Anda di halaman 1dari 3

TINJAUAN PUSTAKA

Sindrom Balint
Hanna Karmila, Leonirma Tengguna
RS Bergerak Badau, Badau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Indonesia

ABSTRAK
Sindrom Balint disebabkan lesi bilateral pada perbatasan lobus parieto-oksipital dengan trias gejala utama simultanagnosia, ataksia optik, dan
apraksia okular. Berbagai faktor penyebab adalah stroke, trauma kepala, tumor otak. Sindrom Balint terkadang salah didiagnosis sebagai kelainan
visus; diperlukan pendekatan teliti agar penatalaksanaan tepat.

Kata kunci: Sindrom Balint, simultanagnosia, ataksia optik, apraksia okular.

ABSTRACT
Balint syndrome is a disorder of simultanagnosia, optic ataxia, and ocular apraxia that typically results from bilateral parieto-occipital lesions.
Many causal factors are stroke, traumatic brain injury, tumor, etc. Balint syndrome sometimes is misdiagnosed as disorder of visual acuity;
detailed approach is necessary to identify the etiology and provide the best treatment. Hanna Karmila, Leonirma Tengguna. Balint Syndrome

Keywords: Balint Syndrome, simultanagnosia, optic ataxia, ocular apraxia

PENDAHULUAN bilateral korteks parieto-oksipital yang glioma adalah tumor ganas satu lobus parietal
Sindrom Balint pertama kali dideskripsikan menyebabkan gangguan penglihatan. yang menyebar melewati corpus callosum
pada tahun 1909 oleh Rezso Balint, seorang Kelainan ini ditandai dengan tiga gejala utama ke lobus parietal lain. Berbagai penyebab
pakar neurologi dari Hungaria. Ia menyatakan yaitu simultanagnosia, ataksia optik, dan sindrom Balint lainnya terdapat pada Tabel
adanya lesi hemisfer bilateral pada seorang apraksia okular.1,2 1.2,4
pasien dengan gangguan penglihatan,
yang merupakan komplikasi penyakit ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI
serebrovaskular sejak tahun 1894.1,2 Sindrom Balint disebabkan lesi bilateral pada Sindrom Balint jarang ditemukan; dari 241
perbatasan lobus parieto-oksipital yang pasien dengan gangguan penglihatan, hanya
Balint mempelajari pasien ini dari tahun 1903 merupakan watershed area antara arteri serebri 5 pasien (2%) yang menderita sindrom ini.4
sampai pasien tersebut meninggal pada media dan arteri serebri posterior. Hipoperfusi Kelainan ini dapat ditemukan pada 30%
tahun 1906. Pada tahun 1954, Hecaen dan de serebral global dapat mengakibatkan pasien penyakit Alzheimer dan mencapai 82%
Ajuriaguerra menyebutkan tiga temuan khas terjadinya sindrom Balint.2 pada atrofi korteks posterior.5
pada Sindrom Balint. Yang pertama, pasien
sulit mengendalikan pergerakan bola matanya. Area parieto-oksipital yang paling sering MANIFESTASI KLINIS
Mata pasien biasanya terlihat berdeviasi ke terlibat adalah girus angular, cuneus (area 1. Simultanagnosia
kanan dan baru akan digerakkan ke kiri jika Brodmann 19) dan precuneus (area Brodmann Balint mengatakan pasiennya hanya dapat
diberitahu bahwa matanya berdeviasi ke 7).3 Lesi bilateral area ini jarang ditemukan; melihat satu objek pada satu waktu, tidak
kanan.Yang kedua yaitu ataksia optik; pasien pasien biasanya mengalami gangguan visual, peduli berapapun ukuran objek tersebut. Hal
sulit mengikuti pergerakan suatu objek. Ia sensorik (seperti hemineglect), dan gangguan ini dikenal sebagai simultanagnosia, yaitu
bisa mencapai suatu objek dengan tangan bahasa. Etiologi lesi meliputi stroke, trauma ketidakmampuan mengenali banyak objek
kanannya, tetapi biasanya hanya mencapai kepala, tumor otak primer atau sekunder, dalam satu lapang pandang.3
sebelah kanan objek tersebut dan sulit ensefalitis HIV, ensefalopati multifokal Untuk membuktikan adanya simultanagnosia,
menyentuh atau mengambil objek tersebut. progresif, dan keracunan karbonmonoksida.3 pasien diminta menyebut hal-hal yang
Yang ketiga yaitu gangguan pemusatan Selain itu, kelainan degeneratif seperti dilihatnya dalam suatu pemandangan yang
perhatian berupa kesulitan memfiksasi penyakit Alzheimer dan Creutzfeldt-Jakob dipenuhi banyak objek berbentuk segi
pandangan pada lebih dari satu objek.2 juga dapat menyebabkan sindrom Balint.3 empat. Pasien simultanagnosia hanya dapat
menyebutkan sebuah bentuk segi empat
DEFINISI Penyebab lain sindrom Balint adalah butterfly tetapi mengalami kesulitan menyebutkan
Sindrom Balint merupakan akibat kerusakan glioma (glioma kupu-kupu) simetris.3 Butterfly berbagai bentuk segi empat lain. Ia juga
Alamat Korespondensi email: dr.leonirma@gmail.com

824 CDK-270/ vol. 45 no. 11 th. 2018


TINJAUAN PUSTAKA

sulit mendeskripsikan gambar tersebut dicocokkan dengan daftar benda yang ada bagian tubuh mereka karena bagian tubuh
sebagai suatu kesatuan. Gangguan lapang pada gambar tersebut (Gambar 1).7,8 lebih dipengaruhi oleh kinestetik daripada
pandang yang biasanya bersamaan dengan Kriteria eksklusi pemeriksaan ini yaitu pasien koordinasi visual.7,8
sindrom ini biasanya tidak cukup berat untuk afasia cukup berat sehingga memengaruhi
menimbulkan kesulitan mendeskripsikan kemampuan mendeskripsikan gambar PENATALAKSANAAN
pemandangan tersebut.3 Sebagai contoh, yang dilihatnya. Hal ini bertujuan untuk Dua pendekatan rehabilitasi defisit persepsi
jika pasien simultanagnosia diberi gambar membedakan kesulitan berbahasa dengan pada sindrom Balint:9
kacamata, mungkin mereka akan mengatakan, gangguan persepsi visual.8 Selain itu, juga perlu 1. Pendekatan adaptasi fungsional
“Di sini ada lingkaran dan di sana ada lingkaran dipastikan pasien tidak memiliki gangguan Pada pendekatan ini, pasien harus melakukan
lain. Keduanya dihubungkan dengan satu visus atau gangguan lapang pandang. suatu kegiatan menggunakan kekuatan dan
garis. Gambar ini adalah sepeda.” Pasien Penderita hemianopia homonim bilateral kemampuannya. Hal ini bertujuan untuk
agnosia visual aperseptif berat mungkin akan (penderita skotoma perifer) memiliki lapang membantu pasien mengatasi masalah dalam
sulit mengenali adanya lingkaran.6 pandang terbatas seperti sedang melihat lingkungan sehari-hari. Kegiatan meliputi:9
dari lubang kunci sehingga menurunkan „ Sering beraktivitas dengan keluarga,
2. Apraksia okular kemampuan pencarian visual dan persepsi seperti berbelanja bersama, bepergian ke
Pasien sindrom Balint juga sulit mengendalikan simultan. Letak benda yang tepat pada taman, dan sebagainya. Kegiatan sosial
lirikan matanya (psychic paralysis of gaze) yang skotoma tidak akan terlihat, sehingga dapat perlu ditingkatkan untuk meningkatkan rasa
dikenal sebagai apraksia okular. Apraksia okular menyerupai simultanagnosia.7,8 percaya diri pasien.
merupakan ketidakmampuan mengikuti
pergerakan suatu objek walaupun pergerakan „ Apraksia okular „ Menggunakan sarana transportasi umum
mata sesungguhnya tidak terganggu. Pasien Gejala apraksia okular biasanya muncul agar pasien dapat melatih kemampuan
apraksia okular sulit memfiksasi matanya bersamaan dengan simultanagnosia. Pasien persepsi visualnya dan menjadi mandiri. Pada
pada satu objek dan mengikuti pergerakan apraksia okular sulit melirik ke suatu objek yang awalnya, pasien dapat ditemani keluarga.
objek tersebut.3 Hal ini dapat diperiksa dengan ditunjuk pemeriksa, tetapi dapat melirik secara Seiring majunya proses rehabilitasi, pasien
meminta pasien untuk memfiksasi matanya refleks, misalnya saat ada orang tiba-tiba ada diharapkan menjadi mandiri dan dapat
pada satu objek, lalu diminta untuk melirik di sampingnya. Kesulitan memindahkan fiksasi bepergian menggunakan transportasi umum
ke objek kedua; pasien apraksia okular akan mata dari satu objek ke objek lain ini disebut seorang diri.9
mengalami kesulitan. Akan tetapi, pergerakan spasme fiksasi. Hal ini dapat diperiksa secara
mata spontan/tidak diperintah tidak kuantitatif dengan alat perekam gerakan bola „ Tetap aktif di dalam rumah, misalnya
terganggu sehingga pasien dapat melirik mata.7 melakukan pekerjaan rumah tangga,
bagian tubuhnya atau sumber suara.3 menonton televisi, dan berlatih membaca
„ Ataksia optik koran.9
3. Ataksia optik Untuk memeriksa adanya ataksia optik,
Ataksia optik adalah kesulitan untuk menggapai lapangan pandangan pasien harus diperiksa „ Jika makin baik, pasien dianjurkan
suatu objek. Hal ini dapat dibuktikan dengan terlebih dahulu untuk memastikan pasien membaca koran dan mencari iklan kursus.
meminta pasien menyentuh suatu benda dapat melihat berbagai benda yang Pasien juga dianjurkan datang sendiri untuk
kecil dengan ujung jarinya, sebelumnya akan ditunjukkan. Pemeriksa tidak boleh mengumpulkan informasi, brosur, dan
pasien sudah memfokuskan pandangannya membatasi pergerakan kepala atau mata sebagainya. Pada awalnya, pasien dapat
pada benda tersebut. Pasien ataksia optik akan pasien. Kemudian berbagai benda diletakkan ditemani, tetapi diharapkan pasien akan
menggerakkan tangannya dengan lambat tapi di hadapan pasien dengan jarak yang dapat mampu melakukannya sendiri. Hal ini dapat
tidak dapat mencapai objek tersebut. Seperti dijangkau tangan pasien. Pemeriksa juga memaksimalkan fungsi persepsi visualnya
pada apraksia okular, pergerakan sehari-hari harus memastikan pasien telah memfokuskan dan membantu pasien untuk menjadi lebih
(yang tidak diminta) tidak terganggu. Pasien perhatiannya pada objek yang akan diraihnya percaya diri.9
dapat menunjuk bagian tubuhnya sendiri sebelum ia diminta untuk mengambil objek
atau dapat menunjuk sumber suara.3 tersebut. Sesudah pemeriksaan ini, pasien 2. Pendekatan remedial
diminta mengikuti pemeriksaan berikutnya Pendekatan ini bertujuan untuk
PEMERIKSAAN dengan menunjuk bagian tubuhnya sendiri.7,8 mengembalikan fungsi sistem saraf dengan
Pemeriksaan untuk menilai penglihatan dan melatih persepsi visual. Hal ini dapat dicapai
fungsi kognitifnya,7 meliputi: Ataksia optik dapat timbul bersamaan dengan pelatihan sensorik dan motorik.9
„ Simultanagnosia dengan lesi unilateral serebral. Pada keadaan Berbagai contoh latihan yang dapat dilakukan
Simultanagnosia dapat dinilai dengan ini, tangan kontralateral lesi akan lebih sulit antara lain:
tes diagnostik gambar Cookie Theft dari menggapai benda yang ingin diraihnya. „ Pergerakan mata
Pemeriksaan Diagnostik Afasia Boston yang Dibandingkan dengan dismetria serebelar, Mata pasien harus mengikuti pergerakan
mencakup distribusi informasi seimbang di pasien ataksia optik kurang mengalami objek yang digerakkan pemeriksa. Kemudian
empat kuadran. Laporan pasien mengenai tremor atau disdiadokokinesia. Pasien pasien harus menempatkan kedua jari
benda-benda yang dilihatnya dapat ataksia optik dapat menggapai secara tepat telunjuknya di hadapan wajahnya sejauh 15

CDK-270/ vol. 45 no. 11 th. 2018 825


TINJAUAN PUSTAKA

– 20 cm, dan melihat kedua jari telunjuknya tersebut. Seiring waktu, ukuran huruf makin Pasien diminta menghubungkan angka dari
secara bergantian dengan durasi masing- kecil. Tujuan latihan ini adalah mengajarkan yang terkecil hingga terbesar pada jarak
masing 5 menit. Jarak antara kedua jari pasien untuk menemukan dan membaca tertentu. Kemajuan akan terlihat dari makin
telunjuk adalah 3 cm sebagai permulaan. Jarak kata-kata dengan mengucapkannya dengan kecilnya ukuran angka dan jarak yang dapat
ini makin melebar seiring perkembangan lantang.10 dihubungkan.10
proses visual.10
„ Fungsi visuokinetik „ Latihan menulis
„ Pelatihan konvergensi Berbagai huruf dan kata ditunjukkan dan Pasien harus menulis huruf dan kata secara
Pasien harus menempatkan telunjuknya pasien harus membacakannya dengan keras spontan dengan didikte, pada selembar kertas
sejauh 30 cm dari wajahnya dan mengarahkan dan menggambarkan huruf yang dilihatnya bergaris.10
jarinya sedikit demi sedikit menuju di udara dengan jari telunjuk. Tujuan latihan
hidungnya dengan tetap mempertahankan ini adalah mengembangkan pembelajaran SIMPULAN
pandangannya pada jari tersebut. Latihan ini kinestetik mengenai kata-kata.9 Sindrom Balint merupakan kelainan akibat
harus dilakukan setidaknya 30 menit sehari. kerusakan bilateral korteks parieto-oksipital
Tujuan latihan ini adalah untuk kontrol lebih „ Latihan pencarian visual yang menyebabkan gangguan penglihatan.
baik pergerakan mata.10 Pasien harus mencari huruf dan kata dalam Kelainan ini ditandai dengan tiga gejala
sebuah teka teki silang.Tingkat kesulitan makin utama yaitu simultanagnosia, ataksia optik,
„ Membaca kata-kata meningkat seiring latihan berjalan. Tujuan dan apraksia okular. Penatalaksanaan sindrom
Pasien harus membacakan kata-kata yang latihan ini ialah meningkatkan kemampuan Balint meliputi rehabilitasi dengan pendekatan
ditulis dengan ukuran besar pada selembar scanning visual dan pengenalan kata-kata.9,10 adaptasi fungsional dan pendekatan remedial.
kertas. Pasien juga diminta menyebut huruf- Dengan latihan rutin, diharapkan tercapai
huruf hidup yang dilihatnya pada kata-kata „ Menghubungkan angka perkembangan visual.

DAFTAR PUSTAKA
1. Chechlacz M, Humphreys GW. The enigma of Balint’s syndrome: neural substrates and cognitive deficits. Front Hum Neurosci.2014;8:123.
2. Tonkonogy JM, Puente AE. Disturbances of regulatory activity: Impairments of visually guided attention. In: Tonkonogy JM, Puente AE (eds). Localization of Clinical
Syndromes in Neuropsychology and Neuroscience. New York:Springer Publishing Company;2009.p.485-7.
3. Short RA, Graff-Radford NR. Balint’s syndrome. In: Whitaker H (ed). Concise Encyclopedia of Brain and Language. 1st ed. Amsterdam:Elsevier Ltd;2010.p.77-9
4. Zihl J. Balint’s syndrome and its treatment. In: Zihl J (ed). Rehabilitation of Visual Disorders After Brain Injury. 1st ed. East Sussex: Psychology Press;2000.p.122-3.
5. Vighetto A, Krolak-Salmon P. Balint’s syndrome. In: Godefroy O (ed). The Behavioral and Cognitive Neurology of Stroke. 2nded. New York:Cambridge University
Press;2013.pp.218-25.
6. Ghadiali E. Agnosia. In: Advances in clinical neuroscience and rehabilitation. Volume 4. Number 5. United Kingdom:Rachael Hansford;2004.p.19.
7. University of Iowa. Clinical assessment of complex visual dysfunction. Seminars In Neurology [Internet]. 2000 [cited 2014 Mar 19]. Available from http://www.
medscape.com/viewarticle/410860_1
8. Miller NR, Newman NJ, Biousse V, Kerrison JB. Balint’s syndrome and related visuospatial disorders. In: Miller NR, Newman NJ, Biousse V, Kerrison JB (eds). Clinical
Neuro-Ophthalmology. 6th ed. Vol 1. Pennsylvania: Lippincott Williams & Wilkins;2005.p.614-6.
9. Al-Khawaja I. Neurovisual rehabilitation in Balints syndrome. J Neurol Neurosurg Psych. 2001;70:416 doi:10.1136/jnnp.70.3.416
10. Rosselli M, Ardila A, Beltran C. Rehabilitation of Balint’s syndrome: A single case report. Appl Neuropsychol. 2001:8(4):242-7.

826 CDK-270/ vol. 45 no. 11 th. 2018

Anda mungkin juga menyukai