( FEASIBILITY STUDY )
PABRIK PENGOLAHAN
RUMPUT LAUT
KAPASITAS 4 TON/HARI
DAFTAR ISI
PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan hanya kepada Sang Kholik Allah SWT bahwa didalam nafas
kehidupan yang semakin sesak kita masih diberi kenikmatan yang luar biasa untuk tetap bisa
berkarya.
Mudah-mudahan Allah Yang Maha Kuasa senantiasa memberi kenikmatan iman dan kemudahan
bagi kita semua untuk selalu menciptakan lapangan kerja bagi orang banyak dan berbagi rejeki atas
nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.
Adalah CV. Faathira Alam yang didirikan pada tahun 2004 oleh seorang Insinyur Teknik Mesin
lulusan Universitas Gajah Mada yang bernama DAKMID ALAM sangat sarat dengan pengalaman
pada design engineering dan menciptakan terobosan-terobosan melalui Teknik Perekayasaan untuk
menciptakan mesin-mesin berteknologi tepat guna sehingga menghasilkan mesin yang simple
operation, murah, easy maintenance dan effisien.
Alhamdulillah saat ini CV. Faathira Alam telah memiliki Work Shop sendiri yang berdiri diatas lahan
seluas 1000 m2 dan dibantu dengan tenaga terampil yang berpengalaman di bidang Engineering
Design, Fabrication dan Construction telah menunjukan hasil-hasil ciptaan mesin berteknologi tepat
guna.
Disamping itu CV. Faathira Alam juga berkemampuan memberikan Jasa Konsultan bagi Pengusaha-
pengusaha baru melalui pembuatan proposal, study kelayakan, Plant Set up dll.
Kami mempunyai komitmen : Bahwa bangsa Indonesia adalah Bangsa yang mampu bersaing dengan
siapapun dari bangsa manapun baik dalam hal berkreasi, karya cipta, inovasi maupun efisiensi.
Bahwa dengan semangat kerja keras, disiplin dan terus belajar, kami yakin kami dapat memberikan
kepuasan kepada para customer kami.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada para customer yang telah memberi kepercayaan
kepada CV. Faathira Alam dalam menyiapkan suatu usaha baru yang competitive dan effective.
Wassalam
BAGIAN PERTAMA
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan produsen rumput laut genus Euchema terbesar di dunia, namun hanya
sebagian yang diolah di dalam negeri menjadi 20 jenis produk, sisanya diekspor mentah-mentah.”Ke
depan kita harus mengolah rumput laut di dalam negeri lebih banyak lagi, kalau perlu seluruhnya,”
kata Deputi bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT Prof Dr Jana Anggadiredja
yang juga Ketua Masyarakat Rumput Laut Indonesia di Jakarta, Kamis.
Untuk jenis Gracilaria sp, bahan baku agar-agar, hampir seluruhnya diserap di dalam negeri karena
di Indonesia sudah ada pabrik agar-agar terbesar di dunia yang mampu menyerap.
Namun rumput laut untuk jenis Eucheuma sp, penghasil karaginan yang biasa digunakan untuk
berbagai produk pangan seperti es krim, sosis, susu, permen, serta Sargassum sp, penghasil alginat,
kebanyakan masih diekspor mentah.”Untuk keperluan karagenan dan alginat, yang merupakan hasil
olahan rumput laut untuk dalam negeri, masih diimpor,” katanya.
Ia menambahkan untuk meningkatkan target pengolahan rumput laut dalam negeri dari 20 jenis
menjadi sekitar 50 jenis masih memerlukan banyak riset.Ia memberi contoh China yang lautnya
tidak memproduksi rumput laut tetapi memiliki sangat banyak industri pengolahan rumput laut,
sehingga membutuhkan banyak rumput laut mentah dari Indonesia.
Permintaan karaginan di dunia pada 2006, ujarnya, mencapai 40 ribu metrik ton per tahun dengan
nilai 335 juta dolar AS, sedangkan alginat 12.000 metrik ton atau senilai 94 juta dollar AS dan agar-
agar 10 ribu metrik ton per tahun atau senilai 181 juta dolar AS.Pada 2014 ia mengharapkan akan
diserap hasil olahan di dalam negeri untuk karaginan menjadi 15 persen atau sekitar 4.000 ton dan
ekspor karaginan sekitar 22.000 ton.
Selain itu juga diharapkan akan diserap hasil olahan di dalam negeri untuk agar-agar menjadi 85
persen atau sekitar 4.250 ton dan ekspor agar-agar sekitar 750 ton.Selain peningkatan produksi,
pihaknya juga menargetkan peningkatan kualitas rumput laut Indonesia yang selama ini dinilai
rendah.Rumput laut jenis Eucheuma E. Cottonii merupakan jenis rumput laut yang banyak
menghasilkan Carrageenan yang banyak digunakan di industri kosmetika, makanan, pharmaceutical,
dan pet food.
Begitu banyaknya kegunaan produk olahan rumput laut, menjadikan produknya akan terus
digunakan oleh industri hilir, karena selama ini produk olahan rumput laut masih diimport dari luar,
yang pada akhirnya Indonesia dengan potensi yang luar biasa penghasil rumput laut membuang
added value kenegara lain, sehingga terjadi pemborosan devisa negara.
Produk olahan yang meliputi : ATC (Alkali Treated Cottonii) , SRC ( Semi Refined Carrageenan ) dan
Carrageenan sebenarnya dapat diproses di dalam negeri.
Keawaman dan ketidaktahuan dari masyarakat, tentang begitu mudahnya proses lanjutan dari
rumput laut menyebabkan para pembudidaya rumput laut hanya dapat menghasilkan rumput laut
mentah yang harganya sangat jauh berbeda apabila rumput laut tersebut dapat diolah lebih lanjut.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Adalah CV. Faathira Alam yang telah mempelajari serta menekuni Proses Olahan Rumput Laut
sehingga dapat dihasilkan sebuah produk olahan yang mempunyai added value yang sangat tinggi.
Dengan teknologi yang sangat sederhana, proses pengolahan yang mudah, dan pengoperasian
peralatan yang relatif mudah, maka CV. Faathira Alam siap membantu Para Pengusaha dalam
persiapan yang meliputi : fabrikasi peralatan proses sampai produksi serta pemasaran hasil produksi.
Penulisan Proposal : PELUANG USAHA PABRIK OLAHAN RUMPUT LAUT bertujuan agar para
pembaca dapat mempelajari sebuah peluang usaha yang mudah, relatif murah dan berjangka panjang
(bukan musiman) serta masa pengembalian investasi yang relatif pendek.
Dalam penulisan ini akan disampaikan bagaimana mempersiapkan sebuah rencana usaha yang
disusun secara matang, mulai dari persiapan peralatan, kontinuitas supply bahan baku, penyediaan
fasilitas penunjang, SDM yang siap pakai , strategi pasar dan tata cara perhitungan analisa
keuntungan bahkan dalam tata cara memperoleh kredit dari Bank baik Bank Pemerintah maupun
Bank Perkreditan Rakyat.
Perairan laut Indonesia dengan garis pantai sekitar 81.000 km diyakini memiliki potensi rumput
laut yang sangat tinggi. Tercatat sedikitnya ada 555 jenis rumput laut di perairan Indonesia,
diantaranya ada 55 jenis yang diketahui mempunyai nilai ekonomis tinggi, diantaranya Eucheuma
sp, Gracilaria dan Gelidium
Jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan adalah eucheuma, sp dan gracilaria. Di samping
sebagai bahan untuk industri makanan seperti agar-agar, jelly food dan campuran makanan seperti
burger dan lain-lain, rumput laut adalah juga sebagai bahan baku industri kosmetika, farmasi,
tekstil, kertas, keramik, fotografi, dan insektisida. Mengingat manfaatnya yang luas, maka
komoditas rumput laut ini mempunyai peluang pasar yang bagus dengan potensi yang cukup besar.
Permintaan rumput laut kering kurang 9.300 MT per tahun dan untuk kebutuhan industri di luar
negeri 15.000 s.d. 20.000 MT per tahun. Pabrik pengolahan keragian rumput laut di Indonesia telah
ada sejak tahun 1989. Sekarang ini ada 6 pabrik pengolahan rumput laut di Indonesia, karena itu
pabrikan dan eksportir bersaing untuk memperoleh bahan baku rumput laut kering.
Rumput laut sebagai salah satu komoditas ekspor merupakan sumber devisa bagi negara dan
budidayanya merupakan sumber pendapatan petani nelayan, dapat menyerap tenaga kerja, serta
mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan Indonesia yang sangat potensial.
Sebagai negara kepulauan, maka pengembangan rumput laut di Indonesia dapat dilakukan secara
luas oleh para petani/nelayan. Namun adanya permasalahan dalam pembudidayaan rumput laut
seperti pengadaan benih, teknis budidaya, pengolahan pasca panen dan pemasarannya, maka untuk
pengembangan usaha budidaya rumput laut ini para petani/nelayan perlu melakukannya dengan
pola PKT (Proyek Kemitraan Terpadu) dimana para petani/nelayan bekerjasama menjalin
kemitraan dengan pengusaha besar rumput laut.
Untuk pengembangan budidaya rumput laut ini dipandang perlu adanya acuan yang dapat
dimanfaatkan oleh pengusaha kecil, pengusaha besar, dan perbankan dalam mempersiapkan proyek
ini. Dalam rangka menunjang pengembangan usaha budidaya rumput laut ini, disiapkan laporan
model kelayakan PKT Rumput Laut ini yang disusun untuk dapat dipergunakan bagi pihak-pihak
terkait dan Bank sebagai acuan di dalam mempersiapkan dan mempertimbangkan kelayakan
pembiayaan dan pinjaman Bank.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
TUJUAN
1. Memberikan informasi kepada perbankan tentang model kemitraan terpadu yang sesuai dan
layak dibiayai dengan kredit perbankan, khususnya untuk pengembangan budidaya
komoditas rumput laut.
2. Memberikan informasi yang diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai acuan oleh pengusaha
kecil dan pengusaha besar yang berminat mengambangkan budidaya rumput laut dengan
pola kemitraan terpadu.
3. Mendorong pengembangan usaha komoditas rumput laut sebagai komoditas penghasil devisa
negara, sekaligus meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan para petani/nelayan.
Yang pada tujuan akhirnya adalah meningkatkan taraf hidup pengusaha itu sendiri dan keluarga
maupun membawa efek domino terhadap orang yang dipekerjakan, sehingga secara keseluruhan roda
perekonomian didaerah dapat bergerak secara signifikan.
Luas lahan yang diperlukan untuk mendirikan Pabrik Pengolahan Rumput Laut adalah : 1 Ha
(10.000 m2), yang mana alokasinya diatur : 6000 m2 untuk bangunan pabrik, kantor, gudang hasil
produksi sedangkan sisanya sebesar 4.000 m2 digunkan untuk: Gudang, Pencucian, loading &
unloading area.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
ALKALIASASI PENGERINGAN
BAHAN BAKU
PENAMPUNGAN PENCACAHAN
HASIL PRODUKSI
BERUPA CHIPS
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Sebagai karagenan, rumput laut kering diolah menjadi bentuk tepung untuk diekspor dan
sebagian untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kebutuhan pasar lokal mencapai 100.000
ton per tahun (Ekon. Neraca 2 Juni 2007). Karagenan merupakan bahan yang unik untuk
berbagai industri makanan seperti kemampuan dengan konsentrasi rendah mengikat cokelat
ke dalam susu cokelat. Sari karegenan juga dipergunakan untuk pembuatan "dessertgel"
semacam agar untuk hidangan penutup makan. Karagenan memiliki derajat panas pencairan
yang tinggi, sehingga mudah dipasarkan di daerah tropis atau di tempat yang tidak tersedia
lemari pendingin (Refrigerator). Agar karagenan juga banyak dipergunakan sebagai bahan
penambah (additive) pada berbagai makanan Eropa.
Perkembangan industri pengolahan rumput laut di Indonesia juga terlihat makin pesat.
Diantara industri agar yang ada kemudian sekarang juga memproduksi karagenan, serta
adanya industri baru yang sengaja dikembangkan untuk produksi karegenan di beberapa kota
seperti Surabaya, Ujung Pandang, Jakarta dan Bali. Industri-industri ini menyerap produksi
rumput laut yang dibudidayakan oleh para nelayan di berbagai perairan pantai/kepulauan
melalui para perantara yang berfungsi sebagai pengumput. Untuk mendapatkan rumput laut
yang berkualitas bagi produksi karagenan, sekarang ini mulai berkembang langkah-langkah
pendekatan yang dilakukan oleh para pengusaha pengolahan rumput laut, untuk memberikan
pembinaan fasilitas budidaya dan melakukan pembelian produksi rumput laut dari
petani/nelayan yang bersangkutan.
Pada tahun 2007 sudah ada sebanyak 17 pabrik agar yang tersebar di Jawa, Sumatera dan
Sulawesi. Setiap pabrik memperkerjakan sekitar 1970 orang dengan kapasitas produksi antara
1000 s/d 1800 ton per tahun (Tabel 1)
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Tabel 1. Jumlah dan Keadaan Pabrik Pengolahan Rumput Laut di Indonesia (2007)
Keperluan
Produk Kapasitas
Jumlah Jumlah Bahan
Lokasi Agar Produksi
Pabrik Pekerja Mentah
(ton/tahun) (ton/tahun)
(ton/tahun)
Jawa 12 1,630 1,800 2,000 16,000
Sumatra 3 170 160 2,400 5,400
Sulawesi 2 140 200 600 1,200
Total 17 1,940 2,160 5,000 22,600
Data mengenai ekspor rumput laut dari Indonesia yang tercatat pada Biro Pusat Statistik
menunjukkan keadaan semenjak tahun 2001 seperti pada tabel 2. Terlihat bahwa permintaan
luar negeri, terhadap rumput laut Indonesia pada tahun 2001 sebesar 18.779 ton dengan total
nilai (FOB) US $ 17,16 juta yang terus meningkat hingga pernah mencapai 38.104 ton pada
tahun 2005 dengan total nilai (FOB) US $ 28,30 juta. Jumlah ekspor ini tercatat turun kembali
pada tahun 2006 dan berikutnya yang mungkin diakibatkan adanya perubahan pola
perdagangan rumput laut di Indonesia dimana rumput laut kemudian diolah dan diekspor
dalam bentuk tepung karagenan. Ekspor karagenan pada waktu ini menurut sejumlah
produsen di Indonesia akan dapat terus meningkat mengingat makin, meluasnya kegunaan dan
permintaan dana
Source: Statiktik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, Ekspor, Biro Pusat Statistik
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Luas permintaan luar negeri terhadap rumput laut Indonesia ini bisa dilihat pada Tabel 3 yang
menjangkau berbagai negara dari Kawasan Asia, Eropa, Amerika Utara sampai wilayah
Amerika Latin. Ekspor terbesar ditujukan ke Denmark, Hongkong, Amerika Serikat dan
Filipina.
Para pengumpul membeli rumput laut kering dari nelayan dengan harga sekitar Rp. 7.000 - Rp.
8.000 per kilogram, tergantung pada jenis rumput laut ataupun jarak lokasi budidaya ke
perusahaan pengelola. Pemasaran seperti ini bagi petani nelayan memang tidak bisa menentu
dari segi harga tergantung pada sikap para pengumpul. Melalui penjualan kepada Koperasi,
sebenarnya akan bisa diatur lebih menguntung bagi para petani nelayan, akan tetapi masih
juga tergantung bagaimana peran yang dilakukan oleh Manager Koperasi. Dalam model
kelayakan ini harga jual rumput laut kering diperhitungkan Rp10.000 - per kg.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Karena pada umumnya para petani nelayan memulai usaha budidaya rumput laut ini
kekurangan modal, dalam prakteknya para petani nelayan ini banyak kemudian yang terikat
kepada pedagang pengumpul yang bersedia memberikan modal dan keperluan keluarga sehari-
hari sebelum panen. Hal ini bisa berakibat menjadi lemahnya posisi tawar bagi para petani
nelayan, yang bisa merugikannya.
Melalui Pola Kemitraan Terpadu, pemasaran produksi rumput laut nelayan dilakukan dengan
langsung menjualnya kepada perusahaan mitra melalui Koperasi para petani/nelayan . Harga
beli rumput laut ini oleh Perusahaan Mitra bisa ditetapkan sesuai dengan harga yang terbesar
memberi keuntungan bagi para petani/nelayan menurut kesepakatan dengan ketentuan apabila
harga jual rumput laut yang terjadi di pasar setempat lebih tinggi, akan menggunakan harga
tersebut.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
B. BANK LOAN
TOTALN INVESTASI 100% 13,650,000,000
EQUITY 30% 4,095,000,000
BANK LOAN 70% 9,555,000,000
BUNGA BANK 14%
LAMA PINJAMAN 36 Bln
BIAYA BUNGA 42% 4,013,100,000
GRACE PERIOD 6 Bln
POKOK ANGSURAN 265,416,667
ANGSURAN BUNGA 111,475,000
TOTAL ANGSURAN 376,891,667
C. BIAYA OPERASIONAL
No Jenis Biaya Qty Biaya Total Biaya
1 Gaji Karyawan 20 2,000,000 40,000,000
2 Listrik 1 10,000,000 10,000,000
3 Packaging 75,000 1,000 75,000,000
4 Bensin 1,200 4,500 5,400,000
5 Makan 600 5,000 3,000,000
6 Maintenance 7,500,000
7 Air 60,000 75 4,500,000
8 Promosi dan entertainment 7,000,000
9 Bahan Baku ( 1 bln ) 100,000 10,000 1,000,000,000
10 REPAYMENT 376,891,667
11 Depresiasi 96,666,667
TOTAL BIAYA OPERASIONAL 1,529,291,667
Dengan melihat Analisa Ke-ekonomian di atas maka , PELUANG USAHA PENGOLAHAN RUMPUT LAUT sangat layak untuk
dijalankan.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Pembahasan dampak kegiatan proyek terhadap komponen lingkungan dalam laporan ini lebih
dipentingkan pada pengamatan apabila ada dampak negatif atau sebaliknya yang secara umum
diperkirakan akan terjadi. Analisa yang dilampirkan hanya secara deskriptif, karena data kuantitatif
tidak tersedia.
Dampak pembudidayaan rumput laut baik skala kecil maupun dalam skala besar mempunyai
pengaruh positif terhadap lingkungan perairan pantai. Lokasi pembudidayaan rumput laut berfungsi
pula sebagai penahan dari abrasi pantai akibat terpaan ombak
Lokasi pengembangan budidaya rumput laut dapat berfungsi sebagai objek wisata pantai. Walaupun
di beberapa daerah, seperti Bali pengembangan budidaya rumput laut tergeser karena adanya
pengembangan kawasan wisata pantai.
Dampak kegiatan budidaya rumput laut tidak akan mempengaruhi kehidupan hewan laut, seperti
ikan, udang, kepeting dan lainnya. Bahkan tanaman rumput laut menjadi makanan bagi predator
seperti ikan-ikan, herbivora, bulu babi, dan penyu.
Berdasarkan skala usaha 250 rakit perkelompok usaha perikanan, maka pengembangan budidaya
rumput laut tidak perlu mensyaratkan Analisa Dampak Lingkungan Amdal (AMDAL)