Anda di halaman 1dari 5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan fisiologi lensa


Dibelakang pupil atau manik mata terletak lensa mata yang berkekuatan besar untuk
memfokuskan sinar ke bintik kuning selaput jala (retina). Lensa mata bersifat sangat bening.
Lensa ini sangat lentur di dalam pembungkusnya yang sangat elastis atau kenyal. Pembungkus
lensa ini dinamakan kapsul lensa. Inti lensa dikelilingi bagian luar lensa yang disebut sebagai
korteks lensa. Lensa melalui pembungkusnya menggantungkan diri dengan serat yang halus pada
jaringan mata yang mengatur akomodasi lensa.
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan
cahaya yang datang dari jauh, otot- otot siliaris relaksasi, menegangkan otot zonula dan
memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, dalam posisi ini,
daya retraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel akan terfokus ke retina.
Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga
tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastis kemudian mempengaruhi lensa menjadi
lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerja sama fisiologis antara korpus siliaris,
zonula dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi.
Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan berkurang.
Gangguan lensa adalah kekeruhan, distrosi, dislokasi dan anomali geometrik.pasien yang
mengalami gangguan- gangguan tersebut mengalami kekaburan penglihatan tanpa nyeri.

2.2 Katarak
2.2.1 Definisi Katarak
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat
bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan.
Katarak berasal dari Yunani Katarrahakies, Inggris Cataract dan Latin cataracta
yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup
air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat
kedua- duanya. Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga
akibat kelainan kongenital.
Katarak merupakan suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh
akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan
metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi
pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesusah serat lensa berhenti dalam
perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi.

2.2.2 Etiologi
Penyebab terjadinyakekeruhan lensa ini dapat:
1. Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa.
2. Sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa.
3. Komplikasi penyakit lokal ataupun umum.

2.2.3 Epidemiologi

Prevalensi penderita buta katarak di Indonesia diperkirakan sebesar 0,78% dari


jumlah penduduk, sehingga dengan jumlah penduduk sebanyak 210 juta orang terdapat 1,7 juta
penderita. Selain jumlah penderita katarak tersebut, setiap tahun akan muncul kasus baru
(insidens) buta katarak, yaitu sebesar 0,1% dari jumlah penduduk, sehingga diperkirakan setiap
tahunnya akan bertambah sebanyak 210.000 orang penderita buta katarak.

2.2.4. Patofisiologi

Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi
lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya
memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada usia 40 tahun, dimana mulai
timbul kesukaran melihat dekat (presbiopia). Lensa juga mulai kehilangan kebeningannya,
keadaan ini akan berkembang dengan beratnya katarak dijumpai pada usia 60 tahun hampir 2/3
mulai mengalami katarak. Perkembangan katarak menjadi berat memakan waktu dalam bulan
hingga tahun.
2.2.5. Klasifikasi Katarak

Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam:

1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun.
2. Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senil, katarak yang terjadi setelah usia 50 tahun.

2.2.5.1. Katarak kongenital

Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah
lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan
pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penangan kurang tepat.

Katarak kongenital digolongkan dalam katarak:

1. Kapsulolentukular dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan


katarak polaris.
2. Katarak lentikular termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks
atau nukleus lensa saja.

2.2.5.2. Katarak juvenil


Katarak juvenil yang terlihat setelah usia1 tahun dapat terjadi karena:
-Lanjitan katarak kongenital yang makin nyata.
-Penyakit penyulit lain, penyakit sistemik maupun metabolik dan penyakit lainnya
seperti:
1. Katarak metabolik
a. katarak diabetik dan galaktosemik (gula)
b. katarak hipokalsemik (tetanik)
c. katarak defisiensi gizi
d. katarak aminoasiduria (termasuk sindrom lowe dan homosistinuria)
e. penyakit wilson
f. katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain.
2.2.5. Tanda dan Gejala

Biasanya katarak sukar terlihat tanpa alat pembantu khusus, penglihatan berangsur –
angsur menurun tanpa rasa sakit dapat berakhir dengan kebutaan. Pada mata normal pupil akan
terlihat berwarna hitam, namun pada katarak akan terlihat berwarna putih.

Secara umum gejala katarak:

 Berkabut, berasap, (penurunan ketajaman penglihatan)


 Silau
 Perubahan daya lihat warna
 Penglihatan ganda 4,9.

2.2.6. Diagnosis
- Tajam Penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan penilaian fungsi penglihatan mata yakni
dengan menggunakan kartu snellen.
- Refleks Merah
Untuk lebih mudah melihat adanya katarak dilakukan dengan refleks merah didalam
manik mata atau pupil dengan oftalmoskop. Mata tanpa katarak akan terlihat reflek
merah pada pupil yang merupakan reflek retina yang terlihat melalui pupil. Bila
terdapat kekeruhan padat pada pupil maka refleks merah ini tidak akan terlihat4.

2.2.7. Penatalaksanaan
Teknik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapular, dimana isi lensa
dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa anterior sehingga korteks dan
nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut. Namun pada teknik ini dapat timbul
penyulit katarak sekunder. Dengan teknik ekstraksi katrak intrakapsular tidak terjadi katarak
skunder karena seluruh lensa bersama kapsul dikeluarkan, sebaiknya ditanam lensa intraokular
pada saat pembedahan, sehingga tidak perlu memaki kacamata afakia yang tebal atau lensa
kontak.10.

Anda mungkin juga menyukai