Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TANAMAN

ACARA VII
KECEPATAN RESPIRASI

Nama : Dalaillul Falihin


No. Mahasiswa : 20190210019
Gol / Kel : A1/2
Asisten : Husama Alaudin Bariq, S.P.
CoAsisten : Laili

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2020
A. IDENTITAS PRAKTIKAN
Nama : Dalaillul Falihin
No. Mahasiswa : 20190210019
Gol / Kel : A1/2
Asisten : Husama Alaudin Bariq, S.P.
CoAsisten : Laili

B. TUJUAN
Mengetahui pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi aerob kecambah kacang hijau
C. BAHAN DAN ALAT
Bahan : kacang hijau, larutan BaCl, larutan NaOH, larutan HCl, indikator PP
Alat : 6 erlenmeyer, pipet tetes, plastik, karet, benang, dan gunting
D. CARA KERJA

1. Isi ke 6 tabung erlenmeyer dengan larutan NaOH sebanyak 50 ml setiap tabungnya..


2. Timbang kecambah seberat 5 gr
3. Bungkus kecambah dengan kasa dan diikat ddengan benang, gantungkan kecambah
pada 3 buah elenmeyer dengan tidak menyentuh NaOH. Lalu botol ditutup dengan
plastik.
4. 3 buah botol lainnya tidak diberi kecambah, unntuk kontrol
5. Letakan ke 3 pasang erlenmeyer dengan suhu berbeda, ada yang di tempat terang,
gelap dan kulkas selama 24jam..
6. Dilakukan titrasi 3 kali setiap perlakuannya (menggunakan indikator PP dan larutan
BaCl
7. Setelah bening, dilihat di berapa ml, dilihat selisihnya yang awal dengan yang akhir.
E. HASIL PENGAMATAN
1. Di luar (Suhu: 41°C)
Volume HCL yang dibutuhkan (ml)
Botol Perlakuan Botol Kontrol
UL
(y) (x)
1 16 17,2
2 16 17
3 16,2 19,8
Rerata 16.0667 18

Perhitungan : 10 ( 18-16,0667) = 19,333

2. Di dalam ruangan (Suhu: 28°C)

Volume HCL yang dibutuhkan (ml)


Botol Perlakuan Botol Kontrol
UL
(y) (x)
1 16,1 16,4
2 16,4 16,5
3 16,6 20,2
Rerata 16,3667 17,7
Perhitungan : 10 (17,7-16,3667) = 13,33

3. Di Dalam Lemari Es (Suhu : 12 °C)

Volume HCL yang dibutuhkan (ml)

Botol Perlakuan Botol Kontrol


UL
(y) (x)
1 16,9 16,7
2 16,9 16,6
3 18,2 17,7
Rerata 17,3334 17
Perhitungan : 10 (17-17,3334) =-3,334

RUMUS PERHITUNGAN KECEPATAN RESPIRASI = 10 (x-y) mg


F. TINJAUAN PUSTAKA
Resirasi adalah proses pertukaran oksigen dan karbondioksida. Udara masuk ke dalam
paru melalu inspirasi dan dikeluarkan melalui ekspirasi. Otot yang membantu proses respirasi
adalah diafragma dan interkostal eksternal dan internal. Selama inspirasi, kontraksi diafragma
ke arah bawah meningkatkan volume rongga thoraks,menyebabkan udara masuk ke dalam
paru dengan cepat. Otot interkostalis eksterna membantu proses inspirasi dengan cara
menggerakkan tulang iga ke atas. Selama ekspirasi, diafragma mengalami relaksasi bergerak
menuju/melawan paru, mengurangi volume rongga thoraks, dan hal ini memaksa udara
keluar dari paru. Secara bersamaan, interkostalis menurunkan tulang iga, membantu ekspirasi
(Lyrawati, 2012).
Respirasi pada tumbuhan pada dasarnya sama dengan hewan, namun juga ada
kekhasannya. Proses respirasi pada dasarnya adalah proses pembongkaran zat makanan
sumber energi (umumnya glukosa) untuk memperoleh energi kimia berupa ATP. Namun
demikian, zat sumber energi tidak selalu siap dalam bentuk glukosa, melainkan masih dalam
bentuk cadangan makanan, yaitu berupa sukrosa atau amilum. Karena itu zat tersebut harus
terlebih dahulu di bongkar secara hidrolitik. Demikian pula bila zat cangan makanan yang
hendak dibongkar adalah lipida (lemak) atau protein (Suyitno, 2006).
Penggunaan hasil fotosintesis pada satu proses akan mengurangi penggunaan pada proses
yang lain dan dipengaruhi oleh suhu. Ketika suhu malam terlalu tinggi akan menyebabkan
peningkatan respirasi yang mengakibatkanpeningkatan pembongkaran hasil fotosintesis,
akibatnya hasil fotosintesis yang digunakan untuk pertumbuhan dan cadangan makanan
menurun. Adanya peristiwa fotorespirasi juga mengakibatkan pengurangan hasil fotosintesis.
Ketika laju fotosintesis dan laju respirasi seimbang akan menyebabkan tidak adanya
hasil fotosintesis yang digunakan untuk pertumbuhan dan cadangan makanan (Sugito
dalam Lestari (2006).
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa
organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan
organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun
anaerobik. Respirasi aerob adalah respirasi yang memerlukan oksigen. Respirasi
aerob terjadi pada sitoplasma dan di dalam mitokondria dan menghasilkan 36
ATP dari satu molekul glukosa. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan
dihasilkan karbondioksida serta energi (Andhi, 2011).
Mekanisme pernapasan pada serangga misalnya belalang, adalah sebagai berikut. Jika otot
perut belalang berkontraksi maka trakea memipih sehingga udara kaya karbondioksida
keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka trakea kembali pada volume
semula sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil dibandingkan dengan tekanan diluar
sebagai akibatnya udara di luar yang kaya oksigen masuk trakea. Sistem trakea berfungsi
mengangkut oksigen dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan sebaliknya mengangkut
karbondioksida hasil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada
serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas
pernapasan (Yudiarti, 2004).
Perpindahan gas melalui permukaan membran pernapasan, masuk dan keluaar sel tubuh
selalu dengan cara difusi. Jika gas tidak tersedia dalam air, gas itu akan larut dalam
permukaan membran yang basah dan melewatinya menurut gradiaen konsentrasi, karena
oksigen itu dipergunakan oleh sel-sel,maka kadarnya dalam sel dan tubuh akan selalu rendah
daripada dalam lingkungan, baik dalam air maupun di udara tempat hewan itu hidup.
Sebaliknya sel-sel tersebut memprodusi karbondioksida, karena itu dalam sel dan
tubuh, gas itu selalu terdapat dalam jumlah yang lebih besar daripada dalam
lingkungannya (Tim Dosen Biologi Dasar, 2013).
Sel hidup membutuhkan transfusi energi dari sumber-sumber luar untuk melakukan tugas-
tugasnya yang sedemikian banyak misalnya , merakit polimer, memompa zat melintasi
membran, bergerak, dan bereproduksi. Panda raksasa memperoleh energi untuk sel-selnya
dengan cara memakan tumbuhan. Beberapa hewan memakan organisme lain yang memakan
tumbuhan. Energi yang tersimpan dalam molekul-molekul organik dari makanan sebenarnya
berasal dari matahari. Energi mengalir ke dalam ekosistem sebagai cahaya metahari dan
meninggalkan ekosistem sebagai panas. Sebaliknya, unsur-unsur kimia yang esensial bagi
kehidupan didaur ulang. Fotosintesis menghasilkan oksigen dan molekul organik yang
digunakan oleh mitokondria eukariota sebagi bahan bakar untuk respirasi selular. Respirasi
menguraikan bahan bakar ini, menghasilkan ATP. Produk-produk buangan dari tipe respirasi
ini, yaitu karbondioksida dan air, meupakan bahan mentah bagi fotosintesis (Campbell,
2008).
Dalam beberapa jaringan tumbuhan, selain karbohidrat, senyawa lain kadang-kadang
dapat berperan sebagai substrat respirasi. Biji-biji tertentu, misal biji jarak , mengandung
banyak lemak sebagai bahan cadangan yang terdapat dalam jaringan endosperma yang
mengelilingi embrio. Selama beberapa hari pertama perkecambahan, lemak-lemak ini diubah
terutama menjadi sukrosa ysang selanjutnya diserap dan respirasi oleh embrio yang sedang
tumbuh. Metabolisme respirasi dalam endosperma dari biji-biji mengandung lemak yang
sedang berkecambah itu terutama dari penguraian lemak menjadi sukrosa sedangkan embrio
yang sedang tumbuh merespirasi sukrosa menjadi karbondioksida dan air. Perubahan lemak
menjadi sukrosa dalam jaringan endosperma biji yang mengandung lemak (Sasmitamihardja,
1996).
Oksigen yang diperoleh hewan dari lingkungannya digunakan dalam proses fosfolirasi
oksidatif untuk menghasilkan ATP. Sebenarnya, hewan dapat menghasilkan ATP tanpa
oksigen. Proses semacam itu disebut respirasi anaerob. Akan tetapi, proses tersebut tidak
dapat menghasilkan ATP dalam jumlah banyak. Respirasi yang dapat menghasilkan ATP
dalam jumlah banyak ialah respirasi aerob. Dalam proses anaerob, sebuah molekul glukosa
hanya menghasilkan 2 molekul ATP, sementara dalam proses aerob, molekul yang sama akan
menghasilkan 36 atau 38 molekul atp. Oleh karena itu, hampir semua hewan sangat
bergantung pada proses respirasi (pembentukan atp) secara aerob. Respirasi sel (internal)
akan menghasilkan zat sisa berupa karbondioksida dan air, yang harus segera dikeluarkan
dari sel (Isnaeni, 2006).

G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yang ditinjau adalah respirasi aerob pada kecambah kacang hijau.
Respirasi aerob merupakan proses pernafasan yang membutuhkan oksigen dari udara. Proses
ini sering kali disebut katabolisme atau pembongkaran (Dwidjosaputro, 1980). Kecambah
kacang hijau menjadi bahan utama dalam pengujian respirasi kali ini. Pada praktikum ini juga
dilakukan titrasi menggunakan larutan HCL, larutan BaCl, larutan NaOH dan indikator pp
untuk mengetahui laju respirasi pada kacang hijau. Ada 3 perlakuan yaitu pada suhu 41oC,
28oC, dan pada suhu lemari es yaitu 12oC.

a. Suhu 41oC

Hasil pengamatan pada suhu 41oC diperoleh data yang menunjukan adanya aktivitas
respirasi pada kecambah kacang hijau. Pada hasil titrasi pertama, botol perlakuan y hasilnya
berubah menjadi warna bening pada HCL terpakai sebanyak 16ml. Sedangkan pada botol
kontrol, warnanya berubah menjadi bening tepat pada 17,2 ml. Pada titrasi kedua, botol
perlakuan y membutuhkan HCL sebanyak 16 ml sedangkan botol kontrolnya membutuhkan
HCL sebanyak 17 ml, hal ini berkurang dari sebelumya yaitu titrasi pertama. Pada titrasi
ketiga, botol perlakuan y membutuhkan HCL sebanyak 16,2 ml untuk titrasi dan botol x aau
bbotol kontrolnya membutuhkan 19,8 HCL untuk titrasi, hal tersebut jauh lebih besar
dibanding tirasi sebelumya. Didapat rata rata kebutuhan HCL pada perlakuan y sebanyak
19,06 ml, sedangkan pada botol kontrolnya dibutuhkan HCL sebanyak 18 ml. Adapun
perhitungannya sebagai berikut : Perhitungan : 10 ( 18-16,0667) = 19,333. Menurut teori hal
ini tidak ideal, karena biasanya dalam waktu 2 jam perlakuan berada di suhu lebih dari 40 oC
maka enzimnya akan rusak sebagian yang menyebabkan laju respirasinya menurun
(Simbolon, 1989).

b. Suhu 28oC

Hasil pengamatan pada suhu 28oC diperoleh data yang menunjukan adanya aktivitas
respirasi pada kecambah kacang hijau. Pada hasil titrasi pertama, botol perlakuan y hasilnya
berubah menjadi warna bening pada HCL terpakai sebanyak 16,1 ml. Sedangkan pada botol
kontrol, warnanya berubah menjadi bening tepat pada 16,4 ml. Pada titrasi kedua, botol
perlakuan y membutuhkan HCL sebanyak 16,4 ml sedangkan botol kontrolnya membutuhkan
HCL sebanyak 16,5 ml, hal ini berkurang dari sebelumya yaitu titrasi pertama. Pada titrasi
ketiga, botol perlakuan y membutuhkan HCL sebanyak 16,6 ml untuk titrasi dan botol x aau
bbotol kontrolnya membutuhkan 20,2 HCL untuk titrasi, hal tersebut jauh lebih besar
dibanding tirasi sebelumya. Didapat rata rata kebutuhan HCL pada perlakuan y sebanyak
16,3667 ml, sedangkan pada botol kontrolnya dibutuhkan HCL sebanyak 17,7 ml. Adapun
perhitungannya sebagai berikut : Perhitungan : 10 (17,7-16,3667) = 13,33. Menurut teori,
pada suhu sekitar 25oC – 35oC aktifitas respirasi akan berlangsung secara optimal karena suhu
yang terlalu rendah ataupun tinggi akan merusak enzim yang terkandung pada tumbuhan
yang merupakan kebutuhan untuk respirasi itu sendiri. Faktor lain itu disebabkan oleh
kebutuhan masing-masing tumbuhan ( Salisbury & Ross, 1995).

c. Suhu 12oC

Hasil pengamatan pada suhu 12oC diperoleh data yang menunjukan adanya aktivitas
respirasi pada kecambah kacang hijau. Pada hasil titrasi pertama, botol perlakuan y hasilnya
berubah menjadi warna bening pada HCL terpakai sebanyak 16,9 ml. Sedangkan pada botol
kontrol, warnanya berubah menjadi bening tepat pada 16,7 ml. Pada titrasi kedua, botol
perlakuan y membutuhkan HCL sebanyak 16,9 ml sedangkan botol kontrolnya membutuhkan
HCL sebanyak 16,6 ml, hal ini berkurang dari sebelumya yaitu titrasi pertama. Pada titrasi
ketiga, botol perlakuan y membutuhkan HCL sebanyak 18,2 ml untuk titrasi dan botol x atau
botol kontrolnya membutuhkan 17,7 HCL untuk titrasi, hal tersebut jauh lebih besar
dibanding tirasi sebelumya. Didapat rata rata kebutuhan HCL pada perlakuan y sebanyak
17,3334 ml, sedangkan pada botol kontrolnya dibutuhkan HCL sebanyak 17 ml. Adapun
perhitungannya sebagai berikut : Perhitungan : 10 (17-17,3334) =-3,334. Pada pengamatan
ini didapat hasil perhitungan negatif mungkin dikarenakan oleh kurang tepatnya kegiatan
praktikum yang telah dilakukan oleh praktikan. Kemungkinan lain adalah seperti yang
dikatakan teori, ada beberapa tumbuhan yang tidak cocok pada suhu rendah atau dingin
(Sunu, P, 2006). Hal tersebut menunjukan bahwa mungkin pada pengamatan ini enzim yang
terkandung dalam kecambah terhambat sehingga respirasinya tidak optimal.

H. KESIMPULAN
Suhu dapat mempengaruhi kecepatan respirasi kecambah kacang hijau, respirasi pada
kecambah lebih cepat terjadi pada suhu yang lebih tinggi, apabila suhu rendah maka laju
respirasi semakin lambat. Makin banyak CO2 yang dibebaskan, maka proses respirasi makin
cepat.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. P.T Gramedia. Jakarta

Salisbury, Frank & Ross, Cleon. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid II. ITB. Bandung.

Simbolon, Hubu, et al. (1989). Biologi Jilid 3. Erlangga. Jakarta.

Andhi, Tatag Chariesma. 2011. Studi Aspek Fisiologis dan Biokimia Perkecambahan Benih
Jagung (Zea Mays L.) pada Umur Penyimpanan Benih yang Berbeda. Yogyakarta:
Fakultas Pertanian UGM.

Campbell. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Isnaeni, 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.

Lestari, Giyatmi Wahyu. 2006. Pertumbuhan, Kandungan Klorofil, dan Laju Respirasi
Tanaman Garut (Maranta Arundinacea L.) setelah Pemberian Asam Giberelat (GA3).
Surakarta:Jurusan Biologi FMIPA UNS.

Lyrawati, Diana. 2012. Sistem Pernapasan: Assessment, Patofisiologi, dan Terapi Ganguan
Pernapasan. Malang: PSF-FK Universitas Brawijaya.

Sasmitamihardja, Dardjat. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Jurusan Biologi FMIPA ITB.

Suyitno. 2006. Respirasi Pada Tumbuhan. Yogyarakta: Jurusan Biologi FMIPA UNY.

Tim Dosen Biologi Dasar. 2013. Bahan Ajar Biologi Dasar Bagian Pertama. Makassar:
Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Yudiarti, Turrini. 2004. Buku Ajar Biologi. Semarang: Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro.

Jawa Barat, 05 Juni 2020


Asisten Praktikan

( Husama Alaudin Bariq, S.P. ) (Dalaillul Falihin)

LAMPIRAN
kecambah kacang hijau

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fmaxikom.co.id%2Fmanfaat-kecambah-kacang-hijau-
untuk-kesehatan%2F&psig=AOvVaw10UmbiTOe8wUShp-
d_f9_E&ust=1591459091150000&source=images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCKCFtaaF6-
kCFQAAAAAdAAAAABAD

erlenmeyer
https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fcdn.monotaro.id%2Fmedia%2Fcatalog%2Fproduct%2Fcache%2F6%2Fimage
%2Fb5fa40980320eb406ba395dece54e4a8%2FP%2F1%2FP102959901-1.jpg&imgrefurl=https%3A%2F%2Fwww.monotaro.id
%2Fcorp_id
%2Fp102959901.html&tbnid=lAqcliGYOlASVM&vet=12ahUKEwiK66rX6tvpAhXtk0sFHZumCWwQMygAegUIARCYAg..i&docid=PY
Jc0GNbOZw6lM&w=1000&h=1000&q=erlenmeyer&safe=strict&ved=2ahUKEwiK66rX6tvpAhXtk0sFHZumCWwQMygAegUIARCYA
g

Titrasi

https://www.google.com/url?sa=i&url=http%3A%2F%2Fwww.chem.co.id%2F2019%2F01%2F47-titrasi-asam-
basa.html&psig=AOvVaw1iloeiHJ0AF62_DcfQS7QS&ust=1591459256963000&source=images&cd=vfe&ved=0C
AIQjRxqFwoTCKD1-fKF6-kCFQAAAAAdAAAAABAD

Anda mungkin juga menyukai