Anda di halaman 1dari 18

KONSEP DAN LANGKAH PENGEMBANGAN POSKESDES

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

Disusun Oleh :

ZAHWA MUTIA 07170200009


RENI YUNITA 07170200011
RIPA NURUL ULPA 07170200012
MARATUN SHALIHA 07170200013
WIDYA AYU PURWANTI 07170200014

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil’alamin, puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah Pengorganisasian dan
Pengembangan Masyarakat tentang “Konsep Dan Langkah Pengembangan Poskesdes” dengan
tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini banyak pihak yang telah membantu baik dalam
memberikan motivasi,bimbingan dan lain sebagainya, terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan,baik secara langsung maupun tidak langsung, diharapkan makalah ini
mampu memberikan informasi yang dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 7 November 2017


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta


memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan
kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan
adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan dalam Undang-
undang nomer 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.
Pada akhir-akhir ini terjadi berbagai permasalahan kesehatan masyarakat yang
memerlukan penanganan secara khusus dan terpadu. Permasalahan kesehatan masyarakat
tersebut antara lain balita gizi buruk, Avian Influenza, KLB demam berdarah, campak,
polio, diare. Untuk mengatasi dan menanggulangi permasalahan tersebut, perlu dilakukan
surveilans/ penanganan faktor resiko (penyakit,gizi,perilaku,lingkungan) secara efisien
dan efektif.
Keberhasilan pembangunan kesehatan yang salah satunya ditandai dengan
ketersediaan sarana kesehatan belum dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat, terutama
bagi masyarakat yang tinggal di daerah yang sulit dijangkau karena berbagai
alasan,antara lain kendala geografis, ekonomi, informasi, sosial budaya. Oleh karena
perlu dilakukan upaya untuk mendekatkan untuk mendekatkan akses pelayanan
kesehatan kepada masyarakat di desa

Berdasarkan Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat masyarakat yang
setinggitingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumberdaya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap orang berhak atas kesehatan dan setiap
orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumberdaya di bidang
kesehatan. Namun, setiap orang juga tidak luput dari kewajibankewajiban di bidang
kesehatan.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional 2009, khususnya dalam tujuan Sub Sistem
Pemberdayaan Masyarakat adalah meningkatnya kemampuan masyarakat untuk
berperilaku hidup sehat, mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri, berperan
aktif dalam, setiap pembangunan kesehatan, serta dapat menjadi penggerak dalam
mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan.
Saat ini, dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, masyarakat masih diposisikan
sebagai objek dan belum sebagai subjek. Selain itu, masih banyak upaya kesehatan belum
menyentuh masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, tertinggal, kepulauan, dan
perbatasan. Untuk itu, perlu adanya Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM), agar upaya kesehatan lebih mudah diakses (accessible), lebih terjangkau
(affordable), serta lebih berkualitas (quality).
Dalam Kepmenkes Nomor 1529 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif disebutkan bahwa salah satu kriteria
desa dan kelurahan siaga aktif adalah adanya kemudahan akses masyarakat ke sarana
pelayanan kesehatan (Poskesdes, Puskesmas Pembantu, Puskesmas atau sarana kesehatan
lainnya) dan pengembangan UKBM yang melaksanakan surveilans berbasis masyarakat.
Dalam perkembangan pemberdayaan masyarakat sampai dewasa ini, telah tumbuh dan
berkembang berbagai UKBM. Berbagai UKBM yang telah berkembang, antara lain Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK), Pos Kesehatan
Pesantren (Poskestren), Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu
PTM), Pos Malaria Desa (Posmaldes), Pos TB Desa, Kelompok Pemakai Air (Pokmair),
Pondok Bersalin Desa (Polindes), dll.
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif pada akhirnya diharapkan
terintegrasi dengan perencanaan pembangunan desa, agar dalam pelaksanaannya dapat
berkesinambungan. Oleh karena itu, diperlukan dukungan pemerintah daerah dan
pemangku kepentingan terkait. Hal ini diperkuat dengan terbitnya Surat Edaran (SE)
Menteri Dalam Negeri Nomor 140/1508/SJ Tahun 2011 yang ditujukan kepada seluruh
Gubernur, Bupati, dan Walikota seluruh Indonesia untuk menyelenggarakan
pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif di wilayahnya masing-masing sesuai
dengan isi Pedoman umum pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif.

1.1 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian Poskesdes


2. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan dan fungsi poskesdes
3. Untuk mengetahui manfaat dari kegiatan Poskesdes
4. Untuk mengetahui Organisasi yang ada dalam Poskesdes
5. Untuk mengetahui ruang lingkup kegiatan di Poskesdes
6. Untuk mengetahui sumber daya di dalam Poskesdes
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian

Pos Kesehatan (Poskesdes) adalah Upaya Kesehatan Bersumber daya Msyarakat


(UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan
kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Poskesdes dapat dikatakan sebagai sarana
kesehatan yang merupakan pertemuan antara upaya masyarakat dan dukungan
pemerintah.

Pelayanannya meliputi upaya-upaya promotif, preventif,dan kuratif yang


dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama bidan) dengan melibatkan kader atau
tenaga sukarela lainnya. Pembentukan POSKESDES didahulukan pada desa yang tidak
memiliki rumah sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu (PUSTU), dan bukan ibu kota
kecamatan atau ibu kota kabupaten. POSKESDES di harapkan sebagai pusat
pengembangan dan kordinator berbagai UKBM yang dibutuhkan masyarakat desa,
misalnya POS Pelayanan Terpadu atau POSYANDU dan warung obat desa (WOD).

B. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan Poskesdes meliputi upaya kesehatanvyang mencakup


upaya promotif, preventif, dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama
bidan) dengan melibatkan kader kesehatan. Kegiatan Poskesdes, utamanya adalah
pelayanan kesehatan dasar yaitu layanan kesehatan untuk ibu hamil, ibu menyusui,
kesehatan anak dan pengamatan dan kewaspadaan dini (surveilans penyakit, surveilans
gizi, surveilans perilaku berisiko, surveilans lingkungan, dan masalah kesehatan lainnya),
penanganan kegawatdaruratan kesehatan, serta kesiapsiagaan terhadap bencana. Sebagai
bentuk pertanggungjawaban maka kegiatan di Poskesdes didukung dengan pencatatan
dan pelaporan.

Poskesdes merupakan pendorong dalam menumbuhkembangkan terbentuknya


UKBM lain di masyarakat serta meningkatkan partisipasi masyarakat dan kemitraan
dengan berbagai pemangku kepentingan terkait. Kegiatan dilakukan berdasarkan
pendekatan edukatif atau kemasyarakatan yang dilakukan melalui musyawarah dan
mufakat oleh forum desa siaga aktif atau forum kesehatan lainnya yang sudah ada, yang
disesuaikan dengan kondisi dan potensi masyarakat setempat.

C. Tujuan POSKESDES

1. Terselenggaranya promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan pengetahuan


masyarakat tentang kesehatan.
2. Terselenggaranya pengamatan, pencatatan dan pelaporan dalam rangka
meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko dan
bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terutama penyakit menular
dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa atau KLB serta
faktor-faktor resikonya
3. Tersedianya upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya di bidang kesehatan.
4. Terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh masyarakat dan
tenaga professional kesehatan.
5. Terkoordinasinya penyelenggaraan UKBM lainnya yang ada di desa.

Pembangunan Poskesdes di maksudkan untuk lebih mendekatkan pelayanan


kesehatan pada masyarakat yang tinggal jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan,
Poskesdes dibangun dalam rangka menyelenggarakan pelayanan Kesehatan dasar,
menyeluruh dan terpadu dan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di tingkat
desa/kecamatan.

Program Kesehatan yang diselenggarakan oleh Poskesdes merupakan program


Desa Siaga untuk memberikan jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, oleh
masyarakat dan untuk masyarakat sebagai upaya membangun masyarakat mandiri.
D. Fungsi Poskesdes
1. Sebagai wahana peran aktif masyarakat di bidang kesehatan
2. Sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai resiko dan masalah kesehatan.
3. Sebagai wahana pelayanan kesehatan dasar, guna lebih mendekatkan kepada masyarakat
serta meningkatkan jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan.
4. Sebagai wahana pembentukan jaringan berbagai UKBM yang ada di desa.

E. Prioritas Pengembangan
Mengingat Poskesdes merupakan salah satu upaya mendekatkan pelayanan kesehatan
dasar yang sekaligus menjadi wahana pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan maka
prioritas pengembangannya adalah:
1. Desa yang tidak terdapat atau yang sulit mengakses fasilitas pelayanan kesehatan
(Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Rumah Sakit).
2. Desa di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan.

F. Manfaat Poskesdes

1. Bagi Masyarakat Desa


a. Permasalahan kesehatan di desa dapat dideteksi secara dini, sehingga bisa
ditangani dengan cepat dan diselesaikan, sesuai kondisi, potensi dan kemampuan
yang ada.
b. Masyarakat desa dapat memperoleh pelayanan kesehatan dasar (KIA/KB,
peningkatan gizi masyarakat khususnya balita dan maternal, imunisasi termasuk
pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular, upaya
mewujudkan lingkungan sehat, dan pengobatan sederhana termasuk trauma,
didukung dengan penyediaan obat-obat esensial) serta pengetahuan dan
keterampilan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), kesiapsiagaan
serta penanggulangan masalah kesehatan.
c. Masyarakat dapat mengaktualisasikan diri dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan (Bidan)

a. Tenaga kesehatan (bidan) dapat mengaktualisasikan dirinya dalam membantu


masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di wilayahnya.
b. Tenaga kesehatan (bidan) dapat lebih mudah memberikan pelayanan kesehatan
dasar kepada masyarakat.
c. Tenaga kesehatan (bidan) mendapatkan informasi secara cepat tentang
permasalahan kesehatan di masyarakat dan upaya kesehatan bagi masyarakat

3. Bagi Kader kesehatan

a. Kader kesehatan mendapatkan informasi lebih awal di bidang kesehatan.


b. Kader kesehatan dapat mengaktualisasikan dirinya dalam membantu masyarakat
menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di wilayahnya.
c. Kader dapat menjadi teladan bagi masyarakat desanya.

4. Bagi Puskesmas

a. Memperluas jangkauan pelayanan Puskesmas dengan mengoptimalkan sumber


daya yang ada.
b. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan yang
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan
kesehatan strata pertama, yang meliputi pelayanan kesehatan perseorangan dan
pelayanan kesehatan masyarakat.
c. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan
sesuai kondisi setempat.
5. Bagi Sektor lain
Dapat memadukan kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
secara efektif dan efisien.
G. PENGORGANISASIAN POSKESDES

Prinsip pengorganisasian Poskesdes adalah dikelola oleh masyarakat yang dalam hal ini
kader kesehatan dengan bimbingan tenaga kesehatan.
1. Tenaga Poskesdes
Agar Poskesdes dapat terselenggara, maka perlu didukung dengan tenaga sebagai
berikut.
a. Kader Kesehatan
Kader kesehatan sekurang-kurangnya berjumlah 2 (dua) orang yang telah
mendapatkan pelatihan/orientasi.
b. Tenaga kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan di Poskesdes minimal 1 (satu)
orang bidan.
Pemenuhan tenaga kesehatan Poskesdes awalnya dapat dilakukan atas bantuan
Pemerintah daerah setempat, dan selanjutnya dilakukan secara bertahap oleh
masyarakat sendiri. Diharapkan tenaga kesehatan yang akan membantu Poskesdes
berdomisili di desa setempat.
2. Kepengurusan Poskesdes
Kepengurusan Poskesdes dipilih melalui musyawarah dan mufakat masyarakat
desa atau forum desa siaga aktif setempat, serta ditetapkan oleh Kepala Desa. Struktur
pengurus minimal terdiri dari Pembina, Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota.
Susunan pengurus Poskesdes bersifat fleksibel sehingga dapat dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan, kondisi, dan permasalahan setempat.
3. Hubungan Koordinasi dan Pembinaan
Hubungan koordinasi dan pembinaan antara Poskesdes dan unit-unit serta
masyarakat, dapat digambarkan sebagai berikut.
a. Poskesdes berada di bawah pengawasan dan bimbingan Puskesmas setempat.
Pelaksana Poskesdes wajib melaporkan kegiatannya kepada Puskesmas ataupun
kepada sektor terkait. Laporan kegiatan yang menyangkut pelayanan kesehatan
disampaikan kepada Puskesmas oleh tenaga kesehatan Poskesdes. Adapun
laporan yang menyangkut pertanggungjawaban keuangan disampaikan kepada
Kepala Desa selaku Ketua Foru Desa Siaga Aktif Tingkat Desa.
b. Jika di wilayah desa tersebut terdapat Puskesmas Pembantu maka Poskesde
berkoordinasi dengan Puskesmas Pembantu tersebut.
c. Poskesdes di bawah pembinaan Kabupaten/Kota melalui Puskesmas. Pembinaan
dalam aspek upaya kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan.
Apabila Poskesdes tidak mampu memberikan pelayanan, perlu melakukan
rujukan ke Puskesmas, antara lain pelayanan kegawatdaruratan. Pada keadaan
tertentu Poskesdes dapat melakukan rujukan langsung ke Rumah Sakit dengan
sepengetahuan Puskesmas.
d. Poskesdes berkoordinasi dengan Forum Desa Siaga Aktif dalam upaya penemuan
dan penanganan penderita penyakit melalui Survei Mawas Diri (SMD). Hasil
SMD ini akan dibahas dalam forum desa, untuk selanjutnya disampaikan ke
Forum Desa Siaga Aktif Tingkat Kecamatan. Koordinasi ini dilakukan secara
berjenjang dari Tingkat Desa sampai Tingkat Pusat.

H. PENGEMBANGAN POSKESDES
Poskesdes merupakan penggerak dalam pengembangan Desa Siaga Aktif
sehingga pengembangan Poskesdes terintegrasi dalam pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1529 tahun 2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif. Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah pengembangan Poskesdes sebagai
berikut
a. Pendekatan Internal
Langkah ini merupakan awal kegiatan, tujuan pendekatan internal adalah
mempersiapkan petugas kesehatan dan aparat desa setempat, sehingga bersedia
dan memiliki kemampuan mengelola serta membina Poskesdes, dalam upaya
untuk meningkatkan layanan kesehatan bagi masyarakat. Persiapan ini bisa
berbentuk sosialisasi, pertemuan dan pelatihan/orientasi yang bersifat konsolidasi
yang tentunya disesuaikan dengan kondisi setempat.
b. Pendekatan Eksternal
Tujuan pendekatan eksternal adalah mempersiapkan masyarakat,
khususnya tokoh masyarakat sehingga bersedia mendukung penyelenggaraan
Poskesdes. Untuk ini, perlu dilakukan berbagai pendekatan dengan tokoh
masyarakat yang bertempat tinggal di daerah setempat.
c. Survei Mawas Diri (SMD)
Tujuan SMD adalah menimbulkan rasa memiliki masyarakat (sense of
belonging) melalui penemuan sendiri masalah kesehatan di wilayahnya serta
memecahkan masalahnya sesuai dengan sumber daya dan kearifan lokal yang
dimiliki. SMD dilakukan oleh kader Poskesdes yang merupakan masyarakat
setempat bersama tokoh masyarakat serta anggota Forum Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif yang terlatih dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah
disepakati dengan bimbingan dari tenaga kesehatan setempat. Hasil SMD dicatat
untuk menjadi acuan dalam melaksanakan langkah-langkah pemecahan masalah.
Untuk itu, sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan orientasi anggota
masyarakat yang dinilai mampu melakukan SMD, seperti guru, anggota Pramuka,
kelompok dasawisma, PKK, anggota karang taruna, murid sekolah, atau
kelompok potensial lainnya yang ada di desa. Hasil dari SMD adalah data tentang
masalah kesehatan serta potensi masyarakat untuk memecahkan masalah yang ada
di desa.
d. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Tujuan penyelenggaraan MMD ini adalah untuk mencari alternatif pemecahan
masalah kesehatan yang ditemukan pada saat SMD dengan memanfaatkan sumber
daya dan kearifan lokal yang dimiliki desa. MMD diselenggarakan oleh semua
pengurus Forum Desa Siaga Aktif bersama seluruh masyarakat. Data serta temuan
lain yang diperoleh pada saat SMD disajikan, terutama adalah daftar masalah
kesehatan, data sumber daya, serta skala prioritas kebutuhan penanggulangan
masalah kesehatan masyarakat. Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk
penentuan prioritas masalah yang akan ditindak lanjuti, dukungan dan kontribusi
apa yang dapat disumbangkan oleh masingmasing individu/organisasi
kemasyarakatan (ormas)/sektor yang diwakilinya, serta langkah-langkah
pemecahan masalah untuk pengembangan Poskesdes.

I. PEMBENTUKAN POSKESDES
Secara operasional pembentukan Poskesdes dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut.
1. Pemilihan Pengurus dan Kader kesehatan Poskesdes.
Pemilihan pengurus dan kader kesehatan Poskesdes dilakukan melalui pertemuan
khusus para pimpinan, pengelola, dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil
masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah mufakat, sesuai dengan tata
cara dan kriteria yang disepakati, dengan fasilitasi Puskesmas. Jumlah kader
kesehatan untuk setiap Poskesdes minimal 2 (dua) orang atau disesuaikan dengan
kegiatan yang dilaksanakan dan kemampuan serta potensi desa setempat.
2. Pelatihan/Orientasi Kader Kesehatan.
Pengelola dan kader kesehatan terpilih sebelum melaksanakan tugasnya, perlu
diberikan pelatihan atau orientasi tentang pengelolaan Poskesdes.
Pelatihan/orientasi dilaksanakan oleh Puskesmas sesuai dengan pedoman
pelatihan/orientasi yang berlaku. Pada waktu menyelenggarakan pelatihan/orientasi,
sekaligus disusun rencana kerja (Plan of Action) Poskesdes yang akan dibentuk,
lengkap dengan waktu dan tempat penyelenggaraan, para pelaksana dan pembagian
tugas serta sarana dan prasarana yang diperlukan.
Materi pelatihan/orientasi antara lain mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan di
Poskesdes, meliputi:
a. Pelayanan kesehatan dasar sesuai dengan kompetensinya, yaitu layanan
kesehatan untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan kesehatan anak.
b. Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit
menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa
(KLB), penyakit tidak
c. menular dan faktor risikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil
yang berisiko.
d. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB, penyakit tidak menular serta faktor-faktor
risikonya (termasuk kurang gizi).
e. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan
melalui metode simulasi.
3. Pemenuhan/Penempatan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.
a. Pemenuhan/penempatan tenaga kesehatan, terutama Bidan sebagai penyelenggara
Poskesdes awalnya dilakukanoleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten dan untuk
pengembangan selanjutnya, pemenuhan dapat dilakukan oleh masyarakat.
b. Pelatihan tenaga kesehatan
Sebelum melaksanakan tugasnya, tenaga kesehatan diberi pelatihan sesuai dengan
kompetensi dan kewenangan yang harus dimiliki serta tugas yang menjadi
tanggung jawabnya oleh institusi yang berwenang di wilayahnya.

J. PENYELENGGARAAN POSKESDES
Penyelenggaraan Kegiatan Poskesdes secara rutin dilaksanakan oleh kader kesehatan
dan tenaga kesehatan yang ada di desa tersebut dengan bimbingan Puskesmas setempat
dan sektor terkait. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Poskesdes meliputi upaya
promotif, preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif (pengobatan) sesuai dengan
kompetensi petugas kesehatan yang ada di Poskesdes.
a. Kegiatan
Kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa yang
dilaksanakan di Poskesdes adalah:
1. Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil, bersalin, dan nifas
 Pemeriksaan kehamilan, meliputi pemeriksaan tinggi fundus uteri, pengukuran
lingkar lengan atas, pengukuran tinggi badan, penimbangan berat badan,
pengukuran tekanan darah serta pendeteksian dini tanda-tanda bahaya pada
kehamilan melalui Progra Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi
(P4K).
 Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk mencegah tetanus pada saat
proses persalinan.
 Pemberian tablet tambah darah (Fe) untuk mencegah timbulnya anemia/kurang
darah.
 Penyuluhan atau konseling tentang gizi dan kehamilan serta KB setelah
persalinan.
 Penyelenggaraan kelas ibu hamil.
 Penanganan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK).
 Pertolongan persalinan aman, termasuk pencegahan infeksi.
 Kunjungan ibu nifas.
 Rujukan ke Puskemas/rumah sakit untuk kasus kehamilan/ persalinan/nifas yang
tidak dapat ditangani di Poskesdes.
3. Pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui
 Penyuluhan tentang cara menyusui dan perawatan bayi yang benar.
 Penyuluhan tentang gizi bagi ibu menyusui dan KB setelah persalinan.
 Penyuluhan tentang penanganan permasalahan kesehatan bayi dan anak balita.
4. Pelayanan kesehatan untuk anak
 Perawatan bayi baru lahir
 Pemeriksaan kesehatan anak.
 Pemantauan tumbuh kembang bayi dan anak balita.
 Pemberian lima imunisasi dasar lengkap.
 Penyuluhan gizi pada anak.
 Penanganan permasalahan kesehatan pada anak.

5. Penemuan dan penanganan penderita penyakit


 Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit
menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB),
serta penyakit tidak menular dan faktor risikonya (termasuk status gizi) serta
kesehatan ibu hamil yang berisiko.
K. INDIKATOR KEBERHASILAN POSKESDES
Guna mengukur keberhasilan pelaksanaan Poskesdes, dapat dilihat dari komponen sistem
Poskesdes, yaitu input dan output menurut tujuan, sasaran, fungsi, dan pelayanan yang
diberikan. Indikator yang ditetapkan harus mempunyai daya ungkit terhadap
pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya. Adapun indikator tersebut adalah:
1. Input
a. Jumlah kader aktif.
b. Jumlah tenaga kesehatan yang tersedia.
c. Tersedianya sarana (alat dan obat).
d. Tersedianya tempat pelayanan.
e. Tersedianya dana operasional Poskesdes.
f. Tersedianya data (catatan jumlah bayi di imunisasi, jumlah
g. kematian).
2. Output
a. Cakupan ibu hamil yang dilayani (K4).
b. Cakupan persalinan yang dilayani (Linakes).
c. Cakupan kunjungan neonatus (KN2).
d. Cakupan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.
e. Cakupan BBLR yang dirujuk.
f. Jumlah bayi dan anak Balita BB tidak naik (T) ditangani.
g. Cakupan imunisasi.
h. Cakupan pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo
c. 24 jam.
i. Cakupan keluarga yang dibina sadar gizi.
j. Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit
d. menular dan tidak menular tertentu yang menjadi masalah
e. setempat.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

POSKESDES adalah suatu upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (ukbm)


yang melaksanakan kegiatan-kegiatan minimal pengamatan epidemiologis penyakit
menular dan yang berpotensi menjadi KLB serta faktor-faktor risikonya penanggulangan
penyakit menulaar dan yang berpotensi menjadi KLB serta kekurangan gizi
kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan ke gawat daruratan kesehatan pelayanan
kesehatan dasar, sesuai dengan kompetensinya. Kegiatan rutin Poskesdes di
selenggarakan dan di motori oleh tenaga kesehatan yang ada di desa tersebut dan Kader
Poskesdes dengan bimbingan Puskesmas setempat dan sektor terkait. Pelayanan
kesehatan yang di selenggarakan oleh poskesdes, meliputi promotif, preventif, dan kuratif
(pengobatan) sesuai dengan kompetensi. Kegiatan pelayanan kesehatan tersebut di
kelompokkan menjadi kegiatan utama dan kegiatan pengembangan.

Anda mungkin juga menyukai