Anda di halaman 1dari 17

Antologi Puisi “Jajang Choeru

Rohman”

Semesta Takkan Pernah Membencimu

Ketika senja menjelma

kala hati tak sempat menyapa

Semilir angin menyayat hati

Kala bulan sinari langit malam

Luka sembilu tak ada obatnya

Tentang sebuah harapan

Mengapa ada kilau di kejauhan

Sampaikah merpati kembali

Atau kan memilih pergi

Dirimu satu Pratiwi

Katakanlah pada sang malam

Berikan mentari kala purnama

Dekatkan rembulan kala meredup

Kembalilah walaupun terasa sendu

Karena semesta takkan pernah membencimu

Batasan Tipis

1
Semesta Takkan Pernah Membencimu
Antologi Puisi “Jajang Choeru
Rohman”

Sempatkan

Bersimpuh lugu renungan menyatu

Tempat berucap awal dan akhirmu

Tak kala hati ini tergugah

Tentang suara yang alangkah indah

Setetes air menyetuh kulit

Membiaskan cahaya rembulan

Bersinar walaupun sulit

Berjuang demi datang kebahagian

Yang telah memberikan kenikmatan

Tirai kehidupan baru sangatlah dekat

Kala raga tak lagi mampu menepis

Takdir yang telah lama melekat

Hanya dengan terhalang batasan tipis

Hidup abadi takkan ada tangis

Permata Hati

2
Semesta Takkan Pernah Membencimu
Antologi Puisi “Jajang Choeru
Rohman”

Bercakap lugu

Saat pilu menyatu

Sempat indah hatinya

Namun jiwanya menggerutu

Ketika mentari meredup kala senja

Menyisakan luka dalam kalbu

Harga mati tak mampu mengembalikanmu

Merpati yang terbang tinggi

Cantiknya bak seorang putri

Tak mungkin bertengger pada relung hati

Getir pahit saat rindu tiba

Jauh dari kata manisnnya kurma

Angin malam menyampaikan isi hati

Sampaikah akan dapat kumiliki

Sebagai pemilik abadi permata hati

Aku Plumeria

Mengertilah tentang ini

3
Semesta Takkan Pernah Membencimu
Antologi Puisi “Jajang Choeru
Rohman”

Perasaan kasih yang harum mewangi

Sempat mendekat tak sadar mengumpat

Kala hati berlabuh sesaat

Sebutlah dia melati

Putih mekar lambang kesucian

Sama halnya tangkai mawar berduri

Terbesit keinginan memetik harapan

Perlahan mentari menunjukan sinarnya

Dengan memutar balikan keadaan

Aku Plumeria

Tinggal sendiri saat rindu menepi

Aku bukan dia

yang dapat membuatmu bahagia

Akulah Plumeria yang abadi untuk tetap menanti

Kau Anggrek

Indah jua kelopak mu

Membuka pada satu sinar mentari

4
Semesta Takkan Pernah Membencimu
Antologi Puisi “Jajang Choeru
Rohman”

Dengan perlahan ku coba tuk memetik

Menggenggam mencuba memiliki

Saat banyak kumbang menghiasimu

Takdirku

Keinginanku tuk melindungimu

Kesucianmu melambangkan keanggunan

Namun apalah daya ini

Kumbang tak lagi mampu berusik

Saat inang merebak menghampirimu

Mencuba tuk menguasai dan memilikimu

Sejenak hati tak rela

Kerena kau malah mengikutinya

Menjalin kasih antara anggrek dan inangnya

Dia Inang

Getir pilu saat kelopak indahmu jatuh

Menyentuh bumi tempat ku bersimpuh

Menangis menyesali tak kau pungkiri

5
Semesta Takkan Pernah Membencimu
Antologi Puisi “Jajang Choeru
Rohman”

Merajuk hanya pada diri sendiri

Menerima takdir yang telah terjadi

Hapuskan senja dimatamu

Jangan kau hinakan dirimu

Mendekatlah

Akan ku terima kelopakmu yang tak utuh

Karenamu bumi Pratiwiku

Kilau mentari takkan khianati rembulan

Tenanglah

Tak perlu sungkan berbicara

Perlihatkan senyum bahagiamu

Karena plumeria lambang keabadian kita

Rembulan Pratiwi

Kita bukanlah pangeran dan putri

Kita bukanlah sepasang merpati

Kita bukanlah bunga dan kumbang

Kita bukanlah sebuah pasangan

6
Semesta Takkan Pernah Membencimu
Antologi Puisi “Jajang Choeru
Rohman”

Kita terhalang sejauh mata memandang

Aku seperti ranting kering

Aku tak berguna

Aku bukanlah akar

Aku tak lagi mampu menopang

Aku hanyalah orang terbuang

Kamu bak rembulan kala malam

Kamu bersinar diantara bintang-bintang

Kamu mampu membangkitkan alam saat malam

Tapi kau tak mampu bersinar sendiri

Selalu ada mentari mendampingi rembulan pratiwi

Renungan Purnama

Sajak kasih terbuai kisah

Lirik sendu berlarik rindu

Semesta berucap

Langit malam bercakap

Tentang ada dan tiada

7
Semesta Takkan Pernah Membencimu
Antologi Puisi “Jajang Choeru
Rohman”

Menghela nafas menuai senyuman

Merajut cinta merusak asa

Tak kala hati terasa nyaman

Menampik semua takdir yang Esa

Yakni batasan dalam kehidupan

Purnama menjelma

Kesunyian malam telah tiba

Ruang sempit kan menjepit

Sehelai kain menemanimu

Menjadi saksi akan semua perbuatanmu

Mentari Menepi

Terbit laksana mentari

Menjelma berikan sinarnya

Kala itu kau bercakap

Kala itu kau berucap

Kala itu hanyalah ilusi

Diam

8
Semesta Takkan Pernah Membencimu
Antologi Puisi “Jajang Choeru
Rohman”

Lalu beranjak pergi

Membawa seberkas cahaya harapan

Aku mengais pilu pada kejauhan

Yang kini tinggal kenangan

Serentak mentari menepi

Sinar kehidupan beranjak pergi

Memberikan harapan pada senja

Seketika pula awan bermega

Melukis kisah pedih dalam jiwa

Sajak Penantian

Melukis kenangan pahit

Menepis rasa ingin melangkah

Sejenak takdir luluh menimpa jiwa

Merenung menginginkan jaminan bahagia

Berjalan memutar saat kau mengelak

Bising dihati

Ketika rindu tak bercakap

9
Semesta Takkan Pernah Membencimu
Antologi Puisi “Jajang Choeru
Rohman”

Seumpama terhalang tirai kasih

Lautan pun ada dermaganya

Begitu pula perasaan ini

Bertingkah semacam nahkoda

Pergi melaut ditelan samudra

Hanyutlah bahtera

Hanyutlah kisah kasih

Menantilah kala sampai ada dermaga

Gerimis Senja

Hati terusik saat langit bermega

Tangis pilu membuat luluh

Meratap terbawa lara kecewa

Menuai kasih sejuta harapan

Mengimbangi bedanya dalam kenyataan

Kau tahu

Kau mengerti

Kau mungkin paham

10
Semesta Takkan Pernah Membencimu
Antologi Puisi “Jajang Choeru
Rohman”

Kau bahkan mampu

Kau lah penyejuk senjaku

Sejenak fikiran mengusik kesenjangan

Malam turut ambil dalam penyampaian

Sebuah tulisan tentang penantian

Bukan sebagai harapan

Namun sekedar membuatmu paham

Bumi Pertiwi

Hidup di dunia gersang menyapa

Terikat pemahaman konsep sang Esa

Berpedoman pada kebijakan prasasti

Bertujuan agar hati umat terisi

Dalam mencapai kehidupan abadi

Tak kala jiwa ini tergugah

Tentang perjuangan yang bersejarah

Menyerang dan mempertahanan NKRI

Bersumpah pada lambang burung di dada

11
Semesta Takkan Pernah Membencimu
Antologi Puisi “Jajang Choeru
Rohman”

Bersatu padu keragaman yang hakiki

Ketika hidup indah bercengkraman

Semilir angin menepis keangkuhan

Bersama dalam membangun negara

Cinta kasih menyatukan kebhinekaan

Bersimpuh yakin adanya Tuhan

Bulan dan Bintang

Cahayamu

Nuansa syahdu tergambar dalam purnama

Eloknya rupa membawa bahtera

Sayangku

Kasihmu tak terusik sang bintang

Sunyi malam ngilu menusuk tulang

Hai rembulan

Pungguk menanti

Ingin bercakap letih menepi

Tentang kisah dan janjimu

12
Semesta Takkan Pernah Membencimu
Antologi Puisi “Jajang Choeru
Rohman”

Merintih

Memohon berharap engau mendekat

Dan menjauhi bintang

Merapat padaku

Mendekat berbincang tentang keangan

Senja Dimatamu

Pilu

Rasa yang kini tak mampu kau hindari

Lebam-lebam tubuh elokmu

Goresan tipis kau menahan tangis

Saat harapan indahmu pupus

Hempaskan

Hiruakan

Tak perlu kau fiirkan

Mendekatlah

Akan ku basuh luka lama mu

Kemarilah

13
Semesta Takkan Pernah Membencimu
Antologi Puisi “Jajang Choeru
Rohman”

Bagaimanapun keadaannmu

Kurangkul mesra padamu

Abaikan mentari yang akan tenggelam

Akan ku hapuskan senja dimatamu

Hujan Menghujam

Semilir angin mengawali hari

Tak kala hati berbisik pada semesta

Tentang bagaimana keadaan sang bunga

Yang kemarin kehilangan sucinya

Sesaat sebelum mekar sempurna

Indah nampak kulihat senyumu

Tapi itu dulu

Saat kau pergi dengan kumbang

Hidup bersamanya

Ku hanya mampu tuk berdoa

Hujan menghujam

Menepis semua kebahagiaan

14
Semesta Takkan Pernah Membencimu
Antologi Puisi “Jajang Choeru
Rohman”

Datang dikala bunga telah rusak

Tak elok macam awalnya

Hingga tinggal ia sendiri melawan dusta

Pratiwi Semestaku

Sanjung kasih terhadapmu

Memaksa hati untuk menjauhi

Kalam dusta dalam lisanmu

Menarik ucap

Memutuskan harap

Aku takkan mampu

Mereka pergi dan menertawakanmu

Cemas akan kasih tak sampai

Merebak dan menyeruah semesta alam

Cantikmu membunuhku

Ucap dan perilaku menggambarkan dirimu

Maanis lugu dengan senyuman

Lesung pipi menenangkan hati

15
Semesta Takkan Pernah Membencimu
Antologi Puisi “Jajang Choeru
Rohman”

Beranjak menjauh dan pergi

Kemanakah dirimu Pratiwi

Langit dan Bumi

Tempatmu untuk pulang

Kan ku jemput saat malam

Terucap kata dari mulutmu

Berharap besar tentangku

Namun tak mungkin adanya aku

Seperti syair cinta

Penuh kasih merusak kisah

Menepis seluruh amarah

Tak lagi dapat memiliki

Macam kau dan aku

Bak langit dan bumi

Tempatmu untuk pulang

Adalah tempatku berpijak

Tak beranjak hanya untukmu

16
Semesta Takkan Pernah Membencimu
Antologi Puisi “Jajang Choeru
Rohman”

Berharap penantian tak berujung pilu

Sampul Surat

Merayap mengintai dengan sabar

Mengucap, menyimak, dan berujar

Berjanji dan berorasi

Senikmat dan sesuka hati

Demi mendapatkan sebuah kursi

Kau serakah

Tingkahmu bak seorang menjadi sampah

Memaki, memungut kertas berharga

Merauk untung tak ingat bukanlah kau punya

Ingatlah masih ada karma

Mengungkap apa yang tersirat

Sempat hati ingin berucap

Tak kala pemikiranmu sangat akurat

Merobek, luka dengan sayat

Kaulah pujangga si sampul surat

17
Semesta Takkan Pernah Membencimu

Anda mungkin juga menyukai