Anda di halaman 1dari 6

NAMA : WELMA RIRY

NIM : 711530119078

TUGAS : DOKUMENTASI TINDAKAN RESUSITASI PADA BAYI BARU

LAHIR DENGAN AFIKSIA

DOSEN PENGUJI UJIAN DARING OSCE :

Ibu Syuul Adams, S.Pd, SKM,M.Kes

DOKUMENTASI HASIL TINDAKAN RESUSITASI PADA BAYI BARU

LAHIR DENGAN AFIKSIA MENGGUNAKAN METODE SOAP

A. IDENTIFIKASI DIAGNOSE DAN MASALAH POTENSIAL

DS : Ibu mendengar bayinya tidak segera menangis

DO : Bayi lahir tidak segera menangis

Pada mulut dan hidung terdapat banyak lendir

Apgar score 3/7

Kulit tampak kebiruan

Analisa dan interpretasi data

a. Bayi lahir tidak segera menangis spontan setelah tali pusat di

Jepit karena denyut jantung tidak dalam keadaan stabil pada frekuensi

120-140x/ menit sehingga bayi mengalami depresi saat dilahirkan


dengan menunjukkan gejala tonus otot menurun dan mengalami

kesulitan mempertahankan pernafasan yang aktif.

b. Sianosis (cyanosis) adalah warna kulit dan membran mukosa kebiruan

atau pucat karena kandungan oksigen yang rendah dalam darah.

Kondisi ini terutama mencolok di bibir dan kuku. Sianosis dapat

muncul dalam berbagai kondisi medis di mana konsentrasi oksigen

darah rendah, misalnya pada penyakit paru-paru, kelainan jantung

dan di daerah geografis yang tinggi. Sianosis pada bagian dalam bibir

(yang tidak terkena dingin), pipi, lidah dan konjungtiva mata, dapat

menjadi bukti saturasi oksigen darah rendah sekunder karena penyakit

paru atau jantung. Sianosis yang muncul di bagian luar, seperti ujung

jari, ujung hidung atau bagian luar dari bibir dapat disebabkan oleh

penurunan aliran darah ke kulit karena paparan suhu rendah.

c. Asfiksia adalah suatu kejadian hipoksia yang progresif, asfiksia ringan

(nilai apgar score < 10), asfiksia sedang (nilai apgar score 4 – 6),

asfiksia berat (nilai apgar score 0 – 3).

B. PLANNING
1) Lakukan langkah awal resusitasi
a) Jaga kehangatan bayi
Menjaga bayi tetap hangat dengan segera meletakkan bayi diatas
perut ibu, lalu menyelimuti dengan kain untuk mencegah terjadi
hipotermi sampai menutupi kepala. Lalu melakukan pemotongan tali
pusat dengan klem pertama yang berjarak 3 cm dari pusat dan klem
kedua berjarak 2 cm dari klem pertama, kemudian memotong
dengan gunting tali pusat dan segera mengikat dengan benang tali
pusat. lalu segera meletakkan bayi ke meja resusitasi.
b) Atur posisi bayi
Membaringkan bayi terlentang dengan kepala dekat dengan
penolong, lalu mengganjal bahu dengan kain yang dilipat setebal 2-3
cm, lalu memposisikan kepala bayi sedikit ekstensi, agar jalan nafas
terbuka.
c) Isap lendir
Dengan menggunakan pengisap lendir Slem seher atau Dellee, melakukan
pengisapan lendir yang dimulai dari bagian mulut sedalam 5 cm dan
dilanjutkan dengan bagian hidung sedalam 3 cm, lalu menghisap
lendir sambil menarik slem seher kearah luar.
d) Keringkan bayi dan rangsang bayi
Mengeringkan bayi mulai dari bagian muka, kepala lalu bagian
tubuh yang lainnya dengan sedikit tekanan, sambil melakukan
rangsangan taktil dengan menggosok bagian punggung bayi dan
menyentil telapak kaki bayi.
e) Atur posisi bayi kembali
Mengganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang
telah disiapkan kemudian menyelimuti bayi dengan kain tersebut
dengan menutupi bagian kepala dan membuka bagian dada agar
pemantauan pernafasan bayi dapat dilanjutkan. Lalu mengatur
kembali posisi bayi dengan sedikit ekstensi, agar jalan nafas bayi
tetap terbuka.
f) Lakukan penilaian bayi
Menilai bayi dengan melihat apakah telah bernafas normal, megap-
megap atau tidak bernafas.
g). Bila bayi bernafas tidak normal atau masih megap-megap Lakukan
ventilasi dengan tekanan positif (VTP) dengan menggunakan ambu
bag sebanyak 20 kali dalam 30 detik sampai bayi dapat bernafas
spontan dan frekuensi jantung >100 kali/menit.
h). Hentikan ventilasi dan nilai kembali nafas tiap 30 detik.
i). Jika tindakan Ventilasi Tekanan Positif berhasil, hentikan ventilasi
dan berikan asuhan pasca resusitasi.

2) Lakukan tindakan pasca resusitasi


1. Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang
merupakan perawatan instensif selama 2 jam pertama. Penting sekali
pada tahap ini dilakukan BBL dan pemantauan intensif serta
pencatatan.
a. Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi
Menilai adanya tanda-tanda bahaya pada bayi, seperti warna kulit
kebiruan, bayi lemah, adanya retraksi dinding dada, nafas <40 kali
permenit atau >60 kali permenit, nadi <120 kali permenit atau >160
kali permenit, bayi kuning.
b. Pemantauan dan perawatan tali pusat
Melihat apakah terjadi perdarahan pada tali pusat atau tidak dan
merawatan tali pusat dengan yang baik, yaitu dengan selalu menjaga
agar tali pusat tetap bersih, kering dan tidak lembab serta tidak
membubuhi apapun pada tali pusat.
c. Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada
ibunya
Melakukan pencegahan hipotermi, dengan meletakkan bayi
pada suhu >250C, tidak memandikkan bayi <6-24 jam setelah
lahir, memakaikan bedong dengan menutupi seluruh tubuh bayi
sampai bagian kepala
d. Pencegahan hipotermi
Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu
asuhan pasca lahir lebih lanjut. Asuhan pasca lahir dapat
dilakukan dengancara kunjungan rumah (kunjungan BBL/
neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk
mengetahui kondisi lebih lanjut dalam 24 jam pertama
kesehatan bayi setelah mengalami tindakan resusitasi.
e. Pemberian vit-K
Menyuntikan Vit-K1 dengan dosis 1 mg, di 1/3 paha kiri bagian
luar bayi secara IM, untuk mencegah terjadinya perdarahan
intrakranial.
f. Pencegahan infeksi
Memberikan salep mata gentamycin pada kedua mata bayi,
dari arah dalam keluar untuk mencegah terjadinya infeksi pada
mata bayi.
g. Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan antropometri, dengan mengukur BB,
TB, LL, LK, LD dan pemeriksaan fisik secara head to toe.
h. Pencatatan dan pelaporan
i. Asuhan pasca lahir
j. Pemberian ASI
k. Menilai BAB bayi
l. Menilai BAK
m. Kebutuhan istirahat/tidur
n. Menjaga kebersihan kulit bayi
o. Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi

Anda mungkin juga menyukai