Anda di halaman 1dari 14

LEMBAR KERJA

PRAKTIKUM DASAR-DASAR FISIOLOGI TUMBUHAN

NAMA : M.HANAN RAFI

NIM : 19/442631/PN/16037

GOLONGAN : A2

ASISTEN KOREKSI : FADLAN SOLICHIN

RAHMAD CATUR LATHIF

LABORATORIUM MANAJEMEN PRODUKSI TUMBUHAN


SUB LABORATORIUM ILMU TUMBUHAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
ACARA I
PENGARUH SUHU TERHADAP LAJU RESPIRASI AEROB

TUJUAN : Mengetahui pengaruh suhu lingkungan terhadap laju respirasi aerob kecambah
kacang hijau

METODE (BAGAN ALIR) :

Masing-masing perlakuan suhu (suhu 5°C, suhu 15°C, suhu kamar (laboratorium), dan
suhu rumah kaca) dibagi 2 botol yang berisi 50 ml larutan NaOH 0,2 N. Satu botol
diberi kecambah dan satu botol lagi tanpa pemberian

Kecambah ditimbang seberat 5 gram, kemudian kecambah dibungkus dengan kain


kelambu dan diikat dengan tali.

Kecambah dimasukkan ke dalam botol dan diatur agar kecambah tersebut tidak
menyentuh NaOH. Semua botol ditutup dengan selotip agar kedap udara atau udara
dari luar tidak dapat masuk ke dalam

Botol dengan kecambah dan botol tanpa kecambah diletakkan pada masing-masing
kondisi suhu perlakuan dan diukur suhu awal. Setelah 24 jam kecambah dikeluarkan
dari masing-masing botol, dan tutup kembali dengan cepat.

Dihitung jumlah CO2yang dibebaskan dari respirasi dengan titrasi dengan cara :

jambu)
mbahkan HCl 0,1 N sebagai titer sampai warnanya hilang
VARIABEL PENGAMATAN:

 Variabel kontrol : Kecambah kacang hijau


 Variabel manipulasi : suhu (suhu 5˚C, suhu 15 ˚C, suhu kamar ,dan suhu rumah
kaca)
 Variabel respon : laju respirasi aerob kecambah kacang hijau

HASIL PENGAMATAN:

HCl untuk titrasi (mL)

Perlakuan Kecambah Tanpa Kecambah

Ul.1 UI.2 UI.3 Rerata UI.1 UI.2 UI.3 Rerata

5 ˚C 14.5 15.3 16.1 15.3 20.4 20.3 20.3 20.33

15 ˚C 17.2 18.9 16.9 17.67 24.5 26.2 25.9 25.53

Suhu Lab (27˚C) 22.9 24.3 23.5 23.57 34.5 33.8 35.1 34.47

Suhu rumah
24.2 25.6 26 25.27 38 38.3 37.4 37.30
kaca (38 ˚C)

PEMBAHASAN:

Katabolisme merupakan proses pemecahan kompleks menjadi sederhana. Energi


yang dihasilkan harus diubah menjadi ATP (Adenosin triphosfat) sehingga dapat digunakan
oleh sel untuk melakukan aktivitasnya seperti melangsungkan reaksi-reaksi kimia,
transportasi maupun reproduksi. Respirasi sel merupakan salah satu bentuk katabolisme
yang bertujuan untuk menghasilkan energi dari proses penguraian bahan makanan hasil
fotosintesis. Semua sel hidup (sel hewan, tumbuhan, maupun mikroba) yang masih aktif akan
terus menerus melakukan respirasi. Secara keseluruhan proses respirasi merupakan reaksi
oksidasi-reduksi yaitu senyawa dioksidasi menjadi CO2, dan O2 direduksi menjadi H2O.
Respirasi umum glukosa dapat ditulis sebagai berikut :

C2H12O6 + 6O2 -> 6CO2 + 6H2O + energy


(Salisbury & Ross , 1995)

Respirasi sel tumbuhan dapat dibagi berdasarkan kebutuhan oksigen, yaitu respirasi
aerob dan anaerob. Respirasi aerob merupakan respirasi yang membutuhkan oksigen dalam
proses pemecahan glukosa. Respirasi anaerob merupakan respirasi yang tidak
membutuhkan oksigen dalam proses pemecahan glukosa. Respirasi aerob dan anaerob
dapat dibedakan pada energi (ATP) yang dihasilkan. Respirasi aerob menghasilkan 38 ATP,
sedangkan respirasi anaerob hanya menghasilkan 2 ATP. Sehingga respirasi aerob lebih
efisien dalam menghasilkan energi (Novitasari, 2017).

Suhu yang digunakan pada praktikum ini terdiri dari 4 aras yaitu suhu 5˚C, suhu 15 ˚C,
suhu laboratorium ,dan suhu rumah kaca. Masing-masing perlakuan suhu terdiri dari 2 botol
berisi 50 ml larutan NaOH 0,2 N. Larutan NaOH yang digunakan berfungsi untuk mengikat
CO2 sebagai hasil dari proses respirasi (Herdianto & Hermawan, 2019). Satu botol diberi
kecambah kacang hijau dan satu botol lagi tanpa pemberian kecambah. Penggunaan
kecambah kacang hijau pada praktikum ini dikarenakan pada periode kecambah tumbuhan
belum melakukan fotosintesis, dan hanya melakukan respirasi untuk melakukan
pertumbuhan.Kecambah kacang hijau sudah dapat melakukan respirasi dengan baik
(Rakatika & Hernawati, 2014). Kecambah yang digunakan seberat 5 gram, kemudian
kecambah dibungkus dengan kain kelambu, dan diikat dengan tali. Masukkan kecambah
tersebut ke dalam botol dan diatur agar kecambah tersebut tidak menyentuh larutan NaOH.
Hal tersebut bertujuan agar kecambah dapat melakukan respirasi secara aerob. Botol dibuat
kedap udara dengan cara menutup botol dan diberi selotip.

Botol diletakkan pada masing-masing kondisi suhu perlakuan. Suhu awal diukur
terlebih dahulu dengan menggunakan termometer. Kecambah dikeluarkan dari masing-
masing botol setelah 24 jam dan botol ditutup kembali dengan cepat. Jumlah CO2 yang
dibebaskan dari respirasi dihitung dengan cara titrasi. Pipet 10 ml larutan dari setiap larutan
dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer ditambah dengan 5 ml BaCl2 yang berfungsi
mengendapkan CO2 yang diserap NaOH. Kemudian teteskan phenolptalein yang berfungsi
sebagai indikator titrasi dengan mengubah larutan menjadi berwarna merahmuda dan
sebagai katalisator. Lalu titer dengan HCl 0,1 N sampai warnanya menghilang.

Reaksi kimia yang terjadi pada sel tumbuhan sangat bergantung pada adanya
oksigen. Oksigen yang dihasilkan oleh proses fotosintesis akan diolah melalui proses respirasi
. Proses respirasi yang menggunakan oksigen disebut dengan respirasi aerob. Laju respirasi
aerob sangat penting bagi pertumbuhan tumbuhan. Respirasi menghasilkan energi yang
digunakan dalam setiap kegiatan metabolisme sel tumbuhan. Energi (ATP) merupakan
sumber energy utama dalam kerja sel (Li et al., 2018) Respirasi selular secara aerobik
disajikan seperti persamaan berikut dengan 38 ATP molekul dalam produk, ini menjadi cara
untuk mewakili generasi secara biologis energi: (Pérgola and Galagovsky, 2019)
C6H12O6 + 6 O2 6 CO2 + 6 H2O + 38ATP

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju respirasi dapat dikelompokkan


menjadi dua yaitu faktor eksternal (faktor lingkungan) dan faktor internal. Yang termasuk faktor
lingkungan antara lain temperatur, komposisi udara dan adanya kerusakan mekanik. Ketiga
faktor ini merupakan faktor penting yang dapat mempercepat laju respirasi. Sedangkan faktor
internal antara lain jenis komoditi (Klimaterik dan non-klimaterik) (Sari & Simbolon, 2020). dan
kematangan atau tingkat umurnya, akan menentukan pola respirasi yang spesifik untuk setiap
jenis tumbuhan. Kebutuhan Oksigen pada respirasi tumbuhan sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan substrat sebagai bahan utamanya, ketersediaan oksigen pada proses oksidasi
untuk membentuk energi perkecambahan, suhu yang berpengaruh terhadap laju respirasi,
jenis dan umur tumbuhan, dalam hal ini cadangan makanan merupakan kebutuhan yang
penting dalam proses pemanjangan dan pembelahan sel-selnya.

Hubungan suhu dengan laju respirasi


160
Laju respirasi (mg/24 jam)

140
120
100
y = 2.557x + 45.819
80 R² = 0.9859
60
40
20
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Suhu (˚C)

Gambar 1. Grafik hubungan suhu dengan laju respirasi

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa laju respirasi meningkat


bersamaan dengan meningkatnya suhu. Nilai regresi y = 2,557x + 45,819 menandakan bahwa
setiap kenaikan 1˚C suhu akan menaikkan laju respirasi sebesar 2,557 . Nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0.9859 menandakan bahwa suhu memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap laju respirasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sari dan Simbolon (2020)
bahwa laju respirasi akan semakin cepat jika terjadi peningkatan suhu.

Proses respirasi berfungsi sebagai pemecah senyawa organik yang hasilnya akan
digunakan dalam metabolisme sel tumbuhan. Metabolisme sel tumbuhan dapat
mengakibatkan tumbuhan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Proses respirasi
yang baik maka akan mengakibatkan proses metabolisme dapat berjalan dengan baik,
sehingga pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan akan maksimal. Tumbuhan yang
tumbuh dengan maksimal akan meningkatkan hasil produksi pertanian. Sehingga keuntungan
yang didapatkan akan lebih banyak dibandingkan dengan jika proses respirasi terganggu.
Respirasi aerob pada tumbuhan memiliki keuntungan yaitu menghasilkan ATP yang
lebih banyak. Banyaknya jumlah ATP yang dihasilkan tentunya akan membantu proses
metabolisme pada sel dengan baik. Proses transportasi pada jaringan tumbuhan akan
berjalan dengan cepat. Namun respirasi aerob juga memiliki kerugian yaitu memerlukan
suplai oksigen yang cukup. Sehingga kekurangan suplai oksigen akan menghambat proses
respirasi pada tumbuhan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan kesimpulan bahwa suhu lingkungan akan


mempengaruhi laju respirasi aerob kecambah kacang hijau berupa kenaikan suhu
menyebabkan kenaikan laju respirasi.

DAFTAR PUSTAKA :

Hardianto, A., dan , D. Hermawan. 2019. Pengaruh filterisasi bertingkat larutan KOH, NAOH
Dan TEA terhadap penurunan prosentase CO2 pada biogas. Jurnal Flywheel, 10(1), 43-
54.
Galagovsky, L. y Giudice, J. 2015. Estequiometría y ley de conservación de la masa: una
relación a analizar desde la perspectiva de los lenguajes químicos. Ciência & Educação
(Bauru), 21(1):85–99.
Li, Y., Fei, J., Li, G., Xie, H., Yang, Y., Li, J., and Li, J. 2018. Supramolecular assembly of
photosystem II and adenosine triphosphate synthase in artificially designed honeycomb
multilayers for photophosphorylation. ACS nano, 12(2), 1455-1461.
Novitasari, R. 2017. Proses respirasi seluler pada tumbuhan. Jurnal Pendidikan Biologi : 89-
96.
Rakatika, R.R., dan D. Hernawati. 2014. Perbedaan konsumsi oksigen (O2) pada proses
respirasi kecambah. Penelitian Internal Universitas Siliwangi : 1-7.
Salisbury, F.B., and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Edisi Terjemahan. Bandung :
Penerbit ITB.
Sari, M., dan J. Simbolon. 2020. Prediksi laju respirasi terong dengan persamaan Arrhenius.
Jurnal Agroteknosains 4(2) : 21-27.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai