Data Respirasi
Data Respirasi
B. TUJUAN
Mengetahui pengaruh suhu sterhadap kecepatan respirasi aerob kecambah kacang hijau.
C. BAHAN DAN ALAT
Bahan
- Kecambah kacang hijau
- NaOH 0,2N
- Kain kelambu dan tali
- BaCl2
- Indikator pp
- HCl 0,1 N
Alat
- Botol volume 250 ml dengan tutup karet 6 bh.
- Termometer 3 bh.
- Erlenmeyer 125 ml, 2 bh.
- Biuret
- Statif dan klem
- Pipet
D. CARA KERJA
1. Siapkan 6 botol atau erlenmeyer volume ± 250 ml
2. Isilah masing-masing erlenmeyer dengan larutan NaOH 0,2N sebanyak 50 ml dan
segera tutup rapat dengan karet atau gabus.
3. Timbang 3 kelompok kecambah kacang hijau seberat ± 5 gr.
4. Bungkus kecambah dengan kain kelambu, ikat dengan tali.
5. Gantungkan bungkusan kecambah kacang hijau tersebut ke dalam 3 buah erlenmeyer,
atur agar bungkusan tidak menyentuh larutan NaOH, dan ditutup kembali botol.21
6. Tiga botol yang lain tidak diberi kecambah, dipakai untuk kontrol.
7. Letakkan pasangan botol (berisi kecambah dan tidak) di tempat dengan suhu berbeda,
misalnya di luar dan di dalam laboratorium dan di tempat tertutup (lemari es).
8. Ukur suhu masing-masing tempat dengan suhu maksimum minimum.
9. Setelah 24 jam keluarkan kecambah dari masing-masing erlenmeyer, dan tutup kembali
dengan cepat.
10.Tentukan jumlah CO2 yang dibebaskan dari respirasi dengan cara titrasi. Pipet 10 ml
dari setiap erlenmeyer dan masukkan ke dalam erlenmeyer lain kemudian ditambahkan
BaCl2 dan 3 tetes indikator pp, larutan akan berwarna merah jambu. Titrasi dengan HCl
0,1N sampai warnanya hilang.
11.Titrasi diulangi 3 kali untuk tiap botol.
12.Lakukan titrasi dengan cara sama untuk semua perlakuan termasuk kontrol.
E. HASIL PENGAMATAN
1. Di luar (Suhu: 41°C)
Volume HCL yang dibutuhkan (ml)
Botol Perlakuan Botol Kontrol
UL
(y) (x)
1 16 17,2
2 16 17
3 16,2 19,8
Rerata 16.0667 18
B. TINJAUAN PUSTAKA
Respirasi yaitu suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber energi
melalui proses kimia dengan menggunakan oksigen. Dari respirasi akan dihasilkan energi
kimia ATP untak kegiatan kehidupan, seperti sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan.
Respirasi juga biasa dikatakan reaksi oksidasi organk untuk menghasilkan energi yang
digunakan untuk aktifitas sel dan kehidupan tumbuhan dalam bentuk ATP atau senyawa
berenergi tinggi (Garderner,1991).
Contoh:
Reaksi pembongkaran glukosa sampai menjadi H20 + CO2 + Energi, melalui tiga tahap :1.
Glikolisis.2. Daur Krebs.3. Transpor elektron respirasi (Burhan,1997)
Berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen respirasi terbagi atas 2 macam, yaitu :
Respirasi anerob : tidak memerlukan oksigen tetapi penguraian bahan organiknya tidak
lengkap. Respirasi macam ini jraang terjadi hanya dalam keadaan khusus. Substrat aerob
adalah glukosa, reaksinya :
Respirasi aerob
Respirasi aerob memerlukan oksigen untuk menghasilkan tenaga (ATP). Tindak balas
ringkasnya ialah:
Daur Krebs (daur trikarbekdlat): Daur Krebs (daur trikarboksilat) atau daur asam
sitrat merupakan pembongkaran asam piravat secara aerob menjadi CO2 dan H2O serta
energi kimia. Bila cukup oksigen asam piruvat ditransfer ke dalam mitokondria melalui
pertukaran dengna OH- pada membrane dalam. Priruvat secara teknisnya bukan merupakan
bagian dari siklus asam sitrat. Asetil CoA merupakan bahan dasar masuk ke siklus sitrat
dengan adanya oksaloasetat (OAA) dengan bantuan enzim sitrat sintase membentuk asam
sitrat dan dilepas CoA berperanan lagi dalam membentuk asetil CoA (Loveless, 1991).
Rantai Transportasi Elektron Respiratori: Pada system ini bekerja lima komponen
yang berpartisipasi dalam system pemindahan electron dari bahan dasar NADH dan FADH
sebagai donor sampai ke penerima terakhir yaitu mol oksigen, dari daur Krebs akan keluar
elektron dan ion H+ yang dibawa sebagai NADH2 (NADH + H+ + 1 elektron) dan FADH2,
sehingga di dalam mitokondria (dengan adanya siklus Krebs yang dilanjutkan dengan
oksidasi melalui sistem pengangkutan elektron) akan terbentuk air, sebagai hasil sampingan
respirasi selain CO2. Produk sampingan respirasi tersebut pada akhirnya dibuang ke luar
tubuh melalui stomata pada tumbuhan dan melalui paru-paru pada peristiwa pernafasan
hewan tingkat tinggi. (Salisbury and Ross, 1995).
Fotorespirasi adalah sejenis respirasi pada tumbuhan yang dibangkitkan oleh
penerimaan cahaya yang diterima oleh daun. Diketahui pula bahwa kebutuhan energi dan
ketersediaan oksigen dalam sel juga mempengaruhi fotorespirasi. Walaupun menyerupai
respirasi (pernafasan) biasa, yaitu proses oksidasi yang melibatkan oksigen, mekanisme
respirasi karena rangsangan cahaya ini agak berbeda dan dianggap sebagai proses fisiologi
tersendiri (Loveless, 1991).
Proses yang disebut juga “asimilasi cahaya oksidatif” ini terjadi pada sel-sel mesofil
daun dan diketahui merupakan gejala umum pada tumbuhan C3, seperti kedelai dan padi.
Lebih jauh, proses ini hanya terjadi pada stroma dari kloroplas, dan didukung oleh
peroksisom dan mitokondria (Lakitan, 2004).
Secara biokimia, proses fotorespirasi merupakan cabang dari jalur glikolat. Enzim
utama yang terlibat adalah enzim yang sama dalam proses reaksi gelap fotosintesis, Rubisco
(ribulosa-bifosfat karboksilase-oksigenase). Rubisco memiliki dua sisi aktif: sisi karboksilase
yang aktif pada fotosintesis dan sisi oksigenase yang aktif pada fotorespirasi. Kedua proses
yang terjadi pada stroma ini juga memerlukan substrat yang sama, ribulosa bifosfat (RuBP),
dan juga dipengaruhi secara positif oleh konsentrasi ion Magnesium dan derajat keasaman
(pH) sel. Dengan demikian fotorespirasi menjadi pesaing bagi fotosintesis, suatu kondisi
yang tidak disukai kalangan pertanian, karena mengurangi akumulasi energi (Anonimous,
2004).
Jika kadar CO2 dalam sel rendah (misalnya karena meningkatnya penyinaran dan
suhu sehingga laju produksi oksigen sangat tinggi dan stomata menutup), RuBP akan dipecah
oleh Rubisco menjadi P-glikolat dan P-gliserat (dengan melibatkan satu molekul air menjadi
glikolat dan (P-OH). P-gliserat (P dibaca “fosfo”) akan didefosforilasi oleh ADP sehingga
membentuk ATP. P-glikolat memasuki proses agak rumit menuju peroksisoma, lalu
mitokondria, lalu kembali ke peroksisoma untuk diubah menjadi serin, lalu gliserat. Gliserat
masuk kembali ke kloroplas untuk diproses secara normal oleh siklus Calvin menjadi G3P
(Garderner, 1991).
C. PEMBAHASAN
Pada praktikum acara 5 praktikan melakukan uji respirasi yang bertujuan untuk
Mengetahui pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi aerob kecambah kacang hijau. Yaitu
dengan mengisi Erlenmeyer dengan NaoH sebanyak 50 ml ke 3 erlenmeyernya selajutnya isi
Erlenmeyer dengan 5 gram kecambah yang sudah dibungkus dengan kassa dan tutup
Erlenmeyer dengan plastic, ada 6 erlenmeyer yang akan dibagi menjadi 3 yaitu tempat gelap,
terang, dan dikulkas lalu simpan selama 24 jam. Kemudian melakukan titrasi sebanyak 3 kali
untuk setiap perlakuannya selanjutnya amati dan hitung selisihnya.
Berdasarkan hasil yang di dapatkan dari serangkaian percobaan yaitu berupa volume dari
larutan HCl pada saat titrasi. Pada sampel perlakuan hasil pada suhu luar menunjukan angka
16.06 ml, pada suhu ruangan sebesar 16.36 ml dan pada suhu kulkas sebesar 17.33 ml. pada
sampel control memerlukan suhu luar sekitar 18 ml, pada suhu ruangan sekitar 17.7 dan pada
suhu lemari es sebanyak 17 ml. setelah melakukan pengamatan pada sampel, menghasilkan
banyaknya volume larutan HCl yang digunakan terus meningkat seiring dengan menurunya
suhu. Hal ini berbanding terbalik dengan yang terjadi pada sampel control, yaitu volume
larutan HCl yang digunakan menyusut pada saat suhu menurun.
Dari sampel tersebut menghasilkan laju respirasi sebesar 19,333 mg pada tempat terang,
sedangkan di tempat gelap menghasilkan 13,333 mg, dan di kulkas menghasilkan -3,334 mg.
pada kejadian tersebut dapat terjadi karena pada suhu terang, kondisi yang optimal untuk
enzim dalam melakukan perannya pada proses respirasi. Enzim dapat mempercepat jalanya
proses respirasi yaitu pada perubahan glukosa menjadi CO2 .
Dari data tersebut menunjukan kecepatan respirasi pada tempat terang lebih besar
dibandingkan pada tempat gelap ataupun di lemari es. Karena pada tempat gelap dan di
lemari es, tidak terjadi proses respirasi yang optimal untuk enzim dapat bekarja. Yang
menyebabkan kinerja enzim tidak berjalan atau tidak aktif.
D. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum diatas dapat diketahui respirasi di luar ruangan suhu 41ºC yaitu
19,333 mg, respirasi di dalam ruangan dengan suhu 28ºC yaitu 13,333 mg, respirasi di
lemari es dengan suhu 12ºC yaitu -3,334 mg.Jika semakin tinggi suhu, maka
semakin cepat pula kecepatan respirasi yang terjadi, dan sebaliknya semakin rendah
suhu, maka semakin lambat laju respirasi.
DAFTAR PUSTAKA
Nurjanah, S. (2002). Study on Respiration Rate and Ethylene Production of Fruit and
Vegetables To Predict Their Storage Time. Bionatura, 4(3), 148–156.
Rina Riana Rakatika, D. H. (2012). PERBEDAAN KONSUMSI OKSIGEN (O2) PADA
PROSES RESPIRASI KECAMBAH. 1–5.
Suyitno. (n.d.). Materi disampaikan pada kegiatan pembinaan Tim Olimpiade Biologi
SMAN Kalasan, Yogyakarta pada 27 Februari 2006 di SMAN Kalasan 2 Staf
Pengajar di Jurdik. Biologi FMIPA – UNY.