Anda di halaman 1dari 5

Bahaya Ikhtilath Menurut Hukum Islam

Posted by : Dibalik IslamSep 10, 2015

Apakah Itu Ikhtilath ?

Ikhtilath berarti bertemunya lelaki dan perempuan (yang bukan mahramnya)


di suatu tempat secara bercampur-baur dan terjadinya interaksi di antara
lelaki dan wanita itu (seperti berbicara, bersentuhan, berdesak-desakan, dll).
(Said Al Qahthani, Al Ikhtilat, hlm. 7).

Contoh lain bagi ikhtilat, misalnya para penumpang lelaki dan perempuan
yang berada dalam satu gerbong keretapi yang sama secara berdesakan-
desakan. Jika seseorang pernah menaiki angkutan umum seperti LRT dan
KTM pada waktu sibuk (masa berkerja dan pulang dari kerja), sangat
mungkin baginya untuk terjebak dalam ikhtilat. Kerana dalam keretapi itu
para penumpang lelaki dan perempuan berada dalam gerbong yang sama
dan saling berdesak-desakan satu sama lain.

Contoh ikhtilat lainnya, para penumpang lelaki dan perempuan di dalam bus
atau angkot. Pada waktu-waktu yang sibuk, para penumpang itu pasti akan
berdesak-desakan. Keadaan seperti itu disebut ikhtilat. Contoh lainnya,
misalnya di sebuah restoran, ada satu meja yang mana terdapat lelaki dan
perempuan yang bukan mahram, mereka makan dan berbincang bersama.
Ini juga merupakan ikhtilat.

Ikhtilat hukumnya haram dan berdosa menurut syariah (Hukum Islam),


meskipun kaum muslimin banyak yang melakukannya. Mungkin itu
disebabkan oleh ketidaktahuan (ignorance) mereka terhadap hukum Islam,
atau mungkin disebabkan oleh terpengaruh dengan gaya hidup kaum kafir
dari Barat yang serba boleh, serta tidak memperdulikan halal haram.
Di samping haram, ikhtilat juga berbahaya, ini kerana ia mudah menjadi
jalan untuk kemaksiatan-kemaksiatan lain yang merusak akhlak, seperti
memandang aurat, terjadinya pelecehan seksual, terjadinya perzinaan, dan
sebagainya.

Banyak kitab karya para ulama yang khusus menerangkan bahaya-bahaya


ikhtilat itu, seperti :

1. kitab Khuthurah Al Ikhtilath (Bahaya Ikhtlath), karya Syaikh Nada Abu


Ahmad.
2. kitab Al Ikhtilath Ashlus Syarr fi Dimaar Al Umam wal Usar (Ikhtilat
Sumber Keburukan bagi Kehancuran Berbagai Umat dan Keluarga), karya
Syaikh Abu Nashr Al Imam, dan.
3. kitab Al Ikhtilath wa Khatruhu ‘Alal Fardi wal Mujtama’ (Ikhtilat :
Bahayanya Bagi Individu dan Masyarakat), karya Syaikh Nashr Ahmad As
Suhaji, dan sebagainya.

Kriteria Ikhtilat dan Keharamannya

Seperti yang dijelaskan di awal artikel, pengertian ikhtilat adalah bertemunya


lelaki dan perempuan di suatu tempat secara bercampur baur dan terjadi
interaksi di antara lelaki dan wanita itu. Maka berdasarkan pengertian ikhtilat
itu, suatu pertemuan antara lelaki dan peremuan baru disebut ikhtilat jika
memenuhi dua kriteria secara bersamaan, yaitu :

 Pertama, adanya pertemuan (ijtima’) antara lelaki dan perempuan di

satu tempat yang sama, misalnya di ruang kereta yang yang sama, di ruang

yang sama, di dalam bus yang sama, rumah yang sama, dan seterusnya. 

 Kedua, terjadi interaksi (ittishal, khilthah) antara lelaki dan

perempuan, misalnya berbicara, saling menyentuh, berdesakan, dan

sebagainya.

Jika perempuan dan lelaki duduk berdampingan di dalam sebuah bus, tapi
tidak terjadi interaksi apapun, maka keadaan itu tidak disebut ikhtilat
(hukumnya tidak mengapa). Tapi jika di antara mereka lalu terjadi interaksi,
misalnya perbincangan, berkenalan, dan seterusnya, maka barulah keadaan
ini disebut ikhtilat (haram hukumnya). Sebaliknya jika di antara lelaki dan
perempuan terjadi interaksi, misalnya berbicara, tapi melalui telefon, maka
situasi ini tidak disebut ikhtilat kerana mereka tidak berada di satu tempat
atau tidak terjadi pertemuan (ijtima’) di antara keduanya.

Maka, yang disebut sebagai ikhtilat itu mestilah memenuhi 2 (dua) kriteria
secara bersamaan, yaitu :

1. Adanya pertemuan antara lelaki dan perempuan (yang bukan


mahramnya) di suatu tempat, dan.
2. Terjadi interaksi di antara lelaki dan perempuan itu.

Mengapa ikhtilat diharamkan? Ini kerana ikhtilat melanggar perintah syariah


untuk menerapkan batasan-batasan, yaitu keterpisahan antara kaum laki-laki
dan perempuan. Dalam kehidupan Islami yang dicontohkan dan
diperintahkan oleh Rasulullah SAW di Madinah dahulu, kaum lelaki dan
perempuan wajib dipisahkan dalam kehidupan, tidak boleh bercampur baur.
Misalnya, dalam shalat jamaah di masjid, shaf (barisan) lelaki dan
perempuan diatur secara terpisah, yaitu shaf lelaki di hadapan dengan imam,
sedang shaf perempuan berada di belakang shaf laki-laki. Demikian pula
setelah selesai shalat jamaah di masjid, Rasulullah SAW mengatur agar
jamaah perempuan keluar masjid lebih dahulu, baru kemudian diikuti oleh
jamaah laki-laki. Pada saat Rasulullah SAW menyampaikan ajaran Islam di
masjid, laki-laki dan perempuan juga terpisah. Ada kalanya terpisah secara
waktu (hari pengajiannya berbeda), ada kalanya terpisah secara tempat.
Iaitu jamaah perempuan berada di belakang jamaah lelaki, atau kadang-
kadang jamaah perempuan diatur terletak di samping jamaah lelaki.

Namun demikian, ada pengecualian. Dalam kehidupan umum, seperti di


pasar, hospital, masjid, sekolah, jalan raya, lapangan, kebun, dan
sebagainya, lelaki dan perempuan dibolehkan melakukan ikhtilat, dengan 2
(dua) syarat, iaitu ;

 Pertama, pertemuan yang terjadi antara lelaki dan perempuan itu

untuk melakukan perbuatan yang dibolehkan syariah, seperti aktiviti berjual

beli, belajar, mengajar, merawat orang sakit, pengajian di masjid,

melakukan ibadah haji, dan sebagainya.

 Kedua, aktivitas yang dilakukan itu memestikan terjadinya pertemuan

antara lelaki dan perempuan. Jika tidak ada kemestian terhadap pertemuan

antara lelaki dan perempuan, hukumnya tetap tidak boleh. Sebagai contoh
ikhtilat yang dibolehkan, adalah urusan jual beli. Misalnya, si penjualnya

adalah seorang perempuan, dan pembelinya adalah seorang lelaki. Dalam

keadaan seperti ini, boleh berlaku ikhtilat antara perempuan dan lelaki itu,

agar terjadi akad jual beli antara penjual dan pembeli. Hal ini berbeda

dengan aktivitas yang tidak mengharuskan pertemuan lelaki dan perempuan.

Misalnya makan di restoran. Makan di restoran dapat dilakukan sendirian

oleh seorang lelaki, atau sendirian oleh seorang perempuan. Tidak terdapat

kemestian untuk terjadinya pertemuan antara lelaki dan perempuan supaya

boleh makan di restoren. Maka hukumnya tetap haram seorang lelaki dan

perempuan berjanji-temu untuk bertemu dan makan bersama di restoran.

Perlu diperhatikan juga, di samping dua syarat di atas, tentunya para lelaki
dan perempuan wajib mematuhi hukum-hukum syariah lainnya dalam
kehidupan umum, misalnya kewajiban menundukkan pandangan (ghaddhul
bashar), yaitu tidak memandang aurat (TMQ An Nuur : 30-31), kewajiban
berbusana muslimah, yaitu memaki hijab (TMQ An Nuur : 31) dan jilbab atau
tsaub (TMQ Al Ahzaab : 59), keharaman berkhalwat (berdua-duaan dengan
lain jenis) (HR Ahmad), dan sebagainya.

Bahaya-Bahaya Ikhtilat

Sesungguhnya ikhtilat adalah jalan yang memudahkan terjadinya berbagai


kemaksiatan. Antara lain :
 Terjadinya khalwat, yaitu lelaki yang berdua-duaan dengan perempuan

yang bukan mahramnya.

Sabda Rasulullah SAW,”Janganlah sekali-kali seorang lelaki berdua-duaan


dengan seorang perempuan, kerana yang ketiganya adalah syaitan.” (HR
Ahmad)

 Terjadinya pelecehan seksual, seperti persentuhan antara lelaki dan

perempuan bukan mahram, dan sebagainya.

Rasulullah SAW pernah bersabda,”Kedua mata zinanya adalah memandang


(yang haram), kedua telinga zinanya adalah mendengar (yang haram), lidah
zinanya adalah berbicara (yang haram), tangan zinanya adalah menyentuh
(yang haram), dan kaki zinanya adalah melangkah (kepada yang haram).”
(HR Muslim).

Rasulullah SAW juga melarang lelaki dan perempuan berdesak-desakan.


Maka dari itu pada masa Rasulullah SAW kaum perempuan keluar masjid
lebih dulu setelah selesai shalat, barulah lelaki. (HR Bukhari, no 866 & 870).

 Terjadinya perzinaan, yang diawali dengan ikhtilat.

Imam Ibnul Qayyim pernah berkata dalam kitabnya At Thuruqul


Hukmiyyah,”Ikhtilat antara lelaki dan perempuan, adalah sebab terjadinya
banyak perbuatan keji (katsratul fawahisy) dan merajalelanya zina (intisyar
az zina).”

Dan yang lebih mengerikan lagi, jika zina sudah merajalela di suatu negeri,
maka akan terjadi kerusakan atau bencana umum bagi sebuah negeri.

Sabda Rasulullah SAW,”Tidaklah merajalela perbuatan zina di suatu kaum,


kecuali kematian pun akan merajalela di tengah kaum itu.” (HR Ahmad, dari
‘A`isyah RA).

Maka dari itu, jelaslah ikhtilat adalah perbuatan buruk yang wajib kita jauhi.
Jika tidak, berbagai kemaksiatan akan terjadi, dan bahayanya pun akan
merajalela pula di tengah-tengah umat Islam. Nauzhu billah min dzalik.

Oleh : KH. M. Shiddiq Al Jawi

Anda mungkin juga menyukai