Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN FARMAKOLOGI BLOK .4.

KASUS 1

Disusun oleh :

Kelompok 3.3

1. Alfira Maharani (118170009)


2. Annisa Bening S (117170010)
3. Doni (118170047)
4. Muhammad Maulana A (118170119)
5. Lio Permata Juhan P (118170095)
6. Raisya Putri Nandya (118170143)
7. Zidan Nawalie (118170199)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNGJATI
CIREBON
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Farmakologi Blok 4.2

“Kasus 1”

Telah Disetujui dan Disahkan

Pada tanggal :

Disusun oleh
Kelompok 3.3

1. Alfira Maharani (118170009)


2. Annisa Bening S (117170010)
3. Doni (118170047)
4. Muhammad Maulana A (118170119)
5. Lio Permata Juhan P (118170095)
6. Raisya Putri Nandya (118170143)
7. Zidan Nawalie (118170199)

Cirebon, ........................

Tutor:

Nama Tutor

Rama Samara Brajawikalpa, M.Sc, Apt.


A. KASUS

Identitas Pasien

Nama: an. IR

Umur: 16 th

TTL: 3 Mei 2020

Jenis Kelamin: perempuan

Alamat: cirebon

Jaminan: BPJS

Data Klinik Pasien


TTV 3-5-2020 4-5-2020
TD 110/80 120/70
HR 72 85
RR 26 20
Suhu 38 37.2

Data Laboratorium Pasien


Nilai normal 3-5-2020 3-5-2020
Hb 12,0 – 14,0 (P) g/dL 5,8g/dl 5,7
13,0 – 16,0 (L) g/dL
Ht 40 – 50 (P) % 37,8%
45 – 55 (L) %
Leukosit 3200-10000/mm3 15000sel/mm3
Trombosit 150000– 400000 sel 338000sel/mm3
natrium 135-145 mmol/L 133

Kalium 3,7-5,2 mEq/L 2,4 3,4

Klorida 98-108 104

Kalsium 7,2

Warna Kuning

Kosistensi Cair
Bakteri +

B. DASAR TEORI
1. Assesment 1
a. Patofisiologi Gastroenteritis Akut
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai
kemungkinan faktor di antaranya faktor infeksi, proses ini dapat diawali
adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran
pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel
mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.
Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya
mengakibatkan gangguan fungsi usus menyebabkan sistem transpor
aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian
sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat kemudian menyebabkan
diare. Kerusakan pada mukosa usus juga dapat menyebabkan
malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang
mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga
usus sehingga terjadilah diare.1

b. Algorithma Terapi Gastroenteritis Akut


2. Assesment 2
a. Patofisiologi Anemia

Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan


negatif besi yang berlangsung lama. Bila kemudian keseimbangan besi
yang negatif ini menetap akan menyebabkan cadangan besi terus
berkurang. Pada tabel berikut 3 tahap defisiensi besi, yaitu:2

Hemoglobin Tahap 1 normal Tahap 2 Sedikit Tahap 3 Menurun jelas


menurun (mikrositik/hipokromik)
Cadangan besi <100 0 0
Fe serum Normal <60 <60
TIBC 360–390 >390 >410
Saturasi transferin 20–30 <15 <10
Feritinserum <20 <12 <12
Sideroblas 40. –60 <10 <10
FEP >30 >100 >200
MCV normal normal Menurun

 Tahap pertama
Tahap ini disebut iron depletion atau store iron deficiency, ditandai
dengan berkurangnya cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi.
Hemoglobin dan fungsi protein besi lainnya masih normal. Pada keadaan
ini terjadi peningkatan absorpsi besi non heme. Feritin serum menurun
sedangkan pemeriksaan lain untuk mengetahui adanya kekurangan
besimasih normal.3
 Tahap kedua
Pada tingkat ini yang dikenal dengan istilah iron deficient erythropoietin
atau iron limited erythropoiesis didapatkan suplai besi yang tidak cukup
untuk menunjang eritropoisis. Dari hasil pemeriksaan laboratorium
diperoleh nilai besi serum menurun dan saturasi transferin menurun,
sedangkan TIBC meningkat dan free erythrocyte porphrin (FEP)
meningkat. 3
 Tahap ketiga
Tahapinilah yang disebut sebagai iron deficiency anemia. Keadaan ini
terjadi bila besi yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga
menyebabkan penurunan kadar Hb. Dari gambaran tepi darah didapatkan
mikrositosis dan hipokromik yang progesif. Pada tahap ini telah terjadi
perubahan epitel terutama pada ADB yang lebih lanjut. 3

b. Algorithma terapi anemia


C. PENATALAKSANAAN KASUS

Diare, Demam, Mual, • Feses : kuning, Gastroenteritis • Diberikan Cairan secara Iv dengan Ringer lactat
Muntah, ,Nafsu makan konsistensi cair, akut ec bakteri • Mual dan muntah : Ondansetron 0,15mg/KgBB
menurun, pusing, nyeri perut Bakteri (+). • Antibiotik empirik : azitromisin 1x500mg
melilit • Suhu 38, 37,2
• Demam : Paracetamol 500mg 3x1
 demam
• Anti diare: Loperamide 4 mg pada pemberian awal. Lalu
• Leukositosis
2 mg pd pemebrian selanjutnya setiap kali BAB, <18 mg/
• Elektrolit :
hari.
Hipokalemi,
Hipokalsemi
Pusing, Lemas Hb (5,8) rendah Anemia  Pemberian suplemen zat besi ferro sulfat
 Pemberian vitamin C
D. PEMBAHASAN
1. Rehidrasi dengan Cairan Ringer Laktat
 Mekanisme kerja
Memahami metabolisme laktat dan meninjau secara singkat
biokimia dan fisiologinya adalah penting untuk mengenali manfaat
spesifik dari pemanfaatan laktat Ringer. Sering dikacaukan dengan
asam laktat, laktat adalah basa pengganti asam laktat. Di bawah
kondisi fisiologis aerobik, metabolisme glukosa mengarah pada
produksi piruvat menjadi respirasi sel. Namun, selalu ada keadaan
kecil metabolisme anaerob yang terjadi pada waktu tertentu,
menyebabkan piruvat mengalami reaksi reduksi oksidasi dengan
NADH yang mengarah pada oksidasi NADH menjadi NAD + dan
pembentukan laktat melalui enzim laktat dehidrogenase (LDH) .
Reaksi ini mempertahankan tingkat NAD +, bahkan dalam
metabolisme anaerob, untuk memungkinkan glikolisis lebih lanjut
terjadi tanpa adanya oksigen. Biasanya, melalui respirasi seluler,
selalu ada rasio seimbang NADH / NAD + dengan transfer proton
dan elektron untuk akhirnya menjadikan ATP, air (H2O), dan karbon
dioksida (CO2) sebagai produk akhir. Jika sistem aerobik ini mati,
proton tidak punya tempat untuk pergi. Laktat terbentuk dan
dikeluarkan dari sel untuk menjaga rasio NADH / NAD + tetap.
Peningkatan produksi laktat, pada gilirannya, bertindak sebagai
sistem penyangga karena mengambil asam laktat H +. Selanjutnya,
laktat dapat dimetabolisme kembali menjadi piruvat melalui LDH
dan melalui respirasi sel, membentuk CO2 dan H2O. CO2 dan H2O
ini membentuk asam karbonat (H2CO3) melalui karbonat anhidrase,
dengan cepat terdisosiasi membentuk HCO3. Laktat dapat
dimetabolisme untuk membentuk bikarbonat.4
 Efek teurapetik/ indikasi obat
Larutan laktat Ringer, atau larutan Ringer laktat, adalah jenis
cairan kristaloid isotonik yang selanjutnya diklasifikasikan sebagai
larutan seimbang atau buffer yang digunakan untuk penggantian
cairan. Isi Ringer laktat termasuk natrium, klorida, kalium, kalsium,
dan laktat dalam bentuk natrium laktat, dicampur menjadi larutan
dengan osmolaritas 273 mOsm / L dan pH sekitar 6,5. Sebagai
perbandingan, saline normal (NS) memiliki osmolaritas sekitar 286
mOsm / L. Laktat Ringer sebagian besar digunakan dalam resusitasi
volume agresif dari kehilangan darah atau luka bakar; namun, laktat
Ringer adalah cairan yang hebat untuk penggantian cairan agresif
dalam banyak situasi klinis, termasuk sepsis dan pankreatitis akut. 4
 Hubungan pengobatan dengan data klinik pasien
Pada pasien didapatkan data klinik pasien mengalami
hiponatremi, hipokalemia, dan hipokalsemia. Pemberian cairan
dengan IV line Ringer Laktat dapat menggantikan cairan yang hilang
dan mengembalikan kadar normal elektrolit. Rehidrasi dengan IV
line juga dapat berfungsi untuk memberikan obat lain secara bolus. 4
 Dosis obat
Pada tahap pertama dapat diberikan sebanyak 20 mL. 4
 Efek samping
-
 Interaksi obat-obat, obat-makanan, obat-jamu
Cairan ringer laktat dapat dikombinasikan dengan obat obat
antibiotic dan dapat juga dengan obat antiemetic. 4
 Hubungan umur pasien dengan obat
2. Ondansetron
 Mekanisme Kerja

Memblok reseptor 5HT3 di saluran pencernaan dan


kemoreseptor di medulla oblongata.5

 Efek terapeutik

Ondansetron digunakan untuk pencegahan mual dan muntah


yang bebrhubungan dengan operasi dan pengobatan kanker dengan
radio terapi dan sitostatika. 5

 Hubungan Pengobatan dengan data klinik pasien

Dalam riwayat sakit pasien didapatkan mual dan muntah


ketika sehabis makan, maka antiemetic ondansetron dapat diberikan
karena dapat.5

 Dosis obat

Dosis ondansetron yang diberikan pada pasien ini yaitu 1x


0,15 mg/KgBB secara intravena,karena berdasarkan data klinik
pasien pasien mengalami mual dan muntah ketika makanan masuk. 5

 Efek Samping Obat

Konstipasi, sakit kepala, flushing, mengantuk, dan gangguan


saluran cerna lainnya. 5

 Interaksi Obat dengan obat, makanan, dan jamu

 Hubungan umur pasien dengan obat

Berdasarkan jurnal yang kami jadikan sebagai acuan, bahwa


kefektifitasan obat simptomatik pada gastroenteritis akut dengan
rentang status usia pediatrik dalam mengurangi muntah akut
berfokus pada ondansetron dimana dibuktikan bahwa ondansetron
meningkatkan proporsi pasien dengan menghentikan muntah
disbanding dengan placebo. Dan penggunaan domperidone, hanya
sedikit penelitian yang tersedia dengan sampel kecil, kualitas
metodologi yang rendah dan hasil yang tidak konsisten. Jadi
ondansetron tepat untuk digunakan pada pasien ini yang masih
berusia 16 tahun. 5

 Aturan pemakaian obat

diberikan sekali sehari melalui rute oral atau intravena5

 Hubungan pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit dan


pengobatan

 Lama penggunaan obat untuk terapi


- Penggunaan obat dilakukan tiap 4-8jam dosis tidak boleh
melebihi 16 mg. 5
 ADME

Absorbsi Distribusi Metabolisme Ekskresi


Onset 30 Terikat oleh Hepar Sebagian besar
menit, puncak protein 60 – melalui urin
plasma ketika 70% 70%, feses
infus habis 30%.

 Kontraindikasi

Obat ini sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan dan ibu


masa menyusui karena mungkin disekresi dalam ASI. Pasien dengan
penyakit hati mudah mengalami intoksikasi, tetapi pada insufisiensi
ginjal agaknya dapat digunakan dengan aman.6
3. Azithromycin
 Mekanisme Kerja
Mengikat subunit 50S ribosom dari mikroorganisme yang
rentan, dan memblok pemecahan peptidil tRNA dari ribosom
sehingga sintesis protein yang bergantung pada RNA tidak dapat
berlangsung. 6
 Efek terapeutik

Indikasi penggunaan obat ini digunakan pada eksaserbasi


bakteri akut, PPOK, OMA, dan pada Community-Acquired
Pneumonia, selain itu obat ini juga dapat bekerja efektif pada
pathogen bakteri seperti shigella sp, Compylobacter dan non
invasive E.coli. 6

 Hubungan Pengobatan dengan data klinik pasien

Berhubungan pasien mengalami diare yang disebabkan akibat


membeli makanan, maka obat azithromycin dapat bekerja pada
pathogen yang diakibatkan oleh foodborn. 6

 Dosis obat

1x500mg, 3 hari. 6

 Efek Samping Obat

Diare, Mual, Nyeri abdomen, feses lembek, muntah,

 Interaksi Obat dengan obat, makanan, dan jamu

Kombinasi dengan ,epinephrine, indapamide dapat


menyebabkan peningkatan interval QT. Penggunaan bersama
dengan Antasida dapat menunda penyerapan dan menurunkan kadar
serum puncak. 6
 Hubungan umur pasien dengan obat

Berhubungan pasien berusia 16 tahun maka untuk


penggunaan dosis dapat menggunakan dosis dewasa. 6

 Aturan pemakaian obat

Azithromisin di konsumsi 1 jam sbelum makan atau 2jam


setelah makan, diberikan 1x/ hari selama 3 hari. 6

 Hubungan pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit dan


pengobatan

Pasien memiliki kadar Hb yang turun, dengan penggunaan


azithromycin lebih aman dibandingkan dengan antibiotic
ciprofloxacin yang dapat menurun bioavailiblitas nya bila digunakan
bersamaan Fe untuk pengobatan anemia pasien. 6

 Lama penggunaan obat untuk terapi

Penggunaan obat dilakukan selama 3 hari. 6

 ADME

Absorbsi Distribusi Metabolisme Ekskresi


Obat Terikat oleh Hepar Dieksresi
diabsorbsi protein 7-50%, melalui feses
dengan cepat, 50%, urin 5-
BA 37%, 12%.
Puncak kadar
serum 2-3 jam

4. Loperamide
Loperamid adalah golongan fenilpiperidin opioid yang secara
struktural terkait dengan difenoksilat dan haloperidol, obat ini
digunakan dalam pengobatan diare akut dan kronis. Efek farmakologis
dicapai terutama dengan mengikat reseptor opioid di pleksi mesenterika
dinding enterik, menghambat pelepasan asetilkolin dan prostaglandin
dan dengan demikian mengurangi peristaltik dan meningkatkan waktu
transit usus. Loperamide juga dianggap menginhibisi saluran kalsium,
yang juga dapat mengakibatkan berkurangnya motilitas
gastrointestinal.6
 Dosis Obat:
Regimen antibiotik dapat dikombinasikan dengan
loperamide, dosis pertama 4 mg, dan kemudian dosis 2 mgs setiap
kali BAB, tidak melebihi 16 mg dalam periode 24 jam. Sediaan 1
tablet adalah 2 mg, untuk sediaan liquid 1mg, dan suspension 1mg.5
 Hubungan umur pasien dengan obat:
Pasien berumur 53 tahun dapat menggunakan obat ini namun
hindari dosis yang lebih tinggi dari yang direkomendasikan pada
orang dewasa dan pasien anak berusia 2 tahun ke atas karena risiko
efek samping jantung yang serius.5
 Hubungan Pengobatan dengan data klinik dan data
laboratorium:
Loperamide (juga dikenal sebagai Imodium) adalah salah
satu dari kelompok obat disebut anti-diare. Obat-obatan ini
dirancang untuk menebalkan feses, yang akan membantu
mengurangi atau menghentikan diare. Itu juga akan mengencangkan
feses yang terbentuk tetapi sedikit lunak.5
Hal ini berhubungan dengan data klinik pasien berupa
keluhan BAB cair lebih dari 8 kali dalam sehari. Dan pada data
laboratorium pemeriksaan feses ditemukan konsistensi feses cair
berwarna hijau. Selain itu, didapatkan juga bakteri (+), oleh karena
itu penggunaan obat ini direkomendasikan dengan penggunaan obat
antibiotik.5
 Hubungan pengobatan dengan riwayat penyakit dan riwayat
pengobatan:
Pasien memiliki riwayat penyakit gastritis, dan pada data
disebutkan bahwa pasien tidak memiliki riwayat penggunaan obat.5
 Interaksi obat-obat, obat-mekanisme, dan obat-jamu:
Tidak ditemukan adanya interaksi obat loperamid dengan
ondansetron maupun dengan omeprazole. 5
Namun pada pasien dengan dosis sesuai namun ketika
digunakan berasa obat (cimetidine, clarithromycin, erythromycin,
gemfibrozil, itraconazole, ketoconazole, quinine, ranitidine,
ritonavir) terjadi peningkatan kadar loperamid dalam darah.7
 Aturan pemakaian obat:
Sediaan 1 tablet 2mg. Setelah setiap buang air besar: 2 tablet
sekali pada awalnya, kemudian 1 tab / dosis dengan setiap tinja
longgar berikutnya hingga tidak melebihi 16 mg dalam 24jam.7
 Lama penggunaan obat untuk terapi:
Selama 4 hari.7
 Efek terapeutik atau indikasi obat:
Diindikasi pada pasien berusia >18 tahun dengan diare akut
yang nonspesifik dan diare kronik sehubungan dengan Inflammatory
bowel disease yang refrakter.7
 Efek samping obat:
Kelelahan, sakit perut, sembelit, mual, mulut kering,
angioedema, erupsi bulosa, perut kembung, ruam 8
Pada penggunaan dan penyalahgunaan obat antidiare
loperamid (Imodium) dosis tinggi, US FDA menerima laporan kasus
masalah jantung yang paling sering dilaporkan adalah syncope,
cardiac arrest, QT interval, Torsade de Pointes.8

 ADME:
Absorbsi Distribusi Metabolisme Ekskresi
Onset 1-3 Poor In vitro loperamide Waktu paruh
jam, durasi penetration is metabolized eliminasi
41 jam, through mainly by sekitar 7-14
durasi blood-brain cytochrome P450 jam.
puncak barrier. 5 (CYP450) isozymes, Dieksresikan
plasma CYP2C8 and melalui feses
5jam untuk CYP3A4, to form – sekitar 30-
sediaan N- 40%, dan
kapsul, dan demethylloperamide. melalui urin
2,5 jam In an invitro study sekitar 1%.5
untuk quercetin (CYP2C8
sediaan inhibitor) and
liquid. 5 ketoconazole
(CYP3A4 inhibitor)
significantly
inhibited the N-
demethylation
process by 40% and
90%, respectively.
In addition,
CYP2B6 and
CYP2D6 appear to
play a minor role in
loperamide N-
demethylation. 5

5. Besi (Fe)
Besi dibutuhkan untuk produksi hemogoblin (Hb) sehingga
kekurangan besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah
yang lebih kecil dengan kandungan Hb yang rendah. Besi akan
menggantikan cadangan zat besi pada hemoglobin, myoglobin, dan
enzim. Besi juga digunakan sebagai transport oksigen lewat
hemoglobin. 10

 Indikasi obat
Sediaan Fe diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan
anemia defisiensi besi, penggunaan diluar indikasi cenderung
menyebabkan penimbunan besi dan keracunan besi. 10
 Hubungan dengan data klinik
Pada data klinik didapatkan penurunan kadar Hb mencapai
5,8. Zat besi bersama dengan protein (globin) dan protoporpirin
mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan
hemoglobin.10
 Dosis obat
3-6 mg/kgbb setiap 8 jam dengan dosis maksimal 15 mg/hari11
 Efek samping
Efek samping untuk sediaan oral berupa intoleransi seperti
mual, nyeri lambung (7%), konstipasi (10%), dan diare (5%) yang
biasanya ringan dan dapat dikurangi dengan pemberian sesudah
makan walaupun absorpinya dapat berkurang
Pemberian secara IM menyebabkan reaksi lokal pada tempat
suntika berupa sakit, warna coklat, peradangan lokal. Pada 0,5-
0,8% kasus terjadi reaksi sistemik 10 menit setelah pemberian
seperti sakit kepala, nyeri otot, takikardi, dan hipotensi. 11
 Interaksi obat
Interaksi dengan antibiotik ciprofloxacin, norvofloxacin, dan
ofloxacin akan menurunkan efek dari obat karena adanya
penghambatan absorpsi oleh besi. Saran penggunaan adalah
meminum obat ciprofloxacin 2 jam sebelum atau 6 jam sesudah
penggunaan sediaan besi. Absorbsi zat besi dapat lebih
ditingkatkan dengan pemberian vitamin C, hal ini dikarenakan
karena faktor reduksi dari vitamin C. Zat besi diangkut melalui
dinding usus dalam senyawa dengan asam amino atau dengan
vitamin C. Tanin yang terdapat pada teh dapat menurunkan
absorbsi zat besi sampai dengan 80%. Minum teh satu jam setelah
makan dapat menurunkan absorbsi hingga 85%. Kafein di dalam
kopi juga juga dapat menurunkan absorbsi zat besi. 11
 Hubungan dengan umur pasien
Kebutuhan zat besi wanita lebih tinggi dari pada pria karena
terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50-80 cc setiap
bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30-40 mg. Pada infeksi zat
besi banyak digunakan oleh sistem kekebalan tubuh yaitu pada
aktivitas fagositik netrofil dan proliferasi sel limfosit. Kehilangan
darah yang banyak karena menstruasi pada remaja atau
perempuan juga dapat menyebabkan anemia. Semua faktor ini
akan meningkatkan kebutuhan tubuh akan zat besi, karena zat
besi dibutuhkan untuk membuat sel darah merah baru11
 Aturan pengobatan
Besi dalam bentuk fero paling mudah diabsopsi karena
efektif dan tidak mahal. Sediaan oral tersedia dalam bentuk garam
fero seperti fero sulfat, fero glukonat, dan fero fumarat.
Penggunaan sediaan IM dan IV hanya diberikan apabila pasien
bersifat intoleran terhadap sediaan oral atau pemberian oral tidak
memberikan respon terapeutik. Iron dextran (imferon)
mengandung 50 mg Fe setiap ml untuk penggunaan IM atau IV. 12
 Hubungan pengobatan dengan riwayat pengobatan
Tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya.

 Lama pengobatan
Untuk mengatasi defisiensi besi dibutuhkan sekitar 200-400
mg elemen besi selama kurang lebih 3-6 bulan. 12
 ADME obat

Absorpsi Distribusi Metabolisme Ekskresi


Biovabilitas 5- Distribusi Besi yang tidak Ekskresi melalui
10%, absopsi keseluruh digunakan akan keringat, urin,
terutama di jaringan disimpan disel feses, dan
duodenum dan terutama mukosa usu kuku/rambut
jejunum sumsum tulang halus dalam yang dipotong.
proksimal bentuk feritin

6. Vitamin C
Pemberian dengan konsumsi buah-buahan yang mengandung
vitamin C sangat berperan dalam absorbsi besi dengan jalan
meningkatkan absorbsi zat besi non heme hingga empat kali lipat.12
 Indikasi Obat
Vitamin C diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan
skorbut. Vitamin C tidak mengurangi insidens common colds
meskipun dapat sedikit mengurangi beratnya sakit dan lamanya
masa sakit. Vitamin C juga tidak bermanfaat untuk kanker lanjut12
 Hubungan dengan data klinik
Hubungannya dengan keluhan pasien adalah adanya tanda
dari anemia adalah adanya tanda dari anemia, sehingga pemberian
vitamin C dapat berguna untuk meningkatkan absorpsi dari zat
besi yang diberikan12
 Dosis obat dan aturan pakai
Sediaan Tablet : 50-1500 mg
Larutan : 50-1500 mg

 Efek samping
Vitamin C meningkatkan absorpsi besi, sehingga dosis besar
dapat berbahaya pada pasien hemokromastosis, talasemia dan
anemia sideroblastik. Vitamin C dengan dosis l gr/hari dapat
menyebabkan diare. 13
 Interaksi obat
Interaksi vitamin C dengan zat besi menunjukan bahwa efek
vitamin C dalam meningkatkan kadar zat besi, zat besi dan
Vitamin C merupakan suplementasi yang dapat diberikan pada
penderita anemia karena terbukti rerata Hb meningkat13
 Hubungan dengan umur pasien
Karena pasien 16 tahun, dapat diberikan dengan dosis dewasa14
 Hubungan pengobatan dengan riwayat pengobatan
Tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya14
 Lama pengobatan
Lama pengobatan vitamin C disesuaikan dengan besi(Fe) 14
 ADME14

Absorpsi Distribusi Metabolisme Ekskresi


Di absorpsi Distribusi nya luas ke Metabolisme di Ekskresi melalui urin
dengan seluruh tubuh dengan hati dalam bentuk utuh
mudah kadar tertinggi dalam dan bentuk garam
melalui kelenjar dan terendah sulfatnya terjadi jika
saluran cerna dalam otot dan kadar dalam darah
jaringan lemak melewati ambang
rangsang ginjal 1,4
mg

7. Paracetamol
Parasetamol memiliki spektrum mirip dengan non-steroid
antinflamasi obat matory(NSAID) dan terutama mengikat
siklooksigenase tipe 2(COX-2) secara selektif inhibitor. Meskipun
memiliki kesamaan NSAID, aksi paracetamol ini belum sepenuhnya
diklarifikasi tetap sekarang sudah umum bahwa itu menghambat
jenis siklooksigenase 1(COX-1) dan COX-2 melalui metabolisme
oleh fungsi peroksidase dari isoenzim ini yang menyebabkan
penghambatan pembentukan radikal fenoksil sehingga penting untuk
aktibasi COX-1 dan COX-2 dan prostaglandin(PG).15
 Efek terapetik / indikasi obat
Terapi jangka pendek untuk demam dan nyeri derajat ringan-
sedang dan pedoman WHO untuk penggunaan obat parasetamol
diindikasikan apabila suhu tubuh anak >39ºC.15
 Hubungan pengobatan dengan data klinik pasien
Pada masyarakat sering ditemukan adanya kasus orangtua
yang memberikan antipiretik pada suhu anak <38ºC dan
membangunkan anaknya untuk diberikan antipiretik.
 Dosis obat
Badan pengawas obat-obatan dan produk kesehatan (MRHA)
dosis berlisensi parasetamol adalah sama untuk semua pemberian
pada orang dewasa lebih dari 50 kg(ex. 1 gram hingga 4xsehari)
dengan minimah 4-6 jam dengan dosis 325-650 mg. Sedangkan
pada anak-anak 10-15 mg/Kg/BB sedangkan dosis maksimum 50-
75 mg/kg. 15

 Efek samping
Malaise, kenaikan kadar transaminase, ruam, reaksi
hipersensitif, hepatotoksik (overdosis).15
 Interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan, obat dengan
jamu

Parasetamol dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati.


Sebagian parasetamol dikonjugasi dengan asam glukuronat dan
sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Bila jalur
glukuronidasi dan sulfatasi jenuh, maka akan terjadi peningkatan
jumlah NAPQI (NAsetil-p-benzoquinon) melalui jalur oksidasi
oleh sitokrom P450. NAPQI akan cepat dieliminasi dengan
dikonjugasi oleh glutathion dan akan diubah menjadi asam
merkapturat yang kemudian di ekskresikan melalui urin. Bila
dosis parasetamol berlebih, maka jumlah glutathion pada sel hati
akan habis, sehingga jumlah NAPQI yang tinggi akan berikatan
dengan sel makromolekul dalam hati yang akan menyebabkan
efek hepatotoksik. Parasetamol bekerja dalam waktu satu jam dan
paruh waktu eliminasinya pada anak – anak berkisar antara 2–5
jam.16

 Hubungan umur pasien dengan obat


 Aturan pemakaian obat
bahwa acuan dalam pemberian obat parasetamol didapat dari
anjuran dokter (58,8%) dan sisanya mengikuti aturan yang tertera
pada kemasan obat.15
 Hubungan pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit dan
pengobatan
Bahwa orang dewasa dan neonatus dalam pengaturan
perawatan yang demam atau memiliki tekanan darah, mungkin
telah meningkatkan kerentanan terhadap suatu periode hipotensi
setelah i.v parasetamol. Sebaliknya penggunaan parasetamol oral
telah dikaitkan dengan tekanan darah meningkat. hasil studi
bahwa uji crossover terkontrol plasebo dilakukan pada pasien
dengan penyakit arteri koroner yang diketahui atau hipertensi
yang diobati menunjukan hal itu setelah 2 minggu minum
parasetamol pada dosis submaksimal 1 gram 3x sehari, detak
jantung dan tekanan darah dapat menunjukan statistik meskipun
mungkin tidak secara klinis, kenaikan signifikan.16
 Lama penggunaan obat untuk terapi
Lama penggunaan obat parasetamol ini berlangsung 4-6 jam
sampai pasien suhu nya turun.15
 ADME

E. RESEP
dr.Zidan Nawalie
SIP 04/04/830003785
Alamat: Jln. Merdeka no. 05 Cirebon

2 Juni 2020

R/ ferro sulfat 325 mg no xxi

∫ s.3.d.d.1.pc

R/ vitamin c 50 mg no xxi

∫ s.3.dd.1.pc

R/ ringer laktat 500 ml

∫ inj

R/ Ondansentron 1,5 mg/kg BB Iv No.V

∫ 1 dd 1
R/ Azithromycin 500mg no III

∫ 1dd 1

R/ Paracetamol 500mg no XV

∫ 3 dd 1

R/ loperamide 2 mg no X

∫ 2 dd 1

Pro : An. IR

Umur : 16 Tahun

Alamat : Cirebon

DAFTAR PUSTAKA

1. Kumar V, Abbas A.K, Aster J.C. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi ke-9.
Singapore: Elsevier; 2013.

2. Julia Fitriany, Amelia Intan Saputri. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal


Averrous Vol.4 No.2 2018.
3. Kristine Jimenez , MD, Stefanie Kulnigg-Dabsch . Penatalaksanaan
Anemia Defisiensi Besi Gastroenterol Hepatol (NY) . Apr.2015.
4. Gunawan SG. Setyabudi R. Farmakologi dan Terapi. Edisi 6. FKUI ;
Jakarta. 2016
5. Katzung BG. Masters SB. Trevor AJ. Farmakologi Dasar & Klinik. Edisi
12. New York ; Lange McGrawHill. 2012
6. Marchetti F. Bonati M. Oral Ondansetron versus Domperidone for Acute
Gastroenteritis in Pediatric Emergency Departments: Multicenter Double
Blind Randomized Controlled Trial. PLoS ONE ; Journal Pone . 2016
7. Robert A. Sylverman. Bimodal Release Ondansetron for Acute
Gastroenteritis Among Adolescents and Adults A Randomized Clinical
Trial. JAMA Network Open. 2019
8. Chow CM. Leung AK. Acute Gastroenteritis From Guides Line For Real
life. Dovepress. 2010
9. Amalia A. Tjiptaningrum A. Diagnosis dan Talaksana Anemia Defisiensi
Besi. MAJORITY Vol.5 No.5. 2016
10. Drugs and Diseases. Ferrous Sulfate. Medscape.
https://reference.medscape.com/drug/slow-fe-fer-in-sol-ferrous-sulfate-
342161#0
11. Rahayu A. Yulidasari F. Putri AO. Anggraini L. Buku Referensi Metode
Orkes-ku (Raport Kesehatanku) dalam Mengidentifikasi Kejadian Anemia
Gizi pada Remaja Putri. Yogyakarta. CV. Mine. 2019
12. Wirawan S. Abdi KL. Ristrini . PENGARUH PEMBERIAN TABLET
BESI DAN TABLET BESI PLUS VITAMIN C TERHADAP KADAR
HEMOGLOBIN IBU HAMIL (Effect of Vitamin C and Tablets Fe on
Haemoglobin Levels Against Pregnant Women). Vol. 18 No. 3 Juli 2015
13. Drugs and Diseases. Ascorbic acid (Rx. OTC) . Medscape.
https://reference.medscape.com/drug/ascor-cenolate-vitamin-c-ascorbic-
acid-344416#3
14. Hastuty DY. Khodijah D. ANALISIS PEMBERIAN TABLET FE
DENGAN KOMBINASI VITAMIN C DAN VITAMIN A TERHADAP
ANEMIA PADA SISWI SMU DI KECAMATAN MEDANG DERAS
KABUPATEN BATUBARA. Vol. 12. No. 02 desember 2017.
15. Made Ayu Nadine Indira Surya dkk. Pola Penggunaan Parasetamol Atau
Ibuprofen Sebagai Obat Antipiretik Single Theraphy Pada Pasien Anak.
Vol. 7 No.8, Universitas udayana : E-Jurnal Medik. Agustus 2018.
16. Tittarelli R, Pellegrini M, dkk. Hepatotoxicity Of Paracetamol And Related
Fatalities. European Review For Medical And Pharmacological Sciences.
Nomor 21. Hlm 95-101. 2017.

Anda mungkin juga menyukai