MANAJEMEN KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH :
Nama : NIM :
1. Tia Novelia 21117119
2. Tiara Amelia 21117120
3. Tias Ridho Perdana 21117121
4. Tinne Agustien Herda 21117122
5. Tinti 21117123
6. Tri Cahyani 21117124
7. Tuti Dwi Sopiyanti 21117125
8. Vickha Septiany 21117128
9. Wella Oktarama 21117129
10. Weni Dwi Cahyani 21117130
11. Weny Kusuma 21117131
Perawat “Y” (35 tahun) adalah seorang head nurse di ruang Rawat Inap Penyakit Dalam
Laki-Laki Rumah Sakit X. Dia memiliki 12 staff nurse yang terbagi dalam dua tim yaitu Tim
A dan Tim B, dimana masing-masing Tim terdiri dari 1 Ketua Tim dan 5 anggota Tim. Di
ruangan tersebut ada 20 pasien, yaitu Tn. A, Tn. B, Tn. C, dst. Pada setiap pergantian shift
jaga, perawat diruangan tersebut selalu melakukan Handover keperawatan. Hal tersebut
dilakukan untuk menjamin informasi antar shift jaga akurat demi kelancaran pelayanan dan
keselamatan pasien. Pada pagi hari, perawat jaga malam melaksanakan operan jaga dengan
perawat yang jaga pagi. Timbang terima dilakukan dengan 3 (tiga) Sesi, Sesi I dilaksanakan
di Nurse Station, Sesi II dilaksanakan di kamar/bed pasien, dan Sesi III dilaksanakan kembali
di Nurse Station. Pada Sesi I, koordinator/Pj shift malam meminta anggota timnya
melaporkan pasien yang menjadi tanggungjawabnya, bentukimplementasikomunikasiyang
efektif yang digunakan dalam pelaporan kondisikesehatan pasien tersebut menggunakan
metode ISBAR (Introduction, Situation, Background, Assessment, Recommendation). Setelah
itu, perawat jaga pagi mengklarifikasi apa yang disampaikan perawat jaga malam. Pada sesi
II, perawat jaga malam dan pagi mengkomunkasikan terkait masalah keperawatan dan
tindakan yang telah dilakukan, menginformasikan pergantian tim yang bertanggung jawab
terhadap pasien, menjelaskan tentang perawatan pagi, serta memberikan kesempatan pada
pasien dan keluarga untuk bertanya. Timbang terima dilanjutkan dengan mendiskusikan
pasien yang telah dilihat di nurse station (Sesi III) dan juga melaporkan inventarisasi obat
dan fasilitas lain (jumlah alat, laken dll).
B. Merumuskan Permasalahan
1. Apa saja fungsi utama dari Handover ? ( Tiara Amelia )
2. Apa saja yang diperlukan atau disiapkan pada saat Handover ? ( Tinne Agustien Herda
)
3. Apa Manfaat dari Komunikasi ISBAR ? ( Tinti )
4. Apa saja metode dalam Handover ? ( Wella Okatarama)
5. Apa saja informasi yang dapat disampaikan pada saat melakukan Handover ? Weni
dwi cahyani
6. Bagaimana prosedur kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh perawat saat serah terina
(handover)? ( Tia )
7. Apa faktor yang berhubungan dengan komunikasi saat perawat melaksanakan
Handover ( Vickha )
8. BagaimanaPeran Dan Fungsi Head Nurse dalam Manajemen Asuhan dan Pelayanan
Keperawatan ? ( TDS )
9. Apa tujuan handover ? ( Tricahyanu)
10. Bagaimana penerapan ISBAR yg baik dan benar dalam keperawatan ? (Tias Ridho
Perdana)
11. Apa Tujuan komunikasi ISBAR? (Weny Kusuma)
C. Hipotesis /
D. Pernyataan Sementara
1. Wella oktarama
Timbang terima (Handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu :
1. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan
perawat.
2. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalampenetapan keputusan
dan tindakan keperawatan
Menambah kan : ( Tuti Dwi Shofiyanti )
Tujuan Timbang Terima :
1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada klien.
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi
komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan
yang digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam
bekerja.
Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:
a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan
perasaan perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan.
2. Tinti
1.Hal pertama, termudah namun cukup rumit dilakukan adalah mengumpulkan seluruh
link dokumen online yang ada atau yang selama ini Anda kerjakan
2.Berikan seluruh informasi kontak
memberikan informasi kontak rekan kerja selama ini kepada pengganti Anda.
3.Berikan informasi singkat mengenai flow pekerjaan selama ini, menjelaskan secara
singkat flow kerja yang selama ini Anda lakukan untuk membantu sang karyawan baru
untuk beradaptasi di tempat kerja Anda.
4.Daftar pekerjaan yang masih on going Selain memberikan seluruh dokumen dan
kontak penting, jangan lupa juga menginformasikan berbagai pekerjaan yang masih on
going selama Anda bekerja sampai Anda meninggalkan perusahaan tersebut.
5.Diskusi verbal tatap muka dengan pengganti Selain memberikan surat atau email
handover kepada pengganti Anda, akan lebih baik pula untuk melakukan diskusi tatap
muka dengan calon karyawan baru mengenai hal-hal besar hingga hal-hal kecil yang
berkaitan dengan pekerjaan tersebut.
6.Serahkan seluruh dokumen penting secara langsung jangan lupa untuk langsung
menyerahkan dokumen penting secara tatap muka langsung dengan pengganti Anda
agar tidak ada ketertinggalan dan menghindari kesalahpahaman.
3. Tinne Agustien Herda
Sistem Komunikasi SBAR dapat berfungsi sebagai alat untuk standarisasi komunikasi
antara perawat dan dokter . menunjukan bahwa SBAR dapat membantu dalam
pengembangan skema yang memungkinkan membuat keputusan yang cepat oleh
perawat.
4. Tiara
Metode dalam Timbang Terima
1. Timbang terima dengan metode tradisional
bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya
pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover, handover yang dilakukan
sekarang sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover yang dilakukan
di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau
keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara umum materi
yang disampaikan dalam proses operan jaga baik secara tradisional maupun bedside
handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan
diantaranya:
Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait
kondisi penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi khusus
5. Jawab : Weni Dwi Cahyani
Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat hand over yaitu:
1. Identitas klien, nama dr, diagnose medis
2. Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
3. Rencana perawatan : masalah utama/kebutuhan pasien, masalah/kebutuhan
berikutnya, serta tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanankan
4. Intervensi kolobrasi dan dependen
5. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya,
misalnya operasi, pemeriksanaan laboratorium atau pemeriksaan penunjang, atau
persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnay yang tidak dilaksnakan secara
rutin
6. Vickha septiany
Bagaimana prosedur kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh perawat saat serah terina
(handover)?
Pelaksanaan serah terima pasien merupakan tindakan keperawatan secara langsung
akan berdampak pada perawatan pasien, selain itu juga serah terima pasien dibangun
sebagai sarana untuk menyampaikan tanggung jawab serta penyerahan legalitas yang
berkaitan dengan pelayanan keperawatan pada pasien.
7. Tia novelia
Apa faktor yang berhubungan dengan komunikasi saat perawat melaksanakan
Handover ?
Dengan komunikasi saat perawat melaksanakan handover adalah karakteristik jenis
kelamin, pengetahuan, sikap, ketersediaan propat, pimpinan dan teman sejawat.
Keterampilan komunikasi perlu dipelajari, dipraktekkan dan disempurnakan oleh
semua perawat sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan jelas, singkat, dan tepat
dalam lingkungan yang serba cepat dan menegangkan meskipun digunakan setiap hari
dalam situasi klnis.
G. Private Study
1.wella oktarama
1) Manajemen Puncak (Top Management)
Manajer bertaggungjawab atas pengaruh yang ditimbulkan dari keputusan-
keputusan manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal: Direktur, wakil direktur,
direktur utama. Keahlian yang dimiliki para manajer tinggkat puncakadalah
konseptual, artinya keahlian untuk membuat dan mmerumuskan konsep untuk
dilaksanakan oleh tingkatan manajer dibawahnya.
2) Manajemen Menengah (Middle Management)
Manajemen menengah harus memeiliki keahlian interpersonal/manusiawi, artinya
keahlian untuk berkomunikasi, bekerjasama dan memotivasi orang lain. Manajer
bertanggungjawab melaksanakan reana dan memastikan tercapainya suatu tujuan.
Misal: manajer wilayah, kepala divisi, direktur produk.
3) Manajemen Bawah/Lini (Low Management)
Manager bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yang telah ditetapkan
oleh para manajer yang lebih tinggi. Pada tingkatan ini juga memiliki keahlian
yaitu keahlian teknis, atrinya keahlian yahng mencakup prosedur, teknik,
pengetahuan dan keahlian dalam bidang khusus. Misal: supervisor/pengawas
produksi, mandor.
4) Operatives-
Menjalankan kegiatan-kegiatan implementatif sesuai yang ditugaskan oleh top
manajemen melalui Middle managers dan First line managers (Para pekerja teknis)
Sumber : Wa Ode Zusnita Muizu & Ernie Tisnawati Sule Juli 2017 MANAJER
DAN PERANGKAT MANAJEMEN BARU Pekbis Jurnal, Vol.9, No.2, J
2...
3. Dijawab Weny Kusuma
Menambahkan Jawaban : Weni Dwi Cahyani
Tujuan utama hand over adalah mengkomunikasikan tentang informasi kondisi klinikal
pasien dan memberikan perawatan yang aman dan berkualitas tinggi (Malakzadeh, 2013).
Informasi yang kurang selama hand over yang tidak berstandar dan tidak efektif dapat
mengancam keamanan pasien. Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit
adalah komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation), metode
komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan handover ke pasien. Komunikasi
SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam
menyampaikan kondisi pasien.
Sumber : Hidajah, Umi. Harnida, Hanna. Peran Komunikasi SBAR Dalam Pelaksanaan
Handover Di Ruang Rawat Inap RSP.
4. Waktu serah terima pasien: Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi
untuk serah terima pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, di mana strategi ini
memungkinkan untuk dapat memperkuat ketepatan waktu. Serah terima pasien tidak
hanya pada pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung jawab,
misalnya; ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain untuk suatu pemeriksaan.
Ketepatan waktu serah terima sangat penting untuk memastikan proses perawatan yang
berkelanjutan, aman dan efektif. 5. Tempat serah terima pasien: Sebaiknya, serah terima
pasien terjadi secara tatap muka dan di sisi tempat tidur pasien. Jika serah terima pasien
tidak dapat dilakukan secara tatap muka, maka pilihan lain harus dipertimbangkan untuk
memastikan serah terima pasien berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi yang
efektif, pastikan bahwa tempat serah terima pasien bebas dari gangguan, misal;
kebisingan di bangsal secara umum atau bunyi alat telekomunikasi.
Nim : 21117120
Prinsip handover
Australian Resource Centre for Healthcare Innovation (2009); Friesen, White, dan Byers
(2009) memperkenalkan enam standar prinsip serah terima pasien, yaitu:
(1) Kepemimpinan dalam serah terima pasien: Semakin luas proses serah terima (lebih
banyak peserta dalam kegiatan serah terima), peran pemimpin menjadi sangat penting
untuk mengelola serah terima pasien di klinis. Pemimpin harus memiliki pemahaman
yang komprehensif dari proses serah terima pasien dan perannya sebagai pemimpin.
Tindakan segera harus dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi pasien yang memburuk,
(2) Pemahaman tentang serah terima pasien: Mengatur sedemikian rupa agar timbul
suatu pemahaman bahwa serah terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan bagian
penting dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam merawat pasien. Memastikan
bahwa staf bersedia untuk menghadiri serah terima pasien yang relevan untuk mereka.
Meninjau roster dinas staf klinis untuk memastikan mereka hadir dan mendukung
kegiatan serah terima pasien. Membuat solusi-solusi inovatif yang diperlukan untuk
memperkuat pentingnya kehadiran staf pada saat serah terima pasien.
(3) Peserta yang mengikuti serah terima pasien: Mengidentifikasi dan mengorientasikan
peserta, melibatkan mereka dalam tinjauan berkala tentang proses serah terima pasien.
Mengidentifikasi staf yang harus hadir, jika memungkinkan pasien dan keluarga harus
dilibatkan dan dimasukkan sebagai peserta dalam kegiatan serah terima pasien. Dalam
tim multidisiplin, serah terima pasien harus terstruktur dan memungkinkan anggota
multiprofesi hadir untuk pasiennya yang relevan.
(4) Waktu serah terima pasien: Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi
untuk serah terima pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, di mana strategi ini
memungkinkan untuk dapat memperkuat ketepatan waktu. Serah terima pasien tidak
hanya pada pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung jawab,
misalnya; ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain untuk suatu pemeriksaan.
Ketepatan waktu serah terima sangat penting untuk memastikan proses perawatan yang
berkelanjutan, aman dan efektif,
(5) Tempat serah terima pasien: Sebaiknya, serah terima pasien terjadi secara tatap muka
dan di sisi tempat tidur pasien. Jika serah terima pasien tidak dapat dilakukan secara
tatap muka, maka pilihan lain harus dipertimbangkan untuk memastikan serah terima
pasien berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi yang efektif, pastikan bahwa
tempat serah terima pasien bebas dari gangguan, misal; kebisingan di bangsal secara
umum atau bunyi alat telekomunikasi
Sumber : Hajjul Kamil, HANDOVER DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN.Idea
Nursing Journal Vol. 4 No. 2.
Menurut AHHA (2009), pelaksanaan handover yang tidak berjalan lancar, akan berimbas
pada penyediaan informasi yang tidak akurat dan hal ini dapat membahayakan kondisi
pasien. Lebih lanjut AHHA (2009), juga menegaskan bahwa informasi yang harus
disampaikan dalam handover harus berkesimnambungan agar asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna. Hal ini berarti apabila pelaksanaan handover tidak baik dapat
menyebabkan terputusnya arus informasi dan dapat berakibat pada gagalnya pemberian
asuhan keperawatan selanjutnya.Ketidaklancaran pelaksanaan handover mayoritas
disebabkan oleh faktor internal perawat seperti sifat malas dan kesibukan perawat.
Hughes (2008) dalam Kamil (2011) mengungkapkan bahwa faktor eksternal dan internal
individu atau kelompok dapat mempengaruhi dalam pelaksanaan handover, meliputi
komunikasi, gangguan, interupsi, kebisingan, kelelahan, memori, pengetahuan atau
pengalaman. Lebih lanjut menurut penelitian yang dilakukan Elisabet (2008), faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan handover meliputi tanggung jawab, kerjasama, motivasi,
komunikasi, budaya, organisasi, dan dokumentasi. Keterbatasan ruang juga menjadi kendala
dalam pelaksanaan handover.
Nim : 21117120
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan timbang terima dalam pelayanan
keperawatan diantaranya menurut Kamil (2017) yaitu faktor internal meliputi komunikasi,
gangguan, kelelahan, memori, pengetahuan atau pengalaman, dokumentasi. Faktor eksternal
meliputi budaya organisasi, infrastruktur, keterbatasan teknologi dan tenaga kerja. Adapun
berdasarkan penelitian yang dilakukan Kesrianti, Noor & Maidin (2014) menyatakan bahwa
pengetahuan, sikap, ketersediaan prosedur tetap, kepemimpinan, dan rekan kerja berpengaruh
terhadap pelaksanaan Timbang terima.
8. wella oktarama
(1) Standar protokol, standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran peserta,
kondisi klinis dari pasien, daftar pengamatan/ pencatatan terakhir yang paling penting, latar
belakang yang relevan tentang situasi klinis pasien, penilaian dan tindakan yang perlu
dilakukan, kerangka waktu dan persyaratan untuk perawatan transisi, penggunaan catatan
pasien untuk cross-check informasi, memastikan bahwa semua temuan penting atau
perubahan kondisi pasien terdokumentasi, memastikan pemahaman dan tanggung jawab bagi
pasien oleh perawat yang menerima penyerahan pasien
(2) Kondisi pasien memburuk, pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan
pasien secara cepat dan tepat pada penurunan kondisi yang terdeteksi.
(3).Informasi kritis lainnya, prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan yang
luar biasa, rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja dan risiko keselamatan kerja atau
tekanan yang dialami oleh staf.
Nim : 21117120
Prosedur handover, selama ini telah dilakukan setiap pertukaran shift jaga, tetapi cara
penyampaian isi handover masih belum terbuka secara menyeluruh, meliputi: isi handover
(masalah keperawatan pasien lebih berpusat terhadap diagnosis medis), dilakukan secara
lisan tanpa adanya dokumentasi, sehingga konsep tindakan yang beIum dan teIah
diIaksanakan, serta hal-hal yang penting masih ada yang tidak tersampaikan pada shift
selanjutnya. Selain itu proses handover belum sesuai dengan standar yang lazim diterapkan.
Nim : 21117122