ABSTRACT
Javanese traditional ornaments are one of the richness of the archipelago's culture. A variety of
craft works in the form of decorative motifs from various ethnic Archipelago has given rise to a
style with its own characteristics and uniqueness. The focus of this study is to explain the
traditional Javanese decorative motifs. The study of motif reconstruction as a method of
developing and preserving traditional Javanese decorative motifs, as an alternative design of
wood craft products.
Qualitative methods and explorative experimental methods are used as a basis for analyzing and
translating experimental reconstruction designs for the visual development of wood crafts in
Indonesia that are Indonesian, unique and varied. The development of alternative designs with
various reconstructions of traditional ornamental motifs will enrich the repertoire of traditional fine
arts culture in Indonesia.
ABSTRAK
Ornamen tradisional Jawa adalah salah satu kekayaan rupa budaya Nusantara. Berbagai karya
kriya berwujud motif ragam hias dari berbagai etnis Nusantara telah memunculkan gaya dengan
ciri khas dan keunikan tersendiri. Fokus kajian ini adalah menjelaskan tentang motif ragam hias
tradisional Jawa. Studi rekonstruksi motif sebagai salah satu metode pengembangan dan
pelestarian motif ragam hias tradisional Jawa, sebagai alternatif desain produk kriya kayu.
Metode kualitatif dan metode eksperimen eksploratif digunakan sebagai dasar dalam
menganalisis dan menerjemahkan eksperimentasi rekonstruksi desain untuk perkembangan
visual kriya kayu di Indonesia yang berkarakter ke-Indonesiaan, unik dan variatif. Pengembangan
alternatif desain dengan beragam rekonstruksi motif ragam hias tradisi akan memperkaya
khasanah budaya seni rupa tradisi di Indonesia.
2Soeprapto, Ornamen Ukir Kayu Tradisional Jawa 2 (Semarang : Effhar Offset, 2007):4
3SP.Gustami, Butir-Butir Mutiara Estetika Timur, tentang hubungan sebab akibat antara dua
Ide Dasar Penciptaan Seni Kriya Indonesia variabel atau lebih yang menimbulkan hal-hal
(Yogyakarta : Prasista , 2007):329 baru berangkat dari pengkayaan substansi objek
4Metode eksperimen eksploratif bermaksud untuk sebelumnya. Lihat : Zulnaidi, Metode Penelitian.
mempertajam masalah dan perumusan hipotesa (Medan : Universitas Sumatera Utara, 2007):17
5Satuan pola motif ragam hias tradisi Jawa yang berdiri sendiri tanpa isian pendukung tidak bisa
terdiri dari lung/ukel/pilin pokok dan beberapa disebut gatra. (disarikan dari beberapa sumber
isian pendukungnya. Jika sebuah lung/ukel/pilin lisan/para pengrajin ukir kayu).
yaan.6 Ragam hias tradisi sebagai mentasi kekaryaan desain pola ragam
produk budaya seni merupakan refleksi hias tradisional. Rumusan tersebut me-
dari kumpulan ide, nilai, dan norma yang liputi kajian teoritik tentang keberadaan
secara obyektif berinteraksi dalam ragam hias dewasa ini serta kajian
bentuk-bentuk wujud seni. J.J. Honing- ekplorasi desain motif ragam hias tra-
man membedakan adanya tiga “gejala disional Jawa yang belum banyak diulas.
kebudayaan” yaitu wujud sebagai suatu
kompleksitas dari ideas, activities dan PEMBAHASAN
artifact manusia yang berfikir memiliki Pengertian Ragam Hias
Tradisional Jawa
gagasan atau ide, di mana gagasan itu
terwujud melalui suatu tindakan aktivitas Ragam hias merupakan hasil
untuk memenuhi kebutuhan dalam budaya sejak masa pra sejarah dan
bentuk hasil benda (artefacts).7 berlanjut sampai masa kini. Ragam hias
Dharsono Sony Kartika mem- memiliki pengertian secara umum, yaitu
bahas tentang ide penciptaan karya seni keinginan manusia untuk menghias
melalui buku Kreasi Artistik, Perjumpaan benda-benda di sekelilingnya, kekayaan
Tradisi Modern Dalam Paradigma Ke- bentuk yang menjadi sumber ornamen
karyaan Seni, 2016. Tulisan yang dimuat dari masa lampau yang berkembang di
dalam buku ini dipelajari dalam konteks Istana Raja – Raja dan Bangsawan, baik
penciptaan rekonstruksi motif ragam hias yang ada di Bangsa Barat maupun
yang disesuaikan dengan metode artistik Bangsa Timur. Istilah yang lain berkaitan
menurut Dharsono. Sumber-sumber ter- dengan ragam hias adalah ragam.
tulis lainnya yaitu, Desain dan Dunia Ragam menurut Kamus Besar Bahasa
Kesenirupaan Indonesia Dalam Wacana Indonesia, berarti “pola” atau “corak”,
Transformasi Budaya, karangan Agus sedangkan corak berarti bunga atau
Sachari dan Yan Yan Sunarya, 2000. gambar-gambar.8 Pengertian yang
Buku ini dipakai dalam menganalisa hampir serupa dengan ragam hias
desain dengan membaca pola budaya adalah ragam hiasan dan ornamen.
dalam masyarakat. Dengan demikian ragam hias dapat
Penelitian tentang ragam hias disimpulkan adalah suatu pola atau
tradisional ini membahas kajian visual corak hiasan yang terungkap sebagai
yang bermuara pada sebuah eksperi- ungkapan ekspresi jiwa manusia
9Mulia
Tse, Hidding KAH, Ensiklopedia Indonesia 10Soeprapto, (2007):14
(Bandung : S. Gravenhage, 1982):1250
maka harus mengenal nama bentuk ukir kayu. Suatu jenis kegiatan seni ukir
bagian dan ciri motif tersebut. Nama dan tradisi yang telah berkembang menjadi
bentuk bagian motif itu perlu diperhatikan salah satu unit usaha industri yang
dengan sebaik-baiknya karena penge- handal. Hasil produksinya telah me-
tahuan ini merupakan dasar dalam masuki daerah pemasaran yan gluas
pengenalan ragam hias tradisional. baik tingkat lokal, nasional, regional,
Pembahasan tentang ragam hias maupun internasional. Jepara adalah
kriya kayu mewakili bidang elemen seni sebuah kota kecil yang terletak di
rupa yang disajikan dalam berbagai kawasan pantai utara Jawa, akan tetapi
bentuk dan gaya. Kriya kayu dapat di- Jepara memiliki sejarah yang amat
katakan sebuah bentuk ideal dari ranah panjang. Pada abad ke-16 sampai ke-19,
kesenirupaan tradisi karena mengako- kota Jepara dan Demak adalah ‘dwikota’
modasi keterwakilan dari semua elemen yang berkuasa atas ekonomi dan
seni rupa yang pada dasarnya me- peradaban budayanya. H.J. de Graaf
rupakan kesatuan organis antara gagas- menyatakan, mungkin Jepara adalah
an (isi) dan teknik (bentuk). kota tua yang lebih tua daripada Demak.
Dua kota itu sangat penting bagi pe-
Mengenal Sentra Industri Kayu merintah, baik pada masa pemerintahan
Sebagai Strategi Perancangan Desain
Kerajaan Demak, Pajang, Mataram
Ragam Hias
maupun pada masa pemerintahan
Pembahasan pada sub bab ini
kolonial. Pada akhir abad ini, produksi
adalah menampilkan analisis penerapan
mebel ukir Jepara dengan penerapan
ragam hias tradisi di sentra industri kriya
ragam hias tradisi dipasarkan oleh
kayu, yaitu Jepara dan Serenan sebagai
pedagang lokal kepada masyarakat di
salah satu strategi perancangan desain
kota-kota besar di Indonesia dalam ben-
ragam hias. Kedua daerah ini terdapat di
tuk setengah jadi. Kota besar itu antara
Jawa Tengah yang memiliki potensi
lain; Semarang, Surakarta, Yogyakarta,
masing-masing sebagai sentra industri
Jakarta, Surabaya, Bandung, Denpasar,
kerajinan kriya/ ukir kayu.
Medan, dan Makasar.11
Pada saat ini industri kerajinan
Sentra Industri Kayu Jepara
ukir Jepara telah jauh berkembang dan
Dewasa ini, Jepara dikenal se- minggalkan industri serupa di daerah
bagai pusat industri seni kerajinan mebel lain. Wilayah kegiatan kerajinan ukir ini
11Gustami,“Industri Seni Kerajinan Meberl Ukir Guru Besar ISI Yogyakarta, 1997):3;16
Jepara” (Naskah Pidato Pengukuhan Jabatan
ditaati unutk menjawab kebenaran pola menggunakan bahan baku dari kayu jati
standar ragam hias tradisi. Namun de- dengan produksi sangat sederhana,
mikian seandainya mendapatkan order seperti: meja, kursi, dan mebelair lainnya
untuk mengerjakan motif tradisi mereka yang masih sangat sederhana. Alat-alat
masih mampu untuk membuat desain yang digunakan semuanya serba manual
sampai dengan pengerjaan pengukiran- tradisional seperti: pasah, gergaji do-
nya. Dari permasalahan tersebut perlu rong, gergaji sentheng, gobel, gergaji
dibuat sebuah desain alternatif yang baru puter, pasah undhuk panjang dan
sehingga pengenalan dan pemakaian pendek, pahat, bor. Produksi dari alat-
ragam hias tradisi masih berlanjut. alat sederhana tersebutpun hanya mam-
pu memasok bagi kebutuhan lokal untuk
Sentra Industri Kayu Serenan kepentingan masyarakat desa sekitar
Desa Serenan kecamatan Juwi- dan kota terdekatnya seperti Delanggu,
ring kabupaten Klaten secara geografis Klaten dan Solo. Baru mulai pada awal
terletak di daerah Klaten timur atau ber- tahun 1980an produk-produk kerajinan
ada di perbatasan Klaten dan Sukoharjo. Desa Serenan mulai dikenal oleh ma-
Di daerah tersebut terkenal sebgai syarakat secara luas di kota-kota besar
industri mebel dari meja, kursi, almari, seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya
hiasan dinding dan sebagainya. Daerah melalui orang-orang asal Solo dan
Serenan yang terletak di wilayah Ka- sekitar Klaten dengan cara pemanggilan
bupaten Klaten, merupakan salah satu para pemahat dan pengrajin kayu asal
dari sekian banyak pelaku usaha di Desa Serenan ke kota tersebut untuk
bidang permebelan. Dari survey yang membuat alat-alat rumah tangga. Dari
dilakukan diketahui rata-rata usaha situlah maka produk-produk kerajinan
mebel yang dilakukan oleh penduduk kayu Serenan dikenal dari rumah ke
Serenan dan sekitarnya lebih dari 200 rumah di kota-kota tersebut.
pelaku usaha industri rumah tangga Pada sekitar tahun 1998 seiring
permebelan. Kondisi tersebut merupa- dengan meningkatnya permintaan me-
kan sebuah potensi aset yang perlu di- bel, pengrajin mebel di Desa Serenan
pertahankan serta dikembangkan kebera mulai menggunakan alat produksi yang
-daannya, untuk tetap mempertahankan modern dan memperbanyak mengguna-
keberadaan industri permebelan Indone- kan ragam hias tradisi dalam setiap
sia. produknya. Dengan adanya peralatan
Hingga tahun 1970an kerajinan yang modern dalam suatu usaha atau
kriya kayu mebel di desa Serenan masih kegiatan akan mempengaruhi kualitas
presi, interaksi dan daya kreasi pen- tif, dan ada pula “distilasi” atau digayakan
ciptanya. Daya kreasi merupakan hasil yang akan memunculkan dasar konsep
tanggapan saat itu oleh indera yang estetika dari tampilnya sebuah bentuk
kemudian terjadi interaksi antara per- visual motif ragam hias tradisi.
sepsi luar dan persepsi dalam. Hasil Konsep estetika tercipta dengan
interaksi tersebut disebut hasil interpre- terpenuhinya asas tertentu mengenai
tasi yang kemudian terkumpul sebagai bentuk pada sesuatu benda (khususnya
13
nilai hayati (isi atau makna). karya seni yang diciptakan oleh seorang
Proses desain ragam hias diawali manusia). Hal ini harus kita sadari bahwa
dari pengolahan daya kreasi yang se- seni bukanlah sekedar perwujudan yang
lanjutnya mengarah pada pengenalan berasal dari ide tertentu, melainkan
dasar-dasar objek yang akan dikreasi- adanya ekspresi atau ungkapan dari
kan. Dasar dari pembuatan ragam hias segala macam ide yang bisa diwujudkan
pengalan motif-motif yang mendasari- oleh sang seniman dalam bentuk yang
nya. Ragam hias atau ornamen terdiri konkrit. Penghayat yang sedang me-
dari berbagai jenis motif, dan motif-motif mahami karya sajian, maka sebenarnya
itulah yang digunakan sebagai penghias. ia harus terlebih dahulu mengenali
Sedangkan pola hias merupakan unsur struktur organisasi atau dasar-dasar dari
dasar yang dapat dipakai sebagai susunan dasar seni rupa, mengenal
pedoman untuk menyusun suatu hiasan. tentang garis, shape, warna, tekstur,
Pola hias mengandung suatu pengertian volume, ruang dan waktu. Penghayat
sebagai hasil susunan dari motif hias harus mengetahui secara pasti asas-
tertentu dalam bentuk dan komposisi asas pengorganisasian yang meliputi
14
yang tertentu pula. Susunan pola hias harmonis, kontras, gradasi, repetisi, ser-
yang menggunakan suatu motif dengan ta hukum keseimbangan, unity dan va-
kaidah-kaidah tertentu pada suatu bi- riaty.15
dang atau ruang, akan menghasilkan
suatu hiasan yang lebih indah dan Rekonstruksi Motif Ragam Hias
Tradisional Jawa
disebut dengan ornamen atau ragam
hias. Penggunaan ornamen tersebut ber- Penciptaan sebuah karya me-
variasi yaitu satu motif, dua motif atau rupakan sebuah hasil pemikiran serta ide
lebih, pengulangan motif, kombinasi mo- kreatif seseorang untuk memenuhi se-
16SP.Gustami,Butir-Butir
Mutiara Estetika Timur, (Yogyakarta:Prasista , 2007):329
Ide Dasar Penciptaan Seni Kriya Indonesia