Anda di halaman 1dari 56

KELAS IIIA/SEMESTER V

AFIFA DIANA PUTRI


ANISSA AYU LESTARI
ARINA NURZAHRAH
ISNA ATIANA
RENNY EMALIA YULISKA
SELVIA RAHAYU REFENDI M.
TUTUT HARDIYANTI
Bimbingan

Lefever dan MCDaniel

bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik


guna membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatannya
dalam menentukan dan mengarahkan kehidupannya
sendiri, yang pada akhirnya ia dapat memperoleh
pengalaman-pengalaman yang dapat memberikan
sumbangan yang berarti pada masyarakat.
Bimbingan

Shertzer dan Stone

proses pemberian bantuan kepada


individu agar mampu memahami diri
dan lingkungannya.

Kesimpulan..
bimbingan sama dengan pemberian bantuan kepada seseorang
yang membutuhkan bantuan untuk membantu seseorang
mengatasi masalahnya atau mengungkapkan kemampuan yang
dimilikinya
Tujuan Umum
1. Membantu individu dalam
mencapai kebahagiaan pribadi.
2. Membantu individu dalam
mencapai kehidupan yang efektif
dan produktif dalam masyarakat.
Tujuan Bimbingan 3. Membantu individu dalam
mencapai hidup bersama dengan
individu yang lain.
4. Membantu individu dalam
mencapai harmoni antara cita
cita dan kemampuan yang
dimiliki.
Fungsi Bimbingan

Menjadi pemantap
(stabilitator) dan
penggerak
(dinamisator)
Menjadi
pengarah
Menjadi
(direktif) bagi
pendorong
pelaksanaan
(motivator)
program
bimbingan
Metode Bimbingan

Bimbingan Direktif Bimbingan Nondirektif

Mengarahkan kepada klien Cara pengungkapan tekanan


untuk berusaha menghadapi batin yang dirasakan menjadi
kesulitan yang dihadapi, penghambat klien dalam belajar
dengan sistem pancingan yang
pengarahan yang di berikan
berupa satu dua pertanyaan yang
kepada klien ialah dengan terarah, selanjutnya klien diberi
memberikan bimbingan secara kesempatan seluas luasnya
langsung jawaban jawaban untuk menceritakan hal-hal yang
terhadap permasalahan yang menghambat jiwanya, yang
menjadi permasalahan yang kemudian dicatat oleh point
dihadapi oleh klien point penting yang dianggap
rawan untuk diberi bantuan.
Konseling

Secara Etimologi Konseling berasal dari bahasa


Latin consilium artinya dengan atau bersama
yang dirangkai dengan menerima atau
memahami .
Konseling Dalam Layanan Kebidanan

pertolongan dalam bentuk wawancara yang menuntut


adanya komunikasi, interaksi yang mendalam, dan
usaha bersama antara konselor (bidan) dengan konseli
(klien) untuk mencapai tujuan konseling yang dapat
berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan,
ataupun perubahan tingkah laku atau sikap dalam
ruang lingkup pelayanan kebidanan.
Konseling Kesehatan Reproduksi

Proses pemberian bantuan seorang individu atau


sekelompok orang yang memiliki masalah kesehatan
reproduksi.
Menurut BKKBN konseling kesehatan reproduksi
merupakan suatu bentuk komunikasi dua arah yang
dilakukan antara dua pihak. Pihak pertama adalah konselor,
membantu pihak lainnya yaitu klien dalam memecahkan
masalah kesehatan reproduksi yang dihadapinya.
Macam-Macam Konseli

Konseli Sukarela
Konseli Terpaksa
Konseli Enggan
Konseli Bermusuhan/Menentang
Tujuan Konseling

Mengubah Perilaku yang


Salah Penyesuaian

Belajar Membuat
Keputusan

Mencegah Munculnya
Masalah
1. Membantu klien untuk
memperoleh identitas
Tujuan Konseling dirinya dalam pilihan
perilaku dan orientasi
Kesehatan Reproduksi seks
2. meningkatkan
pengetahuan seksualitas
yang benar serta
Tujuan Memberikan mengurangi kecemasan
informasi yang dialami oleh klien
Umum tentang berkaitan dengan
kesehatan perilaku dan orientasi
reproduksi seksnya
secara benar 3. menghasilkan perubahan
kebiasaan dan perilaku
dan
yang bertanggung jawab
proposional. serta mengajarkan
keterampilan dalam
membuat keputusan
(Perkumpulan Keluarga
Tujuan Berencana Indonesia, 2009 :
6)
Khusus
Proses Konseling Kesehatan
Reproduksi
Pembukaan

Rapport atau Pendekatan

Penggalian masalah

Mendiskusikan alternatif solusi

Mengajak klien memilih alternatif solusi yang terbaik

Penutup
Teknik-Teknik Dalam Konseling
Perilaku
Mengarahkan
Attending
Diam (Directing)
Empati
Interprestasi
Mengambil Inisiatif
Refleksi
Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Eksplorasi
Memimpin (Leading)
Memberi Nasihat
Pemberian
Menangkap
Fokus
Informasi
Pesan Utama (Parapharasing)
Bertanya
Konfrontasi
Untuk Membuka Pertanyaan
Merencanakan
Bertanya
Menjernihkan
Tertutup(Clarifying)
(Closed Question)

Dorongan
Menyimpulkan
Memudahkan
Minimal(Fasilitating)
Fase-Fase Konseling

Fase Pertama
1.

2. Fase Kedua

3. Fase Ketiga

4. Fase Keempat
Fase Pertama

Konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar


tercapainya situasi yang memungkinkan perubahan -
perubahan yang diharapkan pada klien. Pola hubungan
yang diciptakan untuk setiap klien berbeda, karena
masing-masing klien mempunyai keunikan sebagai
individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung
kepada masalah yang harus dipecahkan.
Fase kedua

Konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan


klien untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan
sesuai dengan kondisi klien. Ada dua hal yang dilakukan
konselor dalam fase ini, yaitu :
1. Membangkitkan motivasi klien
2. Mebangkitkan dan mengembangkan otonomi klien
Fase Ketiga

Konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan


perasaannya pada saat ini, klien diberi kesempatan
untuk mengalami kembali segala perasaan dan
perbuatan pada masa lalu, dalam situasi disini dan saat
ini.
Fase Keempat

Setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran


tentang pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya, konselor
mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling. Pada
fase ini klien menunjukkan gejala gejala yang
mengindikasikan integritas kepribadiannya sebagai individu
yang unik dan manusiawi. Klien telah memiliki kepercayaan
pada potensinya, menyadari keadaan dirinya pada saat
sekarang, sadar dan bertanggung jawab atas sifat
otonominya, perasaan perasaannya, pikiran pikirannya
dan tingkah lakunya.
STRESS

Stress
adalah
Positif Negatif persepsi
terhadap
suatu atau
kondisi
Ketidakmampuan
didalam
Sebuah peluang ketika mengatasi ancaman yang
hal ini menawarkan dihadapi oleh mental, lingkungan
potensi hasil fisik, emosional, dan kita
spiritual manusia
Kemampuan penggunaan sumber daya
(manusia) secara efektif untuk mengatasi
STRESS
gangguan atau kekacauan mental dan
MANAGEMENT
emosional yang muncul karena tanggapan
(respon).

Solusi
Pengendalian Hal-hal
Sehat Positif

Menghindari, Mengubah,
Unik
Beradaptasi, dan Menerima
Stress Selama Kehamilan

Faktor Eksternal Faktor Internal

Respon Lingkungan Perubahan bentuk tubuh


Perubahan peran
Pemikiran subjek
Harapan-harapan
Stress
Management bagi
ibu hamil

PENTING

Mempengaruhi kesehatan ibu selama hamil


karena kesehatan ibu menjadi point utama dalam
kehamilan dan harus diperhatikan sedini mungkin

Pengetahuan (Pendidikan
Prenatal)
Stress dalam Kesehatan
Reproduksi Wanita
(Menstruasi)

Fluktuasi hormonal

Perbedaan latar
belakang sosio- Gangguan
demografi Perubahan emosi siklus
menstruasi

Tingkat aktivitas

Tingkat kemampuan
adaptasi
Stress management selama
menstruasi

Penelitian dilakukan oleh para ahli dari UCL (University College


London), Inggris. Obyek penelitiannya adalah 41 responden
perempuan, berusia antara 18 - 35 tahun, memiliki siklus menstruasi
teratur, dan tidak sedang mengonsumsi pil kontrasepsi

Para respondenmasing-masing dipaparkan pada sebuah video


berdurasi 14 menit. Video yang ditonton berisi adegan menegangkan,
seperti pembunuhan, kecelakaan, atau peristiwa mengerikan. Setelah
menonton video tersebut, para responden diminta memberikan
sampel saliva agar dapat diukur kadar hormon stresnya. Selanjutnya
selama beberapa hari setelah itu, diminta mencatat pikiran-pikiran
yang mungkin muncul tentang video yang telah dilihat itu.
Berdasarkan hasil pemantauan kadar hormon dan catatan tentang
pikiran-pikiran para responden itulah ditemukan bahwa responden
yang sedang berada di awal periode luteal (tepatnya setelah ovarium
melepaskan sel telur, terjadi rata-rata pada hari ke-16 hingga 20,
terhitung sejak hari pertama menstruasi), mengalami risiko stres 3
kali lebih besar dibandingkan responden yang berada di periode
lainnya.

Dr. Sunjeev Kamboj, pengajar UCL di Departement of Clinical,


Educational and Health Psychology, yang dikutip oleh BBC, UK
mengatakan: "Hal ini mengindikasikan ada celah di antara siklus
menstruasi yang membuat perempuan rentan mengalami stres,
setelah mereka mengalami peristiwa yang memicu stres
Hasil penelitian ini memberi informasi bahwa pada perempuan yang
cenderung berulang mengalami PMS berupa gangguan psikologis
seperti stres, depresi, ketidak stabilan emosi, dapat diminimalkan
bahkan dicegah mengalaminya, dengan stress management tepat
sebelum ovulasi terjadi. Sehingga mereka bisa lebih nyaman
menjalani aktivitas hariannya.
Krisis adalah reaksi Intervensi adalah
Intervensi krisis merupakan
metodesuatu
pemberian
berlebihan terhadap
intervensi ringkas yang dirancangkan dan
bantuan terhadap
situasi yang
khususnya digunakan untuk membantu
mereka yang
mengancam saat
individu, keluarga-keluarga dan atau
tertimpa krisis, di
kemampuan
komunitas-komunitas untuk manamengatasi
masalah yang
menyelesaikan
suatu krisis yang dirasakan dan
membutuhkan
masalah dan respon
memperbaiki tingkatan
penanganan yang
coping tidak adekuat
penanggulangannya. Suatucepatkrisisdapat
adalahsegera
untuk
suatu istilah subyektif, khususnya dimana
diselesaikan dan
mempertahankan
krisis dari satu orang akan merupakan psikis
keseimbangan
keseimbangan
1. Berfokus pada pemberian dukungan terhadap individu
sehingga individu mencapai tingkat fungsi seperti
sebelum krisis, atau bahkan pada tingkat fungsi yang
lebih tinggi.

2. Membantu individu memecahkan masalah dan


mendapatkan kembali keseimbangan emosionalnya.
1. Mengkaji persepsi individu terhadap masalah, serta mengkaji
kekurangan dan kelebihan sistem pendukung individu dan
keluarga.

2. Merencanakan hasil yang spesifik dan tujuan yang didasarkan


pada prioritas.

3. Memberikan penanganan langsung.


Menganalisa situasi yang penuh stress.
Mengungkapkan perasaan tanpa penilaian.
Mencari cara untuk beradaptasi dengan stress
dan kecemasan.
Memecahkan masalah dan mengidentifikasi
strategi dan tindakan.
Mencari dukungan ( keluarga, teman,
komunitas )
Menghindari stress yang akan datang dengan
anticipatory guidance.
Pengaplikasian Intervensi
Krisis
Misalnya ada balita yang
mengalami gizi buruk pada suatu
desa, maka petuga kesehatan pun
harus memberikan intervensi
dengan bekerjasama dengan kader
untuk menangani hal tersebut.
Misalnya memberikan PMT serta
memberi penjelasan kepada
keluarga agar memantau keadaan
anaknya tersebut.
Arras Mezo
Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok
klien. Pemberdayaan dilakukan dengan
menggunakan kelompok sebagai media
intervensi

Digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan


kesadaran, pengetahuan, ketrampilan dan sikap
- sikap klien agar memiliki kemampuan
memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

Pengaplikasiaanya seperti kelas ibu hamil


Pendidikan dan pelatihan bisa menjembatani jurang antara
Silberman kekurangan pengetahuan atau keterampilan seseorang.
(2006: 1):

training can contribute to companies competitiveness.


Pendidikan dan pelatihan berkontribusi pada daya saing
Noe (2010: perusahaan.
4)

Training menciptakan kemampuan intelektual yang


meliputi keterampilan dasar (basic skills), keterampilan ahli
Noe (2010: (advanced skills) dan kemampuan memotivasi diri (self-
5) motivated creativity).
Mempercepa
t Proses Meningkatka
Mewujudkan
pengambilan n Semangat
Hubungan
Keputusan Kerja
yang Serasi
Seluruh
antara
Karyawan
atasan dan
dan Mendorong
Bawahan Sikap
Organisasi
keterbukaan
Meningkatka
Manajemen
n Manfa
melalui
Produktivita at Penerapan
s Organisasi Gaya Manajerial
yang
Partisipatif
Pendidikan dan
Tujuan Pelatihan
pengorganisasian
pada kesehatan ibu
dan anak yaitu
bertujuan
meningkatkan
kualitas sumber
daya manusia ibu
dalam meningkatkan
kualitas kesehatan
berkaitan dengan
kebijakan serta
strategi kesehatan
Kebijakan dan Strategi Komponen

Setiap ibu menjalani Pemberdayaan perempuan,


kehamilan dan suami dan keluarga
persalinan dengan Peningkatan pengetahuan
sehat dan selamat tentang tanda bahaya
serta bayi lahir sehat kehamilan, persalinan,
nifas bayi dan balita (health
Setiap anak hidup seeking care)
sehat, tumbuh dan Penggunaan buku KIA
berkembang secara Konsep SIAGA (siap,
Kebijakan
optimal Antar,Jaga)
Strategi
Kesehatan Ibu Kesehatan
Penyediaan Ibu
dana,
transportasi, donor darah
dan Anak dan Anak
untuk keadaan darurat
Peningkatan penggunaan
ASI eksklusif
Definisi
menurut para
ahli

(Benyamin B. Wolman, Dictionary of Behavioral Science).


Dinamika Kelompok adalah studi tentang hubungan sebab
akibat yang ada di dalam kelompok, tentang perkembangan
hubungan sebab akibat yang terjadi di dalam kelompok.

(J.P. Chaplin, Dictionary of Psychology). Dinamika Kelompok


adalah suatu penyelidikan tentang hubungan sebab akibat di
dalam kelompok; suatu penyelidikan tentang saling hubungan
antar anggota di dalam kelompok; bagaimana kelompok
terbentuk, dan bagaimana suatu kelompok berreaksi terhadap
kelompok lain.
Slamet Santosa (2004: 5), mengartikan Dinamika Kelompok
sebagai suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau
lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara
anggota yang satu dengan yang lain; antar anggota kelompok
mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam
situasi yang dialami secara bersama-sama.

(J.P. Chaplin, Dictionary of Psychology). Dinamika Kelompok


adalah suatu penyelidikan tentang hubungan sebab akibat di
dalam kelompok; suatu penyelidikan tentang saling hubungan
antar anggota di dalam kelompok; bagaimana kelompok
terbentuk, dan bagaimana suatu kelompok berreaksi terhadap
kelompok lain.
Tahap
Pertumbuhan
Kelompok

Fase forming (fase kekelompokan)

Tahap ini merupakan tahap pertama dalam pembentukan


kelompok kerja, para anggota mulai mempelajari tugas yang
diberikan dan berkenalan dengan anggota lainnya.

Fase storming (fase peralihan)

Tahap kedua adalah Tahap timbulnya konflik yang menurut


Tuckmen disebut dengan Storming. Para anggota mulai bekerja
tetapi mereka cenderung akan mempertahankan pendapat
mereka sendiri, menolak batasan-batasan yang ditetapkan
oleh Kelompok terhadap Individu mereka.
Fase norming (fase pembentukan norma)

Tahap ketiga adalah Tahap Normalisasi (Norming) yaitu Tahap


terbentuk hubungan yang dekat antar anggota kelompok dan
menetapkan aturan-aturan serta menemukan cara komunikasi
yang tepat supaya dapat membantu mereka mencapai tujuan
yang diinginkan.

Fase performing (fase berprestasi)

Tahap keempat adalah Tahap berkinerja (Performing) dimana


semua anggota kelompok telah dapat bekerja dan berfungsi
secara penuh. Pada tahap ini, semua anggota memiliki
kebersamaan, Percaya diri, kreatif, Inisiatif dan semangat yang
tinggi serta Sukses.
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi

Tujuan
Kelompok

Tujuan dinamika kelompok yang diinginkan untuk setiap


kelompok dalam organisasi berfungsi:

Sebagai lumbung dari ide yang ingin dilaksanakan.


Sebagai ikatan jiwa antara anggota kelompok.
Menjadi sasaran dan juga menjadi sumber dari konsep
perencanaan kerja.
Menjadi motivasi dalam mengadakan persaingan/aktivitas.
Menjadi perangsang untuk mendapatkan kepuasan kerja.
Menjadi arah yang tetap dalam menjalankan tugas kelompok.
Interaksi

Acting

Mempersatukan anggota kelompok adalah adanya pembagian


tugas dan tujuan pekerjaan itu sendiri.

Contoh:
suatu masyarakat desa bekerjasama memperbaiki jalan desa
dengan mengerahkan 100 orang untuk memperbaiki jalur
sepanjang 1 km. Untuk pemerataan berarti 1 orang bisa
mendapat bagian 10 meter
Co-Acting

Bahwa antara individu dalam kelompok itu terdapat kerjasama yang


erat dalam mencapai/mewujudkan suatu tujuan.

Contoh:
untuk memenangkan lomba, semua pemain kesebelasan
permainan harus kompak/solid, tidak bisa sendiri-sendiri atau
misalnya dua orang pemuda yang mau memikul bersama suatu balok
kayu yang besar, diperlukan kerjasama dengan baik diantara mereka
ketika sedang mengangkut kayu tersebut
Interacting

Adanya kerjasama antara beberapa kelompok pada satu pola


kerja yang sama.

Contoh:
untuk memperbaiki jembatan yang menghubungkan dua desa
lurus disusun rencana kerja sedemikian rupa, sehingga sikap
kelompok dari desa, perlakuan yang wajar/adil, semangat
kebersamaan akan pekerjaan seperti ini mulai diuji. Kerjasama
seperti itu diperlukan rasa persatuan, solidaritas dan rasa senasib
sepenanggungan diantara anggota kelompok
Counter Acting

Adanya persaingan dari anggotaanggota kelompok, untuk


mengatasnamakan kelompoknya.

Contoh:
petugas pembangunan (agent of change) bisa membangkitkan
motivasi dalam semangat kerja kelompok untuk mengejar
ketinggalan, melalui pendekatan Persaingan diantara kelompok
yang relatif maju dengan yang tertinggal, karena secara psikologis
mereka tidak mau dikatakan mengejar ketinggalnnya dari
kelompok lain, sehingga dalam waktu relatif singkat kelompoknya
sudah maju
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai