Laporan Akhir On Progress Kelompok 1
Laporan Akhir On Progress Kelompok 1
(APPROVING SHEET)
LAPORAN AKHIR
(FINAL REPORT)
DISETUJUI UNTUK
(AGREED FOR)
FAKULTAS TEKNIK
(ENGINEERING FACULTY)
DISETUJUI OLEH
(APPROVED BY)
KATA PENGANTAR
(PREFACE)
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
(GRATITUDE)
Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
mungkin terlewatkan dan tidak dapat penulis tuliskan satu persatu, yang telah
membantu penulis dalam menyelsaikan laporan akhir ini. Dukungan dan doa tetap
penulis butuhkan dan kesuksesan buat kita semua.
DAFTAR ISI
(CONTENTS)
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
(PREFACE)
UCAPAN TERIMA KASIH..................................................................... iv
(GRATITUDE)
DAFTAR ISI............................................................................................... vi
(CONTENT)
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. x
(PICTURE CONTENT)
DAFTAR TABEL...................................................................................... xi
(TABLE CONTENT)
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
(INTRODUCTION)
PERCOBAAN I PEMBUATAN SUSPENSI SEMEN, CETAKAN
SAMPEL DAN PENGUJIAN DENSITAS SUSPENSI SEMEN........... 3
(EXPERIMENT I PREPARATION OF CEMENTS SUSPENSION,
SAMPLE, AND EXAMINATION OF CEMENTS SUSPENSION DENSITY)
1.1 Tujuan............................................................. 3
1.2 Teori Dasar...................................................... 3
1.3 Alat dan Bahan............................................... 8
1.4 Prosedur Percobaan........................................ 9
1.5 Hasil Pengamatan........................................... 11
1.6 Perhitungan..................................................... 11
1.7 Pembahasan.................................................... 12
1.8 Kesimpulan..................................................... 14
4.1 Tujuan............................................................. 37
4.2 Teori Dasar..................................................... 37
4.3 Alat dan Bahan............................................... 38
4.4 Prosedur Percobaan........................................ 39
4.5 Hasil Pengamatan........................................... 39
4.6 Perhitungan..................................................... 39
4.7 Pembahasan.................................................... 40
4.8 Kesimpulan..................................................... 45
KESIMPULAN........................................................................................... 66
(CONCLUSION)
1. Kesimpulan......................................................... 66
2. Saran................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
(REFERENCE)
LAMPIRAN
(ATTACHMENT)
DAFTAR GAMBAR
(LIST OF FIGURE)
Gambar Halaman
1.1 Peralatan Percobaan 1......................................................................... 10
2.1 Peralatan Percobaan 2......................................................................... 22
3.1 Peralatan Percobaan 3......................................................................... 33
4.1 Peralatan Percobaan 4......................................................................... 40
5.1 Peralatan Percobaan 5......................................................................... 48
6.1 Peralatan Percobaan 6.................................................................... 58
DAFTAR TABEL
(LIST OF TABLE)
Tabel Halaman
1.1 Hasil Pengamatan Percobaan 1................................................................... 13
2.1 Hasil Pengamatan Percobaan 2........................................................... 24
3.1 Hasil Pengamatan Percobaan 3........................................................... 37
4.1 Hasil Pengamatan Percobaan 4........................................................... 41
5.1 Hasil Pengamatan percobaan 5........................................................... 50
6.1 Hasil Pengamatan percobaan 6........................................................... 62
PENDAHULUAN
(INTRODUCTION)
1.3.2. Bahan
1. Air
2. Semen portland
3. Bentonite
4. Grease
Cement Mixer Timbangan digital
Gambar 1.1 Alat Percobaan Pembuatan Suspensi Semen, Cetakan Sampel dan
Pengujian Densitas Suspensi Semen.
Ws+Wadd +Wair
SGS =
Vs+Vadd +Vair
Dimana :
SGS = densitas suspensi semen
Ws = berat bubuk semen
Wadd = berat additive
Wair = berat air
Vs = volume bubuk semen
Vadd = volume additif
3. Memasukkan suspensi semen kedalam cup mud balance, kemudian
cup ditutup dan semen yang melekat pada dinding bagian luar
dibersihkan sampai bersih
4. Meletakkan balance arm pada kedudukan semula, kemudian atur
rider hingga seimbang
5. Membaca skala sebagai densitas suspensi semen pengukuran
1.5 Hasil Pengamatan
1.6 Perhitungan
Diketahui :
Wsemen = 350 gr
M Bentonite = 6 gr
ρ Semen = 3,15 gr / ml
Vair = 213 ml
ρ Barite = 4,3 gr / ml
ρ Bentonite = 2,5 gr / ml
Ditanya :
a) SGS = ?
b) WCR = ?
Jawab :
1.3.1 Suspensi semen standart
a) Berat air = ρ ×V
gr
=1 × 213 ml
ml
= 213 gr
m
b) Volume semen=
ρ
6 gr
= 4,48 gr
ml
= 111,11 ml
m
c) Volume bentonite =
ρbentonite
6 gr
= gr
2,5
ml
= 2,4 ml
Wsemen+Wair
d) SGS =
Vsemen+Vair
350 gr +213 gr
= × 8,33 ppg
111,111 m+ 213 mL
gr
= 14,46
mL
Mair
e) WCR = ×100 %
Msemen
213 gr
= × 100 %
350 gr
= 60,8 %
1.7 Pembahasan
Pada percobaan kali ini membahas tentang pembuatan suspensi
semen, ceatakan sampel, dan pengujian densitas suspense semen. “Dimana
dalam proses kegiatan penyemenan ini ada problem yang sering terjadi adalah
penentuan campuran bubur semen yang tepat dan sesuai dengan kondisi
sumur yang menjadi target penyemenan (Afdhal Huda dkk, 2018)”.
Cementing merupakan bagian yang penting dalam suatu kegiatan pemboran.
Penyemenan yang kurang tepat akan menyebabkan terbentuknya channeling
pada semen, adanya produksiatau gas yang tidak diinginkan, serta korosi
pipa. Untuk menghindari hal tersebut maka dibutuhkan perhitungan sebelum
melakukan operasi penyelesaian sumur ( Well Complation).
3 Zat additive weighting agent ini kemudian di variasikan
konsentrasinya dan diuji pengaruhnya terhadap sifat-sifat semen pemboran,
diantaranya thickening time, compressive strength dan rheology. Dimana
dalam peercobaan kali ini yang di uji adalah compressive strength, dimana
compressive strength ini didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam
menahan tekanan-tekanan yang berasal dari formasi maupun dari casing,
strength minimum yang direkomendasikan oleh API untuk dapat melanjutkan
operasi pemboran adalah 100 psi.
Densitas semen adalah perbandingan total berat bubuk semen, air
poencampuran dan additive yang digunakan terhadap total volume bulk
semen. Yang perlu diketahui densitas semen di buat lebih besar dari densitas
semen berpengaruh pada tekanan hidrostatik.
WCR (Water Cement Ratio) perbandingan antara volume air dan
semen yang dicampurkan dengan semen di waktu pembuatan semen.
Dalam percobaan ini kami menguji dua sampel yaitu semen standart
dan semen standart dan semen standart + zat additive dimana zat additive
yang kami pakai adalah bentonite dimana dalam semen standart kami
dapatkan hasil dari perhitungan nya WCR (60,8 %) dan SGS nya sendiri kami
dapat 14,46 ppg sedangkan semen standart + bentonite kami dapat nilai WCR
sebesar (59,8 %) dan SGS nya sebesar 14,52 ppg.
Berdasarkan dari hasil yang kami dapat bahwa dalam penambahan zat
additive dalam suspensi semen semakin menurun dari hasil tersebut
menunjukkan bahwa suspensi semen yang kita pakai baik dalam proses
penyemenan ada beberapa jenis atau kriteria semen yang di pakai terdiri dari :
Kelas A
Semen kelas A ini digunakan pada kedalaman 0 dari permukaan – 6000 ft
semen ini terdapat dalam tipe biasa ( ordinary type ).
Kelas B
Semen kelas B digunakan pada kedalaman 0 – 6000 ft dan tersedia dalam jenis
yang tahan terhadap kandungan sulfat menengah dan tinggi (mmoderate dan
high sulfat resistant).
Kelas C
Semen kelas C digunakan dari keadalaman 0 sampai 6000 ft dan mempunyai
sifat high erzy strength (proses pengerasan nya lebih cepat).
Dan masih ada beberapa kelas semen lagi yang dapat kita cari dari jurnal.
1.7 Discussion
This experiment discusses the making of cement suspensions, checking
samples, and testing the density of cement suspensions. "Where in the
process of cementing activities there is a problem that often occurs is the
determination of the correct mix of cement slurry and in accordance with
the conditions of the well which is the cementing target (Afdhal Huda et
al, 2018)". Cementing is an important part of a drilling activity.
Inadequate cementing will lead to formation of channeling in the cement,
the presence of unwanted gas or production, and corrosion of the pipe. To
avoid this, calculations are needed before carrying out a well completion
operation.
3 This additive weighting agent is then varied and concentrated its effect
on the properties of the drilling cement, including thickening time,
compressive strength and rheology. Where in this experiment we tested
compressive strength, where compressive strength is defined as the
strength of the cement to withstand pressures originating from the
formation or from the casing, the minimum strength recommended by API
to be able to continue drilling operations is 100 psi.
Cement density is the ratio of the total weight of cement powder, mixed
water and additives used to the total bulk volume of cement. To note that
the cement density is made greater than the density of the cement affects
the hydrostatic pressure.
WCR (Water Cement Ratio) comparison between the volume of water and
cement mixed with cement at the time of manufacture of cement.
In this experiment we tested two samples namely standard cement and
standard cement and standard cement + additive substances where the
additive substance that we used was bentonite where in the standard
cement we got the results from the calculation of WCR (60.8%) and SGS
itself we were able to 14.46 ppg while our standard + bentonite cement
has a WCR value of (59.8%) and SGS of 14.52 ppg.
Based on the results we can get that the addition of additives in the
suspension of cement decreases from the results indicating that the
suspension of cement that we use both in the cementing process there are
several types or criteria of cement used consisting of:
Class A
This class A cement is used at a depth of 0 from the surface - 6000 ft of
this cement is of ordinary type
Class B
Class B cement is used at depths of 0 - 6000 ft and is available in types
that are resistant to medium and high sulfate content (mmoderate and
high sulfate resistant).
Class C
C class cement is used from 0 to 6000 ft depth and has high erzy strength
properties (the hardening process is faster).
And there are still a few more cement classes that we can look for in a journal.
1.8 Kesimpulan
1. dari hasil pengujian densitas pada percobaan kali ini diperoleh densitas
dari air + semen + additif sebesar 14,51
2. additif yang digunakan pada percobaan kali ini adalah bentonite
3. bentonite termasuk golongan additif extender
4. additif extender merupakan additif yang berfungsi untuk menurunkan
densitas
PERCOBAAN II
(EXPERIMENT II)
PENGUJIAN RHEOLOGI SUSPENSI SEMEN
(EXAMINATION OF CEMENTS SUSPENSION RHEOLOGY)
2.3.2 Bahan
1. Semen portland
2. Air
3. Bentonite
Timbangan digital Fann VG meter
Stop watch
C600 = 42
C300 = 30
Ditanya:
viscositas plastic?
yeild point ?
jawab
a. Viskositas plastic
μp= c 600−c 300
= 42 – 30
= 12
b. Yeild point
Yp = C300 - μP
= 30 – 12
= 18
2.7. Discussion
Rheology is a scientific discipline that contains the nature of flow-
flow in various types of fluids (Afdhal Huda *, 2018). In cement fluids the
flow properties to be tested are viscosity, yeild point, and plastic viscosity.
In principle there are 2 types of fluids which are Newtonian and non
Newtonian fluids. Newtonian fluid is a fluid which has a constant viscosity
to its friction rate (shear rate) for example: water while an example of a
non Newtonian fluid is for example: cement in which cement which adds
viscosity changes even its friction rate to the calminassi line then the
viscosity is constant. This viscosity is called plastic viscosity, and lead gel
strength and yeild point.
Before the flow of fluid occurs due to shear stress (shear stress)
between solid particles suspended in Newtonian fluids, the viscosity
relationship with the casing village is low viscosity, which depends on the
addition of additives such as extenders, namely bentonite and silica (Lisa
Samura, 2017). the effect, semantic cement will harden will result in
worse quality cement. This fluid formation is salty so contact will occur
with cassing will cause increased corrosion. The density of the slurry
cement is the total weight of the mixed air slurry cement and additives
used against the total slurry cement volume. Adding air to a particular
cement will increase the density of the cement.
The density of the slurry is crucial for the hydrocatic pressure of
the slurry in the hole, if the formation is unable to withstand the pressure
of the slurry it will cause the formation to rupture resulting in loss of
circulation (Afdhal Huda *, 2018).
In experiment 2 we calculated or discussed the rheology of this
drilling cement, we conducted 2 pieces of testing where one standard and
standard material + additives were used in our calculations, the plastic
viscosity value for standard cement = 12 while for yeild point = 18, for
standard cement + plastic viscosity barite = 19, yeild poitn = 18.
For field application for rheological examination on the cement
suspension is to determine the quality and durability of the cement
suspension in the formation pressure resistance and to determine the
ability of cement in leveling the casing with the formation.
2.8. Kesimpulan
1. Menentukan plastic viscosity dan yield point semen pemboran
2.
T −78,2
dihitung dengan menggunakan rumus BC =
20,02
Gambar 3.1 Alat Percobaan Pengujian Thickening Time, Initial & Final Setting
Time Suspensi Semen
3.4 Prosedur Percobaan
3.4.1 Pengujian Thickening Time
1. Membuat suspensi semen dengan komposisi yang telah ditentukan
yaitu 600 gram semen portland, 276 ml air dan 5 gram NaCl.
2. Menyiapkan peralatan dan stopwatch, sebelum dilakukan pengujian
mengkalibrasi terlebih dahulu peralatan yang akan digunakan.
3. Menghidupkan switch master dan set temperatur pada skala yang
diinginkan.
4. Menuangkan suspensi semen kedalam slurry container sampai
ketinggian yang ditunjukkan oleh garis batas.
5. Paddel yang telah dilapisi grease dipasang pada lid, kemudian
memasang lid yang telah terpasang paddel pada slurry container
dan dimasukkan kedalam atmospheric consistometer.
6. Menghidupkan motor dan stopwatch dan baca skala penunjuk
dalam 5 menit selama 50 menit, mencatat skala pada 50 menit.
b. Pengujian initial & final setting time selama 1 jam 0 menit didapat data
sebagai berikut:
initial setting time : 4 mm
final setting time : 4 mm
3.6 Perhitungan
a. Konversi suhu 84°C
Diketahui :
T = 84° C
Ditanya :
Konversi suhu ke : °R, °F , K, rankine ?
Jawab :
Konversi temperatue :
°F = ( 95 × ° C )+32
9
= ( × 84 ) +32
5
= 183,2 °F
4
°R = ×°C
5
4
= ×84
5
= 67,2 °R
K = °C + 273
= 84 + 273
= 357 K
Ra = °F + 460
= 183,2 + 460
= 643,2 Ra
b. Konversi suhu 44°C
Diketahui :
T = 44° C
Ditanya :
Konversi suhu ke : °R, °F , K, rankine ?
Jawab :
Konversi temperatue :
°F = ( 95 × ° C )+32
9
= ( × 44 ) +32
5
= 111,2 °F
4
°R = ×°C
5
4
= × 44
5
= 35,2 °R
K = °C + 273
= 44 + 273
= 317 K
Ra = °F + 460
= 111,2 + 460
= 571,2 Ra
3.7 Pembahasan
Pada percobaan ketiga ini memiliki 3 tujuan, yaitu: menentukan
teckening time dari suatu suspense semen dengan menggunakan alat
atsmospheric consistometer, mengetahui efek penambahan additive terhadap
thickening time suatu suspense semen dan menentukan initial dan final
setting time dengan menggunakan alat vicat apparatus. Pertama mencari nilai
tickening time terlebih dahulu, membuat suspense semen dengan
menggunakan komposisi sebagai berikut: 600 gram semen Portland, 276 ml
air dan ditambah dengan 5 gram CMC. Setelah suspense semen jadi,
mengkalibrasi terlebih dahulu alat yang akan digunakan, menghidupkan
switch dan mengatur temperaturenya pada skala yang telah ditenukan yaitu
140 C sama dengan 284 F. setelah mengatur semuanya masukkan suspense
semen kedalam slurry container sampai garis batas. Oleskan grease pada
paddle yang akan dipasangkan pada lid, setelah itu pasang lid pada slurry
container dan masukkan kedalam atsmospheric consistometer hidupkan motor
dan stopwatch bersamaan baca dan catat skala setiap 5 menit selama 50 menit
dan mendapatkan nilai secara berturut-turut yaitu: 1; 2; 2,5; 3; 3; 4; 4,5; 4,5;
5; 5 dalam satuan UC (Unit of Consistency).
Tickening time itu sendiri adalah waktu yang dibutuhkan bubur semen
untuk mencapai konsistensi 100 Bc. Harga 100 Bc ini merupakan batas bubur
semen masih dapat dipompakan lagi sehingga thickening time sering juga
disebut dengan pumpability. Dalam hidrasinya semakin lama semen
mengeras maka viskositasnya semakin meningkat. Viskositas pada semen
disebut konsistensi karena semen merupakan fluida yang nonnewtonian.
Besarnya thickening time yang diperlukan adalah tergantung dari kedalaman
penyemenan, volume bubur semen yang akan dipompakan serta jenis
penyemenan. Umumnya thickening time adalah 3–3,5 jam untuk penyemenan
dengan kedalaman 6.000 – 18.000 ft. Waktu tersebut termasuk waktu
pembuatan bubur semen sampai penempatan semen di belakang casing,
sedangkan pada penyemenan yang lebih dalam dimana tekanan dan
temperature tinggi sehingga diperlukan additive untuk memperlambat
pengerasan (thickening time) ([ CITATION Hud18 \l 1033 ].
Nah dalam percobaan ini menggunakan zat additive yaitu CMC
yang dimana CMC ini adalah polimer anionik yang larut dalam air yang
berasal dari selulosa dan mempertahankan fungsi dan sifat berikut:
• Bertindak sebagai pengental, pengikat, penstabil, koloid pelindung, zat
pensuspensi, dan zat pengontrol aliran.
• Membentuk film yang tahan terhadap minyak, minyak, dan pelarut
organik.
• Mudah larut dalam air dingin atau panas.
• Ini adalah polielektrolit anionic [ CITATION Ros19 \l 1033 ].
Dan juga CMC ini termasuk kategori retarder, yang dimana retarder
ini merupakan additive yang dapat memperlambat proses pengerasan bubur
semen sehingga bubur semen mempunyai waktu yang cukup untuk mencapai
kedalam an target yang diinginkan atau dengan kata lain thickening timenya
lebih panjang. Retarder sering digunakan dalam penyemenan casing pada
sumur-sumur yang dalam, sumur-sumur yang bertemperatur tinggi atau untuk
kolom penyemenan yang Panjang [ CITATION Sam17 \l 1033 ].
Kedua melakukan pengujian initial dan final setting time yang
dimana suspense semennya sama dengan pengujian tickening time
sebelumnya. Disini menggunakan alat Vicat Apparatus, pertama oleskan
terlebih dahulu ring mould nya dengan grease, setelah itu letakan kaca
dibawah ring mould agar slurry tidak tumpah. Masukan slurry kedalam rig
mould dan letakan kedalam wate bath yang sudah diatur dengan temperature
dari lapangan. Pengujian initial dan final setting time selama 1 jam 30 menit
setelah itu ambil slurry dan dan letakan ring mould pada vicat apparatus, jarak
antara jarum dengan bibir ring mould nya itu 1 cm sama denga 10 mm. bila
jarum sudah tertancap berarti sudah mendapatkan nilai untuk initial setting
time nya yaitu 3 mm. Balik ring mould dan letakan kembalik jarum bila
sudah tertancap maka dapat lah nilai untuk final setting time nya yaitu 2 mm.
Aplikasi lapangannya adalah dalam pemboran itu memiliki
berbagai casing ada konduktor, surface, intermedian dan produksi nah
disetiap casing pasti memerlukan semen yang beradditive berbeda-beda maka
dari itu perlu melakukan pengujian teckening time untuk mengetahui addive
apa yang haru s digunakan pada casing tersebut.
3.7 Discussion
In this third experiment, it has three objectives, namely: determining the
teckening time of a cement suspense by using an atsmospheric consistometer,
knowing the effect of adding additives to the thickening time of a cement suspense
and determining the initial and final setting time using the vicat apparatus. First
look for the value of the tickening time first, make a cement suspension using the
following composition: 600 grams of Portland cement, 276 ml of water and added
with 5 grams of CMC. After the cement suspension is finished, first calibrate the
tool to be used, turn on the switch and adjust the temperature on a predetermined
scale that is 140 C is equal to 284 F. After setting everything, put the cement
suspension into the slurry container to the boundary line. Apply grease to the
paddle that will be attached to the lid, after that put the lid on the slurry container
and put it into the atsmospheric consistometer turn on the motor and stopwatch at
the same time read and note the scale every 5 minutes for 50 minutes and get
values in succession, namely: 1; 2; 2.5; 3; 3; 4; 4,5; 4,5; 5; 5 in units of UC (Unit
of Consistency).
Tickening time itself is the time it takes for the cement slurry to reach 100
Bc consistency. The price of 100 BC is the limit of cement slurry which can still
be pumped again so thickening time is often also referred to as pumpability. In
hydration the longer the cement hardens the viscosity increases. Viscosity in
cement is called consistency because cement is a non-non -tonous fluid. The
amount of thickening time needed depends on the depth of cementing, the volume
of cement slurry to be pumped and the type of cementing. Generally thickening
time is 3 - 3.5 hours for cementing with a depth of 6,000 - 18,000 ft. This time
includes the time of making cement slurry to place cement behind the casing,
while in deeper cementing where the pressure and temperature are high so
additives are needed to slow the hardening (thickening time) ((Huda, Hamid, &
Sulistyanto, 2018).
Now in this experiment using additive substances namely CMC in which
CMC is a water-soluble anionic polymer derived from cellulose and maintains the
following functions and properties:
• Acts as a thickener, binder, stabilizer, protective colloid, suspending
agent, and flow control agent.
• Form a film that is resistant to oils, oils, and organic solvents.
• Easily soluble in cold or hot water.
• These are anionic polyelectrolytes (Roshan & Asef, 2019). And also this
CMC belongs to the category of retarder, which is an additive which can slow the
hardening process of cement slurry so that the cement slurry has enough time to
reach the desired target or in other words the thickening timeline is longer.
Retarders are often used in cementing casings in deep wells, high temperature
wells or for long cementing columns (Samura, Ainurridha, & Zabidi, 2017).
Second, do initial testing and final setting time where the cement
suspension is the same as the previous tickening time test. Here, using the Vicat
Apparatus, first apply the mold ring with grease, then place the glass under the
ring mold so that the slurry does not spill. Insert the slurry into the mold rig and
place it in the wate bath which is set with the temperature from the field. Initial
test and final setting time for 1 hour 30 minutes after that take the slurry and put
the ring mold on the vicat apparatus, the distance between the needle and the lip
of the mold ring is 1 cm equal to 10 mm. if the needle is stuck, it means that the
value for the initial setting time is 3 mm. Turn over the mold ring and put the
needle back when it is embedded then the value for the final setting time is 2 mm.
Field application is that in drilling it has a variety of casings there are
conductors, surfaces, intermedian and production. Each casing definitely requires
a different set of cement, so it is necessary to do a teckening time test to find out
what additives should be used on the casing.
3.8 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat kita simpulkan bahwa :
1. Thickening time adalah waktu yang di butuhkan suspensi semen untuk
mengeras atau tidak dapat dialirkan melalui pompa. Penambahan additive
NaCl akan mempercepat proses pengerasan suspensi semen karena NaCl
termasuk kedalam Accelerator.
2. Pada pengujian initial dan final setting time ini hampir sama dengan
thickening time, yaitu : waktu yang diperlukan suspensi untuk mengeras,
hanya saja disini ada faktor temperatur yang menentukan.
PERCOBAAN IV
(EXPERIMENT IV)
Jawab :
a) Menghitung % free water semen + Barite
V free water
= ×100%
V suspensi semen
5.2ml
= ×100%
250 ml
= 2,08 %
b) Menghitung % free water semen + CMC
V free water
= ×100%
V suspensi semen
2 ml
= ×100%
250 ml
= 0.8 %
4.7 Pembahasan
pada umumnya operasi penyemenan bertujuan untuk meletakkan
cassing pada dinding lubang sumur melindungi casssing dari masalah-
masalah mekanis sewaktu operasi pemborann berlangsung (seperti getaran
).melindungi cassing dari fluida formasi yang bersifat korosi,sebagai
pemisah antara lapisan formasi di belakang cassing.
“Menurut API nilai free water maksimal 3.5% ml dan tidak boleh
lebih dari 3.5% [ CITATION Nov1 \l 1057 ]”.
“Apabila harga free water ini terlalu besar melebihi bats air
maksimum maka akan terjadi pori – pori pada semen ini akan
menyebabkan semene akan memiliki permeabilitas yang besarsehingga
dapat menyebabkan kontak fluida antara formasi dengan anulus dan
strength semen berkurang [ CITATION Nov1 \l 1057 ]”.
Pada percobaan pengujian free water ini menggunakan alat yaitu:
Mixer,timbangan digital,gelas ukur,stopwatch dan bahan yang kami
gunuakan untuk membuat suspensi semen terdiri dari :semen
portland,air,CMC,barite.dalam pengujian free water ini kami membuat 2
sampel yiatu yang pertama kami membuat sampel untuk suspensi semen
dengan tambahan zat additev CMC seberat 6 gr setelah bahan suspensi
kemudian kita mix senua bahan tadi selama 1 menit.setelah di mix semua
bahan tadi kita mix kemudian kita tuangkan suspensi semene tadi kedalam
gelas ukur ,begitu juga dengan sampel 2,setelah 2 sampel tadi sudah kita
masukkan kedalam gelas ukur kemudian kita diamkan selama 2 jam
sehingga terjadi air bebbas( free water) dari suspensi semen yang sudah
kita buat tadi.
Dari hasil percobaan ini kami mendapatkan nilai free water yang
untuk sampel pertama yaitu semen +air+additive (cmc) kami mendapatkan
nilai free waternya sebesar 2 ml dan di ubah ke % free water kami dapat
nilainya sebesar 0.8%,dan untuk sampel ke dua yaitu semen +air+additive
( barite) kami mendapatkan nilai free waternya2.08%.
Aplikassi lapangan dari percobaan ini adalah kita dapat kita ketahui
dalam proses penyemenan dapat mengetahui batas air maksimum yang di
izinkan dalam suspensi semen.
Dalam pengujian free water densitas sangat berpengaruh dalam
pengujian free water, karena apabila densitas semen semakin besar maka
free water semakin kecil ,hubngan free water dengan desitas adalah
berbanding terbalik( jurnal ilmu kebumian volume24,nomor 3,september
-desember 2011).
Zat additive yang kami gunakan adalah cmc dimana cmc ini
berpungsi untuk mempercepat pengerasan / pengeringan pada suspensi
semen ,dimana cmc ini pada bagian accelerator,dan zat additive yang
kedua adalah barite dimana barite masuk golongan retarder dimana
reterder ini yaitu zat additive yang berpungsi untuk memperlambat proses
pengerasan atau pengeringan pada suspensi semen [ CITATION
Afd184 \l 1057 ].
“Squeeze cementing adalah bagian dari pekerjaan ulang sumur
yang bertujuan menutup lubang perforasi yang sudah ada dan
memperbaiki bonding semenyang buruk ( george k,1998)” .Re-cementing
adalah untuk menyempurnakan primery cementing yang gagal dan untuk
memperluas pelindung casing diatas ton semen, ”plug back adalah
cementing dilakukan untuk menutup atau meninggalkan sumur ,plug back
cementing ini untuk munutup zona minyak agar water – oil rate berkurang
pada open hole ( Fitrianti)”.
4.7 Discussion
cementing operations generally aim to place the cassing in the
wellbore wall protecting the casssing from mechanical problems when
drilling operations take place (such as vibration).
"According to the API the value of free water is a maximum of 3.5% ml
and may not be more than 3.5% (Novrianti)".
"If the price of free water is too large exceeds the maximum water
limit, pores will occur in this cement, which will cause semene to have a
large permeability so that it can cause fluid contact between the formation
with annulus and reduced cement strength (Novrianti)".
In this free water testing experiment using tools, namely: Mixer,
digital scales, measuring cups, stopwatch and materials that we use to
make a cement suspension consisting of portland cement, water, CMC,
barite. In this free water test we make 2 samples which the first we made a
sample for a suspension of cement with the addition of CMC additev
weighing 6 grams after the suspension material then we mix all of the
ingredients for 1 minute. after we mix all the ingredients we mix then we
pour the semene suspension into the measuring cup, as well as sample 2,
after the 2 samples we have put into the measuring cup then we leave it for
2 hours so that free water occurs (free water) from the cement suspension
that we made earlier.
From the results of this experiment we got the free water value for
the first sample, cement + water + additive (cmc), we got the free water
value of 2 ml and changed it to% free water, we got a value of 0.8%, and
for the second sample namely cement + water + additive (barite) we get
free water value2.08%.
Field application of this experiment is that we can know in the cementing
process we can find out the maximum water limit allowed in the cement
suspension.
In free water density testing is very influential in free water testing,
because if the cement density is greater then free water is getting smaller,
the relationship of free water with desity is inversely proportional (earth
science journal volume24, number 3, september-December 2011).
The additive substance that we use is cmc where cmc serves to
accelerate the hardening / drying of the cement suspension, where cmc is
on the accelerator, and the second additive is barite where barite belongs
to the retarder group where the reterder is an additive which functions to
slow down the process hardening or drying in cement suspension (Afdhal
Huda, 2018).
"Squeeze cementing is part of reworking wells aimed at closing
existing perforation holes and repairing poorly bonding semesters
(George K, 1998)". Re-cementing is to perfect failed primery cementing
and to expand the casing protector above tons of cement, " plug back
cementing is done to close or leave the well, this plug back cementing to
close the oil zone so that the water - oil rate is reduced in the open hole
(Fitrianti) ".
4.8 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan free water diatas dapat diambil kesimpulan :
1. Didapat harga free water dari suspense semen yaitu 2,08 % untuk
semen + bentonite dan 0,8 % untuk semen + CMC
2. Fungsi additive bentonite & CMC dari praktikum ini adalah untuk
mempercepat pengerasan terhadap suspensi semen ,barite berfungsi
untuk memperlambat proses pengersan terhadap suspensi semen.
4.9 Tugas
1. Apakah tiner termasuk zat additive pada semen pemboran atau
tidak?
Jawab:
Tiner tidak termasuk pada zat additive karena tinner itu
digunakan pengencer dalam lumpur pemboran untuk
mempermudah circulation mud pada proses pemboran karena
dalam proses pemboran yang kita cari bukan uktuk
mengencerkan semen tapi untuk pengerasan semen maka dari itu
tinner tidak termasuk zat additive
2. Cari tau additive barite dan cmc termasuk jenis apa ?
Jawab:
Cmc termasuk pada golongan atau bagian accelerator dimana
cmc digunakan untuk mempercepat proses pengeringan atau
pengerasan pada suspensi semen.sedangkan untuk barite sendiri
termasuk pada pada bagian reterder dimana barite berfungsi
untuk memperlambat proses pengerasan pada suspensi semen .
3. Coba jelaskan apa itu squzee cementing,Re-cementing,plug back
cementing?
Jawab:
Squzee cementing adalah bagian dari pekerjaan ulang
yang bertujuan menutup lubang pemboran yang sudah
ada dan memperbaiki bonding cement yang buruk.
Re – cementing adalah unuk menyempurnakan primery
cementing yang gagal dan untuk melindungi casing di
atsatop semen.
Plug back cementing adalah diginakan untuk menutup
atau meninggalkan sumur ,plug back cementing untuk
melihat zona minyak agar water oil rate berkurang pada
open hole.
PERCOBAAN V
(EXPERIMENT V)
5.677
F30 = Ft ×
√t
Dimana :
F30 = filtrat pada 30 menit, ml
Ft = filtrat pada t menit, ml
t = waktu pengukuran
Pada primary cementing, filtration loss yang diizinkan adalah sekitar 150-
250 cc yang diukur selema 30 menit dengan menggunakan saringan berukuran
325 mesh pada tekanan 1000 psi. Sedangkan pada squeeze cementing, filtration
loss yang diizinkan sekitar 55-65 cc selama 30 menit.
Dari percobaan yang telah kami lakukan didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 5.1. Hasil Pengamatan Pengujian Filtration Loss
Bahan Aditif VolumeFiltrat (ml) Waktu
Semen Portland + Air NaCl 167 18 menit
Semen Portland + Air Barite 169 18 menit
5.6. Perhitungan
1. Sampel I Barite
Diketahui → M semen =350 gr
M additive = 4 gr
V air = 213 ml
Ft (18) = 127 ml
Ditanya : - Volume filtrat pada menit ke 30 ?
a. Volume Filtrat teori
5,677
F30 = Ft X
√t
5,677
= 127 x
√ 18
= 169 ml
F teori – F pratikum
b. % Kesalahan = x 100 %
F teori
169−127
= x 100 %
169
= 24,89 %
2. Sampel II NaCl
Diketahui → M semen =350 gr
M additive = 4 gr
V air = 213 ml
Ft (18) = 125 ml
Ditanya : -Volume Filtrate pada menit ke 30
a. Volume Filtrate teori
5,677
F30 = Ft X
√t
5,677
= 125 X
18
= 167 ml
F teori – F pratikum
b. % Kesalahan = x 100%
F teori
167−125
= x 100 %
167
= 25,14 %
5.7. Pembahasan
Semen pemboran merupakan factor yang sasngat penting dalam pemboran.
Semen berfungsi sebagai perekat casing dengan dinding formasi, sifat fisik yang
terdapat di dalam semen juga harus diperhitungkan guna mendapat hasil yang
maksimal dan waktu yang ekonomis dalam pengerjaannya. Additive adalah bahan
yang dapat digunakan untuk merubah sifat fisik semen.
Dimana dalam percobaan kali ini kami menggunakan 2 zat additive yaitu
NaCl dan Barite dimana zat additive yang kami pakai seberat 4 gram dan semen
seberat 350 gram ditambah air sebanyak 213 ml, setelah itu kami membuat semen
dengan 2 zat additive tadi dan kemudian di tuangkan kealat filter press. Kemudian
kita lepas tekanan nya bersamaan dengan kita lepasa tangan kita yang berada di
bawah tabung yang berada di filter press tadi kemudian kita hitung selama 2 menit
sekali berapa jumlah filtrate yang keluar. Kemudian kita catat hasi dan hasil yang
kami dapat nilai filtrate sampel I sendiri yaitu barite pada menit ke 30 sebesar 169
ml, sedangkan untuk sampel II yaitu menggunakan NaCl nilai filtratnya sebeasar
167 ml.
Filtration loss berbanding lurus dengan densitas yaitu apabila densitas
rendah maka filtration loss akan rendah juga. Densitas dangat berpaengaruh
tekanan hidrostatik bubur semen didalam lubang sumur. “Bila formasi tidak
sanggup menahan tekanan bubur semen, maka akan menyebabkan pecah formasi,
sehingga terjadi lost circulation. (Bagus ichwan,2015)”.
Pada percobaan ini kami menggunakan zat additive yaitu NaCl retarder
dimana retarder ini termasuk zat yang memperpanjang lamanya waktu pengerasan
suspense semen. Retarder sangat berguna untuk memberikan waktu penempatan
yang memadai pada temperature sirkulasi maksimum. Namun akibatnya akan
dapat terjadi over retarder pada top kolom semen sehingga waktu WOC a maks.
Apabila tekanan formasi lebih tinggi maka akan menyebabkan colebs atau
penyempitan pada casing. Dan guna zat additive barite terhadap percobaan ini
adalah untuk menaikkan densitas suspense semen pemboran kita , sedangkan
NaCl berguna mempercepat proses penyemenan/pengeringan. “Filtration loss
adalah hilangnya fluida filtrate dari suspense semen akibat besarnya tekanan
hidrostatik daripada tekanan formasi. Sedangkan squeeze cementing filtration loss
yang diizinkan sekitar 55-65 cc selama 30 menit.(Zabidi.,2017)”.
Apabila volume filtrate yang hilang terlalu banyak karna volume filtrate
yang hilang dalam peristiwa filtration loss ini terlalu besar maka akan
menyebabkan suspense semen kekurangan air. Peristiwa ini dimana suspense akan
menyebabkan suspensi kekurangan air akibatnya banyak volume filtrate yang
hilang menurut (Mahaputra, 2018) untuk mengatasi kehilangan filtrate pada
penyemenan dengan menggunakan (CMC loss circulation material).
5.7. Discussion
Gambar 6.1 Alat Percobaan Pengujian Compresive Strength dan Shear Bond
Strength Suspensi Semen
A1
SBS = k × P ×
π ×D×h
Dimana :
SBS = Shear bond strength semen, psi
k = Konstanta koreksi, fungsi dari perbandingan tinggi (h)
terhadap diameter (d)
P = Pembebanan maksimum, psi
A1 = Luas penampang block bearing hydroulic mortar,
inch2
D = Diameter dalam casing sampel (semen), inch
h = Tinggi sampel semen, inch
6.5. Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Pengujian Compressive Strength dan Shear Bond Strength
Ukuran Nilai
No Jenis Sampel Pembebanan
Tinggi Diameter Panjang Lebar
(in) (in) (in) (in)
1 Kubik 1 1,08 3,74 2,01 1,85 102,70 lb
2 Kubik 2 1,02 3,74 2,01 1,95 252,82 lb
3 Silinder
CS SBS
No Jenis sampel
(psi) (psi)
1 Kubik 1 102,70 -
2 Kubik 2 252,82 -
3 Silinder - 58051,54
6.6. Perhitungan
a. Semen Kubik1
A1 = Block Bearing
A2 = Sampel Kubik = 11.36 inch
A1=π r 2
= 3.14 1.872
= 10.98 inch
A2=P x L
= 2.01 x 1.85
= 3.774 inch
t 1.08
K= = =0.58
L 1.85
H/D KF
1.75 0.98
1.5 0.96
1.29 0.93
0.81 ?
X −X 1 y− y 1
=
X 2 − X 1 y 2− y 1
0.58−1.75 y −0.98
= =0.32 (K)
1−1.75 0.87−0.98
Maka Cs = k x p x A1/A2
= 0.32 x 112.71 x 10.98 inch/3.774 lb
= 102.70 psi
b. Sampel Kubik II
A1 = Bearing Block
A=π r 2
= 3.14 x 1.822
= 10.98 inch
A2= PxL
= 2.01 x 19.5
= 39.195
K = t/L = 1.02/1.95 = 0.52
Perbandingan t/L terhadap Koefisien Factor
H/D KF
1.75 0.98
1 0.87
0.77 ?
X −X 1 y− y 1
=
X 2 − X 1 y 2− y 1
0.52−1.75 y−0.98
= =0.66 (K)
1−1.75 0.87−0.98
Maka Cs = k x p x A1/A2
= 0.66 x 125.64 x 11.93485 inch/39.145 lb
= 252.82psi
H/D KF
1.75 0.98
1.63 x
1.5 0.96
1.63−1.75 y−0.98
= =0.9704 (k)
1.5−1.75 0.96−0.98
3630lb
P = Pm/A2 = =4172.413 psi
0.81
7.446
SBS =0.96 x 4172.413 lb/inch x
3.14 x 1.01 x 1.62inch
= 58051.54 Psi
6.7. Pembahasan
Pada pratikum kali ini melakukan percobaan sesupensi semen untuk
mendapatkan nilai Compresive Strength dan Shear Bond Strength dimana
kami menggunakan dua sampel kubik dan sebuah selinder. “Compresive
Strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam menahan tekanan-
tekanan yang berasal dari formasi maupun dari casing, sedangkan Shear
bond Strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam menahan berat
casing”.(Afdhal, 2018). Compresive Strength minimum yang telah
direkomendasikan oleh API unuk dapat melanjutkan operasi pemboran
adalah 1000 psi. Nilai tersebut dipengarhui oleh temperatur, tekanan, dan
kadar air semen, serta kehalusan butiran semen dan lamanya waktu
pengkondisian.
Bahan additive yang digunakan pada percobaan ada 2 yaitu barite dan
sampel standar.additive pada semen berfungsi untuk menaikan atau
menurunkan densitas pada semen [ CITATION Lis176 \l 1057 ].
Pada pratikum kalli ini pengujian Compresive Strength di lab dengan
menggunakan alat Hydraulic Press dimana sempel semen yang telah dibuat
dilakukan pengujian pembebanan maksimum dalam casing chamber. Untuk
nilai Shear bond yang baik tidak kurang dari 100 psi sehingga casing dapat
terikat dengan kokoh agar pemboran dapat dilanjutkan. Untuk menambah
Strength pada suatu suspensi semen dapat menggunakan berbagai additive,
salah satunya adalah Bentonite yang berfungsi dalam mengunrangi kekuatan
suspensi semen, dimana fungsi adalah extender yang digunakan untuk
menghisap air.
Bila ditambahkan kedalam suspensisemen akan membentuk Filter
cake yang bertindak sebagai film dalam menutupi permukaan formasi yang
poros dan permeabel. API merekomendasikan bahwa setiap penambahan
1% bentonite ditambahkan pula 5.3% air (BWOC) untuk setiap kelas
semen. Untuk temperatur diatas 110℃, penambahan bentonite akan
menurunkan Compresive Strength dan menaikan permeabilitas semen.
Sedangkan material almunium dan silika yang bereaksi dengan kalsium
hidroksida pada pozzolan, dimana pozzolan tersebut memiliki dua tipe yaitu
diatomaceous oearth dan flyashers yang merupakan pozolan buatan yang
mampu menurunkan Compresive Strength.
Pada pratikum kali ini, nilai CS pada kubik I dan II sebear 102.70 psi
dn 252.82 psi dimana nilai tersebut diatas standar API yaitu 1000 psi,
sedangkan nilai Shear Bond pada mold silinder sebear 58051.54 psi dimana
nilai tersebut diatas ketetapan API yaitu 100 psi. Sehingga dapat melakukan
proses pemboran.
6.7. Discussion
In this practice, a cement cement experiment is conducted to get the
Compressive Strength and Shear Bond Strength values where we use two
cubic samples and a cylinder. "Compressive Strength is defined as the
strength of cement in resisting pressures originating from the formation or
from the casing, while Shear bond Strength is defined as the strength of
cement in holding the weight of the casing" (Afdhal, 2018). The minimum
Compressive Strength recommended by the API to be able to continue
drilling operations is 1000 psi. This value is influenced by the temperature,
pressure, and moisture content of the cement, as well as the fineness of the
cement granules and the length of the conditioning time.
Additive material used in the experiment there are 2 namely barite
and standard samples. Additive in cement serves to increase or decrease the
density of cement [ CITATION Lis176 \l 1057 ].
In this practice, testing Compresive Strength in the lab using a
Hydraulic Press where the cement that has been made is tested for maximum
loading in the casing chamber. For a good Shear bond value of not less than
100 psi so that the casing can be bonded firmly so that drilling can continue.
To add strength to a cement suspension can use various additives, one of
which is Bentonite which functions to reduce the strength of the suspension of
cement, where the function is the extender used to suck water. When added to
the suspension, it will form a Filter cake which acts as a film to cover the
surface of the formation that is porous and permeable. API recommends that
each addition of 1% bentonite 5.3% water (BWOC) be added for each class
of cement. For temperatures above 110 ℃, adding bentonite will reduce
Compressive Strength and increase the permeability of cement. While
aluminum and silica materials react with calcium hydroxide in pozzolan,
where the pozzolan has two types, diatomaceous oearth and flyashers, which
are artificial poisons capable of reducing Compressive Strength.
In this practice, the CS values in cubic I and II are 102.70 psi and
252.82 psi where the value is above the API standard which is 1000 psi,
while the Shear Bond value of 58051.54 psi cylindrical molds where the
value above API is 100 psi. So that it can do the drilling process.nt it to
parrist drensure on casing.
6.8. Kesimpulan
1. Semen akan hancur atau retak bila mendapatkan tekanan yang lebih
dari kemampuanya.
2. Zat additive extender dapat mengurangi permeabilitas semen sehingga
nilai CS menjadi lebih besar. Sedangkan pozzolan yang termasuk
dalam extender addtivite dapat menaikan Compresive Strength.
3. Agar dapat melanjutkan proses pemboaran, nilai CS dan SBS harus
diatas nilai API yang telah ditentukan yiatu 1000 psi dan 100 psi.
4. Nilai CS dan SBS pada percobaan kali ini diatas nilai API standar
sehingga pemboran dapat dilanjutkan.
LAMPIRAN