Anda di halaman 1dari 22

TUTORIAL KASUS II

MANAJEMEN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

Nama : NIM :
1. Tia Novelia 21117119
2. Tiara Amelia 21117120
3. Tias Ridho Perdana 21117121
4. Tinne Agustien Herda 21117122
5. Tinti 21117123
6. Tri Cahyani 21117124
7. Tuti Dwi Sopiyanti 21117125
8. Vickha Septiany 21117128
9. Wella Oktarama 21117129
10. Weni Dwi Cahyani 21117130
11. Weny Kusuma 21117131

Dosen Tutor : Anita Apriany, S.Kep., Ns., M.Bmd

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG


PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
SKENARIO 2

Perawat “Y” (35 tahun) adalah seorang head nurse di ruang Rawat Inap Penyakit Dalam
Laki-Laki Rumah Sakit X. Dia memiliki 12 staff nurse yang terbagi dalam dua tim yaitu Tim
A dan Tim B, dimana masing-masing Tim terdiri dari 1 Ketua Tim dan 5 anggota Tim. Di
ruangan tersebut ada 20 pasien, yaitu Tn. A, Tn. B, Tn. C, dst. Pada setiap pergantian shift
jaga, perawat diruangan tersebut selalu melakukan Handover keperawatan. Hal tersebut
dilakukan untuk menjamin informasi antar shift jaga akurat demi kelancaran pelayanan dan
keselamatan pasien. Pada pagi hari, perawat jaga malam melaksanakan operan jaga dengan
perawat yang jaga pagi. Timbang terima dilakukan dengan 3 (tiga) Sesi, Sesi I dilaksanakan
di Nurse Station, Sesi II dilaksanakan di kamar/bed pasien, dan Sesi III dilaksanakan kembali
di Nurse Station. Pada Sesi I, koordinator/Pj shift malam meminta anggota timnya
melaporkan pasien yang menjadi tanggungjawabnya, bentukimplementasikomunikasiyang
efektif yang digunakan dalam pelaporan kondisikesehatan pasien tersebut menggunakan
metode ISBAR (Introduction, Situation, Background, Assessment, Recommendation). Setelah
itu, perawat jaga pagi mengklarifikasi apa yang disampaikan perawat jaga malam. Pada sesi
II, perawat jaga malam dan pagi mengkomunkasikan terkait masalah keperawatan dan
tindakan yang telah dilakukan, menginformasikan pergantian tim yang bertanggung jawab
terhadap pasien, menjelaskan tentang perawatan pagi, serta memberikan kesempatan pada
pasien dan keluarga untuk bertanya. Timbang terima dilanjutkan dengan mendiskusikan
pasien yang telah dilihat di nurse station (Sesi III) dan juga melaporkan inventarisasi obat
dan fasilitas lain (jumlah alat, laken dll).

MATERI YANG DIKAITKAN :


Hubungan profesional perawat dalam kegiatan MPKP dan penerapannya: Handover
A. Mengklarifikasi Istilah
1. Staff nurse ? Tiara amelia
 Tia novelia
Staff nurse adalah kelompok terbesar dari seluruh perawat. Pada umumnya para
aperawat memberikan asuhan keperawatan dan memberikan tindakan keperawatan
dan mereka diatur pekerjaanya oleh supervisor.
2. Handover?Tias Ridho p
 Tinne Agustien herda
Proses pengalihan wewenang dan tanggung jawab utama untuk memberikan
perawatan klinis kepada pasien dari satu pengasuh ke pengasuh yang lain , termasuk
dokter jaga , dokter tetap ruang gawat , asisten dokter dan perawat.
3. Nurse station ?Tinti
 Tuti dwi sopiyanti
Nurse Station berfungsi ideal bagi dokter untuk memantau kondisi pasien,
melakukan diskusi dengan dokter-dokter lain. Sementara itu, Nurse Station ini
digunakan untuk penyimpanan obat pasien, alat peralatan dll, serta penyimpanan
catatan/ rekam medis.
4. Metode ISBAR ?Vickha
 Wella oktarama
Metode SBAR adalah Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit
yang terdiri dari Situation, Background, Assessment, Recommendation. Metoda
komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan timbang terima (handover)
ke pasien
5. Introduction ?Tri
 Weni dc
Perkenalan/pengantar. Dalam hal ini adalah identifikasi data pasien dan tenaga
kesehatan yang melaporkan keadaan pasien.
6. Situation ? WenyKusuma
 Tias
Situassi dalam hal ini adalah situasi pasien pasien sekarang pada saat mau handover
tugas atau istilah lainnya pergantian shift kerja.
7. Background ? Tinne
 Tuti dwi s
Latar belakang
8.Assessment ?
 Tinti
Assessment atau disebut juga dengan penilaian adalah suatu penerapan dan
penggunaan berbagai cara dan alat untuk mendapatkan serangkaian suatu informasi
tentang hasil belajar dan pencapaian kompetensi dari peserta didik atau suatu proses
penilaian yang meliputi prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan informasi,
menafsirkan fakta-fakta, dan membuat pertimbangan dalam mengambil kebijakan.
9.Recommendation ? Wella
 Weni kusuma
Rekomendasi adalah memberitahukan kepada seseorang atau lebih bahwa sesuatu
yang dapat dipercaya, dapat juga merekomendasikan diartikan sebagai
menyarankan, mengajak untuk bergabung, menganjurkan suatu bentuk perintah.
10.Inventarisasi obat ? Tia Novelia
Jawab : Vikcha
Merupakan suatu kegiatan untuk mengelompokkan data maupun mengelompokkan
tumbuhan yang memiliki khasiat bagi kesehatan manusia dan digunakan sebagai bahan
membuat obat alami pada suatu wilayah.
11. Koordinator ? Weni dc
 Tiara Amelia
Koordinator adalah posisi dalam sebuah kelompok yang posisinya berada
sejajar dengan beberapa posisi lain dan bertugas mengoordinasikan
operasional atau kegiatan kelompok tersebut.

B. Merumuskan Permasalahan
1. Apa saja fungsi utama dari Handover ? ( Tiara Amelia )
2. Apa saja yang diperlukan atau disiapkan pada saat Handover ? ( Tinne Agustien Herda
)
3. Apa Manfaat dari Komunikasi ISBAR ? ( Tinti )
4. Apa saja metode dalam Handover ? ( Wella Okatarama)
5. Apa saja informasi yang dapat disampaikan pada saat melakukan Handover ? Weni
dwi cahyani
6. Bagaimana prosedur kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh perawat saat serah terina
(handover)? ( Tia )
7. Apa faktor yang berhubungan dengan komunikasi saat perawat melaksanakan
Handover ( Vickha )
8. BagaimanaPeran Dan Fungsi Head Nurse dalam Manajemen Asuhan dan Pelayanan
Keperawatan ? ( TDS )
9. Apa tujuan handover ? ( Tricahyanu)
10. Bagaimana penerapan ISBAR yg baik dan benar dalam keperawatan ? (Tias Ridho
Perdana)
11. Apa Tujuan komunikasi ISBAR? (Weny Kusuma)

C. Hipotesis /
D. Pernyataan Sementara
1. Wella oktarama
Timbang terima (Handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu :
1. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan
perawat.
2. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalampenetapan keputusan
dan tindakan keperawatan
Menambah kan : ( Tuti Dwi Shofiyanti )
Tujuan Timbang Terima :
1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada klien.
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi
komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan
yang digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam
bekerja.
Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:
a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan
perasaan perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan.
2. Tinti
1.Hal pertama, termudah namun cukup rumit dilakukan adalah mengumpulkan seluruh
link dokumen online yang ada atau yang selama ini Anda kerjakan
2.Berikan seluruh informasi kontak
memberikan informasi kontak rekan kerja selama ini kepada pengganti Anda.
3.Berikan informasi singkat mengenai flow pekerjaan selama ini, menjelaskan secara
singkat flow kerja yang selama ini Anda lakukan untuk membantu sang karyawan baru
untuk beradaptasi di tempat kerja Anda.
4.Daftar pekerjaan yang masih on going Selain memberikan seluruh dokumen dan
kontak penting, jangan lupa juga menginformasikan berbagai pekerjaan yang masih on
going selama Anda bekerja sampai Anda meninggalkan perusahaan tersebut.
5.Diskusi verbal tatap muka dengan pengganti Selain memberikan surat atau email
handover kepada pengganti Anda, akan lebih baik pula untuk melakukan diskusi tatap
muka dengan calon karyawan baru mengenai hal-hal besar hingga hal-hal kecil yang
berkaitan dengan pekerjaan tersebut.
6.Serahkan seluruh dokumen penting secara langsung jangan lupa untuk langsung
menyerahkan dokumen penting secara tatap muka langsung dengan pengganti Anda
agar tidak ada ketertinggalan dan menghindari kesalahpahaman.
3. Tinne Agustien Herda
Sistem Komunikasi SBAR dapat berfungsi sebagai alat untuk standarisasi komunikasi
antara perawat dan dokter . menunjukan bahwa SBAR dapat membantu dalam
pengembangan skema yang memungkinkan membuat keputusan yang cepat oleh
perawat.

Menambah kan : Tuti Dwi Shofiyanti


SBAR merupakan alat komunikasi yang direkomendasikan oleh World Health
Organizationuntuk mengkomunikasikan informasi penting yang membutuhkan
perhatian dan tindakan segera, komunikasi SBAR tidak hanya meningkatkan mutu
pelayanan, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas handover yang akan menekan
angka medical error(Cynthia D. & Gayle, 2009, Raymond & Harrison,
2014). Komunikasi ISBAR dan S-BAR (Introduction, Situation, Background,
Assesment, Recomendation) adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis
untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat,
efisien untuk mencapai ketrampilan berfikir kritis, efektif,
terstruktur dan menghemat waktu serta tercapai peningkatan keselamatan pasien.
Gangguan komunikasi antar perawat dapat mengakibatkan proses keperawatan
terhenti, kinerja asuhan keperawatan juga akan menurun, bahkan menghambat
pemenuhan tujuan asuhan keperawatan, komunikasi yang tidak efektif akan
berdampak buruk bagi pasien, hampir 70 % kejadian sentineldi rumah sakit
disebabkan karena kegagalan komunikasi dan 75 % nya mengakibatkan kematian,
(Linda 2006, Lisbeth Blom, et al, 2015, Tamsuri 2016).

4. Tiara
Metode dalam Timbang Terima
1. Timbang terima dengan metode tradisional
bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya
pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover, handover yang dilakukan
sekarang sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover yang dilakukan
di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau
keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara umum materi
yang disampaikan dalam proses operan jaga baik secara tradisional maupun bedside
handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan
diantaranya:
Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait
kondisi penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi khusus
5. Jawab : Weni Dwi Cahyani
Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat hand over yaitu:
1. Identitas klien, nama dr, diagnose medis
2. Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
3. Rencana perawatan : masalah utama/kebutuhan pasien, masalah/kebutuhan
berikutnya, serta tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanankan
4. Intervensi kolobrasi dan dependen
5. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya,
misalnya operasi, pemeriksanaan laboratorium atau pemeriksaan penunjang, atau
persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnay yang tidak dilaksnakan secara
rutin

6. Vickha septiany
Bagaimana prosedur kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh perawat saat serah terina
(handover)?
Pelaksanaan serah terima pasien merupakan tindakan keperawatan secara langsung
akan berdampak pada perawatan pasien, selain itu juga serah terima pasien dibangun
sebagai sarana untuk menyampaikan tanggung jawab serta penyerahan legalitas yang
berkaitan dengan pelayanan keperawatan pada pasien.
7. Tia novelia
Apa faktor yang berhubungan dengan komunikasi saat perawat melaksanakan
Handover ?
Dengan komunikasi saat perawat melaksanakan handover adalah karakteristik jenis
kelamin, pengetahuan, sikap, ketersediaan propat, pimpinan dan teman sejawat.
Keterampilan komunikasi perlu dipelajari, dipraktekkan dan disempurnakan oleh
semua perawat sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan jelas, singkat, dan tepat
dalam lingkungan yang serba cepat dan menegangkan meskipun digunakan setiap hari
dalam situasi klnis.

Menambahkan Jawaban : Weni Dwi Cahyani


Menurut Currie (2002) Tidak menutup kemungkinan bahwa masalah bisa terjadi pada
saat melakukan handover karena faktor :
a. Hilangnya informasi termasuk : patients missed out, buruknya komunikasi perawat
dan handover tidak dilakukan oleh perawat yang disebutkan (the named nurse).
b. Distraksi: kebisingan, interupsi, dan kurangnya perhatian perawat.
c. Tidak adanya kerahasiaan termasuk tidak adanya privasi di nurse station.
d. Tidak adanya handover diawal shift, atau tidak adanya handover sama sekali.
8. H
9. Tuti Dwi Shofiyanti
Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh
perawat pada pergantian shift jaga. ... Tujuan dari handover adalah menyediakan
waktu, informasi yang akurat tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi
terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya.

Menambahkan Jawaban : Weni Dwi Cahyani


handover bertujuan untuk memfasilitasi keberlangsungan perawatan klien melewati
transisi perawatan, untuk mempromosikan koordinasi perawatan antar pemberi
perawatan kesehatan serta untuk memelihara perawatan yang berkualitas tinggi serta
aman bagi klien. Hand over yang baik adalah handover yang dilakukan dengan tujuan
untuk menginformasikan segala informasi yang di dapat pada shift tersebut kemudian
diinformasikan kepada perawat shift berikutnya guna mengetahui implementasi yang
dapat dilakukan. Selain itu, perawat yang melakukan handover harus benar-benar
mencatat segala informasi supaya tidak ada informasi yang hilang.

10. Tias Ridho Perdana


a. S : Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)
1) Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan, serta dokter
yang merawat
2) Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau sudah
teratasi/ keluhan
Contoh Penerapan Rumah Sakit :
a) Pemindahan pasien : isi dengan tanggal, waktu, dari ruang asal ke ruang tujuan
pemindahan
b) Diagnosa medis : isi dengan diagnosa medis yang terakhir diputuskan oleh dokter
yang merawat
c) Masalah utama keperawatan saat ini, isi dengan masalah keperawatan pasien yang
secara aktual pada pasien yang wajib dilanjutkan diruang kepindahan yang baru
b. B : Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini)
1) Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap diagnosis
keperawatan
2) Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif, dan obat
– obatan termasuk cairan infus yang digunakan
3) Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respon pasien dari setiap diagnosis
keperawatan
4) Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif, dan obat
– obatan termasuk cairan infus yang digunakan
5) Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis
Contoh Penerapan Rumah Sakit :
a) Riwayat alergi/reaksi obat : isi dengan apa jenis alergi yang diderita atau jenis
reaksi obat tertentu pada pasien dulu hingga sekarang
b) Hasil investigasi abnormal : isi keadaan abnormal/keluhan saat pasien datang ke
RS sehingga mengharuskan pasien tersebut dirawat (riwayat keluhan saat masuk
rumah sakit)
c. A : Assessment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini)
1) Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda vital, skor
nyeri, tingkat kesadaran, braden score, status restrain, risiko jatuh, pivas score,
status nutrisi, kemampuan eliminasi, dan lain – lain.
2) Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
Contoh Penerapan Rumah Sakit :
a) Observasi terakhir, GCS: Eye, Verbal, Motorik (EVM) : isi dengan vital sign dan
tingkat kesadaran pasien secara numerik. contoh : E 4, V 5 M 6
b) BAB dan BAK, diet, mobilisasi, dan alat bantu dengar, isi / di ceklist sesuai
keadaan pasien
c) Luka decubitus : isi dengan kondisi saat ini (misalnya ada pus, jaringan nekrotik,
dll,) lokasi dan ukurannya juga dilengkapi
d) Peralatan khusus yang diperlukan: isi misalnya WSD, colar brace, infuse pump dll
d. R : Recommendation
Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan (refer to
nursing care plan) termasuk discharge planning dan edukasi pasien dan keluarga.
Contoh Penerapan Rumah Sakit :
a) Konsultasi, fisiotherafi dll, isi dengan rencana konsultasi, rencana fisiotherafi dll
b) Obat, barang dan berkas-berkas yang lain : isi jumlah barang / berkas
11. Jawab : Weny Kusumaa
SBAR menawarkan solusi kepada rumah sakit dan fasilitas perawatan untuk
menjembatani kesenjangan dalam komunikasi, termasuk serah terima pasien, transfer pasien,
percakapan kritis dan panggilan telepon. Ini menciptakan harapan bersama antara pengirim
dan penerima informasi sehingga keselamatan pasien dapat tercapai. Menggunakan SBAR,
laporan pasien menjadi lebih akurat dan efisien.

E. Pathway / Problem Tree


F. Merumuskan LO
1. Mahasiswa mampu mengetahui tingkatan manager keperawatan? ( TDS )
2. Mahasiswa mampu mengetahui manfaat handover ? ( Tricah )
3. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan Handover? (Weni dwi cahyani)
4. Mahasiswa mampu mengetahui peran handover dalam meningkatkan keselamatan
pasien dirumah sakit? (Tia novelia)
5. Mahasiswa mampu mengetahui Jenis – jenis Handover ? ( Tinne Agustien Herda )
6. Mahasiswa mampu mengetahui Prinsip Handover ? ( Tiara Amelia )
7. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami prosedur Handover ? ( Vikcha
Septyani )
8. Mahasiswa mampu mengetahui Proses Handover ? ( Wella oktarama )
9. Mahasiswa mampu mengetahui Hambatan individu dan organisasi dalam proses
Handover ? (Tias Ridho Perdana)
10. Mahasiswa mampu mengetahui hubungan kepemimpinan headnurse dengan
handover? (Weny Kusuma)
11. Mahasiswa mampu mengetahui metode handover yang ideal (Tinti)

G. Private Study

1.wella oktarama
1) Manajemen Puncak (Top Management)
Manajer bertaggungjawab atas pengaruh yang ditimbulkan dari keputusan-
keputusan manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal: Direktur, wakil direktur,
direktur utama. Keahlian yang dimiliki para manajer tinggkat puncakadalah
konseptual, artinya keahlian untuk membuat dan mmerumuskan konsep untuk
dilaksanakan oleh tingkatan manajer dibawahnya.
2) Manajemen Menengah (Middle Management)
Manajemen menengah harus memeiliki keahlian interpersonal/manusiawi, artinya
keahlian untuk berkomunikasi, bekerjasama dan memotivasi orang lain. Manajer
bertanggungjawab melaksanakan reana dan memastikan tercapainya suatu tujuan.
Misal: manajer wilayah, kepala divisi, direktur produk.
3) Manajemen Bawah/Lini (Low Management)
Manager bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yang telah ditetapkan
oleh para manajer yang lebih tinggi. Pada tingkatan ini juga memiliki keahlian
yaitu keahlian teknis, atrinya keahlian yahng mencakup prosedur, teknik,
pengetahuan dan keahlian dalam bidang khusus. Misal: supervisor/pengawas
produksi, mandor.
4) Operatives-
Menjalankan kegiatan-kegiatan implementatif sesuai yang ditugaskan oleh top
manajemen melalui Middle managers dan First line managers (Para pekerja teknis)
Sumber : Wa Ode Zusnita Muizu & Ernie Tisnawati Sule Juli 2017 MANAJER
DAN PERANGKAT MANAJEMEN BARU Pekbis Jurnal, Vol.9, No.2, J

Menambahkan Jawaban : Weni Dwi Cahyani


Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang
terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1. Manajemen puncak
2. Manajemen menengah
3. Manajemen bawah
Sumber : Julianto, Mujito. Peran dan Fungsi Manajemen Keperawatan Dalam
Manajemen Konflik.

2...
3. Dijawab Weny Kusuma
Menambahkan Jawaban : Weni Dwi Cahyani
Tujuan utama hand over adalah mengkomunikasikan tentang informasi kondisi klinikal
pasien dan memberikan perawatan yang aman dan berkualitas tinggi (Malakzadeh, 2013).
Informasi yang kurang selama hand over yang tidak berstandar dan tidak efektif dapat
mengancam keamanan pasien. Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit
adalah komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation), metode
komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan handover ke pasien. Komunikasi
SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam
menyampaikan kondisi pasien.

Sumber : Hidajah, Umi. Harnida, Hanna. Peran Komunikasi SBAR Dalam Pelaksanaan
Handover Di Ruang Rawat Inap RSP.

- Jawab : Tinne Agustien Herda


Tujuan Handover adalah proses pengalihan wewenang dan tanggung jawab utama untuk
memberikan perawatan klinis kepada pasiendari satu pengasuh ke salah satu pengasuhyang
lain. Pengasuh termasuk dokter jaga, dokter tetap ruang rawat, asisten dokter, praktisi
perawat, perawat terdaftar, dan perawat praktisi berlisensi. (The Joint Commission Journal on
Quality and Patient Safety, 2010). Sedangkan Australian Medical Association (2006),
mendefinisikan handover sebagai transfer tanggung jawab profesional dan akuntabilitas
untuk beberapa atau semua aspek perawatan untuk pasien, atau kelompok pasien, kepada
orang lainatau kelompok profesional secara sementara atau permanen. Bertujuan untuk
menyampaikan informasi dari setiap penggantian shift serta memastikan efeksitas dan
keamanan dalam perawatan pasien.
Sumber : HANDOVER DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN
Jurnal Handover In NursingCare,Hajjul Kamil1
Bagian Keilmuan Keperawatan Dasar Dasar Keperawatan, Program Studi Ilmu Keperawatan,
Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
4. Tia novelia
menyatakan bahwa keselamatan pasien merupakan komponen penting dan vital dalam asuhan
keperawatan yang berkualitas. Hal ini menjadi penting karena keselamatan pasien merupakan
suatu langkah untuk memperbaiki mutu pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan.
Informasi terkait dengan keadaan klinis pasien, kebutuhan pasien, keadaan personal pasien,
sampai pada faktor sosial pasien. Perawat harus datang minimal 15 menit lebih awal untuk
mengikuti handover sehingga proses handover dapat berjalan lancar. Handover ini bertujuan
untuk menyampaikan informasi dari setiap pergantian shift serta memastikan efektifitas dan
keamanan dalam perawatan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali peran
handover dalam meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit.
Sumber : Cecep Triwibowo, Zainuddin Harahap, Soep, Desember 2016. STUDI
KUALITATIF: PERAN HANDOVER DALAM MENINGKATKAN KESELAMATAN
PASIEN DI RUMAH SAKIT
5. Nama : Tuti Dwi Shofiyanti
Nim : 21117125
Izin menjawab :
Jenis Handover
Serah terima pasien terjadi di seluruh kontinum perawatan kesehatan dalam semua jenis
pengaturan layanan. Ada berbagai jenis serah terima pasien dari satu penyedia jasa perawatan
kesehatan kepada yang lain, seperti transfer pasien dari satu lokasi kelokasi lain dalam suatu
rumah sakit atautransisi informasi dan tanggung jawab selama serah terima pasien antar shift
pada unit yang sama. Serah terima pasien interdisiplinary terjadi antara perawat dan dokter,
dan perawat dengan tenaga kesehatan lainnya,sementara serah terima pasien intradisciplinary
terjadi antara sesama perawat atau sesama dokter. Serah terima pasien juga dapat terjadi antar
fasilitas kesehatan, seperti; antara rumah sakit dan antara beberapa organisasi penyedia
pelayanan lainnya, termasuk pelayanan kesehatan di rumah, tempat penampungan, dan
fasilitas perawatan jompo. Serah terima pasien mungkin melibatkan penggunaan teknologi
khusus, misalnya: perekam audio, catatan terkomputerisasi, faximili, dokumen tertulis, dan
komunikasi lisan.Menurut Hughes (2008); Australian Resource Centre for Healthcare
Innovation (2009); Friesen, White, dan Byers (2009) beberapa jenis serah terima pasien yang
berhubungan dengan perawat, antara lain:(1) Serah terima pasien antar shift: Metode serah
terima pasien antar shift dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, antara lain:
secara lisan, catatan tulisan tangan, di samping tempat tidur pasien, melalui telepon, rekaman,
nonverbal, menggunakan laporan elektronik, cetakan komputer, dan memori. Kekuatan dari
metode laporan di samping tempat tidur merupakan upaya untuk fokus pada laporan dan
kondisi pasien. Namun, ada kekhawatiran tentang kerahasiaan pasien yang dapat
dikompromikan jika tidak hati-hati dalam menanganinya. Sebuah studi kualitatif yang
difokuskan pada gambaran persepsi pasien yang terlibat dalam kegiatan serah terima,
menemukan beberapa pasien mendukung serah terima disamping tempat tidur, sementara
yang lain tidak. Pasien juga menyatakan keprihatinannya mengenai jargon yang digunakan
oleh perawat saat kegiatan serah terima berlangsung. (2) Serah terima pasien antar unit
keperawatan: Pasien mungkin akan sering ditransfer antar unit keperawatan selama mereka
tinggal di rumah sakit. Namun, sejumlah faktor telah diidentifikasi berkontribusi terhadap
inefisiensi selama transfer pasien dari satu unit keperawatan ke unit keperawatan yang lain,
termasuk; ketidaklengkapan catatan medisdan keperawatan, keterlambatan atau waktu yang
terbuang disebabkan oleh kemacetan komunikasi, menunggu tanggapan dari perawat atau
dokter atau tanggapan dari manajemen unit keperawatan tempat yang akan di tempati pasien
atau masalah ketersediaan tempat tidur. (3) Serah terima pasien antara unit perawatan dengan
unit pemeriksaan diagnostik: Pasien sering dikirim dari unit keperawatan untuk pemeriksaan
diagnostik selama rawat inap. Pengiriman dari unit keperawatan ke tempat pemeriksaan
diagnostik (misalnya; radiologi, kateterisasi jantung, laboratorium, dll) telah dianggap
sebagai konstributor untuk terjadinya kesalahan. Hal ini penting, ketika perubahan unit
tempat keperawatan pasien terutama untuk tingkat pelayanan yang berbeda dari unit
perawatan sebelumnya dan untuk keamanan pasien, staf pada unit pemeriksaan disgnostik
harus memiliki informasi lengkap yang mereka butuhkan dan melakukan komunikasi yang
konsisten. Kompleksitas kondisi pasien mungkin memerlukan perawat untuk menyertai
pasien ke tempat pemeriksaan diagnostik, (4) Serah terima pasien antar fasilitas kesehatan:
Pengiriman pasien dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas yang lain sering terjadi antara
pengaturan layanan yang berbeda. Pengiriman berlangsung antar rumah sakit ketika pasien
memerlukan tingkat perawatan yang berbeda. Pengiriman pasien antar fasilitas, meliputi;
antar rumah sakit, pusat rehabilitasi, lembaga kesehatan di rumah, dan organisasi pelayanan
kesehatan lainnya. Faktor yang cenderung membuat pengiriman pasien tidak efektif adalah
kesenjangan dan hambatan komunikasi antar fasilitas kesehatan tersebut dan juga dipengaruhi
oleh perbedaan budaya organisasi.
Sumber : HANDOVER DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN
6.Nama : Tuti Dwi Shofiyanti
Nim : 21117125
Izin menjawab :
Prinsip handoverAustralian Resource Centre for Healthcare Innovation (2009); Friesen,
White, dan Byers (2009) memperkenalkan lima standar prinsip serah terima pasien,
yaitu:1. Kepemimpinan dalam serah terima pasien: Semakin luas proses serah terima
(lebih banyak peserta dalam kegiatan serah terima), peran pemimpin menjadi sangat
penting untuk mengelola serah terima pasien di klinis. Pemimpin harus memiliki
pemahaman yang komprehensif dari proses serah terima pasien dan perannya sebagai
pemimpin. Tindakan segera harus dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi pasien yang
memburuk.2. Pemahaman tentang serah terima pasien: Mengatur sedemikian rupa agar
timbul suatu pemahaman bahwa serah terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan
bagian penting dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam merawat pasien.
Memastikan bahwa staf bersedia untuk menghadiri serah terima pasien yang relevan
untuk mereka. Meninjau roster dinas staf klinis untuk memastikan mereka hadir dan
mendukung kegiatan serah terima pasien. Membuat solusi-solusi inovatif yang
diperlukan untuk memperkuat pentingnya kehadiran staf pada saat serah terima pasien.3.
Peserta yang mengikuti serah terima pasien: Mengidentifikasi dan mengorientasikan
peserta, melibatkan mereka dalam tinjauan berkala tentang proses serah terima pasien.
Mengidentifikasi staf yang harus hadir, jika memungkinkan pasien dan keluarga harus
dilibatkan dandimasukkan sebagai peserta dalam kegiatan serah terima pasien. Dalam
tim multi disiplin, serah terima pasien harus terstruktur dan memungkinkan anggota
multiprofesi hadir untuk pasiennya yang relevan.

4. Waktu serah terima pasien: Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi
untuk serah terima pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, di mana strategi ini
memungkinkan untuk dapat memperkuat ketepatan waktu. Serah terima pasien tidak
hanya pada pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung jawab,
misalnya; ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain untuk suatu pemeriksaan.
Ketepatan waktu serah terima sangat penting untuk memastikan proses perawatan yang
berkelanjutan, aman dan efektif. 5. Tempat serah terima pasien: Sebaiknya, serah terima
pasien terjadi secara tatap muka dan di sisi tempat tidur pasien. Jika serah terima pasien
tidak dapat dilakukan secara tatap muka, maka pilihan lain harus dipertimbangkan untuk
memastikan serah terima pasien berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi yang
efektif, pastikan bahwa tempat serah terima pasien bebas dari gangguan, misal;
kebisingan di bangsal secara umum atau bunyi alat telekomunikasi.

Sumber : Herlince Sara Samakori. Universitas Merdeka Surabaya, 2019. HUBUNGAN


KEPATUHAN PERAWAT DALAM HANDOVER ANTAR SHIFT TERHADAP
KESELAMATAN PASIEN

Nama : Tiara Amelia

Nim : 21117120

Prinsip handover
Australian Resource Centre for Healthcare Innovation (2009); Friesen, White, dan Byers
(2009) memperkenalkan enam standar prinsip serah terima pasien, yaitu:
(1) Kepemimpinan dalam serah terima pasien: Semakin luas proses serah terima (lebih
banyak peserta dalam kegiatan serah terima), peran pemimpin menjadi sangat penting
untuk mengelola serah terima pasien di klinis. Pemimpin harus memiliki pemahaman
yang komprehensif dari proses serah terima pasien dan perannya sebagai pemimpin.
Tindakan segera harus dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi pasien yang memburuk,
(2) Pemahaman tentang serah terima pasien: Mengatur sedemikian rupa agar timbul
suatu pemahaman bahwa serah terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan bagian
penting dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam merawat pasien. Memastikan
bahwa staf bersedia untuk menghadiri serah terima pasien yang relevan untuk mereka.
Meninjau roster dinas staf klinis untuk memastikan mereka hadir dan mendukung
kegiatan serah terima pasien. Membuat solusi-solusi inovatif yang diperlukan untuk
memperkuat pentingnya kehadiran staf pada saat serah terima pasien.
(3) Peserta yang mengikuti serah terima pasien: Mengidentifikasi dan mengorientasikan
peserta, melibatkan mereka dalam tinjauan berkala tentang proses serah terima pasien.
Mengidentifikasi staf yang harus hadir, jika memungkinkan pasien dan keluarga harus
dilibatkan dan dimasukkan sebagai peserta dalam kegiatan serah terima pasien. Dalam
tim multidisiplin, serah terima pasien harus terstruktur dan memungkinkan anggota
multiprofesi hadir untuk pasiennya yang relevan.
(4) Waktu serah terima pasien: Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi
untuk serah terima pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, di mana strategi ini
memungkinkan untuk dapat memperkuat ketepatan waktu. Serah terima pasien tidak
hanya pada pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung jawab,
misalnya; ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain untuk suatu pemeriksaan.
Ketepatan waktu serah terima sangat penting untuk memastikan proses perawatan yang
berkelanjutan, aman dan efektif,
(5) Tempat serah terima pasien: Sebaiknya, serah terima pasien terjadi secara tatap muka
dan di sisi tempat tidur pasien. Jika serah terima pasien tidak dapat dilakukan secara
tatap muka, maka pilihan lain harus dipertimbangkan untuk memastikan serah terima
pasien berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi yang efektif, pastikan bahwa
tempat serah terima pasien bebas dari gangguan, misal; kebisingan di bangsal secara
umum atau bunyi alat telekomunikasi
Sumber : Hajjul Kamil, HANDOVER DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN.Idea
Nursing Journal Vol. 4 No. 2.

7..Wella oktarama manambahkan

Menurut AHHA (2009), pelaksanaan handover yang tidak berjalan lancar, akan berimbas
pada penyediaan informasi yang tidak akurat dan hal ini dapat membahayakan kondisi
pasien. Lebih lanjut AHHA (2009), juga menegaskan bahwa informasi yang harus
disampaikan dalam handover harus berkesimnambungan agar asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna. Hal ini berarti apabila pelaksanaan handover tidak baik dapat
menyebabkan terputusnya arus informasi dan dapat berakibat pada gagalnya pemberian
asuhan keperawatan selanjutnya.Ketidaklancaran pelaksanaan handover mayoritas
disebabkan oleh faktor internal perawat seperti sifat malas dan kesibukan perawat.

Hughes (2008) dalam Kamil (2011) mengungkapkan bahwa faktor eksternal dan internal
individu atau kelompok dapat mempengaruhi dalam pelaksanaan handover, meliputi
komunikasi, gangguan, interupsi, kebisingan, kelelahan, memori, pengetahuan atau
pengalaman. Lebih lanjut menurut penelitian yang dilakukan Elisabet (2008), faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan handover meliputi tanggung jawab, kerjasama, motivasi,
komunikasi, budaya, organisasi, dan dokumentasi. Keterbatasan ruang juga menjadi kendala
dalam pelaksanaan handover.

Sumber : Cecep Triwibowo, Zainuddin Harahap, Soep, Desember 2016 STUDI


KUALITATIF: PERAN HANDOVER DALAM MENINGKATKAN KRSELAMATAN
PASIEN DI RUMAH SAKIT JURNAL PENA MEDIKA, Vol. 6, No. 2.

Nama : Tiara Amelia

Nim : 21117120
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan timbang terima dalam pelayanan
keperawatan diantaranya menurut Kamil (2017) yaitu faktor internal meliputi komunikasi,
gangguan, kelelahan, memori, pengetahuan atau pengalaman, dokumentasi. Faktor eksternal
meliputi budaya organisasi, infrastruktur, keterbatasan teknologi dan tenaga kerja. Adapun
berdasarkan penelitian yang dilakukan Kesrianti, Noor & Maidin (2014) menyatakan bahwa
pengetahuan, sikap, ketersediaan prosedur tetap, kepemimpinan, dan rekan kerja berpengaruh
terhadap pelaksanaan Timbang terima.

Sumber : 1*Rudi Kurniawan, 2Nur Ayu Yulirocita, 3Nur Hidayat.TIMBANG TERIMA


PASIEN DI RUMAH SAKIT DI KABUPATEN CIAMIS PATIENT HANDOVER IN
HOSPITALS IN CIAMIS DISTRIC.

8. wella oktarama

Proses serah terima pasien:

(1) Standar protokol, standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran peserta,
kondisi klinis dari pasien, daftar pengamatan/ pencatatan terakhir yang paling penting, latar
belakang yang relevan tentang situasi klinis pasien, penilaian dan tindakan yang perlu
dilakukan, kerangka waktu dan persyaratan untuk perawatan transisi, penggunaan catatan
pasien untuk cross-check informasi, memastikan bahwa semua temuan penting atau
perubahan kondisi pasien terdokumentasi, memastikan pemahaman dan tanggung jawab bagi
pasien oleh perawat yang menerima penyerahan pasien

(2) Kondisi pasien memburuk, pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan
pasien secara cepat dan tepat pada penurunan kondisi yang terdeteksi.

(3).Informasi kritis lainnya, prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan yang
luar biasa, rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja dan risiko keselamatan kerja atau
tekanan yang dialami oleh staf.

Sumber : Hajjul Kamil, 2016 .HANDOVER DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN


Idea Nursing Journal Vol. 4 No. 2
Nama : Tiara Amelia

Nim : 21117120

Prosedur handover, selama ini telah dilakukan setiap pertukaran shift jaga, tetapi cara
penyampaian isi handover masih belum terbuka secara menyeluruh, meliputi: isi handover
(masalah keperawatan pasien lebih berpusat terhadap diagnosis medis), dilakukan secara
lisan tanpa adanya dokumentasi, sehingga konsep tindakan yang beIum dan teIah
diIaksanakan, serta hal-hal yang penting masih ada yang tidak tersampaikan pada shift
selanjutnya. Selain itu proses handover belum sesuai dengan standar yang lazim diterapkan.

Sumber :Soliyanti dkk, April 2019.HANDOVER PADA PELAKSANAAN MODEL TIM DI


RUANG RAWAT INAP RSUD Z DI KALIMANTAN SELATAN. 2(1): 7-15.

Nama : Tinne Agustien Herda

Nim : 21117122

Menurut Hughes (2010); AustralianResource Centre forHealthcareInnovation(20011);


Friesen, White, dan Byers (2011)
Beberapa Proses serah terima pasien yang berhubungan dengan perawat, antara lain:
(1) Serah terima pasien antar shift: Metodeserah terima pasien antar shift dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai metode, antara lain: secara lisan, catatantulisan tangan, di
samping tempat tidur pasien, melalui telepon, rekaman, nonverbal, menggunakan laporan
elektronik, cetakan
komputer, dan memori. Kekuatan dari metode laporan di samping tempat tidurmerupakan
upaya untuk fokus pada laporan dan kondisi pasien. Namun, ada kekhawatiran tentang
kerahasiaan pasien yang dapat dikompromikan jika tidak hatihati dalam menanganinya.
Sebuah studi kualitatif yang difokuskan pada gambaran persepsi pasien yang terlibat dalam
kegiatan serah terima, menemukan beberapa pasienmendukung serah terima disamping
tempat tidur, sementara yang lain tidak. Pasien jugamenyatakan keprihatinannya
mengenaijargon yang digunakan oleh perawat saat kegiatan serah terima berlangsung.
(2) Serah terima pasien antar unit keperawatan: Pasien mungkin akan sering ditransfer antar
unit keperawatan selama mereka tinggal di rumah sakit. Namun, sejumlah faktor telah
diidentifikasi berkontribusi terhadap inefisiensi selama transfer pasien dari satu unit
keperawatan unit keperawatan yang lain, termasuk; ketidaklengkapan catatan medis
keperawatan ke unit keperawatan yang lain, termasuk; ketidaklengkapan catatan medis.dan
keperawatan, keterlambatan atau waktu yang terbuang disebabkan oleh kemacetan
komunikasi, menunggu tanggapan dari perawat atau dokter atau tanggapan dari manajemen
unit keperawatan tempat yang akan di tempati pasien atau masalah ketersediaan tempat tidur.
(3) Serah terima pasien antara unit perawatan dengan unit pemeriksaan diagnostik: Pasien
sering dikirim dari unit keperawatan untuk pemeriksaan diagnostik selama rawat inap.
Pengiriman dari unit keperawatan ke tempat pemeriksaan diagnostik (misalnya; radiologi,
kateterisasi jantung, laboratorium, dll) telah dianggap sebagai konstributoruntuk terjadinya
kesalahan. Hal ini penting, ketika perubahan unit tempat keperawatan pasien terutama untuk
tingkat pelayanan yang berbeda dari unit perawatan sebelumnya dan untuk keamanan pasien,
staf pada unit pemeriksaan disgnostik harus memiliki informasi lengkap yang mereka
butuhkan dan melakukan komunikasi yang konsisten.
(4) Serah terima pasien antar
fasilitas kesehatan: Pengiriman pasien dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas yang lain
sering terjadi antara pengaturan layanan yang berbeda. Pengiriman berlangsung antar rumah
sakit ketika pasien memerlukan tingkat perawatan yang berbeda. Pengiriman pasien antar
fasilitas, meliputi; antar rumah sakit, pusat rehabilitasi, lembaga kesehatan di rumah, dan
organisasi pelayanan kesehatan lainnya. Faktor yang cenderung membuat pengiriman pasien
tidak efektif adalah kesenjangan dan hambatan komunikasi antar fasilitas kesehatan tersebut
dan juga dipengaruhi oleh perbedaan budaya organisasi.
Sumber : HANDOVER DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN,Handover In NursingCare
Hajjul Kamil1
Bagian Keilmuan Keperawatan Dasar Dasar Keperawatan, Program Studi Ilmu
Keperawatan,IdeaNursingJournal Vol. 08

9.Tias Ridho Perdana (21117121)


Izin Menjawab :
Hambatan dalam pelaksanaan disebabkan oleh manejemen  waktu dalam pelaksanaan serta
mengubah pola timbang terima antar shift diruang rawat.
Sumber : Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.1,
Januari 2017:1-4.

10. Weni Dwi Cahyani


Hubungan kepemimpinam headnurse dengan pelaksanaan handover
Kepemimpinan merupakan kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar berbuat sesuai
dengan keinginan untuk mencapai tujuan bersama, sehingga masih sangat diharapkan
kepemimpinan, arahan dan bimbingan yang baik dari seorang pemimpin untuk melaksanakan
tugasnya seperti pelaksanaan handover karena akan membawa stafnya menuju perilaku kerja
yang lebih baik (Ivancevich, 2007). Kepemimpinan yang paling dekat dalam pengawasan
pelaksanaan handoveradalah kepala ruang. Kepala ruang mempunyai andil bahkan berperan
langsung dalam pelaksaaan handover. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Yudianto yang menunjukkan bahwa dukungan pimpinan mempunyai hubungan dengan
pelaksanaan handover (Yudianto, 2005). Penelitian Andi Maya K dkk juga menyatakan
bahwa kepemimpinan berpengaruh terhadap pelaksanaan timbang terima.
Peran kepala ruang sebagai seorang pimpinan mempunyai banyak hal yang erat kaitannya
dengan fungsi manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan. Berdasarkan penelitian Dwi puspita Sari 2013 ditemukan bahwa nilai
kepemimpinan secara umum ada 45,2% mempunyai kepemimpinan cukup dan 2,4% masih
ada yang mempunyai kepemimpinan kurang. Adanya peran yang baik dari seorang kepala
ruang sebagai seorang pimpinan atau manajer dalam dan selama proses pelaksanaan
handover diharapkan akan dapat memperlancar handover dalam layanan keperawatan.
Sumber : Istiningtyas, Anita. Wulandari, Yunita. Hubungan Kepemimpinan Kepala Ruangan
Saat Handover dengan Pelaksanaan Handover. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Januari
2018

11. Jawab Tinne Agustien Herda

Metode Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan desain penelitian


eksperimen semu (Quasi Eksperimental) dengan rancangan onegrouppre-
testandposttestdesign. Penerapan patiensafety diukur sebelum dan sesudah mendapatkan
perlakuan. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui perbedaan pelaksanaan
handover sebelum dan sesudah menggunakan komunikasi SBAR terhadap penerapan
patientsafety. Rancangan ini tidak menggunakan kelompok pembanding Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh tenaga perawat pelaksana di Rumah Sakit Siti Khodijah
Sepanjang Sidoarjo Jawa Timur berjumlah 172 orang perawat. Sampel pada penelitian ini
adalah perawat pelaksana di ruangan rawat inap RS. Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo
Jawa Timur yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 30 orang.Analisis univariat ini
disampaikan hasil dari pelaksanaan handover oleh perawat pelaksana di RS. Siti Khodijah
Sepanjang Sidoarjo Jawa Timur sebelum dan sesudah menggunakan komunikasi SBAR
terhadap variabel penerapan patientsafety. Pada penelitian ini, persentase (proporsi)
dilakukan pada data dengan skala data ordinal yaitu pada variabel penerapan
patientsafetydimana sebagai variabel yang akan dianalisis tentang bagaimana penerapan
patientsafety sebelum dan sesudah menggunakan handover dengan komunikasi SBAR
oleh perawat pelaksana di RS Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo Jawa Timur.Analisis
bivariat digunakan untuk mengidentifikasi apakah ada perbedaan terhadap penerapan
patientsafety oleh perawat pelaksana saat pelaksanaan handover antara sebelum dan
sesudah menggunakan komunikasi SBAR. Pengujian normalitas dalam penelitian ini
menggunakan One SamplesKolmogorovSmirnovtest. Data dikatakan berdistribusi normal
apabila nilai sig dari test statistik lebih dari 0,05 (sig> 0,05). Untuk menguji kemaknaan
apakah ada perbedaan digunakan dengan tingkat kepercayaan 95%, dimana p value pada
tingkat kepercayaan 95% sebagai berikut, p > 0,05 menunjukkan hasil tidak ada
perbedaan yang signifikan dan p < 0,05 menunjukan hasil ada perbedaan yang signifikan.
Sumber : Clancy, M.C., & Collins, B. A. FocusonPatientSafety :
PatientSafetyInnursing
Practice. JournalofNursingCareQuality. 20. 3. 2005. 193 – 197.
Depkes RI. Panduan Nasional Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Jakarta : Bhakti
Husada. 2008.

Anda mungkin juga menyukai