Anda di halaman 1dari 31

TEKNIK DIGITAL (5TLBC204) - 20192

Fiqqih Faizah 1

D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya


Materi ini meliputi:
1. Sistem bilangan
2. Konversi bilangan

D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 2


 Sistem bilangan (number system) adalah suatu cara untuk mewakili besaran dari
suatu item fisik.
 Ada beberapa sistem bilangan yang familiar digunakan dalam sistem digital, yaitu:
 Sistem bilangan desimal
 Sistem bilangan biner
 Sistem bilangan oktal
 Sistem bilangan heksadesimal

 Sistem bilangan yang banyak dipergunakan oleh manusia adalah sistem bilangan
desimal, yaitu sistem bilangan yang menggunakan 10 macam simbol untuk
mewakili suatu besaran. Sistem ini banyak digunakan karena manusia
mempunyai sepuluh jari untuk dapat membantu perhitungan.
 Banyaknya simbol yang mewakili angka dalam suatu sistem bilangan disebut
dengan Basis atau Radiks yang dituliskan sebagai lambang kecil mengikuti
bilangan utama (2910, A516, dsb)

D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 3


Sistem Radiks Himpunan/elemen Digit Contoh

Desimal r=10 {0,1,2,3,4,5,6,7,8,9} 25510

Biner r=2 {0,1} 111111112

Oktal r= 8 {0,1,2,3,4,5,6,7} 3778

Heksadesimal r=16 {0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A, B, C, D, E, F} FF16

Desimal 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Heksa 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 A B C D E F
Biner 0000 0001 0010 0011 0100 0101 0110 0111 1000 1001 1010 1011 1100 1101 1110 1111

D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 4


 Sistem bilangan berbasis 10 atau radiks 10
 Angka yang digunakan: {0,1,2,3,4,5,6,7,8,9}
 Nilai posisinya :..,103,102,101,100,10-1,...
 Bobot untuk bilangan desimal adalah :
 Bobot satuan : 100 = 1
 Bobot puluhan : 101 = 10
 Bobot ratusan : 102 = 100
 Bobot ribuan : 103 = 1000 , dst
 Radiks desimal seringkali pula tidak ditulis setelah angka
bilangannya

D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 5


 Nilai suatu bilangan merupakan hasil penjumlahan dari
perkalian setiap angka/digit dengan bobot tempat angka
tersebut berada.
Misalnya : bilangan desimal 285 (atau ditulis 28510)

ratusan puluhan satuan


28510 = (2 x 102) + (8 x 101) + (5 x 100)
= 200 + 80 + 5

D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 6


 Sistem bilangan berbasis atau radiks 2
 Angka yang digunakan: {0, 1}
 Nilai posisinya :….25,24,23,22,21,20…
 Setiap digit biner (binary digit) disebut bit.
 Bobot faktor biner :

bit ke-5 bit ke-4 bit ke-3 bit ke-2 bit ke-1 bit ke-0
Bobot 25 24 23 22 21 20
Desimal 32 16 8 4 2 1

D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 7


 Bit ke-0 (bit paling kanan) dari bilangan biner merupakan bit
yang tidak signifikan (LSB, Least Significant Bit).
 Bit paling kiri dari bilangan biner merupakan bit yang paling
signifikan (MSB, Most Significant Bit).
 Contoh :
B5 B4 B3 B2 B1 B0
1 0 0 1 1 0

MSB LSB
Catatan:
Untuk pekerjaan dalam elektronika digital, Anda harus
menghafal simbol biner yang digunakan untuk cacah paling
sedikit sampai 9.
D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 8
 Disebut bilangan radiks 8 Desimal Biner Oktal
 Angka yang digunakan:
0 000 0
1 001 1
{0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7} 2 010 2
 Merupakan metode dari 3 011 3
pengelompokan 3 bit 4 100 4
 Biasanya digunakan oleh 5 101 5
perusahaan komputer 6 110 6
yang menggunakan kode 7 111 7
3 bit untuk 8 1000 10
merepresentasikan 9 1001 11
instruksi/operasi 10 1010 12
D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik
9
Penerbangan Surabaya
 Sistem bilangan berbasis 16
 Menggunakan 16 simbol, yaitu :
{0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F}.
Huruf A untuk cacahan 10, B untuk 11, C untuk
12, D untuk 13, E untuk 14, dan F untuk 15.
 Merupakan metode dari pengelompokan 4 bit
 Komputer digital dan sistem yang berdasarkan
mikroprosesor menggunakan sistem bilangan
heksadesimal

D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 10


Desimal Biner Oktal Heksadesimal Catatan:
0 0000 0 0 - Pengelompokan 3
1 0001 1 1 digit pada oktal
2 0010 2 2 karena biner tertinggi
3 0011 3 3 untuk angka 7
4 0100 4 4 sejumlah 3 digit (111)
5 0101 5 5
6 0110 6 6 - Pengelompokan 4
7 0111 7 7 digit pada
8 1000 10 8 heksadesimal karena
9 1001 11 9 biner tertinggi untuk
10 1010 12 A angka F sejumlah 4
11 1011 13 B digit (1111)
12 1100 14 C
13 1101 15 D
14 1110 16 E
15 1111 17 F

D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 11


D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 12
 Sistem bilangan dituliskan secara matematis:

Bilangan : Dr  d n 1d n  2  d1d 0 d 1  d  n


Dr  i   n d i  r i
n 1
Nilai :

 Contoh:
 Desimal (radiks = 10, digit = {0,1,2,3,4,5,6,7,8,9}:
5185,6810 = 5 x 103 + 1 x 102 + 8 x 101 + 5 x 100 + 6 x 10-1 + 8 x 10-2
= 5 x 1000 + 1 x 100 + 8 x 10 + 5 x 1 + 6 x 0,1 + 8 x 0,01

 biner (radiks=2, digit={0, 1})


100112 = 1  16 + 0  8 + 0  4 + 1  2 + 1  1 = 1910
| |
MSB LSB

 101,0012 = 1 x 4 + 0 x 2 + 1 x 1 + 0 x 0,5 + 0 x 0,25 + 1 x 0,125 = 5,12510

D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 13


dibagi 8
desimal oktal
dikali 8(i)

dibagi 2

dikali 2(i)

pengelompokan 4 bit heksa-


biner desimal
padanan biner tiap angka
hingga 4 bit

D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 14


 Konversi bilangan desimal bulat: Gunakan pembagian dgn 2 secara
suksesif sampai sisanya = 0. Sisa-sisa pembagian membentuk
jawaban, yaitu sisa yang pertama akan menjadi least significant bit
(LSB) dan sisa yang terakhir menjadi most significant bit (MSB).
 Contoh: Konersi 17910 ke biner:
179 / 2 = 89 sisa 1 (LSB)
/ 2 = 44 sisa 1
/ 2 = 22 sisa 0
/ 2 = 11 sisa 0
/ 2 = 5 sisa 1
/ 2 = 2 sisa 1
/ 2 = 1 sisa 0
/ 2 = 0 sisa 1 (MSB)
 17910 = 101100112
D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 15
 Konversi pecahan desimal ke biner:
 kalikan dengan 2 secara berulang sampai fraksi hasil perkalian = 0 (atau sampai
jumlah penempatan biner yang diharapkan)
 Digit keseluruhan hasil perkalian memrupakan jawaban, dengan yang pertama 
MSB, dan yang terakhir LSB.

 Contoh: Konversi 0,312510 ke biner

Digit hasil
0,3125  2 = 0,625 0 (MSB)
0,625  2 = 1,25 1
0,25  2 = 0,50 0
0,5  2 = 1,0 1 (LSB)

 0,312510 = ,01012

16 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya


D3
 Konversi bilangan desimal bulat ke bilangan oktal: Gunakan
pembagian dgn 8 secara suksesif sampai sisanya = 0. Sisa-sisa
pembagian membentuk jawaban, yaitu sisa yang pertama akan
menjadi least significant bit (LSB) dan sisa yang terakhir menjadi
most significant bit (MSB).

 Contoh: Konversi 17910 ke oktal:


179 / 8 = 22 sisa 3 (LSB)
/ 8 = 2 sisa 6
/ 8 = 0 sisa 2 (MSB)

 17910 = 2638

D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 17


 Konversi bilangan desimal bulat ke bilangan hexadesimal: Gunakan
pembagian dgn 16 secara suksesif sampai sisanya = 0. Sisa-sisa
pembagian membentuk jawaban, yaitu sisa yang pertama akan
menjadi least significant bit (LSB) dan sisa yang terakhir menjadi most
significant bit (MSB).
 Contoh: Konversi 17910 ke hexadesimal:
179 / 16 = 11 sisa 3 (LSB) 16 x 11 = 176, sehingga sisa 3
/ 16 = 0 sisa 11 (MSB)
 angka11 dalam hexadesimal ditulis sbg B

 17910 = B316

D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 18


 Rumus konversi radiks-r ke desimal:

Dr  i   n d i  r i
n 1

 Setelah dikalikan dengan radiks 2(i), hasil perkalian dijumlahkan


 Contoh: 11012 = ?10 dan 111010112 = ?10

11012 = (123) + (122) + (0x21) + (120)


= 8 + 4 + 0 + 1
= 1310
 11012 = 1310
111010112 = 1x27 + 1x26 +1x25 +0x24 +1x23 +0x22 +1x21 +1x20
= 128 + 64 + 32 + 0 + 8 + 0 + 2 + 1
= 23510
 111010112 = 23510
D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 19
 Angka biner dikelompokkan setiap 3 digit dari belakang
 Setiap kelompok biner dicari padanannya dalam angka oktal
 Contoh: 101111012 = ?8

10111101  10 111 101 (dikelompokkan 3 digit dari belakang)


010 111 101
Catatan:
Jika kelompok terdepan
sudah 3 digit, langsung
dikonversikan, tetapi jika
kurang dari 3 digit, maka (padanannya biner pada angka oktal)
ditambahkan angka 0 di
2 7 5
depannya hingga
berjumlah 3 digit

 101111012 = 2758
D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 20
 Angka biner dikelompokkan setiap 4 digit dari belakang
 Setiap kelompok biner dicari padanannya dalam angka
heksadesimal
 Contoh: 1101011010102 = ?16

1101011010102 1101 0110 1010 (dikelompokkan 4 digit


dari belakang)
1101 0110 1010
Catatan:
Jika kelompok terdepan
sudah 4 digit, langsung
dikonversikan, tetapi jika
kurang dari 4 digit, maka D 6 A (padanan biner pada
ditambahkan angka 0 di angka heksadesimal)
depannya hingga
berjumlah 4 digit

 1101011010102 = D6A16
D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 21
 Rumus konversi radiks-r ke desimal:

Dr  i   n d i  r i
n 1

 Setelah dikalikan dengan radiks 8(i), hasil perkalian dijumlahkan


 Contoh: 5728 = ?10

5728 = (582) + (781) + (280)


= 320 + 56 + 16
= 39210

 5728 = 39210

D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 22


 Setiap angka oktal dicarikan padanannya dalam biner
(3 digit)
 Hasil padanan dirangkai secara berurutan
 Contoh: 6248 = ?2
6248  6 2 4

110 010 100

 6248 = 1100101002
D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 23
 Bilangan oktal tidak bisa dikonversikan langsung ke
bilangan heksadesimal
 Proses konversi oktal ke heksadesimal melalui 2 tahap,
yaitu konversi oktal  biner dan biner  heksadesimal
 Contoh: 6248 = ?16
oktal  biner biner  heksadesimal
6248  6 2 4 1100101002  0001 1001 0100

110 010 100 1 9 4

 6248 = 19416
D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 24
 Rumus konversi radiks-r ke desimal:

Dr  i   n d i  r i
n 1

 Setelah dikalikan dengan radiks 16(i), hasil perkalian dijumlahkan


 Contoh: 2A616 = ?10

2A616 = (2x162) + (10x161) + (6x160)


= 512 + 160 + 6
= 67810

 2A616 = 67810
D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 25
 Setiap angka oktal dicarikan padanannya dalam biner
(4 digit)
 Hasil padanan dirangkai secara berurutan
 Contoh: A916 = ?2 dan 516 = ?2
A916  A 9

1010 1001
 A916 = 101010012
516  5

0101
 516 = 01012
D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 26
 Bilangan heksadesimal tidak bisa dikonversikan langsung
ke bilangan oktal
 Proses konversi oktal ke heksadesimal melalui 2 tahap,
yaitu konversi heksadesimal  biner dan biner  oktal
 Contoh: A916 = ?8

heksadesimal  biner biner  oktal

A916  A 9 101010012  010 101 001

1010 1001 2 5 1

 A916 = 2518
D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 27
 Dasar Komputer Digital, karangan Bartee Thomas C., terbitan Erlangga

 Rangkaian Digital dan Rancangan Logika, karangan Lee Samuel C.,


terbitan Erlangga
 Logic and Computer Design Fundamentals, karangan Mano M. Morris
and Kime R. Charles, terbitan Prentice Hall
 Digital Principles and Applications, karangan Malvino and Leach,
terbitan Mc Graw
 Digital Systems Principles and Applications, karangan Tocci Ronald
J, terbitan Prentice Hall
 Elektronika Digital Konsep Dasar dan Aplikasinya, karangan
Sumarna, terbitan Graha Ilmu

D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 28


D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 29
Konversikan bilangan-bilangan di bawah ini!
1. 201910 = …2 7. 2748 = …2
2. 201910 = …8 8. 2748 = …10
3. 201910 = …16 9. 2748 = …16
4. 110112 = …8 10. D5F16 = …2
5. 110112 = …10 11. D5F16 = …8
6. 110112 = …16 12. D5F16 = …10

D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 30


D3 Teknik Listrik Bandara – Politeknik Penerbangan Surabaya 31

Anda mungkin juga menyukai