Anda di halaman 1dari 24

MENJADI MUSLIM YANG

TAAT, KOMPETITIF, DAN


BERETOS KERJA UNGGUL

Lenovo
SMA NEGERI 8 LUWU UTARA 
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyusun tugas Pendidikan Agama Islam ini dengan baik serta tepat waktu.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Dalam kesempatan kali ini kami mencoba menyusun makalah tentang Membentuk Pribadi Muslim yang
Taat, Kompetitif, dan Beretos Kerja Unggul dengan berlandaskan ayat-ayat Al-Quran dan hadis. Kami
sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Masamba,10
Masamba,10 Januari
Januari 2022
2022
Kelompok Kelompok
1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku taat, kompetisi dalam kebaikan, dan etos kerja adalah contoh perilaku terpuji yang jika
dilakukan dengan sungguh-sungguh akan mengantarkan seorang muslim pada kebahagiaan di dunia dan
di akhirat.
Islam mengajarkan perilaku terpuji dan akhlak mulia kepada umatnya. Perilaku terpuji ini ada yang
berkaitan dengan Allah (hablum minallah), dengan orang lain (hablum minannas), dan dengan diri
sendiri.

Perilaku terpuji yang dikerjakan dengan ikhlas akan menguatkan iman kepada Allah dan membuat
harmonis hubungan sesama muslim. Perilaku mulia di atas merupakan bagian dari akhlak mulia yang
merupakan misi ajaran Islam secara universal, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak,” (H.R. Baihaqi).

Taat sendiri memiliki arti secara bahasa yang artinya tunduk dan patuh sedangkan menurut istilah taat
adalah tunduk dan patuh terhadap perintah Allah Swt, Rasul-Nya, dan ulil amri. Dan Kompetisi dalam
kebaikan artinya adalah berlomba-lomba untuk senantiasa melakukan kebaikan. Etos Kerja menurut
Islam dapat didefenisikan sebagai sikap kepribadian yang lahir dari keyakinan yang sangat mendalam
bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, pengalaman kemanusiaannya, melainkan juga
sebagai suatu manifestasi dari amal saleh.

Dalam ayat-ayat Al Qur’an serta hadis, banyak yang mengandung tentang perilaku taat, kompetisi dalam
kebaikan, dan etos kerja. Contohnya : Kandungan Q.S. an-Nisa/4: 59 adalah perintah untuk menaati
Allah Swt., rasul, dan pemimpin. Apabila terjadi perselisihan, diperintahkan untuk kembali kepada al-
Qur’an dan hadis.

Kandungan Q.S. al-Maidah/5: 48 adalah bahwa Allah Swt. Memerintahkan kepada umat Islam untuk
berlomba-lomba dalam kebaikan. Barangsiapa yang giat pasti dapat. Untuk mendapatkan sesuatu,
diperlukan kerja keras. Kandungan Q.S. at-Taubah/9: 105 adalah bahwa Allah Swt. memerintahkan
kepada umat Islam untuk semangat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja.

Pada makalah yang kami buat ini, akan dijelaskan secara rinci mengenai perilaku taat, kompetisi dalam
kebaikan, serta etos kerja. Serta menelaah ayat-ayat Al Qur’an dan hadist yang berkaitan dengan
perilaku-perilaku tersebut.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu taat, kompetisi dalam kebaikan, dan etos kerja?


2. Apa saja ayat Al Qur’an yang mengandung tentang perilaku taat, kompetisi dalam kebaikan, dan
etos kerja?
3. Bagaimana cara menerapkan perilaku taat, kompetisi dalam kebaikan, dan etos kerja dalam
kehidupan sehari-hari?
4. Apa hikmah dari perilaku taat, kompetisi dalam kebaikan, dan etos kerja?
5. Apa saja contoh dari perilaku taat, kompetisi dalam kebaikan, dan etos kerja?
1.3 Tujuan

Sebagaimana yang telah di uraikan sebelumnya, berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah
diatas maka tujuan penulisan makalah ini yaitu:

1. Membahas dan memahami perilaku taat, kompetisi dalam kebaikan, dan etos kerja
2. Menelaah ayat-ayat Al Qur’an yang mengandung tentang perilaku taat, kompetisi dalam
kebaikan, dan etos kerja?
3. Menerapkan perilaku taat, kompetitif, dan etos kerja dalam kehidupan sehari-hari
4. Untuk mengetahui manfaat dari perilaku taat, kompetisi dalam kebaikan, dan etos kerja
sikap toleransi dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Taat

Taat menurut bahasa Arab merupakan kalimat masdar dari Tha’a, Yathi’u, Tho’atan dengan arti kata
tunduk atau patuh. Sedangkan menurut istilah, taat memiliki arti tunduk (kepada Allah Swt.,
pemerintah, dsb.) tidak berlaku curang, dan atau setia. Aturan adalah tindakan atau perbuatan yang
harus dijalankan. Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah
dibuat baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang lainnya.

Aturan yang paling tinggi adalah aturan yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu terdapat pada al-Qur’an.
Sementara di bawahnya ada aturan yang dibuat oleh Nabi Muhammad saw., yang disebut sunah atau
hadis. Di bawahnya lagi ada aturan yang dibuat oleh pemimpin, baik pemimpin pemerintah, negara,
daerah, maupun pemimpin yang lain, termasuk pemimpin keluarga.

A. Q.S. an-Nisa/4: 59 tentang Ketaatan

‫مْر ِم ْن ُك ۚ ْم‬ َ ‫اْل‬‫ا‬ ‫ِى‬ ‫ل‬ ‫و‬ُ ‫ا‬‫و‬ ‫ل‬ ْ


‫ُو‬ ‫س‬ َّ‫الر‬ ‫ُوا‬ ‫ع‬ ْ
‫ي‬ َ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ٰ ٓيا َ ُّيها الَّ ِذيْن ٰام ُن ْٓوا اَطِ ْيعُوا هّٰللا‬
ِ َ َ ِ‫ط‬ َ َ َ َ َ
‫ازعْ ُت ْم ِفيْ َش يْ ٍء َف ُر ُّد ْوهُ ِا َلى هّٰللا ِ َوالرَّ ُس ْو ِل ِانْ ُك ْن ُت ْم ُتْؤ ِم ُن ْو َن‬ َ ‫َف ِا ْن َت َن‬
‫هّٰلل‬
‫ك َخ ْي ٌر وَّ اَحْ َسنُ َتْأ ِو ْياًل‬ َ ِ‫ِبا ِ َو ْال َي ْو ِم ااْل ٰ خ ۗ ِِر ٰذل‬
a. Hukum Tajwid
Surat an-Nisa/4:59
Lafal Hukum Tajwid

‫َيا َأ ُّي َها‬ Mad jaiz munfasil karena ada mad thobi'i bertemu hamzah tidak dalam 1
kalimat

َ ‫الَّذ‬
‫ِين‬ Idghom syamsyiyah karena ada alif lam diikuti salah satu huruf
syamsyiyah yaitu huruf lam

‫آ َم ُنوا َأطِ يعُوا‬ Mad jaiz muttasil karena ada mad thobi'i bertemu hamzah tidak dalam 1
kalimat, dan ada mad thobi'i asli juga karena ada kasroh diikuti ya' sukun

َ ‫هَّللا‬ Tafhim karena ada lam jalalain didahului dhommah

‫َوَأطِ يعُوا‬ Mad thobi'i karena ada kasroh diikuti ya' sukun

‫الرَّ سُو َل‬ Idghom syamsyiyah karena ada alif lam diikuti huruf syamsyiyah yaitu
huruf ro'
‫اَأْلم ِْر‬ Idhar qomariyah karena ada alif lam diikuti huruf qomariyah yaitu huruf
alif

‫ِم ْن ُك ْم‬ Ikhfa' haqiqi karena ada nun sukun bertemu kaf

‫ازعْ ُت ْم‬
َ ‫َفِإنْ َت َن‬ Ikhfa' haqiqi karena ada nun sukun bertemu ta'

‫ازعْ ُت ْم فِي‬
َ ‫َت َن‬ Idzhar syafawi karena ada mim mati bertemu fa'

ُ‫َشيْ ٍء َف ُر ُّدوه‬ Ikhfa' haqiqi karena ada tanwin diikuti fa' 

ِ ‫ِإ َلى هَّللا‬ Tafhim karena ada lam jalalain didahului fathah

‫ُول‬
ِ ‫َوالرَّ س‬ Idghom syamsyiyah karena ada alif lam bertemu ro'

‫ِإنْ ُك ْن ُت ْم‬ Ihfa' haqiqi karena ada nun sukun bertemu kaf, dan ada nun sukun
bertemu ta'

َ ‫ُك ْن ُت ْم ُتْؤ ِم ُن‬


‫ون‬ Idhar syafawi karena ada mim mati bertemu ta'

‫ِبال َّل‬ Tarqiq karena ada lam jalalain didahului kasroh

‫َو ْال َي ْو ِم‬ Idhar qomariyah karena ada alif lam bertemu ya'

‫اآْل خ ِِر‬ Idhar qomariyah karena ada alif lam bertemu alif

ُ‫َخ ْي ٌر َوَأحْ َسن‬ Idhom bighunna karena ada tanwin bertemu wawu

‫َتْأ ِوياًل‬ Mad alid lis sukun karena ada mad thobi'i waqof

b. Arti Kata/Kalimat

‫َءا َم ُن ٓو ْا‬ َ ‫ٱلَّذ‬


‫ِين‬ ‫ٰ َٓيَأ ُّي َها‬
beriman orang-orang yang wahai

‫َوَأطِ يعُو ْا‬ َ ‫ٱهَّلل‬ ‫َأطِ يعُو ْا‬


dan taatlah Allah taatlah kamu

‫ُأ ْولِيِ ٱَأۡل ۡم ِر‬ ‫َو‬ ‫ٱلرَّ سُو َل‬


Ulil Amri (pemimpin) dan Rasul

ۡ‫َت ٰ َن َز ۡع ُتم‬ ‫َفِإن‬ ‫مِن ُك ۡۖم‬


kamu berselisih maka jika diantara kamu

ُ‫َف ُر ُّدوه‬ ‫َش ۡي ٖء‬ ‫فِي‬


maka kembalikanlah ia sesuatu dalam/tentang
‫ُول‬
ِ ‫َوٱلرَّ س‬ ِ ‫ٱهَّلل‬ ‫ِإ َلى‬
dan Rasul Allah kepada

َ ‫ُت ۡؤ ِم ُن‬
‫ون‬ ۡ‫ُكن ُتم‬ ‫ِإن‬
(kamu) beriman kalian adalah jika

‫ٱأۡل ٓخ ۚ ِِر‬ ‫َو ۡٱل َي ۡو ِم‬ ِ ‫ِبٱهَّلل‬


akhirat/akhir dan hari kepada Allah

ُ‫َوَأ ۡح َسن‬ ‫ر‬ٞ ‫َخ ۡي‬ َ ِ‫ٰ َذل‬


‫ك‬
dan sebaik-baik lebih baik/utama demikian itu

- - ‫َت ۡأ ِوياًل‬
- - kesudahan/akibatnya

c. Menerjemahkan Ayat
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allahdan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri
(pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbedapendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnah-nya), jika kamu beriman kepada Allah dan
Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama(bagimu) dan lebih baik akibatnya (Q.S. an-Nisā’/4: 59).

d. Asbabunnuzul
Imam al-Bukhari meriwayatkan bertalian dengan turunnya Q.S. an-Nisa/4:59 ini, yakni terkait dengan
penolakan para prajurit untuk masuk ke dalam api atas perintah Abdullah bin Hudzafah bin Qais, selaku
komandan dalam suatu sariyah (perang yang tak diikuti Nabi). Mereka kemudian mengadu kepada Nabi
Saw. tentang batasan taat kepada ulil amri, maka turun ayat ini, sebagai jawaban atas problema yang
mereka hadapi.

e. Tafsir Ayat
Memahami ayat Al-Qur’an, tidak cukup hanya berdasar terjemah Al-Qur’an, tetapi harus berlandaskan
kepada bukubuku tafsir yang mu’tabar (kitab tafsir yang isinya sudah teruji kebenarannya).Berikut ini,
kandungan isi Q.S. an-Nisā’/4: 59):
1. Ayat ini berkaitan dengan ayat sebelumnya, yakni perintah kepada orang beriman, agar
taat kepada perintah Allah Swt. dan Rasul, serta kepada ulil amri dalam menyelesaikan
problema yang dihadapi berdasarkan nilai-nilai Al-Qur’an dan Hadits.
2. Mentaati perintah Rasulullah Saw, baik perintah mengamalkan maupun meninggalkan
larangan, karena perintahNya merupakan perwujudan dari perintah Allah Swt.
3. Mematuhi juga aturan atau ketentuan yang ditetapkan oleh ulil amri, yaitu: Orang-orang
yang memegang kekuasaan di antara kamu atau mereka yang berwenang menangani
urusan kamu, dengan catatan ketaatan kepada ulil amri tersebut tidak menyalahi aturan
Allah Swt. dan Rasul-Nya.
4. Ketaatan itu meliputi taat kepada Allah Swt. Rasul, dan kepada ulil amri. Ketiga ketaatan
itu, tidak perlu dipertentangkan, tetapi dicari titik temunya, asalkan tidak menyalahi
prinsip dan aturan yang ada.
5. Jika terdapat masalah yang diperselisihkan dan tidak ada kata sepakat, disebabkan tidak
ada petunjuk yang jelas di dalam Al-Qur’an dan Hadits, maka penyelesaiannya
dikembalikan kepada nilai-nilai dan jiwa Al-Qur’an dan Hadits dengan menggunakan
Ijtihad.

Sebagai upaya memahami lebih jauh ketaatan, berikut ini penjelasannya:

1) Taat di antara disiplin dan beragama yang baik


Taat menjadi faktor penting dalam mewujudkan disiplin, baik terhadap diri sendiri, keluarga,
organisasi, masyarakat, bahkan dalam lingkup yang paling besar, yakni negara atau sebuah
ummat. Sebab itu, kata tha’ah diulang ratusan kali di dalam Al-Qur’an.

Kata tha’ah, identik dengan kebaikan. Sebab, istilah ini biasa dihubungkan oleh kebanyakan
masyarakat, sebagai bukti baiknya keberagamaan seseorang. Semakin beragama, semestinya
semakin kuat ketaatannya. Jika kita temukan kebalikannya dalam kenyataan keseharian, berarti
orang itu belum benar keberagamaannya, atau beragamanya belum utuh dan masih sepotong-
potong.

Islam menggariskan bahwa ketaatan sangat terkait dengan dasar, landasan, atau motif
seseorang. Boleh jadi, ada seseorang berbuat benar di jalan Allah Swt., namun jika memiliki motif
atau niat lain, selain tertuju kepada-Nya, maka itu tidak dinamakan sebagai ketaatan.

Itulah sebabnya, Islam memiliki pembahasan khusus perihal ketaatan, bahkan menempatkan
perkara ini sebagai hal yang paling fundamental dalam tatanan kehidupan muslim. Benar
tidaknya sebuah ketaatan, sangat tergantung dari kebenaran dan kemurnian akidah seorang
muslim. Ketaatan yang benar adalah ketaatan yang dilandasi hanya karena Allah Swt. semata.
Berdasarkan landasan ini, bisa jadi ada seorang karyawan yang taat kepada pimpinan, namun jika
ketaatan itu tidak didasari karena Allah Swt., maka itu tidak dinilai sebagai bentuk ketaatan

2) Taat kepada Ulil Amri


Taat kepada ulil amri dapat diartikan sebagai taat pada orang tua, taat pada aturan masyarakat,
taat pada norma yang berlaku, dan taat pada janji kita kepada teman. Kenapa perlu juga taat
kepada ulil amri? Jawabannya karena ajaran agama sendiri menyatakan bahwa kamu lebih
mengetahui urusan duniamu. Artinya, banyak aturan dan ketentuan hidup yang belum diatur
secara rinci oleh agama, dan itulah peran penting dari ulil amri untuk membuat aturan yang
belum diatur oleh agama, tentu setelah melalui mekanisme dan cara-cara yang demokratis.

Ketaatan kepada ulil amri ini ada syarat-syarat tertentu. Syarat tertentu itu adalah tidak boleh
bertentangan dengan aturan Allah SWT dan rasul-Nya. Ketika bertentangan dengan aturan Allah
dan rasul-Nya, perintah ulil amri harus ditinggalkan. Sesuai dengan sabda Rasulullah Swt.
:‫ال‬َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ َ ‫ َع ْن النَّبِ ِّي‬،ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬ ِ ‫َع ْن َع ْب ِد هَّللا ِ َر‬
.‫اع ُة َع َلى ْال َمرْ ِء ْالمُسْ ل ِِم فِي َما َأ َحبَّ َو َك ِر َه َما َل ْم يُْؤ َمرْ ِب َمعْ صِ َي ٍة‬ َّ ‫السَّمْ ُع َو‬
َ ‫الط‬
‫َة‬ َ ‫مْع َوالَ َط‬
‫اع‬ َ ‫َي ٍة َفالَ َس‬ ِ ْ‫َر ِب َمع‬
‫ص‬ ‫ِإ َذا ُأ ِم‬ ‫َف‬
.
Artinya: Dari Abdullah bin Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda : Mendengar dan
taat itu, wajib bagi seorang muslim terlepas ia suka dan benci, selama ia tidak diperintah
berbuat maksiat; jika diperintah untuk maksiat, maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat.”
(H.R. al-Bukhari)

B. Hikmah Perilaku Taat


 Mendapatkan puncak kenikmatan bersama para nabi. Firman Allah: Artinya: “Dan
barangsiapa yang menta’atiAllah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan
orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin,
orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang
sebaik-baiknya”(Q.S. An Nisa 69)
 Tidak terbuangnya kekayaan dunia dan mendapat keberkahan hidup. Firman Allah:
Artinys: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya”(Q.S. Al A’raaf)
 Mendapat tambahan hidayah. Firman Allah SWT: Artinya: “Dan orang-orang yang
berupaya mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan
memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya”(Q.S. Muhammad 17)
 Mendapat keteguhan dalam taat. Firman Allah: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu”(Q.S. Muhammad 7)
 Mendapat pahala yang besar berupa keridhaan Allah dan surga-Nya. Firman Allah:
Artinya: “(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah.
Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam
surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan
itulah kemenangan yang besar”(Q.S. An Nisa 13)

C. Contoh Perilaku Taat


 Melaksanakan rukun iman.
 Melaksanakan rukun islam.
 Patuh terhadap segala perintah Allah S.W.T.
 Patuh terhadap orang tua.
 Patuh terhadap aturan - aturan atau hukum yang berlaku sesuai pemimpin atau daerah
masing - masing.
2.2 Kompetitif

Secara umum, kompetitif adalah sikap yang terbentuk dari ukuran keinginan seseorang untuk
mengungguli orang lain. Seorang individu yang sangat kompetitif memiliki potensi untuk melihat situasi
tertentu sebagai kompetisi, bahkan ketika situasi itu tidak membutuhkan pemenang secara jelas.

Berkompetitif dalam berbuat kebaikan, merupakan satu ajakan kepada diri dan orang lain untuk
senantiasa menempuh jalan yang diridhai-Nya. Hal ini, harus menjadi prinsip hidup, karena tidak satu
pun manusia yang mampu menjamin kapan ajalnya tiba. Jadi mumpung masih ada waktu/usia, mari kita
berkompetisi dalam kebaikan.

A. Q.S. Al-Māidah/5: 48 tentang Berlomba-lomba dalam Kebaikan

ِ ‫ُص ِّد ًقا لِّ َما َبي َْن َيدَ ْي ِه م َِن ْالك ِٰت‬
‫ب َو ُم َه ْي ِم ًنا َع َل ْي ِه‬ َ ‫ْك ْالك ِٰت‬
َ ‫ب ِب ْال َح ِّق م‬ َ ‫َواَ ْن َز ْل َنٓا ِا َلي‬
‫ك م َِن ْال َح ۗ ِّق لِ ُك ٍّل‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫َفاحْ ُك ْم َب ْي َن ُه ْم ِب َمٓا اَ ْن َز َل ُ َواَل َت َّت ِبعْ اَهْ َو ۤا َء ُه ْم َعمَّا َج ۤا َء‬
ْ‫َج َع ْل َن ا ِم ْن ُك ْم ِش رْ َع ًة وَّ ِم ْن َهاجً ا َۗو َل ْو َش ۤا َء هّٰللا ُ َل َج َع َل ُك ْم اُم ًَّة وَّ ا ِح دَ ًة وَّ ٰل ِكن‬
‫ت ِا َلى هّٰللا ِ َم رْ ِج ُع ُك ْم َج ِميْعًا َف ُي َن ِّبُئ ُك ْم‬ ْ ‫لِّ َي ْبلُ َو ُك ْم ِفيْ َمٓا ٰا ٰتى ُك ْم َف‬
ِ ۗ ‫اس َت ِبقُوا ْال َخ ْي ٰر‬
‫ِب َما ُك ْن ُت ْم ِف ْي ِه َت ْخ َتلِفُ ْو ۙ َن‬
a. Hukum Tajwid
Surat al-Maidah/5:48
Lafal Hukum Tajwid

َ ‫َواَ ْن َز ْل َنٓا ِا َل ْي‬


‫ك‬ Ikhfa karena nun sukun bertemu huruf
Mad jaiz munfasil karena mad bertemu hamzah di lain kalimat
‫ز‬

َ ‫ْالك ِٰت‬
‫ب‬ Al qamariyah karena ‫ال‬
Mad thabi'i muqaddar tandanya fathah tegak
bertemu huruf ‫ك‬
‫ِب ْال َح ِّق‬ Al qamariyah karena ‫ ال‬bertemu huruf ‫ح‬

‫ص ِّد ًقا لِّ َما‬


َ ‫ُم‬ Idgham bilaghunnah karena fathah tanwin bertemu huruf
Mad thabi'i karena fathah diikuti alif
‫ل‬

ِ ‫ٓم َن ْالك ِٰت‬


‫ب‬ Al qamariyah  karena ‫ال‬
Mad thabi'i muqaddar tandanya fathah tegak
bertemu huruf ‫ك‬

‫َو ُم َه ْي ِم ًنا َع َل ْي ِه‬ Idzhar karena fathah tanwin bertemu huruf ‫ع‬

‫َفاحْ ُك ْم َب ْي َن ُه ْم‬ Ikhfa syafawi karena mim sukun bertemu huruf ‫ب‬

‫َب ْي َن ُه ْم ِب َمٓا‬ Ikhfa syafawi karena mim sukun bertemu huruf ‫ب‬

‫ِب َمٓا اَ ْن َز َل‬ Mad jaiz munfashil karena mad bertemu hamzah di lain kalimat
Ikhfa karena nun sukun bertemu huruf ‫ز‬
‫اَ ْن َزل هّٰللا‬ Lam tafkhim karena lafadz jalalah (‫ )هللا‬didahului harakat fathah
ُ َ
‫َواَل‬ Mad thabi'i karena fathah diikuti alif

‫اَهْ َوٓا َء‬ Mad wajib mutthasil karena mad bertemu hamzah dalam satu kalimat

‫ُه ْم َعمَّا‬ Idzhar


Ghunnah
syafawi
karena
karena mim
ada
sukun
mim
bertemu
yang
huruf ‫ع‬
bertasydid
Mad thabi'i karena fathah diikuti alif
Mad wajib mutthasil karena mad bertemu hamzah dalam satu kalimat
‫َجٓا َء‬
ْ
‫ۗ ال َح ِّق‬ Al qamariyah karena ‫ال‬ bertemu huruf ‫ح‬
Qalqalah kubra karena huruf qalqalah (‫ )ق‬matinya mendatang
disebabkan waqaf

‫لِ ُك ٍّل َج َع ْل َنا‬ Ikhfa karena kasrah tanwin


Mad thabi'i karena fathah diikuti alif
bertemu huruf ‫ج‬

‫ِم ْن ُك ْم‬ Ikhfa  karena nun sukun bertemu huruf ‫ك‬

‫ُك ْم شِ رْ َع ًة‬ Idzhar syafawi karena mim sukun bertemu huruf ‫ش‬

‫شِ رْ َع ًة َّو ِم ْن َهاجً ا‬ Idgham bighunnah karena fathah tanwin bertemu huruf ‫و‬
Idzhar karena nun sukun bertemu huruf ‫ه‬
Mad thabi'i  karena fathah diikuti alif
Mad iwadh karena harokat fathah tanwin (‫ )جًا‬dibaca waqaf (‫)جا‬
َ
‫َشٓاء هّٰللا‬ Mad wajib mutthasil karena mad bertemu hamzah dalam satu kalimat
ُ َ Lam tafkhim karena lafadz jalalah (‫ )هللا‬didahului harakat fathah

‫َل َج َع َل ُك ْم اُم ًَّة‬ Idzhar syafawi karena mim sukun


Ghunnah karena ada mim yang bertasydid
bertemu huruf ‫ا‬

‫اُم ًَّة وَّ ا ِح َد ًة‬ Idgham bighunnah karena ada fathah tanwin bertemu huruf ‫و‬

ْ‫َوا ِح َد ًة وَّ ٰل ِكن‬ Idgham bighunnah karena fathah tanwin bertemu huruf ‫و‬
‫َو ٰل ِكنْ لِّ َي ْبلُ َو ُك ْم‬ Idgham bilaghunnah karena nun sukun bertemu huruf ‫ل‬
Qalqalah sughra karena huruf qalqalah (‫ )ب‬matinya asli (tidak
disebabkan karena waqaf)

ْ‫ُك ْم فِي‬ Idzhar syafawi karena mim sukun


Mad thabi'i  karena kasrah diikuti ya sukun
bertemu huruf ‫ف‬

‫َمٓا ٰا ٰتى ُك ْم‬ Mad jaiz munfasil karena mad bertemu hamzah di lain kalimat
Mad badal karena ada aa yang dibaca panjang
ٰ
Mad thabi'i muqaddar tandanya fathah tegak ( ‫)ت‬

‫ُك ْم َفاسْ َت ِبقُوا‬ Idzhar syafawi karena mim sukun bertemu huruf ‫ف‬

ِ ‫ْال َخي ْٰر‬


‫ت‬ Al qamariyah karena ‫ال‬
Mad thabi'i muqaddar tandanya fathah tegak
bertemu huruf ‫خ‬

‫ِا َلى هّٰللا‬ Lam tafkhim karena lafadz jalalah didahului harakat fathah
ِ
‫َمرْ ِج ُع ُك ْم‬ Ra tafkhim karena ra sukun didahului harakat fathah

‫ُك ْم َج ِم ْيعًا‬ Idzhar syafawi karena mim sukun


Mad thabi'i  karena kasrah diikuti ya sukun
bertemu huruf ‫ج‬

‫َج ِم ْيعًا َف ُي َن ِّبُئ ُك ْم‬ Ikhfa  karena fathah tanwin bertemu huruf ‫ف‬

‫ُك ْم ِب َما‬ Ikhfa syafawi karena mim


Mad thabi'i karena fathah diikuti alif
sukun bertemu huruf ‫ب‬

‫ُك ْن ُت ْم‬ Ikhfa karena nun sukun bertemu huruf ‫ت‬

‫ُت ْم فِ ْي ِه‬ Idzhar syafawi karena mim sukun


Mad thabi'i karena kasrah diikuti ya sukun
bertemu huruf ‫ف‬

‫َت ْخ َتلِفُ ْو َن‬ Mad aridh lissukun karena mad bertemu huruf hidup dibaca waqaf.

b. Arti Kata/Kalimat

َ ‫ْال ِك َت‬
‫اب‬ َ ‫ِإ َل ْي‬
‫ك‬ َ ‫َوَأ‬
‫نز ْل َنا‬
dan Kami telah
Kitab kepadamu
menurunkan

‫لِّ َما‬ ‫ص ِّد ًقا‬


َ ‫ُم‬ ‫ِب ْال َح ِّق‬
terhadap apa yang membenarkan dengan kebenaran

‫م َِن‬ ‫َيدَ ْي ِه‬ ‫َبي َْن‬


dari dua tangan/sebelumnya antara

‫َع َل ْي ۚ ِه‬ ‫َو ُم َه ْي ِم ًنا‬ ِ ‫ْال ِك َتا‬


‫ب‬
atasnya dan yang menjaga Kitab
‫ِب َما‬ ‫َب ْي َنهُم‬ ‫َفاحْ ُكم‬
dengan/menurut apa diantara mereka maka putuskanlah

‫َواَل‬ ُ ۖ ‫هَّللا‬ َ ‫َأ‬


‫نز َل‬
dan janganlah Allah menurunkan

‫َعمَّا‬ ‫َأهْ َوا َء ُه ْم‬ ْ‫َت َّت ِبع‬


dari apa hawa nafsu mereka kamu mengikuti

‫ْال َح ۚ ِّق‬ ‫م َِن‬ ‫ك‬


َ ‫َجا َء‬
Kebenaran dari telah datang kepadamu

‫مِن ُك ْم‬ ‫َج َع ْل َن‬ ‫لِ ُك ٍّل‬


diantara kamu Kami telah menjadikan bagi tiap-tiap ummat

‫َو َل ْو‬ ‫َو ِم ْن َهاجً ۚا‬ ‫شِ رْ َع ًة‬


dan sekiranya dan jalan yang terang peraturan

‫َل َج َع َل ُك ْم‬ ُ ‫هَّللا‬ ‫َشا َء‬


niscaya Dia menjadikan
Allah menghendaki
kamu

‫َو ٰ َلكِن‬ ‫َواحِدَ ًة‬ ‫ُأم ًَّة‬


akan tetapi yang satu ummat

‫َما‬ ‫فِي‬ ‫لِّ َي ْبلُ َو ُك ْم‬


apa dalam/terhadap Dia hendak menguji kamu

ِ ۚ ‫ْال َخي َْرا‬


‫ت‬ ‫َفاسْ َت ِبقُوا‬ ‫آ َتا ُك ۖ ْم‬
kebajikan maka berlomba-lombalah Dia berikan kepadamu

‫َمرْ ِج ُع ُك ْم‬ ِ ‫هَّللا‬ ‫ِإ َلى‬


tempat kembalimu Allah kepada

‫ِب َما‬ ‫َف ُي َن ِّبُئ ُكم‬ ‫َجمِيعًا‬


lalu Dia memberitahukan
dengan/tentang apa semua
padamu

َ ‫َت ْخ َتلِ ُف‬


‫ون‬ ‫فِي ِه‬ ‫ُكن ُت ْم‬
kamu perselisihkan di dalamnya kalian adalah
c. Menerjemahkan Ayat
Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran
yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka
dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami
berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikanNya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-
Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan (Q.S. al-Māidah /5: 48).

d. Asbabunnuzul
Tidak ada sebab khusus yang melatarbelakangi turunnya ayat ini. Adapun faktor pentingnya adalah:
Umat Islam jangan sampai bersikap dan berperilaku seperti umat terdahulu, misalnya umat Nabi Isa a.s
dengan Kitab Injil, umat Nabi Musa a.s dengan Kitab Taurat, dan umat Nabi Daud a.s dengan Kitab
Zabur, yang tidak mengamalkan ajaran kitab sucinya.

Keberadaan Kitab Suci menjadi bukti dari kasih dan sayang Allah Swt. kepada umat manusia. Coba
banyangkan! Jika tidak ada Kitab Suci, pasti kacau tatanan dunia ini, padahal setiap orang harus
menyadari, bahwa Kitab Suci itu harus ditaati dan diamalkan, bukan dicari-cari dalih yang membenarkan
perbuatannya, apalagi hanya sekedar memperturunkan hawa nafsu.

Saatnya umat Islam tampil menjadi pemimpin dunia; penebar kedamaian dan ketenteraman; umat Islam
harus menjadi pihak pertama yang menebar kebaikan dan penegak keadilan (meskipun kepada diri
sendiri, dan keluarga, apalagi kepada pihak lain); penengah perselisihan; serta menjadi barometer
kebaikan untuk semua.

e. Tafsir Ayat
Memahami kandungan Al-Qur’an dikenal dengan istilah Tafsir. Mentafsir Al-Qur’an tidak sembarang
orang bisa melakukannya, karena banyak persyaratan yang harus dipenuhi, seperti menguasai bahasa
Al-Qur’an, ilmu tafsir, memahami kondisi ayat tersebut diturunkan, kompeten dalam menganalisa, dan
lain-lain. Berikut ini, kandungan isi Q.S. al-Maidah/5: 48:
1. Al-Qur’an itu haq, baik isi maupun kandungannya, cara turunnya dan Dzat yang
menurunkan, yang mengantarnya maupun yang diturunkan kepadanya.
2. Al-Qur’an bukan hanya membenarkan Kitab Suci sebelumnya, tetapi juga menjadi
batu ujian (tolok ukur kebenaran), saksi kebenaran dari kesalahan kitab-kitab
sebelumnya. Sebab itu, putuskan perkara sesuai petunjuk Allah Swt., dan jangan
sampai mengikuti hawa nafsu.
3. Setiap umat memiliki syariat sendiri yang merupakan sumber kebahagiaan di
masanya, dan syariat yang dibawa Nabi Muhammad Saw. membatalkan sebagian
besar syariat yang lalu, meski masih ada bagian syariat yang dipertahankan.
4. Bagi setiap umat ada kiblatnya sendiri, sesuai kecenderungan atau keyakinan masing-
masing. Kalaulah mereka dengan mengarah kiblat itu, bertujuan untuk mencapai
kebajikan, maka kita sebagai umat Islam hendaklah berlomba-lomba dalam kebajikan,
bahkan melebihi mereka.
5. Melalui ayat ini, umat Islam harus giat melakukan segala bentuk kebajikan, seperti
shalat, menuntut ilmu, peduli kepada sesama, menebarkan kedamaian, berprestasi,
maksimal dalam bekerja, santun bertutur kata dan selalu memberikan nasehat yang
baik.
6. Allah Swt. telah menetapkan syariah dan manhaj khusus bagi dan masa untuk setiap
umat (baik terdahulu maupun masa kini) Umat Nabi Musa a.s dan Nabi Isa a.s memiliki
syariah dan manhaj untuk hidup pada masanya, dan umat Nabi Muhammad Saw. pun
demikian. Hanya saja syariat Nabi Muhammad Saw untuk seluruh umat dan berlaku
sepanjang masa.
7. Allah Swt. tidak menghendaki menjadikan semua manusia satu umat, satu pendapat,
satu kecenderungan, bahkan satu agama. Itu tidak dikehendaki, tetapi manusia diberi
kebebasan untuk memilih, sehingga wajar ada pertanggung jawaban
8. Melalui kebebasan memilih ini, manusia didorong untuk berlomba-lomba dalam
kebaikan, sehingga muncul ide, gagasan dan kreativitas baru menuju peningkatan
kualitas dan keunggulan hidup yang dijalaninya.
9. Jika terjadi perselisihan, carilah solusi yang terbaik untuk semua. Jangan berkutat
kepada perbedaan, karena semuanya akan kembali kepada Allah Swt. (melalui
kematian), dan di akhirat nanti semua perselisihan itu akan dibuka secara jelas, dan
segala hakikat kebenaran akan diungkap, sehingga nampak siapa yang benar dan siapa
yang salah.
10. Perbedaan (dalam bentuk apapun) merupakatan sunnatullah. Itu pun bagian dari
rancangan Allah Swt., karena itu tidak perlu berselisih dan bersilang sengketa karena
perbedaan. Terpulang kepada masing-masing pribadi, kelompok, masyarakat, bangsa,
umat, bahkan agama yang berbeda untuk berkompetisi atau berlomba-lomba dalam
kebaikan, sehingga nampak jelas siapa yang unggul dan bekualitas.

Pada Q.S. al-Maidah/5:48 Allah Swt. menjelaskan bahwa setiap kaum diberikan aturan atau syariat.
Syariat setiap kaum berbeda-beda sesuai dengan waktu dan keadaan hidupnya. Meskipun mereka
berbeda-beda, yang terpenting adalah semuanya beribadah dalam rangka mencari riḍa Allah Swt., atau
berlomba-lomba dalam kebaikan.

Ayat ini juga mendorong pengembangan berbagai macam kemampuan yang dimiliki oleh manusia,
bukan malah menjadi ajang perdebatan. Semua orang dengan potensi dan kadar kemampuan masing-
masing, harus berlomba-lomba dalam melaksanakan kebaikan. Allah Swt. senantiasa melihat dan
memantau perbuatan manusia dan bagi-Nya tidak ada sesuatu yang tersembunyi.

B. Hikmah Perilaku Kompetisi dalam Kebaikan


Orang yang selalu berbuat baik akan mendatangkan banyak manfaat. Manfaat itu akan diperoleh jika
kita mau mengerjakan banyak kebaikan. Kebaikan tidak hanya dikerjakan satu kali saja. Namun,
kebaikan harus dikerjakan terus-menerus. Kebaikan yang dikerjakan terus-menerus akan mendatangkan
sikap istiqamah, ikhlas dan akhlak mulia. Dari situlah, diperlukan sikap kompetitif dalam berbuat baik.
Jangan merasa bahwa kita tidak perlu untuk melakukan suatu kebaikan. Hikmah bersikap kompetitif
dalam kebaikan antara lain sebagai berikut.
 menumbuhkan rasa cinta pada ajaran agama Islam
 memperoleh rida Allah dan pahala yang banyak
 mendatangkan sikap istiqamah
 sikap kompetitif akan menjadikan kita sebagai hamba yang memiliki akhlak mulia
 menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan disiplin
 menimbulkan rasa ikhlas dalam hati
 Menanamkan keimanan yang kuat di dalam hati agar tidak mudah tergoda oleh bujuk
rayu setan yang hendak menjerumuskan manusia ke jurang kenistaan.
 Pandanglah semua orang sebagai pesaingmu dalam berbuat kebaikan sehingga kamu
mempunyai motovasi untuk berlomba dalam hal kebaikan.

C. Contoh Perilaku Kompetisi dalam Kebaikan

 Tidak menunda - nunda dalam berbuat kebaikan ( ex : shalat tepat waktu ).


 Memanfaatkan kesempatan berbuat kebaikan yang ada semaksimal mungkin. ( ex :
menyumbang pembangunan masjid )
 Sesuai Qs. Al - Maidah : 2, agar kita saling tolong - menolong dalam berbuat kebaikan.
( maksudnya, walaupun kita sedang berkompetisi, tetapi tetap harus saling tolong -
menolong dalam berbuat kebaikan. Karena saling tolong - menolong tetap tergolong
berkompetisi)
 Semangat berkompetisi dalam melakukan dan meraih prestasi;
 Dinamis, setiasa semangat dalam melaksanakan tugas dan kewajiban;
 Sportif, mengakui keunggulan orang lain dan tidak malu untuk menirunya;
 Inovatif, karya ide dan gagasan serta melakukan pembaruan-pembaruan;
 Kreatif, penuh kreatifitas dalam melakukan hal-hal bermanfaat;
 Tidak menunda - nunda dalam berbuat kebaikan ( ex : shalat tepat waktu );
 Memanfaatkan kesempatan berbuat kebaikan yang ada semaksimal mungkin. (ex :
menyumbang pembangunan masjid );
 Sesuai Qs. Al - Maidah : 2, agar kita saling tolong - menolong dalam berbuat kebaikan.
( maksudnya, walaupun kita sedang berkompetisi, tetapi tetap harus saling tolong -
menolong dalam berbuat kebaikan. Karena saling tolong - menolong tetap tergolong
berkompetisi.
 Menanamkan keimanan yang kuat di dalam hati agar tidak mudah tergoda oleh bujuk
rayu setan yang hendak menjerumuskan manusia ke jurang kenistaan.
 Pandanglah semua orang sebagai pesaingmu dalam berbuat kebaikan sehingga kamu
mempunyai motovasi untuk berlomba dalam hal kebaikan.

2.3 Etos Kerja

Etos kerja adalah pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial, atau semangat kerja yang
menjadi keyakinan seseorang/kelompok. Jika dikaitkan etos kerja dengan muslim, maknanya adalah cara
pandang seorang muslim, bahwa bekerja itu tidak hanya bertujuan untuk memuliakan diri, tetapi juga
manifestasi amal shaleh yang mempunyai nilai ibadah di sisi Allah Swt.

Etos kerja dapat diartikan sebagai pemikiran bagaimana melakukan kegiatan yang bertujuan
mendapatkan hasil atau mencapai hasil yang diinginkan. Etos kerja ini perlu dibahas, karena bagi umat
Islam sangat diperlukan. Tentu pembahasan ini harus bagi seorang muslim karena akan menjadi peta
dalam kesuksesan dunianya, dan dunia merupakan tempat mereka menggapai kehidupan surga,yang
merupakan impian setiap muslim. Kesuksesan di akhirat tersebut juga tidak terlepas dari kesuksesan di
dunia melalui ibadah dan amalan sebagaimana diajarkan oleh agama Islam.

Dalam al-Qur’an maupun hadis, banyak ditemukan literatur yang memerintahkan seorang muslim untuk
bekerja dalam rangka memenuhi dan melengkapi kebutuhan duniawi.

A. Q.S. at-Taubah/9: 105 tentang Etos Kerja yang Unggul

‫َوقُ ِل اعْ َملُ ْوا َف َس َي َرى هّٰللا ُ َع َم َل ُك ْم َو َر ُس ْولُ ٗه َو ْالمُْؤ ِم ُن ْو ۗ َن َو َس ُت َر ُّد ْو َن ا ِٰلى ٰعل ِِم‬
‫ب َوال َّش َهادَ ِة َف ُي َن ِّبُئ ُك ْم ِب َما ُك ْن ُت ْم َتعْ َملُ ْو ۚ َن‬
ِ ‫ْال َغ ْي‬
a. Hukum Tajwid
Surat at-Taubah/9:105
Lafal Hukum Tajwid

‫اعْ َملُوا‬ Mad asli atau mad thobi'i karena ada dhommah diikuti wawu sukun

‫َع َم َل ُك ْم َو‬ Idzhar syafawi karena ada mim mati bertemu wawu

‫َو َرسُولُ ُه‬ Mad asli atau mad thobi'i karena ada dhommah diikuti wawu
َ ‫َو ْالمُْؤ ِم ُن‬
‫ون‬ Idhar qamariah karena ada alif lam diikuti mim

َ ‫َو َس ُت َر ُّد‬
‫ون‬ Mad asli atau mad thobi'i karena ada dhommah diikuti wawu sukun

‫َعال ِِم‬ Mad asli atau mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif

ِ ‫ْال َغ ْي‬
‫ب‬ Idhar qamariah karena ada alif lam diikuti ghoin dan mad layyin karena
ada ya' sukun didahului fathah

‫َوال َّش َها َد ِة‬ Idghom syamsyiah karena ada alif lam diikuti syin dan mad asli atau mad
thobi'i karena ada fathah diikuti alif

‫َف ُي َن ِّبُئ ُك ْم ِب َما‬ Ikhfa syafawi karena ada mim mati bertemu ba' dan mad asli atau mad
thobi'i karena ada fathah diiktui alif

‫ُك ْن ُت ْم‬ Ikhfa haqiqi karena ada nun mati bertemu ta'

ْ‫ُك ْن ُت ْم َتع‬ Idzhar syafawi karena ada mim mati bertemu ta'

َ ُ‫َتعْ َمل‬
‫ون‬ Mad aridh lisukun karena ada mad thobi'i sebelum waqof

b. Arti Kata/Kalimat

‫فسيرى‬ ‫إاعملوا‬ ‫وقل‬


maka Allah akan melihat bekerjalah kamu dan katakanlah

‫ورسوله‬ ‫عملكم‬ ‫هللا‬


dan begitu juga rasul-Nya pekerjaanmu Allah

‫إلى‬ ‫وستردون‬ ‫والمؤمنون‬


kepada (Allah) dan kamu akan dikembalika dan orang-orang mukmin

‫والشهدة‬ ‫الغيب‬ ‫علم‬


dan yang nyata yang gaib Yang Maha Mengetahui

َ ُ‫َتعْ َمل‬
‫ون‬ ‫ِب َما ُك ْن ُت ْم‬ ‫فينبئكم‬
kerjakan apa yang telah kamu lalu diberitakan-Nya kepadamu

c. Menerjemahkan Ayat
Artinya: Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-
Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib
dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. at-Taubah/9:
105).

d. Asbabunnuzul
Tidak ada sebab khusus yang melatarbelakangi turunnya ayat ini, meskipun Surat at-Taubah secara
keseluruhan berjumlah 129 ayat, terdapat Asbabunnuzul-nya. Hanya yang perlu menjadi kesadaran
bersama sebagai muslim, agar tumbuh semangat juang yang kuat dalam bekerja dan beramal. Etos kerja
dan kerja keras inilah yang menjadi titik lemah umat Islam di hadapan umat lain. Akibatnya umat Islam
seakan-akan menjadi mainan pihak lain, dan tidak diperhitungan dalam banyak percaturan dunia.

Tentu tidak semuanya, namun mayoritas umat Islam masih harus bekerja keras mengobati
‘penyakit’nya. Sebab, kemajuan umat atau peradaban berkorelasi positif dengan kerja keras dan kerja
cerdasnya. Saat ini, dunia dihadapkan pada persaingan yang begitu tajam. Hasilnya, tentu pihak yang
menang adalah mereka yang memiliki semangat kerja (etos kerja) yang tinggi, sehingga produkti tasnya
pun semakin unggul.
Jika mayoritas umat Islam sudah memiliki standar etos kerja yang tinggi, otomatis dunia akan berada di
bawah pengaruh Islam, serta mampu dalam memenangkan percaturan dunia, dan itu dimulai dari
penguasaan umat Islam terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga kualitas kompetensi,
produkti tas kerja, dan etos kerjanya semakin unggul dan tinggi, dibandingkan umat lain.

Memang, kesadaran bersama (setiap umat Islam) ini harus terus ditumbuhkan, karena jika dikaji dari
aspek ajaran Islam, umat ini sudah dimotivasi sangat tinggi, baik di dunia maupun akhirat, yaitu setiap
orang akan dilihat hasil kerja dan amalnya oleh Allah Swt., Rasul, dan semua orang mukmin. Atsar (jejak
dan langkah) setiap muslim akan dilihat dan dirasakan oleh masyarakat luas dari hasil kerja maksimal
yang pernah dilakukan, boleh jadi orang itu masih hidup atau sudah wafat.

e. Tafsir Ayat
Agar pemahaman ayat Al Qur’an ini (sesuai materi ajar) lebih utuh dan berimbang, maka perlu dipeluas
rujukan atau referensi yang digunakan, dan rujukan itu adalah kitab-kitab tafsir Berikut ini, kandungan isi
Q.S. at-Taubah/9: 105:
1. Ayat ini, memerintahkan kepada kaum muslim, agar melakukan amal shaleh sebanyak
mungkin hanya karena Allah Swt., baik amal yang nampak maupun tersembunyi. Sebab,
rangkaian amal shaleh itu akan dilihat dan dinilai oleh Allah Swt, Rasul, dan orang-orang
beriman.
2. Meskipun taubat sudah diterima, tetapi kita diingatkan bahwa waktu yang berlalu yang
diisi yang aneka kedurhakaan dan kemaksiatan, jangan sampai terjadi di masa kini dan
masa depan, sebab waktu tak mungkin kembali lagi, sehingga rentang waktu yang dan
sedang dijalaninya, akan diisi dengan aneka kebaikan, dan tidak terjadi kerugian yang
lebih banyak lagi.
3. Hindari sikap merasa amalnya sudah banyak, sehingga memperlambat langkahnya
beramal shaleh lagi. Lakukan inisiatif dan mengambil kreasi baru untuk beramal,
sehingga jika ada yang mengikuti langkah baiknya, akan dibalas berlipat ganda, tanpa
mengurangi pahala mereka yang mencontoh.
4. Mengingatkan agar tidak menyalahi aturan Allah Swt., karena setiap amal akan
diperlihatkan kepada Rasul dan kaum muslim di Hari Kiamat kelak. Kebaikan dibalas
dengan kebaikan, dan begitu pula sebaliknya. Akhirnya tersingkaplah aib dan cela
mereka, jika ada manusia yang beramal tidak sesuai dengan

Q.S. at-Taubah/9: 105 menjelaskan, bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk semangat
dalam melakukan amal saleh sebanyak-banyaknya. Allah Swt. akan melihat dan menilai amal-amal
tersebut. Pada akhirnya, seluruh manusia akan dikembalikan kepada Allah Swt. dengan membawa amal
perbuatannya masing-masing. Mereka yang berbuat baik akan diberi pahala atas perbuatannya itu.
Mereka yang berbuat jahat akan diberi siksaan atas perbuatan yang telah mereka lakukan selama hidup
di dunia.

B. Hikmah Perilaku Etos Kerja Unggul

Manusia diwajibkan berusaha dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan tidak terlalu tergantung
dengan orang lain, karena Allah Swt. sudah menjamin rezeki setiap makhlukNya. Namun demikian,
bukan berarti kita bermalas-malasan menunggu rezeki, tetapi harus berusaha dengan sungguhsungguh.
Tanpa itu, mustahil keinginan akan tercapai. Adapun manfaat dari bekerja keras, antara lain:
 Menjaga kehormatan diri, karena dengan bekerja keras, hidup akan menjadi mandiri dan
bermartabat.
 Merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik yang bersifat pribadi maupun
bagi keluarga.
 Sarana beribadah kepada Allah Swt., karena wujud pengabdian kepada Allah Swt. adalah
dengan bekerja keras.
 Memperkuat karakter seseorang, karena dengan bekerja keras, muncul sifat tabah, sabar
dan tidak mudah putus asa, bila menghadapi masalah atau problema.
 Menjadi bagian realisasi dari peran manusia sebagai khalifah dalam mengelola alam ini.

C. Contoh Perilaku Etos Kerja Unggul

Prinsip Etos Kerja menurut Islam, dapat diuraikan sebagai berikut:


 Bekerja, Beraktivitas, dan Beramal karena Allah; yaitu seluruh kegiatan hidupnya
dilakukan sebagai perwujudan rasa syukur kepada nikmat Allah Swt (Q.S. Saba’/34: 13).
 Berorientasi Akhirat; yaitu menetapkan sasaran pencapaian hasil kerjanya kepada
kesuksesan dunia dan akhirat (Q.S. alBaqarah/2: 201).
 Berkarakter Kuat; yaitu memiliki reliability, dapat diandalkan, dan juga memiliki kekuatan
sik dan mental dan spiritual (Q.S. al-Qashash/28: 26).
 Berkarakter Amanah; yaitu memiliki integritas, jujur, dan dapat memegang amanah (Q.S.
al-Qashash/28: 26).
 Bekerja Kerja Keras; yaitu sikap pantang menyerah; terus mencoba sampai berhasil. Kita
dapat meneladani ibunda Nabi Ismail a.s. (Siti Hajar). Beliau pekerja keras, tidak
mengenal kata gagal (atau memandang kegagalan sebagai sebuah kesuksesan yang
tertunda).
 Bekerja Cerdas; yaitu memiliki pengetahuan dan keterampilan; terencana;
memanfaatkan segala sumber daya. Jika etos kerja dimaknai semangat kerja, maka etos
kerja seorang muslim bersumber dari visinya: meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika
etos kerja difahami sebagai etika kerja; sekumpulan karakter, sikap, mentalitas kerja,
maka dalam bekerja, seorang muslim senantiasa menunjukkan kesungguhan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas kami selaku penyusun mengambil kesimpulan bahwa untuk menjadi muslim sejati
diperlukan perilaku taat, kompetitif, dan etos kerja dalam kehidupan sehari-hari. Menaati pemimpin
agar roda pemerintahan berjalan dengan baik dan itu sangat penting. Hidup ini dinamis, perlu
berkompetisi dan berkolaborasi agar dapat meraih sesuatu yang diinginkan dengan baik. Dan barang
siapa yang giat pasti dapat. Untuk mendapatkan sesuatu, diperlukan kerja keras.

3.2 Saran

Kami berharap bahwa makalah yang telah kami buat ini dapat menjadi pedoman hidup bagi pembaca.
Berbuat baik sesungguhnya akan kembali kepada diri manusia itu sendiri. Itulah alasan mengapa Allah
SWT memerintahkan manusia agar mempersiapkan kehidupan akhirat dengan berkompetisi dan
berlomba untuk mendapatkan ampunan dari Allah, agar kelak kita di akhirat mendapat ridha-Nya. Kami
berharap bahwa makalah yang telah kami buat ini dapat menjadi pedoman hidup bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber-sumber yang kami peroleh yaitu dari :

Beberapa materi dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA/SMK Kelas XI

https://www.mikirbae.com/2019/03/perilaku-taat-kompetisi-dalam-kebaikan.html
https://tirto.id/materi-perilaku-taat-kompetisi-dalam-kebaikan-dan-etos-kerja-ggtH
https://www.sekolahmuonline.com/2018/08/menjadi-pribadi-muslim-yang-taat-kompetitif-dan-
pekerja-keras.html
www.materipelajaran.web.id
www.google.com
www.masrafli.com

Anda mungkin juga menyukai