Anda di halaman 1dari 26

1

Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida


dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik

Indonesia memiliki sumber daya mineral yang tersebar di seluruh kepulauan

Indonesia dan jumlahnya sangat besar. Potensi sumber daya dan cadangan mineral

metalik tersebar di 437 lokasi di Indonesia bagian barat dan timur. Salah satu

sumber daya mineral yang sangat diperlukan adalah bauksit. Bauksit adalah

sumber bahan baku dalam proses produksi pengolahan aluminium oksida.

Alumunium oksida merupakan bahan baku utama dalam industri peleburan

aluminium. Masih ada mata rantai terputus dalam industri bauksit-alumunium di

Indonesia, yaitu belum adanya industri aluminium oksida.

Indonesia memiliki sumber bauksit di Kalimantan Barat dan Pulau Bintan.

Pada tahun 2010, jumlah bauksit yang ada di Indonesia tercatat sekitar

726.585.010 ton bauksit, sedangkan cadangannya diperkirakan mencapai

179.503.546 ton. Pada tahun 2010, Indonesia tercatat sebagai produsen bauksit

ke-7 dunia. Hingga saat ini, Indonesia telah memiliki industri pengolahan

aluminium dengan kapasitas 250.000 ton, sedangkan aluminium oksida yang

digunakan sebagai bahan baku seluruhnya diimpor dari Australia.

Aluminium merupakan logam berwarna putih keperakan dengan sifat

ringan, kuat, namun mudah dibentuk. Dalam kerak bumi, aluminium merupakan

unsur paling berlimpah ke-3 setelah oksigen dan silikon. Aluminium merupakan

konduktor panas dan listrik yang sangat baik, bahkan lebih baik dari tembaga.

Aluminium akan membentuk lapisan sangat tipis oksida aluminium ketika

BAB I Pendahuluan
2
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
bereaksi dengan udara yang akan melindunginya dari karat. Penggunaan

aluminium dalam rumah tangga antara lain untuk membuat berbagai peralatan di

dapur, logam ini juga digunakan sebagai peralatan makan serta pembungkus

makanan terutama dalam bentuk aluminium foil. Aluminium juga banyak

digunakan pada alat transportasi mulai dari motor, mobil, kapal, hingga pesawat.

Aluminium juga banyak digunakan sebagai bahan konstruksi seperti atap, casting,

fabrikasi, pipa, tangki, batang aluminium, kawat, bingkai jendela, pagar, dan

pegangan tangga.

Aluminium oksida (Al2O3) adalah senyawa kimia berwujud padatan,

berwarna putih, tidak berbau, tidak larut dalam air, dietil eter dan etanol.

Aluminium oksida umumnya disebut dengan alumina dan mungkin disebut juga

dengan aloxide, aloxite, atau alundum tergantung pada bentuk atau kegunaan

secara khusus. Produksi dunia tahunan aluminium oksida adalah sekitar 45 juta

ton, lebih dari 90% dari yang digunakan dalam pembuatan logam aluminium.

Penggunaan utama specialty aluminium oksida adalah dalam refraktori, keramik,

bahan pengisi (filler), katalis, bahan pemurnian, polishing dan abrasif. Tonase

yang besar juga digunakan dalam pembuatan zeolit, pelapisan pigmen titania, dan

sebagai penekan tahan api / asap.

Adapun faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pendirian pabrik

aluminium oksida sebagai berikut:

1. Aluminium oksida banyak digunakan dalam industri peleburan aluminium

dan sisanya untuk specialty produk seperti refraktori, keramik, bahan pengisi

(filler), katalis, bahan pemurnian, polishing dan abrasif. Saat ini indonesia

BAB I Pendahuluan
3
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
masih mengimpor alumnium oksida dari australia. Dengan mendirikan pabrik

aluminium oksida di Indonesia diharapkan kebutuhan aluminium oksida, ,

khususnya untuk kebutuhan dalam negeri dapat dipenuhi, sehingga dapat

menghemat devisa negara.

2. Terbitnya Undang-Undang No. 4 tahun 2009 dan Peraturan Menteri ESDM

tentang nilai tambah mineral, maka ekspor dalam bentuk mentah tidak akan

terjadi lagi dan akan meningkatkan daya saing aluminium oksida dan

aluminium Indonesia di dunia, sehingga prospek perkembangan bauksit dan

sumber daya mineral lainnya Indonesia di masa mendatang akan lebih baik.

Seperti yang dinyatakan dalam pasal 170 yang menyebutkan bahwa

pemerintah melarang ekspor tambang dalam bentuk bahan baku, kecuali

perusahaan tersebut mampu mengolahnya, baik dalam bentuk setengah jadi

maupun jadi.

3. Pada tahun 2010, bauksit Indonesia tercatat sekitar 726.585.010 ton bijih,

sedangkan cadangannya diperkirakan mencapai 179.503.546 ton. Pada tahun

2010 juga, indonesia tercatat sebagai produsen bauksit ke-7 dunia dengan

produksi sebesar 10,28 juta ton (Suseno, 2013).

4. Dari segi sosial ekonomi, diharapkan dengan berdirinya pabrik ini, dapat

menyerap tenag kerja lokal dan secara tidak langsung dapat meningkatkan

perekonomian masyarakat.

1.2. Penentuan Kapasitas Perancangan

Penentuan kapasitas produksi perancangan pabrik Aluminium Oksida

didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan
4
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
1. Kebutuhan aluminium oksida

2. Ketersediaan bahan baku (bauksit) di Indonesia

3. Kapasitas Pabrik yang sudah berdiri.

1.2.1. Prediksi Kebutuhan Aluminium Oksida

Permintaan aluminium oksida di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung

meningkat. Hal ini dapat diketahui dari data perkembangan impor aluminium

oksida Indonesia cenderung meningkat. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Data Impor Aluminium Oksida Indonesia

Tahun Jumlah Impor (Ton/Tahun)


2004 396.467,32
2005 470.922,91
2006 452.071,09
2007 418.582,20
2008 441.795,66
2009 484.171,34
2010 456.161,81
2011 441.332,78
2012 518.474,23
2013 516.189,34
2014 569.958,48
(Biro Pusat Statistik: Data Impor Indonesia Tahun 2004-2014)

Impor Aluminium Oksida Indonesia


600000
y = 12.406x - 24.455.716
500000
kapasitas (ton)

400000

300000

200000

100000

0
1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016
Tahun
Gambar 1.1 Data Impor Aluminium Oksida Indonesia

BAB I Pendahuluan
5
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
Dari hasil ekstrapolasi dengan metode regresi linier data di atas,

didapatkan persamaan y (kapasitas tahun x) = 12.406 x (tahun x) - 24.455.716.

Pabrik aluminium oksida direncanakan beroperasi pada tahun 2018. Dapat

diketahui bahwa perkiraan impor aluminium oksida pada tahun 2018 adalah ±

579.106 ton/tahun.

1.2.2. Ketersedian Bahan Baku

Ketersediaan bahan baku sangat mempengaruhi kelangsungan proses suatu

pabrik. Bahan baku pembuatan aluminium oksida terdiri dari bauksit yang

diperoleh dari beberapa industri tambang bauksit yang terdapat di Kalimantan

Barat. dan natrium hidroksida (NaOH) yang diperoleh dari PT. Asahimas Tbk.

sebagai pelarut dimana ketersediaanya mencapai.

Di Kalimantan Barat (DESDM Kalimantan Barat, 2011) terdapat 49

perusahaan yang memiliki IUP dengan luas total yang dikuasai sekitar 557.259

Ha, 27 perusahaan berada di Sanggau dengan luas 247.338 Ha, di Bengkayang

terdapat 2 perusahaan dengan luas 9.500 Ha, Landak sebanyak 8 perusahaan

(57.217 Ha), Kayong Utara 5 perusahaan (9.985 Ha), Kabupaten Pontianak 3

perusahaan (35.250 Ha) dan di perbatasan antar kabupaten/kota sebanyak 4

perusahaan (197.970 Ha). Jumlah sumber daya bauksit di wilayah ini

diperkirakan cukup besar yaitu sekitar 3,29 miliar ton, Sanggau dan lokasi yang

berada di wilayah perbatasan dua kabupaten adalah wilayah yang memiliki

sumber daya bauksit terbesar masing-masing 1,28 miliar ton dan 1,02 miliar ton.

Masa berlakunya IUP tersebut berkisar antara 2 sampai 20 tahun. Jika sumber

daya bauksit milik PT. Antam Tbk yang di Sanggau (Kalimantan Barat) yang

BAB I Pendahuluan
6
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
luasnya 36.410 Ha besarnya 188,30 juta ton. Dengan asumsi tingkat produksi

tetap, maka umur tambang perusahaan ini sekitar 55,06 tahun. Artinya bahwa

selama 55 tahun ke depan keberlangsungan kegiatan produksi pabrik aluminium

oksida ini dijamin keberadaan oleh sumber daya bauksit yang dimilikinya saat

ini.

1.2.3. Kapasitas Pabrik yang Telah Berdiri

Kapasitas minimal pabrik yang layak berdiri dapat diketahui dari kapasitas

pabrik-pabrik yang telah beroperasi. Data kapasitas pabrik aluminium oksida

yang telah beroperasi di dunia dapat dilihat pada tabel 1.2.

Dengan mempertimbangkan faktor dari hasil pengolahan data permintaan

Aluminium oksida, ketersediaan bahan baku dan peninjauan kapasitas produksi

pabrik yang telah beroperasi serta kemampuan penyerapan pasar, kami

memutuskan membuat pabrik aluminium oksida menggunakan proses Bayer

dengan kapasitas 1.000.000 ton/tahun. Kapasitas pabrik ini telah mempunyai

feasibility yang baik, dibuktikan dengan adanya pabrik dengan kapasitas serupa

yang telah didirikan dan pabrik ini akan mulai beroperasi pada tahun 2018.

Kapasitas yang direncanakan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dalam

negeri dan selebihnya dapat diekspor ke negara negara lain.

1.3. Pemilihan Lokasi Pabrik

Lokasi pabrik merupakan salah satu faktor penting dalam pendirian suatu

pabrik untuk kelangsungan operasi pabrik. Banyak pertimbangan yang menjadi

dasar dalam menentukan lokasi pabrik, antara lain: letak pabrik dekat dengan

BAB I Pendahuluan
7
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
sumber bahan baku, pasar penunjang, transportasi, tenaga kerja, kondisi sosial

politik, dan kemungkinan perluasan area pabrik dimasa yang akan datang.

Tabel 1.2 Kapasitas Produksi Pabrik Aluminium Oksida di Dunia

Kapasitas produksi
Pabrik Lokasi
(ton/tahun)
Alcoa World Aluminium
Australia 2.400.000
oksida and Chemicals
Rio Tinto Alcan Australia 1.400.000

Chinalco China 975.000

Hindalco India 700.000

Ewarton Alumina Jamaica 675.000

Volkhov Alumina Russia 400.000


(www.wikipedia.com)

Pabrik aluminium oksida ini direncanakan akan didirikan di Kabupaten

Sanggau, Kalimantan Barat. Pemilihan ini dimaksudkan untuk mendapatkan

keuntungan secara teknis dan ekonomis berdasarkan pertimbangan :

1. Faktor Utama

Faktor ini mempengaruhi secara langsung tujuan utama pabrik yang meliputi

produksi dan distribusi produksi. Faktor utama ini meliputi :

1. Penyediaan Bahan Baku

Bahan baku merupakan kebutuhan utama bagi kelangsungan suatu pabrik

sehingga bahan baku sangat diprioritaskan. Bahan baku aluminium oksida,

bauksit, direncanakan diperoleh dari PT. Antam Tbk yang terletak di Kabupaten

Sanggau, Kalimantan Barat, sedangkan bahan baku natrium hidroksida diperoleh

dari PT. Asahimas Chemical Tbk. yang terletak di Cilegon, Banten. Letak antara

BAB I Pendahuluan
8
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
pabrik dan sumber bahan baku yang dekat diharapkan agar penyediaan bahan

baku dapat tercukupi, lancar dan berkesinambungan.

2. Letak pabrik dengan daerah pemasaran

Pabrik aluminium oksida terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

dalam negeri dan sisanya untuk kebutuhan luar negeri. Sanggau, Kalimantan

Barat merupakan daerah kawasan industri yang mempunyai posisi strategis

sehingga mempunyai daerah pemasaran yang cukup baik terutama untuk

memenuhi kebutuhan industri-industri di Indonesia.

3. Sarana dan Transportasi

Sanggau memiliki sarana transportasi yang memadai. Untuk pemasaran keluar

negeri sarana transportasi laut pun sangat memadai karena wilayahnya tidak jauh

dari pelabuhan dan dekat dengan sungai Kapuas.

4. Tenaga kerja

Daerah Kalimantan Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki

kepadatan penduduk yang tinggi di pulau Kalimantan, sehingga masalah

penyediaan tenaga kerja, baik terdidik maupun tidak terdidik tidak menjadi

masalah.

5. Utilitas

Utilitas yang diperlukan seperti air, bahan baku dan tenaga listrik dapat

dipenuhi karena dengan dengan sungai Kapuas, terdapat PLN dan Pertamina EP.

 Penyediaan air, diperoleh dari Sungai Kapuas dengan debit 522.500

liter/detik.

BAB I Pendahuluan
9
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
 Penyediaan tenaga listrik, diperoleh dari PLN dengan kapsitas PLN Kalbar

sekirat 364 MW dan generator pabrik.

6. Kondisi tanah dan daerah

Kondisi tanah yang relatif masih luas dan merupakan tanah datar dengan

kondisi iklim yang relatif stabil sepanjang tahun sangat menguntungkan untuk

pendirian pabrik ini. Sanggau merupakan daerah pertambangan yang lahan –

lahan di daerah tersebut banyak yang kosong sehingga cocok untuk pendirian dan

pembangunan suatu pabrik.

7. Kebijakan pemerintah

Pendirian pabrik perlu memperhatikan faktor kepentingan pemerintah yang

terkait di dalamnya. Kebijaksanaan pengembangan industri berhubungan dengan

pemerataan kesempatan kerja serta hasil-hasilnya.

2. Faktor Penunjang

Pendirian pabrik di daerah Sanggau dengan mempertimbangkan bahwa di

daerah itu telah memiliki sarana dan prasarana yang meliputi jalan – jalan, bank –

bank, dan jaringan telekomunikasi yang baik dan lengkap.

Lokasi Pabrik
Aluminium
Oksida

Gambar 1.2 Peta Lokasi Pabrik Aluminium Oksida

BAB I Pendahuluan
10
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
1.4. Tinjauan Pustaka

1.4.1. Macam-macam Proses

Ada beberapa jenis aluminium oksida yaitu Smelter Grade Alumina

(SGA) atau metallurgical grade alumina, digunakan untuk produksi logam

aluminium, refractory grade alumina dengan bervariasi kemurnian produk,

digunakan dalam produksi produk tahan api dan abrasive dan high purity alumina

digunakan untuk bahan kimia berbasis alumina, refraktori canggih, kosmetik dll

Selain itu aluminium oksida trihidrat (Al2O3.3H2O) sering dijual langsung ke

pabrik/toko kimia dan aplikasi dengan tingkat kemurnian tinggi di mana lebih

dimurnikan atau diproses.

Tujuan dari pemurnian (refining) adalah untuk mengisolasi dan

mempertahankan Al2O3.3H2O dari bauksit dan membuang residu padatan

(terutama oksida besi dan mineral silika) dari proses. Output dari proses

pemurnian aluminium oksida tri-hidrat dan aliran limbah 'lumpur merah' yang

mengandung impuritas. aluminium oksida tri-hidrat kemudian dikalsinasi pada ~

970°C untuk menghilangkan air kristal yang terkandung dalam padatan,

kemurnian produk aluminium oksida biasanya> 99,5%. Dalam pemurnian

aluminium oksidaterdapat beberapa macam proses, yaitu:

1. Proses sinter

Proses sinter mengambil pendekatan proses pyro metalurgi untuk 'lock-up'

silika dan sehingga mencegah dari kontaminasi produk aluminium oksida. Proses

ini secara signifikan lebih mahal, baik modal dan biaya operasi, sehingga

kebanyakan plant yang menggunakan proses ini telah ditutup. Ini memiliki

BAB I Pendahuluan
11
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
keuntungan untuk dapat memperlakukan aluminium oksida yang memiliki rasio

sangat rendah aluminium oksida to silica ratio (rendah A/S) dan kemampuannya

untuk menghasilkan produk dengan kemurnian lebih tinggi (sehingga

membuatnya lebih baik untuk aplikasi volume rendah menuntut kemurnian lebih

tinggi). Kelemahan lain untuk teknologi sintering bahwa dalam bentuk tradisional

aluminium oksida yang dihasilkan very fine grained, sehingga lebih sulit untuk

ditangani dalam peralatan smelting modern.

1. Comminution: bauksit dicampur dengan kapur dan natrium karbonat atau

kaustik.

2. Sintering: ground meal dimasukkan ke rotary calciner yang besar, biasanya

digunakan bahan bakar batubara atau minyak dan dipanaskan pada temperatur

1200 °C. Mineral silikat bereaksi dengan kalsium dalam batu kapur untuk

membentuk dikalsium silikat (Ca2SiO4) yang menyebabkan jauh lebih sedikit

larut dalam tahap hidrometalurgi nanti. Aluminium oksida membentuk

natrium aluminium oksida sangat larut.

3. Pendinginan klinker dan grinding: klinker dari operasi sinter didinginkan dan

dikecilkan ukuran partikelnya.

4. Leaching: tanah klinker dileaching menggunakan larutan natrium karbonat.

5. Klarifikasi: pregnant liquor (cairan hasil leaching) dipisahkan dari grinds

klinker

6. De-silication: pregnant liquor (cairan hasil leaching) dipanaskan dan

dikondisikan untuk mengendapkan setiap silika yang terbentuk selama tahap

pencucian.

BAB I Pendahuluan
12
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
7. Klarifikasi: pregnant liquor (cairan hasil leaching) diklarifikasi untuk

menghilangkan padatan yang akan memberikan silika akumulasi untuk produk

akhir.

8. Presipitasi: pregnant liquor (cairan hasil leaching) dipaksa untuk

mengendapkan aluminium oksida trihidrat (Al2O3.3H2O) dengan

menyuntikkan karbon dioksida (diambil dari gas off dari operasi sintering.

Bahan ini juga dicuci untuk memastikan minimal pregnant liquor (cairan hasil

leaching) terakumulasi pada aluminium oksida trihidrat (Al2O3.3H2O).

9. Kalsinasi: aluminium oksida trihidrat (Al2O3.3H2O) yang dikalsinasi pada

1000 °C untuk melepas air kristal yang terbentuk, dan kemurnian aluminium

oksida biasanya > 99% Al2O3.

2. Proses Bayer

Sekarang proses Bayer mendominasi produksi aluminium oksida karena

memiliki biaya produksi terendah diantara proses lainnya. Proses ini

menggunakan sirkulasi larutan kaustik terkonsentrasi untuk melarutkan

aluminium trihidrat (Al2O3.3H2O) yang terkandung dalam bauksit, memisahkan

cairan hasil reaksi dari solid residue, dan kemudian kembali endapan menjadi

aluminium oksida trihidrat (Al2O3.3H2O). dan proses kalsinasi mengubah tri-

hidrat untuk aluminium oksida seluruhnya.

1. Comminution: bauksit masuk dikecilkan ukuran partikelnya untuk

mempercepat proses digester dan pencampuran dengan cairan kaustik.

2. Pre-desilication: slurry dikirim ke pre-desilication step (100°C, tekanan 1 bar.

Hal ini membantu untuk pra bereaksi tanah liat apapun atau bauksit yang

BAB I Pendahuluan
13
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
mengadung silika sangat reaktif dan mulai terjadinya pembentukan produk

desilication (DSP). Pre-desilication meminimalkan waktu tinggal lumpur pada

tahap digestion.

3. Digestion: slurry hasil pre-desilication dikirim ke proses digestion. Kemudian

slurry dipanaskan sampai antara ~ 140 ° C dan 260 ° C (tergantung pada jenis

bauksit). Aluminium oksida dan silika mineral larut dan kemudian silika

kembali endapan sebagai 'produk desilication' (DSP).

4. Flash Down: Slurry hasil digestion didinginkan sampai 105 °C (dan tekanan

berkurang kembali ke tekanan 1 bar) dengan memungkinkan terjadinya

penguapan air atau di flashing pada stage bertingkat. Pembentukan DSP harus

selesai pada tahap ini, namun sebagian besar mineral aluminium oksida tetap

terlarut dalam cairan.

5. Pemisahan & klarifikasi: Komponen padat dan cair dari slurry dipisahkan

menggunakan setller bertingkat atau Deep Cone Thickener untuk

mendapatkan kembali pregnant liquor sebanyak mungkin. Lumpur berisi solid

yang tinggi dikirim ke disposal area. pregnant liquor dan hasil pencucian

dikirim ke penyaringan atau polishing untuk menghilangkan kandungan

padatan yang masih terbawa - membantu menghindari kontaminasi

ketidakmurnian produk akhir dan mencegah akumulasi inti untuk proses

presipitasi.

6. Presipitasi: pregnant liquor secara bertahap didinginkan dari sekitar 80 °C

hingga 65 °C di vessel besar bertingkat. Aluminium oksida yang terlarut

terpresipitasi sebagai aluminium oksida trihidrat (Al2O3.3H2O). aluminium

BAB I Pendahuluan
14
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
oksida yang panas dicuci untuk menghilangkan oksalat yang juga mengendap

di spent liquor.

7. Kalsinasi: aluminium oksida trihidrat (Al2O3.3H2O) yang dikalsinasi pada ~

1000 °C untuk menghilangkan air hidrat yang terkandung dalam padatan.

aluminium oksida biasanya kemurnian > 99,5% Al2O3.

8. Lainnya: Streaming dari spent liquor kini lebih lanjut diperlakukan untuk

menghilangkan kotoran lainnya, dengan cara dievaporasi untuk membuang

kelebihan air, dan digunakan untuk memanaskan slurry sebelum masuk

reaktor (untuk menghemat biaya energi proses). kaustik tambahan yang

ditambahkan untuk make up kerugian dari cairan yang terikut di lumpur.

Dalam pemurnian proses Bayer bauksit suhu tinggi (biasanya yang bauksit

membutuhkan suhu pencernaan 250 ° C atau lebih), ada varian proses sebagai

sweetening. Ini melibatkan menyuntikkan tambahan ~ 25% dari slurry bauksit

suhu rendah (gibbsite) ke dalam flash down (Stage 4). Aluminium oksida

dalam slurry bauksit (gibbsite) larut dengan cepat dalam aliran suhu tinggi,

sehingga konsentrasi aluminium oksida yang terlarut dalam cairan secara

signifikan lebih tinggi dari sebenarnya dapat dicapai dengan mengolah bauksit

suhu tinggi saja. Dengan cara ini “sweetening" memungkinkan aluminium

oksida ekstra untuk diproduksi dari pabrik suhu tinggi yang ada hanya sangat

kecil modal dan operasi kenaikan biaya (pro rata, jauh lebih kecil dari

aluminium oksida yang dihasilkan).

BAB I Pendahuluan
15
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun

Gambar 1.3 Diagram Proses Bayer

Gambar 1.4 Diagram Proses Sinter

3. Proses kombinasi

Ada sejumlah upaya untuk menggabungkan teknologi Bayer dan Sinter dalam

upaya untuk menemukan cara yang ekonomis pengolahan bauksit kelas rendah.

Untuk saat ini tak satu pun dari proses kombinasi ini telah benar-benar

membuktikan bahwa sukses dan semua bar beberapa pabrik di China dan satu di

Kazakhstan telah ditutup.

BAB I Pendahuluan
16
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
Satu kombinasi varian yang bertahan untuk sukses, dengan biaya negara

rendah seperti Cina, adalah Red Mud Sinter (RMS). Dalam varian ini lumpur dari

plant Bayer disinter memungkinkan reklamasi sebagian besar soda kaustik dan

aluminium oksida yang lain akan hilang dengan lumpur merah. Untuk menjadi

sukses biaya energi dan bunga atas modal untuk pabrik tambahan yang diperlukan

harus kurang dari biaya yang hilang aluminium oksida dan kaustik yang akan

terjadi.

4. Proses lain

Ada sejumlah proses lainnya untuk memproduksi aluminium oksida yang

telah dipraktekkan atau diselidiki selama beberapa dekade, namun tak satu pun

dari ini telah layak diluar ekonomi dikendalikan dari masa lalu. Bahan baku yang

mengandung aluminium oksida untuk proses-proses ini dapat berupa bauksit,

tetapi lebih biasanya bahan biaya yang lebih rendah lainnya seperti tanah liat

aluminium oksida, fly ash yang mengdung kadar aluminium oksida yang tinggi,

atau nepheline.

Proses non-Bayer ini Sangat sering bergantung pada penjualan produk

samping seperti semen atau zeolit agar ekonomis.

a. Proses asam

Pengolahan bauksit atau mineral lain yang mengandung aluminium

oksida dengan asam telah dicoba dengan luas. Belum ada skala besar

plant komersial yang pernah dibangun karena biaya operasional dan

modal yang lebih tinggi. Selain itu masalah korosi dan potensi kebocoran

reagen beracun (misalnya gas klorin) menambah potensial kesulitan

BAB I Pendahuluan
17
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
operasi. Proses asam, karena kemampuannya untuk menghasilkan

kemurnian aluminium oksida yang sangat tinggi dalam suatu proses

tunggal, sangat memiliki potensi untuk produksi dalam jumlah kecil

aluminium oksida kemurnian tinggi untuk aplikasi khusus (tapi tidak

SGA).

b. Greymeck

Proses Greymeck pernah beroperasi di Polandia pada dasarnya adalah

proses semen basah yang juga memproduksi aluminium oksida;

menghasilkan sekitar 9 ton semen untuk setiap ton aluminium oksida.

Berbasis di sekitar teknologi sinter, satu pabrik di Cina (Mengxi) telah

dibangun di sekitar teknologi ini. Stok pakan aluminium oksida untuk

proses tinggi aluminium oksida fly ash.

(www.thebauxiteindex.com)

1.4.2. Alasan Pemilihan Proses

Proses yang dipilih dalam pembuatan aluminium oksida pada pabrik ini

adalah proses Bayer di mana bauksit pada tahap ekstraksi ditambahkan natrium

hidroksida pada suhu relatif rendah. Pemilihan proses ini didasarkan pada:

 Proses Bayer merupakan proses yang paling ekonomis.

 Digunakan untuk kapastas besar dan produk yang dihasilkan memiliki jenis

Smelter Grade Alumina (SGA) atau metallurgical grade alumina yang

digunakan untuk pembuatan logam aluminium

 Bahan baku yang digunakan dalam proses bayer memiliki kandungan bauksit

tinngi dan kandungan silika rendah

BAB I Pendahuluan
18
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
 Pada proses Bayer tidak diperlukan temperatur yang tinggi dalam proses

digestion.

 Proses Bayer tidak memerlukan banyak energi sehingga biaya produksi yang

dibutuhkan tidak terlalu besar.

Tabel 1.3 Perbandingan Proses Pemurnian Aluminium Oksida

Proses yang dibandingkan


Tinjauan
Bayer Sinter Asam
1. Konversi ≥ 99,5% 99 % > 99,5%
2. Kapasitas Besar Besar Kecil
3. Aplikasi di Mayoritas Minoritas (<2%) -
Industri
(feasibility)
4. Bahan baku Bauxite Fly Ash, Clay, Fly Ash, Clay,
Neptheline, Neptheline,
Anorthosite Anorthosite
5. Kondisi Digestion Sintering -
operasi T=140°C-260°C T=1200°C
P= 4-35 bar P= 1 bar
Precipitation Precipitation
T=60°C-80°C T=60°C-80°C
P= 1 bar P= 1 bar
Calcination Calcination
T=1000°C T=1000°C
P= 1 bar P= 1 bar
6. Kebutuhan Rendah Tinggi Tinggi
Energi
7. Tingkat Rendah Tinggi Tinggi
Korosi
8. Tingkat
kontrol and Rendah Tinggi Tinggi
handling

BAB I Pendahuluan
19
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
1.4.3. Kegunaan Produk

Aluminium oksida (Al2O3) adalah senyawa kimia berwujud padatan,

berwarna putih, tidak berbau, tidak larut dalam air, dietil eter dan etanol.

Aluminium oksida umumnya disebut dengan alumina dan mungkin disebut juga

dengan aloxide, aloxite, atau alundum tergantung pada bentuk atau kegunaan

secara khusus. Aluminium oksida merupakan bahan intermediate yang digunakan

sebagai

1. Aluminium oksida untuk bahan metalurgi (smelter grade alumina)

Produksi aluminium adalah aplikasi utama untuk aluminium oksida; lebih

dari 92% dari produksi aluminium oksida dunia digunakan untuk tujuan ini.

Spesifikasi aluminium oksida metalurgi komersial cukup penting untuk

dipertimbangkan oleh industri aluminium oksida. Secara umum, telah terjadi

pergeseran dari yang relatif ukuran kecil-partikel, yang dikalsinasi, sering disebut

“floury” alumina menjadi kasar, mudah mengalir, bebas debu, kurang dikalsinasi,

'sering disebut ”sandy” alumina dengan ukuran partikel yang lebih kecil dan

kemurnian yang lebih tinggi.

2. Aluminium oksida untuk industri kimia (chemical grade alumina)

Aluminium oksida, dalam berbagai bentuk, adalah salah satu bahan kimia

anorganik yang diproduksi dalam volume besar hari ini. Meskipun produksi

logam aluminium mengkonsumsi 90% dari semua aluminium oksida, peningkatan

jumlah sedang diterapkan dalam industri kimia untuk pengisi, adsorben, katalis,

keramik, abrasive, dan refraktori. Dengan perkembangan dan pertumbuhan dari

aplikasi dan pasar untuk bahan kimia berbahan dasar aluminium oksida, semua

BAB I Pendahuluan
20
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
produsen aluminium oksida utama, selama bertahun-tahun, telah dikonversi

bagian dari kapasitas mereka untuk menghasilkan berbagai bahan kimia berbahan

dasar aluminium oksida. Bahkan industri aluminium oksida yang lebih kecil dan

tua telah benar-benar dikonversi ke produksi bahan kimia berbahan dasar

aluminium oksida agar layak secara ekonomi. Produksi aluminium oksida untuk

industri kimia hampir 8% dari produksi dunia.

(Hudson, 2000)

1.4.4. Sifat-Sifat Fisis dan Kimia Bahan Baku dan Produk

1.4.4.1. Sifat-Sifat Fisis dan Kimia Bahan Baku

a. Bauksit

Sifat Fisis

- Spesicific gravity : 2,45 – 3,25

- Apparent density : 3,08 g/cm3

- Bulk density : 3,1 g/cm3

- Suhu Kalsinasi : 1650oC

- Apparent porosity : 8,4%

(www.mineralszone.com)

Sifat Kimia

- Tidak mudah larut dalam air

(Alcan International Ltd.)

b. Natrium Hidroksida

Sifat Fisis

 Rumus molekul : NaOH

BAB I Pendahuluan
21
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
 Berat molekul : 40 g/mol

 Titik didih : 1391oC

 Titik leleh : 318oC

 Kapasitas panas : 0,3558 kkal/kg.oC

 Panas pembentukan : -122,4 kkal/mol

(Perry, 1997)

Sifat Kimia

NaOH bereaksi dengan asam mineral membentuk garam dan bereaksi

juga dengan asam lemak bentuk gas seperti H2S, SO2 dan CO2 dengan reaksi:

 H2S + 2 NaOH Na2S + H2O

 CO2 + 2 NaOH Na2CO3 + H2O

Reaksi soda kaustik dengan logam atmosfer dan reaksi oksidasinya

membentuk garam laut, contoh: hidrat aluminium oksida membentuk natrium

aluminium oksidat.

Al(OH)3 + NaOH NaAlO2 + H2O

Reaksi ini adalah dasar ekstraksi aluminium oksida dari bauksit dengan

proses Bayer.

Reaksi NaOH dengan propilen membentuk propilen membentuk

chlorohydrin dengan reaksi:

C3H6OH + NaOH C3H6OH + H2O

(Hudson,2000)

BAB I Pendahuluan
22
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
1.4.4.2. Sifat-Sifat Fisis dan Kimia Produk

Aluminium oksida

Sifat fisis

- Berat molekul : 101,94 g/mol

- Titik didih : 2.977oC

- Titik lebur : 2.072oC

- Densitas : 3,95 g/cm3

(Alcan International Ltd.)

Sifat Kimia

- Mudah bereaksi dengan oksigen di udara

- Mempunyai tatanan terkemas rapat ion-ion oksida tetapi berbeda

dalam tatanan kation – kationnya.

(www.americanelements.com)

1.4.5. Tinjauan Proses Secara Umum

Bayer Proses adalah cara yang paling ekonomis untuk mendapatkan

alumina dari bauksit. Proses lain untuk memperoleh alumina dari bijih logam juga

digunakan di beberapa kilang, terutama di Cina dan Rusia, meskipun ini membuat

persentase yang relatif kecil dari produksi global. Tahapan proses Bayer adalah

1. Milling (Penggilingan)

Bauksit dicuci (washing) dan hancur (crushing), memperkecil ukuran partikel

dan meningkatkan luas permukaan yang tersedia untuk tahap digestion. Kapur dan

"spent liquor" (caustic soda kembali dari tahap presipitasi) ditambahkan pada

tahapan ini untuk membuat slurry dapat dipompa.

BAB I Pendahuluan
23
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
2. Desilication

Bauksit yang memiliki tingkat reaktif silika (SiO2) tinggi harus melalui

sebuah proses untuk menghilangkan impuritas ini. Silika dapat menyebabkan

masalah dengan pembentukan kerak dan kualitas produk akhir.

3. Digestion

Larutan panas kaustik soda (NaOH) digunakan untuk melarutkan bauksit

(gibbsite, böhmite and diaspore) untuk membentuk larutan natrium aluminat yang

lewat jenuh atau disebut "pregnant liquor".

Gibbsite:

Al(OH)3 + Na+ + OH- → Al(OH)4- + Na+

Al2O3.3H2O + 2 NaOH 2 NaAlO2+ 4 H2O

Böhmite and Diaspore:

AlO(OH) + Na+ + OH- + H2O → Al(OH)4- + Na+

Kondisi di dalam digester (konsentrasi kaustik, suhu dan tekanan) diatur

sesuai dengan sifat/jenis dari bijih bauksit. Bijih bauksit dengan kandungan

gibbsite tinggi dapat diproses pada 140 °C, sementara bauksit böhmite/diaspore

memerlukan suhu antara 200 dan 280 °C. Tekanan tidak terlalu penting untuk

proses seperti itu, tapi didefinisikan oleh tekanan saturasi steam dari proses. Pada

240° C tekanan steam sekitar 3,5 MPa.

Slurry tersebut kemudian didinginkan dalam serangkaian flash tank pada

temperatur sekitar 106 °C pada tekanan 1 bar dan dengan flashing off steam.

Steam ini digunakan untuk memanaskan spent liquor. Dalam beberapa digestion

refineries bersuhu tinggi, kualitas bauksit yang lebih tinggi (trihydrate)

BAB I Pendahuluan
24
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
diinjeksikan ke flash train untuk meningkatkan produksi. Proses "sweetening" ini

juga mengurangi penggunaan energi per ton produksi.

Meskipun suhu yang lebih tinggi seringkali secara teoritis menguntungkan,

ada beberapa kelemahan yang potensial, termasuk kemungkinan oksida selain

alumina melarut ke dalam kaustik soda.

4. Clarification/Settling

Tahap pertama dari klarifikasi adalah untuk memisahkan padatan (residu

bauksit) dari pregnant liquor (natrium aluminat tetap dalam larutan) melalui

sedimentasi. Zat aditif (flocculant) ditambahkan untuk membantu proses

sedimentasi. Residu bauksit (impuritas) turun ke bagian bawah tangki pengendap

(settling tank), kemudian ditransfer ke tangki pencuci (washing tank), di mana

residu bauksit mengalami serangkaian tahapan pencucian (washing) untuk me-

recover soda kaustik (yang dapat digunakan kembali dalam proses pencernaan).

Pemisahan lebih lanjut pregnant liquor dari residu bauksit dilakukan dengan

memanfaatkan serangkaian alat filter. Tujuan dari filter adalah untuk memastikan

bahwa produk akhir tidak terkontaminasi dengan kotoran hadir dalam residu.

Tergantung pada persyaratan fasilitas penyimpanan residu, selanjutnya tahap

thickening, filtration dan/atau netralisasi dipekerjakan sebelum dipompa ke daerah

pembuangan residu bauksit.

5. Precipitation

Dalam tahap ini, alumina tersebut diperoleh dengan kristalisasi dari pregnant

liquor, yang mana larutan natrium aluminat dikondisikan menjadi supersaturated.

Proses kristalisasi dikendalikan oleh pendinginan progresif dari pregnant liquor,

BAB I Pendahuluan
25
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
menghasilkan pembentukan kristal kecil aluminium trihydroxide (Al(OH)3,

umumnya dikenal sebagai "hidrat"), yang kemudian tumbuh dan menggumpal

untuk membentuk kristal yang lebih besar. Reaksi presipitasi adalah kebalikan

dari reaksi balik gibbsite dalam tahap digestion:

Al(OH)4- + Na+ → Al(OH)3 + Na+ + OH-

2 NaAlO2+ 4 H2O Al2O3.3H2O + 2 NaOH

6. Evaporation

Spent liquor dipanaskan melalui serangkaian heat exchanger dan kemudian

didinginkan dalam serangkaian flash tank. Kondensat yang terbentuk dalam

pemanas tersebut kembali digunakan dalam proses, misalnya sebagai air umpan

boiler atau untuk residu mencuci bauksit. Soda kaustik tersisa dicuci dan

dikembalikan ke dalam proses digestion.

7. Classification

Kristal gibbsite yang terbentuk pada proses presipitasi diklasifikasikan ke

dalam rentang ukuran. Hal ini biasanya dilakukan dengan menggunakan yang

cyclone atau gravity classification tank (serangkaian thickeners memanfaatkan

prinsip yang sama seperti settler/washer di clarification stage). Kristal ukuran

coarse ditujukan untuk kalsinasi setelah dipisahkan dari spent liquor

memanfaatkan filtrasi vakum, di mana padatan dicuci dengan air panas.

Kristal halus (fine crystal), setelah dicuci untuk menghilangkan kotoran

organik, yang kembali ke tahap preispitasi sebagai fine seed untuk digumpalkan

(agglomeration).

BAB I Pendahuluan
26
Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida
dari Bauksit dengan Proses Bayer
Kapasitas 1.000.000 Ton / Tahun
8. Calcination

Filter cake dimasukkan ke calciners mana mereka dikalsinasi pada suhu

hingga 1100 °C untuk mengusir free moisture dan chemically-connected water,

menghasilkan padatan alumina. Ada teknologi kalsinasi yang berbeda digunakan,

termasuk suspension calciner, fluidised bed calciner dan rotary kiln.

Persamaan berikut menggambarkan reaksi kalsinasi:

Al2O3.3H2O → Al2O3 + 3H2O

Alumina, bubuk putih, adalah produk dari langkah ini dan produk akhir dari

proses Bayer, siap untuk pengiriman ke smelter aluminium atau industri kimia.

(www.bauxite.world-aluminium.org)

BAB I Pendahuluan

Anda mungkin juga menyukai