terowongan Yang Tidak Disangga


Dengan mempertimbangkan respons dari suatu titik pengukuran yang
dipasang dengan baik didepan terowongan maju. Pemindahan yang dapat diukur
dalam massa batuan itu dimulai pada suatu jarak sekitar setengah diameter didepan
face tersebut. Pemindahan tersebut meningkat secar kontinu dan bila face terowongan
itu berimpit dengan titik pengukuran, maka pemindahan radial sekitar sepertiga dari
nilai maksimumnya.
Pemindahan tersebut mencapai nilai maksimum bila facenya telah maju
sekitar satu setengah diameter terowongan diluar titik pengukur tersebut dan
penyangga yang diberikan oleh face tersebut tidak lagi efektif.

2.2.5 Klasifikasi Massa Batuan


Klasifikasi massa batuan yang paling sering digunakan ada dua, yaitu
Klasifikasi Geomekanika atau Rock Mass Rating(RMR) menurut Engineering Rock
Mass Classifications, 1989 dan Klasifikasi Rock Tunneling Quality Index (Q) System
menurut Barton 1974. Kedua metode ini memasukan keadaan geologi, geometrik, dan
parameter teknik dalam memberikan nilai kuantitatif terhadap kualitas massa batuan.
Selain itu, kedua metode ini memasukkan keadaan geometri, geologi dan
parameter-parameter teknik dalam kuantitatif terhadap kualitas massa batuan.
Keduanya menguraikan keadaan geologi dan geometri massa batuan tetapi dengan
cara yang sedikit berbeda.
1. Pembobotan Massa Batuan (Rock Mass Rating)
Rock Mass Rating (RMR) dibuat pertama kali oleh Bieniawski (1973), sistem
klasifikasi ini telah dimodifikasi beberapa kali (terakir 1989). Modifikasi selalu
dengan data yang baru agar dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dan
disesuaikan dengan standar internasional.
Proposal Tugas Akhir

Terdapat lima parameter untuk mengklasifikasikan massa batuan menggunakan


sistem RMR yaitu :
1.) Kuat tekan Uniaxial Batuan Utuh (Intact Rock)
Terdapat dua cara untuk mendapatkan nilai parameter pada kuat tekan
uniaxial batuan utuh, yaitu dengan melakukan uji point load strength index
dan uji uniaxial compressive strength (UCS). Nilai hasil uji dari 2 cara yang
dilakukan ini dipilih untuk pembobotan nilai rating
a. Uji Point Load
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari contoh perhitungan
batuan secara tidak langsung di lapangan. Conto batu dapat berbentuk
silinder maupun tidak beraturan. Sehingga hasil pengujian dapat diketahui
secara cepat dan kekuatan batuan dapat diketahui di lapangan.
𝑃
Is = ………………………………………………………………..(2.8)
𝐷2
Dimana :
Is = Point Load Test Index
P = Beban maksimum hingga percontoh pecah
D2= Jarak antara dua konus penekan
Menghitung kuat tekan yaitu dengan rumus :
Σc = 23 x Is …………………………………………………………..(2.9)
Dimana :
Is = Point Load Test Index
σc = Kuat Tekan Batuan
b. Uji Uniaxial Compressive Strength
Uji ini menggunakan kuat tekan untuk jenis conto batuan yang berbentuk
silinder, balok atau prisma dari satu arah (uniaxial). Perbandingan antar
1
tinggi dan diameter sampel ( 𝐷) mempengaruhi nilai kuat tekan batuan.
1
Untuk perbandingan ( 𝐷) = 1 kondisi tegangan triaxial saling bertemu

sehingga akan memperbesar nilai kuat tekan batuan. Untuk pengujian


Proposal Tugas Akhir

1 1
kuat tekan digunakan 2 ˂ (𝐷) ˂ 2,5. Makin besar ( 𝐷) maka kuat tekannya

akan bertambah kecil. Pemberian bobot untuk parameter kekuatan batuan


utuh adalah sebagai berikut :

Table 1
Pembobotan Nilai Kekuatan Material Utuh

Point Load
Deskripsi
Kelas UCS (MPa) Index Rating
Kualitatif
(MPa)
Sangat Kuat
R6 ˃ 250 10 15
sekali
Sangat kuat R5 100-250 4-10 10
Kuat R4 50-100 2-4 7
Sedang R3 25-50 1-2 4
Lemah R2 5-25 2
Sangat
R1 1-5 Penggunaa 1
Lemah
n UCS Lebih
Sangat dianjurkan
R0 ˂1 0
Lemah Sekali

2.) Rock Quality Designation (RQD)


Rock Quality Designation merupakan persentasi dari perolehan core drill
yang secara langsung didasarkan pada jumlah pecahan dan sejumlah
pelemahan pada massa batuan yang diamati dari hasil pengeboran. Prosedur
pengukuran dan perhitungan RQD adalah sebagai berikut :
𝛴𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑡𝑖 𝑏𝑜𝑟 ≥10 𝑐𝑚 𝑥 100 %
RQD = …………………………...(2.10)
𝛴𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑜𝑟

Nilai hasil perhitungan RQD ini kemudian disesuaikan dan diplot kedalam
tabel sistem RMR untuk bobot ratingnya.
Proposal Tugas Akhir

Table 2Pembobotan Nilai RQD


RQD (%) Kualitas Batuan Rating
90 – 100 Sangat Baik 20
75 – 90 Baik 17
50 – 75 Sedang 13
25 – 50 Jelek 8
< 25 Sangat Jelek 3

3.) Spasi Bidang Diskontinu


Bidang diskontinu yang dimaksud dalam parameter ini adalah rekahan, kekar,
sesar, patahan dari bidang diskontinu. Pengukuran jarak kekar adalah
pengukuran jarak tegak lurus dari dua bidang kekar yang terdekat.
Pengukuran ini dilakukan pada tiap-tiap garis pengukuran kekar (scan-line)
pada setiap sisi lereng dan panjang garis pengukuran disesuaikan dengan
panjang lereng pada setiap blok. Pemberian bobot berdasarkan pada tabel
dibawah ini :
Table 3Pembobotan Nilai Spasi Bidang Diskontinu
Spasi Kekar Kualitas Batuan Rating
>2m Sangat Lebar 20
0.6 – 200 mm Lebar 15
200 – 600 mm Sedang 10
60 – 200 mm Rapat 8
< 60 mm Sangat Rapat 5

4.) Kondisi Bidang Diskontinu


Kondisi kekar dapat diamati langsung dengan melihat parameter kekasaran
(rougness), lebar celah (aperture atau separation) dan ketebalan bahan
pemisah atau pengisi celah (infilling). Selanjutnya menentukan tingkat
pelapukan (weathering) berdasarkan kelasnya, dan terakhir menentukan
kemenerusan kekar (extension).
Proposal Tugas Akhir

Table 4Pembobotan Nilai Spasi Bidang Diskontinu

Permukaan Permukaan Permukaan Permukaan Material


sangat kasar, sedikit kasar, sedikit kasar, gelincir atau pengisi
Kondisi tidak ada pemisah <1 pemisah < 1 material pengisi setebal >5
Bidang mm, batuan mm, batuan setebal <5 mm mm atau
Diskontinu pemisah, samping samping atau pemisahan pemisah > 5
batuan sangat sedikit sangat 1-5 mm kotinue mm
tidak terlapukan terlapukan kontinue
terlapukan

Rating 30 25 20 10 0

5.) Kondisi Air Tanah


Pengaruh air tanah terhadap kestabilan lubang bukaan dapat dilakukan
dengan melakukan pengamatan laju aliran di dalam lubang bukaan. Kondisi
air tanah dapat diidentifikasi dan dilakukan pembobotan dengan parameter
sebagai berikut :
Table 5Pembobotan Nilai Kondisi Air Tanah
KondisiUmum Kering Lembab Basah Terdapat Terdapat
(compeletely (Damp) (wet) Tetesan Air Aliran Air
Dry) (Dripping) (flowing)
Debit Air Tiap 10m
panjang terowongan Tidak ada <10 10 - 25 25 - 125 >125
(Liter/Menit)
Tekanan Air pada 0 <0.1 0.1-0.2 0.2-0.5 >0.5
Kekar/tegangan
prinsip mayor
Rating 15 10 7 4 0

Langkah- langkah untuk menentukan kondisi massa batuan dengan menggunakan


klasifikasi RMR adalah Sebagai Berikut :
1. Menghitung nilai bobot total batuan dari 5 parameter klasifikasi RMR
sehingga diperoleh nilai RMR dasar. Nilai RMR dasar inilah yang kemudian
digunakan sebagai acuan untuk menentukan nilai kohesi dan sudut gesek
dalam,
2. Memberikan penilaian dan pembobotan dari kedudukan sumbu terowongan
terhadap jurus dan kemiringan dari bidang diskontinu,
Proposal Tugas Akhir

3. Menentukan nilai RMR terkoreksi dengan cara menjumlahkan bobot


RMRdasar dan bobot faktor koreksi,
4. Menentukan rekomendasi penyangga dari nilai RMR yang sudah terkoreksi.
Berdasarkan nilai RMR, suatu massa batuan dapat dikateorikan ke dalam
lima kelas batuan. Masing- masing kelas massa batuan tersebut dapat
memperkirakan nilai kohesi dan sudut gesek dalam.
Table 6Kelas Massa Batuan, Kohesi, S udut Gesek Dalam Berdasarkan RMR
Rating 100-81 80-61 60-41 40-21 20-0
Kelas Massa I II III IV V
Batuan
Deskripsi Sangat Baik Baik Sedang Jelek Sangat Jelek
Kohesi (kPa) >400 300-400 200-300 100-200 <100
Sudut Gesek >45 35-45 25-35 15-25 <15
Dalam (o)

Nilai RMR ini kemudian dijadikan sebagai panduan untuk rekomendasi


penyanggaan lubang bukaan seperti pada tabel berikut ini :
Rekomendasi Penyanggaan Terowong an Berdasarkan RMR
Proposal Tugas Akhir

2. Rock Tunneling Quality Index (Q)


Q- System dikembangkan oleh Barton (1974) di Norwegian
GeotechnicalInstitute untuk menentukan karakteristik massa batuan dan kebutuhan
penyangganterowongan yang dibuat berdasarkan hasil analisis dari 200 desain
terowongan di sekitar Scandinavia.
Q-system ini didasarkan pada penilaian kuantitatif dari rock mass
qualitymenggunakan parameter penilaian :

𝑅𝑄𝐷 𝐽𝑟 𝐽𝑤
Q= x 𝐽𝑎 x 𝑆𝑅𝐹 ………………………………………………..(2.11)
𝐽𝑛

Keterangan :

Q = Quality Batuan

RQD = Rock Quality Designation

Jn = Joint set Number

Jr = Kekasaran dari joint (discontinuity)

Ja = Tingkat alterasi pada

Jw = Aliran air tanah

SRF = Kondisi stress

Untuk menghubungkan nilai Q-System dengan kebutuhan penyangga,


Barton et al. (1974) mendefinisikan parameter tambahan dimensi ekivalen (De), dari
lubang bukaan. Dimensi ini diperoleh dengan membagi lebar atau tinggi lubang
bukaan dengan excavation support ratio (ESR) sehingga
𝑆𝑝𝑎𝑛 𝑜𝑟 𝐻𝑒𝑖𝑔 ℎ𝑡
De = …………………………………………………………..(2.12)
𝐸𝑆𝑅

Maka Nilai ESR berhubungan dengan tujuan penggunaan lubang bukaan


dan tingkat keamanan yang dipersyaratkan bagi sistem penyangga untuk
menjamin kemantapan lubang bukaan.
Proposal Tugas Akhir

3. Perbandingan Klasifikasi RMR dan Q-Sistem


Hubungan antara klasifikasi RMR dan Q System dinyatakan dalam persamaan
(Bieniawski, 1979) :
RMR = 9 ln Q + 44 .................................................................................... (2.13)
Q = 10(RMR – 44)/21 .................................................................................... (2.14)
Grafik hubungan nilai RMR dan Q-system sebagai berikut :

Gambar 2 Kurva Perbandingan Nilai RMR Terhadap Q

2.2.6 Krite ria Ke runtuhan Mohr-Coulomb


Kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb ini didasarkan pada hipotesis bahwa
tegangan normal dan regangan geser yang bekerja pada permukaan rupture
memainkan peranan pada proses failure batuan. Untuk beberapa bidang rupture
dimana memiliki tegangan normal yang sama besar maka bidang yang paling lemah
adalah bidang yang mempunyai tegangan geser paling besar. Untuk keadaan σ1 >σ2
>σ3 yang diposisikan pada bidang (τ, σ) terlihat bahwa lingkaran Mohr
Proposal Tugas Akhir

mempengaruhi kriteria failure.Failure terjadi apabila lingkaran Mohr menyinggung


kurva Mohr (kurva intrinsik) dan lingkaran tersebut disebut lingkaran
failure.Keruntuhan suatu batuan tergantung pada kohesi material dan besarnya
tegangan normal yang bekerja pada dinding keruntuhan tersebut. Oleh karena itu
kriteria Mohr-Coulomb didefinisikan sebagai berikut :
τ = C + σ tan ϴ …………………………………………………………(2.15)
Dengan :
τ = Tegangan Geser
C = Kohesi
σ = Tegangan Normal
tanϴ = Koefisien Geser Dalam dari Batuan
Berdasarkan Gambar 1, tegangan geser dinyatakan dalam rumus :
σm = (σ1 + σ3)1/2 …………………………………………………………(2.16)
Dalam Sumbu Kartesian x dan y :

𝜎𝑦 − 𝜎𝑥 2
R= + 𝜏𝑥𝑦 2 ………………………………………………….(2.17)
2

Dan menurut Mohr :


a = σm.Sinϴ + C.cosϴ …………………………………………………..(2.18)
σ1+σ3
a= 𝑠𝑖𝑛𝛳 + 𝐶. 𝑐𝑜𝑠𝛳 …………………………………………….....(2.19)
2
σ1+σ3
R= ………………………………………………………………..(2.20)
2

2.Dalam sumbu Kartesian x dan y :


σx +σy
a= 𝑠𝑖𝑛𝛳 + 𝐶. 𝑐𝑜𝑠𝛳 ……………………………………………….(2.21)
2
Proposal Tugas Akhir

Gambar 3 Kurva Mohr-Coulomb

Keterangan :
σ1 = Tegangan Mayor (MPa)
σ3 = Tegangan Minor (MPa)
τ = Tegangan Geser (MPa)
θ = Sudut Geser Dalam (°)
c = Kohesi (MPa)
a = Jarak dari pusat lingkaran menuju kurva interinsik (cm)
R = Jari- jari lingkaran (cm)
t = Kurva interinsik
Faktor keamanan (safety factor) dengan menggunakan kriteria Mohr-Coulomb
berdasarkan jarak dari titik pusat lingkaran Mohr ke garis kekuatan batuan (kurva
intrinsik) Dibagi dengan jari-jari lingkaran Mohr (lihat Gambar 3.3). Faktor
keamanan (FK) ini menyatakan perbandingan keadaan kekuatan batuan terhadap
tegangan yang bekerja pada batuan tersebut. Dimana :
𝑎
FK = 𝑅 …………………………………………………………………...(2.22)
𝜎1 +𝜎3
𝑠𝑖𝑛𝜃 +𝐶.𝑐𝑜𝑠𝜃
2
FK = 𝜎1 − 𝜎3 ……………………………………………………(2.23)
2

2.2.7 Tinjauan Teknis Sistem Perkuatan Rock Bolt


Secara umum, perkuatan dengan menggunakan rock bolt sangat efektif dalam
berbagai kondisi geologi dan geoteknik. Fungsi utama dari bolting pada atap adalah
untuk mengikat batuan hancur akibat adanya struktur geologi maupun rekahan batuan
Proposal Tugas Akhir

dari hasil peledakan. Sehingga atap tidak runtuh dan mampu menahan beban yang
diterima.
2.2.7.1 Fungsi Rock Bolt
Rock bolt dipandang sebagai suatu perkuatan yang berfungsi sebagai berikut :
1. Penahan, rock bolt harus dijangkarkan pada suatu daerah yang kuat dan mantap.
Baut ini dibebani secara prinsip oleh berat batuan yang disangga, baut tersebut
dapat dibebani secara parsial oleh tegangan geser jika analisa mempunyai
kemiringan terhadap gaya gravitasi. Kesulitan utama adalah mengevaluasi dari
daerah yang mungkin terjadi keruntuhan.
Model dari daerah yang tidak mantap disekitar lubang bukaan sangat banyak dan
sering didasarkan pada perhitungan dan hipotesa yang bebannyadiferifikasi pada
seluruh jenis batuan. Oleh karena itu, disarankan untuk mencari dasar yang lebih
realistis yaitu setiap kasus dari pengalaman dan pengukuran deformasi pada
bagian dalam dari massa batuan (misal dengan extensometer). Hal ini
memungkinkan diperolehnya suatu gambaran dari suatu pengetahuan langsung
dari volume yang tidak mantap dari batuan sekitarnya.
2. Penekan, aksi suatu penyanggan pada bidang ubang bukaan bawah tanah, melalui
gaya yang diaplikasikan dikonversikan menjadi tekanan rata-rata yang umumnya
sangat rendah dari nilai tegangan yang telah ada dalam batuan sebelum
dilakukan penggalian. Walaupun demikian, tekanan yang rendah ini dinilai
cukup pada banyak kasus untuk terlibat secara nyata dalam kondisi seimbang
dari batuan sekitar lubang bukaan.
3. Penguat, fungsi ini diakibatkan oleh penetrasi dari rock bolt kedalam batuan,
sehingga memeperkuat sifat mekanik pada skala massa batuan. Hal ini
dilakukan dengan memperbesar kekuatan batuan untuk bertahan terhadap
pembebanan. Selanjutnya, proses yang terjadi yang perlu digaris bawahi
bahwa ketiga fungsi tersebut biasa dikombinasikan satu sama lain.
Kenyataannya sulit dipisahkan pada suatu studi nyata dari unjuk kerja rock bolt
tersebut.
Proposal Tugas Akhir

Pada batuan berlapis, rock bolt akan mempersatukan perlapisan sehingga


memperbesar tebal dan manaikkan ketahanan terhadap perlengkungan. Rock bolt
akan mencegah gerakan antar lapisan dengan arah sepanjang bidang perlapisan.
Hal ini karena kuat geser dari rock bolt dan bertambahnya tegangan no rmal pada
bidang perlapisan.
2.2.7.2 Interaksi Rock Bolt
Interaksi dari setiap jenis penyanggaan yang digunakan memperlihatkan
respon massa batuan di sekeliling terowongan yang dapat dikaji dengan
memperhitungkan faktor keamanan disetiap kemajuan tambang.
Rock bolt sebagai salah satu jenis perkuatan yang umum digunakan pada
penambangan bawah tanah kapasitas penyanggaannya dapat dihitungan dengan
menggunakan persamaan berikut :
𝑇r𝑏
Prb max = 𝑆𝑖𝑆𝑐 …………………………………………………………...…(2.24)

Dimana :

Prb max = Tekanan penyangga maksimum Rock bolt (MPa)


Trb = Beban maksimum yang dapat diterima rock bolt (MN)

Sc = Spasi bolt secara tegak lurus arah penggalian (m)

Si = Spasi bolt searah penggalian lubang bukaan (m)


Table 7 Karakteristik Rock Bolt
Jenis Rock Bolt Tekanan/Perpindahan Diameter Terowongan (m)
4 6 8 10 12
Very light, 16 mm dia. Tekanan maksimu m – MPa 0,25 0,11 0,06 0,04 0,03
Pullout load = 0.11 MN Perpindahan maks. – mm 10 12 13 14 15
Light, 19 mm d ia. Tekanan maksimu m – MPa 0,40 0,18 0,10 0,06 0,04
Pullout load = 0.18 MN Perpindahan maks. – mm 12 14 15 17 18
Medium, 25 mm dia. Tekanan maksimu m – MPa 0,60 0,27 0,15 0,10 0,07
Pullout load = 0.27 MN Perpindahan maks. – mm 15 16 17 19 20
Heavy, 34 mm d ia. Tekanan maksimu m – MPa 0,77 0,34 0,19 0,12 0.09
Pullout load = 0.35 MN Perpindahan maks. – mm 19 21 22 23 24
Proposal Tugas Akhir

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian


3.1.1 Sumber Data
Dalam memecahkan permasalahan ini, dapat dilakukan dengan
menggabungkan antara teori dan data-data lapangan, terutama data-data primer
yang didapat dari perusahaan (PT. Nusa Halmahera Minerals) sehingga dari
keduanya didapat pendekatan penyelesaian masalah sebagai berikut :
a. Strudi literatur, tahapan ini dilakukan dengan mencari referensi atau
mengkaji data yang telah ada sebelumnya yang dapat menunjang
pelaksanaan penelitian.
b. Interview, tahapan ini dilakukan dengan cara tanya jawab dengan pihak
perusahaan terkait bidang penelitian yang dilakukan.
c. Observasi lapangan, motode ini dilakukan dengan mengamati secara
langsung objek penelitian, dalam hal ini yaitu lokasi pengamatan dan
keadaan struktur di sekitar lokasi pengamatan.

3.1.2 Pengumpulan Data


Dari hasil observasi dilokasi pengamatan dipero leh 2 data yaitu Data
primer dan Data Sekunder.
Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dilapangan
melalui kegiatan pengamatan dan wawancara, data primer terdiri dari :
- Data Rock Quality Density (RQD)
- Data nilai kuat tekan batuan utuh (UCS)
- Jarak/spasi kekar
- Kondisi Rekahan

Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari


berbagai sumber yang telah ada sebelumnya sebagai sumber data tambahan,
Proposal Tugas Akhir

data ini digunakan sebagai landasan pemikiran yang diperoleh sebagai literature
dan referensi. Data Sekunder terdiri dari :

- Uji Laboratorium Batuan


- Laporan Penelitian terdahulu yang relevan
- Data penunjang lainnya yang berhubungan dengan penelitian
- Profil Singkat Perusahaan
- Data Geologi Daerah Penelitian

3.1.3 Pengolahan Data


Setelah diperoleh data mentah dilapangan selanjutnya data tersebut diolah
agar dapat diketahui kestabilan lubang bukaan. Adapun cara pengolahan data
yaitu data-data yang diperoleh dilapangan diolah dengan menggunakan
program Microsoft excel dan Phase2 versi 8.0
3.1.4 Analisis Pengolahan Data
Pada tahapan ini dilakukan analisa pengolahan terhadap data yang telah
diperoleh dari tahap pengumpulan data yang selanjutnya digunakan untuk :
1. Analisis kestabilan sistem penyanggaan yang digunakan berdasarkan
klasifikasi massa batuan hasil korelasi antara metode RMR (Bieniawski)
dan Q-System (Barton)
2. Menghitung Faktor Keamanan (Safety Factor) Di lokasi penelitian
3. kesimpulan

3.2 Kesimpulan& Saran


Kesimpulan& Saran didapat dari hasil pengolahan data pada saat penelitian.
Proposal Tugas Akhir

3.4 Rencana Jadwal Penelitian


Penelitian ini direncanakan utnuk dilaksanakan dalam waktu 2 bulan dengan
waktu pengerjaan disesuaikan kebijakan perusahaan. Berikut perincian kegiatan
yang akan dilakukan.

No Waktu (Minggu Ke-)


Kegiatan
. 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Studi Literatur
2 Observasi Lapangan
3 Pengumpulan Data
4 Pengolahan Data
5 Penyusunan Laporan
Evaluasi& Penulisan
6
Laporan Akhir

Keterangan : Kegiatan tidak dilakukan


Kegiatan Dilakukan
Proposal Tugas Akhir

PENUTUP

Demikian proposal ini saya ajukan, untuk bahasan Tugas Akhir tersebut dapat
dirubah sesuai permintaan perusahaan karena alasan dan tingkat konsentrasi
kerja. Semoga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik dan dapat berguna bagi
semua pihak. Amin. Besar harapan saya akan bantuan semua pihak di PT Nusa
Halmahera Minerals (NHM) demi kelancaran serta suksesnya pelaksanaan Tugas
Akhir yang akan saya laksanakan.

Makassar, November 2019

Hormat Saya,

FIRDAUS
13 31 2 017

Anda mungkin juga menyukai