Anda di halaman 1dari 34

PENINGKATAN KINERJA

PELAKSANAAN ANGGARAN
MELALUI OPTIMALISASI IKPA

Edward UP Nainggolan
Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan
Provinsi Kalimantan Barat
Definisi IKPA

Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA)

“ adalah indikator yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan selaku BUN


untuk mengukur kualitas kinerja pelaksanaan anggaran belanja
Kementerian Negara/Lembaga dari sisi kesesuaian terhadap


perencanaan, efektivitas pelaksanaan anggaran, efisiensi pelaksanaan
anggaran, dan kepatuhan terhadap regulasi

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 195/PMK.05/2018 tentang


Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Belanja K/L
Latar Belakang

 Memastikan pengelolaan APBN khususnya belanja pemerintah


yang dilaksanakan K/L sampai dengan tingkat satker dapat berjalan
dengan baik.
 Pola penyerapan anggaran tidak proporsional dan cenderung masih
menumpuk di akhir tahun dengan kualitas belanja dan capaian
output yang belum sesuai target.
 Sebagai langkah mitigasi dan perumusan kebijakan pelaksanaan
anggaran atas masih banyaknya kendala dan permasalahan dalam
pelaksanaan anggaran K/L di tingkat satker.
Tujuan Pengukuran Kinerja dengan IKPA

Kelancaran Pelaksanaan Anggaran:


1 (Pembayaran/Realisasi Anggaran, Penyampaian Data Kontrak, Penyelesaian Tagihan, SPM
yang Akurat, Kebijakan Dispensasi SPM)

Menjamin
Mendukung Manajemen Kas:
Ketercapaian (Pengelolaan UP/TUP, Revisi DIPA, Renkas/RPD, Deviasi Halaman III DIPA, Retur
2
Keluaran/Output SP2D)
(Output Delivery)

Meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan (LKKL/LKPP):


3 (Penyampaian LPJ Bendahara dan Penyelesaian Pagu Minus Belanja)

6
FORMULA IKPA 2019

Kesesuaian Perencanaan dan Penganggaran (14%) Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan (41%)


01 02 03 04 05 06
Revisi DIPA Halaman III DIPA Pagu Minus Penyelesaian Tagihan Realisasi Retur SP2D
Jumlah revisi anggaran Besarnya gap antara Persentase pagu minus Jumlah penyelesaian Realisasi terhadap Jumlah SP2D yang
K/L dibandingkan realisasi dgn rencana belanja pegawai tagihan yang tepat target per triwulan (TW diretur dibanding
jumlah DIPA (hanya penarikan dana pada terhadap total pagu waktu pada SPM LS 1 = 15%; TW 2 = 40%; jumlah SP2D yang terbit
revisi pagu tetap) halaman III DIPA Non Belanja Pegawai TW 3 = 60%; dan TW 4 =
(17 HK) 90%)

Bobot: Bobot: Bobot: Bobot: Bobot: Bobot:


5% 5% 4% 15% 20% 6%
Kepatuhan Terhadap Regulasi (30%) Efisiensi Pelaksanaan Kegiatan (15%)
07 08 09 10
10 11 12
Pengelolaan UP Rekon LPJ Bendahara Data Kontrak Dispensasi
DispensasiSPM
SPM Perencanaan Kas Pengembalian SPM
Dihitung berdasarkan Rasio LPJ tepat waktu Rasio data kontrak Rasio dispensasi SPM Rasio Renkas yang Rasio pengembalian
jumlah GUP tepat terhadap seluruh LPJ tepat waktu terhadap yang diajukan tepat waktu terhadap SPM terhadap seluruh
waktu dibagi seluruh yang disampaikan ke seluruh data kontrak terhadap seluruh SPM seluruh Renkas yang SPM yang diajukan K/L
record GUP (<30HK) KPPN (maks tgl 10 awal yang disampaikan ke yang diajukan oleh K/L disampaikan ke KPPN
bulan) KPPN (5 HK)

Bobot: Bobot: Bobot: Bobot: Bobot: Bobot:


10% 5% 15% 4% 5% 6%
NILAI IKPA GABUNGAN SELURUH SATKER DI KALIMANTAN BARAT
TRIWULAN I 2019

Nilai
Kesesuaian dengan Kepatuhan terhadap Efektivitas Pelaksanaan Efisiensi Pelaksanaan Kinerja
Perencanaan Regulasi Kegiatan Kegiatan Triwulan I
Pengelolaan Penyampaian Data Kontrak Penyelesaian Realisasi Retur SP2D Renkas Pengembalian
Revisi DIPA Hal III DIPA UP LPJ Tagihan Anggaran SPM

100 86,1 95 92,69 88 98,53 94,87 99,64 100 95,22


Nilai Bobot

Nilai Akhir 5 4,31 9,50 4,63 13,20 14,78 18,97 5,98 5 5,71

Bobot 5% Bobot 5% Bobot 10%


Konversi
Bobot 5% Bobot 15% Bobot 15% Bobot 20% Bobot 6% Bobot 5% Bobot 6%
Peringkat Nilai IKPA
Satuan Kerja Di Kalimantan Barat
Triwulan I Tahun 2019

Konversi
Peringkat Kode Satker Uraian Satker Nilai Total Nilai IKPA
Bobot

689692 BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN MEMPAWAH 100


1 87 87%

2 682630 BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT 72 72% 100

413390 KANTOR UNIT PENYELENGGARA PELABUHAN PADANG TIKAR 100


3 77 77%
KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KALIMANTAN
528057 100
4 BARAT 57 57%
408836 KANWIL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM PONTIANAK 100
5 57 57%
403424 PENGADILAN AGAMA NANGA PINOH 100
6 57 57%

7 099109 PENGADILAN NEGERI MEMPAWAH 87 87% 100

8 239235 PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TELUK BATANG 86.95 87% 99.95

667311 BADAN PUSAT STATISTIK KAB. MELAWI 99.94


9 86.95 87%

10 669673 DITRESNARKOBA POLDA KALBAR 56.91 57% 99.85


Langkah-Langkah Strategis Peningkatan IKPA (1)

No. Indikator Keterangan/Penjelasan Langkah Peningkatan

1. Untuk mempertahankan capaian ini, maka Satker agar sangat


1. Jenis revisi anggaran yang diperhitungkan adalah revisi dalam selektif dalam melakukan pergeseran anggaran dalam revisi
kewenangan pagu tetap (tidak masuk adalah revisi dalam DIPA (pagu tetap).
kewenangan pagu berubah dan revisi administratif).
1. Revisi DIPA 2. Selain itu, Satker agar dapat mengelola dan menghimpun
2. Frekuensi revisi hanya diperkenankan 1x dalam rentang triwulanan. kebutuhan revisi anggaran untuk kemudian dapat dijadwalkan
Apabila dalam satu triwulan akan ada 2x revisi, maka revisi yang dengan frekuensi revisi yang akan diajukan baik kepada
kedua agar diajukan pada triwulan berikutnya. DJA maupun Kanwil DJPb sebanyak 1 kali dalam 1
triwulan.

1. Halaman III DIPA memuat Rencana Penarikan Dana (RPD) per


1. Untuk meningkatkan nilai capaian pada indikator ini, seluruh
bulan sepanjang tahun anggaran berjalan atas pelaksanaan
satker yang memiliki deviasi tinggi, agar melakukan
anggaran yang dilakukan pada suatu satker.
penyesuaian rencana kegiatan dan realisasi anggaran dengan
2. Validitas dan keakuratan RPD pada Halaman III DIPA sangat mengajukan revisi administratif penyesuaian Halaman III
Deviasi Halaman penting untuk menjaga likuiditas Kas Negara guna memenuhi
2. III DIPA DIPA ke Kanwil DJPb pada triwulan berjalan.
kebutuhan penyediaan dana bagi pencairan anggaran atas suatu
DIPA. 2. Satker agar lebih disiplin dalam melaksanakan kegiatan dan
pencairan dananya, dan menjadikan RPD pada Halaman III
3. Keakuratan Deviasi Halaman III pada IKPA dihitung untuk rencana DIPA sebagai plafon pencairan dana bulanan secara internal
yang dieksekusi sampai dengan bulan November tahun anggaran pada Satker.
berjalan.
Langkah-Langkah Strategis Peningkatan IKPA (2)

No. Indikator Keterangan/Penjelasan Langkah Peningkatan

1. SPM GUP merupakan sarana pertanggungjawaban belanja atas


penggunaan UP pada Bendahara Pengeluaran. Untuk meningkatkan nilai capaian pada indikator ini, maka seluruh
2. Jenis UP yang diperhitungkan dalam IKPA adalah UP Tunai (tidak satker agar memperhatikan periode pengajuan SPM GUP dari
3. Pengelolaan UP termasuk UP yang menggunakan Kartu Kredit Pemerintah). SP2D UP/GUP terakhir paling lambat dalam rentang 30 hari
kalender ( pengajuan GUP minimal sekali dalam sebulan ke
3. Pertanggungjawaban UP tepat waktu sangat penting agar belanja KPPN) dan tidak menambah frekuensi SPM GUP yang terlambat.
dapat segera dibebankan pada DIPA satker masing-masing sebagai
realisasi anggaran.

1. LPJ Bendahara Pengeluaran merupakan sarana


pertanggungjawaban atas uang yang dikelolanya.
2. LPJ dibuat oleh bendahara setiap bulan dan disampaikan paling Satker agar senantiasa meningkatkan kedisiplinan, ketertiban, dan
lambat tanggal 10 bulan berikutnya atau hari kerja sebelumnya jika ketepatan waktu dalam penyampaian LPJ sebelum tanggal 10
4. LPJ Bendahara tanggal 10 adalah hari libur kepada KPPN. bulan berikutnya, dan memastikan data LPJ telah terverifikasi
oleh KPPN pada Aplikasi SPRINT.
3. Penyampaian LPJ dilakukan dengan menu upload pada Aplikasi
SPRINT, dan terhitung sejak Satker pertama kali melalukan upload
tersebut.
Langkah-Langkah Strategis Peningkatan IKPA (3)

No. Indikator Keterangan/Penjelasan Langkah Peningkatan

1. Kontrak yang dihitung pada IKPA merupakan kontrak dengan nilai


diatas Rp 200 Juta (bukan hasil pengadaan langsung menurut Untuk meningkatkan nilai capaian indikator ini, satker agar
batasan Perpres No. 16/2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa senantiasa meningkatkan kedisiplinan, ketertiban, dan ketepatan
Penyampaian Data
5. Kontrak Pemerintah). waktu dalam penyampaian data kontrak sebelum 5 hari kerja
2. ADK kontrak maksimal disampaikan ke KPPN 5 hari kerja sejak setelah ditanda tangani dan dipastikan verifikasi kebenaran
tanggal tanda tangan kontrak sampai dengan tanggal data kontraknya (approval) oleh KPPN.
penyampaian/konversi di KPPN.

1. Indikator ini diukur berdasarkan ketepatan waktu penyelesaian Untuk meningkatkan nilai capaian indikator ini, Satker agar
tagihan kontraktual (SPM LS Kontraktual Non-Belanja Pegawai) senantiasa meningkatkan kedisiplinan, ketertiban, dan ketepatan
yang ADK nya telah disampaikan ke KPPN (dengan nilai kontrak waktu dalam penyelesaian tagihan kontraktual (LS Non-Belanja
Penyelesaian
6. diatas Rp 200 Juta). Pegawai) paling lambat dalam 17 hari kerja setelah BAST
Tagihan
2. Penyelesaian tagihan dihitung dengan ketentuan selambat- ditanda- tangani sudah diajukan SPM-nya ke KPPN. Selain itu,
lambatnya selama 17 hari kerja setelah BAST/BAPP, satker telah satker agar teliti, lengkap, dan akurat dalam pengisian uraian pada
diterbitkan SPM tagihan dimaksud ke KPPN. SPM terutama untuk tanggal dan nomor BAST/BAPP.
Langkah-Langkah Strategis Peningkatan IKPA (4)

No. Indikator Keterangan/Penjelasan Langkah Peningkatan

1. Indikator ini dihitung dari pemenuhan realisasi anggaran secara


1. Untuk mempertahankan capaian ini, maka Satker agar
proporsi penyerapan anggaran pada setiap triwulan: Triwulan I
senantiasa memperhatikan progres penyerapan anggaran
(15%), Triwulan II (40%), Triwulan III (60%), dan Triwulan IV
secara proporsional dari pagu DIPA efektif.
Penyerapan (90%).
7.
Anggaran 2. Memperbaiki perencanaan dan eksekusi kegiatan secara relevan
2. Pagu anggaran pembagi diperhitungkan sebagai pagu efektif,
dan terjadwal, tidak menumpuk pencairan anggaran pada
dimana pagu anggaran DIPA dikurangi dengan pagu yang masih
akhir tahun.
diblokir.

1. Untuk meningkatkan nilai capaian indikator ini, satker agar


senantiasa meningkatkan ketelitian dalam memproses
1. Indikator ini dihitung dari rasio SP2D yang diretur dengan jumlah dokumen pembayaran dalam SPM terutama kebenaran dan
SP2D total yang telah terbit. keakuratan nama dan nomor rekening bank Pihak Ketiga/
8. Retur SP2D penerima pembayaran.
2. Semakin sedikit SP2D yang diretur, maka indikator ini semakin
bagus. 2. Diperlukan proses konfirmasi atas status aktif rekening penerima.
Apabila terjadi retur SP2D, satker agar berkoordinasi dengan
KPPN untuk penyelesaiannya tidak lebih dari 7 hari kerja.
Langkah-Langkah Strategis Peningkatan IKPA (5)

No. Indikator Keterangan/Penjelasan Langkah Peningkatan

Untuk meningkatkan nilai capaian indikator ini, Satker agar


1. Indikator ini dihitung dari rasio ketepatan waktu penyampaian senantiasa meningkatkan kedisiplinan, ketertiban, dan
renkas/RPD Harian yang disampaikan ke KPPN untuk jenis ketepatan waktu dalam penyampaian Renkas (RPD Harian)
9. Perencanaan Kas transaksi besar (Diatas Rp 1 Miliar). untuk transaksi pencairan dana dalam kategori besar (> Rp 1
2. Renkas tepat waktu akan mendukung terwujudnya likuiditas Kas Miliar) yang memerlukan penyampaian renkas dengan tidak lebih
Negara yang terencana dan terkendali. dari 5 hari kerja sejak tanggal APS pada Aplikasi SAS sampai
dengan pengajuan SPM ke KPPN.

1. Indikator ini dihitung dari besaran/jumlah SPM yang terdapat


Untuk meningkatkan nilai capaian indikator ini, satker agar
kesalahan secara substantif dan dikembalikan oleh KPPN.
senantiasa meningkatkan ketelitian dalam memproses dokumen
2. Pengembalian SPM secara substantif biasanya disebabkan oleh pembayaran dalam SPM terutama kebenaran dan keakuratan
Pengembalian/
10. kesalahan pengisian data supplier, sehingga SPM harus diperbaiki data supplier yang telah dicocokkan dengan data yang ada
Kesalahan SPM
oleh Satker. pada OM SPAN maupun data identitas supplier yang terkonfirmasi
dengan pihak bank agar SPM yang diajukan tidak tertolak oleh
3. Pengembalian SPM berpotensi menyebabkan tagihan tidak dapat KPPN.
dibayarkan secara tepat waktu.
Langkah-Langkah Strategis Peningkatan IKPA (6)

No. Indikator Keterangan/Penjelasan Langkah Peningkatan

1. Pagu Minus dihitung akhir tahun (triwulan IV) untuk sesuai jenis
belanja sampai dengan level 6 digit/akun. Satker-satker yang memiliki pagu minus agar dapat segera
11. Pagu Minus 2. Pagu minus dapat terjadi akibat kekurangan anggaran maupun menyelesaikan pagu minus dengan mempersiapkan revisi
karena pergeseran akun (revisi POK) yang belum dilakukan anggaran untuk menutup pagu minus tersebut.
penyamaan data/revisi ke Kanwil DJPb.

1. Dispensasi SPM dihitung berdasarkan jumlah SPM yang terlambat Satker agar senantiasa memantau progres penyelesaian kegiatan
disampaiakan melewati batas-batas akhir SPM pada akhir tahun sesuai rencana, menetapkan mitigasi risiko penyelesaian pekerjaan
12. Dispensasi SPM anggaran. dan pembayaran, dan menghitung prognosis belanja agar dapat
2. Dikenakan penalti nilai sesuai dengan rentang SPM yang dieksekusi tepat waktu untuk menghindari penumpukkan pencairan
mendapat dispensasi. anggaran pada akhir tahun.
TERIMA KASIH
KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT
TATA CARA REVISI ANGGARAN
PADA
KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN
TAHUN 2019

Edward UP Nainggolan
Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan
Provinsi Kalimantan Barat
DASAR HUKUM

 PMK 32 Tahun 2018


Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2019

 PMK 142 Tahun 2018


Perubahan Atas PMK 94/PMK.02/2017 tentang Petunjuk Penyusunan dan
Penelaahan RKA-K/L dan Pengesahan DIPA

 PMK 206 Tahun 2018


Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2019
KETENTUAN UMUM REVISI ANGGARAN

1. Belanja Pegawai Satker, kecuali untuk memenuhi kebutuhan belanja


pegawai Satker yang lain
TIDAK MENGURANGI
ALOKASI ANGGARAN TERHADAP 2. Pembayaran berbagai tunggakan
3. RM Pendamping, pekerjaan masih berlanjut
4. Pekerjaan telah dikontrakkan, dana menjadi minus

1. Tidak mengubah sasaran Kegiatan


TIDAK MENGUBAH 2. Tidak mengubah jenis dan satuan output
TARGET KINERJA SEBAGAI BERIKUT
3. Tidak mengubah output yang sudah direalisasikan
Kewenangan Revisi
Direktorat Jenderal Perbendaharaan berwenang memproses usul Revisi Anggaran BA K/L
dan BA BUN untuk pengesahan tanpa memerlukan penelaahan:
 Direktorat Pelaksanaan Anggaran memproses usul pergeseran anggaran dalam 1
(program) yang sama antar Kanwil DJPB sepanjang volume keluaran (output) tidak
menurun;
 Kanwil DJPB memproses usul pergeseran anggaran dalam 1 (program) yang sama
dalam Kanwil DJPB yang sama sepanjang volume keluaran (output) tidak
menurun.
Kewenangan Kanwil DJPb: Revisi Alokasi
Revisi Anggaran dalam Hal Pagu Berubah :

1.Lanjutan pelaksanaan kegiatan yang dananya bersumber dari


PHLN/PHDN selain permberian pinjaman/hibah:
2.Penambahan dan/atau perubahan hibah langsung kecuali untuk
keluaran (output) Prioritas Nasional;
3.Penggunaan kelebihan atas target PNBP fungsional yang direncanakan
dalam APBN/APBN-P 2019 sepanjang tidak melampaui batas persetujuan
penggunaan PNBP per satker;
4.Penggunaan angaran belanja di atas pagu APBN untuk Satker BLU
Kewenangan Kanwil DJPb: Revisi Alokasi
Revisi Anggaran dalam Hal Pagu Tetap (1):

1.Pergeseran belanja yang dibiayai dengan PNBP dalam 1 satker pengguna


PNBP yang sama;
2.pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama dalam wilayah kerja
Kanwil DJPB yang sama , dalam rangka:
memenuhi kebutuhan belanja operasional;
Memenuhi kebutuhan kurs;
Penyelesaian tunggakan tahun 2018;
penggunaan sisa anggaran kontraktual atau sisa anggaran swakelola untuk
menambah volume keluaran (output)
penyelesaian pagu minus belanja pegawai;
Kewenangan Kanwil DJPb: Revisi Alokasi
Revisi Anggaran dalam Hal Pagu Tetap (2) :

3.pergeseran anggaran untuk kegiatan tugas pembantuan, urusa n


bersama, dan/atau dekonsentrasi sepanjang tidak mengubah
lokasi/kewenangan;
4.pergeseran anggaran antarkeluaran (output) dalam 1 (satu) Satker atau
antar-Satker maksimal 10% sepanjang tidak berdampak pada
penurunan volume keluaran (output) teknis non-Prioritas Nasional
yang direvisi;
Kewenangan Kanwil DJPB: Revisi Administrasi (1)

a) Ralat kode akun dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi sepanjang dalam
peruntukkan dan sasaran yang sama, termasuk yang mengakibatkan perubahan
jenis belanja
b) Ralat kode KPPN sepanjang DIPA belum direalisasikan;
c) Ralat kode lokasi Satker dan/atau lokasi KPPN ;
d) Perubahan rencana penarikan dana/atau rencana penerimaan dalam halaman III
DIPA sepanjang tidak merubah nilai total pendapatan Satker;
e) Palat cara penarikan PHLN/PHDN, termasuk penerusan pinjaman;
f) Ralat cara penarikan SBSN;
g) Ralat nomor register pembiayaan proyek melalui SBSN;
Kewenangan Kanwil DJPB: Revisi Administrasi (2)

h) Ralat karena kesalahan aplikasi berupa tidak berfungsinya sebagian atau


seluruh fungsi matematis aplikasi RKA-K/L DIPA;
i) Pencantuman/perubahan/penghapusan catatan halaman IV DIPA berkaitan
dengan tunggakan tahun 2018;
j) perubahan nominal pagu komponen pembangunan / renovasi
gedung/bangunan dan/atau komponen pengadaan kendaraan bermotor
yang tercatat dalam halaman IV .B DIPA sepanjang volume komponen
pembangunan/renovasi gedung/bangunan dan/atau komponen pengadaan
kendaran bermotor tetap.
Kewenangan Kanwil DJPB: Revisi Administrasi (3)

k) Perubahan kantor bayar sepanjang DIPA belum direalisasikan;


l) Perubahan nomenklatur satker untuk kegiatan dekonsentrasi
dan/atau
tugas pembantuan;
m) Perubahan pejabat perbendaharaan; dan
n) Revisi secara otomatis, sepanjang DIPA belum direalisasikan
MEKANISME REVISI ANGGARAN TA 2019
Pada Kanwil DJPb
Pasal 1 3
Mekanisme Revisi Anggaran pada Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan
A. KPA menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan melalui Sistem Aplikasi dengan melampirkan dokumen pendukung sebagai berikut:
 surat usulan Revisi Anggaran;
 dokumen pendukung terkait persetujuan unit eselon I dalam hal Revisi Anggaran berupa
pergeseran anggaran antarKeluaran (output) antar- Satker; dan/atau
 dokumen pendukung lainnya.
B. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan meneliti usulan Revisi Anggaran dan kelengkapan
dokumen yang dipersyaratkan sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
C. Dalam hal usulan Revisi Anggaran yang disampaikan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan mengeluarkan
surat penolakan usulan Revisi Anggaran.
D.Dalam hal usulan Revisi Anggaran yang disampaikan dapat ditetapkan, Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan menetapkan surat pengesahan Revisi Anggaran, paling lama 1
(satu) hari kerja terhitung sejak dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf a diterima dengan
lengkap.
Mekanisme Revisi Anggaran KPA di Kantor Wilayah DJPB (1/2)
Mekanisme Revisi Anggaran KPA di Kantor Wilayah DJPB (2/2)

1
BATAS AKHIR PENYAMPAIAN
USUL REVISI ANGGARAN TA 2019
BATAS AKHIR PENERIMAAN USUL REVISI (1/4)
NO JENIS REVISI BATAS WAKTU
 Dilakukan adendum kontrak sebelum TA 2018
berakhir.

1. Lanjutan kegiatan yang dibiayai dari PHLN/SBSN  Batas akhir penyampaian usul revisi: 30 (tiga
puluh) hari kerja setelah TA sebelumnya
berakhir.
 Untuk Kontrak Tahun Jamak: 29 Maret 2019.
2. Penyelesaian sisa pekerjaan tahun 2018 yang • Dilakukan adendum kontrak sebelum masa
dibebankan ke DIPA 2019 kontrak TA 2018 berakhir.
• Batas penyampaian usul revisi sesuai dengan
PMK Pelaksanaan Anggaran Dalam Rangka
Penyelesaian Pekerjaaan Yang Tidak
Terselesaikan sd akhir tahun anggaran.
3. Penggunaan lanjutan RMP 2018 • Paling lambat 31 Januari 2019
4. Penggunaan Output Cadangan Paling lambat pada minggu pertama bulan April
tahun 2019.
BATAS AKHIR PENERIMAAN USUL REVISI (2/4)
NO JENIS REVISI BATAS WAKTU EKSEKUTOR
31 Oktober 2019 DJA
5 Revisi reguler
29 November 2019 DJPB
6 Revisi Anggaran dalam rangka:
a. Pergeseran anggaran untuk belanja pegawai;
b. Pergeseran anggaran dari BA 999.08 ke BA K/L;
c. Kegiatan dengan sumber dana PNBP, PLN, HLN
terencana, HDN terencana, PDN, serta SBSN;
d. Kegiatan K/L sebagai tindak lanjut sidang kabinet 13 Desember 2019 DJA
setelah UU APBNP TA 2019 ditetapkan;
e. Kegiatan yang membutuhkan persetujuan unit
eksternal K/L (DPR, Menkeu, auditor eksternal)
f. Pengesahan anggaran belanja yang dibiayai dari 13 Desember 2019 Kanwil DJPB
penggunaan kelebihan realisasi atas target PNBP
Fungsional yang direncanakan dalam APBN
2019/APBN Perubahan 2019 untuk Satker
Pengguna PNBP Yang tidak Terpusat.
BATAS AKHIR PENERIMAAN USUL REVISI (3/4)
NO JENIS REVISI BATAS WAKTU EKSEKUTOR
7 Revisi anggaran dalam rangka: 27 Desember 2019 DJA
a. Kegiatan lingkup BA BUN yang
memerlukan persetujuan Menkeu/perlu
PP;
b. Revisi DIPA K/L yang bersumber dari BA
999.08;
c. Pergeseran anggaran untuk bencana alam;
dan
d. Revisi dalam rangka pengesahan
8 Pengesahan anggaran belanja dibiayai dari 27 Desember 2019 DJPB
Hibah Langsung
9 Pengesahan atas pengeluaran 27 Desember 2019 DJPB
kegiatan/keluaran (output) yang dananya
bersumber dari PHLN melalui mekanisme
pembayaran langsung dan letter of credit
dan/atau pemutakhiran database RKA-KL
berkaitan dengan Revisi POK
BATAS AKHIR PENERIMAAN USUL REVISI (4/4)

NO JENIS REVISI BATAS WAKTU EKSEKUTOR


10 Penyelesaian pagu minus terkait Batas akhir penyusunan DJA
pembayaran gaji dan/atau tunjangan yang LKPP TA 2019
melekat pada gaji, dan/atau non belanja
pegawai TA 2019

11 Penyelesaian pagu minus tahun 2018,


terkait gaji dan tunjangan yang melekat
pada gaji; non belanja pegawai; Batas akhir penyusunan DJA
pengesahan pendapatan dan belanja LKPP TA 2018
satker BLU; pengesahan belanja
bersumber dari Hibah Langsung; dan
PHLN/PHDN; dan/atau pengesahan
pendapatan/belanja/ pembiayaan
subbagian anggaran BA BUN
12 Penyelesaian sisa pekerjaan tahun 2018 Sebelum batas akhir DJA
yang dibebankan pada DIPA TA 2019 penyelesaian sisa DJPB
pekerjaan (S-penyataan
kesanggupan)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai