Andri Setiawan-Fitk PDF
Andri Setiawan-Fitk PDF
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Andri Setiawan
NIM: 104017000540
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta, Maret 2011
Yang menyatakan
ANDRI SETIAWAN
ABSTRAK
ii
ABSTRACT
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
Tahmid serta syukur tak hentinya kami panjatkan kehadirat Allah SWT
Tuhan semesta alam. Segala inspirasi dan kemudahan dalam pencapaian sebuah
kesuksesan adalah anugerah Allah SWT. Shalawat dan salam kami curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, serta umatnya
hingga akhir zaman.
Alhamdulillah skripsi dengan judul ”Pengaruh Strategi Berhitung
(Different Strategies) terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa pada Materi
Operasi Bilangan Bulat” dapat penulis selesaikan dengan baik. Selama proses
penyelesaian skripsi banyak elemen yang terlibat dan turut membantu
membimbing penulis. Penulis ucapkan terima kasih yang tak hingga kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A.
2. Ketua jurusan Pendidikan Matematika merangkap sebagai dosen pembimbing
skripsi I Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd atas segala kesempatan untuk berbagi
ilmu dan korektor ketika penulis melakukan kekeliruan.
3. Dosen pembimbing skripsi II Bapak Firdausi, S.Si, M.Pd atas segala ilmu dan
inspirasi dalam mengembangkan pola fikir penulis.
4. Dosen pembimbing akademik Bapak Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd atas
segala arahan dan nasehat.
5. Para dosen dan staf jurusan Pendidikan Matematika UIN Jakarta atas segala
ilmu dan pengetahuan kematematikaan sehingga penulis dapat sedikit tahu
bagaimana cara belajar.
6. Kedua orang tua dan keluarga yang senantiasa mendoakan dan memberikan
restunya. Allahummagfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani
shagira.
7. Keluarga besar SDIT Cordova Pondok Aren atas kesempatan yang diberikan
dalam mengaplikasikan sebuah pengajaran.
iv
v
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………….………………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… iv
DAFTAR ISI………………………………………………………………… vi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… viii
DAFTAR GRAFIK ……………………………………………………….. ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….. x
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 7
1. Pembatasan Masalah ……………………………………...... 7
2. Perumusan Masalah …………………………..……….…… 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 7
1. Tujuan Penelitian ................................................................... 7
2. Manfaat Penelitian ................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR,
PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori tentang Hasil Belajar Matematika ………..……… 9
1. Pengertian dan Karakteristik Matematika dan Matematika
Sekolah……………………………………………………… 9
a. Pengertian dan Karakteristik Matematika ……..……….. 9
b. Pengertian dan Karakteristik Matematika Sekolah…….. 13
2. Hasil Belajar ……………………………………………… 16
3. Hasil Belajar Matematika…………………………………... 22
a. Pendekatan dan Metode dalam Pembelajaran
Matematika …………………………………..………… 22
b. Matematika untuk Kelas Dua Sekolah Dasar ……..…… 26
B. Kajian Teori tentang Strategi Berhitung
vi
vii
viii
DAFTAR GRAFIK
ix
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Lebih lanjut, dari 49 negara yang ikut serta dalam TIMSS 2007,
prestasi siswa Indonesia dalam matematika berada di urutan ke-36, dengan
skor rata-rata 405 (skor rata-rata internasional = 500). Dalam pencapaian
1
“Rendah, Prestasi Matematika Indonesia,” artikel diakses pada 27 Juli 2009 dari
http://www.topix.com/forum/world/malaysia/TPKMP1F380BEBFJGS.
2
“Rendah, Prestasi Matematika Indonesia,” …
3
“Rendah, Prestasi Matematika Indonesia,” …
1
2
prestasi belajar matematika, lima urutan terbaik dunia diduduki oleh Taiwan
diikuti oleh Korea Selatan, Singapura, Hong Kong, dan Jepang. Secara umum,
hasil TIMSS 2007 tersebut menunjukkan bahwa siswa kita mempunyai
pengetahuan dasar matematika tetapi tidak cukup untuk dapat memecahkan
masalah rutin (manipulasi bentuk, memilih strategi, dan sebagainya) apalagi
yang non-rutin (penalaran intuitif dan induktif berdasarkan pola dan
kereguleran).4
Angka-angka tersebut tidak berbeda jauh jika kita menengok kembali
batas Standar Kelulusan Minimal (SKM) pada Ujian Akhir Sekolah
Berstandar Nasional (UASBN) tahun ini. Di sekolah yang sarana dan
prasarananya masih di bawah Sekolah Standar Nasional (SSN), nilai SKM
matematika ditentukan hanya 3,3, lebih rendah dari IPA dengan nilai 4 dan
Bahasa Indonesia dengan nilai 6.5
Sedangkan pada kebanyakan sekolah dasar unggulan, SKM yang
diambil untuk mata pelajaran matematika hanya sebesar 3,75 atau 4,0, tidak
berbeda dengan tahun lalu. Sementara bahasa Indonesia dan IPA masing-
masing dinaikkan 0,5 poin dari tahun lalu.6
Karakteristik pembelajaran matematika di sekolah adalah materi
pembelajaran diajarkan secara berjenjang atau bertahap, yaitu dari hal yang
konkrit ke abstrak, hal sederhana ke kompleks, konsep yang mudah ke yang
lebih sukar. Selain itu pembelajaran matematika juga mengikuti pendekatan
spiral, di mana setiap konsep baru yang dipelajari perlu memperhatikan
konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Ide-ide seperti lima, persegi
panjang, tambah, negatif, sama dengan, semua merupakan contoh konsep
matematika.
Secara tradisional pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran
matematika adalah “ajarkan kemudian selesaikan” di mana penyelesaian soal
4
Awaluddin Tjalla “Potret Mutu Pendidikan Indonesia Ditinjau dari Hasil-hasil Studi
Internasional” artikel ini diakses pada 3 Maret 2011 dari
http://pustaka.ut.ac.id/pdfartikel/TIG601.pdf
5
“Matematika Masih Jadi Momok,” artikel diakses pada 27 Juli 2009 dari
http://edukasi.kompas.com/read/xml/2009/05/12/20370372/matematika.masih.jadi.momok
6
“Matematika Masih Jadi Momok,” ...
3
7
Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum, “Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika,” artikel diakses pada 23
Maret 2009 dari
http://www.puskur.net/download/prod2007/50_kajiankebijakankurikulummatematika.pdf.
8
Gelar Dwirahayu, “Pengaruh Pendekatan Analogi terhadap Peningkatan Kemampuan
Penalaran Matematika Siswa SMP,” Algoritma Vol. 1 No. 1 (Juni 2006), h. 55.
4
9
Harvey Daniels & Marilyn Bizar, Teaching the Best Practice Way: Methods that Matter
K12 (Portland: Stenhouse Publishers, 2005) halaman 253-255
5
membilang seluruh kubus. Seorang anak yang telah belajar puluhan dan satuan
dengan pemahaman yang terbatas mungkin akan menggunakan pendekatan
tradisional, ditulis dalam dua baris dengan rata. Sebagian anak mungkin akan
menuliskan 212 sebagai hasil penambahan antara 18 dan 14. Mereka yang
dapat dengan benar menggunakan algoritma mungkin dapat atau tidak dapat
menjelaskan mengapa algoritma tersebut benar.
Prosedur pengerjaan yang tidak biasa mungkin saja bisa kita dapatkan
dari anak-anak. Misalnya, anak-anak yang memahami bahwa bilangan dapat
dipecah ke dalam banyak cara, serta memahami bahwa jumlah antara dua
bilangan tidak akan berubah jika salah satunya ditambahkan sedangkan yang
lainnya ikut dikurangkan dengan nilai yang sama, mungkin akan
menjumlahkan antara 18 dan 14 dengan menjumlahkan dulu 10 dengan 10 dan
menggabungkannya dengan jumlah antara 8 dan 4. Dalam bentuk yang lebih
fleksibel adalah dengan memecahkan 18 menjadi 10 dan 8, 14 menjadi 10 dan
4, kemudian memberikan 2 dari 4 ke 8 didapatkan 10 dan 2, sehingga
terbentuk urutan 10, 10, 10, dan 2 menjadi 32.
Prosedur penilaian kemampuan pemecahan masalah yang umum
adalah pemberian soal cerita. Kemampuan pemodelan cerita menjadi sebuah
kalimat matematika menjadi sangat penting dalam prosedur ini. Hambatan
yang mungkin muncul adalah anak-anak kelas 1 dan 2 mungkin saja belum
mengerti makna dari sebuah bacaan. Hal ini mungkin bisa dilompati dengan
prosedur penilaian yang dicontohkan oleh Pamela R. Hyde di atas. Kedua
prosedur tersebut memungkinkan didapatkannya respon jawaban yang sama
dari anak.
Pemahaman yang baik mengenai bilangan bulat akan membantu anak
untuk menemukan penyelesaian yang tepat dari suatu penjumlahan, baik
dengan algoritma yang umum atau cara yang tidak biasa. Pemahaman konsep
sebelumnya, mempengaruhi pemahaman konsep berikutnya. Hal ini sesuai
dengan definisi pemahaman yang diungkapkan oleh beberapa ahli.
“Pemahaman dapat didefinisikan sebagai ukuran kualitas dan
kuantitas hubungan suatu ide dengan ide yang telah ada. Tingkat
pemahaman bervariasi. Pemahaman bergantung pada ide yang sesuai
6
10
John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, ed. 6 (Jakarta:
Erlangga, 2008), h. 26.
11
John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah..., h. 26.
7
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan uraian di atas, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Masih rendahnya hasil belajar matematika siswa SD terlihat dari
rendahnya SKM yang diambil.
2. Siswa hanya mampu melakukan operasi hitung bilangan bulat tetapi tidak
menyentuh konsep yang dipelajari.
3. Algoritma tradisional dalam operasi bilangan bulat yang umum digunakan
cenderung membuat kita berpikir dalam konteks angka, bukan bilangan
secara keseluruhan.
4. Keterbatasan yang jelas dari pemberian algoritma tradisional secara
prematur adalah bahwa para siswa mungkin menghafalkan aturan atau
generalisasi dan mampu mereproduksinya untuk tujuan-tujuan ujian, tetapi
mereka tidak memiliki keakraban dengan konsep-konsep dasar dan
berbagai rincian pendukung yang memberikan kedalaman makna.
1
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer (Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia, 2001), h.18.
2
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer …, h.18.
3
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer …, h.18.
9
10
4
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer …, h.18.
5
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer …, h.18.
6
Bandi Delphie, Matematika untuk Anak Berkebutuhan Khusus (Sleman: PT Intan Sejati
Klaten), h.2
7
Bandi Delphie, Matematika untuk Anak Berkebutuhan Khusus…, h. 2.
8
Sri Anitah, dkk., Strategi Pembelajaran Matematika, ed. 3 (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008), h. 7.4.
11
9
Sri Anitah, dkk., Strategi Pembelajaran Matematik..., h. 7.4.
10
Sri Anitah, dkk., Strategi Pembelajaran Matematik..., h.7.5 – 7.11.
12
11
Sri Anitah, dkk., Strategi Pembelajaran Matematik..., h.7.25-7.29.
14
Tabel 2.1
Karakteristik Matematika dan Pembelajaran Matematika di Sekolah
No Karakteristik Matematika Karakteristik Pembelajaran
Matematika
1. Objek kajian abstrak Objek kajian objek dan abstrak
2. Pola pikir deduktif Pola pikir deduktif dan induktif
3. Kebenaran konsistensi Kebenaran konsistensi dan
korelasional
4. Bertumpu pada kesepakatan Bertumpu pada kesepakatan
5. Memiliki simbol kosong dari Memiliki simbol kosong dari arti
arti (sebelum memasuki dan juga berarti (sudah masuk
semesta tertentu) dalam semesta tertentu)
6. Taat kepada semestanya Taat kepada semesta, bahkan juga
dipakai untuk membedakan tingkat
sekolah.
12
Sri Anitah, dkk., Strategi Pembelajaran Matematik..., h. 7.24-7.25.
16
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal, dalam arti
sesuatu yang terjadi di diri seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya
perubahan kognitif atau pengetahuan untuk kemudian berpengaruh kepada
perilaku. Perilaku belajar seseorang didasarkan pada tingkat pengetahuan
terhadap sesuatu yang dipelajari yang kemudian dapat diketahui melalui tes.13
Definisi belajar itu sendiri yang dikemukakan oleh beberapa ahli adalah
sebagai berikut:
1) Menurut Spears, belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba
melakukan sendiri, mendengar, dan mengikuti petunjuk.14
2) Menurut Silverman, belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari pengalaman atau latihan. Perubahan tingkah laku akibat belajar
dapat berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki perilaku
yang sudah ada.15
3) Menurut Reber, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan, dan suatu
perubahan kemampuan yang bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil
latihan yang diperkuat.16
4) Menurut Witherington, belajar merupakan perubahan dalam kepribadian,
yang dimaifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.17
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah proses memperoleh pengetahuan dan
perubahan dalam kepribadian sebagai akibat dari pengalaman atau latihan,
yang termanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru dalam bentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan. Perubahan
kemampuan bersifat relatif langgeng sebagai hasil dari latihan yang diperkuat.
13
Usman Melayu, “Hakikat Minat Belajar dan Hasil Belajar,” Berita STMT Trisakti, ed.
084 (Januari 1999): h. 55.
14
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 54.
15
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan..., h. 56.
16
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Cet. 1 (Jakarta: Logos, 1999), h. 62.
17
Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pndidikan, Cet. 4 (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 155.
17
18
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan..., h. 56-57.
19
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan..., h.58.
18
Tabel 2.2
Tingkatan Domain Kognitif
No Tingkatan Deskriptif Kompetensi
1 Ingatan Aspek pengetahuan berkenaan dengan hafalan
(knowledge/recalling) dan ingatan, misalnya hafal atau ingat tentang
simbol, istilah, fakta, konsep, definisi, dalil,
prosedur, pendekatan, metode.
Contoh
menyebutkan
menunjukkan
menuliskan
2 Pemahaman Tiga macam pemahaman adalah pengubahan
(comprehension) (translation), pemberian arti (interpretation),
dan pembuatan ekstrapolasi (extrapolation).
Contoh
Menjelaskan perbedaan
Menghitung
3 Penerapan Kemampuan seseorang menggunakan apa
(application) yang telah diperolehnya (generalisasi,
abstraksi, aturan, dalil prosedur dan metode)
dalam situasi khusus yang baru, dan konkrit,
mengaplikasikan pemahamannya untuk
memecahkan persoalan baru untuk situasi baru
tanpa adanya aturan yang sudah diberikan.
Aplikasi menekankan kepada mengenai apa-
apa yang perlu diketahui dan mengenal
kegunaannya, memilihnya, kemudian
menggunakannya.
20
Ruseffendi., Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya
dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA, Ed.3, (Bandung: Tarsito, 2006), h.
220-224.
19
INSTRUMENTAL
INPUT
TEACHING-LEARNING
RAW INPUT OUTPUT
PROCESS
ENVIRONMENTAL
INPUT
Bagan 2.1
Proses Belajar
21
Ngalim Purwanto, Pskologi Pendidikan, cet. 4 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), h. 106.
20
Murid
(faktor dalam) Faktor luar
dan sikap
Kecerdasan
Bakat
Minat
Kesiapan
Kemauan
Suasana
Kompetensi
Kondisi
penyajian
anak
anak
belajar
Pribadi
belajar
Model
materi
anak
guru
luar
anak
guru
Bagan 2.2
Faktor-faktor Keberhasilan Belajar
22
Ngalim Purwanto, Pskologi Pendidikan..., h. 106.
23
Ruseffendi, Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya
dalam Pengajaran Matematika untuk meningkatkan CBSA … h.9.
24
Ruseffendi, Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya
dalam Pengajaran Matematika untuk meningkatkan CBSA… h.9.
21
b. Kesiapan anak
Kesiapan yang dimaksud terdiri dari dua macam, perkembangan
mentalnya sudah siap dan pengetahuan prasyaratnya sudah dimiliki.
Sebagai contoh, seorang siswa belum bisa mengerti berhitung bila dia
belum memahami hukum kekekalan banyaknya (perkembangan mentalnya
belum siap) dan ia tidak akan mengerti perkalian bila ia belum mengerti
penjumlahan (pengetahuan prasyaratnya belum ada).
c. Bakat anak
Bidang-bidang tertentu yang mengutamakan bakat diantaranya adalah
kesenian, olah raga, seni rupa, arsitek. Bakat seseorang bisa diungkapkan
melalui diskusi, tugas, dan tes perbuatan oleh seorang ahli.
d. Kemauan belajar
Kemauan belajar mungkin saja ditentukan oleh kesadaran mengenai
manfaat belajar bagi seorang anak. Pemberian hadiah, hukuman,
penggunaan alat peraga, permainan atau variasi lain dalam pembelajaran
disarankan untuk meningkatkan kemauan anak untuk belajar.
e. Minat anak
Terdapat perbedaan antara minat belajar dan mau belajar. Minat belajar
timbul karena di dalam belajar itu sendiri dianggap memiliki unsur yang
menarik sehingga seseorang melakukannya, sedangkan kemauan
ditimbulkan karena unsur di luar belajar yang membuat belajar itu menarik
untuk dilakukan, misalnya pengharapan akan imbalan atau nilai.
f. Model penyajian materi
Keberhasilan anak dalam belajar tergantung pula dari model penyajian
materi pelajarannya. Hal ini disebabkan karena perbedaan pengalaman
siswa dan kesenangan terhadap cara-cara tertentu dalam belajar.
g. Pribadi dan sikap guru
Siswa pada umumnya belajar tidak hanya melalui bacaan, tetapi juga
melalui contoh-contoh yang baik dari sikap, tingkah laku, dan perbuatan
manusia lain.
22
h. Suasana pembelajaran
Suasana pembelajaran yang menunjang atau tidak tergantung dari
bagaimana sikap guru. Respon guru terhadap jawaban atau pertanyaan
yang dilontarkan siswa termasuk ke dalam hal yang menentukan suasana
belajar.
i. Kompetensi guru
Seorang guru profesional memiliki kemampuan-kemampuan tertentu.
Kemampuan-kemampuan itu diperlukan dalam membantu siswa belajar.
Keberhasilan siswa belajar akan banyak dipengaruhi oleh kemampuan-
kemampuan guru profesional itu, baik karena Kompetensinya maupun
karena penampilannya.
j. Kondisi masyarakat luas
Kondisi masyarakat sekitar atau masyarakat yang lebih luas secara
langsung akan membantu atau menghambat hasil pendidikan siswa di
sekolah. Dikatakan membantu bila keadaan yang berlaku di masyarakat
cook dengan pendidikan di sekolah, merusak bila keadaan yang berlaku di
masyarakat tidak sejalan dengan pendidikan di sekolah.
25
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer…, h.7.
23
26
Sri Anitah, dkk., Strategi Pembelajaran Matematika..., h. 9.6-9.14.
24
problem solving
tanya jawab
eksperimen
studi kasus
ceramah
resitasi
diskusi
Ekspositori Discovery
Bagan 2.3
Gerak Titik dan Metode Pembelajaran dari Strategi
Ekspositori-Discovery
27
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer…, h.7.
28
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer…, h. 1.6-1.7.
29
Udin S. Wiranataputra, dkk., Materi Pokok Teori Beljar dan Pembelajaran (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2007), h. 3.18.
25
30
Udin S. Wiranataputra, dkk., Materi Pokok Teori Beljar dan Pembelajaran..., h. 3.18.
31
Udin S. Wiranataputra, dkk., Materi Pokok Teori Beljar dan Pembelajaran..., h. 3.18.
32
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, cet. 5 (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h.
230.
33
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran (Jogjakarta: Ar
Ruzz Media Group, 2007), h. 130.
26
34
Wahyudin, Strategi Belajar Mengajar Matematika (Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia, 2007), h. 26.
35
Wahyudin, Strategi Belajar Mengajar Matematika…, h. 27.
36
Wahyudin, Strategi Belajar Mengajar Matematika…, h. 27.
37
Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan
Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SD & MI (Jakarta: Pusat Kurikulum,
Balitbang Depdiknas: 2003), h.19.
27
Tabel 2.3
Kemahiran dan Indikator Kemahiran Matematika
untuk Kelas II SD
Kemahiran Matematika Indikator
Menggunakan notasi dan simbol Menyajikan pernyataan
dengan mengungkapkan matematika secara lisan, tertulis
pernyataan atau gagasan dan simbol, dan diagram
Menjelaskan langkah atau
memberi alasan terhadap
penyelesaian soal (Kemampuan
ini biasanya dapat dicapai oleh
siswa dengan kemampuan tinggi)
Menggunakan cara induktif
dalam mengenal atau
memprediksi suatu pola
Merancang dan melakukan proses Menatakan soal cerita dengan
penyelesaian masalah dengan bahasa sendiri atau
memilih atau menggunakan suatu menterjemahkannya ke dalam
strategi model atau diagram
Memilih konsep yang relevan dari
soal untuk membentuk model
matematika
Mengidentifikasi informasi yang
berkaitan dengan soal cerita (apa
yang diketahui, apa yang dicari,
operasi dan model matematika
yang diperlukan untuk
memecahkan soal)
Menerapkan operasi penyelesaian
untuk memperoleh penyelesaian
dari soal
Mengenal prosedur pemecahan
yang benar dan tidak benar
(Kemampuan ini biasanya dapat
dicapai oleh siswa dengan
kemampuan tinggi)
Menghargai matematika sebagai Menunjukkan perhatian dan rasa
suatu yang berguna dan ingin tahu (antusias) atau minat
bermanfaat dalam kehidupan pada pelajaran matematika
Menunjukkan sikap gigih dan
percaya diri dalam menyelesaikan
masalah
28
38
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer…, h. 42.
39
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer…, h. 39.
40
“Sejarah Istilah Algoritma,” artikel ini diakses pada 28 Juli 2009 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Algoritma
29
2. Proses Berhitung
Kemampuan untuk bisa menerapkan strategi berhitung yang bermacam-
macam merupakan salah satu hal yang cukup penting dalam kehidupan sehari-
hari. Van de Walle menggambarkan tiga cara berhitung sebagai suatu urutan
dari pemodelan langsung, strategi hitung temuan, kemudian algoritma
tradisional. Seperti yang terlihat pada gambar berikut ini. 43
41
“Sejarah Istilah Algoritma,” artikel ini diakses pada 28 Juli 2009 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Algoritma
42
Wahyudin, Strategi Belajar Mengajar Matematika…, h. 34.
43
John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah..., h. 229.
30
Pemodelan Langsung
Menghitung satu-satu
Algoritma Tradisional
Biasanya memerlukan pengembangan terarah
Bagan 2.4
Strategi Menghitung
Diselesakan
Diuraikan
Soal-soal Kontekstual
Bagan 2.5
Matematiasi Horisontal dan Vertikal (Gravemeijer)
44
Supinah, Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam
Melaksanakan KTSP (Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Matematika, 2008), h. 15.
31
45
John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah..., h. 231.
32
46
John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah..., h. 231.
33
47
Bandi Delphie, Matematika untuk Anak Berkebutuhan Khusus (Sleman: PT Intan
Sejati Klaten), h.18-26.
34
D. Kerangka Berpikir
Carpenter menyebutkan ada bukti pendukung yang menyatakan bahwa
anak-anak baik yang bersekolah maupun yang tidak bersekolah bisa melakukan
penjumlahan dan pengurangan bilangan multi digit tanpa adanya instruksi-
instruksi tertentu.48 Hal ini membuka peluang bahwa strategi hitung yang
ditemukan sendiri dapat dilakukan oleh anak, selain keuntungan lain yang akan
diperoleh dari sifat-sifatnya seperti fleksibilitas dan penggunaan logika pada
prosesnya. Penguasaan konsep yang baik mengenai bilangan akan meningkatkan
hasil belajar siswa. Kombinasi yang baik antara Ekspositori dan Discovery akan
memperbesar kesempatan bagi proses penemuan ini.
48
John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah..., h. 230.
35
Pembelajaran
Matematika
Pemodelan Langsung
Strategi Berhitung Teori Belajar
(Strategi Berbeda) Pendukung (Spiral
Strategi Hitung Temuan Tahapan Pembelajaran Piaget, Discovery)
John A. Van de walle
Algoritma Tradisional
Hasil Belajar
Matematika Siswa
Bagan 2.6
Kerangka Berpikir
36
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka teoritik di atas, maka hipotesis penelitian dalam
penelitian ini adalah:
“Hasil belajar siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan strategi
berhitung (different strategies) lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang
menggunakan algoritma tradisional.”
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen dengan
desain penelitian yang digunakan adalah Desain Kelompok Kontrol dan
Eksperimen dengan Posttest (Two Randomized Subject Posttest Only),
dengan penjelasan sebagai berikut
1. Kelompek Eksperimen, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan strategi berhitung (different strategies).
2. Kelompok kontrol, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan
pembelajaran tanpa strategi berhitung (different strategies).
Setelah diberikan perlakuan kedua kelompok tersebut diberikan tes
hasil belajar matematika, Selanjutnya, skor tes tersebut dianalisis untuk
menguji hipotesis penelitian sehingga dapat diketahui apakah terdapat
perbedaan hasil belajar matematika antara kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol. Untuk lebih jelasnya desain penelitian digambarkan pada
tabel berikut:
37
38
Tabel 3.1
Desain Penelitian
Kelompok Pengambilan Treatment Post Test
Eksperimen A XE O
Kontrol A XC O
Keterangan:
A = Proses pemilihan subjek secara acak (random)
XE = Perlakuan pada kelompok eksperimen, kelas dengan
strategi berhitung (different strategies)
XC = Perlakuan pada kelompok kontrol, yaitu kelas tanpa strategi
berhitung (different strategies)
O = Posttest kepada kedua kelompok
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
matematika. Tes hasil belajar yang dimaksud adalah 14 butir tes isian singkat
dengan proporsi nilai yang berbeda untuk setiap jawaban yang benar, dengan
perincian sebagai berikut: Nilai 1 untuk jawaban benar soal isian singkat satu
operasi hitung, Nilai 2 untuk jawaban benar soal isian singkat dua operasi
hitung, atau soal cerita dengan satu operasi hitung. Nilai 3 untuk jawaban
benar soal cerita dengan dua operasi hitung, dengan ketentuan nilai 1 jika
siswa mampu menentukan operasi yang tepat untuk soal cerita tersebut, dan 1
poin tambahan untuk setiap hitungan yang benar di setiap operasinya. Nilai 0
untuk jawaban salah. Sebelum instrumen tersebut digunakan untuk
memperoleh data, terlebih dahulu dilakukan uji. Pengujian ini dimaksudkan
untuk melihat validitas instrumen dan reliabilitas instrumen.
1. Validitas Instrumen
Untuk mengetahui validitas instrumen maka digunakan uji
korelasi rbi .1 Tes ini dilakukan untuk memberikan interpretasi data
terhadap angka indeks korelasi poin biserial yang menggunakan tabel
nilai r produk momen, dengan uraian sebagai berikut:
1
Suharsimi Arikunto , Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2005), Cet. 5, h. 79.
40
Keterangan:
rbi = koefisien korelasi biserial
Mp = mean (nilai rata-rata hitung) skor yang dicapai oleh peserta tes
yang menjawab betul, yang sedang dicari korelasinya dengan tes
secara keseluruhan.
Mt = mean skor total, yang berhasil dicapai oleh seluruh peserta tes.
SDt = deviasi standar total (deviasi standar dari skor total).
p = proporsi peserta tes yang menjawab betul terhadap butir soal
yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.
2. Reliabilitas Instrumen
Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dilakukan dengan
menggunakan rumus K-R. 20, 2 yaitu :
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
= jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi
2
Suharsimi Arikunto , Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan…, h. 100-101.
3
Suharsimi Arikunto , Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan…, h. 208.
41
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = jumlah skor siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah skor seharusnya
Klasifikasi Indeks Kesukaran:
IK = 0,71 – 1.00 = mudah
0,31 – 0,70 = sedang
0,00 – 0,30 = sukar
4. Uji Daya Pembeda
Uji daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan
soal dalam membedakan kemampuan siswa. Untuk mengetahui daya
pembeda tiap butir soal digunakan rumus daya pembeda4 berikut:
BA – BB
DP =
BA BB
Keterangan:
DP = daya pembeda
BA = jumlah skor kelompok atas yang menjawab benar
BB = jumlah skor kelompok bawah yang menjawab benar
JA = jumlah skor maksimum kelompok atas yang seharusnya
JB = jumlah skor maksimum kelompok kelompok bawah
yang seharusnya
Klasifikasi daya pembeda:
0,00 – 0,20 : jelek (poor)
0,21 – 0,40 : cukup (satisfactory)
0,41 – 0,70 : baik (good)
0,71 – 1,00 : baik sekali (excellent)
yang diujicobakan terdapat enam butir soal yang tidak valid. Butir soal yang
digunakan adalah butir soal yang valid. Berikut ini adalah data perhitungan
tingkat kesukaran dan daya pembeda setiap butir soal yang memenuhi kriteria
yang telah disebutkan sebelumnya, disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3.2
Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Instrumen Tes
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa instrumen tes yang digunakan
terdiri dari 28,57% soal sukar, 50% soal sedang, dan 21,43% soal mudah. Jika
ditilik dari daya pembedanya, terdapat 14,27% soal yang memiliki daya
pembeda jelek, 57,14% soal dengan daya pembeda cukup, dan sebanyak
28,57% soal dengan daya pembeda baik. Instrumen tes hasil belajar yang
digunakan memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,9915. Perhitungan lengkap
mengenai validitas, daya pembeda, tingkat kesulitan, dan reliabilitas soal
dapat dilihat pada lampiran 6, 7, 8, 9.
b. Pengujian Hipotesis
1) Perumusan Hipotesis
H0 : 1 2
H1 : 1 2
Keterangan :
1 = nilai rata-rata hasil belajar matematika kelompok
eksperimen
2 = nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa kelompok
kontrol
5
Kadir, Statistika untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta : PT Rosemata Sampurna,
2010), h. 107-108.
6
Kadir, Statistika untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial..., h. 249-250.
44
dengan
Keterangan :
= rata-rata hasil belajar matematika siswa kelompok
eksperimen
= rata-rata hasil belajar matematika siswa kelompok
kontrol
S12 = varians kelompok eksperimen
7
Kadir, Statistika untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial..., h. 201.
8
Kadir, Statistika untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial..., h. 195.
45
c. Statistik Alternatif
Bila asumsi t-test tidak dipenuhi (data tidak normal) maka
digunakan statistik nonparametris Mann-Whitney U-Test9 untuk menguji
signifikansi hipotesis komparatif dua sampel independen.
Terdapat dua rumus yang digunakan untuk pengujian, yaitu
dan
Dimana
n1 = jumlah sampel 1
n2 = jumlah sampel 2
U1 = jumlah peringkat 1
U2 = jumlah peringkat 2
R1 = jumlah rangking pada sampel n1
R2 = jumlah rangking pada sampel n2
Dari kedua rumus tersebut, diambil harga U yang lebih kecil yang akan
digunakan untuk pengujian dengan menggunakan U tabel.
9
Sugiyono, Statistik Nonprametris untuk Penelitian (Bandung: CV Alfabeta, 2007), h. 60-61.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan di SDIT Cordova Pondok Aren. Perlakuan
diberikan sebanyak 8 kali pertemuan. Sampel yang digunakan adalah 37
siswa kelas dua, 17 siswa pada kelas eksperimen dan 20 siswa pada kelas
kontrol. Kedua kelas tersebut diberikan perlakuan yang berbeda, kelas
eksperimen diajarkan dengan menggunakan strategi berhitung (different
strategies) sedangkan kelas kontrol diajarkan dengan menggunakan algoritma
tradisional pada materi operasi bilangan cacah sampai dengan 500. Setelah
diberikan perlakuan siswa di kedua kelas tersebut diberikan tes akhir hasil
belajar (post test).
Sebelum dilakukan tes akhir hasil belajar, instrumen tes tersebut diuji
coba terlebih dahulu kepada sampel lain yang sudah diajarkan materi operasi
bilangan cacah sampai dengan 500. Sampel lain yang dimaksud adalah 40
siswa kelas dua pada MI Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.
Setelah dilakukan uji validitas dengan (koefisien korelasi biserial)
dan daya pembeda butir soal dapat disimpulkan dari 20 butir soal isian
singkat yang diujicobakan terdapat enam butir soal yang tidak valid. 14 butir
soal yang digunakan adalah butir soal yang valid.
Data hasil belajar matematika pada kelas eksperimen dan kontrol
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel,
histogram, dan poligon berikut:
46
47
F
6
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelas Kontrol
Frekuensi
Nilai
Absolut Komulatif Relatif (%)
16 – 32 1 1 5
33 – 49 1 2 5
50 – 66 5 7 25
67 – 83 6 13 30
84 – 100 7 20 35
Jumlah 20
49
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif Hasil Penelitian
Kelas
Statistik
Eksperimen Kontrol
Tabel 4.4
Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Ltabel
Jumlah
Variabel Lhitung (Lo) α= 0,05 Keterangan
Sampel
(Lt)
Hasil Posttest
Berdistribusi
Kelas 17 0,1619 0,206
Normal
Eksperimen
Hasil Posttest Berdistribusi
20 0,0847 0,19
kelas Kontrol Normal
52
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher. Berdasarkan
hasil perhitungan uji homogenitas untuk data hasil belajar matematika
kedua kelompok, diperoleh nilai varians kelas eksperimen adalah 224,54
dan varians kelas kontrol adalah 413,82. Sehingga didapat Fhitung =
1,8430. Pada taraf signifikansi α = 0,05 untuk dkpembilang = 19 dan
dkpenyebut = 16, dengan Microsoft Excel melalui fungsi FINV(0.05,19,16)
didapat Ftabel = 2,2880, sehingga Fhitung < Ftabel (1,8430 < 2,2880). Dengan
demikian diperoleh keputusan uji bahwa H0 diterima, hal ini
menunjukkan bahwa data hasil belajar matematika siswa berasal dari
populasi yang mempunyai varians yang sama atau homogen.
Perbandingan varians kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5
Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Ftabel
Kelas db Varians F0 Kesimpulan
(α=0,05)
Eksperimen 16 224,54 Varians
1,8430 2,2880
Kontrol 19 413,82 Homogen
2. Pengujian Hipotesis
Secara deskriptif diketahui bahwa mean dari kelas eksperimen
lebih besar dibandingkan dengan mean dari kelas kontrol. Namun, dari
pengujian dengan uji t dapat diambil kesimpulan uji bahwa perbedaan
tersebut tidak signifikan. Terlihat dari hasil uji t di mana thitung < ttabel
untuk taraf signifikansi 5%, sehingga H0 diterima atau H1 ditolak, dengan
kata lain hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan strategi
berhitung (different strategies) tidak lebih baik dibandingkan dengan yang
diajarkan dengan algoritma tradisional. Sehingga dapat disimpulkan tidak
terdapat pengaruh strategi berhitung (different strategies) terhadap hasil
belajar matematika materi operasi penjumlahan dan pengurangan
bilangan cacah sampai dengan 500 pada siswa kelas dua SDIT Cordova
Pondok Aren
bahwa strategi berhitung (different strategies) tidak lebih baik dari pada
algoritma tradisional. Pengambilan taraf signifikansi 5% memberikan arti
bahwa penarikan tersebut mempunyai kemungkinan salah sebesar 5% atau
dengan tingkat kepercayaan 95% untuk kesimpulan yang diambil. Besarnya
perbedaan rata-rata antar dua kelompok, yaitu sebesar 3,62, dengan rata-rata
kelas eksperimen lebih besar dibanding dengan rata-rata kelas kontrol tidak
terlihat signifikan pada tingkat kepercayaan 95%.
Temuan yang diperoleh di lapangan, terdapat siswa pada kelas
eksperimen menggunakan algoritma tradisional. Hal ini terlihat pada lembar
jawaban tes hasil belajar beberapa siswa pada kelompok eksperimen. Sepuluh
dari 17 siswa pada kelas ini menggunakan algoritma tradisional dalam
menyelesaikan soal tes akhir hasil belajar. Hasil kerja yang dimaksud dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.1
Hasil Kerja dengan Algoritma Tradisional Kelas Eksperimen
Gambar 4.2
Hasil Kerja dengan Algoritma Tradisional Kelas Kontrol
Gambar 4.3
Hasil Kerja dengan Strategi Berhitung (Strategi Berbeda)
58
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis serta pembahasan,
maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara deskriptif perbandingan hasil belajar matematika kelompok
eksperimen relatif lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar
matematika kelompok kontrol. Terlihat pada nilai rata-rata kelas
eksperimen yaitu kelas yang menggunakan strategi berhitung (different
strategies) lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (kelas yang
menggunakan algoritma tradisional). Rata-rata kelas eksperimen adalah
sebesar 75,67, sedangkan kelas kontrol adalah sebesar 72,05.
2. Pengujian dengan uji t menunjukkan bahwa hasil belajar kelompok
eksperimen tidak secara nyata terbukti lebih baik dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Kesimpulan uji ini diperoleh dengan membandingkan
thitung = 0,6071 terhadap ttabel pada taraf signifikansi α = 5% dengan nilai
t0,05;35 = 1.6896, didapat thitung < ttabel, maka keputusan yang diambil
adalah menerima H0 yang menyatakan bahwa strategi berhitung
(different strategies) tidak lebih baik dari pada algoritma tradisional, atau
tidak terdapat pengaruh penggunaan strategi berhitung (different
strategies) terhadap hasil belajar matematika.
B. Saran
Penelitian pengaruh strategi berhitung (different strategies) terhadap
hasil belajar matematika siswa pada materi operasi bilangan bulat ini
mempunyai keterbatasan penelitian, untuk memperoleh hasil yang lebih
sempurna maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian-penelitian sejenis
di masa yang akan datang dengan memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Penelitian mengenai strategi berhitung (different strategies) sebaiknya
dilakukan sebelum siswa mengenal algoritma tradisional. Sebaiknya
59
60
61
62
• Figure I. •
Comparing countries’ and Economies’ performance
Statistically significantly above the OECD average
Not statistically significantly different from the OECD average
Statistically significantly below the OECD average
DOKUMENTASI PENELITIAN
102
103
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
Gambar L.6 Design Bagan Ratusan Angka
105
Lampiran 17
104
Lampiran 4
Nilai
Nama :
Kelas :
1. 23 + 75 =
2. 58 + 26 =
3. 246 + 33 =
4. 173 + 48 =
5. 326 + 143 =
6. 256 + 138 =
7. 87 – 36 =
8. 64 – 28 =
9. 367 – 43 =
10. 455 - 28 =
87
88
Satuan Pendidikan : SD
Kelas / Semester : II / 1
Standar Kompetensi : Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dengan
500
Kompetensi Dasar : Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dengan
500
Aspek
Nomor
Materi Pokok Indikator yang
Soal
Diukur
Penjumlahan dan Menjumlahkan dua bilangan tanpa menyimpan 1, 3, 5 C2
pengurangan Menjumlahkan dua bilangan dengan menyimpan 2, 4, 6 C2
bilangan sampai Mengurangkan dua bilangan tanpa meminjam 7, 9, 11 C2
dengan 500 Mengurangkan dua bilangan dengan meminjam 8, 10, 12 C2
Menghitung soal operasi campuran menjumlah 13, 14,
C2
dan mengurang 15
Menyelesaikan soal cerita yang mengandung
17 C3
operasi penjumlahan
Menyelesaikan soal cerita yang mengandung
16 C3
operasi pengurangan
Menyelesaikan soal cerita yang mengandung 18, 19,
C3
operasi penjumlahan dan pengurangan 20
86
Lampiran 10
Satuan Pendidikan : SD
Kelas / Semester : II / 1
Standar Kompetensi : Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dengan
500
Kompetensi Dasar : Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dengan
500
Aspek
Nomor
Materi Pokok Indikator yang
Soal
Diukur
Penjumlahan dan Menjumlahkan dua bilangan tanpa menyimpan 3 C2
pengurangan Menjumlahkan dua bilangan dengan menyimpan 1, 2, 4 C2
bilangan sampai Mengurangkan dua bilangan tanpa meminjam 5, 6, 8 C2
dengan 500 Mengurangkan dua bilangan dengan meminjam 7, 9 C2
Menghitung soal operasi campuran menjumlah
10 C2
dan mengurang
Menyelesaikan soal cerita yang mengandung
11 C3
operasi penjumlahan
Menyelesaikan soal cerita yang mengandung 12, 13,
C3
operasi penjumlahan dan pengurangan 14
93
Lampiran 2
KOTAK PENJUMLAHAN
Nama:
Kelas:
Isilah kotak-kotak di bawah ini sehingga jumlah ke kanan dan ke bawah menjadi
benar.
8 6 14 1)
13 2)
19
7 4 11 9 12
15 10 16 6 14 17
5)
3)
13 4)
7 13
9 7 16
12 10 4 10 10 19
7)
6)
16 11 8)
11
15 10 15
19 12 14 7 14 12
9)
11 10)
14
10 15
8 13 16 13
79
84
Nama: Kelas:
L A T I H A N
Selesaikan penjumlahan di bawah ini dan tulis cara yang kamu pilih.
48 – 29 96 – 35
1 2
74 – 18 86 – 19
3 4
9 287 – 65 10 361 – 27
81
Nama: Kelas:
L A T I H A N
Selesaikan penjumlahan di bawah ini dan tulis cara yang kamu pilih.
62 + 37 53 + 24
1 6
85 + 22 76 + 18
2 7
5 287 + 65 10 361 + 27
Lampiran 15
Setelah dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi berdistribusi normal sebagai prasyarat
uji statistik parametrik dengan Uji t, maka dapat dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan Uji t.
Berikut penjelasan dari perhitungan dengan Uji t:
18,0912
Karena thitung<ttabel maka diperoleh kesimpulan uji bahwa H0 diterima atau dengan kata lain tidak
terdapat pengaruh penggunaan strategi berhitung (strategi berbeda) terhadap hasil belajar
matematika siswa pada materi operasi bilangan bulat.
101
Lampiran 1
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menggunakan bingkai sepuluh kecil
B. Materi Pembelajaran
Menggunakan bingkai sepuluh dalam penjumlahan sampai dengan 20
C. Metode Pembelajaran
Demonstrasi, tanya jawab, tugas individual
D. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Pendahuluan
a. Apersepsi
Mengkondisikan kelas.
Mengingat kembali tentang penjumlahan di bawah 20 dengan jari.
b. Pemberian motivasi
Manfaat penggunaan bingkai sepuluh kecil.
2. Kegiatan Inti
a. Guru mendemonstrasikan penggunaan bingkai sepuluh kecil.
b. Setiap siswa diberikan hand out (soal kotak penjumlahan) dan bingkai sepuluh kecil.
c. Siswa diberi tugas untuk mengerjakan soal-soal latihan kotak penjumlahan.
d. Siswa mengkomunikasikan kesulitan dalam memahami materi pembelajaran.
e. Guru memfasilitasi kesulitan yang dihadapi siswa.
3. Penutup
a. Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap materi yang telah disampaikan.
b. Siswa diberi tugas untuk mengerjakan soal-soal latihan kotak penjumlahan.
E. Alat/Bahan/Sumber
1. Bingkai sepuluh kecil
2. Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas II Terbitan Erlangga (halaman 27)
F. Penilaian
Jenis tagihan : tugas individu dalam hand out
Bentuk instrumen : isian
Pd. Aren, Agustus 2010
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Matematika
63
64
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menggunakan bingkai sepuluh, atau bagan ratusan dalam penjumlahan dua bilangan sampai
100
B. Materi Pembelajaran
Penjumlahan dua bilangan dengan bingkai sepuluh, atau bagan ratusan dalam penjumlahan dua
bilangan sampai 100
C. Metode Pembelajaran
Demonstrasi, tanya jawab, tugas individual
D. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Pendahuluan
a. Apersepsi
Mengingat kembali materi sebelumnya.
b. Pemberian motivasi
2. Kegiatan Inti
a. Guru membagikan hand out, bingkai sepuluh, dan bagan seratus kepada siswa.
b. Siswa mencoba mengaplikasikan penggunaan bingkai sepuluh, atau bagan ratusan dalam soal
penjumlahan.
c. Guru memfasilitasi kesulitan yang dihadapi siswa.
3. Penutup
a. Guru bersama siswa menyimpulkan terkait strategi-strategi berhitung berbeda dalam
menentukan jumlah dua bilangan.
b. Guru memberikan PR mengenai penjumlahan dua bilangan.
E. Alat/Bahan/Sumber
1. Bingkai sepuluh kecil
2. Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas II Terbitan Erlangga (halaman 11)
F. Penilaian
Jenis tagihan : tugas individu dalam hand out
Bentuk instrumen : isian.
Pd. Aren, Agustus 2010
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Matematika
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menggunakan strategi berbeda, bingkai sepuluh, atau bagan ratusan dalam penjumlahan
dua bilangan
B. Materi Pembelajaran
Penjumlahan dua bilangan dengan strategi berbeda, bingkai sepuluh, atau bagan ratusan dalam
penjumlahan dua bilangan
C. Metode Pembelajaran
Demonstrasi, tanya jawab, tugas individual
D. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Pendahuluan
a. Apersepsi
Mengingat kembali materi sebelumnya.
b. Pemberian motivasi
2. Kegiatan Inti
a. Guru membagikan hand out, bingkai sepuluh, dan bagan seratus kepada siswa.
b. Siswa mencermati strategi berhitung (strategi berbeda) dalam menentukan jumlah dari dua
bilangan.
c. Siswa mencoba mengaplikasikan penggunaan strategi berbeda dalam soal penjumlahan.
d. Guru memfasilitasi kesulitan yang dihadapi siswa.
3. Penutup
a. Guru bersama siswa menyimpulkan terkait strategi-strategi berhitung berbeda dalam
menentukan jumlah dua bilangan.
b. Guru memberikan PR mengenai penjumlahan dua bilangan.
E. Alat/Bahan/Sumber
1. Bingkai sepuluh kecil
2. Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas II Terbitan Erlangga (halaman 11)
F. Penilaian
Jenis tagihan : tugas individu dalam hand out
Bentuk instrumen : isian.
Pd. Aren, Agustus 2010
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Matematika
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menggunakan strategi berbeda 2, bingkai sepuluh, atau bagan ratusan dalam penjumlahan
dua bilangan
B. Materi Pembelajaran
Penjumlahan dua bilangan dengan strategi berbeda 2, bingkai sepuluh, atau bagan ratusan dalam
penjumlahan dua bilangan
C. Metode Pembelajaran
Demonstrasi, tanya jawab, tugas individual
D. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Pendahuluan
a. Apersepsi
Mengingat kembali materi sebelumnya.
b. Pemberian motivasi
2. Kegiatan Inti
a. Guru membagikan hand out kepada siswa.
b. Siswa mencermati strategi berhitung (strategi berbeda) 2 dalam menentukan jumlah dari dua
bilangan.
c. Siswa mencoba mengaplikasikan penggunaan strategi berbeda dalam soal penjumlahan.
d. Guru memfasilitasi kesulitan yang dihadapi siswa.
3. Penutup
a. Guru bersama siswa menyimpulkan terkait strategi-strategi berhitung berbeda dalam
menentukan jumlah dua bilangan.
b. Guru memberikan PR mengenai penjumlahan dua bilangan.
E. Alat/Bahan/Sumber
1. Bingkai sepuluh kecil
2. Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas II Terbitan Erlangga (halaman 11)
F. Penilaian
Jenis tagihan : tugas individu dalam hand out
Bentuk instrumen : isian.
Pd. Aren, September 2010
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Matematika
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menggunakan bingkai sepuluh, atau bagan ratusan dalam pengurangan dua bilangan
B. Materi Pembelajaran
Pengurangan dua bilangan dengan bingkai sepuluh, atau bagan ratusan dalam penjumlahan dua
bilangan
C. Metode Pembelajaran
Demonstrasi, tanya jawab, tugas individual
D. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Pendahuluan
a. Apersepsi
Mengingat kembali materi sebelumnya.
b. Pemberian motivasi
2. Kegiatan Inti
a. Guru membagikan hand out, bingkai sepuluh, dan bagan seratus kepada siswa.
b. Siswa mencermati strategi berhitung (strategi berbeda) dengan bingkai sepuluh, atau bagan
ratusan menentukan selisih dari dua bilangan.
c. Siswa mencoba mengaplikasikan penggunaan strategi berbeda dalam soal pengurangan.
d. Guru memfasilitasi kesulitan yang dihadapi siswa.
3. Penutup
a. Guru bersama siswa menyimpulkan terkait strategi-strategi berhitung berbeda dalam
menentukan selisih dua bilangan.
b. Guru memberikan PR mengenai pengurangan dua bilangan.
E. Alat/Bahan/Sumber
1. Bingkai sepuluh kecil
2. Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas II Terbitan Erlangga (halaman 11)
F. Penilaian
Jenis tagihan : tugas individu dalam hand out
Bentuk instrumen : isian.
Pd. Aren, September 2010
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Matematika
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menggunakan strategi berbeda, bingkai sepuluh, atau bagan ratusan dalam pengurangan
dua bilangan
B. Materi Pembelajaran
Pengurangan dua bilangan dengan strategi berbeda, bingkai sepuluh, atau bagan ratusan dalam
penjumlahan dua bilangan
C. Metode Pembelajaran
Demonstrasi, tanya jawab, tugas individual
D. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Pendahuluan
a. Apersepsi
Mengingat kembali materi sebelumnya.
b. Pemberian motivasi
2. Kegiatan Inti
a. Guru membagikan hand out, bingkai sepuluh, dan bagan seratus kepada siswa.
b. Siswa mencermati strategi berhitung (strategi berbeda) dalam menentukan selisih dari dua
bilangan.
c. Siswa mencoba mengaplikasikan penggunaan strategi berbeda dalam soal pengurangan.
d. Guru memfasilitasi kesulitan yang dihadapi siswa.
3. Penutup
a. Guru bersama siswa menyimpulkan terkait strategi-strategi berhitung berbeda dalam
menentukan selisih dua bilangan.
b. Guru memberikan PR mengenai pengurangan dua bilangan.
E. Alat/Bahan/Sumber
1. Bingkai sepuluh kecil
2. Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas II Terbitan Erlangga (halaman 11)
F. Penilaian
Jenis tagihan : tugas individu dalam hand out
Bentuk instrumen : isian.
Pd. Aren, September 2010
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Matematika
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang mengandung operasi penjumlahan dan pengurangan
B. Materi Pembelajaran
Penyelesaian soal cerita yang mengandung operasi penjumlahan dan pengurangan
C. Metode Pembelajaran
Tanya jawab, diskusi, tugas kelompok dan individual
D. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Pendahuluan
a. Apersepsi
Mengingat kembali materi sebelumnya.
b. Pemberian motivasi
2. Kegiatan Inti
a. Guru membagikan hand out kepada siswa.
b. Siswa mengerjakan soal cerita penjumlahan dan pengurangan dalam kelompok.
c. Dengan tanya jawab, kelompok yang mengalami kesulitan diajak untuk merumuskan jawaban
yang benar.
3. Penutup
Guru memberikan tugas atau PR menyelesaikan soal-soal cerita penjumlahan dan pengurangan.
E. Alat/Bahan/Sumber
1. Bingkai sepuluh kecil
2. Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas II Terbitan Erlangga (halaman 11)
F. Penilaian
Jenis tagihan : tugas individu dalam hand out
Bentuk instrumen : isian.
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang mengandung operasi penjumlahan dan pengurangan
B. Materi Pembelajaran
Penyelesaian soal cerita yang mengandung operasi penjumlahan dan pengurangan
C. Metode Pembelajaran
Tanya jawab, diskusi, tugas kelompok dan individual
D. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Pendahuluan
a. Apersepsi
Mengingat kembali materi sebelumnya.
b. Pemberian motivasi
2. Kegiatan Inti
a. Guru memandu siswa untuk merumuskan jawaban yang benar dari tugas yang dikerjakan siswa
di rumah.
b. Guru memantau siswa dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan.
3. Penutup
Siswa dibimbing untuk merumuskan kembali apa yang telah dipelajari.
E. Alat/Bahan/Sumber
1. Bingkai sepuluh kecil
2. Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas II Terbitan Erlangga (halaman 11)
F. Penilaian
Jenis tagihan : tugas individu dalam hand out
Bentuk instrumen : isian.
Pd. Aren, Oktober 2010
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Matematika
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menjumlahkan dua bilangan sampai 20
B. Materi Pembelajaran
Penjumlahan dua bilangan sampai 20
C. Metode Pembelajaran
Tanya jawab, diskusi, tugas kelompok dan individual
D. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Pendahuluan
a. Apersepsi
Mengingat kembali materi sebelumnya.
b. Pemberian motivasi
2. Kegiatan Inti
a. Dengan tanya jawab guru memancing ingatan siswa mengenai penjumlahan bilangan dua angka
sampai 20.
b. Siswa mengerjakan latihan pada buku paket Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas II
Terbitan Erlangga halaman 27.
c. Guru memandu diskusi dan merumuskan jawaban yang benar.
3. Penutup
Siswa diberi tugas untuk mengerjakan soal-soal latihan penjumlahan bilangan dua sampai 20.
E. Alat/Bahan/Sumber
Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas II Terbitan Erlangga (halaman 27)
F. Penilaian
Jenis tagihan : tugas individu dalam hand out
Bentuk instrumen : isian
Pd. Aren, Agustus 2010
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Matematika
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menjumlahkan dua bilangan tanpa menyimpan
B. Materi Pembelajaran
Penjumlahan dua bilangan tanpa menyimpan
C. Metode Pembelajaran
Tanya jawab, diskusi, tugas kelompok dan individual
D. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Pendahuluan
a. Apersepsi
Mengingat kembali materi sebelumnya.
b. Pemberian motivasi
2. Kegiatan Inti
a. Dengan tanya jawab guru menjelaskan tentang penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik
menyimpan.
b. Dengan diskusi siswa diingatkan bahwa penjumlahan dapat dilakukan dengan beberapa cara
antara lain penjumlahan bersusun pendek dan penjumlahan bersusun panjang.
c. Guru memandu diskusi dan merumuskan jawaban yang benar.
3. Penutup
Siswa diberi tugas untuk mengerjakan soal-soal latihan penjumlahan bilangan dua angka tanpa
teknik meminjam.
E. Alat/Bahan/Sumber
Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas II Terbitan Erlangga (halaman 27)
F. Penilaian
Jenis tagihan : tugas individu dalam hand out
Bentuk instrumen : isian
Pd. Aren, Agustus 2010
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Matematika
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menjumlahkan dua bilangan dengan menyimpan
B. Materi Pembelajaran
Penjumlahan dua bilangan dengan menyimpan
C. Metode Pembelajaran
Tanya jawab, diskusi, tugas kelompok dan individual
D. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Pendahuluan
a. Apersepsi
• Membahas PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
• Mengingat kembali materi sebelumnya.
b. Pemberian motivasi
2. Kegiatan Inti
a. Dengan diskusi siswa diingatkan penjumlahan dua angka dengan cara susun pendek.
b. Guru menjelaskan penjumlahan dua angka dengan teknik menyimpan.
c. Siswa diberi tugas untuk mengerjakan soal-soal latihan.
d. Guru memandu siswa dan merumuskan jawaban yang benar.
3. Penutup
Guru memberikan tugas atau PR mengenai penjumlahan dua bilangan dengan teknik menyimpan.
E. Alat/Bahan/Sumber
Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas II Terbitan Erlangga (halaman 11)
F. Penilaian
Jenis tagihan : tugas individu dalam hand out
Bentuk instrumen : isian
Pd. Aren, Agustus 2010
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Matematika
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang mengandung operasi penjumlahan
B. Materi Pembelajaran
Penyelesaian soal cerita yang mengandung operasi penjumlahan
C. Metode Pembelajaran
Tanya jawab, diskusi, tugas kelompok dan individual
D. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Pendahuluan
a. Apersepsi
Guru menjelaskan beberapa permasalahan sehari-hari yang dapat dibawa ke penjumlahan.
b. Pemberian motivasi
2. Kegiatan Inti
a. Dengan disertai contoh guru menjelaskan kepada siswa cara membawa soal cerita ke bentuk
penjumlahan.
b. Secara berkelompok siswa membawa permasalahan sehari-hari ke bentuk penjumlahan.
c. Dengan diskusi siswa diajak untuk merumuskan jawaban yang benar.
d. Guru memantau jalannya diskusi dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan.
3. Penutup
Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang baru saja disajikan.
E. Alat/Bahan/Sumber
Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas II Terbitan Erlangga (halaman 11)
F. Penilaian
Jenis tagihan : tugas individu dalam hand out
Bentuk instrumen : isian
Pd. Aren, Agustus 2010
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Matematika
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat mengurangkan dua bilangan tanpa meminjam
B. Materi Pembelajaran
Pengurangan dua bilangan tanpa meminjam
C. Metode Pembelajaran
Tanya jawab, diskusi, tugas kelompok dan individual
D. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Pendahuluan
a. Apersepsi
Membahas PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
Mengingat kembali materi sebelumnya.
b. Pemberian motivasi
2. Kegiatan Inti
a. Dengan tanya jawab guru menjelaskan tentang pengurangan tanpa teknik meminjam.
b. Secara berkelompok siswa mengerjakan soal pengurangan tanpa meminjam, guru memantau
siswa dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan.
c. Guru memandu diskusi dan merumuskan jawaban yang benar.
3. Penutup
a. Membimbing siswa untuk merangkum materi yang baru saja disajikan.
b. Guru memberikan tugas atau PR mengenai pengurangan tanpa teknik meminjam.
E. Alat/Bahan/Sumber
Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas II Terbitan Erlangga (halaman 11)
F. Penilaian
Jenis tagihan : tugas individu dalam hand out
Bentuk instrumen : isian
Pd. Aren, Agustus 2010
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Matematika
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat mengurangkan dua bilangan dengan meminjam
B. Materi Pembelajaran
Pengurangan dua bilangan dengan meminjam
C. Metode Pembelajaran
Tanya jawab, diskusi, tugas kelompok dan individual
D. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Pendahuluan
a. Apersepsi
Membahas PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
Mengingat kembali materi sebelumnya.
b. Pemberian motivasi
2. Kegiatan Inti
a. Dengan tanya jawab guru menjelaskan tentang pengurangan dengan teknik meminjam.
b. Secara berkelompok siswa mengerjakan soal pengurangan dengan teknik meminjam, guru
memantau siswa dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan.
c. Guru memandu diskusi dan merumuskan jawaban yang benar.
3. Penutup
Guru memberikan tugas di rumah untuk mengerjakan soal-soal pengurangan dengan teknik
meminjam.
E. Alat/Bahan/Sumber
Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas II Terbitan Erlangga (halaman 11)
F. Penilaian
Jenis tagihan : tugas individu dalam hand out
Bentuk instrumen : isian
Pd. Aren, Agustus 2010
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Matematika
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat mengurangkan dua bilangan dengan meminjam
B. Materi Pembelajaran
Pengurangan dua bilangan dengan meminjam
C. Metode Pembelajaran
Tanya jawab, diskusi, tugas kelompok dan individual
D. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Pendahuluan
a. Apersepsi
Siswa diajak mengingat kembali materi sebelumnya.
b. Pemberian motivasi
2. Kegiatan Inti
a. Dengan diskusi siswa dipandu untuk merumuskan jawaban yang benar dari tugas rumah yang
telah dikerjakan.
b. Guru memantau diskusi dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan.
c. Dengan tanya jawab guru menjelaskan beberapa permasalahan sehari-hari yang dapat dibawa
ke bentuk pengurangan bilangan.
3. Penutup
Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang baru saja disajikan.
E. Alat/Bahan/Sumber
Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas II Terbitan Erlangga (halaman 11)
F. Penilaian
Jenis tagihan : tugas individu dalam hand out
Bentuk instrumen : isian
Pd. Aren, Agustus 2010
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Matematika
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang mengandung operasi pengurangan
B. Materi Pembelajaran
Penyelesaian soal cerita yang mengandung operasi pengurangan
C. Metode Pembelajaran
Tanya jawab, diskusi, tugas kelompok dan individual
D. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Pendahuluan
a. Apersepsi
Siswa diajak mengingat kembali materi sebelumnya.
b. Pemberian motivasi
2. Kegiatan Inti
a. Dengan tanya jawab siswa dijelaskan cara menyelesaikan soal cerita pengurangan.
b. Secara berkelompok siswa mengerjakan soal-soal cerita pengurangan.
c. Dengan diskusi siswa dipandu untuk merumuskan jawaban yang benar dari tugas yang telah
dikerjakan.
d. Guru memantau diskusi dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan.
3. Penutup
Guru memberikan tugas di rumah untuk mengerjakan soal-soal cerita pengurangan bilangan.
E. Alat/Bahan/Sumber
Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas II Terbitan Erlangga (halaman 11)
F. Penilaian
Jenis tagihan : tugas individu dalam hand out
Bentuk instrumen : isian
Pd. Aren, Agustus 2010
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Matematika
Soal Cerita
Gunakanlah katalog dari toko Djaja pada tahun 1950 untuk menyelesaikan soal
Joni membawa 48 donat untuk piknik. Rina membawa 37 lebih banyak dari yang
4
dibawa Joni.
Nilai
Nama :
Kelas :
1. 58 + 26 =
2. 173 + 48 =
3. 326 + 143 =
4. 256 + 138 =
5. 87 – 36 =
6. 367 – 43 =
7. 455 - 28 =
8. 326 – 123 =
9. 256 – 138 =
Nama:
Kelas:
Strategi Pengurangan
Contoh 1
93 – 18
Perhatikan cara untuk merubah angkanya sehingga kamu dapat menemukan cara
cara yang berbeda
93 18 93 18
+2 +2 -3 -3
95 20 = 75 90 15 = 75
Berpikir: masing-masing angka ditambah 2 masing-masing angka dikurang 3
Jadi jawabannya 75
Contoh 2
93 – 42 =…
S O A L
Selesaikan penjumlahan di bawah ini dan tulis cara yang kamu pilih.
1 28 – 18
2 85 – 52
3 276 – 99
4 485 – 260
Nama: 80
Kelas:
Strategi Penjumlahan
Contoh 1
136 + 112 =…
Contoh 2
149 + 127 =…
S O A L
Selesaikan penjumlahan di bawah ini dan tulis cara yang kamu pilih.
1 183 + 214
2 276 + 121
3 295 + 131
4 183 + 216
82
Strategi Penjumlahan
Contoh 1
298 + 157
+2 -2
300 + 155 = 455
Contoh 2
268 + 197
-3 +3
265 + 200 = 465
L a t i h a n
Keterangan:
Sebaran frekuensi di atas dicari menggunakan fungsi pada excel dengan perincian sebagai berikut
1. Jumlah menggunakan fungsi =SUM(E4:E20)
2. Rata-rata menggunakan fungsi =AVERAGE(E4:E20)
3. Simpangan baku menggunakan fungsi =STDEV(E4:E20)
4. Varians menggunakan fungsi =VAR(E4:E20)
5. Min (nilai terendah) menggunakan fungsi =MIN(E4:E20)
6. Maks (nilai tertinggi) menggunakan fungsi =MAX(E4:E20)
7. Median menggunakan fungsi =MEDIAN(E4:E20)
8. Modus menggunakan fungsi =MODE(E4:E20)
96
Lampiran 12
Keterangan:
Sebaran frekuensi di atas dicari menggunakan fungsi pada excel dengan perincian sebagai berikut
1. Jumlah menggunakan fungsi =SUM(E4:E23)
2. Rata-rata menggunakan fungsi =AVERAGE(E4:E23)
3. Simpangan baku menggunakan fungsi =STDEV(E4:E23)
4. Varians menggunakan fungsi =VAR(E4:E23)
5. Min (nilai terendah) menggunakan fungsi =MIN(E4:E23)
6. Maks (nilai tertinggi) menggunakan fungsi =MAX(E4:E23)
7. Median menggunakan fungsi =MEDIAN(E4:E23)
8. Modus menggunakan fungsi =MODE(E4:E23)
97
Lampiran 14
Kelompok n db varians
kontrol 20 19 413.8212
eksperimen 17 16 224.5382
Didapat
Karena Fhitung<Ftabel di dapat kesimpulan uji bahwa kedua kelompok memiliki varians yang homogen.
99
Lampiran 13
Keterangan:
untuk sampel S1
98
Uji Normalitas dengan Lilliefors Kelompok Kontrol
Keterangan:
untuk sampel S1
Dengan Ltabel=0,19 untuk α=0,05 diambil keputusan uji bahwa data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal karena Lo<Ltabel
99