PROPOSAL
Disusun Oleh :
i
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL
Disusun Oleh :
OLIVER ENRICO ZEFANYA
072001900028
Menyetujui,
Mengetahui,
Program Studi Teknik Geologi
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal
dengan baik dengan judul “Analisis Petrofisika Sumur pada Cekungan Browse
di Daerah Australia Barat”. Proposal ini disusun untuk memenuhi proposal
Mata Kuliah Proyek Rekayasa Geologi pada Program Studi Teknik Geologi,
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti. Proposal ini
menjelaskan keadaan geologi pada Daerah Cekungan Browse Australia Barat
yang meliputi sifat, stratigrafi, sejarah geologi, serta evaluasi geologi yang
terdapat pada daerah dibawah permukaan.
Proposal ini dapat diselesaikan secara maksimal berkat dukungan, jasa,
bantuan dan partisipasi berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang memberikan kasih karunia, hikmat, akal budi,
kepintaran, perlindungan, dan penyertaan sampai saat ini.
2. Mama, Papa, Michelle dan Rocky yang selalu mendukung dan mendoakan
kepada penulis.
3. Uncle Albert yang selalu dukung dan membantu penulis
4. Bapak Wildan Tri Koesmawardani, S.T., M.T., Bapak Firman
Herdiansyah, S.T., M.T., selaku pembimbing Proyek Rekayasa Geologi di
perusahaan yang telah membantu, memberi masukan, dan ilmu baru
sehingga proposal ini dapat diselesaikan.
5. Bapak Dr. Suherman Dwi Nuryana, S.T., M.T. selaku Ketua Program
Studi Teknik Geologi dan Bapak Dr. Ir. Muhammad Burhannudinnur,
M.Sc., IPM selaku Dosen Mata Kuliah Proyek Rekayasa Geologi yang
selalu mendukung, memberikan semangat, tulus dan sabar dalam
membantu penulis menyelesaikan proposal pemetaan geologi ini.
6. Abang Mohamad Salsabila S.T. dan Koko Deny, S.T. selaku penasihat
Penyusunan Proposal Proyek Rekayasa Geologi yang sabar, tulus dan
selalu mendengar cerita penulis.
ii
7. Val yang telah menyemangati dan selalu menemani.
8. Pras, Wafa, Aldy, Irna, Manda, Migi, Rayhan, Dewi, yang meluangkan
waktu untuk bercerita dan memberi saran.
9. Teman – teman seperjuangan Geologi 2019 yang selalu berdiskusi,
bercerita, belajar, dan menemani penulis. Terima kasih telah melewati
suka duka perkuliahan bersama – sama.
10. Teman – teman BATM (Bang Amar, Bang Asa, Bang Ato, Bang Yudha,
Bang Firman, Bang Irul, Bang Jo Bang Iqbal, Bang Sul, Bang Pery, Kak
Nadia, Kak Sekar, Kak Sherly, Kak Ralya) yang telah membantu,
berdiskusi, dan bercerita bersama penulis.
Akhirnya, penulis sadari bahwa dalam menyusun proposal ini masih jauh
dari sempurna. Seperti pepatah mengatakan,”Tak ada gading yang tak retak”.
Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang
konstruktif untuk kesempurnaan penulisan proposal yang akan datang. Penulis
berharap agar proposal ini dapat bermanfaat.
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
Daftar lampiran
vi
BAB I PENDAHULUAN
1
Tujuan dalam proposal penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kondisi sumur
– sumur beserta karakteristiknya yang berada di Cekungan Browse sehingga
dapat menentukan titik sumur baru untuk dilakukannya tahap eksplorasi di
kemudian hari.
I. 5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan ini, yaitu untuk mengetahui tata cara petrofisis
dalam mengolah data petrofisik sehingga menghasilkan interpretasi yang
dapat digunakan untuk mencari potensi minyak dan gas bumi yang berada di
Cekungan Browse.
2
BAB II TEORI DASAR
3
Dalam geologi regional akan membahas mengenai tektonik regional,
struktur regional serta stratigrafi regional pada daerah cekungan Browse,
Australia Barat.
1. Formasi Nome
Formasi berumur Trias Akhir ini memiliki ketebalan lapisan
33.1m dengan litologi berupa perselingan Batupasir dan Batulanau.
Formasi ini dicirikan dengan nilai Gamma Ray (GR) antara 40 hingga
4
80 GAPI dan dengan lonjakan tertinggi 180 GAPI.
2. Formasi Plover
Formasi ini berumur awal Yura hingga pertengahan Yura dengan
ketebalan lapisan 431,9 meter pada kedalaman 4732,6 hingga 5356
meter. Litologi pada formasi Plover terbagi menjadi formasi Plover Top
Volcanics dan formasi Plover Top Reservoir. Formasi Plover Top
Reservoir dengan ketebalan 431,9 meter dengan batuan perselingan
Batulanau dan Batupasir.
3. Formasi Montara
Formasi berumur Yura akhir dengan ketebalan 104,7 meter
memiliki kedalaman 4.627,9 meter hingga 4.732.6 meter. Formasi ini
tersusun oleh litologi Batulanau dengan perselingan vulkanik dan
Batulempung.
4. Formasi Jamieson
Formasi berumur Kapur (Santonian – Aptian) ini memiliki
ketebalan lapisan 559,8 meter pada kedalaman 4.068,1 hingga 4.627,9
meter Litologi pada formasi ini terbagi menjadi Batulempung setebal
534,9 meter dan Batulanau dengan sedikit Kalsilutit, Batulempung, dan
Batupasir setebal 24,9 meter.
5. Formasi Woolaston / Gibson / Fenalon / Prudhoe
Kelompok formasi dengan ketebalan 196, 6 meter ini memiliki
umur Kapur akhir yang tersusun oleh litologi berupa Batulempung
Karbonatan bertingkat dengan Batulempung, dan berselingan dengan
Napal. Formasi ini berada pada kedalaman 3.871,5 meter hingga
4.068,1 meter.
6. Formasi Johnson
Formasi ini memiliki umur Paleosen dengan kedalaman 3.477,6
meter hingga 3.871,5 meter dengan ketebalan 393,9 meter. Formasi
Johnson terbagi kedalam dua unit litologi menjadi Anggota
Batugamping Johnson dan Anggota Batupasir Johnson.
5
7. Formasi Grebe
Formasi Grebe memiliki kisaran umur dari Eosen hingga
Paleosen dengan kedalaman 2.804,1 hingga 3.477,5 meter setebal 673,4
meter. Formasi ini terbagi menjadi dua unit litologi menjadi Anggota
Batugamping Heywood dan Baudin Marl Member.
8. Formasi Prion
Formasi berumur Eosen ini memiliki litologi berada pada
kedalaman 2.464,7 hingga 2.804,1 meter. Batuan pada formasi ini
memiliki karakteristik dengan GR bernilai rendah namun konsisten
dengan batuan berupa Kalkarenit dengan sedikit Rijang.
9. Formasi Oliver
Formasi ini memiliki litologi berupa Batugamping dengan
ketebalan sekitar 1.462,7 meter pada kedalaman 1.002 hingga 2.464,7
meter. Formasi ini dicirikan oleh nilai GR rendah dan resistivitas yang
cenderung menurun dengan keterdapatan Kalkarenit dengan sedikit
Kalsilutit.
10. Formasi Barracouta
Merupakan formasi batuan berumur Pliosen dengan kedalaman
518,4 hingga 1.002 meter. Formasi ini dicirikan oleh nilai GR medium
dan resistivitas diantara 0,4 hingga 2 ohm meter dengan ketebalan
formasi sebesar 483,6 meter. Formasi batuan ini tersusun atas
Batugamping Berpasir.
6
Gambar II. 2 Stratigrafi Regional Cekungan Browse
7
pertengahan Yura hingga zaman Kapur awal. Setelah aktivitas tektonik
tersebut berhenti, terdapat lapisan pasif margin sedimen yang mengendap
pada cekungan Browse dan menimbun relief struktural sebelumnya. Sejak
umur Eosen, North-West Shelf telah bergerak ke utara ke posisinya saat
ini. Tatanan tektonik baru dimulai pada umur Oligosen terbaru atau
Miosen awal dengan tabrakan antara margin utara Australia dan Busur
Banda.
8
Umumnya, unsur radioaktif akan banyak didapati pada batulempung
(shale) dan jarang didapati pada batuan seperti batupasir, batugamping,
dolomit, batubara, dan gipsum. Pengukuran nilai gamma ray sendiri
dilakukan dengan menurunkan instrumen gamma ray kedalam lubang bor
dan merekam radiasi sinar gamma dari batuan selama pengeboran. Hasil
pembacaan dari logging tersebut akan dihasilkan dalam satuan GAPI
dengan kisaran nilai dari 0 hingga 200 GAPI.
9
II.5 Log Resistivitas
Log resistivitas (resistivity) (Gambar II.5) merupakan nilai petrofisik
pada batuan selain nilai gamma ray. Nilai resistivitas secara umum
memanfaatkan sifat tahanan kelistrikan dari batuan untuk mengukur sifat
batuan dan fluida pori seperti keberadaan air, gas, hingga minyak. alami dari
batuan yang di bor. Dengan menggunakan nilai resistivitas ini, dapat
diketahui zona hidrokarbon dan zona air, dimana semakin rendah nilai
resistivitas maka semakin tinggi saturasi air pada daerah tersebut. Bila
dijumpai nilai resistivitas yang tinggi, maka dapat diperkirakan zona
tersebut mengandung hidrokarbon karena minyak dan gas memiliki nilai
hambatan yang sangat tinggi. Hasil pembacaan dari logging ini akan
dihasilkan dalam satuan OHMM dengan kisaran nilai dari 0.2 hingga 2000
OHMM.
Gambar II. 5 Log Resistivity
10
II.6 Log Neutron dan Sonic
Log neutron (Gambar II.6) merupakan nilai neutron yang dinyatakan
dalam satuan V/V pada sebuah batuan, sedangkan log sonic mengukur
kelambatan gelombang mekanik menggunakan massa jenis. Kedua log ini
digunakan satu sama lain untuk mengetahui pori-pori atau porositas yang
memiliki potensi untuk terisi oleh hidrokarbon. Kandungan unsur hidrogen
merupakan unsur yang memperlambat neutron dalam batuan, sedangkan
kecepatan gelombang pada batuan dan fluida akan menggambarkan batuan
di bawah permukaan. Umumnya, log neutron dan log sonic ini akan
dikorelasikan dengan data dari log gamma ray (data triple combo) untuk
menggambarkan potensi hidrokarbon pada suatu sumur. Hasil pembacaan
dari log neutron dan log sonic ini akan dimasukkan ke dalam log dengan
interval yang saling berlawanan, dimana data crossing yang akan
digunakan.
11
II.7 Porositas
Secara umum, porositas merupakan ruang kosong atau rongga antar
material yang merupakan fraksi dari volume ruang kosong terhadap total
volume. Dalam sebuah sedimen dan batuan karbonat, sistem pori pada
strukturnya akan jauh lebih kompleks dari batuan lain. Bentuk butir yang
beragam pada sebuah batuan karbonat akan membentuk kerangka, bentuk
porositas, hingga pertumbuhan porositas yang lebih beragam pada
batuannya. Sistem pori pada batuan karbonat yang kompleks akan
membentuk porositas primer dan porositas sekunder yang lebih beragam
dan kompleks. Gambar II.7 merupakan contoh dari log porositas.
12
II.8 Reservoir
Dalam penerapan konsepnya, reservoir (Gambar II.8) merupakan
sebuah tempat untuk menyimpan cadangan seperti hidrokarbon. Dalam
sebuah sistem migas, reservoir merupakan sebuah batuan yang menjadi
tempat terakumulasinya fluida hidrokarbon yang telah bermigrasi dari
batuan induk. Sebuah batuan reservoir sendiri akan mempengaruhi sistem
jebakan hidrokarbon yang akan menjaga agar hidrokarbon tidak bocor dan
terakumulasi pada batuan tersebut. Batuan karbonat sangat baik dijadikan
sebagai batuan reservoir dilihat dari banyaknya pori-pori yang banyak
untuk menyimpan hidrokarbon, batuannya yang cukup keras untuk diteliti
secara berulang, hingga jenis batuan karbonat yang dapat menggambarkan
lingkungan pengendapan secara lebih detail.
13
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Dalam kegiatan magang ini, dilakukan metode pengolahan data dan analisis.
Penelitian ini dilakukan selama kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka
(MBKM) tahun 2022 di perusahaan Badan Afiliasi Teknologi Mineral Universitas
Trisakti (BATM USAKTI). Penulis melakukan studi literatur berupa geologi
regional yang meliputi tektonik, struktur dan stratigrafi pada Sumur Poseidon.
Hasil studi literatur pada akhirnya akan digabungkan dan dielaborasi dengan data
pengolahan dan analisis data.
III.1 Metodologi
Terdapat dua metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini,
yaitu pengolahan data dan analisis data. Pengolahan data dan analisis pada
penyusunan skripsi ini menggunakan perangkat lunak Epos Paradigm
(Geolog) dengan menggunakan data petrofisik dan data sumur.
14
Tabel III. 1 Diagram Alir Kegiatan Pengolahan Petrofisika
15
3.2 Perencanaan Pekerjaan dan Pembagian Tugas
1
BAB IV
PEMBAHASAN
Penelitian pada daerah ini memiliki banyak area dataran tinggi yang
bisa ditemukan. Sebab itu, tidak jarang pula kita mendengar terjadinya
bencana longsor atau tanah geser lainnya. Salah satu pokok bahasan dalam
penelitian ini adalah mengenai dinding penahan tanah atau retaining walls
yang merupakan komponen konstruksi yang bisa mencegah hal tersebut
terjadi. Ada sejumlah jenis dinding penahan tanah yang dibedakan menurut
bentuk konstruksinya. Meskipun sama-sama menopang tanah, terdapat
perbedaan fungsi sesuai jenisnya masing-masing.
2
pada daerah pinggir pantai, sungai, skyroad dan basement gedung. Sama
seperti namanya, fungsi dinding penahan tanah adalah sebagai tembok
yang menyangga pergerakan tanah. Namun jika ingin meninjaunya lebih
lanjut, berikut ini penjelasan lengkap tentang tiga fungsi dinding penahan
tanah, yaitu:
1. Active Lateral Force Soil yaitu fungsi mencegah runtuhnya lateral tanah,
misalnya longsor atau landslide
2. Lateral Force Water yaitu fungsi mencegah keruntuhan tanah lateral yang
diakibatkan oleh tekanan air berlebih
3. Flow net cut off yaitu fungsi memotong aliran air pada tanah
Di samping itu, ada juga beberapa kegunaan lain dari penahan tanah sesuai
lokasi pembuatannya, seperti:
● Flood walls atau desain dinding penopang tanah yang ada di pinggir sungai
berguna untuk mengurangi dan menahan banjir
● Pada konstruksi jalan raya yang bertujuan untuk mendapat perbedaan elevasi
● Sebagai penopang yang membatasi pembangunan jalan raya atau kereta api di
daerah lereng
● Menyangga tanah di sekitar bangunan atau gedung.
3
Dinding ini dibuat dari beton tidak bertulang atau pasangan batu,
terkadang pada dinding jenis ini dipasang tulangan pada permukaan
dinding untuk mencegah retakan permukaan akibat perubahan temperature
(Tanjung, 2016).
Dinding ini terdiri dari dinding beton bertulang tipis yang di bagian
dalam dinding pada jarak tertentu didukung oleh dinding vertikal yang
disebut counterfort (dinding penguat). Ruang di atas dinding pondasi diisi
dengan tanah urug Apabila tekanan tanah aktif pada dinding vertikal cukup
besar, maka bagian dinding vertikal dan tumit perlu disatukan. Counterfort
berfungsi sebagai pengikat tarik dinding vertikal dan ditempatkan pada
bagian timbunan dengan interfal jarak tertentu. Dinding counterfort akan
lebih ekonomis digunakan bila ketinggian dinding lebih dari 7 meter
(Tanjung, 2016).
4
BAB V
PENUTUP
5
2. Kegiatan Rancangan Retaining Wall dalam penelitian ini berlokasi di Desa
Kalijering, Kecamatan Padureso, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah
DAFTAR PUSTKA
6
Syafruddin, 2004. Desain Dinding Penahan Tanah (Retaining Walls) di Tanah
Rawa Pada Proyek
Jalan, Jurnal Info Teknik, Vol 5 no. 2, 103 - 109.
7
Reinforcement.