Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS PETROFISIKA SUMUR PADA CEKUNGAN

BROWSE DI DAERAH AUSTRALIA BARAT

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Syarat Akademik untuk Menyelesaikan Mata Kuliah


Proyek Rekayasa Geologi pada Program Studi Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi
Universitas Trisakti

Disusun Oleh :

OLIVER ENRICO ZEFANYA


072001900028

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLGI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS PETROFISIKA SUMUR PADA CEKUNGAN


BROWSE DI DAERAH AUSTRALIA BARAT

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Syarat Akademik untuk Menyelesaikan Mata Kuliah


Proyek Rekayasa Geologi pada Program Studi Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi
Universitas Trisakti

Disusun Oleh :
OLIVER ENRICO ZEFANYA
072001900028

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Perusahaan

Dr. Ir. M. Burhannudinnur, M.Sc.,IPM Wildan Tri Koesmawardani, S.T.,M.T.


NIK: 1978/USAKTI NIK: 3637/USAKTI

Mengetahui,
Program Studi Teknik Geologi

Dr. Suherman Dwi Nuryana, S.T.,M.T.


NIK: 2959/USAKTI

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal
dengan baik dengan judul “Analisis Petrofisika Sumur pada Cekungan Browse
di Daerah Australia Barat”. Proposal ini disusun untuk memenuhi proposal
Mata Kuliah Proyek Rekayasa Geologi pada Program Studi Teknik Geologi,
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti. Proposal ini
menjelaskan keadaan geologi pada Daerah Cekungan Browse Australia Barat
yang meliputi sifat, stratigrafi, sejarah geologi, serta evaluasi geologi yang
terdapat pada daerah dibawah permukaan.
Proposal ini dapat diselesaikan secara maksimal berkat dukungan, jasa,
bantuan dan partisipasi berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang memberikan kasih karunia, hikmat, akal budi,
kepintaran, perlindungan, dan penyertaan sampai saat ini.
2. Mama, Papa, Michelle dan Rocky yang selalu mendukung dan mendoakan
kepada penulis.
3. Uncle Albert yang selalu dukung dan membantu penulis
4. Bapak Wildan Tri Koesmawardani, S.T., M.T., Bapak Firman
Herdiansyah, S.T., M.T., selaku pembimbing Proyek Rekayasa Geologi di
perusahaan yang telah membantu, memberi masukan, dan ilmu baru
sehingga proposal ini dapat diselesaikan.
5. Bapak Dr. Suherman Dwi Nuryana, S.T., M.T. selaku Ketua Program
Studi Teknik Geologi dan Bapak Dr. Ir. Muhammad Burhannudinnur,
M.Sc., IPM selaku Dosen Mata Kuliah Proyek Rekayasa Geologi yang
selalu mendukung, memberikan semangat, tulus dan sabar dalam
membantu penulis menyelesaikan proposal pemetaan geologi ini.
6. Abang Mohamad Salsabila S.T. dan Koko Deny, S.T. selaku penasihat
Penyusunan Proposal Proyek Rekayasa Geologi yang sabar, tulus dan
selalu mendengar cerita penulis.

ii
7. Val yang telah menyemangati dan selalu menemani.
8. Pras, Wafa, Aldy, Irna, Manda, Migi, Rayhan, Dewi, yang meluangkan
waktu untuk bercerita dan memberi saran.
9. Teman – teman seperjuangan Geologi 2019 yang selalu berdiskusi,
bercerita, belajar, dan menemani penulis. Terima kasih telah melewati
suka duka perkuliahan bersama – sama.
10. Teman – teman BATM (Bang Amar, Bang Asa, Bang Ato, Bang Yudha,
Bang Firman, Bang Irul, Bang Jo Bang Iqbal, Bang Sul, Bang Pery, Kak
Nadia, Kak Sekar, Kak Sherly, Kak Ralya) yang telah membantu,
berdiskusi, dan bercerita bersama penulis.
Akhirnya, penulis sadari bahwa dalam menyusun proposal ini masih jauh
dari sempurna. Seperti pepatah mengatakan,”Tak ada gading yang tak retak”.
Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang
konstruktif untuk kesempurnaan penulisan proposal yang akan datang. Penulis
berharap agar proposal ini dapat bermanfaat.

Jakarta, 10 Oktober 2022


Penulis

iii
DAFTAR ISI

iv
DAFTAR TABEL

v
DAFTAR GAMBAR
Daftar lampiran

vi
BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Petrofisika merupakan salah satu karakteristik yang dimiliki oleh
sebuah batuan dan sangat lumrah ditemukan dalam ilmu geologi. Secara
umum, parameter petrofisika merupakan sifat fisik batuan yang meliputi nilai
porositas, permeabilitas, tingkat kejenuhan air, resistivitas batuan, dan
karakter fisik lainnya pada sebuah batuan. Parameter petrofisika sendiri
menjadi karakteristik yang penting dalam sebuah batuan, terutama dalam
membahas topik yang berkaitan dengan dunia migas. Selain karena
keberadaannya pada sebuah batuan, karakteristik petrofisik dapat
menggambarkan potensi dari cadangan hidrokarbon. Keberadaan dari potensi
cadangan hidrokarbon dapat digambarkan melalui parameter petrofisika.
Daerah penelitian yang dilakukan berada pada daerah Australia Barat,
tepatnya berada pada lepas pantai kota Broome Australia Barat, pada
cekungan barat laut yaitu cekungan browse. Dengan mengetahui karakteristik
petrofisika pada daerah ini, dapat diperkirakan evolusi porositas reservoir
daerah Australia Barat untuk evaluasi geologi kedepannya.

I.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini sebagai berikut
1. Bagaimana kondisi sumur – sumur pada Cekungan Browse ?
2. Bagaimana analisis karakteristik petrofisik pada sumur di Cekungan
Browse ?
3. Di mana daerah yang memiliki potensi hidrokarbon baru di Cekunagan
Browse?

I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud dalam proposal penelitian ini, yaitu untuk memahami
mekanisme kerja petrofisika dalam kegiatan industri minyak dan gas bumi.

1
Tujuan dalam proposal penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kondisi sumur
– sumur beserta karakteristiknya yang berada di Cekungan Browse sehingga
dapat menentukan titik sumur baru untuk dilakukannya tahap eksplorasi di
kemudian hari.

I.4 Ruang Lingkup Penelitian dan Batasan Masalah


Ruang lingkup penelitian ini adalah eksplorasi atau pemboran di
wilayah 52 kilometer sebelah utara Broome di Semenanjung Dampier,
Australia Barat, ConocoPhillips (Browse Basin) Pty Ltd. Lingkup alur
tahapan petrofisik menjelaskan bagaimana tahapan rancangan kegiatan
pengolahan data sumur ketika data telah didapatkan dan dirasa sudah
lengkap. Lingkup tahapan petrofisik mengolah dan menjelaskan tentang
bagaimana data yang didapat dari pengeboran sumur yang dilakukan oleh
wellsite geologist dapat menggambarkan keadaan batuan di bawah
permukaan, dan bagaimana pengolahan data yang didapatkan bisa
dimanfaatkan dengan baik menuju tahapan selanjutnya.
Terdapat beberapa batasan penelitian yang dapat dijelaskan, yaitu :
1. Data yang diolah dalam penelitian ini merupakan data ConocoPhillips
(Browse Basin) Pty Ltd pada sumur Boreas 1, Kronos 1, Pharos 1,
Poseidon 1, Poseidon 2, Poseidon North 1, Proteus 1 ST 2, dan Torosa 1.
2. Kegiatan pengolahan data petrofisik dalam penelitian ini menggunakan
data sumur yang tersedia dan dapat dibuka dengan software EPOS
Paradigm (Geolog).

I. 5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan ini, yaitu untuk mengetahui tata cara petrofisis
dalam mengolah data petrofisik sehingga menghasilkan interpretasi yang
dapat digunakan untuk mencari potensi minyak dan gas bumi yang berada di
Cekungan Browse.

2
BAB II TEORI DASAR

II.1 Fisiografi Regional


Secara administratif, data yang diambil berasal dari sumur yang
berada di lepas pantai Australia Barat, tepatnya pada cekungan Browse,
pada bagian Australia North West Shelf. Lokasi cekungan ini berada pada
sebelah utara Broome di Semenanjung Dampier, Australia Barat. Secara
umum, cekungan ini terdiri atas beberapa litologi seperti batulempung,
batupasir, batulempung karbonatan, batugamping / napal, vulkanik, dan
batulanau.
Dilihat dari fisiografinya (Gambar II.1), cekungan Browse berada
pada kawasan lepas pantai yang diapit oleh cekungan Bonaparte dan
cekungan Roebuck. Secara regional, cekungan ini berada dekat dengan
perbatasan negara Indonesia dengan Australia, tepatnya diapit oleh
kepulauan Nusa Tenggara Timur dengan Australia Barat. Perekonomian
pembangunan di sekitar cekungan Browse sering dipengaruhi oleh isolasi
daerah dan fakta bahwa sebagian besar cekungan terletak di perairan
dengan kedalaman lebih dari 200 meter. Saat ini satu-satunya kepentingan
Negara di Browse Basin dikaitkan dengan ladang gas Torosa.
Daerah cekungan ini mencakup area dengan luas sekitar 140.000
kilometer persegi yang berada di lepas pantai sebelah utara Broome.
Cekungan Browse disusun oleh beberapa sub-basin, seperti Leveque
Shelf, Yampi Shelf, Barcoo Sub-basin, Caswell Sub-basin, Scott Plateau,
Seringapatam Sub-basin. Cekungan ini diperkirakan telah terbentuk dan
berkembang melalui beberapa fase tektonik pada umur Karbon Akhir
hingga umur Miosen Akhir. Pada batulempung dengan umur Kapur Awal,
batuan ini membentuk sebuah segel yang menjadi tudung regional dan
mengandung potensial migas dan diperkirakan batuan induk yang
potensial berada di bawahnya, tepatnya pada batuan berumur Yura.

3
Dalam geologi regional akan membahas mengenai tektonik regional,
struktur regional serta stratigrafi regional pada daerah cekungan Browse,
Australia Barat.

Gambar II. 1 Peta Regional Australia Barat

II.2 Stratigrafi Regional


Pada daerah North-West Shelf (NWS), Cekungan Browse tersusun
oleh beberapa formasi batuan yang memiliki kisaran umur Trias hingga
umur Tersier pada kala Pliosen yang ditunjukkan pada Gambar II.2.
Jumlah formasi yang akan dijelaskan dalam subbab ini terdiri dari 10
formasi.

1. Formasi Nome
Formasi berumur Trias Akhir ini memiliki ketebalan lapisan
33.1m dengan litologi berupa perselingan Batupasir dan Batulanau.
Formasi ini dicirikan dengan nilai Gamma Ray (GR) antara 40 hingga

4
80 GAPI dan dengan lonjakan tertinggi 180 GAPI.
2. Formasi Plover
Formasi ini berumur awal Yura hingga pertengahan Yura dengan
ketebalan lapisan 431,9 meter pada kedalaman 4732,6 hingga 5356
meter. Litologi pada formasi Plover terbagi menjadi formasi Plover Top
Volcanics dan formasi Plover Top Reservoir. Formasi Plover Top
Reservoir dengan ketebalan 431,9 meter dengan batuan perselingan
Batulanau dan Batupasir.
3. Formasi Montara
Formasi berumur Yura akhir dengan ketebalan 104,7 meter
memiliki kedalaman 4.627,9 meter hingga 4.732.6 meter. Formasi ini
tersusun oleh litologi Batulanau dengan perselingan vulkanik dan
Batulempung.
4. Formasi Jamieson
Formasi berumur Kapur (Santonian – Aptian) ini memiliki
ketebalan lapisan 559,8 meter pada kedalaman 4.068,1 hingga 4.627,9
meter Litologi pada formasi ini terbagi menjadi Batulempung setebal
534,9 meter dan Batulanau dengan sedikit Kalsilutit, Batulempung, dan
Batupasir setebal 24,9 meter.
5. Formasi Woolaston / Gibson / Fenalon / Prudhoe
Kelompok formasi dengan ketebalan 196, 6 meter ini memiliki
umur Kapur akhir yang tersusun oleh litologi berupa Batulempung
Karbonatan bertingkat dengan Batulempung, dan berselingan dengan
Napal. Formasi ini berada pada kedalaman 3.871,5 meter hingga
4.068,1 meter.
6. Formasi Johnson
Formasi ini memiliki umur Paleosen dengan kedalaman 3.477,6
meter hingga 3.871,5 meter dengan ketebalan 393,9 meter. Formasi
Johnson terbagi kedalam dua unit litologi menjadi Anggota
Batugamping Johnson dan Anggota Batupasir Johnson.

5
7. Formasi Grebe
Formasi Grebe memiliki kisaran umur dari Eosen hingga
Paleosen dengan kedalaman 2.804,1 hingga 3.477,5 meter setebal 673,4
meter. Formasi ini terbagi menjadi dua unit litologi menjadi Anggota
Batugamping Heywood dan Baudin Marl Member.
8. Formasi Prion
Formasi berumur Eosen ini memiliki litologi berada pada
kedalaman 2.464,7 hingga 2.804,1 meter. Batuan pada formasi ini
memiliki karakteristik dengan GR bernilai rendah namun konsisten
dengan batuan berupa Kalkarenit dengan sedikit Rijang.
9. Formasi Oliver
Formasi ini memiliki litologi berupa Batugamping dengan
ketebalan sekitar 1.462,7 meter pada kedalaman 1.002 hingga 2.464,7
meter. Formasi ini dicirikan oleh nilai GR rendah dan resistivitas yang
cenderung menurun dengan keterdapatan Kalkarenit dengan sedikit
Kalsilutit.
10. Formasi Barracouta
Merupakan formasi batuan berumur Pliosen dengan kedalaman
518,4 hingga 1.002 meter. Formasi ini dicirikan oleh nilai GR medium
dan resistivitas diantara 0,4 hingga 2 ohm meter dengan ketebalan
formasi sebesar 483,6 meter. Formasi batuan ini tersusun atas
Batugamping Berpasir.

6
Gambar II. 2 Stratigrafi Regional Cekungan Browse

II.3 Struktur Regional


Pada Gambar II.3, North-West Shelf (NWS) berkembang setelah satu
atau dua fase rifting yang berkaitan dengan lepasnya India dari Australia
Barat. Fase akhir dari kegiatan rifting ini memungkinkan terbentuknya
struktural yang dominan pada cekungan Browse pada umur zaman

7
pertengahan Yura hingga zaman Kapur awal. Setelah aktivitas tektonik
tersebut berhenti, terdapat lapisan pasif margin sedimen yang mengendap
pada cekungan Browse dan menimbun relief struktural sebelumnya. Sejak
umur Eosen, North-West Shelf telah bergerak ke utara ke posisinya saat
ini. Tatanan tektonik baru dimulai pada umur Oligosen terbaru atau
Miosen awal dengan tabrakan antara margin utara Australia dan Busur
Banda.

Gambar II. 3 Peta Struktural Cekungan Browse

II.4 Log Gamma Ray


Gamma ray atau sering disebut juga dengan GR (Gambar II.4)
merupakan salah satu nilai parameter petrofisik. Nilai gamma ray
umumnya didapati melalui kegiatan mud logging yang dilakukan pada
suatu sumur. Gamma ray sendiri merupakan sebuah logging pada lubang
pengeboran yang memanfaatkan sifat radioaktif alami dari batuan yang di
bor. Unsur radioaktif alami yang terdapat pada batuan sendiri biasanya
berupa unsur uranium, thorium, potassium, radium, dan lain sebagainya.

8
Umumnya, unsur radioaktif akan banyak didapati pada batulempung
(shale) dan jarang didapati pada batuan seperti batupasir, batugamping,
dolomit, batubara, dan gipsum. Pengukuran nilai gamma ray sendiri
dilakukan dengan menurunkan instrumen gamma ray kedalam lubang bor
dan merekam radiasi sinar gamma dari batuan selama pengeboran. Hasil
pembacaan dari logging tersebut akan dihasilkan dalam satuan GAPI
dengan kisaran nilai dari 0 hingga 200 GAPI.

Gambar II. 4 Log Gamma Ray

9
II.5 Log Resistivitas
Log resistivitas (resistivity) (Gambar II.5) merupakan nilai petrofisik
pada batuan selain nilai gamma ray. Nilai resistivitas secara umum
memanfaatkan sifat tahanan kelistrikan dari batuan untuk mengukur sifat
batuan dan fluida pori seperti keberadaan air, gas, hingga minyak. alami dari
batuan yang di bor. Dengan menggunakan nilai resistivitas ini, dapat
diketahui zona hidrokarbon dan zona air, dimana semakin rendah nilai
resistivitas maka semakin tinggi saturasi air pada daerah tersebut. Bila
dijumpai nilai resistivitas yang tinggi, maka dapat diperkirakan zona
tersebut mengandung hidrokarbon karena minyak dan gas memiliki nilai
hambatan yang sangat tinggi. Hasil pembacaan dari logging ini akan
dihasilkan dalam satuan OHMM dengan kisaran nilai dari 0.2 hingga 2000

OHMM.
Gambar II. 5 Log Resistivity

10
II.6 Log Neutron dan Sonic
Log neutron (Gambar II.6) merupakan nilai neutron yang dinyatakan
dalam satuan V/V pada sebuah batuan, sedangkan log sonic mengukur
kelambatan gelombang mekanik menggunakan massa jenis. Kedua log ini
digunakan satu sama lain untuk mengetahui pori-pori atau porositas yang
memiliki potensi untuk terisi oleh hidrokarbon. Kandungan unsur hidrogen
merupakan unsur yang memperlambat neutron dalam batuan, sedangkan
kecepatan gelombang pada batuan dan fluida akan menggambarkan batuan
di bawah permukaan. Umumnya, log neutron dan log sonic ini akan
dikorelasikan dengan data dari log gamma ray (data triple combo) untuk
menggambarkan potensi hidrokarbon pada suatu sumur. Hasil pembacaan
dari log neutron dan log sonic ini akan dimasukkan ke dalam log dengan
interval yang saling berlawanan, dimana data crossing yang akan
digunakan.

Gambar II. 6 Log Neutron dengan Log Sonic

11
II.7 Porositas
Secara umum, porositas merupakan ruang kosong atau rongga antar
material yang merupakan fraksi dari volume ruang kosong terhadap total
volume. Dalam sebuah sedimen dan batuan karbonat, sistem pori pada
strukturnya akan jauh lebih kompleks dari batuan lain. Bentuk butir yang
beragam pada sebuah batuan karbonat akan membentuk kerangka, bentuk
porositas, hingga pertumbuhan porositas yang lebih beragam pada
batuannya. Sistem pori pada batuan karbonat yang kompleks akan
membentuk porositas primer dan porositas sekunder yang lebih beragam
dan kompleks. Gambar II.7 merupakan contoh dari log porositas.

Gambar II. 7 Log Porositas

12
II.8 Reservoir
Dalam penerapan konsepnya, reservoir (Gambar II.8) merupakan
sebuah tempat untuk menyimpan cadangan seperti hidrokarbon. Dalam
sebuah sistem migas, reservoir merupakan sebuah batuan yang menjadi
tempat terakumulasinya fluida hidrokarbon yang telah bermigrasi dari
batuan induk. Sebuah batuan reservoir sendiri akan mempengaruhi sistem
jebakan hidrokarbon yang akan menjaga agar hidrokarbon tidak bocor dan
terakumulasi pada batuan tersebut. Batuan karbonat sangat baik dijadikan
sebagai batuan reservoir dilihat dari banyaknya pori-pori yang banyak
untuk menyimpan hidrokarbon, batuannya yang cukup keras untuk diteliti
secara berulang, hingga jenis batuan karbonat yang dapat menggambarkan
lingkungan pengendapan secara lebih detail.

Gambar II. 8 Contoh model reservoir pada sistem minyak bumi

13
BAB III METODELOGI PENELITIAN

Dalam kegiatan magang ini, dilakukan metode pengolahan data dan analisis.
Penelitian ini dilakukan selama kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka
(MBKM) tahun 2022 di perusahaan Badan Afiliasi Teknologi Mineral Universitas
Trisakti (BATM USAKTI). Penulis melakukan studi literatur berupa geologi
regional yang meliputi tektonik, struktur dan stratigrafi pada Sumur Poseidon.
Hasil studi literatur pada akhirnya akan digabungkan dan dielaborasi dengan data
pengolahan dan analisis data.

III.1 Metodologi
Terdapat dua metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini,
yaitu pengolahan data dan analisis data. Pengolahan data dan analisis pada
penyusunan skripsi ini menggunakan perangkat lunak Epos Paradigm
(Geolog) dengan menggunakan data petrofisik dan data sumur.

III.2 Jadwal Penelitian


Penelitian dalam kegiatan magang di perusahaan ini dilakukan dalam
waktu kurang lebih empat bulan. Penelitian dimulai dengan pengumpulan
data yang akan mengumpulkan dan mendata setiap data yang akan
digunakan serta studi literatur yang diperkirakan akan memakan waktu
satu bulan. Pada bulan kedua, direncanakan pengolahan data menggunakan
sumur serta pada daerah penelitian yang akan memakan waktu sekitar dua
bulan. Ketika pengolahan data, akan dilakukan implementasi hasil
pengolahan pada sumur untuk menganalisis sistem migas pada sumur.
Pada bulan keempat, dilakukan implementasi serta analisa hasil yang telah
didapat, yang kemudian akan disusun kedalam sebuah proposal. Diagram
alir penelitian ini terdapat pada Gambar III.1.

14
Tabel III. 1 Diagram Alir Kegiatan Pengolahan Petrofisika

15
3.2 Perencanaan Pekerjaan dan Pembagian Tugas

Table 3.1 Perencanaan Pekerjaan dan Pembagian Tugas

Gambar 3.7 Grafik Kemajuan Projek Rekayasa Geologi

1
BAB IV
PEMBAHASAN

Penelitian pada daerah ini memiliki banyak area dataran tinggi yang
bisa ditemukan. Sebab itu, tidak jarang pula kita mendengar terjadinya
bencana longsor atau tanah geser lainnya. Salah satu pokok bahasan dalam
penelitian ini adalah mengenai dinding penahan tanah atau retaining walls
yang merupakan komponen konstruksi yang bisa mencegah hal tersebut
terjadi. Ada sejumlah jenis dinding penahan tanah yang dibedakan menurut
bentuk konstruksinya. Meskipun sama-sama menopang tanah, terdapat
perbedaan fungsi sesuai jenisnya masing-masing.

Retaining walls atau dinding penahan tanah adalah salah satu


bentuk konstruksi. Pada kebanyakan kasus, dinding ini bisa Anda temukan
di daerah dataran tinggi. Namun ada juga beberapa yang menggunakannya

2
pada daerah pinggir pantai, sungai, skyroad dan basement gedung. Sama
seperti namanya, fungsi dinding penahan tanah adalah sebagai tembok
yang menyangga pergerakan tanah. Namun jika ingin meninjaunya lebih
lanjut, berikut ini penjelasan lengkap tentang tiga fungsi dinding penahan
tanah, yaitu:

1. Active Lateral Force Soil yaitu fungsi mencegah runtuhnya lateral tanah,
misalnya longsor atau landslide
2. Lateral Force Water yaitu fungsi mencegah keruntuhan tanah lateral yang
diakibatkan oleh tekanan air berlebih
3. Flow net cut off yaitu fungsi memotong aliran air pada tanah

Di samping itu, ada juga beberapa kegunaan lain dari penahan tanah sesuai
lokasi pembuatannya, seperti:

● Flood walls atau desain dinding penopang tanah yang ada di pinggir sungai
berguna untuk mengurangi dan menahan banjir
● Pada konstruksi jalan raya yang bertujuan untuk mendapat perbedaan elevasi
● Sebagai penopang yang membatasi pembangunan jalan raya atau kereta api di
daerah lereng
● Menyangga tanah di sekitar bangunan atau gedung.

Jenis-Jenis Dinding Penahan Tanah


Berdasarkan cara untuk mencapai stabilitasnya, maka dinding
penahan tanah dapat digolongkan dalam beberapa jenis yaitu dinding
gravitasi, dinding Cantilever, dinding counterfort. Beberapa jenis dinding
penahan tanah antara lain :

a. Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi (gravity wall)

3
Dinding ini dibuat dari beton tidak bertulang atau pasangan batu,
terkadang pada dinding jenis ini dipasang tulangan pada permukaan
dinding untuk mencegah retakan permukaan akibat perubahan temperature
(Tanjung, 2016).

b. Dinding Penahan Tanah Tipe Kantilever (cantilever retaining wall)

Dinding ini terdiri dari kombinasi dinding dengan beton bertulang


yang berbentuk huruf T. Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat
sendiri dinding penahan dan berat tanah di atas tumit tapak (hell). Terdapat
3 bagian struktur yang berfungsi sebagai kantiliver, yaitu bagian dinding
vertikal (steem), tumit tapak dan ujung kaki tapak (toe). Biasanya
ketinggian dinding ini tidak lebih dari 6 – 7 meter (Tanjung, 2016).

c. Dinding Penahan Tanah Tipe Counterfort

Dinding ini terdiri dari dinding beton bertulang tipis yang di bagian
dalam dinding pada jarak tertentu didukung oleh dinding vertikal yang
disebut counterfort (dinding penguat). Ruang di atas dinding pondasi diisi
dengan tanah urug Apabila tekanan tanah aktif pada dinding vertikal cukup
besar, maka bagian dinding vertikal dan tumit perlu disatukan. Counterfort
berfungsi sebagai pengikat tarik dinding vertikal dan ditempatkan pada
bagian timbunan dengan interfal jarak tertentu. Dinding counterfort akan
lebih ekonomis digunakan bila ketinggian dinding lebih dari 7 meter
(Tanjung, 2016).

4
BAB V
PENUTUP

Pada penelitian ini meliputi serta menjelaskan mengenai Gerakan Tanah


yang berdampak pada daerah dengan alur tahapan yaitu menetukan Sumber
Data (tentang Litologi Batuan, Lereng dan Material, dan Faktor alternatif),
Mengumpulkan Data, Analisis Data, dan melakukan penggambaran model
yaitu Retaining wall. Dinding penahan tanah (Retaining wall) digunakan
untuk mencegah material agar tidak longsor. Dinding penahan tanah
(Retaining wall) adalah suatu bangunan yang dibangun untuk mencegah
keruntuhan tanah yang curam atau lereng yang dibangun di tempat di mana
kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri,
dipengaruhi oleh kondisi gambaran topografi tempat itu, bila dilakukan
pekerjaan tanah seperti penanggulan atau pemotongan tanah. (Sudarmanto,
1996).

Terdapat beberapa batasan penelitian yang dapat dijelaskan, yaitu :


1. Kegiatan Analisis Gerakan Tanah yang diolah dalam penelitian ini adalah data yang
berasal dari Jurnal Publikasi dan data dari PVMBG.

5
2. Kegiatan Rancangan Retaining Wall dalam penelitian ini berlokasi di Desa
Kalijering, Kecamatan Padureso, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah

Adapun metode yang dilakukan pada penelitian ini berupa


pendekatan metode kuantitatif (metode statistik). Hal - hal yang akan
dilakukan dalam analisis gerakan tanah dan perancangan retaining walls
pada daerah Kabupaten Kebumen meliputi menentukan sumber data,
mengumpulkan data, cleaning data, analisis data, Perhitungan data dengan
menggunakan Angka pori, Porositas, Kadar Air, Derajat Kejenuhan, Berat
Jenis Tanah Basah dan Berat Jenis Tanah Kering, dan yang terakhir adalah
pembuatan model dengan menggunakan jenis Konstruksi yaitu Dinding
Penahan Tanah Tipe Gravitasi (gravity wall), Dinding Penahan Tanah Tipe
Kantilever (cantilever retaining wall),Dinding Penahan Tanah Tipe
Counterfort

DAFTAR PUSTKA

6
Syafruddin, 2004. Desain Dinding Penahan Tanah (Retaining Walls) di Tanah
Rawa Pada Proyek
Jalan, Jurnal Info Teknik, Vol 5 no. 2, 103 - 109.

Oscar F, Abdul H, 2010. Analisa stabilitas dinding penahan tanah


(retaining wall) akibat beban
dinamis dengan simulasi numerik. Universitas Andalas.

NAVFAC DM ± 7.1, Soil Mechanics Design Manual 7.1, Departement of the


naval facilities
engineering command, 200 Stovall street Alexandria, VA 22332.
Diakses pada tanggal 30
September 2022.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2021. Proposal Pemeriksaan


Gerakan Tanah Di
Desa Kalijering Kec.padureso, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi - Badan Geologi (esdm.go.id).
Diakses pada September
2022.

Nakazawa, Kazuto, Suyono Sosrodarsono, 2000, Mekanika Tanah dan Teknik


Pondasi, PT.
Pradnya Paramita, Jakarta.

Concrete, Reinforcement, 2021. Retaining Walls Explained : Type, Forces,


Failure, and

7
Reinforcement.

Anda mungkin juga menyukai