Anda di halaman 1dari 67

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan buku
Pendidikan Agama Islam; Penuntun Hidup untuk SMK Kelas XII, tepat pada waktunya.
Buku ini merupakan sebuah terobosan baru yang telah menerapkan Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Penyusunan buku ini memiliki tujuan antara lain turut serta dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa yang sekaligus menanamkan nilai-nilai luhur
religiusitas, membentuk generasi penerus yang berkepribadian dan berakhlak mulia,
serta bertakwa kepada Allah SWT. dalam setiap langkah kehidupannya.
Buku ini merupakan upaya menerjemahkan nilai-nilai keagamaan yang bersifat
normatif menuju keberagaman yang bersifat kompetensi atau terwujud dalam
kehidupan sehari-hari, baik dari segi pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan
praktik/perilaku (psikomotorik).
Kami menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu hasil
karya kami ini tidak mungkin luput dari kekurangan. Dengan semangat amar ma’ruf dan
upaya peningkatan ilmu pengetahuan, kami senantiasa mengharapkan kontribusi
pemikiran Anda sehingga buku ini bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT.
meridhai hasil karya ini. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin

Tangerang, Juli 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Toleransi
A. QS. Al-Kafiruun
B. QS. Yunus Ayat 40-41
C. QS. Al-Kahf Ayat 29
D. Penerapan Sikap dan Perilaku
Soal Latihan

BAB 2 Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Etos Kerja


A. QS. Al-Mujaadilah Ayat 11
B. QS. Al-Jumu’ah Ayat 9-10
C. Penerapan Sikap dan Perilaku
Soal Latihan

BAB 3 Iman Kepada Hari Akhir


A. Pengertian Hari Akhir
B. Dalil Aqli dan Naqli tentang Hari Akhir
C. Tanda-tanda Hari Akhir
D. Proses Kehidupan Dimulainya Hari Akhir
E. Perilaku yang Mencerminkan Keimanan Terhadap Hari Akhir
F. Hikmah Beriman Kepada Hari Akhir
G. Fungsi Iman Kepada Hari Akhir
Soal Latihan 1
Soal Latihan 2

BAB 4 Perilaku Terpuji: Adil, Ridha dan Amal Shaleh


A. Adil
B. Ridha
C. Amal Shaleh
Soal Latihan

BAB 5 Hukum Islam tentang Pernikahan


A. Ketentuan Hukum Islam tentang Pernikahan
B. Hikmah Pernikahan
Soal Latihan

BAB 6 Perkembangan Islam di Indonesia


A. Perkembangan Islam di Indonesia
B. Contoh-Contoh Perkembangan Islam di Indonesia
C. Keteladanan Perkembangan Islam di Indonesia
D. Hikmah Perkembangan Islam di Indonesia
Soal Latihan 1
Soal Latihan 2

ii
BAB 7 Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Pengembangan IPTEK
A. QS. Yunus Ayat 101
B. QS. Al-Baqarah Ayat 164
C. Penerapan Sikap dan Perilaku
Soal Latihan

BAB 8 Iman Kepada Qadha dan Qadhar


A. Mengimani Qada dan Qadar Allah
B. Ciri-Ciri Orang Yang Beriman Kepada Qada dan Qadar
C. Hikmah dan Fungsi Iman Kepada Qada dan Qadar

D. Fungsi iman kepada qada dan qadar


Soal Latihan

BAB 9 Perilaku Terpuji: Menjaga Persatuan dan Kesatuan


A. Pengertian Persatuan dan Kerukunan
B. Menampilkan contoh perilaku persatuan dan kerukunan
C. Membiasakan perilaku persatuan dan kerukunan
D. Hikmah persatuan dan keatuan
Soal Latihan

BAB 10 Akhlak Tercela: Israf, Tabzir, Gibah, dan Fitnah


A. Israf
B. Tabzir
C. Gibah
D. Fitnah
Soal Latihan

BAB 11 Hukum Islam Tentang Mawaris


A. Hukum Islam tentang Mawaris
B. Ketentuan Hukum Islam Tentang Ahli Waris
C. Dalil Naqli dan Aqli Tentang Ahli Waris
D. Ketentuan Tentang Harta Benda Sebelum Pembagian Warisan
E. Prinsip-Prinsip Hukum Islam Tentang Perhitungan Dalam
Pembagian Warisan
F. Hikmah Mawaris
Soal Latihan 1
Soal Latihan 2
Hafalan Surat Pendek

DAFTAR PUSTAKA
PROFIL PENYUSUN

iii
BAB 1
Ayat-ayat Al-Qur’an Tentang Toleransi

A. Surah Al-Kafiruun [109] Ayat 1–6 tentang Sikap terhadap Orang yang Berbeda
Agama dan Keyakinan
ََٓ ََٓ َ ُ ََٰ ْ َ ُّ َ ََٰٓ ْ ُ
1. Bacaan Surah Al-Kafirun
َ َٰ َ َ
‫﴾ َوَل ؤ ُح ْ َع ِب ُدون‬٢﴿ ‫﴾ َل ؤ ْع ُب ُد َما ج ْع ُب ُدون‬١﴿ ‫ون‬ ‫قل ًإيها ٱلن ِفس‬
َ ٓ َ َٰ ُ ٓ َ َ ُّ ۠ َ
َ ٓ َ َ ٓ
﴾٥﴿ ‫﴾ َوَل ؤ ح ْ َع ِب ُدون َما ؤ ْع ُب ُد‬٤﴿ ْ ‫﴾ َوَل ؤ ا َع ِاب ٌد َّما َع َبدث‬٣﴿ ‫َما ؤ ْع ُب ُد‬
ُُ َُ
)٦﴿ ‫لن ْ ِدًنن ْ َو ِل َى ِد ًِن‬
Artinya:
Katakanlah (Muhammad), ”Wahai orang-orang kafir! Aku tidak akanmenyembah apa yang
kamu sembah, dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, dan aku tidak akan
pernah menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi
penyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” (Q.S. Al-
Kafiruun [109]: 1–6)

2. Arti Kata-Kata Surat Al-Kafirun Ayat 1-6


Terjemahan Kalimat

Katakanlah

Wahai

Orang-orang kafir

Tidak

Aku menyembah

Apa

Kamu sembah

Dan tidak

Kamu

Menyembah

Aku

Menjadi penyembah

4
Kamu sembah

Bagi kalian

Agamamu

Dan bagiku

Agamaku

3. Tajwid Kata-Kata Surat Al-Kafirun Ayat 1-6


Kata Hukum Keterangan
Mad pada huruf "ya" bertemu dengan
Mad jaiz
huruf "hamzah" pada kalimat yang
munfashil
berbeda

Musyaddah Huruf "ya" bertasydid

Huruf "ha" fathah bertemu dengan


Mad thabi'i
huruf "alif" mati
Alif lam Huruf "alif lam" bertemu dengan huruf
qamariah "kaf"
Huruf "kaf" fathah bertemu dengan
Mad thabi'i
"alif" mati

Tafkhim Huruf "ra" berharakat dhommah

Huruf "ra" dhommah bertemu dengan


Mad thabi'i
huruf "wau" mati
Mad pada huruf "ra" bertemu dengan
Mad 'aridh
huruf "nun" kemudian huruf "nun"
lissukun
diwaqafkan
Mad pada huruf "lam" bertemu dengan
Mad jaiz
huruf "hamzah" pada kalimat yang
munfashil
berbeda
Huruf "mim" fathah bertemu dengan
Mad thabi'i
huruf "alif" mati
Huruf "da" dhommah bertemu dengan
Mad thabi'i
huruf "wau" mati
Mad pada huruf "da" bertemu dengan
Mad 'aridh
huruf "nun" kemudian huruf "nun"
lissukun
diwaqafkan

5
Mad pada huruf "lam" bertemu dengan
Mad jaiz
huruf "hamzah" pada kalimat yang
munfashil
berbeda
Huruf "nun" mati bertemu dengan
Ikhfa aqrab
huruf "ta"
Huruf "mim" mati bertemu dengan
Izhar syafawi
huruf "'a"
Huruf "'ain" fathah bertemu dengan
Mad thabi'i
huruf "alif" mati
Huruf "da" dhommah bertemu dengan
Mad thabi'i
huruf "wau" mati
Mad pada huruf "mim" bertemu
Mad jaiz
dengan huruf "hamzah" pada kalimat
munfashil
yang berbeda

Kalkalah kubra Huruf "da" mati di akhir kalimat

Mad pada huruf "lam" bertemu dengan


Mad jaiz
huruf "hamzah" pada kalimat yang
munfashil
berbeda

Huruf "'ain" fathah bertemu dengan


Mad thabi'i
"alif" mati

Idgham Huruf "da" tanwin dhommah bertemu


bighunnah dengan huruf "mim"

Musyaddah Huruf "mim" bertasydid

Huruf "mim" fathah bertemu dengan


Mad thabi'i
huruf "alif" mati

Idgham
Huruf "da" sukun bertemu dengan "ta"
Mutajanisain

Huruf "mim" mati bertemu dengan


Izhar syafawi
huruf "da"
Huruf "da" kasrah bertemu dengan
Mad thabi'i
huruf "ya" mati
Huruf "mim" mati bertemu dengan
Izhar syafawi
huruf "wau"

Huruf "da" kasrah bertemu dengan


Mad thabi'i
huruf "ya" mati
Mad pada huruf "da" bertemu dengan
Mad arid
huruf "nun" kemudian huruf "nun"
lissukun
diwaqafkan

6
4. Isi Kandungan Surat Al-Kafirun Ayat 1-6
a. Surat Al-Kafirun disebut sebagai "Al-Muqasyqisyah" atau penyembuh karena
kandungannya menyembuhkan dan menghilangkan kemusyrikan.
b. Umat Islam menolak usul kaum kafir untuk penyatuan ajaran agama dalam rangka
mencapai kompromi.
c. Mengajak masing-masing untuk melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan tanpa
bersikap saling mengganggu.
d. Ajakan kaum kafir tidak logis karena setiap ajaran pokok suatu agama beserta
perinciannya pasti berbeda.
e. Rasulullah saw. tidak akan menyembah Tuhan orang-orang kafir (berhala) karena agama
mereka bersifat menolak, ingkar, tidak percaya, dan mendustakan ayat-ayat dan syariat
Allah swt.
f. Rasulullah saw. dan kaum mukmin tidak akan beribadah seperti ibadahnya orang kafir
yang bercampur dengan syirik, yaitu memuja patung atau berhala dan menganggap
mereka dapat memberikan perlindungan atau kekuatan kepada orang kafir tersebut.
g. Orang kafir tidak pernah pula akan menyembah Allah swt.
h. Tidak boleh saling memaksa untuk mengikuti suatu agama. Rasulullah saw. menjelaskan
bahwa agamamu dan balasannya untuk kamu (kaum kafir) dan agamaku dan balasannya
adalah untukku (kaum mukmin).

5. Penerapan toleransi dalam kehidupan sehari-hari


a. Tidak memaksakan keyakinan kepada orang lain kerena tidak dibenarkan oleh agama
dan akal sehat ;
b. Sabar dalam menghadapi sikap orang-orang yang mendustakan Islam, sebagaimana
rasul terdahulu ;
c. Bersahaja dalam melaksanakan dakwah, tidak mengikuti jalan pikiran objek dakwah ;
d. Bebas menjalin hubungan dengan non muslim selama tidak menyangkut masalah
akidah dan ibadah.

6. Hikmah bertoleransi dalam kehidupan sehari-hari


1. Menghargai kepada sesama ciptaan Allah SWT.
2. Menghindari terjadinya perpecahan.
3. Memperkokoh silaturahmi dan menerima perbedaan.
4. Tenggang rasa dan suka menolong kepada orang lain.
5. Menciptakan kehidupan masyarakat yang aman dan damai.

B. Surah Yunus [10] Ayat 40–41 tentang Sikap terhadap Orang yang Berbeda Pendapat

َ ‫َوم ْن ُه َّمن ًُ ْام ُن به َوم ْن ُه َّمن ََّل ًُ ْام ُن به ۚ َو َز ُّب َو َؤ ْع َل ُ ب ْاْلُ ْفظد‬
1. Bacaan Surah Yunus Ayat 40-41
٤٠ ‫ًن‬ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ ِ
َ َ ْ َ َ ُ ُ َ ُ ُ َ ُ َ َ ّ ُ َ َ َّ َ
‫َو ِبن لر ُبىك فقل ِلي ع َم ِلي َولن ْ ع َملن ْ ۖ ؤ ح َب ِسٍئىن ِم َّما ؤع َم ُل َوؤ ا َب ِسي ٌء‬
َ ُ َ
٤١ ‫ِّم َّما ج ْع َملىن‬
Artinya:
40. Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada
(pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang
orang-orang yang berbuat kerusakan.
41. Jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu
pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun berlepas diri
terhadap apa yang kamu kerjakan". (QS.Yunus/10: 40-41)

7
2. Arti Kata-kata atau Mufradat
‫ُي ۡؤ ِم ُي‬ َّ ‫َو ۡؤِمنهُيم‬
ia beriman orang dan diantara mereka
َّ ‫َو ۡؤِمنهُيم‬ ‫ِمبهِمۦ‬
orang dan diantara mereka dengannya/ kepadanya
ۚ‫ِمب ِمهۦ‬ ‫ُي ۡؤ ِم ُي‬ َّ
dengannya/ kepadanya beriman tidak
َ ‫ِمب ۡؤٱ ُي ۡؤ ِم ِم‬ ‫َ ۡؤ َ ُيم‬ َ ‫َو َ ُّبب‬
terhadap orang-orang yang
lebih mengetahui dan Tuhanmu
membuat kerusakan
‫َفقُيل‬ َ ‫َ َّ بُيو‬ ‫َوإِم‬
maka katakanlah mereka mendustakan kamu dan jika
‫َوٱَ ُي مۡؤ‬ ‫َ َ ِمي‬ ‫ٱِّي‬
dan bagimu pekerjaanku bagiku
َ ‫َب ِم ٓي ُٔ‍ُيو‬ ‫َن ُيتم‬ ‫َ َ ُي ُي مۡؤ‬
berlepas diri kamu pekerjaanmu
‫َو َ َن ۠ا‬ ‫َ ۡؤ َ ُيل‬ ‫ِم َّ ٓي‬
dan Aku aku kerjakan dari apa
َ ‫َت ۡؤ َ ُيو‬ َّ ِّ ‫ء‬ٞ ‫َب ِم ٓي‬
kamu kerjakan dari apa berlepas diri

3. Tajwid
‫َو ِم ْنن ُيه ْنم‬ : izhar halqi karena ada nun mati bertemu ha'
‫َو ِم ْنن ُيه ْنم َ ْن‬ : idgham mimi atau idghom mutamatsilain karena ada
mim mati bertemu mim
‫َ ْن ُي ْن ِم ُي‬ : idgham bighunnah karena ada nun mati bertemu ya'
tidak dalam satu kalimah
َ ‫َ ْن‬ : idgham bila ghunah karena ada nun mati bertemu lam
َ ‫ِمب ْنٱ ُي ْن ِم ِم‬ : izhar qamariyah karena ada lam ta'rif diikuti mim
َ ‫َوإِم ْن َ َّ بُيو‬ : ikhfa' haqiqi karena ada nun mati bertemu kaf
َ ‫َ َّ بُيو‬ : mad thobi'i karena ada dhommah diikuti wawu sukun
‫َوٱَ ُي ْنم َ َ ُي ُي ْنم‬ : idzhar syafawi karena ada mim mati bertemu 'ain
‫َ ْنن ُيت ْنم‬ : ikhfa' haqiqi karena ada nun mati bertemu ta'

4. Isi Kandungan
a. Ada golongan umat manusia yang beriman terhadap Al-Qur'an dan ada yang tidak
beriman kepada Al-Qur'an.

8
b. Allah SWT mengetahui sikap dan perilaku orang-orang yang beriman yang bertakwa
kepada Allah SWT dan orang-orang yang tidak beriman yang berbuat durhaka kepada
Allah SWT.
c. Orang-orang yang beriman kepada Allah SWT (umat Islam) harus yakin bahwa Rasul
Allah SWT yang terakhir adalah Nabi Muhammad SWT dan Al-Qur'an adalah kitab suci
yang harus dijadikan pedoman hidup umat manusia sampai akhir zaman.

5. Contoh perilaku yang sesuai dengan isi kandungan QS. Yunus 40-41
a. Menghormati apa yang sudah menjadi keyakinan mereka dan tidak memaksakan
agama kepada orang lain
b. Tidak mencampur adukkan keyakinan agama yang satu dengan yang lainnya
c. Selalu berusaha berbuat baik terhadap apa yang mereka kerjakan karena semua yang
mereka kerjakan akan mendapat balasan dari Allah
d. Tidak membuat keributan karena mempermasalahkan perbedaan ajaran agama yang
dianut
e. Menghadapi kritik atau upaya menjatuhkan Islam, Khususnya melalui Al-Qur'an
dengan sikap bijaksana dan tidak emosional
f. Menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman kehidupan

C. Surah Al-Kahf [18] Ayat 29 tentang Kebebasan untuk Beriman atau Kafir
1. Bacaan Surah Al-Kahf [18] Ayat 29
َّ ُ ْ ْ َ َ ْ َْ َ َ ُ ْ ُ
‫َوق ِل ال َح ُّق ِم ْن َزِّبن ْ ۖ ف َم ْن ػ َاء فل ُيا ِم ْن َو َم ْن ػ َاء فل َينف ْس ۚ ِب ا‬
ُ َ ُ َ ْ ُ َ َ َ َ َّ ََْْ َ
‫اْلين ا ًزا ؤ َحاط ِب ِه ْ ُط َس ِادق َها ۚ َو ِبن ٌَ ْظح ِغيثىا ٌُغارىا‬ ِ ِ ِ ‫ؤ ع حد‬
‫لظ‬ ‫ل‬ ‫ا‬
ًََ ْ َّ َ ْ َ ُ ُ ْ ‫َ َ ْ ُ ْ َ ْ ي‬
‫اب َو َط َاءت ُم ْسثفقا‬ُ ‫الؼ َس‬ ‫ِبم ٍاء ماْله ِل ٌؼ ِى الىحىه ۚ ِبئع‬
(٢٩ : ١٨ /‫) الكهف‬
Artinya: Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir".
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum
dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang
paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (QS. Al-Kahfi/18:29).

2. Arti Kata-kata atau Mufradat

‫ِم‬ ‫ۡؤٱ َ ُّب‬ ‫َو ُي ِمل‬


dari kebenaran dan katakanlah
َ ‫َ ٓي‬ َ ‫َف‬ ‫َّ ِّب ُي مۡؤ‬
menghendaki maka barangsiapa Tuhan kalian
َ ‫َ ٓي‬ َ ‫َو‬ ‫َف ۡؤ ُي ۡؤ ِم‬
menghendaki dan barang siapa maka berimanlah
‫َ ۡؤ َت ۡؤ َن‬ ‫إِم َّن ٓي‬ ۚ‫َف ۡؤ َ ۡؤ ُي ۡؤ‬
Kami telah sesungguhnya kami maka kafirlah

9
menyediakan
‫َ َ َا‬ ‫َن ً ا‬ َ ‫ِمٱ َّل ِم ِم‬
bagi orang-orang yang
meliputi neraka
zalim
‫َوإِم‬ ۚ ‫ُي َ ا ِم ُي َه‬ ‫ِمب ِمهمۡؤ‬
dan
asapnya/ gejolaknya dengan mereka
jika
‫ِمب َ ٓي ٖء‬ ‫ُي َ ُياو ْنا‬ ‫َ ۡؤ َت ِم ُياو ْنا‬
dengan
mereka diberi minum mereka meminta minum
air
‫ۡؤٱوُي ُيو ۚ َو‬ ‫َ ۡؤ ِمو‬ ‫َ ۡؤٱ ۡؤُيه ِمل‬
seperti logam yang
wajah-wajah menghanguskan
mendidih
‫َو َ ٓي َ ۡؤ‬ ‫ٱ َّ َ ااُي‬ َ ‫ِمب ۡؤ‬
dan paling buruk minuman paling jelek
‫ُي ۡؤ َت َ ًق‬
tempat istirahat

3. Isi Kandungan Surah Al-Kahf [18] Ayat 29


Ayat 29 Surah al-Kahf [18] menjelaskan bahwa kebenaran berasal dari Tuhan. Dalam
menghadapi atau menerima kebenaran tidak terdapat perbedaan antara si kaya atau si
miskin. Si kaya yang ingin beriman, berimanlah. Si miskin yang ingin beriman, berimanlah.
Seseorang yang ingin kafir dipersilakan juga oleh Allah Swt. Dalam ayat ini Allah Swt.
membebaskan manusia untuk menentukan pilihan. Sebelum menentukan pilihan, manusia
sudah diberi tahu bahwa kebenaran berasal dari Allah.
Allah Swt. mengaruniakan manusia berupa akal. Manusia mempergunakan akal tersebut
untuk berpikir dan memilih beriman atau kafir. Jika seseorang memilih beriman, berarti ia
telah menuruti kata hati atau suara akal. Bagi orang-orang yang memilih kafir, mereka akan
menanggung akibat pilihannya itu. Bukan orang lain yang akan bertanggung jawab terhadap
pilihannya. Beriman atau kafir merupakan suatu hal yang harus dipilih. Allah telah memberi
kebebasan kepada manusia untuk menjatuhkan pilihan.
Di balik pilihan yang disediakan terdapat akibat yang telah menunggu. Orang-orang kafir
telah menzalimi diri mereka sendiri. Mereka menolak kebenaran yang datang dari Allah Swt.
Mereka menolak atau mengingkari kata hatinya tentang kebenaran yang datang dari-Nya.
Bagi mereka yang memilih kafir atau menzalimi diri sendiri, neraka menjadi tempat
kembalinya. Mereka terkepung di dalam neraka dan tidak dapat keluar. Pagar neraka terlalu
kukuh untuk dilewati manusia yang ada di dalamnya. Ayat 29 Surah al-Kahf [18] juga
menjelaskan bahwa orangorang yang ada di dalam neraka jika mereka minum, mereka akan
diberi minum. Akan tetapi, minuman yang mereka terima berupa air seperti besi yang
mendidih yang menghanguskan wajah. Jika penghuni neraka meminum air tersebut,
haus yang mereka rasakan tidak hilang. Semakin diminum penghuni neraka akan merasakan
kesengsaraan. Wajah mereka hangus oleh panasnya api neraka dan panasnya minuman yang
mereka minum. Minuman yang disediakan untuk penghuni neraka merupakan minuman yang
paling buruk. Manusia belum pernah melihat, bahkan membayangkan minuman tersebut di
dunia. Akan tetapi, sejelek-jelek minuman itulah yang akan diterima oleh penghuni neraka
(mereka yang memilih kafir). Selain menjelaskan tentang seburuk-buruknya minuman, ayat ini
juga menjelaskan bahwa neraka merupakan tempat istirahat yang paling jelek. Beginilah akhir
atau akibat yang akan diterima orang-orang yang memilih kafir. Mereka yang selama di dunia

10
sombong dengan kedudukannya dan menolak kebenaran yang datang dari Allah Swt. Di
akhirat kelak mereka akan tinggal di neraka dan diberi minuman yang paling buruk. Selain itu,
orang-orang yang memilih kafir juga diberi tempat istirahat yang paling buruk.

4. Perilaku yang mencerminkan pengamalan Q.S. Al-Kahfi ayat 29


1. Menjadi hamba Allah swt yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt
2. Meyakini bahwa kebenaran yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW datangnya
dari Allah SWT.
3. Menjauhi segala perbuatan yang membawa kekafiran kepada Allah swt, seperti
perbuatan syririk dan lain sebagainya.
4. Memperbanyak amal sholih agar mendapatkan keselamatan di dunia dan di akhirat
5. Menjauhkan diri dari segala perbuatan yang dapat menjerumuskan kita ke neraka, atau
menjauhkan diri dari apa saja yang telah dilarang oleh Allah swt.
6. Selalu meminta ampun kepada Allah swt, dan berdoa agar dijauhkan dari api neraka.

Soal Latihan!
1. Tulis Surah al-Kafirun [109] ayat 2 kemudian terjemahkan!
2. Bolehkah bertoleransi dalam bidang akidah? Jelaskan!
3. Jelaskan kandungan pokok Surah al-Ka-firu-n [109]!
4. Apakah Islam mengakui tentang perbedaan keyakinan dan agama? Jelaskan!
5. Tulis terjemah Surah Yu-nus [10] ayat 40!
6. Jelaskan kandungan Surah Yu-nus [10] ayat 40!
7. Sebutkan bacaan tajwid yang terdapat dalam ayat 40 Surah Yu-nus [10] berikut ini!
8. Apakah seseorang akan bertanggung jawab terhadap perbuatan orang lain?
9. Jelaskan akibat yang diterima orang-orang yang memilih kafir!
10. Apakah penduduk neraka dapat lari dari dalam neraka? Jelaskan!

BAB 2
Ayat-ayat Al-Qur’an Tentang Etos Kerja

A. Surah Al-Mujaadilah (58) Ayat 11


1. Membaca dan Mengartikan Surah Al-Mujaadilah Ayat 11

Artinya:Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah


kelapangan di dalam majlis-majlis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ”Berdirilah kamu,” maka berdirilah,
niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu
kerjakan. (QS. Al-Mujaadilah:11)

11
2. Isi Kandungan
Adapun isi kandungan Surah Al-Mujaadilah ayat 11, sebagai berikut:
a. Allah SWT menyuruh kepada orang yang beriman agar memberikan kelapangan
dan kelonggaran kepada orang lain dalam majlis ilmu, majlis zikir, dan segala majlis
yang sifatnya mentaati Allah SWT dan Rosul-Nya.
b. Apabila disuruh bangun untuk melakukan hal-hal yang baik dan diridloi Alah, maka
penuhilah suruhan tersebut.
c. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang
berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat yang tinggi.

3. Penjelasan
Qur’an surat Al Mujadilah adalah surat yang ke 58 terdiri dari 22 ayat, termasuk
golongan surat Madaniyah. Surat ini dinamai “ Mujadillah “ berarti wanita yang
mengajukan gugatan. Karena pada awal surat ini disebutkan bantahan seorang
perempuan, menurut riwayat bernama Khaulah binti Tsa’labah terhadap sikap
suaminya yang telah menziharnya. Hal ini diajukan kepada Rosulullah SAW dan dia
menuntut supaya beliau memberikan putusan yang adil dalam persoalan itu.
Dalam Q.S. Al Mujadillah ayat 11 yang isinya antara lain berkaitan dengan adab
dan sopan santun yang harus dilakukan ketika berada dalam Majlis-majlis yang
mengajak berbuat baik untuk taat kepada Allah SWT dan Rosul-Nya seperti, Majlis
taklim, Majlis zikir, Majlis salat berjama’ah dan Majlis-majlis ilmu lainnya. Tata krama
yang seharusnya dilakukan itu seperti memberi kelapangan bagi siapa saja yang hendak
bergabung di dalam majlisnya, menghormati dan memperlakukannya sebagai anggota
sebagaimana mestinya, bertutur kata yang baik dan santun, dan lain-lain. Ketika
diperintah untuk melakukan hal-hal yang baik maka segeralah memenuhinya, begitu
pula jika diperintah untuk meninggalkan perbuatan yang buruk maka segeralah
meninggalkannya. Adapun hal-hal yang baik dan diridohi Allah adalah segala perintah
yang ada dalam Al Qur’an seperti salat, zakat, haji, menuntut ilmu, berjihad dijalan
Allah, membiasakan perilaku akhlakul karimah dan lain sebagainya. Sedangkan perkara
yang buruk yang harus ditinggalkan maka segeralah ditinggalkannya, seperti larangan
berzina, mencuri, minuman keras, dan lain-lain.
Allah akan mengangkat derajat orang-orang beriman yang taat dan patuh
kepada-Nya, serta orang-orang berilmu yang mengamalkan ilmunya itu demi
menegakkan kalimatullah. Beriman berarti meyakini bahwa Allah adalah zat yang
menentukan kehidupan semua makhluk yang terangkum dalam rukun iman yaitu iman
kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari kiamat, dan qada qadar. Berilmu berarti
mempunyai pengetahuan dari segala disiplin ilmu yang berkembang dari masa ke
masa. Ilmu yang benar adalah ilmu pengetahuan yang tidak bertentangan dengan isi
dan kandungan Al Qur’an. Jika bertentangan dengan Al Qur’an maka ilmu itu dianggap
salah.

َ ‫ًَا َؤ ُّي َها َّالر‬


B. Surah Al-Jumu’ah (62) Ayat 9-10
ْ َ ْ ‫لص ََلة م ْن ًَ ْىم ْال ُج ُم َعة َف‬
‫اط َع ْىا ِبل َٰى ِذل ِس‬ َّ ‫ًن َآم ُنىا ب َذا ُ ىد َي ل‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َٰ ِ
ُ َ َ َ َ َ ُُْ ْ ُ َ ُ َ َ ْ َ َّ
‫) ف ِةذا ق ِض َي ِد‬٩( ‫الل ِه َوذ ُزوا ال َب ْي َع ۚ ذ ِلن ْ خ ْي ٌر لن ْ ِبن لنح ْ ج ْعل ُمىن‬
َ َّ ُ ْ َّ ْ َ ْ ُ َ َْ ُ ‫الص ََل ُة َفا ْ َخ ِؼ‬
‫ض ِل الل ِه َواذل ُسوا الل َه ل ِث ًيرا‬ ‫ض َو ْابحغىا ِمن ف‬ ِ
ْ‫ْلاز‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ِ ‫وا‬‫س‬ َّ
َ ْ ُ ُ َّ َ
)١٠-٩ :‫) (الجمعه‬١٠( ‫ل َعلن ْ ثف ِل ُحىن‬

12
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseur untuk melaksanakan salat
pada hari jum’ah, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila salat telah dilaksanakan,
maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
agar kamu beruntung. (QS. Al-Jumu’ah/62: 9-10)

2. Isi Kandungan Ayat


a. Seruan Allah SWT kepada orang-orang yang beriman agar melakukan keseimbangan
antara kewajiban dalam beribadah dan bekerja. Ketika terdengar suara azan untuk
menunaikan salat maka segeralah menunaikannya dan ditinggalkanlah segala aktivitas
keduawiaan.
b. Umat Islam yang telah selesai melaksanakan ibadah salat diperintah Allah SWT untuk
berusaha dan bekerja agar memperoleh karunia-Nya. Karunia itu bisa berupa harta
benda, kesehatan, pengetahuan, kedamaian dan kesejahteraan.
c. Umat Islam dianjurkan senantiasa untuk ingat kepada Allah SWT dimana saja, kapan
saja dan dalam situasi yang bagaimanapun pula agar selalu zikrullah. Jika mereka dapat
melakukan yang demikian itu maka merekalah yang akan memperoleh keberuntungan
berupa kebahagian dan ketenangan hidup.

3. Penjelasan
Qur’an surat Al Jumu’ah merupakan surat yang ke 62 terdiri dari 11 ayat, termasuk
surat-surat Madaniyyah. Dinamakan surat “Al Jumu’ah” diambil dari kata Al Jumu’ah yang
terdapat pad ayat 9 surat ini yang artinya “hari Jum’ah”.
Pada ayat yang ke 9 – 10 pada surat Al Jum’ah mengajarkan kepada kita tentang
keseimbangan dalam beribadah dan bekerja. Di dalam beribadah Allah menyuruh agar
senantiasa ibadah itu dilaksanakan dengan khusyu’ dan tepat waktu. Sehingga diwaktu
menunaikan ibadah diharapkan dilaksanakan dengan memenuhi rukun dan syarat-
syaratnya dengan baik. Seorang Mukmin dan Mukminat dilarang berbuat syirik dan
berniat dalam beribadah selain untuk mencari rida Allah.
Begitu pula ketika bekerja diperintahkan untuk bekerja keras, penuh keuletan,
ketekunan, kesabaran dan kreatif. Apabila hal itu dilaksanakan dengan baik maka manusia
akan memperoleh hasil kerja yang baik pula. Namun manusia diperingatkan ketika bekerja
janganlah melupakan beribadah, dan sebaliknya ketika selesai ibadah jangan melupakan
urusan duniawinya.

4. Perilaku Orang yang Mengamalkan Q.S Al-Jumu'ah Ayat 9-11


Dari penjelasan tentang kandungan ayat 9-11 surat Al-Jumu'ah di atas maka perilaku
orang yang mengamalkan ayat tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
b. Menjalankan perintah Allah, baik yang berhubungan dengan dunia (dalam hal ini
mencari nafkah) apalagi ukhrawi (menjalankan ibadah).
c. Selalu bersegera melaksanakan perintah sholat (dalam hal ini terutama sholat Jumat)
ketika mendegar azan telah berkumandang.
d. Tidak menjadikan usaha (pekerjaan mencari nafkah) yang dilakukannya sebagai
penghalang dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT.
e. Bersemangat, rajin, ulet, dan tidak berputus asa dalam mencari nafkah dan bekerja.

5. Penerapan sikap dan perilaku Q.S Al-Jumu'ah Ayat 9-11


Dalam kehidupan sehari-hari, pelaksanaan dan penerapan perilaku orang yang
mengamlkan surat Al-Jumu'ah ayat 9-11 ini tercermin dari sikapnya dalam aktifitasnya
sehari-hari. Bekerja baginya adalah sebuah keharusan dan ia tidak akan mau
memperolah suatu secara cuma-cuma dan yang bukan merupakan hasil jerih payahnya.

13
Apalgi berpangku tangan dan meminta-minta kepada orang lain, bagianya hal tersebut
adalah suatu perbuatan yang hinda dan menjatuhkan harga diri.
Dalam menjalankan rutinitas dan pekerjaan sehari-hari, orang yang
mengamlkan ayat ini tentunyadapat melakukan keseimbangan antara tugasnya sebagai
manusia yang dieperintahkan untuk bekerja dan sebagai hamba Allah yang
diperintahkan untuk beirbadah. Oleh karena itu, apabila telah tiba waktu sholat maka ia
akan menjalankan perintah sholat.

Soal Latihan!
1. Bagaimanakah penjelasan tentang anjuran melapangkan majelis jika dikaitkan dengan
masalah etos kerja?
2. Jelaskan pentingnya memberi kesempatan kepada orang lain dalam hal kerja!
3. Jelaskan balasan bagi orang yang mau membantu kesulitan orang lain!
4. Tulislah salah satu hadis tentang pentingnya membantu orang lain!
5. Apakah yang seharusnya menjadi motivasi kita dalam bekerja?
6. Apakah yang dimaksud dengan bacaan idgam bilagunnah?
7. Bolehkah kita mengejar urusan duniawi dan melupakan urusan ukhrawi?
8. Jelaskan kandungan Surah al-Muja-dilah [58] ayat 11!
9. Jelaskan kandungan Surah al-Jumu’ah *62+ ayat 9–10!
10. Bagaimana cara membaca mad ja-'iz munfasil?

BAB 3
Iman Kepada Hari Akhir

A. Pengertian Iman kepada Hari Akhir


Hari kiamat atau hari akhir adalah suatu peristiwa luar biasa yang pasti akan terjadi
dimana seluruh makhluk, termasuk manusia yang pernah hidup di muka bumi akan dimatikan,
kemudian hidup dan dibangkitkan kembali untuk mendapatkan perhitungan dan pembalasan
atas segala amal yang pernah dilakukannya selama hidup di dunia.
Iman secara bahasa berarti percaya. Iman menurut istilah berarti meyakini sepenuh hati
yang diucapkan secara lisan dan diwujudkan dalam perbuatan. Iman kepada hari akhir berarti
mempercayai dengan sepenuh hati, bahwa suatu saat dunia beserta isinya akan berakhir atau
hancur serta manusia akan dibangkitkan dari kubur menuju akhirat untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya selama hidup di dunia. Keyakinan tersebut
diwujudkan dalam perbuatan atau tingkah laku.
Iman kepada hari akhir merupakan salah satu rukun iman. Selain itu, iman kepada hari
akhir termasuk sendi-sendi keimanan yang sangat mendasar dalam akidah Islam. Seseorang
yang tidak mempercayai hari akhir tidak termasuk orang yang beriman. Oleh karena itu, jika
mengaku sebagai orang beriman, Anda harus beriman kepada Allah, malaikat Allah, kitab
Allah, rasul Allah, dan qada serta qadar Allah.
Segala sesuatu yang ada di dunia ini ada permulaan dan ada akhir. Beberapa waktu yang
lalu Anda bertemu dan berkumpul dengan temanteman
sekelas, tetapi suatu saat pasti akan berpisah. Saat ini Anda selalu bersama ibu atau bapak
dan suatu saat, cepat atau lambat akan berpisah dengan mereka. Begitu juga kehidupan di
dunia ini, ada awal dan ada akhir. Anda tidak akan selamanya hidup di dunia. Suatu saat Anda
akan meninggalkan dunia dan seluruh isinya. Hidup di dunia hanya sementara bukan
selamanya. Hidup di dunia bagaikan seseorang yang naik kendaraan. Ada permulaan dan ada
tujuan akhir. Agar selamat dalam perjalanan, Anda harus mematuhi aturan-aturan yang ada.
Al-Qur’an merupakan pedoman bagi manusia dalam menjalani kehidupan di dunia.
Rambu-rambu yang ada dalam Al-Qur’an harus ditaati jika seseorang ingin hidup bahagia di

14
dunia dan akhirat. Selama hidup di dunia manusia harus mencari bekal sebanyak-banyaknya
agar tidak menyesal ketika sampai di tempat tujuan. Banyak orang yang merugi karena
mengira dunia adalah tujuan akhir sehingga mereka mengira kesuksesan di dunia adalah
segalanya. Mereka mengejar kehidupan di dunia dan melupakan bahwa ada kehidupan
setelah kehidupan di dunia.
Ada dua macam kiamat yang kita kenal dan kita alami, yaitu sebagai berikut:
a. Kiamat Sugra
Kiamat surga berarti kerusakan kecil. Misalnya kematian atau berbagai macam
bencana alam, seperti gempa bumi, gunung meletus, atau pun banjir, yang banyak menelan
korban jiwa.
Mati ialah terpisahnya antara jasmani dengan rohani. Jasmani kembali ke asalnya yaitu
tanah, sedangkan rohani terus hidup di alam Barzakh (alam kubur). Alam Barzakh adalah
alam tempat hidup umat manusia setelah mati sampai mereka dibangkitkan dari kuburnya
masing-masing untuk kemdian ditentukan Allah. Firman Allah menyatakan dalam surat Al-
‘Ankabut ayat 29, yang artinya :“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian
kepada Kamilah kamu dikembalikan.”
b. Kiamat Kubra
Kiamat kubra (kerusakan besar) adalah hancurnya alam semesta dengan segala isinya.
Bumi, matahari, dan bintang saling bertabrakan sehingga mengalami kehancuran total.
Manusia, jin, tumbuhan, dan hewan seluruhnya mati. Peristiwa ini terjadi setelah
sangkakala pertama kali ditiup oleh Malaikat Israfil. Hal ini dinyatakan dalam firman Allah
yang artinya sebagai berikut ini : “Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan di
angkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu di benturkan keduanya sekali bentur. Maka pada
hari itu terjadilah hari kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi
lapuk.”
Setelah terjadi kiamat kubra, Malaikat Israfil meniup sangkakala untuk yang kedua
kalinya. Allah SWT membangkitkan dan menghidupkan kembali manusia yang pernah hidup
di alam dunia dari tidurnya. Peristiwa dibangkitkannya manusia dari kuburnya, disebut
Ba’as’. Lihat Firman Allah SWT yang artinya : “Kemudian Dia mematikannya dan
memasukkannya ke dalam kubur, kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya
kembali.” (Q.S. ‘Abasa, 80: 21-22)
Setelah seluruh umat manusia dibangkitkan dari kubur masing-masing, mereka
dikumpulkan di padang yang sangat luas yang disebut Padang Mahsyar (lihat Q.S. Al-An’am,
6: 22). Hari dikumpulkannya seluruh umat manusia di Padang Mahsyar disebut Yaumul-
Hasyr.
Maksud dikumpulkannya umat manusia di Padang Mahsyar adalah untuk dihisab atau di
perhitungkan amal perbuatan mereka ketika di dunia dengan seteliti dan seadil-adilnya
(lihat Q.S. Al-Mujadilah, 58: 6). Peristiwa di Padang Mahsyar ini disebut Yaumul-Hisab.
Rasulullah bersabda, “Pada hari kiamat seseorang tidak akan luput dari 4 pertanyaan:
tentang umurnya, untuk apa aja umur itu dipergunakannya; tentang ilmunya, apa yang
dilakukannya dengan ilmu ini; tentang hartanya, darimana didapatnya dan untuk apa
dibelanjakannya; tentang tubuh (tenaga atau kekuatan tubuhnya), untuk apa dipakainya.”
(H.R. At-Tirmizi)
Perhitungan atau pengadilan Allah SWT di alam Akhirat kelak sangat adil. Tidak ada
seorang pun yang dirugikan. Mereka berhak masuk surge karena ketakwaannya tentu akan
masuk ke dalam surga. Sebaliknya, mereka yang harus masuk neraka karena
kedurhakaannya kepada Allah tentu akan masuk ke dalam neraka. Hari keputusan Allah
SWT disebut Yaumul-Jaza’, Allah SWT berfirman: “Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan
dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya
Allah amat cepat hisabnya.” (Q.S. Al-Mukmin: 18)

15
B. Dalil Aqli dan Naqli tentang Hari Akhir
Dalil Aqli adalah untuk menguatkan suatu masalah atau pendapat berdasarkan akal
manusia secara alami, sedangkan dalil naqli berdasarkan Al-Qur’an dan hadits.
Di antara dalil naqli tentang hari Akhir, sebagai berikut:

a. Surah Al-Hajj Ayat 1-2


َ َ َ َ َّ َ َ َ ْ َ َّ ْ ُ َّ َ ُ َّ ُ َّ َ ُّ َ َ
‫) ًَ ْى َم ث َس ْون َها‬١( ٌ ‫اع ِة ش ْي ٌء َع ِظي‬ ‫ًا ؤيها الناض اثقىا زبن ِبن شلصلة الظ‬
َّ ‫َ ْ َ ْ َ َ َ َ ي‬
َ ‫الن‬ َ َ ُّ ُ ُ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َّ َ َ ْ ُ ُّ ُ ُ َ ْ َ
‫اض‬ ‫ات حم ٍل حملها وثس‬ ِ ‫ذ‬ ‫ل‬ ‫م‬ ‫ثرهل مل مس ِضع ٍة عما ؤزضعد وثضع‬
َ َّ َ َ َ َّ َ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ َ َ ُ
)٢-١ :٢٢ /‫) (الحج‬٢( ‫اب الل ِه ػ ِد ًٌد‬ ‫طهازي وما ه ِبظهازي ول ِنن عر‬
Artinya:
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian; sesungguhnya keguncangan hari
kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari
(ketika) kalian melihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya
dari anak yang disusukannya dan gugurlah kandungan semua wanita yang hamil; dan
kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya tidak mabuk, tetapi
azab Allah itu sangat kerasnya. (QS. Al-Hajj/22:1-2)

b. Surah Az-Zalzalah Ayat 1-2


َ َ َْ ُ ْ ْ ََ َ ْ ُ ْ َ ُْ َ
:٩٩/‫) (الصلصلة‬٢( ‫ض ؤرقال َها‬ ‫ْلا‬
‫ِ ز‬ ‫د‬‫ح‬َ َ
‫س‬ ‫خ‬ ‫) وؤ‬١( ‫ض ِشل َصال َها‬‫ِبذا شل ِصل ِد ْلاز‬
)٢-١
Artinya:
Apabila bumi diguncangkan dengan guncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah
mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya. (QS. Az-Zalzalah/99: 1-2)

َّ ‫ْ َ َ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ْ َ َٰ َ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ َ ُ ْ ُن‬
c. Surah Al-Qori’ah Ayat 1-5
ُ ‫الن‬
‫اض‬ ‫ ًىم ًنى‬.‫ومأ ؤدزًو ما القا ِزعة‬. ‫ ما القا ِزعة‬.‫القا ِزعة‬
)٥-١ :١.١/‫غ القسعه‬ ‫ى‬ْ ‫اى َم ْالع ْهن ْاْلَ ْن ُف‬
ُ ‫ َو َث ُن ْى ُن ْالج َب‬. ‫) َم ْال َف َساغ ْاْلَ ْب ُث ْى ِذ‬
ِ ِ ِ ِ ِ
Artinya:
Hari Kiamat, apakah hari Kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? Pada hari
itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung adalah
seperti bulu yang dihambur-hamburkan. (QS. Al-Qaari’ah/101: 1-5)

C. Tanda-tanda Hari Akhir


Tanda-tanda kiamat dibagi menjadi dua, yaitu tanda-tanda kecil dan tanda-
tanda besar kiamat.
1. Tanda-tanda kecil kiamat antara lain sebagai berikut.
a. Ilmu agama sudah dianggap tidak penting lagi.
b. Tersebarnya perzinaan.
c. Minuman keras merajalela.
d. Fitnah muncul di mana-mana.
e. Hamba sahaya perempuan dikawini tuannya.
2. Tanda-tanda besar kiamat antara lain sebagai berikut.
a. Rusaknya Kakbah.

16
b. Matahari terbit dari barat.
c. Keluarnya Imam Mahdi.
d. Munculnya binatang ajaib yang bisa berbicara.
e. Keluarnya bangsa Yakjuj dan Makjuj.

D. Proses Kehidupan Dimulainya Hari Akhir


Hari kiamat berlangsung dalam beberapa fase atau tahapan sebagai berikut:
1. Yaumul Qiyamah : hari kehancuran alam semesta dan berakhirnya kehidupan makhluk
secara serempak. Yaumul qiyamah ditandai dengan tiupan pertama malaikat Izrafil,
dimana seluruh alam semesta akan saling bertabrakan dan hancur.
2. Yaumul Ba’as : hari kebangkitan manusia dari kuburnya. Hal ini ditandai tiupan trompet
kedua oleh malaikat Izrafil. Dimana ketika manusia dibangkitkan ini manusia kembali
menjadi makhluk yang bernyawa, saat itu diantara manusia ada yang memiliki wajah yang
putih berseri-seri dikarenakan kebaikan yang dilakukan didunia, tetapi ada juga yang
hitam kelam, dikarenakan kesengsaraan dikarenakan perbuatan kufurnya saat di dunia,
hal ini ditegaskan pada QS. Ali Imran: 106-107
3. Yaumul Hasyr : hari berkumpulnya semua manusia di hadapan Allah setelah kebangkitan
mereka dari kubur. Semua manusia dikumpulkan secara bersama-sama di satu tempat
tanpa ada yang ketinggalan, tempat tersebut di sebut dengan padang makhsyar, dimana
replikanya seperti pada saat kegiatan wukuf di padang arafah ketika pelaksanaan ibadah
haji
4. Yaumul Hisab : hari perhitungan amal baik dan buruk manusia. Dimana manusia tanpa
terlewatkan sedikit pun dari amal perbuatannya di dunia, apakah yang baik atau buruk,
keseluruhannya akan dihitung. Mulai tangan, kulit dan anggota tubuh yan lain akan
berbicara dan menjadi saksi akan perbuatan mereka selama di dunia
5. Yaumul Jaza’ : Hari pembalasan bagi setiap manusia atas segala amal perbuatannya di
dunia. Bagi mereka yang banyak memiliki amal kebajikan maka surga adalah tempatnya,
dan bagi mereka yang memiliki dosa yang banyak maka nerakalah tempat akhirnya kelak.
6. Surga dan Neraka
Surga adalah balasan yang terbaik bagi hamba Allah yang gemar melakukan kebajikan.
Dan dalam surga pun terdiri berbagai macam tingkatan, dalam surga terdapat tujuh
tingkatan yaitu:
a. Jannatul Firdaus : surga firdaus
b. Jannatun Adn : surga yang kekal
c. Jannatun Na’im : surga yang berisi kenikmatan
d. Jannatul Khuldi : surga yang kekal
e. Jannatul Ma’wa : surga tempat kediaman
f. Darussalam : tempat yang damai
g. Darul Qarar : Negeri yang kekal
Neraka adalah tempat penyiksaan bagi manusia yang membangkang terhadap
syariat Allah dan menginhkari Rasulullah saw. Kata neraka diulang ulang penyebutannya di
dalam Al Quran. Kata neraka ditulis dengan redaksi an nar yang artinya adalah api. Hal ini
dikarenakan, neraka identik dengan api. Dan api juga identik dengan kesakitan atau
penyiksaan. Oleh karena itu kondisi di neraka berbeda jauh dengan kondisi dan suasana di
surga yang penuh kenikmatan. Di neraka siksaan yang paling ringan adalah diberikan
sandal yang terbuat dari api neraka dan kemudian ketika dupakai menyebabkan otak
mendidih. Hal ini disabdakan Rasulullah saw. “Sesungguhnya penghuni neraka yang paling
ringan siksaannya ualah orang yang diberi sepasang sandal yang terbuat dari api neraka
lalu mendiduhlah otaknya karena panasnya” (HR. Muslim). Dan sepertihalnya surga
neraka juga memiliki tingkatan tingkatan, yaitu:
1) Hawiyah : artinya adalah api yang sangat panas. Neraka ini diperuntukkan bagi mereka
yang ketika di dunia mencampurkan kebajikan dengan keburukan

17
2) Jahim : artinya adalah api yang menghanguskan. Neraka ini disiapkan untuk manusia
yang ketika didunia mengingkari hari kebangkitan serta mengingkari adanya azab di
hari kiamat
3) Saqar : artinya yang menghanguskan kulit manusia. Neraka ini teruntuk manusia yang
ketika di dunia menyombongkan diri atas segala karunia yang telah Allah berikan
kepadanya.
4) Laza : artinya api yang bergejolak. Neraka ini teruntuk bagi mereka yang saat di dunia
enggan bersedekah dan zakat
5) Hutamah : api yang dinyalakan dan sampai membakar di hati. Neraka ini disiapkan
bagi mereka yang suka mengumpat an menggibah.
6) Sa’ir : artinya api yang menyala-nyala. Neraka ini teruntuk orang-orang kafur yang
mengikuti petunjuk syaitan.
7) Wail : kecelakaan. Adalah neraka yang disiapkan untuk pengusaha atau pedagang yang
licik dan curang saat berdagang
8) Jahanam : neraka yang paling dalam dan berat siksaannya, maka yang ditempatkan di
neraka ini adaah mereka yang mengingkari dan mendustakan Allah swt.

E. Perilaku Yang Mencerminkan Keimanan Terhadap Hari Akhir


Perilaku sebagai pencerminan keimanan terhadap hari akhir itu antara lain:
1. Senantiasa bertakwa kepada Allah SWT, yakni melaksanakan semua perintah-Nya dan
meninggalkan larangan-larangan-Nya.
2. Disiplin dalam melaksanakan salat lima waktu dan ibadah-ibadah lain yang hukumnya
wajib.
3. Mencintai para fakir miskin yang diwujudkan melalui sikap, ucapan, perbuatan dan
bantuan harta benda. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Setiap sesuatu ada
kuncinya, sedang kunci surge adalah mencintai para fakir miskin. Karena kesabaran
mereka, mereka adalah kawan akrab Allah pada hari kiamat.” (H.R. Abu Bakar bin Laal
dari Ibnu Umar bin Khattab)
4. Menyantumi, memelihara, mengasuh, mendidik anak-anak yatim dengan penuh kasih
sayang.
5. Berperilaku terhadap tetangga, menghormati tamu, dan bertutur kata yang baik-baik aja
atau diam. Sikap tutur kata dan perilaku tersebut termasuk tanda-tanda beriman kepada
hari akhir.
6. Melaksanakan tujuh macam perilaku yang menyebabkan memperoleh naungan
(perlindungan) Allah SWT di alam akhirat kelak.

F. Hikmah Beriman Kepada Hari Akhir


Hikmah beriman pada hari akhir (hari Kiamat) itu antara lain:
1. Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT Maha Kuasa dan Maha Adil
2. Memberikan dorongan untuk membiasakan diri dengan sikap dan perilaku terpuji
(akhlaqul-karimah) dan menjauhkan diri dari sikap serta perilaku tercela (akhlaqul-
mazmumah).
3. Memberi dorongan untuk bersikap optimis, tawakal, dan sabar meskipun tertimpa
berbagai kemalangan.

G. Fungsi iman kepada hari akhir


Beberapa fungsi iman kepada hari akhir adalah:
1. Menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
2. Lebih taat kepada Allah dan Rasulnya
3. Senantiasa hidup dengan hati-hati, waspada, dan selalu memohon ampunan Allah
4. Memberi motivasi untuk beramal dan beribadah.

18
5. Selalu menghias diri dengan dzikir kepada Allah
6. Membenci perbuatan maksiat.

A. Soal Latihan 1!
1. Jelaskan tentang pengertian iman kepada hari akhir!
2. Dari manakah manusia mengetahui penjelasan tentang hari akhir? Jelaskan!
3. Salah satu nama lain hari akhir adalah Yaumun la - tajzi nafsun ‘an nafsin syaian. Apa
yang Anda ketahui tentang Yaumun la - tajzi nafsun ‘an nafsin syaian? Jelaskan!
4. Jelaskan tentang catatan amal yang dibuat oleh Malaikat Rakib dan Atid!
5. Siapakah yang menjadi saksi pada hari kiamat? Jelaskan!
6. Siapakah yang mengetahui dengan pasti waktu kedatangan hari kiamat? Jelaskan!
7. Jelaskan kandungan Surah al-Wa-qi‘ah *56+ ayat 4–5!
8. Jelaskan manfaat yang dapat dipetik dari kerahasiaan waktu kedatangan hari kiamat!
9. Apa yang Anda ketahui tentang Yaumur Ra-jifah? Jelaskan!
10. Sebutkan perilaku yang ditunjukkan oleh orang yang beriman kepada hari akhir!

B. Soal Latihan 2 !
1. Sebutkan 3 isi kandungan Q.S. Al-Kafirun ayat 1-6!
2. Sebutkan 3 isi kandungan Q.S. Al-Kahfi ayat 29!
3. Jelaskan makna potongan ayat di bawah ini, dalam surah Al-Kafirun ayat 6!
ُُ َُ
‫لن ْ ِد ًْنن ْ َو ِل َي ِد ًْ ِن‬
4. Berikan 3 contoh sikap toleransi yang harus diterapkan oleh orang muslim dalam
kehidupan sehari-hari sesuai dengan Surah Yunus ayat 40-41!
5. Bagaimana ketentuan bertoleransi antar umat beragama menurut ajaran Islam?
Kemukakan pendapat kalian masing-masing!
6. Mengapa kita tidak boleh mengejar urusan dunia dan melupakan akhirat? Kemukakan
pendapat kalian masing-masing!
7. Mengapa sebagian orang malas untuk mencari Ilmu? Kemukakan pendapat kalian
masing-masing!
8. Berikan 4 perbedaan tanda-tanda kiamat kecil dan kiamat besar!
9. Bagaimana keadaan roh setelah kematian? Uraikan pendapat kalian masing-masing!
10. Terjemahkan QS. At-Thaahaa ayat 15, tentang hari akhir!

BAB 4
Perilaku Terpuji ( Adil, Ridha, dan Amal Shaleh)

A. Adil
1. Pengertian Adil
Adil artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya. Maksudnya ialah tidak memihak
antara yang satu dengan yang lain. Menurut istilah, adil adalah menetapkan suatu
kebenaran terhadap dua masalah atau bebepara masalah untuk dipecahkan sesuai
dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh agama. Dengan demikian keadilan
berarti bertindak atas dasar kebenaran, bukan mengikuti kehendak hawa nafsu.

19
Allah berfirman:
َ َ َّ ُ ْ َ َ ُ ُ ُ َ َّ َ ُّ َ َ
‫ًن َآمنىا لى ىا ق َّى ِامين ِبال ِق ْظ ِغ ػ َه َد َاء ِلل ِه َول ْى َعل َٰى‬ ‫ًا ؤيها ال ِر‬
َ
َ َّ َ َ َ َ ُ ْ َ ْ ْ َ ْ َ ُ ُ َْ
ۖ ‫ؤ ف ِظن ْ ؤ ِو ال َى ِال َد ًْ ِن َوْلاق َسِبين ۚ ِبن ًَن ْن غ ِن ًّيا ؤ ْو ف ِق ًيرا فالل ُه ؤ ْول َٰى ِب ِه َما‬
َ َ َّ َ ُ ْ ُ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ َٰ َ َ ْ ُ َّ َ َ َ
‫ضىا ف ِة َّن الل َه مان ِب َما‬ ‫فَل ثخ ِبعىا الهىي ؤن جع ِدلىا ۚ و ِبن ثلىوا ؤو جع ِس‬
َ َ ُ َ
‫ج ْع َملىن خ ِب ًيرا‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu
bapa dan kaum kerabatmu. jika ia. Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan
menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang
kamu kerjakan.(QS.An-Nisa/4: 135).

2. Macam-macam Perilaku Adil


Barlaku adil dapat diklasifikasikan kepada 4 bagian yaitu :
1). Barlaku adil kepada Allah SWT, yakni menjadikan Allah satu-satunya Tuhan yang
memiliki kesempurnaan, Kita sebagai makhluknya harus senantiasa tunduk dan
patuh pada perintah-Nya dan menjuhi larangan-Nya
2). Berlaku adil terhadap diri sendiri, yakni menempatkan diri pribadi pada tempat yang
baik dan benar. Diri kita harus terjaga dan terpelihara dalam kebaikan dan
keselamatan, tidak menganiaya diri sendiri dengan menuruti hawa nafsu yang
skibatnya dapat mencelakakan diri sendiri.
3). Berlaku adil terhadap orang lain, yakni menempatkan orang lain pada tempat dan
perilaku yang sesuai, layak, benar memberikan hak orang lain dengan jujur dan
benar serta tidak menyakiti dan merugikan orang lain.
4). Berlaku adil terhadap makhluk lain, yakni memberlakukan makhluk Allah SWT yang
lain dengan layak dan sesuai dengan syariat Islam dan menjaga kelestarian dengan
merawat dan menjaga kelangsungan dengan tidak merusaknya.

3. Contoh Perilaku Adil


a. Mencintai seluruh anggota keluarga dengan tidak berat sebelah.
b. Menjalankan hak dan kewajiban baik di lingkungan manapun dengan seimbang.
c. Berteman dan bertetangga dengan siapapun tanpa memandang latar belakangnya.
d. Melakukan perdagangan dengan jujur seperti tidak mengurangi takaran timbangan.
e. Mengadili suatu perkara hukum dengan sikap yang bijaksana dan keputusan yang
adil seadil-adilnya.
f. Memperhatikan kepentingan orang lain dan diri sendiri, seperti kepentingan
kesehatan, kepentingan kelangsungan hidup, kepentingan agama, dsb.
g. Belajar dengan giat, tekun, dan rajin. Sebab menjadikan diri bodoh sama saja telah
berbuat tidak adil pada diri sendiri.
h. Saling tolong menolong terhadap seluruh manusia.
i. Giat dalam berzakat dan membayar pajak guna memenuhi hak-hak orang lain.

4. Ciri-ciri dari orang yang berperilaku adil


Berbagai ciri-ciri dari orang yang berperilaku adil, antara lain :
a. Tidak berpihak kepada siapapun.
b. Apabila berkata senantiasa jujur.

20
c. Memberikan hak-hak kepada orang lain dengan adil.
d. Perilaku yang dilakukan bersifat tidak menyimpang dari ajaran Al-Quran dan As-
Sunnah.
e. Menempatkan segala sesuatu sesuai dengan porsi dan keadaanya.

5. Hikmah Perilaku Adil


Berikut beberapa hikmah berperilaku adil.
a. Mewujudkan kondisi yang harmonis dan sinergi terhadap antar manusia maupun
makhluk hidup lainnya.
b. Menjadikan pribadi yang jujur, berwibawa, bertakwa, dan peduli terhadap sesama.
c. Menjauhkan kita dari keadaan disintegrasi antar suku, ras, agama, dan golongan.
d. Menciptakan relasi pertemanan dan persaudaraan yang banyak, luas, serta kokoh.
e. Tidak menciptakan kerugian bagi orang lain, bahkan cenderung saling
menguntungkan.
f. Menciptakan kerukunan, kesatuan, dan persatuan.
g. Berbuat adil merupakan salah satu perbuatan ibadah, sehingga berbuat adil dapat
mendekatkan diri kepada pintu surga.
h. Terhindar dari balasan sikap sewenang-wenang orang lain.
i. Menjadikan pribadi yang disegani serta dapat dipercaya oleh orang lain.
j. Menjadi pemimpin yang teladan serta pengayom bagi orang lain.

B. Ridha
1. Pengertian Ridha
Ridha termasuk salah satu akhlak terpuji. Ridha artinya sudah merasa cukup dengan apa
yang ia miliki, baik harta maupun pekerjaan. Sebagian orng mungkin menganggap, bahwa sikp
yang demikian termasuk sikap yang buruk. Karena dengan merasa cukuo dengan apa yang
dimilikinya itu maka akan menimbulkan kemalasan pada dirinya dan tidak akan mau bekerja.
Pandangan yang seperti itu adalah pandangan yang sesat dan keliru. Islam tidak mengajarkan
kepada umatnya supaya hidup malas. Ridha dapat menjauhkan diri dari ajakan nafsu terhadap
berbagai tipu daya kehidupan dunia, yang membuat orang lupa akan Allah SWT dalam
mempersiapkan diri menuju kehidupan akhirat kelak. Akibat godaan nafsu, seseorang tidak takut
atas ancaman yang akan diterimanya sehingga sikap dan perilakunya melampaui batas-batas
norma agama. Maka, untuk menghindari hal itu seorang muslim ditunut untuk bersikap Qana’ah
da dalam hidupnya.

Qana’ah yang harus mengandung arti :


1). Menerima dengan rela apa yang ada,
2). Menerima dengan sabar semua ketentuan Allah SWT
3). Bertawakal kepada Allah SWT
4). Memohon kepad Allah SWT tambahan yang pantas, yang disrtai denga usaha dan
ikhtiar
5). Tidak tertarik oleh tipu daya dunia.

Maka jelaslah, bahwa Ridha itu berkaitan dengan sikap hati atau sikap mental dalam menghadapi
apa yang kita miliki atau dalam menghadapi apa yang menimpa kepada diri kita. Kita terima
dengan rela apa yang ada, dan kita terima pula dengan tabah apa yang menimpa pada diri kita.

Tetapi, kita tetap bekerja sebagaimana mestinya dan tawakal kepada Allah. Apaila pekerjaan kita
berhasil maka kita bersyukur kepada Allah, artinya kita diberi karunia nikmat dari-Ny. Adapun
nikmat itu sdikit atau banyak, semuanya kita terima dengan senang hati. Sebaliknya, jika apa
yang kita usahakan itu belum membawa keberhasilan maka kita terima juga ketentuan yang

21
demikian itu dengan tabah dan sabar. Sebab, Tuhan Maha Kuasa utnuk berbuat atas segala
sesuatu menurut kehendak-Nya. Kita tidak boleh sombong kalau sedang beruntung. Sebaliknya,
kita juga tidak gelisah jika sedang merugi. Karena itu, sungguh beruntung bagi orang yang hatinya
telah mencapai qana’ah.
Seperti sabda Rasulullah SAW, yang artinya : “berbahagialah bagi orang yang mendapat petunjuk
untuk masuj Islam sedang keadaan hidupnya sederhana, tetapi Qana’ah”. (HR. Turmudzi ) Selain
itu dalam hadits lain beliau bersabda, yang artinya : “Qana’ah itu adalah harta yang tidak hilang
dan simpanan yang didak akan lenyap”. (HR. Thabrani dan Jabir ).

Orang yang berjiwa qana’ah adalah orang yang merasa cukup dengan ap yang ia miliki. Orang
yang memiliki jiwa qana’ah itu ia akan bebas dan tiddak terikat dengan segala sesuatu, sebab ia
tidak mempunyai ambisi apapun. Ia rela (Ridha) dengan kedudukan, harta dan ilmu yang ia miliki,
sbab ia mempinyai keyakinan bahwa ini semua sudah menjadi kepastian Allah SWT. Karena itu,
orang yang berjiwa Qana’ah hidupnya akan tenteram, tidak tamak dan rakus. Semua pemberian
Allah yang berupa apapun ia menerima dengan ridha dan rasa syukur.

2. Fungsi ridha dalam kehidupan Pribadi


a. Menjadikan seseorang hidup tidak tamak
b. Menjadikan seseorang hidupnya berjiwa tenang, rela terhadap semua pemberian Allah,
dan selalu mensyukuri semua nikmat Allah yang dilimpahkan kepadanya
c. Menjadikan seseorang dalam hidup di dunia ini untuk mencari kebahagiaan hidup di
akirat, dengan tetap ber ikhtiar.

3. Fungsi ridha dalam kehidupan bermasyarakat


a. Seseorang tidak tamak dan tidak ambisi terhadap kekayaan dan kedudukan yang dimiliki
orang lain
b. Seseorang tidak akan terperdaya oleh kemewahan hidup di dunia
c. Seseorang akan suka menegakkan kalimat Allah SWT

4. Hikmah Berperilaku Ridha


Berikut beberapa hikmah sikap Ridha:
a. Memiliki pribadi yang bersahaja dan jauh dari sifat iri dan dengki kepada sesamanya.
b. Berjiwa ikhlas, suka memberi dan menolong tanpa pamrih.
c. Berjiwa pemaaf dan tidak dendam atas keburukan orang lain kepadanya.
d. Terhindar dari tekanan jiwa yang bergejolak seperti stress dan kelelahan
e. Merasa tidak ada yang mengancam karena tidak berambisi terhadap jabatan dan
kedudukan.

C. Amal Shaleh
1. Pengertian Amal Shaleh
Amal shaleh maksudnya adalah berusaha melakukan perbuatan baik, berupaya
membantu saudanya yang ditimpa musibah dan meringankan persoalan yang terjadi. Amal
shaleh adalah melakukan pekerjaan baik yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain
berdasarkan ikhlas karena Allah semata. Sebagaimana frman Allah yang artinya : “Dan orang-
orang yang beriman serta beramal shaleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di
dalamnya”. (QS AL-Baqarah : 82)
Yang termasuk perbuatan amal saleh diantaranya :
a. Amal Jariyah : pekerjaan yang mendatangkan pahala karena memberikan manfaat kepada
orang lain, seperti membangun tempat ibadah.
b. Amar Ma’ruf : menyeru atau mengajak orang untuk berbuat kebaikan, baik secara lisan
maupun dengan memberikan contoh tauladan dalam bentuk perbuatan langsung.

22
Perhatikan Firman Allah yang artinya : “dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS Ali-Imran ; 104)
c. Berbakti kepada orang tua Keharusan berbakti kepada orng tua yang diajarkan dalam
Islam sangatlah rasional, mengingat sedemikian besar jasa ibu dan bapak dalam merawt
dan menjaga anak-anak sejak dari kandungan hingga dewasa. Sesuai dengan firman Allah :
Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika
salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
Perkataan yang mulia” (QS. Al-Israa 23 ).
Berikut perbuatan amal saleh yang perlu kita tingkatkan untuk memajukan
umat Islam saat ini
a. Disiplin dalam belajar. Tugas seorang pelajar adalah belajar dengan ttekun. Dalam hal
ini para pelajar dituntut untuk bekerja keras, dalam membaca dan menelaah pelajaran.
Orang yang senang membaca akan memperoleh ilmu pengetahuan yang banyak.
Belajar hendaknya dijauhkan dari hal-hal yang kurang baik (negatif), seperti
permainan, video game, kenakalan remaja atau hal-hal lain yang kurang baik bagi
seorang pelajar. Sebab pelajar yang sudh mengenal pergaulan diluar rumah yang
negatif akan berakibat fatal. Mereka akan mengabaikan pelajaran di sekolah. Dalam
hal ini orang tua mempuyai pranan yang sangat penting . Mereka harus dapat
mengarahkan anak-anaknya agar gemar mambaca hal-hal yang positif dan melarang
membaca yang berbau negatif, seperti bacaab pornografi dan lainnya. Orang tua harus
mempunyai sikap wspad di dlam mengawsi putra putrinya yang msih duduk di bangku
sekolah. Karena pada masa sekarang banyak pelajar yang tidak menghiraukan dirinya
sebagai pelajar, sebab mereka sudah mengenal dunia diluar sekolah. Oleh sebab itu
pemerintah menghimbau agar para pelajar jangan mudah tekena pengaruh arus diluar
sekolah seperti, narkoba, minuman keras, pergaulan bebas. Seorang pelajar harus
tekun belajar demi masa depan bangsa dan negaranya.
b. Disiplin dalam bekerja. Disiplin dalam bekerja adalah modal dasar untuk memperoleh
hasil yang memuaskan. Seorang muslim harus disiplin dalam bekerja, giat berusaha,
tidak mengandalkan orang lain, atau bermalas-malasan sambil menentukan uluran
tangan orng lain. Rasulullah SAW, memberikan contoh, sebaik-baiknya penghasilan
adalah usaha sendiri dan penghidupan yang bersumber dari penghasilan itu. Oleh
karena itu hendaklah rajin dan disiplin dalam bekerja, agar mendapat kesejahtaraan
dan kebahagiaan hidup dengan tidak lupa mengingat Allah swt. Maksud disiplin dalam
bekerja adalah menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Misalnya, seorang bekerja
di perusahaan maka ia harus mentaati semua peraturan sehingga menghasilkan
sesuatu yang lebih banyak. Atau kita berusaha ssendiri dengan kerja keras dan
penggunan waktunya diatur. Dengan demikian akan menghasilkan sesuatu yang lebih
banyak. Sebaliknya seseorang yang kurang disiplin dalam bekerja maka akan
merugikan diri sendiri dan merugikan perusahaan. Seseorang yang giat bekerja
mempunyai tujuan atau angan-angan, seakan-akan hidup selama-lamanya. Jadi setiap
hari ia mendapatkan kepuasan dengan keberhasilan usaha atau pekerjaannya.
c. Disiplin dalam berlalulintas. Untuk mencapai ketertiban di jalan raya, semua
pengguna jalan hendaknya, mempunyai kesadaran untuk mentaati peraturan
lalulintas, dalam bentuk rambu-rambu lalu lintas. Untuk menghidari kecelakaan
hendaknya jangan kebut-kebutan, jangan emosi, jangan ceroboh, taati rambu-rambu.
Begitu juga dalam melengkapi surat-surat kendaran. Seperti SIM, STNK, Hubungannya
dengan lalulintas pemerintah mengeluarkan undang-undang lalu lintas dan angkutan
jalan No 22 tahun 2009, adalah untuk menertibkan para pemakai jalan di Indonesia

23
yang makin hari makin bertambah, baik jumlah kendaraan, angka pelanggaran,
maupun angka kecelakaan.
d. Disiplin dalm beribadah. Manusia sebagai makhluk Allah yang paling tinggi derajatnya
dengan diberi akal untukl berfikir hingga dpat membedakan antara ang benar dengan
yang salah, bahkan untuk mengelola alm semesta. Maka sudah sepantasnyalah
manusia mendekatkan diri kepada Allah, atau bersyukur dengan meningkatkan
ibadahnya kepada Allah. Manusia mengemban amanat yang paling besar yaitu amanat
aibadah dan amanat sebagai khalifah. Amanat ibadah artinya manusia wajib
menyembah serta tunduk dan patuh hanya kepada Allah swt, sebagaimana Firman-
Nya.
Artinya : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah
agama yang lurus”. (QS. Al-Bayyinah ; 5 ) Dengan demikian secara akal maupun
wahyu, manusia wajib berhubungan kepada Allah utnuk mengabdikan dirinya dengan
mendisiplinkan ibadh, seperti mengerjakan shalat, menunaikan zakat dan ibadah yang
lainnya.
e. Disiplin dalam masyarakat. Hidup bermasyarakat adalah fitrah manusia. Dilihat dari
latar belakang budaya, setiap mnusia memiliki latar belakang yang berbeda. Karnanya
setiap manusia memiliki watak dan ingkah laku yang berbeda, naum dengan
bemasyarakat mereka tentu memiliki norma-norma dan nilai-nilaikemasyarakatan
serta peraturan yang disepakati bersama, yang harus dihormati dan dihargai. Sebagai
bangsa Indonesia yang religius dan berfalsafah Pancasila, tentunya kita harus mentaati
dan mematuhi nilai-nilai dan norma-norma serta adat yang berlaku pada masyarakat
kita. Sesuai dengan naluri kemanusiaan, setiap anggota masyarakat ingin lebih
mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompoknya. Sekiranya tidak ada aturan
yang mengikat dalam kemasyarakatan sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan
oleh agama, niscaya kehidupan masyarakat akan kacau balau, karena setiap pribadi
dan kelompok akan membanggakan diri pribadi dan kelompoknya masing-masing.
Berdasarkan kenyataan ini agama Islam menegaskan bahwa manusia yang paling
berkualitas disisi Allah, bukanlah karena keturunan atau kekayaan, akan tetapi
berdasarkan ketakwaannya. Ketakwaan merupakan perwujudan dari kedisiplinan yang
tinggi dalam mematuhi perintah Allah. Ketakwaan adalah harta pusaka yang tidak
dapat diwariskan melalui garis keturunan. Agama Islam mengibaratkan anggota
masyarakat itu bagaikan satu bangunan didalamnya terdapat komponen yang satu
sama lain mempunyai fungsi berbeda-beda. Manakala salah satu komponen itu rusak
maka seluruh bangunan itu akan rusak atau binasa. Hadits Nabi menegaskan yang
artinya : Seorang mukmin dengan mukmin yang lainnya bagaikan bangunan yang
sebagian dari mereka memperkuat bagian lainnya. Kemudian beliau menelusupkan
jari-jari yang sebelah ke jari-jari tangan sebelah lainnya. ( HR. Bukhori Muslim dan
Turmudzi)
f. Disiplin dalam penggunaan waktu. Dalam menggunakan waktu perlu diperhatikan
dengan saksama, waktu yang sudah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi. Demikian
pentinganya arti wakti sehingga berbagai bangsa di dunia mempunyai ungkapan yang
menyatakan “waktu adalah uang” . Peribahasa arab menyatakan: waktu adalah
bagaikan pedang dan waktu adalah emas. Kita orang Indonesia menyatakan sesal
dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna. Seandainya seorang siswa yang
pada waktu belajar di rumah masih terus bermain-main dan pada waktu tidur ia
gunakan untuk begadang semalam suntuk, tentu hidupnya menjadi tidak teraur.
Karena ia tidak pandai menggunakan waktu dengan tepat. Oleh karena itu, hargailah
waktu dengan cara berdisiplin dlam merencanakan, mengatur dan menggunakan
waktu yang Allah karuniakan kepada kita tanpa dipungut biaya.

24
2. Contoh Amal Saleh
Berdasarkan pengertian amal saleh di atas, contoh amal saleh sangat luas. Bahkan,
setiap langkah-langkah kita dalam menjalani hidup ini bisa dinilai sebagai perbuatan amal
saleh. Dalam hadis-hadis Rasulullah banyak disebutkan contoh-contoh amal saleh, misalnya
dengan tersenyum sehingga membuat orang lain merasa senang, menyingkirkan duri di jalan,
bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, menuntut ilmu, dan banyak amalan yang
lain.
Dalam kehidupan kita sehari-hari dapat menemukan perilaku yang termasuk amal
saleh. Agar setiap kebajikan kita termasuk amal saleh sehingga bernilai ibadah harus
memenuhi syarat berikut.
a. Didasari dari Niat Ikhlas karena Allah swt.
Dalam menjalankan kebajikan harus kita dasari dengan niat ikhlas karena Allah sehingga
akan bernilai ibadah. Niat dalam suatu amal sangat penting untuk menentukan suatu amal
temasuk ibadah atau perbuatan biasa.
b. Dilakukan karena Iman
Beramal saleh kita lakukan sebagai wujud keimanan kita kepada Allah swt. Misalnya
dengan meyakini keberadaan Allah swt. dengan sepenuh hati, kita menjadi terdorong
untuk berbuat kebajikan.
c. Tidak Melakukan Maksiat
Agar kebajikan kita tidak sia-sia harus disertai dengan usaha menjauhkan diri dari
perbuatan maksiat. Meskipun kita banyak berbuat amal saleh, tetapi jika terus saja
berbuat maksiat menjadi tidak berarti.

3. Membiasakan Diri Beramal Saleh


Beramal saleh tidak sulit sehingga dapat kita lakukan dengan berbagai cara. Apa pun yang kita
lakukan merupakan amal saleh jika dilandasi dengan niat yang baik untuk mendapatkan rida
dari Allah.

Untuk membiasakan diri beramal saleh dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini.

a. Menghormati Sesama Manusia


Beramal saleh merupakan perwujudan dari sikap menjalin hubungan yang baik kepada
sesama manusia. Sikap ini dapat ditunjukkan dengan berbagai cara, misalnya dengan
bertutur kata yang baik, memberi kesempatan kepada orang lain, tidak memaksakan
kehendak, suka melindungi, mau memberi dorongan, dan sebagainya. Dengan sikap
menghormati akan menciptakan ketenangan dan kenyamanan sehingga kebersamaan di
antara kita dalam menjalani hidup dapat terwujud.

b. Memanfaatkan Kemampuan Diri


Dalam menjalankan amal saleh tidak ada ukurannya sehingga menurut kadar kemampuan
diri sendiri. Oleh karena itu, apa pun yang kita lakukan, meskipun tampak kurang bernilai
tetap bisa dianggap sebagai amal saleh. Ketika Rasulullah ditanya oleh para sahabat
tentang amal saleh berupa sadaqah, misalnya beliau menjelaskan bahwa menyingkirkan
duri di jalan sehingga orang lain menjadi tidak tertancap pun termasuk sadaqah.

c. Menggunakan Ilmu dengan Benar


Manusia telah dibekali akal. Dengan akal itulah seharusnya manusia mampu
mengoptimalkan sehingga melahirkan pengetahuan. Oleh karena itu, menggali
pengetahuan sehingga akan memberi kemanfaatan, baik untuk diri sendiri dan orang lain,
sangat penting dan bernilai ibadah.

25
d. Memanfaatkan Harta
Harta yang kita miliki sebenarnya adalah milik Allah yang dititipkan kepada kita. Hal ini
sebagaimana firman Allah yang artinya:"...dan infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari
harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah). Maka orang-
orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah)
memperoleh pahala yang besar." (Q.S. al-Hadid: 7).
Berdasarkan ayat di atas, kita dianjurkan agar memanfaatkan harta hendaknya secara
benar untuk membantu sesama.

e. Menjaga Lingkungan
Amal saleh juga dapat ditujukan terhadap lingkungan hidup di sekitar kita. Manusia
dibolehkan untuk memanfaatkan alam secara maksimal, tetapi pemanfaatannya pun
harus diimbangi dengan menjaga kelestariannya. Seperti yang telah Allah ingatkan kepada
kita yang artinya."...dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (Q.S. al-Qasas: 77).

4. Hikmah Beramal Shaleh


Berikut beberapa hikmah beramal shaleh.
a. Menjadi teladan bagi orang lain
b. Mendapatkan pahala yang terus mengalir kelak di akhirat
c. Mendapatkan kedamaian dan ketenangan jiwa
d. Mendapatkan kemuliaan dari Allah SWT. dan manusia

Soal Latihan!
1. Apakah yang dimaksud dengan adil terhadap diri sendiri? Jelaskan!
2. Sebutkan 4 (empat) macam perilaku adil!
3. Bagaimana perwujudan sikap ridha terhadap aturan Allah SWT.?
4. Sebutkan 4 (empat) hikmah berperilaku ridha!
5. Sebutkan fungsi ridha dalam kehidupan dalam masyarakat!
6. Tulislah dalil yang menjelaskan tentang perintah beramal shaleh!
7. Sebutkan 4 (empat) hikmah beramal shaleh!
8. Bagaimana cara membiasakan perilaku ridha dalam kehidupan sehari-hari?
9. Jelaskan maksud ridha terhadap perintah dan larangan Allah SWT.!
10. Mengapa kita harus senantiasa bersikap adil dan menegakkan keadilan tanpa pandang
bulu?

BAB 5
Hukum Islam Tentang Pernikahan

A. Ketentuan Hukum Islam Tentang Perkawinan


1. Pengertian Pernikahan
Nikah menurut bahasa berarti menghimpun atau mengumpulkan. Pengertian nikah
menurut istilah adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan perempuan
yang bukan muhrim sebagai suami istri dengan tujuan untuk membina suatu rumah tangga
yang bahagia berdasarkan tuntunan Allah Swt.

26
Pengertian pernikahan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan, perkawinan yaitu ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ada beberapa ayat Al-Qur’an yang berisi perintah

ً ‫َوم ْن َآًاثه َؤ ْن َخ َل َق َل ُن ْ م ْن َؤ ْ ُفظ ُن ْ َؤ ْش َو‬


menikah sebagai berikut.
ْ ‫احا ل َخ ْظ ُن ُنىا ب َل ْي َها َو َح َع َل َب ْي َن ُن‬
ِ ِ ِ ِ ِِ ِ
َ ُ َّ َ َ َ ْ َ ََ َ ََٰ َّ ً َ ْ َ َ ً َّ َ َ
) ٢١ : ٣٠/‫ات ِلقى ٍم ًحفنسون(السم‬ ٍ ً ‫مىدة وزحمة ۚ ِبن ِفي ذ ِلو‬
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Ruum/30:21)

2. Hukum Nikah
Menurut sebagian besar ulama, hukum nikah pada dasarnya adalah mubah, boleh
dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Hukum nikah dapat berubah menjadi sunah, wajib,
makruh, atau haram. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Sunah
Bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan mampu pula mengendalikan diri
dari perzinaan, walaupun tidak segera menikah, maka hukum nikah adalah sunah.
b. Wajib
Bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan ia khawatir berbuat zina jika
tidak segera menikah, maka hukum nikah adalah wajib.
c. Makruh
Bagi orang yang ingin menikah, tetapi belum mampu member nafkah terhadap istri
dan anak-anaknya, maka hukum nikah adalah makruh.
d. Haram
Bagi orang yang bermaksud menyakiti wanita yang akan ia nikahi, maka hukum nikah
adalah haram.

3. Tujuan Pernikahan
Secara umum, tujuan pernikahan menurut Islam adalah untuk memenuhi hajat manusia
(pria terhadap wanita atau sebaliknya) dalam rangka mewujudkan rumah tangga yang
bahagia, sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama Islam. Apabila tujuan pernikahan yang
bersifat umum itu diuraikan secara terperinci tujuan pernikahan yang islami dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. Untuk memperoleh rasa cinta dan kasih sayang. Allah SWT berfirman: ”Dan jadikan-Nya
di antara kamu rasa kasih dan sayang…” (Q.S. Ar-Rum, 30: 21)
b. Untuk memperoleh ketenangan hidup (sakinah). Allah SWT berfirman: “Dan di antara
tanda-tanda kebiasaan-Nya ialah Dia menciptakan istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya…” (Q.S. Ar-Rum, 30:21)
c. Untuk mewujudkan keluarga bahagia di dunia dan akhirat.
d. Memperoleh keturunan yang sah.
e. Menjaga diri seseorang agar tidak mudah jatuh dalam perzinaan.

4. Rukun Nikah
Rukun nikah ada lima macam yakni sebagai berikut:
a. Ada calon suami, dengan syarat: laki-laki yang sudah berusia dewasa (19 tahun),
beragama Islam, tidak dipaksa/terpaksa, tidak ssedang dalam ihram haji atau umrah, dan
bukan mahram calon istrinya.

27
b. Ada calon istri, dengan syarat: wanita yang sudah cukup umur (16 tahun): bukan
perempuan musyrik, tidak dalam ikatan perkawinan dengan orang lain, bukan mahram
bagi calon suami dan tidak dalam keadaan ihram haji atau umrah.
c. Ada wali nikah, yaitu orang yang menikahkan mempelai laki-laki dengan mempelai wanita
atau mengizinkan pernikahannya.
1) Wali Nasab, yaitu wali yang mempunyai pertalian darah dengan mempelai wanita yang
akan dinikahkan.
2) Wakil Hakim, yaitu kepala negara yang beragama Islam.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang wali nikah adalah sebagai berikut:
a) Beragama Islam.
b) Laki-laki.
c) Balig dan berakal.
d) Merdeka dan bukan hamba sahaya.
e) Bersifat adil.
f) Tidak sedang ihram haji atau umrah.
d. Ada dua orang saksi.
e. Ada akad nikah yakni ucapan ijab kabul. Ijab adalah ucapan wali (dari pihak mempelai
wanita), sebagai penyerahan kepada mempelai laki-laki. Qabal adalah ucapan mempelai
laki-laki sebagai tanda penerimaan. Suami wajib memberikan mas kawin (mahar) kepada
istrinya, tetapi mengucapkannya dalam akad nikah hukumnya sunnah. Suruhan untuk
memberikan mas kawin terdapat dalam Al-Qur’an yang artinya: “Berikanlah mas kawin
(mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh
kerelaan…” (Q.S. An-Nisa’, 4: 4).

5. Muhrim
Menurut pengertian bahasa, muhrim berarti yang diharamkan. Dalam ilmu fikih,
muhrim adalah wanita yang haram dinikahi. Adapun penyebab seorang wanita haram dinikahi
ada empat macam, yaitu sebagai berikut:
a. Wanita yang haram dinikahi karena keturunan:
1) Ibu kandung dan seterusnya ke atas (nenek dari ibu dan nenek dari ayah).
2) Anak perempuan kandung dan seterusnya ke bawah (cucu dan seterusnya).
3) Saudara perempuan (sekandung, sebapak atau seibu).
4) Saudara perempuan dari bapak
5) Saudara perempuan dari ibu.
6) Anak perempuan dari saudara laki-laki dan seterusnya ke bawah.
7) Anak perempuan dari saudara perempuan dan seterusnya ke bawah.

b. Wanita yang haram dinikahi karena hubungan sesusuan:


1) Ibu yang menyusui.
2) Saudara perempuan sesusuan.

c. Wanita yang haram dinikahi karena perkawinan:


1) Ibu dari istri (mertua).
2) Anak tiri (anak dari istri dengan suami lain), apabila suami telah berkumpul dengan
ibunya.
3) Ibu tiri (istri dari ayah), baik sudah dicerai atau belum. Allah SWT berfirman yang
artinya, “Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang pernah dikawini oleh
ayahmu.” (Q.S. An-Nisa’, 4: 22)
4) Menantu (istri dari anak laki-laki), baik sudah dicerai maupun belum.

d. Wanita yang haram dinikahi karena pertalian muhrim dengan istri. Misalnya, haram
melakukan poligami (memperistri sekaligus) terhadap dua orang bersaudara, terhadap

28
seorang perempuan dengan bibinya, terhadap seorang perempuan dengan
kemenakannya.

e. Kewajiban Suami dan Istri


Secara umum kewajiban suami-istri adalah sebagai berikut:
1. Kewajiban Suami
a. Memberi nafkah, sandang, pangan, dan tempat tinggal kepada istri dan anak-
anakya, sesuai dengan kemampuan yang diusahakan secara maksimal.
b. Memimpin serta membimbing istri dan anak-anak, agar menjadi orang yang
berguna, keluarga, agama, masyarakat, serta bangsa dan negaranya.
c. Bergaul dengan istri dan anak-anak dengan baik (makruf).
d. Membantu istri dalam tugas sehari-hari, terutama dalam mengasuh dan
mendidik anak-anak agar menjadi anak saleh.

2. Kewajiban Istri
a. Taat kepada suami dalam batas-batas yang sesuai dengan ajaran Islam.
b. Memelihara diri serta kehormatan dan harta benda suami, baik di hadapan
atau di belakangnya.
c. Membantu suami dalam memimpin kesejahteraan dan keselamatan keluarga.
d. Menerima dan menghormati pemberian suami walaupun sedikit, serta
mencukupkan nafkah yang diberikan suami, sesuai dengan kekuatan dan
kemampuannya, hemat, cermat, dan bijaksana.
e. Hormat dan sopan kepada suami dan keluarganya
f. Memelihara, mengasuh, dan mendidik anak agar menjadi anak yang saleh.

f. Perceraian
Perceraian berarti pemutusan ikatan perkawinan antara suami dan istri. Sebab terjadi
perceraian adalah perselisihan atau pertengkaran suami-istri yang sudah tidak dapat
didamaikan lagi, walaupun sudah didatangkan hakim (juru damai) dari pihak suami dan pihak
istri. Rasulullah SAW bersabda: “Setiap wanita (istri) yang meminta cerai kepada suaminya
tanpa alasan, haramlah baginya wangi-wangi surga.” (H.R. Ashabus Sunan kecuali An-
Nasa’i)
Hal-hal yang dapat memutuskan ikatan perkawinan adalah meninggalnya salah satu
pihak suami atau istri, talak, fasakh, khulu’, li’an, ila’, dan zihar. Penjelasannya adalah sebagai
berikut:
1) Talak
Talak berarti melepaskan ikatan perkawinan dengan mengucapkan secara suka rela
ucapan talak dari pihak suami kepada istrinya. Talak dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a) Talak Raj’i, yaitu talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya untuk pertama kalinya,
dan suami boleh rujuk (kembali) kepada istri yang telah ditalaknya selama masih dalam
masa ‘iddah.
b) Talak Ba’in, yaitu talak yang suami tidak boleh rujuk (kembali) kepada istri yang
ditalaknya itu, melainkan mesti dengan akad nikah baru.
Selesai akad nikah biasanya mengucapkan ta’lik talak, yaitu talak yang digantungkan
dengan sesuatu (syarat atau perjanjian). Misalnya, suami berkata kepada istrinya, “bila
selama 3 bulan berturut-turut saya tidak memberi nafkah kepada engkau, berarti saya
telah mentalak engkau.” Ta’lik talak hukumnya sah dan dibenarkan syara’.

29
2) Fasakh
Fasakh adalah pembatalan pernikahan antara suami-istri karena sebab-sebab
tertentu. Fasakh dilakukan oleh hakim agama, karena adanya pengaduan dari istri atau
suami dengan alasan yang dapat dibenarkan.
Akibat perceraian dengan fasakh, suami tidak boleh rujuk kepada bekas istrinya.
Berbeda dengan khulu’, fasakh tidak memengaruhi bilangan talak. Artinya,
walaupun fasakh dilakukan lebih dari tiga kali, bekas suami-istri itu boleh menikah
kembali, tanpa bekas istrinya harus menikah dulu dengan laki-laki lain.

3) Khulu’
Menurut istilah bahasa, khulu’ berarti tanggal. Dalam ilmu fikih, khulu’ adalah talak
yang dijatuhkan suami kepada istrinya, dengan jalan tebusan dari pihak istri, baik dengan
jalan mengembalikan mas kawin kepada suaminya, atau dengan memberikan sejumlah
uang (harta) yang disetujui oleh mereka berdua.
Khulu’ diperkenankan dalam Islam, dengan maksud untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan yang dihadapi istri. Allah SWT berfirman yang artinya, “Jika kamu khawatir
bahwa keduanya (suami-istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah maka tidak
ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus
dirinya.” (Q.S. Al-Baqarah, 2: 229)
Akibat perceraian dengan cara khulu’, suami tidak dapat rujuk, walaupun bekas
istrinya masih dalam masa ‘iddah. Berbeda dengan fasakh, khulu’ dapat memengaruhi
bilangan talak. Artinya, kalau sudah tiga kali dianggap tiga kali talak (talak ba’in kubra),
sehingga suami tidak boleh menikah lagi dengan bekas istrinya, sebelum bekas istrinya itu
menikah dulu dengan laki-laki lain, bercerai, dan habis masa ‘iddah-nya.

4) Li’an
Li’an adalah sumpah suami yang menuduh istrinya berzina (karena suami tidak
dapat mengajukan 4 orang saksi yang melihat istrinya berzina). Dengan mengangkat
sumpah 4 kali di depan hakim, dan pada ucapan kelima kalinya dia mengatakan, “Laknat
(kutukan) Allah akan ditimpakan atas diriku, apabila tuduhanku itu dusta.”
Apabila suami sudah menjatuhkan li’an, berlakulah hukum rajam terhadap istrinya,
yaitu dilempari dengan batu yang sedang sampai mati. Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan
tentang li’an ini terdapat dalam Surah An-Nur, 24: 6-10.

5) Ila’
Ila’ berarti sumpah suami yang mengatakan bahwa ia tidak akan meniduri istrinya
selama 4 bulan atau lebih, atau dalam masa yang tidak ditentukan. Jika sebelum 4 bulan
dia kembali kepada istrinya dengan baik, maka dia diwajibkan membayar denda
sumpah (kafarat).
Akan tetapi, jika sampai 4 bulan ia tidak kembali pada istrinya, maka hakim berhak
menyuruhnya untuk memilih di antara dua hal, kembali kepada istrinya dengan
membayar kafarat sumpah atau mentalak istrinya. Apabila suami tidak bersedia
menentukan dengan pilihannya, maka hakim memutuskan bahwa suami telah mentalak
istrinya dengan talak ba’in sugra, sehingga ia tidak dapat rujuk lagi.
Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang Ila’ ialah Surah Al-Baqarah, 2: 226-227.

6) Zihar
Zihar adalah ucapan suami yang menyerupakan istrinya dengan ibunya, seperti suami
berkata kepada istrinya, “Punggungmu sama dengan punggung ibuku.” Jika suami
mengucapkan kata-kata tersebut, dan tidak melanjutkannya dengan mentalak istrinya,
wajib baginya membayar kafarat, dan haram meniduri istrinya sebelum kafarat dibayar.

30
g. ‘Iddah
‘Iddah berarti masa menunggu bagi istri yang ditinggal mati atau bercerai dengan
suaminya untuk dibolehkan menikah kembali dengan laki-laki lain. Tujuan ‘iddah adalah untuk
melihat perkembangan, apakah istri yang bercerai itu hamil atau tidak.
Lama masa ‘iddah adalah sebagai berikut:
1. ‘Iddah karena suami wafat
a. Bagi istri yang tidak hamil, baik sudah campur dengan suaminya yang wafat
atau belum, masa ‘iddah-nya adalah empat bulan sepuluh hari. (Q.S. Al-
Baqarah, 2: 234)
b. Bagi istri yang sedang hamil, masa ‘iddah-nya adalah sampai melahirkan. (Q.S.
At-Talaq, 65: 4)
2. ‘Iddah karena talak, fasakh, dan khulu’
a. Bagi istri yang belum campur dengan suami yang baru saja bercerai dengannya,
tidak ada masa ‘iddah. (Q.S. Al-Ahzab, 33: 49)
b. Bagi istri yang sudah campur, masa ‘iddah-nya adalah:
1. Bagi yang masih mengalami menstruasi, masa ‘iddah-nya ialah tiga kali suci.
(Q.S. Al-Baqarah, 2: 228)
2. Bagi istri yang tidak mengalami menstruasi, misalnya karena usia tua
(menopause), masa ‘iddah-nya adalah 3 bulan. (Q.S. At-Talaq, 65: 4)
3. Bagi istri yang sedang mengandung, masa ‘iddah-nya ialah sampai dengan
melahirkan kandungannya (Q.S. At-Talaq, 65: 4)

h. Rujuk
Rujuk berarti kembali, yaitu kembalinya suami kepada ikatan nikah dengan istrinya
sebagaimana semula, selama istrinya masih dalam masa ‘iddah raj’iyah. Hukum rujuk asalnya
mubah, artinya boleh rujuk dan boleh pula tidak. Akan tetapi, hukum rujuk bisa berubah,
sebagai berikut:
1. Sunah, misalnya apabila rujuknya suami kepada istrinya dengan niat karena Allah, untuk
memperbaiki sikap dan perilaku serta bertekad untuk menjadikan rumah tangganya
sebagai rumah tangga bahagia.
2. Wajib, misalnya bagi suami mentalak salah seorang istinya, sedangkan sebelum
mentalaknya, ia belum menyempurnakan pembagian waktunya.
3. Makruh (dibenci), apabila meneruskan perceraian lebih bermanfaat dari pada rujuk.
4. Haram, misalnya jika maksud rujuknya suami adalah untuk menyakiti istri atau untuk
mendurhakai Allah SWT.
Rukun rujuk ada 4 macam, yaitu sebagai berikut:
1. Istri sudah bercampur dengan suami yang mentalaknya dan masih berada
pada masa ‘iddah raj’iyah.
2. Keinginan rujuk suami atas kehendak sendiri, bukan karena dipaksa.
3. Ada dua orang saksi, yaitu dua orang laki-laki yang adil. (Q.S. At-Talaq, 65: 2)
4. Ada sigat atau ucapan rujuk, misalnya suami berkata kepada istri yang
diceraikannya selama masih berada dalam masa ‘iddah raj’iyah, “Saya rujuk
kepada engkau!”

B. Hikmah Pernikahan
Fuqaha (ulama fikih) menjelaskan tentang hikmah-hikmah pernikahan yang islami,
antara lain:
1. Memenuhi kebutuhan seksual dengan cara yang diridai Allah (cara yang islami), dan
menghindari cara yang dimurkai Allah seperti perzinaan atau homoseks (gay atau
lesbian).
2. Pernikahan merupakan cara yang benar, baik, dan diridai Allah untuk memperoleh anak
serta mengembangkan keturunan yang sah.

31
3. Melalui pernikahan, suami-istri dapat memupuk rasa tanggung jawab membaginya
dalam rangka memelihara, mengasuh dan mendidik anak-anaknya, sehingga
memberikan motivasi yang kuat untuk membahagiakan orang-orang yang menjadi
tanggung jawabnya.
4. Menjalin hubungan silaturahmi antara keluarga suami dan keluarga istri, sehingga
sesama mereka saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan serta tidak tolong-
menolong dalam dosa dan permusuhan.

Soal Latihan!
1. Jelaskan pengertian nikah menurut bahasa dan istilah!
2. Sebutkan syarat saksi nikah!
3. Jelaskan hikmah pernikahan!
4. Jelaskan akibat khulu’!
5. Jelaskan hikmah yang terkandung di balik bilangan talak!
6. Apa yang kamu ketahui tentang khulu’? Jelaskan!
7. Jelaskan pengertian fasakh!
8. Jelaskan penyebab fasakh karena cacat dalam akad nikah!
9. Jelaskan pengertian perkawinan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974!
10. Jelaskan kedudukan anak yang lahir di luar perkawinan menurut pasal 43 Undang-Undang
No. 1 Tahun 1974!

BAB 6
Perkembangan Islam Di Indonesia

A. Perkembangan Islam di Indonesia


1. Kedatangan Islam dan Penyebarannya
Berdasarkan sumber-sumber historis, kita dapat menemukan berbagai teori
tentang masuk dan penyebaran Islam di Indonesia. Teori-teori tersebut juga sangat
beragam mulai teori Gujarat, Persia, dan Arab.

a. Teori Arab
Teori ini menjelaskan bahwa masuknya Islam ke Indonesia langsung dari Mekah
atau Madinah pada awal abad VII. Pendukung teori ini antara lain Hamka. Bahkan,
menurut Ahmad Mansyur Suryanegara, Islam masuk ke Nusantara dibawa oleh
orang-orang Arab Islam generasi pertama atau para sahabat pada masa Khulafaur
Rasyidin.
Dalam sumber-sumber literatur Cina juga disebutkan bahwa pada abad II Hijriah
telah muncul perkampungan-perkampungan muslim Arab di pesisir pantai Sumatra.
Di perkampungan tersebut orang-orang Arab bermukim dan menikah dengan
penduduk lokal serta membentuk komunitas-komunitas muslim. Teori inilah yang
paling kuat dan diterima oleh para sejarawan saat ini.

b. Teori Persia
Teori ini menyebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesai dari tanah Persia (Iran),
sedangkan daerah yang pertama kali dijamah adalah Samudera Pasai. Salah seorang
pendukung teori ini adalah Oemar Amin Hoesin. Teori ini berdasarkan pada
kesamaan budaya yang dimiliki oleh beberapa kelompok masyarakat Islam dengan
penduduk Persia. Salah satu contohnya adalah kesamaan dalam peristiwa peringatan

32
10 Muharam sebagai peringatan wafatnya Hasan dan Husein, cucu Nabi Muhammad
saw. Untuk peringatan yang sama, di daerah Sumatra ada juga tradisi bernama tabut
yang berarti keranda.

c. Teori Gujarat
Menurut teori ini, Islam masuk ke Indonesia pada abad XII dan dibawa oleh para
pedagang dari wilayah-wilayah di anak Benua India seperti Gujarat, Bengali, dan
Malabar. Tokoh pendukung teori ini antara lain Snouck Hurgronje, Pijnappel, dan
Sucipto Wiryo Suparto. Snouck Hurgronje berpendapat, Islam masuk dari daerah
Deccan di India. Hal ini dibuktikan dengan adanya ajaran tasawuf yang dipraktikkan
oleh umat Islam di India Selatan mirip dengan ajaran yang diterapkan masyarakat
muslim di Indonesia.
Bukti-bukti yang diajukan oleh Sucipto Wiryosuparto untuk memperkuat pendapat
atau dugaannya bahwa Islam di Indonesia dibawa oleh para pedagang dari Gujarat
antara lain sebagai berikut.
1. Ditemukan nisan Sultan Malik as-Saleh yang terbuat dari marmer sejenis
dengan nisan yang ada di India pada abad XIII.
2. Relief dalam makam Sultan as-Saleh mirip dengan yang ada di kuil Cambay,
India.
3. Proses islamisasi mengikuti jalur perdagangan rempah-rempah
yang berpusat di India.
Dalam perkembangannya, teori Gujarat ini banyak ditentang oleh
para ahli sejarah karena mengandung beberapa kelemahan.

Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan atau penjajahan. Islam berkembang dan
tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif, berkat kegigihan para ulama.
Dalam menyampaikan kosepsi islam, para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. Al-Baqarah
*2+ : 256, “Tidak ada paksaan dalam agama.”

Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain,
1. Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak
dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan
Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan
pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan
duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam.
Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2. Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media
kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya
Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang
kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan
pengembangan gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari
masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan
banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng
dan lain-lain.
3. Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis
dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan
Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk
Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah
keluaran pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti

33
Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai
sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran
Islam di seluruh Indonesia.
4. Kekuasaan politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat
dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah
dan menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh
Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana
yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan
komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di
Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia
dimasa mendatang.

2. Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia


Islamisasi yang berlangsung di tanah air terjadi melalui jalur perdagangan laut. Oleh
karena itu, daerah yang pertama kali tersentuh dakwah Islam adalah di Sumatra dan Jawa. Di
sana selanjutnya berdiri kerajaan-kerajaan Islam. Berikut ini penjelasan ringkas tentang
kerajaan-kerajaan Islam yang pernah berdiri di Indonesia.
a. Kerajaan Perlak
Kerajaan Islam yang pertama kali berdiri di Sumatra dan tanah air adalah
Kerajaan Perlak (Peureula). Kerajaan Perlak ini berdiri pada pertengahan abad IX
dengan raja pertamanya bernama Alauddin Syah. Perlak pada saat itu merupakan
kota dagang penyedia lada paling terkenal. Pada akhir abad XII Kerajaan Perlak
akhirnya mengalami kemunduran.
b. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai berdiri pada abad XIII dan terletak di daerah pantai
timur Aceh. Keberadaan kerajaan ini dibuktikan dengan sumber sejarah berupa
penemuan batu nisan bertuliskan Sultan Malik as-Saleh dengan angka tahun 1297
yang juga merupakan raja pertama. Menurut sumber sejarah, kerajaan ini pernah
didatangi seorang utusan dari Sultan Delhi di India bernama Ibnu Batutah.
c. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh berdiri pada tahun 1514. Sultan Ibrahim atau Ali Mugayat Syah
adalah raja pertama kerajaan ini. Puncak kejayaan Muda. Pada saat itu wilayah
kekuasaan Aceh sangat luas. Kerajaan Aceh juga telah menjalin hubungan dengan
para pemimpin Islam di kawasan Arab sehingga dikenal dengan sebutan Serambi
Mekah. Puncak hubungan tersebut terjadi pada masa kekhalifahan Usmaniyah.
d. Kerajaan Demak
Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa adalah Kerajaan Demak. Kerajaan ini
didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478. Pada saat itu ulama memegang
peranan yang penting dalam pemerintahan misalnya dengan diangkatnya Sunan
Kalijaga dan Ki Wanalapa sebagai penasihat kerajaan. Kerajaan Demak mengalami
masa keemasan pada masa pemerintahan Sultan Trenggono. Pada tahun 1527
ketika armada Portugis datang untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa,
Kerajaan Demak berhasil memukul mundur. Pada masa kekuasaan dipegang oleh
Jaka Tingkir, pusat pemerintahannya dipindah dari Demak menuju Pajang.
e. Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang dipimpin oleh Jaka Tingkir yang merupakan menantu Sultan
Trenggono, Raja Demak. Sebagai raja, Jaka Tingkir mendapat gelar Sultan Adiwijaya.
Setelah Sultan Adiwijaya wafat, pemerintahan dilanjutkan oleh Arya Pangiri.
Selanjutnya, dipimpin oleh Pangeran Benowo.
f. Kerajaan Mataram Islam

34
Kerajaan Mataram didirikan oleh Sutawijaya yang memiliki gelar Panembahan
Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Masa kejayaan
Kerajaan Mataram dicapai pada masa Sultan Agung Hanyakrakusuma yang bergelar
Sultan Agung Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman Khalifatullah. Pada saat itu
kekuasaan Mataram sangat luas dan seluruhnya berhasil disatukan.
g. Kerajaan Banten
Setelah Fatahillah yang juga menantu Sunan Gunung Jati berhasil menaklukkan
Portugis di Sunda Kelapa, Banten dikembangkan sebagai pusat perdagangan
sekaligus tempat penyiaran agama. Banten juga berhasil merdeka dan melepaskan
diri dari Kerajaan Demak. Kerajaan Banten ini mengalami kemajuan yang sangat
penting pada masa kekuasaan Ki Ageng Tirtayasa.
h. Kerajaan Banjar
Islam pertama kali masuk ke Banjarmasin pada abad XVI. Saat itu proses
islamisasinya sebagian besar dilakukan oleh Kerajaan Demak. Dalam waktu yang
tidak cukup lama, bahkan Islam banyak dianut masyarakat dari suku Bugis di sungai
bagian timur Kalimantan. Ulama yang sangat terkenal di kerajaan tersebut adalah
Syeh Muhammad Arsyad al-Banjari.
i. Kerajaan Sukadana
Pada tahun 1550 Islam telah diperkenalkan kepada Kerajaan Sukadana di
wilayah barat Pulau Kalimantan. Meskipun yang berkuasa pada saat itu belum
sempat memeluk agama Islam, penerus kerajaan tersebut selanjutnya memeluk
agama Islam. Bahkan, pada tahun 1600 Islam menjadi agama yang sangat populer di
sepanjang pesisir pantai pulau tersebut.
j. Kerajaan-Kerajaan Lain
Selain kerajaan-kerajaan yang disebutkan di atas, masih ada kerajaan-kerajaan
lain di tanah air. Di Sulawesi misalnya, Gowa dan Tallo yang sebelumnya kerajaan
Hindu berubah menjadi kerajaan Islam. Kedua kerajaan ini kemudian bergabung dan
pernah memiliki raja terkenal Sultan Hasanuddin (1653–1669) yang berjuluk Ayam
Jantan dari Timur. Islam juga berkembang di kerajaan-kerajaan lain di wilayah Nusa
Tenggara, seperti Bima, Sumbawa, Dompu, dan Tambora. Di Maluku juga berdiri
banyak kerajaan seperti Ternate, Tidore, Bacan, Jailolo, dan Obi.

3. Tahapan Perkembangan Islam di Masyarakat


Perkembangan Islam di kepulauan Nusantara terjadi secara bertahap. Akan tetapi,
tahapan perkembangannya antara satu wilayah dengan wilayah lain tidak seragam. Ada suatu
wilayah yang baru berada dalam tahapan pengenalan dasar-dasar pokok ajaran agama, tetapi
di daerah lain justru telah memasuki tahapan yang bersifat rasional, atau tahapan yang lebih
maju. Perkembangan Islam di Nusantara secara umum hingga akhir abad XX dapat dilihat
menjadi beberapa tahapan berikut.
a. Memeluk Islam Secara Formal
Tahapan awal dimulai dengan masa pemelukan Islam secara formal. Pada
tahapan ini lebih ditekankan pada pengenalan dasardasar
Islam ataupun ketentuan tentang pelaksanaan syariat atau fikih. Tahapan ini
merupakan tahap pengenalan masyarakat terhadap ajaran-ajaran Islam, yang tentu
belum mereka temukan pada agama sebelumnya.

b. Pendalaman Islam
Setelah Islam semakin banyak diminati, jumlah penganutnya semakin
bertambah. Agama Islam telah tersebar di beberapa wilayah. Tidak hanya di
Kepulauan Sumatra bagian utara, tetapi sampai Jawa, dan pulau-pulau lain. Pada
akhir abad XV–XVI, proses dakwah Islam di tanah air sangat deras. Islam pada masa
itu telah memasuki pelosok daerah di Nusantara, tidak sekadar di kota-kota pesisir.

35
Berkat meningkatnya pemahaman dan pendidikan yang diperoleh kaum muslim,
ajaran Islam pada saat itu juga semakin dipahami lebih mendalam. Pemeluk agama
Islam pada saat itu memeluk agamanya tidak sekadar formalitas. Pada saat itu lahir
para penulis dari kalangan
ulama terutama dalam pemikiran agama dan sastra.
c. Peningkatan Tradisi Intelektual
Pada abad XVII telah terjadi peningkatan dan penyempurnaan ajaran Islam.
Tradisi intelektual pada saat itu juga dapat berlangsung secara mengagumkan. Lahir
beberapa ulama dengan karya-karya mereka, mulai bidang fikih, usuluddin, tasawuf,
tafsir, hadis, retorika, estetika, hingga astronomi. Munculnya karya-karya dari para
ulama berdampak juga pada perkembangan bahasa Melayu. Selain itu, beberapa
tarekat sufi tumbuh menjadi organisasi keagamaan yang tampak corak aktivitas
keduniaannya. Hal ini memberi semangat lahirnya gerakan antikolonial yang merata
di penjuru Nusantara. Islam pada saat itu sangat penting sebagai faktor pemersatu
bangsa.
d. Gerakan Pembaruan/Tajdid
Tahapan pembaruan dapat diistilahkan dengan ”tajdid”. Pada tahap ini
gerakan-gerakan keagamaan tumbuh menjadi gerakan kebangsaan. Organisasi
Sarekat Islam (SI) misalnya, menekankan pada perjuangan politik. Adapun
Muhammadiyah, Nahdatul Ulama (NU), dan organisasi-organisasi lain menekankan
pada bidang social seperti pendidikan dan dakwah. Untuk mengantisipasi terjadinya
sekularisasi, pesantren telah menjadi pendidikan alternatif bagi masyarakat.
e. Lahirnya Tokoh-Tokoh Pemikir Islam
Tahapan terakhir yaitu lahirnya tokoh-tokoh pemikir Islam, yang dimulai sekitar
tahun 1970-an. Para pemikir itu pada umumnya adalah para aktivis masjid kampus.
Meskipun mereka memperoleh pendidikan di universitas umum, tetapi masih tetap
memotivasi diri untuk mendalami ajaran-ajaran agama dan sendi-sendi
peradabannya. Dari para tokoh pemikir Islam ini, lahirlah gagasan agar nilainilai Islam
tetap mewarnai dalam kehidupan berbangsa. Demikianlah alur perkembangan Islam
mulai abad VII hingga sekarang ini yang tidak selalu berjalan lurus. Adakalanya dalam
proses perkembangannya menghadapi berbagai kendala. Hal ini terkait dengan
kenyataan bahwa islamisasi akan selalu berhadapan dengan kekuasaan, baik yang
lingkupnya terbatas maupun kebijakan Negara.

B. Contoh-Contoh Perkembangan Islam di Indonesia


Perkembangan Islam di Indonesia, jika dilihat dari ajarannya memiliki ciri tertentu
dengan corak budaya lokal. Oleh karena itu, pemahaman keagamaan masyarakat pada setiap
daerah terdapat perbedaan. Hal ini menunjukkan bahwa Islam telah ter-Indonesia-kan
dengan khazanah budaya lokal. Jika menyimak pada persebarannya, awal mulanya Islam
masuk ke Indonesia melalui daerah perkotaan. Sebagai contoh di Pasai, Demak, Majapahit,
Cirebon, dan tempat-tempat lainnya.
Dari perkotaan Islam selanjutnya menyebar ke pedesaan. Ketika para mubalig yang
melakukan dakwah di wilayah perkotaan tidak memiliki kekuasaan, mereka memilih untuk
keluar dan menyebar menuju desa. Dari sini, Islam yang berkembang di Indonesia kental
dengan ciri pedesaan yang kurang dinamis dan cenderung mempertahankan keyakinan pada
mitos-mitos tertentu. Inilah sebabnya corak Islam di Indonesia sangat kental dengan tradisi-
tradisi lokal. Sebagai agama yang telah lama hadir di Indonesia dan paling banyak dianut,
Islam telah mempengaruhi khazanah budaya bangsa. Kita dapat menemukan perkembangan
Islam ini dalam berbagai aspek kehidupan, misalnya bidang pendidikan, seni, hukum,
pemikiran, dan organisasi.

1. Ilmu Keislaman

36
Setelah Islam dianut oleh pejabat kerajaan, para ulama diangkat
sebagai penasihat atau hakim kerajaan. Pada saat itu para ulama juga
memperoleh kesempatan yang luas dalam menyebarkan Islam. Misalnya, untuk
mencetak kader-kader mubalig. Sebagai referensi pengetahuan agama untuk
mubalig-mubalig, para ulama menyusun buku dan kitab. Para ulama dan karya-
karyanya yang terkenal pada masa itu antara lain sebagai berikut.
a. Hamzah Fansury yang merupakan tokoh sufi pertama di Indonesia. Ulama yang
berasal dari Baros, Aceh ini banyak berjasa dalam pengembangan ilmu
pengetahuan, misalnya dengan karyanya yang terkenal Asra - rul ‘A-rifi-n fi- Baya-
n ila Sulu-k wat-Tauh.i-d.
b. Nuruddin ar-Raniry, seorang ulama yang berasal dari Aceh Barat, menulis banyak
buku.
c. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, seorang ulama fikih dari Banjarmasin,
Kalimantan, adalah seorang penyusun kitab bernama Sabi-lul Muhtadi-n.
d. Syamsuddin as-Sumatrani, dengan salah satu karya besarnya adalah
Mir’atul Mu’mini-n.
e. Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, ulama tersohor dengan salah satu karyanya
kitab Iz.a-mul Zaglil Kaz.ibi-n fi- Tasyabuhin bis.-S.a-diqi-n.
Perkembangan pengetahuan yang juga tidak kalah penting untuk
diperhatikan adalah didirikannya lembaga pendidikan Islam di tanah air.
Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional yang mendidik para santri
memahami ajaran Islam. Pesantren telah ada sejak lama di tanah air dan tetap
bertahan hingga sekarang.
2. Kesenian Islam
Dalam bidang seni, kita perlu meneladani peran para wali yang mampu
memasukkan nilai-nilai Islam melalui kesenian. Sebagai contoh, Sunan Kalijaga yang
memperkenalkan Islam melalui seni pertunjukan wayang. Ada banyak bidang seni yang
menjadi perhatian para ulama. Dalam bidang seni sastra, ada beberapa ulama yang
mampu menuliskan karya yang memiliki corak Islam, seperti hikayat, babad, dan suluk.
Adapun bidang seni arsitektur corak islami dapat dilihat pada bangunan masjid Agung
Demak, menara Kudus, masjid Sunan Ampel, Kesepuhan Cirebon, dan masih ada
banyak lagi. Semua bangunan tersebut juga tampak sentuhan budaya lokalnya.
Perkembangan kesenian sebagaimana dicontohkan di atas tentu tidak lepas dari
kepiawaian para ulama dahulu dalam menyiarkan agama Islam melalui pendekatan-
pendekatan yang mudah diterima oleh masyarakat.
3. Hukum Islam
Masuknya para ulama dalam lingkungan kerajaan sebagai penasihat raja
memberi kesempatan mereka untuk memasukkan ajaran Islam, misalnya dalam bidang
hukum. Oleh karena itu, hukum Islam pernah juga diberlakukan di beberapa kerajaan.
Salah satu contoh adalah di Kesultanan Banjar pernah berdiri Mahkamah Syariah. Pada
masa kepemimpinan Sultan Tahmidullah II (1773–1808 M), Kesultanan Banjar
menerapkan hukum Islam. Tidak terbatas pada hukum perdata, tetapi juga pada
hukum pidana Islam. Untuk melaksanakan hukum tersebut dibentuklah Mahkamah
Syariah yang saat itu digagas oleh ulama terkenal bernama Syekh Muhammad Arsyad
al-Banjari.
4. Organisasi-Organisasi Islam
Berdirinya organisasi-organisasi Islam didasarkan pada keinginan umat Islam
untuk lepas dari penjajahan. Corak pergeraka organisasi-organisasi Islam sangat
beragam mulai yang bercorak keagamaan, sosial,
maupun politik. Organisasi-organisasi Islam yang memberi pengaruh terhadap
perkembangan ajaran Islam di Indonesia antara lain Sarekat Dagang Indonesia yang

37
berganti menjadi Sarekat Islam, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, al-Irsyad, dan
Persis.
a. Sarekat Islam
Organisasi ini didirikan pada tanggal 10 September 1912. Sarekat Islam (SI) tumbuh
dari organisasi pendahulunya yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang
didirikan oleh Haji Samanhudi. Sebenarnya, organisasi itu sudah mulai tumbuh
sejak tahun 1909 di bawah pimpinan R.M. Tirtodisurjo yang beranggotakan para
pedagang Islam. Organisasi ini untuk masanya sangat modern dengan jumlah
anggota menyebar di beberapa kepulauan Nusantara.
b. Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam di Indonesia. Muhammadiyah
didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 8 Zulhijah 1330
Hijriah (tanggal 18 November 1912). Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi
yang telah mengembuskan jiwa pembaruan pemikiran Islam di Indonesia dan
bergerak di berbagai bidang kehidupan umat.

c. Jong Islamieten Bond (JIB)


Jong Islamieten Bond (JIB) merupakan salah satu organisasi Islam yang anggotanya
sebagian besar dari golongan elite berpendidikan Barat yang tetap berpegang
teguh pada prinsip keislaman. Jong Islamieten Bond (JIB) didirikan di Jakarta pada
tahun 1925 oleh para pemuda pelajar Islam.
d. Nahdatul Ulama
Nahdatul Ulama (NU) secara bahasa berarti kebangkitan ulama. Organisasi ini
didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 (31 Januari 1926)
di Surabaya atas prakarsa K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Abdul Wahab
Hasbullah. Tujuan didirikan organisasi ini untuk memperjuangkan berlakunya
ajaran Islam yang berhaluan ahlusunah waljamaah dan menganut mazhab empat,
yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali, dalam wadah negara kesatuan.
e. Al-Irsyad
Organisasi al-Irsyad bergerak dalam bidang pendidikan dan social keagamaan.
Organisasi ini didirikan di Jakarta pada tahun 1914. Para
pendirinya sebagian besar pedagang, pengusaha, dan ulama keturunan suku Arab.
Di antaranya Ahmad Soorkati, Umar Manggus, Saleh bin Ubaid, Sayid bin Salim
Masyhabi, Salim bin Umar Balfas, Abdullah Harharah, Umar bin Saleh, dan Nahdi.
f. Persatuan Islam (Persis)
Organisasi Islam di Indonesia yang mempunyai tujuan utama untuk
memberlakukan hukum Islam berdasarkan Al-Qur’an dan hadis di masyarakat.
Persis didirikan di Bandung pada tanggal 17 September 1923 oleh K.H. Zamzam.
Organisasi ini berusaha keras untuk mengembalikan kaum muslimin pada ajaran Al-
Qur’an dan hadis, menghidupkan jihad dan ijtihad, membasmi bid‘ah, khurafat,
takhayul, taklid, dan syirik, memperluas tablig serta dakwah Islam kepada segenap
masyarakat, mendirikan pesantren dan sekolah untuk mendidik kader Islam.
g. Persatuan Tarbiyah Islamiah (Perti)
Sebuah organisasi keagamaan yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1930 di Candung
(10 km di sebelah timur Bukittinggi). Gagasan untuk membentuk wadah ini
dilatarbelakangi oleh perkembangan paham keagamaan di Sumatra Barat pada
awal abad XX. Perkembangan itu digerakkan oleh kaum muda untuk mengubah
tradisi, terutama gerakan tarekat. Beberapa bidang yang telah disebutkan di atas
semakin lama mengalami perkembangan. Dengan alasan ini, jelaslah bahwa ajaran-
ajaran bersifat terbuka untuk menerima perubahan zaman. Hal ini tentu
memudahkan umat Islam dalam menerapkan berbagai ajaran Islam dalam proses
pembangunan bangsa. Peran serta umat Islam dalam pembangunan bangsa tentu

38
sudah tidak diragukan lagi. Semenjak zaman kolonial, umat Islam tampil sebagai
penggagas lahirnya kemerdekaan bangsa. Demikian halnya setelah kolonial mampu
ditumpas, bukan berarti umat Islam tinggal diam. Umat Islam tetap terus berperan
dalam pembangunan, mulai masa Orde Lama, Orde Baru, bahkan Orde Reformasi
sekarang ini.
5. Pembangunan Bangsa
Dalam pembangunan bangsa, umat Islam juga memegang peranan yang sangat
penting. Sejak masa sebelum kemerdekaan, umat Islam paling terdepan melakukan
perjuangan mengusir penjajah. Sejak zaman penjajah, mulai dari bangsa Portugis,
Belanda, Jepang hingga sekutu, umat Islam berada di barisan terdepan dalam
perjuangan mengusir penjajah. Bagi umat Islam, mengusir penjajah asing termasuk
jihad. Banyak para pahlawan bangsa adalah dari kalangan para pemimpin Islam. Di
antara para pahlawan muslim yang melakukan perlawanan pada masa penjajahan
Portugis adalah Sultan Mahmud Syah (1488–1511) saat mengusir mereka dari Bandar
Malaka. Perjuangan yang sama juga dilakukan oleh Adipati Unus (1513) yang
dilanjutkan oleh Sultan Trenggono (1521–1546). Meskipun perjuangan para pejuang
muslim belum berhasil, Portugis tetap mendapatkan perlawanan. Pada tahun 1526
tentara Demak di bawah pimpinan Fatahillah bahkan meraih kemenangan gemilang
saat mengusir penjajah Portugis di Sunda Kelapa.
Peran umat Islam juga tampak saat perjuangan melawan penjajah Belanda. Banyak
pejuang muslim yang dengan gigih melakukan perlawanan terhadap penjajah. Mereka
memberi komando untuk berjihad mengusir penjajah, misalnya Sultan Agung
Tirtayasa, Pangeran
Dipenogoro, Tuanku Imam Bonjol, Panglima Polim, Cik Di Tiro, Cut Nyak
Dien, Sultan Hasanuddin, dan Pangeran Antasari. Peran umat Islam juga terus berlanjut
pada masa Orde Lama, Orde Baru, bahkan era reformasi seperti sekarang ini. Para
pemimpin Islam pada masa Orde Lama telah mengupayakan penerapan syariat Islam
dalam Piagam Jakarta, tetapi kemudian tetap menerima UUD 1945 demi kemaslahatan
bangsa. Pada saat itu, umat Islam juga berperan penting dalam memerangi idiologi
komunis. Demikian halnya pada masa Orde Baru, umat Islam juga turut mewarnai
pembangunan bangsa sehingga Islam mengalami kemajuan dalam berbagai bidang
kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Pada era
reformasi hingga saat ini umat Islam semakin memiliki peran yang besar dalam
pembangunan bangsa. Oleh karena itu, umat Islam dituntut untuk meningkatkan
kualitasnya, seperti iman, takwa, serta penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi.

C. Keteladanan Perkembangan Islam di Indonesia


Berikut ini beberapa keteladanan yang dapat kita ambil dari perkembangan Islam di
Indonesia.

1. Kewajiban untuk Menyampaikan Dakwah


Dalam Islam setiap individu diwajibkan untuk berdakwah. Dakwa di sini
mengandung arti yang luas, tidak sekadar mengajak untuk menyembah kepada Allah
semata dengan menjalankan kewajiban agamanya, tetapi mengajak untuk berbuat
kebajikan. Hal inilah yang dalam tahap selanjutnya justru akan menumbuhkan simpati
masyarakat sehingga mereka dengan sukarela menganut agama ini.
2. Memasukkan Ajaran Islam dalam Berbagai Aspek Kehidupan
Ajaran Islam bersikap terbuka sehingga dapat masuk dalam berbagai aspek
kehidupan, seperti politik, hukum, ekonomi, maupun sosial. Dengan berpedoman pada
Al-Qur’an dan hadis, umat Islam dapat menerapkan prinsip-prisnip pada kedua sumber
tersebut untuk diterapkan dalam bidang lain. Contohnya, dalam bidang hukum kita

39
dianjurkan untuk menegakkan keadilan, selalu berbuat jujur, dan menempatkan
kedudukan yang sama di depan hukum.
3. Internalisasi Nilai Islam Sesuai Nilai Budaya Lokal
Islam dianggap mampu memadukan nilai budaya lokal, regional, maupun
nasional. Oleh karena itu, Islam yang berkembang di Indonesia tampil dengan corak khas
Indonesia. Demikian halnya ketika Islam masuk
ke beberapa daerah di tanah air, memiliki karakter yang kuat dengan masing-masing
daerahnya. Misalnya, karakter Islam di Sumatra berbeda dengan yang ada di Jawa,
Kalimantan, dan Sulawesi.
4. Pemurnian Ajaran Islam Hendaknya Terus Berjalan
Dakwah islamiah kepada umat Islam tetap perlu dilakukan. Tujuannya agar
mereka selalu menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan seharihari. Demikian halnya
jika dalam pengamalan agama mereka terjadi
kekeliruan karena pengetahuan yang terbatas atau kebiasaan yang salah, harus kita
luruskan.

5. Tidak Mengidentikkan Islam dengan Kekerasan


Sebagai agama rah. matan lil ‘a-lami-n, Islam akan mengantarkan kerahmatan
bagi alam semesta. Dengan demikian, dakwah islamiah harus
dilakukan dengan cara yang baik, tidak dengan kekerasan. Demikian halnya sesama umat
Islam seharusnya saling menjalin ukhuwah, tidak boleh merasa benar sendiri sehingga
menimbulkan konflik.

D. Hikmah Perkembangan Islam di Indonesia


Pertumbuhan komunitas Islam yang bermula dari pedagang Gujarat dan Arab yang
diiringi dengan keramahan dan perilaku dagang yang baik, memberikan kesan positif, dan
penyebaran Islam dapat diterima serta tumbuh subur dalam masyarakat Indonesia banyak
manfaat yang kita ambil diantaranya:
1. Kehadiran pedagang Islam dari luar Indonesia dengan menyampaikan Islam secara sabar
dan penuh kesopanan. Menjadikan masyarakat Indonesia berubah drastis dari
masyarakat yang bekepercayaan dinanimisme berubah menjadi monotheis yang
berketuhanan Yang Maha Esa (bertauhid).
2. Hasil karya para ulama berupa karangan buku sangat berharga untuk dijadikan sumber
pengetahuan.
3. Meneladani para ulama yang telah berhasil menjadikan masyarakat gemar memahami
dan mempelajari Al-Qur’an
4. Memperkarya dalam bentuk (arsitek) bangunan seperti Mesjid sebagai tempat ibadah.
5. Mengajarkan tentang Islam harus dengan keramah tamahan dan bijaksana serta
membiasakan masyarakat Islam bersikap konsisten.
6. Memanfaatkan peninggalan sejarah baik berupa makam, masjid, dan peninggalan
lainnya untuk dijadikan pembelajaran.
7. Mengajarkan sikap tetap bersama, rukun, dan bersama-sama mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
8. Menyadari bahwa pelajaran sejarah perlu dijadikan bahan pemikiran dan peneladanan
bagi orang-orang beriman.

Soal Latihan 1!
1. Jelaskan kandungan Surah al-Ka-firu-n [109] ayat keenam!
2. Bagaimana pendapatmu jika ada orang yang berupaya mencampuradukkan akidah Islam
dengan agama lain?
3. Jelaskan kandungan Surah al-Kahf [18] ayat 29 tentang sikap orang-orang yang tidak
beriman!

40
4. Bagaimanakah janji Allah bagi seseorang yang mau membantu kesulitan orang lain?
5. Apakah pengertian iman kepada hari akhir!
6. Apakah hikmah yang dapat dipetik dari kerahasiaan waktu hari kiamat?
7. Jelaskan pentingnya seseorang berniat ketika akan menjalankan amal saleh!
8. Bagaimanakah ketentuan jumlah mahar yang harus dibayarkan suami kepada calon istri
menurut Islam?
9. Jelaskan hikmah disyariatkannya pernikahan bagi manusia!
10. Jelaskan bahwa kedatangan Islam di tanah air berawal dari Arab!

Soal Latihan2!
A. Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar!
1. Firman Allah SWT. yang menjelaskan agar orang-orang yang beriman benar-benar
menjadi penegak keadilan dan menjadi saksi karena Allah SWT. terdapat dalam Surah
……
2. Menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya disebut ……
3. Menurut bahasa, ridha artinya……
4. Tidak berat sebelah dalam mempertimbangkan keputusan adalah cermin sikap…
5. Mendahulukan hak Allah SWT. daripada hak manusia adalah cermin dari sikap …
6. Pernyataan pernikahan dari pihak wali calon istri disebut ……
7. Firman Allah SWT. yang menjelaskan tentang pernikahan terdapat dalam Surah…
8. Amalan yang halal dilakukan, tetapi Allah SWT. membencinya adalah …
9. Memutuskan tali pernikahan yang telah dijalin suami istri disebut …
10. Kembalinya hubungan suami istri dalam ikatan pernikahan setelah terjadinya talak
disebut …

B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!


1. Sebutkan 4 macam perilaku adil!
2. Sebutkan 4 hikmah perilaku adil!
3. Jelaskan yang dimaksud dengan adil terhadap diri sendiri!
4. Jelaskan yang dimaksud ridha terhadap perintah dan larangan Allah SWT.!
5. Bagaimana cara membiasakan perilaku ridha dalam kehidupan sehari-hari?
6. Mengapa kita harus senantiasa bersikap adil dan menegakkan keadilan tanpa pandang
bulu? Kemukakan pendapat kalian masing-masing!
7. Bagaimana status hukum pernikahan antara permpuan muslimah dengan laki-laki
nonmuslim?
8. Apa perbedaan nikah mut’ah dan nikah silang!
9. Uraikan tujuan pernikahan menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974!

َ َ َْ ُ ْ ْ ََ
10. Terjemahkan hadits di bawah ini, QS. Az-Zalzalah ayat 1-2!
َ ْ ُ ْ َ ُْ َ
)٢( ‫) وؤخسح ِد ْلازض ؤرقالها‬١( ‫ض ِشل َصال َها‬
َ َ َ ‫ِبذا شل ِصل ِد ْلاز‬
)٢-١ :٩٩/‫(الصلصلة‬

41
BAB 7
Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Mengembangkan IPTEK

A. QS. Yunus Ayat 101


1. Bacaan Surah Yunus Ayat 101

Artinya :
“Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat
tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang
tidak beriman". ( QS. Yunus/10:101)

2. Mufradat QS. Yunus 101

3. Tajwid

42
4. Penjelasan Ayat
Qur’an surat Yunus adalah surat yang ke 10 terdiri atas 109 ayat, termasuk golongan
surat-surat Makkiyyah terkecuali ayat 40,94,95 yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW ketika berada di Madinah. Surat ini dinamakan “surat Yunus” karena
dalam surat ini terutama ditampilkan kisah Nabi Yunus A.S. dan pengikut-pengikutnya
yang teguh imannya.

Pada ayat yang ke 101 dalam surat Yunus, Allah swt memerintahkan kita untuk
memperhatikan fenomina alam yang terjadi di langit dan di bumi. Fenomina alam itu
akan memperlihatkan tanda-tanda kebesaran Allah swt. Jika kita telah memperlakukan
hal yang demikian, akan dapat mempertebal keimanan kita kepada Allah swt. Tapi
sebaliknya tanda-tanda kebesaran Allah itu tidak ada manfaatnya bagi orang-orang
yang ingkar atau kafir. Allah menurunkan undang-undangnya berupa wahyu yang
terangkum dalam ayat-ayat Al Qur’an ( ayat Qouliyah ), namun juga menurunkan
undang-undangnya yang terdapat di alam raya (ayat Kauniyah).

Al-Qur’an bukanlah buku yang berisi tentang ilmu pengetahuan yang berasal dari hasil
penelitian manusia, dan bukan merupakan kumpulan teori-teori alam dan teknologi,
tetapi Al-Qur’an adalah kumpulan wahyu-wahyu Allah sebagai pedoman hidup bagi
manusia. Al Qur’an bukan IPTEK akan tetapi segala apa yang ditulis di dalamnya dapat
dikaji kebenarannya setelah manusia membuktikan secara ilmiah.

Pada abad ke 21 ini IPTEK telah berkembang dengan cepat, manusia dapat melihat
kejadian dibelahan bumi dimana saja, seakan menjadi desa dunia yang tanpa batas
dengan kecanggihan alat teknologi informatika. Begitu pula dalam bidang-bidang
lainnya banyak pula yang berkembang dengan cepat, sebanding dengan kecepatan
kemajuan teknologi.

5. Isi Kandungan
Adanya langit dan bumi serta segala isinya merupakan tanda kekuasaan Allah.
Kita harusmemikirkan bahwa itu semua adalah sarana untuk menggali ilmu
pengetahuan danteknologi (IPTEK).
Untuk dapat menembus alam perlu adanya kekuatan berupa ilmu pengetahuan
danteknologi. Oleh karena itu, sebagai orang beriman kita harus mencari dan
meningkatkanilmu pengetahuan, baik umum maupun agama, termasuk teknologi.
Apabila memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi maka kita dapat melakukan
perubahandunia yang lebih maju.
Jelasnya, ayat di atas menjelaskan bahwa dengan adanya langit dan bumi,
menuntut orang yang beriman untuk menggali ilmu pengetahuan dan teknologi agar la
mampu melakukanperubahan di dalam dunia ke arah yang lebih maju. Jangan seperti
orang yang tidak berimankarena mereka tidak memanfaatkan hal itu untuk
mengembangkan ipteknya.

6. Hikmah Q.S Yunus Ayat 101


a. Menambah keimanan kepada Allahswt. dan bertambah yakin bahwa Allah swt
Maha Kuasa menciptakan alam semesta ini, dan Dia pula yang mengatur seluruh
kehidupan yang ada di bumi.
b. Memacu umat manusia untuk berlomba dalam menemukan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Sebagai sumber motivasi dan semangat dalam mencari ilmu pengetahuan
sebanyak-banyaknya.

43
d. Semakin giat dan bekerja keras untuk memahami dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknoogi.

B. QS. Al-Baqarah Ayat 164


1. Bacaan QS. Al-Baqarah ayat 164

Artinya:“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa
yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah
mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin
dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda
(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”

2. Mufradat QS. Al-Baqarah ayat 164


‫ۡؤ‬
‫َ ِم‬ ‫فِمي‬ َّ ‫إِم‬
kejadian /penciptaan dalam /pada sesungguhnya
‫َو ۡؤ ِمت َ ِم‬ ‫َو ۡؤٱَ ۡؤ ِم‬ ‫ٱ َّ َ َو ِم‬
dan pergantian dan bumi langit(jamak)
‫َو ۡؤٱ ُي ۡؤ ِم‬ ‫َو ٱ َّن َه ِم‬ ‫ٱَّ ۡؤ ِمل‬
dan bahtera dan siang malam
‫فِمي‬ ‫َت ۡؤ ِم‬ ‫ٱَّتِمي‬
di berlayar yang
‫ۡؤ‬
‫َ ن َ ُي‬ َ ‫ِمب‬ ‫ٱ َب ۡؤ ِم‬
memberi manfaat dengan apa laut
َ َ
‫نن َل‬ ‫َو َ ٓي‬ َ ‫ٱ َّن‬
menurunkan dan apa manusia
‫ٱ َّ َ ٓي ِم‬ َ ‫ِم‬ ‫َّٱ ُي‬
langit dari Allah
َ ‫َفأ َ ۡؤ‬ ‫َّ ٓي ٖء‬ ‫ِم‬
maka /lalu Dia
air dari
menghidupkan
َ ‫َب ۡؤ‬ َ ‫ۡؤٱَ ۡؤ‬ ‫ِمب ِمه‬
sesudah bumi dengannya
‫ِمف َه‬ َّ ‫َو َب‬ ‫َ ۡؤو ِمت َه‬
di dalamnya dan Dia sebarkan matinya

44
‫َ ٓيا َّب ٖء‬ ‫ُي ِّل‬ ‫ِم‬
hewan segala dari
‫ا‬
‫َو ٱ َّ َ ِم‬ ‫ٱ ِّ َ ِم‬ ‫ِم‬ ‫َو َت ۡؤ ِم‬
dan awan angin dan pergerakan
‫ٱ َّ َ ٓي ِم‬ َ ‫َب ۡؤ‬ ‫ِم‬ َّ َ ‫ۡؤٱ ُي‬
langit antara dikendalikan
‫ٱِّ َق ۡؤو ٖءم‬ ‫َ ٓي‬
‫ٱ َ ٖء‬ ‫َو ۡؤٱَ ۡؤ ِم‬
bagi kaum sungguh tanda-tanda dan bumi
َ ‫َ ۡؤ ِمق ُيو‬
mereka berakal
(memikirkan)

3. Tajwid

‫ِب َّن‬ = Ghunnah karena ada nun bertanda baca tasydid

‫ِفي‬ = Iad thobi'i karena ada kasroh diikuti ya' sukun


َ َّ ‫َخ ْلق‬
‫ات‬ ِ ‫الظ َماو‬ ِ = Idghom syamsyiyah karena ada alif lam diikuti sin, dan mad

ْ ‫ْلا‬ َْ َ thobi'i karena ada fathah diikuti alif


‫ض‬ ِ ‫و‬ ‫ز‬ = Idhar qomariyah karena ada alif lam diikuti alif
َ ْ َ
ِ ‫واخ ِحَل‬ = Mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
َّ
‫الل ْي ِل‬ = Idghom syamsiyah karena ada alif lam diikuti lam

‫الن َه ِاز‬ َّ ‫َو‬ = Idghom syamsiyah karena ada alif lam diikuti nun
ُْْ
‫َوالفل ِو‬ = Idhar qomariyah karena ada alif lam diikuti fa'
َ
‫ث ْ ِسي‬ = Qolqolah sughro karena ada huruf jim bertanda baca sukun
‫ِفي‬ = Mad thobi'i karena ada kasroh diikuti ya' sukun
ْ
‫ال َب ْحس‬ = Idhar qomariyah karena ada alif lam diikuti ba'
‫ِب َما‬ = Mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
َْ
‫ًَنف ُع‬ = Ikhfa' haqiqi karena ada nun sukun bertemu fa'
َ ‫الن‬ َّ
‫اض‬ = Idghom syamsiyah karena ada alif lam diikuti nun

‫َو َما‬ = Mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif


َ‫َؤ ْ َصى‬ = Ikhfa' haqiqi karena ada nun sukun bertemu za'

45
َّ َْ
‫ؤ َص َى الل ُه‬ = Tafhim karena ada lam jalalain didahului fathah

‫الظ َم ِاء‬ َّ ‫م َن‬


ِ = Idghom syamsiyah karena ada alif lam diikuti sin

‫ِم ْن َم ٍاء‬ = Idghom bighunnah karena ada nun sukun bertemu mim
ََ
‫َم ٍاء فإ ْح َيا‬ = ihfa' haqiqi karena ada tanwin bertemu fa'
ََ
‫فإ ْح َيا ِب ِه‬ = mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
َ ‫ْلا ْز‬َْ
‫ض‬ = idhar qomariyah karena ada alif lam diikuti alif
‫َم ْى ِت َها‬ = mad layyin karena ada fathah diikuti wawu sukun , dan mad
thobi'i karena ada fathah diikuti alif
‫ِف َيها‬ = mad thobi'i karena ada kasro diikuti ya' sukun , dan mad thobi'i
karena ada fathah diikuti alif
ُ
‫ِم ْن م ِ ّل‬ = ihfa' haqiqi karena ada nun sukun bertemu kaf
‫َد َّاب ٍة‬ = mad lazim mustaqqal kilmi karena ada mad thobi'i bertemu
huruf yang bertanda baca tasydid dalam satu kata
‫ٍي‬ ْ ََ
ِ ‫وثص ِس‬ = mad thobi'i karena ada kasroh diikuti ya' sukun
‫اا‬ َّ
ِ ٍ‫الس‬ ِ = idghom syamsiyah karena ada alif lam diikuti ro'
‫اب‬ َ َّ َ
ِ ‫واللح‬ = idghom syamsiyah karena ada alif lam diikuti sin
َّ ُ ْ
‫اْل َل ِس‬ = idhar qomariyah karena ada alif lam diikuti mim
َ
‫َب ْين‬ = mad layyin karena ada fathah diikuti ya' sukun
‫الظ َم ِاء‬ َّ = idghom syamsiyah karena ada alif lam diikuti sin
َْ ْ َ
‫ض‬ ِ ‫وْلاز‬ = idhar qomariyah karena ada alif lam diikuti alif
ََ
‫ات‬ ٍ ً = mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
‫ات ِلق ْى ٍم‬
َ َ َ
ٍ ً = idghom bila ghunnah karena ada tanwin bertemu huruf lam
َ ُ
‫ = ِل َق ْى ٍم ٌَ ْع ِقلىن‬idghom bighunnah karena ada tanwin bertemu huruf ya'
َ ُ
‫ٌَ ْع ِقلىن‬ = mad arid lis sukun karena ada mad thobi'i sebelom waqof
4. Isi Kandungan
a. Allah swt menciptakan langit yang sangat indahdan bumi dengan segala isinya sebagai
tanda kebesaran Allah swt. Apa yang ada di dalam bumi seperti tumbuhan, hewan,
hutan, tambang, dsb adalah untuk manusia.

46
b. Allah swt menundukkan laut kepada manusia yang dapat dimanfaatkan sebagai alat
transportasi, dan dengan itu juga manusia bisa menggunakan laut sebagai tempat
pencaharian.
c. Allah swt menjadikan di bumi waktu, pergantian siang dan malam dan perbedaan
lamanya waktu siang dan malam. Semua itu dapat dirasakan manfaatnya oleh
manusia. Seperti siang untuk bekerja dan malam untuk beristirahat.
d. Allah swt menurunkan hujan sebagai keberkahan bagi seluruh makhluk hidup,
menyuburkan tanah yang tandus dan tumbuh-tumbuhan dapat hidup dengan subur.
Dengan tumbuhan hidup subur, kebutuhan makan hewan-hewan herbivora terpenuhi,
dan begitu seterusnya berdasarkan jaring-jaring makanan.
e. Allah swt menciptakan angin yang juga merupakan tanda kebesaran Allah swt. Adanya
angin membuat orang bisa berlayar ke laut. Angin juga bisa dimanfaatkan sebagai
pembangkit listrik dan lain sebagainya.
f. Air yang turun dari langit (hujan) dapat menghidupkan bumi yang kering (tanah yang
tandus karena kekeringan), dan dengan adanya air tumbuh-tumbuhan dapat hidup
dengan subur. Ini juga simbol bahwa iman dapat menghidupkan jiwa/hati yang keras.
Jiwa yang hidup akan menumbuhkan amal kebaikan sebagaimana tanah yang subur
yang dapat menumbuhkan bermacam-macam tumbuhan.
g. Semua dari point 1 - 6 terdapat tanda-tanda kebesaran Allah swt. Jadi kita harus
merenungkan dan berfikir tentang kejadian-kejadian alam dan apa yang kita temukan
di bumi maupun alam semesta ini. Sehingga membuat kita sadar, bahwa semua itu
adalah atas kehendak dan kebesaran Allah swt, yang dengan itu dapat mempertebal
iman kita kepada Allah swt.

c. Contoh Pengamalan (Implementasi) Perilaku Yang Mencerminkan QS Yunus 101


dan QS Al-Baqarah ayat 164
1. Mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi terutama yang berkaitan dengan alam
semesta dengan dilandasi iman kepada Allah swt
2. Senang melakukan berbagai bentuk penelitian, taddabur alam dan wisata rohani
3. Meyakini adanya tanda-tanda akan kebesaran Allah yang terbentang di alam semesta
4. Beriman kepada Allah swt dan bertauhid kepada Allah swt (tidak menyekutukannya)
karena yang berhak disembah hanyalah Allah swt pemilik dan pencipta alam semesta
ini.
5. Selalu berkreasi dan berinovasi untuk memecahkan persoalan hidup dan untuk
mencapai kemajuan atau menemukan berbagai teknologi baru yang mampu
memudahkan pekerjaan kita
6. Selalu belajar dan berusaha dalam segala hal
7. Berfikir kritis dan peka terhadap kejadian-kejadian alam
8. Berdzikir dan memuji Allah ketika melihat keindahan ciptaannya dan kejadian-
kejadian alam yang lainnya.
9. Menjaga dan melestarikan alam ini
10. Bersyukur ketika Allah swt beri nikmat yang banyak seperti hujan, tumbuhan yang
tumbuh subur

Soal Latihan!
1. Peringatan Allah Swt. tidak akan berguna bagi orang yang tidak beriman. Bagaimana hal
tersebut terjadi?
2. Secara tidak langsung Allah mewajibkan setiap muslim untuk menguasai ilmu pengetahuan.
Meskipun begitu, Allah Swt. tidak memaksa setiap hamba-Nya untuk menguasai setiap ilmu
pengetahuan. Mengapa demikian?
3. Pengamalan dari perintah yang terdapat dalam Surah Yu-nus [10] ayat 101 dapat dilakukan
oleh setiap muslim bagaimanapun kapasitas dirinya. Pengamalan tersebut dapat kita

47
lakukan dengan menguasai salah satu cabang ilmu pengetahuan atau teknologi. Mengapa
demikian?
4. Mengapa Allah Swt. menyatakan bahwa semua keadaan di bumi ini merupakan tanda
kekuasaan Allah Swt. bagi orang-orang yang mengerti?
5. Bagaimanakah sikap kita selaku umat Islam dalam rangka menyikapi Surah al-Baqarah [2]
ayat 164?
6. Mengapa pada Surah Yu-nus [10] ayat 101 Allah Swt. memerintahkan kita untuk
memperhatikan langit dan bumi?
7. Apakah maksud dari perintah memperhatikan isi langit dan bumi dengan pengembangan
ilmu pengetahuan?
8. Apakah peran kaum muslimin dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi dunia?
9. Bagaimanakah pengamatan alam semesta dapat meningkatkan keimanan seseorang?
10. Apakah hikmah di balik pergantian siang dan malam?

BAB 8
Iman Kepada Qada Dan Qadar

A. Mengimani Qada dan Qadar Allah


1. Pengertian Iman kepada Qada dan Qadar
Kata qada dan qadar dalam kehidupan kita sehari-hari bukan sesuatu yang asing. Secara
bahasa, kata qada berarti keputusan atau ketetapan. Qada secara istilah berarti keputusan atau
ketetapan atas suatu rencana Allah Swt. yang hendak dilaksanakan. Kata qadar secara bahasa
berarti jangka atau ukuran. Qadar secara istilah mengandung pengertian pelaksanaan dari
rencana Allah, baik yang berupa ukuran atas sesuatu atau pelaksanaan ketentuan Allah di dunia
ini.
Dengan pengertian di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa qada adalah
ketentuan Allah Swt. atas segala sesuatu yang di dalamnya terdapat kehendak-Nya sedangkan
qadar adalah perwujudan atas kehendak, ukuran, dan ketentuan Allah atas segala sesuatu. Kedua
hal tersebut biasa kita kenal sebagai takdir.
Iman kepada qada dan qadar artinya membenarkan dalam hati tentang adanya qada dan
qadar Allah kemudian diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan anggota badan. Mengimani
qada dan qadar merupakan bagian dari rukun iman sehingga harus kita yakini. Bukti adanya qada
dan qadar Allah sebagaimana banyak dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Rasulullah.
ََ َْ ْ َ ْ َ ْ َّ ْ ُ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ‫َما َؤ‬
Sebagaimana firman Allah swt
َ َ َ ‫اب م ْن ُمص‬ َ ‫ص‬
ۚ ‫اب ِمن قب ِل ؤن برؤها‬
ٍ ‫ح‬ ‫ل‬
ِ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫َل‬
ِ ِ ‫ب‬ ‫ن‬‫ظ‬ِ ‫ف‬ ‫ؤ‬ ‫ي‬ ‫ف‬ِ ‫َل‬‫و‬ ‫ض‬
ِ ‫ز‬‫ْلا‬ ‫ي‬ ‫ف‬ِ ‫ة‬
ٍ ‫يب‬ ِ ِ
َّ َ ََٰ
‫ِب َّن ذ ِل َو َعلى الل ِه ٌَ ِظ ٌير‬
Artinya: Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah SWT. (QS. Al-Hadid/57:22).

2. Hubungan Qadha dan Qhadar dengan Ikhtiar dan Tawakal


Terjadinya atau tidak terjadinya sesuatu itu pasti ada sebabnya. Ada sebab yang merupakan
gharizah ( insting bakat pembawaan lahir), seperti perasaan lapar yang menyebabkan kita makan,
mengantuk menyebabkan kita tidur, dan sebagianya. Gharizah itu tidak memberikan kesempatan
kepada kita untuk memilih selain untuk memenuhi keinginannya.

48
Ada lagi sebab yang merupakan hasil ikhtiar kita sendiri. Seperti ketekunan dan keuletan kita
belajar menyebabkan kita banyak ilmu. Kiata memilih kebiasaan bekerja keras dan tekun belajar
menyebabkan kita menjadi orang kaya dan sebagainya. Akan tetapi jumlah kekayaan dan mutu
ilmu pengetahuan yang diperolah tergantung pula pada kekuatan daya pilih (ikhtiar) dan
kecerdasan yang diberikan Allah swt. sesuai dengan ketentuan Qadha dan Qadhar.
Mengenai hubungan antara Qadha dan Qadhar dengan ikhtiar ini, para ulama
berpendapat, bahwa takdir itu ada dua macam:
1. Takdir Muallaq
Yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contoh : Jika seorang ingin
lulus dalam ujian, maka ia harus belajar bersungguh-sungguh.
2. Takdir Mubram
Yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat
ditawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh : Kematian.

B. Ciri-Ciri Orang Yang Beriman Kepada Qada dan Qadar


Seorang muslim yang yakin kepada ketentuan Allah SWT pasti akan mempunyai tingkat
ketaatan yang tinggi. Ciri-ciri orang yang beriman kepada qada dan qadar:
1. Selalu sadar dan menerima kenyataan.
2. Senantiasa bersabar.
3. Rajin dalam berusaha dan tidak mudah menyerah.
4. Bersikap optimis, bukan pesimis.
5. Senantiasa bersikap tawakal.
6. Menaati perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya
7. Bertawakal kepada Allah SWT
8. Mengisi kehidupan dengan hal positif untuk mencapai kebahagiaan di akhirat kelak

C. Hikmah dan Fungsi Iman Kepada Qada dan Qadar


Hikmah iman kepada qada dan qadar:
1. Melatih diri untuk lebih bersyukur kepada Allah swt.
2. Mendekatkan diri kepada Allah swt.
3. Melatih seseorang menjadi orang yang giat berusaha dan tidak cepat putus asa.
4. Menghindarkan dari sifat sombong.
5. Menenangkan jiwa.
6. Membiasakan diri untuk bersabar dan bertawakal kepada Allah swt.

D. Fungsi iman kepada qada dan qadar


1. Mendekatkan diri kepada Allah SWT (Q.S. Al Hadid ayat 22)
2. Mendidik manusia untuk senantiasa berusaha / ikhtiar (Q.S. Ar Ra’du ayat 11 dan An
Najm ayat 39 – 42)
3. Mendidik manusia untuk senantiasa sabar dan tawakal (Q.S. Al Baqarah ayat 155 –
156 dan Ali Imran ayat 159)
4. Mendidik manusia untuk tidak besikap sombong /takabur (Q.S. Lukman ayat 18)

E. Contoh Qada dan Qadar


Bejo merupakan murid yang cerdas, dia jarang belajar. Bejo belajar hanya beberapa
menit sebelum ulangan dimulai. Ketika menerima hasil ulangan, bejo mendapat nilai yang
bagus.
Saat kelas 7 SMP Arul adalah murid yang mempunyai prestasi biasa saja. Tetapi
karena ketekunan dan usaha nya, dia bisa mengejar teman-temannya. Sehingga saat ujian
akhir sekolah Arul menjadi murid yang terbaik.

49
Suparjo berusia 14 tahun, sekarang dia duduk di kelas 8. Kehidupan Suparjo jika
berdasarkan usia hidup rata-rata penduduk Indonesia yaitu sekitar 64 tahun. Tetapi
menginjak usia 15 suparjo sakit keras, berbagai pengobatan telah dijalani, tetapi akhirnya
suparjo meninggal dunia.
1. Matahari terbit pada siang hari, dan bulan serta bintang tampak pada malam hari.
2. Kapan laut pasang dan surut.
3. Setiap makhluk pasti mati.
4. Menetapkan berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.
5. Menetapkan seseorang lahir.
6. Orang yang bodoh bisa pandai jika giat belajar dan berdoa kepada Allah
7. Orang miskin yang sungguh-sungguh berikhtiar disertai doa bisa menjadi orang
kaya.

Soal Latihan!
1. Mengapa kita harus yakin terhadap qada dan qadar?
2. Jelaskan yang dimaksud dengan takdir!
3. Bapak Ahmad memiliki tiga putri yang salehah. Suatu ketika anak ketiganya yang bernama
Azka berusia tujuh (7) tahun sakit panas. Pak Ahmad membawanya ke rumah sakit. Sehari
di rumah sakit dokter menyatakan Azka terkena sakit demam berdarah. Tidak berapa lama
Azka dinyatakan koma dan selanjutnya meninggal dunia. Bagaimana sikap Pak Ahmad
menunjukkan keimanannya pada qada dan qadar?
4. Apa yang Anda ketahui tentang kitab Lauh Mahfud?
5. Zulfa membuka usaha toko pakaian muslim di rumahnya. Dia berusaha keras untuk
mengembangkan usahanya. Bagaimana sikap dan tindakan yang benar, apabila usaha
Zulfa mengalami kegagalan?
6. Apakah hubungan antara Surah ar-Ra’d *13+ ayat 11 dengan takdir Allah SWT.?
7. Jelaskan pengertian doa, ikhtiar, dan pertolongan Allah SWT.!
8. Allah Swt. telah memilih Muhammad bin Abdullah sebagai rasul utusan- Nya. Dalam
sepanjang perjalanan sebagai seorang rasul, Muhammad saw. mendapatkan berbagai
ujian dan hambatan. Tidak hanya itu, Muhammad juga mendapatkan perintah dan
larangan yang harus ia sampaikan kepada umatnya. Menyikapi hal ini Muhammad saw.
senantiasa merasa ringan hati dan ikhlas. Apakah hikmah yang dapat Anda ambil dari
kasus di atas?
9. Apakah yang dimaksud dengan aliran free will?
10. Bagaimanakah pendapat kelompok Jabbariyah tentang kehendak manusia?

BAB 9
Perilaku Terpuji
Menjaga Persatuan dan Kesatuan

A. Pengertian Persatuan dan Kerukunan


1. Persatuan
Dari segi bahasa “persatuan” berarti gabungan, ikatan atau kumpulan.Sedangkan
menurut istilah persatuan adalah kumpulan individu manusia menjadi satu. Agama
Islam memberikan pengertian persatuan dengan ukhuwah, yaitu solidaritas dalam
kebaikan.
Persatuan dalam ajaran Islam secara umum disebut ikhwan yaitu persaudaraan, secara
umum disebut ukhuwah Islamiyah yaitu persaudaraan dalam Islam (saudara sesama
manusia dan saudara seagama) Ditegaskan dalam firman Allah QS Al-Hujarat : 9

50
ْ َ ْ َ ْ ‫َوب ْن َظائ َف َحان م َن ْاْلُ ْامن َين ْاق َح َح ُلىا َف َإ‬
‫ص ِل ُحىا َب ْي َن ُه َما ۖ ف ِةن َبغد‬ ِِ ِ ِ ِ ِ
ْ َ َّ ْ َ َٰ َ َ َ َٰ َّ َ ْ َ َّ ُ َ َ ‫ْ َ ُ َ َ َ ْ ُ ْ َ َٰي‬
‫ِبحداهما على ْلاخس فقا ِثلىا ال ِتي ثب ِغي حتى ث ِفيء ِبلى ؤم ِس الل ِه ۚ ف ِةن‬
َ ْ ُ ْ ُّ ُ َ َّ َّ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ َُْ َ ُ ْ َ َ ْ َ َ
‫فاءت فإص ِلحىا بينهما ِبالعد ِى وؤق ِظعىا ۖ ِبن الله ً ِح اْلق ِظ ِعين‬
Artinya: Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah
kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap
yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali
pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut
keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang berlaku adil. (QS. Al-Hujarat/49:9)

Jelas bahwa persaudaraan menyebabkan orang dapat berbuat damai dan dengan
perdamaian maka persatuan dan kesatuan umat akan bisa juga kita wujudkan. Tanpa
persatuan orang akan mudah bertindak semena-mena terhadap sesama bahkan
terhadap yang segama sekalipun. Bagaimana seseorang atau bangsa berbuat persatuan
sementara kedamaian dan persaudaraan tidak bisa diciptakan.

2. Kerukunan
Kerukunan berasal dari kata dasar “rukun” yang berarti baik, damai, tidak
bertengkar, bersatu hati dan sepakat. Kerukunan dalam Islam diberi istilah “tasamuh ”
atau toleransi. Sehingga yang di maksud dengan toleransi ialah kerukunan sosial
kemasyarakatan, bukan dalam bidang aqidah Islamiyah (keimanan), karena aqidah
telah digariskan secara jelas dan tegas di dalam Al- Qur’an dan Al-Hadits.
Kerukunan merupakan syarat utama adanya persatuan, modal utama
terwujudnya ketentraman, kedamaian dan kesejahteraan. Sebaliknya perselisihan
berakibat kehancuran.

B. Menampilkan contoh perilaku persatuan dan kerukunan


1. Persatuan
Peranan Persatuan Umat Islam dalam Pembangunan dan Mempertahankan Negara
Indonesia
a. Nilai Persatuan bagi Kepentingan Bangsa dan Agama dalam Rangka Menuju
Masyarakat Adil dan Makmur.
Dalam kehidupan berbangsa, persatuan merupakan scndi kekuatan yang
paling ampuh. Bagi umat Islam, persatuan harus digalang melalui jalur intern
terlebih dahulu, untuk memperkuat Islam. Sedangkan sebagai warga negara harus
menggalang persatuan untuk memperkuat bangsa dan negara.
Apabila persatuan benar-benar terwujud dalam suatu hangsa yang berada dalam
suatu negara, upaya menciptakan pengembangan dalam bidang ekonomi,
pendidikan, sosial, ketahanan, dan bidang lainnya akan mudah direalisasikan.
Dalam pengembangan ekonomi bagi bangsa dan negara, upaya pertama yang
dilakukan adalah persatuan terlebih dahulu. Suatu bangsa yang tidak bersatu akan
sulit mengembangkan ekonominya. Tetapi, apabila persatuan itu ada, akan mudah
dalam mengembangkan ekonomi. Sebab, dalam kondisi bangsa yang bersatu, maka
akan mudah diajak kompromi, bermusyawarah untuk saling membantu, saling
mengisi, dan bekerja sama.
Demikian pula dalam pengembangan pendidikan, unsur pertama yang mendukung
adalah persatuan. Dalam bidang ekonomi dan pendidikan persatuan merupakan

51
unsur yang dominan, dalam bidang ketahanan, persatuan adalah unsur yang lebih
dominan. Tidak mungkin suatu perceraian akan merupakan landasan kekuatan
dalam pertahanan. Pasti persatuan itulah yang dijadikan dasar dari pada
ketahanan. Negara akan kuat apabila persatuan bangsanya terjamin. Ketahanan
negara akan lebih lestari jika persatuan rakyatnya terus berjalan.
Demikianlah, betapa pentingnya persatuan dalam suatu bangsa dalam rangka
melestarikan kehidupan ekonomi, pendidikan, sosial, agama, ketahanan, dan lain
sebagainya sehingga dengan wujud persatuan dalam segala aspek kehidupan akan
menuju masyarakat yang adil makmur yang diridhai oleh Allah. Juga merupakan
langkah menuju terciptanya Baldatun Tayyibatun wa Rabbun Gafur.
b. Nilai Persatuan Bagi Kepentingan Dunia Islam Secara Keseluruhan.
Dalam ajaran Islam sebenarnya konsep persatuan telah ada, yaitu setiap
orang yang beriman adalah bersaudara. Semua muslim yang ada di dunia, baik di
Afrika, Asia, Amerika, ataupun Australia adalah bersaudara.
Memang persaudaraan kadang tidak mesti akan mewujudkan persatuan.
Tetapi, maksud dan hakikat persaudaraan di dalam Islam adalah sebagai ujung
tombak dalam persatuan. Hal ini dapat dilihat dalam sebuah hadis yang berbunyi:
"Bahwa umat Islam adalah bagaikan sebuah bangunan, antara sebagian yang satu
dengan sebagian yang lainnya saling menguatkan ".
Demikian pula dalam hadis yang lain: "Dan barang siapa memberikan jalan
keluar bagi saudarannya sesama muslim, Allah akan memberikan jalan keluar
baginya dari kesulitan, di mana pertolongan itu sangat diperlukan di hari kiamat".
Penerapan ajaran-ajaran itu akan memberikan dampak positif. Sebagai
konsekuensi logis dari ajaran itu memberikan dampak persatuan bagi kehidupan
umat Islam. Apabila satu umat Islam disakiti, umat Islam lainnya akan merasa sakit
pula. Persaudaraan yang demikian akan sangat besar andilnya untuk mewujudkan
persatuan dalam dunia Islam.
Apabila persatuan sudah dapat diwujudkan, umat Islam di berbagai negara
akan merasa terpanggil untuk kepentingan bersama. Demi kemajuan umat secara
keseluruhan, maka negara-negara Islam dan negara-negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam, akan saling menolong, saling membantu, dan
bekerja sama antara satu dengan yang lainnya, baik dalam bidang ekonomi,
pendidikan, politik, sosial, pertahanan, dan lain sebagainya.
Dengan modal persatuan itulah upaya menuju kekuatan dan ketahanan
umat akan mudah direalisasikan. Karena antara yang satu dengan yang lainnya
merasa bertanggung jawab atas terwujudnya kekuatan dan ketahanan itu. Lebih
dari itu adalah bertanggung jawab dalam segala aspek kehidupan umat Islam di
seluruh dunia.
Dengan demikian, umat Islam di seluruh dunia akan menjadi umat yang
satu, umat yang berwibawa, yang mempunyai kharisma tinggi, dan mampu
menunjukkan yang terbaik bagi dunia.
2. Kerukunan
Ada tiga bentuk kerukunan hidup umat beragama yang disepakati. Tiga bentuk
kerukunan ini dikenal dengan istilah Tri Kerukunan hidup beragama, yaitu:
a. Kerukunan intern umat manusia
Sikap hidup Muslim dan pribadi seorang Muslim adalah manifestasi dari imannya.
Oleh sebab itu, seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah serta
melaksanakan segala perintah-Nya sudah barang tentu pribadinya akan dihiasi
dengan cahaya iman, perbuatan dan tata hidupnya sangat baik dan terpuji.
b. Kerukunan antar umat beragama.
Dinegara kita tidak dibenarkan sikap dan perbuatan melawan atau
antiagama dan tidak dibenarkan paham yang meniadakan Tuhan Yang Maha Esa.

52
Setiap warga negara Republik Indonesia harus percaya dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Manusia Indonesia wajib saling menyayangi dan tidak
berbuat dengki dan dendam, kerusuhan dan memaksakan keyakinan kepada
umat lainnya. Itulah yang menandai kita hidup beragama dan percaya terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Hidup rukun dan bertoleransi tidak berarti bahwa ajaran
agama yang satu dan yang lainnya dicampuradukkan. Dengan toleransi tersebut
diharapkan terwujudnya ketenangan, saling menghormati dan saling menghargai,
hal itu akan mewujudkan perikehidupan yang rukun, tertib dan damai, sehingga
dengan keadaan yang demikian itu dapat terlaksana pembangunan bangsa
Berdasarkan uraian di atas, dapatlah disimpulkan bahwa manusia
Indonesia wajib menjunjung tinggi perasaan dan sikap toleransi antarumat
beragama. Dalam kehidupan bangsa Indonesia yang merdeka dan ber-Pancasila,
usaha memaksakan suatu agama tidak dibenarkan. Setiap warga negara Republik
Indonesia bebas memeluk agama dan beribadah menurut agama dan
kepercayaannya masing-masing. Perikehidupan agama yang rukun dan penuh
toleransi merupakan cermin pengakuan hak-hak asasi manusia.
Hal tersebut pernah dilakukan Nabi Muhammad saw. ketika ditawarkan
oleh umat nonMuslim untuk saling bergantian beribadah, seminggu beliau diajak
beribadah dengan mereka orang kafir, seminggu berikutnya mereka akan
beribadah sesuai dengan ajaran beliau, yakni Islam. Tetapi Nabi Muhammad tidak
langsung menerima atau menolak, tidak mungkin karena hubungan beliau
dengan mereka dalam kemasyarakatan (muamalah/sosial) sudah terjalin intim.
Jika menerima, lebih tidak mungkin, maka turunlah wahyu Allah untuk
menegaskan peristiwa tersebut QS. Kafirun
“Katakanlah: "Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang
kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku
tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak
pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah
agamamu, dan untukkulah, agamaku".
Kesimpulan surah tersebut adalah masalah Muamalah kita tetap bergaul
akrab, tetapi maslah ibadah dan aqidah tidak boleh dicampur adukkan. Dengan
beribadah masing-masing itulah kerukunan antarumat beragama tetap utuh
dengan menumbuhkan rasa tenggang sara, sebagaimana butir-butir Pancasila.
Atau disebut toleransi dalam agama yakni membiarkan orang lain beribadah
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, selama tidak menganggu
kita.
c. Kerukunan antar umat beragama dan pemerintah.
Kerukunan umat beragama dengan pemerintah terealisasikan dengan
mentaati segala peraturan yang dikeluarkan pemerintah, selama peraturan itu
tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Jalinan kerjasama antara umat dengan
umarah dalam membina untuk mentaati perintah Allah , rasul dan umara
(pemimpin) diantaramu.
Dengan demikian kerukunan antarumat beragama dengan pemerintah
dapat tumbuh baik jika dapat saling mengisi. Pemerintah (umarah) menyediakan
sarana, ulama yang mengelola artinya pemerintah membangun fisik, ulama
membangun mental spriritualnya.
Jelas bahwa persaudaraan menyebabkan orang dapat berbuat damai
dan dengan perdamaian maka persatuan dan kesatuan umat akan bisa juga kita
wujudkan.
Kerukunan terhadap seagama yang dipraktikkan oleh Rasulullah SAW.
dan para sahabat serta orang Mukmin, yaitu :
a. kasih sayang seama Muslim

53
b. senada dalam berfikir
c. seirama dalam langkah untuk mencari karunia dan ridha-Nya.
Masalah Muamalah kita tetap bergaul akrab, tetapi maslah ibadah dan
aqidah tidak boleh dicampur adukkan. Dengan beribadah masing-masing itulah
kerukunan antarumat beragama tetap utuh dengan menumbuhkan rasa tenggang
sara, sebagaimana butir-butir Pancasila.
Kerukunan antarumat beragama dengan pemerintah dapat tumbuh baik
jika dapat saling mengisi. Pemerintah (umarah) menyediakan sarana, ulama yang
mengelola artinya pemerintah membangun fisik, ulama membangun mental
spriritualnya.

C. Membiasakan perilaku persatuan dan kerukunan


Cara meningkatkan Persatuan atau Ukhuwah Islamiyah :
a. Dalam segi bahasa, yakni menggunakan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia
dengan baik dan benar disetiap acara resmi dan dimana saja kita berada.
b. Dalam segi ucapan salam, yakni menggunakan ucapan salam “Selamat pagi” atau yang
sesama Muslim dengan ucapan “Assalaamu’alaikum” disetiap pertemuan.
c. Dalam segi tanah air, yakni dimana saja kita berada di tanah air ini kita membangun dan
membantu saudara-saudara yang mengalami kesulitan dan yang ditimpa musibah di
mana kita tempati secara adil dan manusia.
d. Dalam segi toleransi aqidah, yakni tetap saling menghormati dan menghargai perbedaan
aqidah, dan tidak memaksakan suatu agama kepada orang lain, karena urusan agama
urusan adalah urusan pribadi dalam Islam “Lakum dinukum waliadin”.
Persatuan dan kerukunan tidak hanya cukup dengan teori. Persatuan dan kerukunan
harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk
menerapkan keduanya antara lain sebagai berikut:
1. Membudayakan toleransi dalam masyarakat.
2. Menghargai keyakinan orang lain.
3. Menahan diri dari sikap egois.
4. Saling membantu dan berhubungan secara sehat dalam batas-batas muamalah yang
diperbolehkan oleh Allah Swt. dan rasul-Nya.

D. Hikmah persatuan dan keatuan


a. Terciptanya persatuan dan kesatuan, sehingga suasana kebersamaan tercermin
tentram, damai penuh kekeluargaan. Satu sama lain saling menghargai dan mengalah.
Prestasi semakin meningkat karena adanya saling membantu.
b. Memperkukuh aqidah dan keyakinan kepada Allah .
c. Menumbuhkan ukhuwah Islamiyah yang kuat dan 3 kerukunan umat di Indonesia.
d. Menjalin rasa kesetiakawanan sosial.

Soal Latihan!
1. Apa yang Anda ketahui tentang persatuan dan kerukunan?
2. Mengapa persatuan dan kerukunan diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat?
3. Dengan alasan apa Rasulullah menyatakan bahwa perbedaan pendapat di antara umat
beliau merupakan rahmat?
4. Bagaimanakah cara bertoleransi dengan penganut agama lain?
5. Sebutkan beberapa perilaku yang menunjukkan sikap persatuan dan kerukunan!
6. Mengapa di Indonesia toleransi antaragama dengan pemerintah sangat diperlukan?
7. Berilah dua contoh kerukunan antarumat seagama!
8. Bolehkah menyiarkan agama kepada orang lain yang belum beragama? Jelaskan dengan
singkat!

54
ْ ‫َوب ْن َظائ َف َحان م َن ْاْلُ ْامن َين ْاق َح َح ُلىا َف َإ‬
.‫ص ِل ُحىا َب ْي َن ُه َما‬
9. ِِ ِ ِ ِ ِ
Jelaskan kandungan ayat di atas!
10. Jelaskan hal-hal yang dapat mempererat persatuan dan kerukunan dalam kehidupan
sehari-hari!

BAB 10
Akhlak Tercela
Israf, Tabzir, Gibah, dan Fitnah

A. Israf
Israf merupakan perilaku tercela. Secara bahasa, kata israf berarti berlebih-lebihan.
Dalam Islam israf ditujukan untuk semua tindakan manusia yang melebihi kadar yang
dibutuhkan. Israf termasuk perbuatan
yang dipandang tidak baik, bahkan dalam beberapa hal dilarang oleh agama. Israf
atau berlebih-lebihan dilarang oleh agama.
Israf dalam memenuhi hajat dan keinginan nafsu terhadap segala sesuatu yang halal
secara hukum syari’at tidak haram, tetapi secara moral
sikap ini cenderung merusak tatanan akhlak dan etika hidup. Selain tidak pernah
menemukan kepuasan, sikap ini lambat laun akan membawa seseorang pada tindak
penyalahgunaan hak orang lain. Perilaku berlebihan ini dapat terjadi dalam berbagai hal,
seperti makan, minum, penggunaan harta atau materi, ucapan maupun tindakan
merupakan perbuatan israf atau mubazir.
Contoh Israf yang tampak nyata dalam kehidupan sehari-hari adalah budaya
konsumerisme atau pemakaian barang-barang hasil industri yang melanda masyarakat
Indonesia dewasa ini. Orang membeli suatu barang hanya untuk bergaya, bermegah-megah
dan untuk dipamerkan kepada orang lain. Padahal harta benda yang dibelanjakan seperti itu
tidak akan membawa berkah bahkan akan mendatangkan bahaya dan malapetaka.
Allah telah memberikan pelajaran kepada manusia akibat dari sikap hidup yang
bermegah-megah dengan harta benda. Contoh itu terdapat dalam kisah Qarun yang hidup
pada zaman Nabi Musa . Kisah tersebut Allah ceritakan kembali dalam QS. Al-Qashash ayat
79 :
َ َ َ َ َٰ ْ ُّ َ َٰ َ َ ْ ‫َ َ َّ َ ُ ُ َن‬ َ َ َ َ َ
‫ٱلد َيا ًَل ْيد لنا‬ ‫فخ َس َج َعل َٰى ق ْى ِم ِهۦ ِفى ِشٍن ِح ِهۦ ۖ قاى ٱل ِرًن ً ِسٍدو ٱلحيىة‬
ّ ُ َ َّ ُ ََٰ ُ ٓ ْ
‫ِمث َل َما ؤو ِج َ ق ُسون ِب ُه لرو َح ٍ َع ِظ ٍي‬
Artinya: “Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-
orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti
apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai
keberuntungan yang besar". (QS. Al-Qashash:79)

B. Tabzir
Tabzir merupakan salah satu sifat tercela. Tabzir disebut juga boros, yaitu
mempergunakan sesuatu secara berlebih-lebihan dan tidak bermanfaat. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, boros diartikan sebagai berlebih-lebihan dalam pemakaian uang,
barang, dan lain sebagainya. Orang yang memiliki sifat tabzir disebut mubazir. Perilaku
tabzir berkaitan dengan perilaku israf. Bisa jadi karena memiliki perilaku yang
berlebihlebihan, tanpa disadari seseorang juga memiliki sifat tabzir. Misalnya, seseorang
yang berlebih-lebihan dalam hal makanan berarti telah berlaku boros dalam menggunakan

55
hartanya. Seseorang yang berlebih-lebihan dalam berbusana berarti telah berlaku boros
terhadap uang.

َّ ‫آت َذا ْال ُق ْسَب َٰ َح َّق ُه َو ْ ِاْل ْظن َين َو ْاب َن‬
Allah melarang hamba-Nya berperilaku boros. Allah telah berfirman:
َ ّ ُ َ
‫الظ ِب ِيل َوَل ث َب ِر ْز ث ْب ِر ًًسا‬ ِ ِ ‫و‬
َ
Artinya: Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros. (QS. Al-Isra’/17:26)
Berdasarkan ayat di atas, Allah melarang orang Islam bersikap boros dalam
penggunaan nikmat Allah, berfoya-foya dan mengeluarkan harta benda kepada sesuatu yang
tidak bermanfaat bahkan kepada yang dapat merusak diri dan orang lain bahkan
membelanjakan kepada yang diharamkan. Pada akhir ayat dilanjutkan bahwa perbuatan itu
termasuk perbuatan syaithan, maka jauhi kalau tidak mau termasuk saudara-saudara
syaithan.
Adapun kiat-kiat untuk menjauhi perilaku yang berlebihan atau boros diantaranya
sebagai berikut :
1. Apabila ada kelebihan uang terlebih dahulu ditabungkan sisanya baru untuk keperluan
sehari-hari.
2. Apabila mau belanja lebih baik dicatat terlebih dahulu dan apa yang dicatat itulah yang
dibeli.
3. Fikirkan terlebih dahulu kegunaan dan manfaat benda yang dibeli apakah betul-betul
diperlukan dan tahu cara penggunaannya.
4. Benda yang sudah dibeli apabila sudah siap digunakan, bersihkan dan simpan dengan
baik dan apabila diperlukan dapat dipergunakan lagi.
5. Ingatlah selalu bahwa perbuatan boros dan mubazir itu merupakan perbuatan yang
diharamkan di dalam agama Islam.
6. Ingat juga bahwa perbuatan boros dan mubazir itu suatu dosa dan termasuk saudara
syaithan.
7. Kalau memang ingin berbelanja juga dan penggunaannya sebentar saja, baiknya
diinfakan atau diwakafkan kepada orang yang memerlukan benda itu.

C. Gibah
Ghibah berarti mengunjing, maksudnya membuka aib/cela/cacat/keburukan orang lain agar
orang tersebut terhina dan terkucil serta teraniaya dari lingkungan sekitarnya. Hal ini
disebut juga dengan gosip, yaitu menceritakan sesuatu yang belum tentu benar sehingga
menimbulkan kemarahan dan sakit hati dari orang yang digosipkan. Perbuatan ini sangat
dilarang dalam Islam, karena bisa mengakibatkan sakit hati dan dendam bahkan akan timbul

َ َ ٌ ْ ّ َّ َ ْ َ َّ ّ َّ َ ً َ ُ َ ْ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
tindakan kejahatan dan kezaliman, dan ini suatu dosa. Allah SWT. berfirman:
‫ًا ؤيها ال ِرًن آمنىا احح ِنبىا ل ِثيرا ِمن الظ ِن ِبن بعض الظ ِن ِبر ۖ وَل‬
ً َ َ ُْ َْ ُ َ َ ً ْ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ُ َّ َ َ
‫ضا ۚ ؤ ًُ ِح ُّ ؤ َح ُدل ْ ؤن ًَإم َل ل ْح َ ؤ ِخ ِيه َم ْيحا‬ ‫ث ظظىا وَل ٌغح بعضن بع‬
َّ َّ َ َّ
ٌ ‫الل َه َث َّى‬ ُ َّ ُ ُ ُ ْ َ َ
ٌ ‫اب َز ِحي‬ ‫ىه ۚ َواثقىا الله ۚ ِبن‬‫فن ِسهحم‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),
karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi
Maha Penyayang. (QS. Al-Hujarat/49:12)

56
Sebenarnya orang yang telah terlanjur mengerjakan suatu kesalahan itu masih ada waktu
untuk memperbaiki dirinya, yaitu dengan jalan taubatkepada Allah, mohon ampun dan
mohon bimbingan kepada Allah agar tidak mengerjakan kesalahan lagi. Maka sangat tercela
kalau ada orang yang mencari kesalahan orang lain dan menyebar luaskan rahasia orang
sehingga orang yang bersangkutan merasa tidak enah hati bahkan bisa sakit hati dan bisa
terjadi permusuhan, dendam dan penganiayaan serta pertumpahan darah.
Kita umat Islam dilarang mematai-matai orang atau menyelidiki kesalahan orang, tetapi
kiga ada kita menemui orang yang sedang mengejakan kesalahan hendaknya kita segera
mengingatkannya agar perbuatan itu tidak diteruskan dan segera dihentikan. Jangan sampai
terbalik, ada orang berbuat kesalahan kita tidak ingatkan justru kita sebar luaskan agar
didengar orang banyak. Na’uudzubillaahi mizaliq.

D. Fitnah
Fitnah adalah menuduh seseorang melakukan perbuatan dosa dan keburukan yang
tidak ia lakukan dengan tujuan untuk mencelakan atau menjatuhkan kehormatan
seseorang.
Menyebar luaskan kejelekan orang denga tujuan agar orang itu dibenci dan dihina di
tengah masyarakat adalah termasuk dosa besar dan perbuatan itu termasuk menfitnah atau
mengadu domba antar sesama manusia. Perbuatan menfitnah ini sangat tercela dan
terkutuk dalam pendangan agama Islam. Sebab sifat seorang Muslim itu punya akhlaq
mulia, memiliki kepribadian yang luhur, baik tutur katanya, baik tingkah lakunya, baik antara
sesama Muslim atau terhadap orang yang bukan Muslim. Allah berfirman dalam QS Al-

َ َ َُْ ْ ُ ُ َ ْ َ ُ ْ َ ْ ْ ُ ُ ْ ََ ْ ُ ُ ُ ْ َ ُ ْ َ ْ ُ ُُ ْ َ
Baqarah : 191 :
‫ۚ َوال ِفحنة ؤػ ُّد‬ ْ ‫ىل‬ ‫واقحلىه حيث ر ِقفحمىه وؤخ ِسحىه ِمن حيث ؤخسح‬
ْ َ ُ ُ َ ُ َٰ َّ َ َ َ ْ َْ ْ ُ ُ َ ُ ََ ْ َ ْ َ
‫ِف ِيه ۖ ف ِةن‬ ْ ‫ىل‬ ‫ىه ْ ِعن َد اْل ْل ِج ِد الحس ِام حتى ًقا ِثل‬ ‫ِمن القح ِل ۚ وَل ثقا ِثل‬
َٰ ُ ‫ىل ْ َف ْاق ُح ُل‬
َ ‫ىه ْ ۗ َل َرل َو َح َص ُاء ْال َهافس‬ ُ َُ َ
‫ٍن‬ ِِ ِ ‫قاثل‬
Artinya: Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari
tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari
pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika
mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka
bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir. (QS. Al-Baqarah/2:191)

Soal Latihan!
1. Mengapa Allah Swt. tidak menyukai perbuatan israf?
2. Apakah pesan yang diberikan Allah Swt. kepada kita dalam Surah al-A’ra-f [7] ayat 31?
3. Bagaimana penafsiran mufasir berkaitan dengan tabzir? Jelaskan!
4. Mengapa Allah Swt. menyebut para mubazir sebagai saudara setan?
5. Sikap tabzir dapat terjadi di mana pun. Jelaskan satu contoh sikap tabzir di sekolah!
6. Tayangan infotainment sering disebut sebagai tayangan gibah berjamaah. Setujukah Anda
dengan pernyataan itu? Sebutkan alasannya!
7. Jelaskan kandungan Surah Al-Hujurat [49] ayat 12!
8. Jelaskan yang dimaksud dengan gibah!
9. Mengapa Allah SWT. memandang fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan?
10. Dalam keseharian kita melihat gosip, isu, desas-desus yang berubah menjadi fitnah.
Bagaimanakah kita menyikapi hal ini?

57
BAB 11
Hukum Islam Tentang Mawaris

A. Ketentuan Hukum Waris Islam


1. Pengertian Ahli Waris
Ahli waris adalah orang-orang yang berhak menerima harta waris dari seorang yang
meninggal dunia. Orang-orang yang mendapat bagian harta warisan dari orang yang
meninggal dunia ada 25 orang, 15 orang dari pihak laki-laki dan 10 orang dari pihak
perempuan.
1. Ahli waris Dari Pihak Laki-Laki
1. Anak laki-laki.
2. Cucu laki-laki ( anak laki-laki dari anak laki-laki dan seterusnya ).
3. Bapaknya.
4. Kakeknya ( bapaknya bapak dan seterusnya ).
5. Saudara laki-laki sekandung.
6. Saudara laki-laki sebapak.
7. Saudara laki-laki seibu.
8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang sekandung.
9. Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang seayah.
10. Saudara laki-laki bapak yang sekandung.
11. Anak laki-laki dari saudara laki-laki bapak yang sekandung.
12. Anak laki-laki dari saudara laki-laki bapak seayah.
13. Suaminya
14. Laki-laki yang memerdekakan mayat tersebut.
Jika semua ahli waris tersebut ada, yang berhak menerima warisan hanya tiga,
yaitu:
a. Bapak.
b. Anak laki-laki.
c. Suaminya.
2. Ahli Waris Dari Pihak Perempuan.
a. Anak perempuan.
b. Anak perempuan dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah.
c. Ibunya bapak.
d. Ibunya ibu dan seterusnya ke atas.
e. Ibunya.
f. Saudara perempuan sekandung.
g. Saudara perempuan sebapak.
h. Saudara perempuan seibu.
i. Istrinya.
j. Wanita yang memerdekakan mayat tersebut.
Jika semua ahli waris perempuan ada, yang berhak menerima warisan hanya lima,
yaitu:
a. Istri.
b. Anak perempuan.
c. Cucu perempua (anak perempuan dari anak laki-laki).
d. Saudara perempuan sekandung.
Selanjutnya, jika ahli waris laki-laki dan ahli waris perempuan semuanya ada, yang
berhak mewarisi harta hanya lima orang saja, yaitu:
a. Suami atau istri.
b. Ibu.
c. Bapak

58
d. Anak laki-laki
e. Anak perempuan.
Ahli waris laki-laki ada 14, nomor 1 sampai dengan 13 adalah karena pertalian
darah. Sedangkan nomor 14 karena pertalian nikah. Ahli waris perempuan ada
10, nomor 1 sampai dengan 8 karena pertalian darah, dan nomor 9 karena
pertalian nikah.
Perlu diperhatikan, dalam warisan ada hal-hal yang menyebabkan hak waris dan
ada yang menggugurkan hak waris.

3. Yang Menyebabkan Hak Waris


a. Adanya hubungan keturunan (nasab).
Contoh : Jika seorang ayah meninggal, anaknya mendapat warisan dari
ayahnya.
b. Adanya hubungan perkawinan.
Contoh: Seorang suami meninggal maka istrinya mendapat warisan dari
suaminya.
c. Adanya hubungan Islam
Jika ahli waris dari yang meninggal tidak ada, harta waris diserahkan ke
baitulmal untuk kepentingan perjuangan Islam.
d. Adanya hubungan memerdekakan hamba sahaya.

4. Yang Mengugurkan Hak Waris


b. Perbedaan agama
Nabi Muhammad saw. Bersabda yang artinya "Tidak mewarisi orang Islam
atas orang kafir dan tidak mewarisi orang kafir atas orang Islam." (HR.
Jamaah)
c. Murtad
Membunuh Nabi Muhammad saw. bersabda:
"Yang membunuh tidak menerima waris dari yang dibunuhnya." (HR. Nasa'i)
d. Perbudakan
Seorang budak tidak menerima waris dari keluarganya yang meninggal dunia
selama ia belum dimerdekakan.

2. Pengertian Hukum Waris Islam


Dalam Islam, hukum waris Islam dikenal dengan dua istilah yang berbeda, yaitu
mawaris dan faraid. Kata mawaris berasal dari bahasa Arab warisa-yarisu-irsan-
mirasan yang berarti hal warisan. Secara istilah, mawaris adalah hal berpindahnya hak
dan kewajiban terkait kekayaan orang yang telah meninggal kepada orang yang masih
hidup. Adapun kata faraid secara bahasa berarti kadar bagian atau hal pembagian.
Secara istilah, Hasbi Ash-Shiddieqi memberikan pengertian faraid sebagai ilmu yang
mempelajari ahli waris yang mendapatkan bagian warisan dan ahli waris yang tidak
mendapatkannya, kadar ukuran yang diterima tiap-tiap ahli waris, dan cara
pembagiannya.
Mempelajari mawaris atau faraid merupakan fardu kifayah bagi kaum muslimin.
Artinya, dalam suatu masyarakat muslim harus ada sebagian orang yang mempelajari
ilmu mawaris untuk selanjutnya menjadi rujukan penerapan ilmu mawaris tersebut di
kalangan umat Islam setempat. Apabila tidak ada satu pun orang yang mempelajari
ilmu mawaris hingga ilmu ini tidak ditegakkan, seluruh kaum muslimin di tempat
tersebut berdosa. Status mempelajari ilmu mawaris berbeda dengan menerapkan
hukum waris Islam. Jika mempelajari ilmu mawaris cukup sebagian orang saja,
menerapkan ilmu mawaris merupakan kewajiban bagi seluruh umat Islam atau fardu

59
ain. Dengan demikian, menggunakan hukum waris Islam yang telah diturunkan Allah
Swt. merupakan kewajiban yang mengikat setiap orang Islam. Hal ini terlihat dari nas
Al-Qur’an dan hadis yang menegaskan perintah menggunakan ilmu mawaris ini.

ْ َ َ َّ َ ‫َ ُ ّ َ َ ْ َ َ َ َ َّ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ُ َن‬
Perhatikan firman Allah SWT. dan sabda Rasulullah saw. di bawah ini.
‫ًن َعق َدت‬ ‫و ِله ٍل حعلنا مى ِالي ِمما ثسك الى ِالد ِان وْلاقسبى ۚ وال ِر‬
َ َ َ َّ َّ ْ ُ َ َ ْ ُ ُ َ ْ ُ ُ َ ْ َ
ً‫ان َع َل َٰى ُم ّل َش ْيء َػهيدا‬
ِ ٍ ِ ‫ؤًما ن فأثىه ِصيبه ۚ ِبن الله م‬
Artinya; Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu bapak dan
karib kerabat, Kami jadikan pewaris-pewarisnya. Dan (jika ada) orang-orang yang kamu
telah bersumpah setia dengan mereka, maka berilah kepada mereka bahagiannya.
Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu. (QS. An-Nisa/4:33)

B. Ketentuan Hukum Islam Tentang Ahli Waris


Mawaris adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari cara-cara pembagian
harta waris. Mawaris disebut juga faraid karena mempelajari bagian-bagian penerimaan
yang sudah ditentukan sehingga ahli waris tidak boleh mengambil harta waris melebihi
ketentuan. Adapun hukum mempelajarinya adalah fardu kifayah. Setiap muslim atau
muslimah diperintahkan oleh agama untuk mempelajari ilmu faraid dan mengajarkannya
kepada orang lain. Rasulullah. bersabda sebagai berikut yang artinya "Pelajarilah ilmu faraid
dan ajarkanlah dia kepada manusia karena faraid itu separuh ilmu, ia akan dilupakan orang
kelak dan ia pulalah yang mula-mula akan dicabut dari umatku." (HR. Ibnu Majah dan
Daruqutni)
Ilmu faraid, sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan Islam, bersumber kepada
AlQur’an dan hadis. Tujuan diturunkannya ilmu faraid adalah agar pembagian warisan
dilakukan secara adil, tidak ada ahli waris yang merasa dirugikan sehingga tidak akan terjadi
persclisihan atau perpecahan di antara ahli waris karena pembagian warisan.
1. Sebab-sebab seseorang dapat menerima harta warisan menurut islam adalah sebagai
berikut:
a. Adanya pertalian darah dengan yang meninggal (mayat), baik pertalian ke bawah,
ke atas dan ke bawah, serta ke atas dan ke samping.
b. Adanya hubungan pernikahan, yaitu suami atau istri.
c. Adanya pertalian agama. Contoh, jika seorang hidup sebatang kara lalu meninggal,
harta warisnya masuk baitulmal.
d. Karena memerdekakan budak (wala').
2. Sebab-sebab seseorang tidak mendapatkan harta warisan sebagai berikut :
a. Hamba (budak), sebagaimana firman Allah yang artinya "Allah membuat
perempamaan dengan seorang budak sahaya yang dimiliki yang tidak dapat
bertindak terhadap sesuatu pun." (QS. An-Nahl: 75)
b. Pembunuh, orang yang membunuh tidak dapat mewarisi harta dari yang dibunuh.
c. Sabda Rasulullah :
d. "Yang membunuh tidak dapat mewarisi sesuatu dari yang dibunuhnya." (HR.
Nasa'i)
e. Murtad dan kafir (orang yang keluar dari Islam), yaitu antara pewaris atau yang
mati, murtad salah satunya.
3. Rukun waris
adalah sesuatu yang harus ada dalam pewarisan. Jika salah satu tidak ada, tidak
terjadi pewarisan.
Rukun warisan ada tiga, yaitu sebagai berikut :
a. Adanya yang meninggal dunia, baik secara hakiki atau hukmi.
b. Adanya harta waris.

60
c. Adanya ahli waris, maksudnya ketika yang mewariskan meninggal dunia pada saat
itu ahli waris hidup, baik hakiki maupun hukmi.
Pemindahan hak dengan jalan waris-mewarisi bisa terjadi atau berlangsung jika
memenuhi syarat-syarat seperti berikut ini :
a. Matinya mawaris, orang yang akan mewariskan sudah benar-benar mati, baik mati
hakiki, hukmi, maupun takdiri.
b. Hidupnya waris, ahli waris masih benar-benar hidup pada saat mawaris meninggal.
c. Tidak ada penghalang untuk menerima harta waris. Apabila ada dari empat
penghalang sebagaimana disebutkan di atas, waris-mewarisi tidak akan terjadi.

C. Dalil Naqli dan Aqli Tentang Ahli Waris


Ketentuan mawaris yang diundangkan oleh Islam antara lain ditandai oleh dua
macam perbaikan, yaitu mengikutsertakan kaum wanita sebagai ahli waris seperti kaum
pria, dan membagi hara warisan kepada segenap ahli waris secara demokratis. Firman
Allah dalam Q.S. An- Nissa ayat 7.
َ َ ّ َ ْ َْ ْ َ َ
‫ِل ِّلس َح ِاى ِصي ٌ ِم َّما ث َس َك ال َى ِال َد ِان َوْلاق َسُبىن َو ِل ِلن َظ ِاء ِصي ٌ ِم َّما ث َس َك‬
َْ َ َ َ ْ
ً ‫ْلا ْق َسُبى َن م َّما َق َّل م ْن ُه َؤ ْو َل ُث َر ۚ َ ص ًيبا َم ْف ُس‬
‫وضا‬ ِ ِ ِ ‫الى ِالد ِان و‬
Artinya: “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan
kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa
dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.”(QS. An-
Nisa/4:7)
Menurut ketentuan ayat tersebut, kaum wanita seperti halnya pria, mendapatkan
harta warisan yang ditinggalkan ibu bapaknya, harta warisan tersebut disesuaikan
berdasarkan ketentuan Allah, sebagaimana akan dijelaskan dalam uraian selanjutnya.Firman
Allah SWT.
َ َ ُ َ َ ُْ ّ ْ َ َّ ُ َ َ َّ ُ
‫ىصين ُ الل ُه ِفي ؤ ْوَل ِدل ْ ۖ ِللرل ِس ِمث ُل َح ِ ْلا ْ ث َي ْي ِن ۚ ف ِة ْن ل َّن ِن َظ ًاء ف ْىق‬ ِ ً
ُ
ُ َ ُ ْ ّ َ َ َ ً َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ُ ُ َّ ُ َ َ ْ َ َ ْ
‫صي ۚ َو ِِل َب َى ٍْ ِه ِله ِ ّل‬ ‫الن‬
ِ ‫احدة فلها‬ ِ ‫ارنحي ِن فلهن رلثا ما ثسك ۖ و ِبن ما د و‬
َُ َ َ ٌ َ َ ُ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َ ٌ َ َ ُ َ َ َ ْ َ َ َ َّ ُ ُ ُّ َ ُ ْ َ
‫اح ٍد ِمنهما الظدض ِمما ثسك ِبن مان له ولد ۚ ف ِةن ل ًنن له ولد وو ِزره‬ ِ ‫و‬
َ َ ْ َ ُ ُ ُّ ّ ُ َ ُ َ َ َ
ُّ ‫ان َل ُه ب ْخ َى ٌة َف ُِل ّمه‬
ُ ‫الظ ُد‬
‫ض ۚ ِم ْن َب ْع ِد َو ِص َّي ٍة‬ ِِ ِ ِ َ ‫ؤبىاه ف ِِل ِم ِ َه الثلث ۚ ف ِةن م‬
َ َ
ً َ َ ً ْ َ ْ ُ َ ُ َ ْ ْ ُ ُّ َ ُ ْ َ َ ْ ُ ُ َ ْ َ ْ ُ ُ َ ْ َ ْ َ ُ
‫ٍضة‬ ‫ىص ي ِبها ؤو دً ٍن ۗ آبائل وؤبنائل َل ثدزون ؤيه ؤقسب لن فعا ۚ ف ِس‬ ِ ً
َ َ َ َّ َّ َّ َ
ً ‫ان َع ِل‬
ً ‫يما َح ِن‬
‫يما‬ ‫ِمن الل ِه ۗ ِبن الله م‬
Artinya: “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.
Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan
jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta
yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta.
Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak
mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga;
jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam.
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan)
sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah
ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”(QS. An-
Nisa’/4: 11)

61
Ayat tersebut memberi ketentuan jumlah yang harus diterima oleh masirig-masing ahli
waris, yaitu sebagai berikut:
a. Bagian untuk seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang perempuan.
b. Jika anak yang ditinggalkan itu semuanya perempuan dan lebih dua orang, bagi mereka
mendapat dua pertiga dari harta yang ditinggalkan itu.
c. Jika anak yang ditinggalkannya itu hanya satu orang anak perempuan, dan tidak ada orang
lain, perempuan itu mendapat separuh harta.
d. Untuk dua orang ibu bapak, masing-masing mendapat seperenam dari harta yang
ditinggalkan dengan syarat yang meninggal itu mempunyai anak.
e. Jika yang meninggal itu tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu bapaknya saja,
ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, ibunya
mendapat seperenam.
Selain itu, ayat tersebut juga menjelaskan bahwa pembagian harta warisan dengan
ketentuan tersebut baru dilakukan apabila wasiat yang meninggal itu sudah dilaksanakan dan
telah dilunasi utang-utangnya. Jika setelah dilunasi utangnya, harta tersebut habis, masing-
masing ahli waris tidak-mendapatkan bagian apa-apa.
Ayat itu juga mengingatkan hendaknya jangan coba-coba melaksanakan pembagian harta
warisan berdasarkan pertimbangan manfaat, atau peranan yang dimainkan oleh masing-
masing ahli waris berdasarkan pertimbangan manusia, tetapi hendaknya berdasarkan

َ َ ْ َ ٌ َ َ َّ ُ َ ْ ُ َ ْ َ ْ ْ ُ ُ ‫َ َ ُ ْ ْ ُ َ َ َ َ َ ْ َو‬
ketetapan Allah. Selanjutnya firman Allah dalam Q.S. An-Nissa ayat 12
ُ ‫ان َل ُه َّن َو َل ٌد َف َل ُن‬ ‫ولن ِ صي ما ثسك ؤش احن ِبن ل ًنن لهن ولد ۚ ف ِةن م‬
ْ ُْ َ
‫السُب ُع ِم َّما ث َسلح ْ ِبن‬ ُّ ‫ىص َين ب َها َؤ ْو َد ًْن ۚ َو َل ُه َّن‬
ِ ًُ ‫السُب ُع م َّما َث َس ْل َن ۚ م ْن َب ْعد َوص َّية‬
ٍ ِ ِ ِ ِ ُّ
ٍ ِ
ُْ َ ُّ ََ َ ُ َ َ َ ْ َ َ ُ َ ُ َ
‫ل ْ ًَن ْن لن ْ َول ٌد ۚ ف ِةن مان لن ْ َول ٌد فل ُه َّن الث ُم ُن ِم َّما ث َسلح ْ ۚ ِم ْن َب ْع ِد َو ِص َّي ٍة‬
ُ َ ْ ُ َ ٌ َ َ ٌَ َ ً َ ََ ُ َ ُ ٌ ُ َ َ َ ْ َ َْ َْ َ َ ُ ُ
‫ىزذ لَللة ؤ ِو ْام َسؤة َول ُه ؤخ ؤ ْو ؤخ ٌد ف ِله ِ ّل‬ ً ‫ثىصىن ِبها ؤو دً ٍن ۗ و ِبن مان زحل‬
ُ ُّ َ ُ َ َٰ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ ُ ُ ُّ َ ُ ْ
‫ض ۚ ف ِةن ما ىا ؤلث َر ِم ْن ذ ِل َو ف ُه ْ ػ َسم ُاء ِفي الثل ِث ۚ ِم ْن َب ْع ِد‬ ‫اح ٍد ِمنهما الظد‬ ِ ‫و‬
َ
ٌ ‫الل ُه َع ِلي ٌ َح ِلي‬َّ َ َّ َ ً َّ َ ّ َ ُ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َٰ َ ُ َّ َ
‫و ِصي ٍة ًىص ى ِبها ؤو دً ٍن غير مض ٍاز ۚ و ِصية ِمن الل ِه ۗ و‬
Artinya: “Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-
isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka
kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang
mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta
yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka
para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi
wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati,
baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan
anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara
perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam
harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam
yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar
hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang
demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Penyantun.”(QS.An-Nisa’/4:12)

Ayat ini membicarakan tentang ketentuan bagian harta yang harus diberikan kepada
ahli waris. Dalam hal ini bagian harta para suami yang ditinggalkan istri-istrinya, bagian harta
untuk para istri yang ditinggalkan suaminya, bagi seorang yang meninggal, baik laki-laki
maupun perempuan, dan yang tidak meninggalkan ayah dan anak, tetapi memiliki saudara

62
lakilaki atau perempuan yang seibu saja. Semua ketentuan ini dilakukan setelah dilaksanakan
wasiat atau utang-utang orang yang meninggal.

D. Ketentuan Tentang Harta Benda Sebelum Pembagian Warisan


Sebelum harta warisan dibagikan kepada ahli waris yang berhak menerimanya,
hendaknya dikeluarkan untuk keperluan berikut.
1. Biaya pengurusan jenazah, biaya pengurusan jenazah, seperti membeli kain kafan,
menyewa ambulans, dan biaya pemakaman. Bahkan, bisa digunakan untuk biaya
perawatan waktu sakit.
2. Utang. Jika orang yang meninggal memiliki utang, hendaknya utangnya dilunasi
dengan harta peninggalannya.
3. Zakat. Jika harta warisan belum dizakati, padahal sudah memenuhi syaratsyarat
wajibnya, hendaknya harta itu dizakati dahulu scbelum dibagibagikan kepada ahli
waris yang berhak menerimanya.
4. .Wasiat. Wasiat adalah pesan si pewaris sebelum meninggal dunia agar sebagian
harta peninggalannya, kelak setelah ia meninggal dunia, discrahkan kepada
seseorang atau suatu lembaga (dakwah atau sosial) Islam. Wasiat seperti tersebut
harus dipenuhi dengan syarat jumlah harta peninggalan yang diwasiatkannya tidak
lebih dari sepertiga harta peninggalannya. Kecuali, kalau disetujui oleh seluruh Ahli
waris. Rasulullah bersabda yang artinya: "Berwasiat sepertiga harta itu sudah
banyak, sesungguhnya jika ahli waris itu kamu tinggalkan dalam keadaan mampu,
itu lebih baik, daripada meninggalkan mereka dalam keadaan papa, menadahkan
tangan kepada manusia untuk meminta-minta." (HR. Bukhari-Muslim).
Selain itu, tidak dibenarkan berwasiat kepada ahli waris, seperti anak
kandung dan kedua orang tua karena ahli waris tersebut sudah tentu akan mendapat
bagian warisan yang telah ditetapkan syarak. Berwasiat kepada ahli waris bisa
dilakukan apabila disetujui oleh ahli waris yang lain. Rasulullah saw. Bersabda yang
artinya "Tidak boleh berwasiat bagi ahli waris, kecuali bila ahli waris yang lain
menyetujuinya." (HR. Daruqutni).
Apabila harta warisan sudah dikeluarkan untuk empat macam keperluan di
atas, barulah harta warisan itu dibagikan kepada ahli waris yang berhak
menerimanya.
Contoh: Seseorang meninggal dunia, setelah dihitung harta peninggalan
berjumlah 100 juta rupiah. Sedangkan hak-hak mayat yang harus dipenuhi lebih
dahulu adalah:
a. Biaya perawatan mayat Rp.1.000.000,00
b. Utang piutang mayat Rp.2.000.000,00
c. Zakat mal dan fitrah Rp.1.000.000,00
d. Wasiat Rp.3.000.000,00
Jadi, hak mayat Hak mayat = Rp7.000.000,00
Hak ahli waris = Rp100.000.000 - 7.000.000,00 = Rp93.000.000,00
Harta sejumlah 93 juta adalah yang siap untuk dibagikan kepada ahli waris.
Sesungguhnya Allah telah mewajibkan warisan pada harta, bukan yang
ditinggalkan oleh seseorang sesudah mati. Adapun hak-haknya tidak diwariskan
kecuali yang menyangkut harta atau dalam pengertian harta. Misalnya, hak pakai,
hak penghormatan, dan hak tinggal rumah. Pandangan ulama mengenai harta
peninggalan atau waris meliputi semua harta dan hak yang ditinggalkan oleh orang
yang meninggal, baik harta benda maupun hak bukan harta benda.
Pada saat Q.S An-Nissa ayat 7 turun karena ada sebab-sebab tertentu, yaitu ada
salah satu sahabat nabi Muhammad yang meninggalkan dunia dan meninggalkan
seorang istri dan tiga orang anak perempuan. Kemudian Allah menerangkan, anak
yatim mendapat peninggalan harta dari kedua orang tuanya atau kerabatnya yang

63
lain mereka sama mempunyai hak dan bagian. Masing-masing mereka akan
mendapat bagian yang telah ditentukan oleh Allah . Tidak seorang pun dapat
mengambil atau mengurangi hak mereka.

E. Prinsip-Prinsip Hukum Islam Tentang Perhitungan Dalam Pembagian Warisan.


Cara membagi harta warisan, di mana ahli waris terdiri dari anak laki-laki dan anak
perempuan, berdasarkan firman Allah yang artinya "Allah mensyariatkan bagimu tentang (
pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu bagian seorang anak laki-laki sama dengan
bagian dua orang anak perempuan." (.An-Nisaa': 11).
Contoh untuk menghitung pembagian harta waris menurut firman Allah di atas
sebagai berikut :
Seseorang meninggal dunia dengan jumlah seluruh harta peninggalannya Rp27.000.000,00.
Sebelum dibagikan untuk diwariskan, maka diperlukan penyusutan terlebih dahulu, seperti
berikut:
a. Biaya perawatan ketika sakit Rp. 750.000,00
b. Biaya perawatan jenazah Rp. 150.000,00
c. Utang yang belum dibayar -
d. Zakat yang belum dikeluarkan Rp. 100.000,00
e. Wasiat untuk madrasah ibtidaiyah Rp. 2.000.000,00
Jumlahnya Rp. 3.000.000,00
Ahli warisnya ada 4 anak, yaitu 2 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Dengan ketentuan
bagian anak laki-laki 2 kali daripada anak perempuan. Jadi, 2 anak laki-laki sebesar 4 bagian,
sedangkan 2 anak perempuan sebanyak 2 bagian. Dijumlah sebanyak 6 bagian. Sebelum
harta warisan dibagikan hendaknya dikurangi biaya perawatan, utang, zakat, dan wasiat.
Harta warisan yang dibagikan adalah :
Diketahui:
a. Harta yang ditinggalkan Rp. 27.000.000,00
b. Biaya yang harus dikeluarkan Rp. 3.000.000,00
Jumlahnya Rp. 24.000.000,00

Ahli Waris Dengan Bagian Tertentu


Ahli waris dengan bagian tertentu adalah ahli waris yang mendapat harta pusaka
dengan bagian tertentu. Seperti diterangkan dalam AlQur’an ada enam, yaitu 1/2
(seperdua), 1/4 (seperempat), 1/8 (seperdelapan), 2/3 (dua pertiga), 1/3 (sepertiga), dan
1/6 (seperenam).
1. Ahli Waris yang Memperoleh ½ ( seperdua), yaitu sebagai berikut:
a. Anak perempuan apabila ia sendirian tidak bersama-sama saudaranya.
b. Saudara perempuan yang seibu sebapak jika sendirian.
c. Anak perempuan dari anak laki-laki jika tidak ada anak perempuan yang lain.
d. Suami jika tidak mempunyai anak atau tidak ada anak dari anak laki-laki (cucu),
baik laki-laki maupun perempuan.
2. Ahli Waris yang Memperoleh ¼ (seperempat), yaitu sebagai berikut:
a. Suami jika tidak mempunyai anak atau tidak ada anak dari anak laki-laki (cucu),
baik laki-laki maupun perempuan.
b. Istri, baik seorang atau lebih jika suami tidak meninggalkan anak, baik laki-laki
atau perempuan dan tidak ada pula anak dari anak laki-laki (cucu), baik laki-laki
maupun perempuan. Jika istri lebih dari satu, cara pembagiannya seperempat
dibagi sejumlah istri.
3. Ahli Waris yang Memperoleh 1/8 ( seperdelapan), Yaitu,
Istri baik seorang atau lebih jika suami tidak meninggalkan anak, baik laki-laki atau
perempuan dan tidak ada pula anak dari anak laki-laki (cucu), baik laki-laki maupun

64
perempuan. Jika istri lebih dari satu, cara pembagiannya seperempat dibagi sejumlah
istri.
4. Ahli Waris yang Memperoleh 2/3 (dua pertiga), yaitu sebagai berikut:
a. Dua anak perempuan atau lebih, dengan syarat apabila tidak ada anak laki-laki.
Jika ada anak laki-laki, anak perempuan menjadi ahli waris asabah.
b. Dua anak perempuan atau lebih dari anak laki-laki (cucu) jika tidak ada anak
perempuan.
c. Saudara perempuan seibu sebapak lebih dari satu.
d. Saudara perempuan sebapak, dua orang atau lebih jika tidak ada saudara
perempuan yang seibu sebapak.
5. Ahli Waris yang Memperoleh 1/3 (sepertiga), yaitu sebagi berikut:
a. Ibu apabila yang meninggal tidak meninggalkan anak atau cucu (dari anak laki-
laki), tidak pula meninggalkan dua orang saudara (laki-laki maupun
perempuan), baik saudara seibu sebapak atau saudara sebapak saja.
b. Dua orang saudara atau lebih, dari saudara yang seibu, baik lelaki maupun
wanita.
6. Ahli Waris yang Memperoleh 1/6 (seperenam), yaitu sebagai berikut:
a. Ibu apabila yang meninggal itu mempunyai anak, cucu (dari anak laki-laki), dan
saudara atau lebih baik saudara laki-laki atau perempuan, seibu sebapak atau
sebapak saja.
b. Bapak jika yang meninggal itu meninggalkan anak atau cucu (dari anak laki-laki).
c. Nenek jika ibu dari si mayit tidak ada.
d. Cucu perempuan dari pihak anak laki-laki, baik sendirian atau berbilang jika
bersama satu anak perempuan. Apabila anak percmpuan si mayit lebih dari satu,
cucu perempuan itu tidak mendapat harta pusaka.

F. Hikmah Mawaris
1. Mawaris memperkuat keyakinan bahwa Allah betul-betul Maha Adil, karena adilannya
Allah tidak hanya terdapat pada ciptaan-Nya, tetapi juga pada hukum-hukum yang telah
diterapkan-Nya, seperti hukum waris Islam.
2. Hukum waris Islam memberi petunjuk kepada setiap muslim, keluarga muslim, dan
masyarakat Islam, agar selalu giat melakukan usaha-usaha dakwah dan pendidikan Islam,
sehingga tidak ada seorang Islam pun yang murtad.
3. Menghilangkan jurang pemisah antara kelompok kaya dan kelompok miskin serta dapat
mendorong masyarakat untuk maju.
4. Mematuhi hukum waris Islam dengan dilandasi rasa ikhlas karena Allah dan untuk
memperoleh ridha Nya, tentu akan dapat menghilangkan sifat-sifat tercela yang mungkin
timbul kepada para ahli waris.

a. Soal Latihan 1
1. Apakah pengertian ilmu mawaris itu?
2. Kapankah ilmu mawaris dapat diterapkan?
3. Bagaimanakah pesan Rasulullah terkait warisan yang disampaikan oleh Abdullah bin
Abbas?
4. Siapa sajakah ahli waris yang berhak menerima harta warisan jika semua ahli waris
tersedia?
5. Apakah yang harus dilakukan terkait harta warisan setelah muwaris meninggal dunia?

65
b. Soal Latihan 2
A. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!
1. Arti Al-Baqarah adalah ……
2. Kedudukan manusia sebagai khalifah di muka bumi dijelaskan dalam QS. Al-
Baqarah ayat ……
3. Orang yang menyumbang sebagian hartanya untuk kaum dhuafa disebut ….
4. Pemboros adalah saudara setan yang dijelaskan dalam surah……
5. QS. Al-Fatir terdiri atas ………ayat.
6. Tujuan diciptakannya manusia oleh Allah SWT. di dunia ini adalah ……
7. Menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya disebut ……
8. Menurut bahasa, ridha artinya……
9. Berakhirnya kehidupan sebagian makhluk di dunia ini, baik secara individu atau
kelompok disebut ……
10. Firman Allah SWT. yang menjelaskan tentang pernikahan terdapat dalam Surah ……

B. Jawablah petanyaan di bawah ini dengan benar!


1. Sebutkan 3 manfaat pengendalian diri dalam kehidupan sehari-hari!
2. Sebutkan hukum bacaan pada ayat di atas, Q.S. Al-Anfal (8): 72!
َ َ
‫ِم ْن َّوَل ًَ ِ ِه ْ ِم ْن ش ْي ٍء َح ّٰتى‬
3. Apakah yang dimaksud taubat?
4. Apakah yang dimaksud muamalah?
5. Bagaimana syarat taubat yang diterima Allah SWT.?
6. Mengapa perbuatan zina dilarang dalam agama Islam? Jelaskan menurut
pendapat kalian masing-masing!
7. Mengapa kita tidak boleh mengejar urusan dunia dan melupakan akhirat?
Kemukakan pendapat kalian masing-masing!
8. Berikan 3 perbedaan antara Surah Makiyah dan Surah Madaniyah!
9. Mengapa kita harus bekereja keras ? uraikan pendapat kalian masing-masing!

َّ ‫آت َذا ْال ُق ْسَب َٰ َح َّق ُه َو ْ ِاْل ْظن َين َو ْاب َن‬
10. Terjemahkan potongan ayat di bawah ini, QS. Al-Isra’:26
َ ّ ُ َ
‫الظ ِب ِيل َوَل ث َب ِر ْز ث ْب ِر ًًسا‬ ِ ِ ‫و‬
َ
C. Hafalan Surat Pendek
Surat Al-Fathihah s/d Surat Ad-Dhuha

66
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. Shaleh. 1980. Teori-teori Pendidikan Menurut Al-Qur’an. Jakarta: Rineka


Cipta.
Abdullah, Taufik (ed.) 2002. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve.
Ali, K. 2000. Sejarah Islam (Tarikh Pramodern). Jakarta: Srigunting.
Darajat, Zakiyah. 1987. Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan. Jakarta: Bulan Bintang.
Dau, Ma’mun (terj). 1993. Terjemahan Hadits Sahih Bukhori. Jakarta: Wijaya
Departemen Agama. 1993. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Surya Cipta Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Hamid, Syamsul Rizal. 2001. Buku Pintar Agama Islam. Jakarta: Penebar Islam.
Nurlailah, Farhan. 2011. Cahaya Iman Pendidikan Agama Islam Kelas XII. Bandung:
Yrama Widya.
Rasyid, Sulaiman. 1988. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Read more https://almanhaj.or.id/3217-tanda-tanda-kiamat.
Thoyar, Husni. 2011. Pendidikan Agama Islam Kelas XII. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Pembukuan.

PROFIL PENYUSUN

Siti Nur Kholifah, Lahir di Blora pada tanggal 21 Juni


1986. Tamat Madrasah Ibtidaiyah Negri (MIN) pada
tahun 1998, kemudian melanjutkan pendidikan di
Sekolah MTs. Hasanuddin dan lulus pada tahun
2000. Kemudian melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Ma’arif Blora
dan lulus tahun 2003. Kemudian melanjutkan
pendidikan Strata (S1), jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI) pada Fakultas Agama Islam di
Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT),
lulus pada tahun 2010 dan memperoleh gelar S.Pd.I
(Sarjana Pendidikan Islam) dengan jurusan
Pendidikan Agama Islam (PAI).

67

Anda mungkin juga menyukai