Anda di halaman 1dari 9

RUMAH SAKIT UMUM

BUNDA
Jalan Rajawali No 36 Jembrana – Bali
Telp. (0365) 40251 Fax (0365)40089

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BUNDA


NOMOR: 149 /RSUB/ II /2015

TENTANG
KEBIJAKAN AKSES KE RUMAH SAKIT DAN KONTINUITAS
PELAYANAN (ARK)
PADA RUMAH SAKIT UMUM BUNDA

DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM BUNDA,

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit


Umum Bunda, maka diperlukan penyelenggaraan akses ke Rumah
Sakit dan kontinuitas pelayanan pada Rumah Sakit Umum Bunda’
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a diatas, maka perlu menetapkan keputusan direktur tentang
akses ke Rumah Sakit dan kontinuitas pelayanan di RSU Bunda
Mengingat : 1. Undang-undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 001 Tahun 2012 tentang Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan.
6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1438/Menkes/Per/IX/2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran.
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 290/Menkes/Per/III/2008
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1691/Menkes/Per/VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 / Menkes / Per/III/2008
tentang Rekam Medis;
10. Keputusan Menteri Kesehatan No. 834/Menkes/SK/VII/2010
tentang High Care Unit;
11. Keputusan Menteri Kesehatan No. 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang
Standar Instalasi Gawat Darurat(IGD) Rumah Sakit dan;
12. Keputusan Menteri Kesehatan No. 882/Menkes/SK/X/2009 tentang
Pedoman Penanganan Evakuasi Medik.

MEMUTUSKAN
Menetapkan
Menetapkan akses ke Rumah Sakit dan kontinuitas pelayanan pada
Pertama :
Rumah Sakit Umum Bunda sebagai mana tercantum dalam lampiran
keputusan ini

Kedua : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan akses ke Rumah Sakit


dan kontinuitas pelayanan pada Rumah Sakit Umum Bunda
dilaksanakan oleh Direksi Rumah Sakit Umum Bunda.

Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jembrana
Pada tanggal : 5 Februari 2015
Direktur RSU Bunda

dr.Dewa Gede Sidan Ardhana


NIK. 19510609.201501.1.001

LAMPIRAN 1 KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BUNDA


TANGGAL : 5 Februari 2015
NOMOR : 149 /RSUB/ II /2015
TENTANG : KEBIJAKAN AKSES KE RUMAH SAKIT DAN
KONTINUITAS PELAYANAN PADA RUMAH
SAKIT UMUM BUNDA

A. PENYARINGAN DAN PEMILAHAN (SKRINING DAN TRIASE) PASIEN


1. Skrining dilakukan pada kontak pertama di dalam atau diluar rumah sakit
2. Skrining dilakukan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, laboratorium klinik atau diagnostik
imanging.
3. Hasil skrining menentukan kebutuhan pasien sesuai dengan misi dan sumber daya
rumah sakit.
4. Pemeriksaan skrining membantu staf untuk pemilihan pelayanan, penentuan prioritas
kebutuhan pasien terkait pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif.
5. Skrining dilengkapi dengan tes diagnostik dan tanggung jawab untuk membuat
keputusan pasien diterima atau dirujuk.
6. Tes diagnostik standar yang diperlukan sebelum penerimaan pasien adalah
Pemeriksaan Laboratorium ; Darah Lengkap, Urine Lengkap, Gula Darah Sewaktu,
Bleeding Time, Clotting Time, Ureum, Creatinin, SGOT, SGPT, Bilirubin Total,
Bilirubin Direk, Widal, Saturasi Oksigen, EKG, Radiologi, Diagnostik Imaging sesuai
indikasi kasus serta pemeriksaan penunjang diagnostik lain sesuai petunjuk DPJP.
7. Pasien hanya diterima apabila rumah sakit dapat menyediakan pelayanan yang
dibutuhkan pasien rawat inap dan rawat jalan yang tepat.
8. Rumah sakit menggunakan proses triage berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien
sesuai dengan kegawatannya.
9. Bila telah diidentifikasi sesegera mungkin diperiksa dan mendapat asuhan.
10. Triage dikategorikan dengan warna sesuai tingkat kegawatdaruratannya yaitu Merah
untuk gawat darurat mendapat prioritas pengobatan, Kuning untuk gawat tidak darurat
bisa menunggu pengobatan, hijau untuk tidak gawat tidak darurat pada kasus ringan
serta hitam untuk pasien yang sudah meninggal atau tidak bisa diselamatkan lagi.
B. PENUNDAAN / KETERLAMBATAN PELAYANAN DAN PENGOBATAN
1. Petugas memberikan informasi kepada pasien rawat jalan dan rawat inap apabila akan
terjadi penundaan pelayanan diagnosis dan pengobatan.
2. Pasien diberikan informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai dengan keperluan
klinik mereka.
3. Informasi didokumentasikan dalam rekam medis.

C. PENDAFTARAN PASIEN DAN PELAYANAN ADMISSION


1. Mengatur tentang pendaftaran pasien rawat jalan atau proses admisi rawat inap
2. Admisi langsung dari pelayanan gawat darurat ke unit rawat inap.
3. Ada proses menahan pasien untuk keperluan observasi
4. Pengelolaan pasien bila fasilitas rawat inap terbatas atau sama sekali tidak ada tempat
tidur yang tersedia untuk merawat pasien di unit yang dituju.
5. Pasien dan keluarganya diberikan informasi yang cukup pada waktu admisi untuk
membuat keputusan berkenaan dengan maksud dan tujuan pelayanan yang dianjurkan,
hasil pelayanan yang diharapkan, perkiraan biaya.
6. Informasi didokumentasikan dalam rekam medis

D. PENGELOLAAN ALUR PASIEN DI SELURUH BAGIAN RUMAH SAKIT


1. Mengelola alur berbagai pasien selama menjalani asuhannya masing-masing menjadi
sangat penting untuk mencegah penumpukan yang selanjutnya menggangu waktu
pelayanan dan akhirnya juga berpengaruh terhadap keselamatan pasien.
2. Pengelolaan yang efektif terhadap alur pasien ( seperti penerimaan, asesmen, dan
tindakan, transfer pasien, serta pemulangan) dapat mengurangi penundaan asuhan
kepada pasien.
3. Dilakukan evaluasi terhadap pengaturan alur pasien secara berkala dan melaksanakan
upaya perbaikan.
E. PENERIMAAN ATAU TRANSFER PASIEN KE DAN DARI UNIT PELAYANAN
INTENSIF
1. Penerimaan atau transfer pasien ke dan dari unit pelayanan intensif atau pelayanan
khusus ditentukan dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2. Staf dilatih untuk menggunakan kriteria.

F. KONTINUTAS PELAYANAN
1. Adanya kesinambungan dan koordinasi pelayanan diantara profesional pemberi asuhan
(PPA) , manager pelayanan pasien (MPP), pimpinan unit dan staf lain sesuai dengan
regulasi rumah sakit
2. Penunjukan MPP dengan urain tugas antara lain dalam konteks menjaga
kesinambungan dan koordinasi pelayanan bai individu pasien melalui komunikasi dan
kerjasama dengan PPA dan pimpinan unit
3. Kesinambungan dan koordinasi proses pelayanan didukung dengan menggunakan
perangkat pendukung seperti rencana asuhan PPA, atau catatan MPP.
4. Penetapan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) sebagai team leader yang
melakukan koordinasi asuhan inter PPA dan bertugas dalam seluruh fase asuhan rawat
inap
5. Bila kondisi/penyakit pasien membutuhkan lebih dari satu DPJP, ditetapkan DPJP
utama yang berperan sebagai koordinator mutu dan keselamatan pasien antar DPJP dan
PPA, termasuk bila terjadi perpindahan DPJP atau pergantian DPJP utama

G. TRANSFER PASIEN ANTAR UNIT PELAYANAN DAN RUJUKAN PASIEN


1. Transfer pasien antar unit pelayanan di dalam rumah sakit dilengkapi dengan form
transfer pasien.
2. Form transfer memuat indikasi pasien dirawat, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisis,
pemriksaan diagnostik, diagnosis, obat yang diberikan dan semua prosedur yang
dilakukan dan keadaan pasien saat dipindah.
3. Pasien dirujuk berdasarkan kondisi dan kebutuhan untuk pelayanan berkelanjutan.
4. Sebelum dirujuk dilakukan prosedur pengalihan tanggung jawab ke rumah sakit
penerima.
5. Ada petugas yang kompeten yang bertanggungjawab selama proses rujukan serta
melengkapi peralatan selama transportasi
6. Rumah sakit penerima dapat menyediakan kebutuhan pasien yang yang akan dirujuk.
7. Ada kerjasama resmi dengan rumah sakit rujukan
8. Rumah sakit penerima diberikan resume tertulis yang berisi : kondisi klinis pasien,
prosedur dan pemeriksaan yang telah dilakukan dan kebutuhan pasien akan pelayanan
lebih lanjut
9. Staf yang mampu terus memonitor kondisi pasien.
10. Staf dilatih tentang tatalaksana transfer pasien
11. Dokumentasi rujukan mencakup nama rumah sakit tujuan, nama staf yang
menyetujui penerimaan pasien, nama pendamping, dokter yang merujuk, pernyataan
persetujuan pasien/keluarga untuk dirujuk, alasan rujukan, kondisi khusus, informasi
medis, perubahan kondisi pasien selama proses rujukan.

H. PEMULANGAN PASIEN
1. Pemulangan pasien berdasarkan status kesehatan dan kebutuhan pelayanan
selanjutnya.
2. Rumah sakit membuat rencana pemulangan (discharge planning) dimulai sejak awal
pasien masuk rawat inap melibatkan semua PPA terkait serta difasilitasi oleh MPP,
untuk kesinambungan asuhan sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan
pelayanan pasien
3. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien dan harus menentukan kesiapan
pasien yang dipulangkan.
4. Ada kriteria pemulangan pasien.
5. Keluarga dilibatkan dalam proses merujuk maupun memulangkan.
6. Pasien tidak diperkenankan meninggalkan rumah sakit selama dalam proses
pengobatan.
7. Rumah sakit bekerjasama dengan fasilitas kesehatan baik perorangan ataupun institusi
yang berada di komunitas dimana pasien berada yang bertujuan untuk memberikan
bantuan pelayanan.
I. RESUME PELAYANAN MEDIS PASIEN PULANG DAN RAWAT JALAN
1. Resume medis dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang dari rumah sakit.
2. Apabila pasien belum di asesmen oleh DPJP maka resume pulang dibuat oleh dokter
umum yang bertugas saat itu.
3. Salinan resume medis diberikan kepada pasien sebelum pulang maupun dirujuk.
4. Resume pasien pulang harus dilengkapi dan dimasukkan ke rekam medis pasien dalam
kurun waktu 1x24 jam setelah pasien pulang.
5. Resume pasien berisi ; a) alasan masuk rumah sakit, b)penemuan kelainan fisik dan
lainnya yang penting, c) prosedur diagnosis dan pengobatan yang telah dilakukan, d)
pemberian medikamentosa dan pemberian obat waktu pulang, e) status/kondisi pasien
waktu pulang, f) instruksi follow up/tindak lanjut.
6. Rekam medis pasien rawat jalan mencakup resume medis rawat jalan yang berisi :
diagnosis yang penting, alergi terhadap obat, medikamentosa sekarang, prosedur bedah
yang lalu, riwayat perawatan yang lalu.
7. Untuk pasien rawat jalan yang membutuhkan asuhan yang kompleks atau diagnosis
yang kompleks dibuat catatan tersendiri profil Ringkas Medis Rawat Jalan (PRMRJ)
dan tersedia untuk PPA, dimana PRMRJ ini mudah ditelusur.
8. Rumah sakit menetapkan criteria pasien rawat jalan dengan asuhan yang kompleks
atau yang diagnosinya kompleks diperlukan PRMRJ

J. PENOLAKAN PELAYANAN DAN PENGOBATAN


1. Rumah sakit menetapkan proses untuk mengelola pasien rawat jalan dan rawat inap
yang menolak rencana asuhan medis termasuk keluar rumah sakit atas permintaan
sendiri atau tanpa pemberitauan /melarikan diri.
2. Memberitahukan hak pasien dan keluarga untuk menolak atau tidak melanjutkan
pengobatan.
3. Memberitahukan tentang konsekuensi, tanggung jawab berkaitan dengan keputusan
tersebut dan tersedianya alternative pelayanan dan pengobatan.
4. Memberitahukan pasien dan keluarganya tentang menghormati keinginan dan pilihan
pasien untuk menolak pelayanan resusitasi atau memberhentikan pengobatan bantuan
hidup dasar (Do Not Resusicitate)

K. TRANSPORTASI
1. Transportasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan yang
berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan.
2. Proses Transportasi pasien sesuai dengan kebutuhannya yang meliputi asesmen
kebutuhan transportasi, obat, bahan medis habis pakai, serta alat kesehatan dan
peralatan medis sesui dengan kebutuhan pasien
3. Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi, dilengkapi dengan peralatan
yang memadai, pebekalan dan medikamentosa sesuai dengan kebutuhan pasien yang
dibawa, termasuk memenuhi persyaratan PPI
4. Bila alat transportasi yang digunakan terkontaminasi cairan tubuh pasien atau pasien
dengan penyakit menular harus dilakukan proses dekontaminasi
5. Rumah Sakit membuat mekanisme untuk menangani keluhan proses transportasi
dalam rujukan.

Ditetapkan di : Jembrana
Pada Tanggal : 5 Februari 2015
Direktur RSU Bunda

dr. Dewa Gede Sidan Ardhana


NIK. 19510609.201501.1.001

Anda mungkin juga menyukai