Prosiding Semnas APTFI II 2017 PDF
Prosiding Semnas APTFI II 2017 PDF
Diterbitkan oleh :
Program Studi Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat
PROSIDING SEMINAR NASIONAL APTFI II
Editor :
Noor Cahaya, M.Sc, Apt.
Khoerul Anwar, M.Sc., Apt
Reviewer :
Dr. Sutomo, M.Si, Apt.
Dr. Arnida, M.Si, Apt.
Nurlely, M.Sc, Apt.
Penyunting :
Destria Indah Sari,M.Farm, Apt.
Diterbitkan oleh :
Program Studi Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat
Alamat Penerbit :
Jl. A. Yani Km. 35.8 Banjarbaru, Kalimantan Selatan Telp. (0511) 4773112
www. farmasi.ulm.ac.id
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November 2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, Prosiding Seminar Nasional APTFI II
dengan tema “Pendidikan Farmasi dan Apoteker yang Paripurna untuk Mencapai
Kompetensi dalam Menghadapi Persaingan Global” telah selesai diterbitkan. Prosiding
ini diharapkan akan menjadi salah satu media bagi para peneliti di bidang kefarmasian
dan kesehatan untuk penyampaian, transfer, penyebarluasan dan komunikasi antar
peneliti terkait ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya di bidang kefarmasian
tetapi juga di bidang kesehatan.
Prosiding ini merupakan kumpulan artikel dari beberapa publikasi oral maupun poster
dari peserta Seminar Nasional Kefarmasian yang telah diselenggarakan pada tanggal
17-18 November 2017 di Hotel Golden Tulip Banjarmasin.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang ikut
terlibat dalam proses penyelesaian prosiding ini. Kami juga mengucapkan maaf yang
sebesar-besarnya atas keterlambatan serta kekurangan dalam hal penulisan maupun
penerbitan prosiding ini. Semoga Prosiding Seminar Nasional APTFI II ini bermanfaat
bagi kita semua.
iii
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November 2017
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................ i
Tim Penyusun................................................................................................................. ii
Toksisitas Sianidin dan Peonidin dari Umbi Ubi Ungu (Ipomoea batatas L.) Secara
In Silico
Ni Made Pitri Susanti, Ni Kadek Warditiani, Chenme Juiwanti, I Nyoman Triadi
Wisesa ........................................................................................................................... 1
Efek Pencegahan Ekstrak Etanol Bangle Hitam (Zingiber ottensii Val.) dan Daun
Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr) Terhadap Kadar Lemak Darah Pada Tikus
Jantan Obesitas Yang Diinduksi Pakan Tinggi Lemak Dan Karbohidrat
Agus Sulaeman, Patonah, Nurdin R............................................................................... 19
Profil Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanolik Beras Hitam (Oryza sativa L) Dari
Kalimantan Selatan
Anna Khumaira Sari, Noverda Ayuchecaria................................................................... 43
Pengembangan Sensor Kimia Untuk Penetapan Kadar Polifenol Total Ekstrak Daun
Jambu Biji (Psidium guajava L.)
Indah Yulia Ningsih, Moch. Amrun Hidayat, Agus Abdul Gani, Bambang
Kuswandi........................................................................................................................ 51
Urutan Prioritas Dari Skrining Peresepan Obat Menurut Apoteker Yang Bekerja Di
Rumah Sakit Pemerintah Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
M. Muhlis, W. Sulistiani................................................................................................. 73
iv
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November 2017
Pengaruh Ion Logam Alkali dan Alkali Tanah Terhadap Aktivitas Selulase dari
Bacillus subtilis SF01
Lanny Hartanti, Revonandia Irwanto, Yehezkiel Billy Oentoro, Emi Sukarti, Henry
Kurnia Setiawan............................................................................................................. 83
Uji Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Semut Jepang (Tenebrio sp) Pada
Tikus Putih Jantan Galur Sprague-Dawley
Ratih Pratiwi Sari, Novia Ariani, Dwi Rizki Febrianti...................................................... 107
Profil Kumulatif Flavonoid Total yang Terlepas dari Sediaan Gel HPMC
Mengandung Ekstrak Etanol Daun Aquilaria microcarpa
Destria Indah Sari, Dina Rahmawanty, Maulida Eriana................................................. 113
Penggunaan Antibiotik Dan Obat Lain Pada Pasien Yang Menjalani Rawat Inap Di
Ruang Perawatan Bedah
Difa Intannia, Valentina Meta Srikartika, Dina Rahmawanty, Nur Jamilah, Rina Asti... 135
Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Daun Dadap Serep
(Erythrina subumbrans) Terhadap Sel Hela Secara In Vitro
Fitrianingsih, Diah Tri Utami, Indri Maharini................................................................. 149
v
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November 2017
vi
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
TOXICITY OF CIANIDIN AND PEONIDIN FROM UMBI UBI UNGU (Ipomoea Batatas L.)
BY IN SILICO
Ni Made Pitri Susanti 1*, Ni Kadek Warditiani 1, Chenme Juiwanti 1, I Nyoman Triadi Wisesa 1
1
Program Studi Farmasi, FMIPA,Universitas Udayana, Jalan Kampus Bukit Jimbaran, Badung,
Bali, Indonesia
*Corresponding author: dekpitsusanti@unud.ac.id
Abstract. Anthocyanin in purple sweet potatoes (Ipomoea batatas L.) is known to have
various pharmacological activities including: antioxidants, antihiperlipidemia,
anticancer, and antidiabetes. Toxicity testing is necessary to determine the potential
hazards of the test compounds that might be produced. This study was conducted to
determine the toxicity of anthocyanin (cyanidin and peonidin) in silico using Toxtree
software v2.6.13. Toxicity testing in silico with Toxtree software using 2D cyanidin and
peonidin structure with test parameters, namely: Skin Irritation / Corrosion and Eye
Irritation and Corrosion. Further data analysis was conducted descriptively on the results
of tested toxicity parameters. The results showed that cyanidin and peonidin did not have
the potential to cause irritation or corrosion of the skin while in the eyes did not have the
potential to cause severe burns or burns.
1
Ni Made Pitri Susanti dkk.: Toksisitas Sianidin dan Peonidin dari Umbi Ubi Ungu (Ipomoea Batatas L.) Secara In Silico
2
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
dimensi senyawa uji dengan format (*.sdf) irritation/corrosion dan eye irritation and
yang dilengkapi dengan sifat kimia fisika corrosion. Parameter toksisitas ini diujikan
berupa titik leleh diinput ke dalam untuk mengetahui potensi toksik dari
software Toxtree. Uji toksisitas dilakukan senyawa antosianin sianidin dan peonidin
dengan menggunakan 2 parameter yaitu secara topikal (ideaconsult, 2009).
Skin Irritation/Corrosion dan Eye Irritation
and Corrosion. Analisis data yang 3.1 Penyiapan Struktur Senyawa Sianidin
diperoleh dari 2 parameter dilakukan dan Peonidin
secara deskriptif. Struktur 2 dimensi senyawa sianidin
dan peonidin dengan format (*.sdf)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN diunduh dari
Pengujian toksisitas senyawa https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov.
antosianin (sianidin dan peonidin) secara Struktur 2 dimensi senyawa sianidin dan
in silico telah dilakukan dengan peonidin ditampilkan pada Gambar 1.
menggunakan parameter toksisitas skin
(a) (b)
Gambar 1. Struktur 2 Dimensi Senyawa Sianidin (a) dan Peonidin (b)
3
Ni Made Pitri Susanti dkk.: Toksisitas Sianidin dan Peonidin dari Umbi Ubi Ungu (Ipomoea Batatas L.) Secara In Silico
Tabel 1. Hasil Uji Toksisitas Senyawa Sianidin dan peonidin dengan Toxtree.
Senyawa
Parameter Toksisitas
Sianidin Peonidin
Tidak mengiritasi Tidak mengiritasi
Skin Irritation/ Corrosion
atau korosif atau korosif
Tidak korosif pada Tidak korosif pada
kulit (tidak kulit (tidak
Eye Irritation and
menyebabkan luka menyebabkan luka
Corrosion
bakar dan luka bakar dan luka
bakar yang parah) bakar yang parah)
4
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
5
Ni Made Pitri Susanti dkk.: Toksisitas Sianidin dan Peonidin dari Umbi Ubi Ungu (Ipomoea Batatas L.) Secara In Silico
6
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
7
Emy Oktaviani dkk.: Evaluasi Penggunaan Antidiabetik Oral pada Pasien DM Tipe 2 Dengan Gangguan Fungsi Ginjal
Rawat Jalan Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Indonesia
8
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
digunakan adalah Drug Information kelamin, usia, nilai CrCl dan jenis DM tipe
Handbook 20th Edition dan Handbook of 2, terlihat jumlah pasien laki-laki sebesar
Renal Pharmacotherapy. 69 pasien (69%) dan pasien perempuan
Pengobatan dikatakan sesuai jika sebesar 31 pasien (31%). Pasien dalam
regimen dosis yang didapatkan oleh penelitian ini sebesar 91 pasien berusia
pasien di rumah sakit masuk ke dalam 60-75 tahun, 9 pasien berusia 76-90 tahun
rentang regimen dosis yang terdapat di dan usia > 90 tahun tidak ditemukan.
literatur. Regimen dosis pengobatan yang Untuk karateristik nilai CrCl tersebar
dievaluasi adalah dosis dan interval dalam 4 kategori yaitu 60-89 ml/menit
pemberian antidiabetik oral. sebesar 5 pasien (5%), 30-60 ml/menit
sebesar 76 pasien (76%), 15-30 ml/menit
3. HASIL DAN PEMBAHASAN sebesar 18 pasien (18%) dan < 15
3.1 Karakteristik Dasar Penelitian ml/menit sebesar 1 pasien (1%).
Jumlah pasien yang memenuhi krite-
ria inklusi dalam penelitian ini adalah 100
pasien. Berdasarkan karateristik jenis
Tabel 1. Karakteristik Pasien DM Tipe 2 dengan Gangguan Fungsi Ginjal di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta
Jumlah Pasien
Karakteristik (n= 100)
N (%)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 69 69
Perempuan 31 31
Usia (tahun)
60-75 91 91
76-90 9 9
˃90 0 0
Gangguan Fungsi Ginjal
Non HD; CrCl (ml/menit)
60-89 5 5
30-60 76 76
15-30 18 18
< 15 1 1
Jenis Diabetes Melitus Tipe 2
DM2NO 45 45
DM2O 55 55
Komorbid
Komplikasi makrovaskular 92 92
Komplikasi mikrovaskular 100 100
Jenis obat lain selain
antidiabetik oral
Jumlah obat < 5 65 65
Jumlah obat ≥ 5 35 35
9
Emy Oktaviani dkk.: Evaluasi Penggunaan Antidiabetik Oral pada Pasien DM Tipe 2 Dengan Gangguan Fungsi Ginjal
Rawat Jalan Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Indonesia
10
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
11
Emy Oktaviani dkk.: Evaluasi Penggunaan Antidiabetik Oral pada Pasien DM Tipe 2 Dengan Gangguan Fungsi Ginjal
Rawat Jalan Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Indonesia
Tabel 2. Gambaran Penggunaan Obat Antidiabetik Oral pada Pasien DM Tipe 2 dengan
Gangguan Fungsi Ginjal di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta
Jumlah Pasien (n=100)
Jenis Obat
N %
Tunggal
Akarbose 36 36
Gliklazid 0 0
Glimepirid 2 2
Gliquidon 3 3
Metformin 14 14
Pioglitazon 2 2
Total 57 57
Kombinasi Dua Obat
Akarbose+Glimepirid 2 2
Akarbose+Gliquidon 6 6
Akarbose+Metformin 14 14
Akarbose+Pioglitazon 6 6
Gliklazid+Metformin 2 2
Gliquidon+Metformin 5 5
Total 35 35
Kombinasi Tiga Obat
Akarbose+Gliklazid+Metformin 2 2
Akarbose+Glimepirid+Metformin 1 1
Akarbose+Glimepirid+Pioglitazon 1 1
Akarbose+Gliquidon+Metformin 3 3
Akarbose+Metformin+Pioglitazon 1 1
Total 8 8
Total 100 100
12
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
Dari 100 pasien, terdapat 149 digunakan adalah akarbose dan sebagian
kasus pengobatan persentase obat besar diberikan dengan dosis sesuai.
dengan dosis tidak sesuai 51,67% dan obat Persentase tiga tertinggi obat dengan
dengan dosis tidak sesuai 48,32%. Hal ini dosis tidak sesuai adalah berturut-turut
ditunjukkan berbeda oleh penelitian lain metformin (85,36%), gliklazid (75%), dan
dimana obat dengan dosis sesuai sebesar akarbose (36,11%). Sedangkan untuk
41,8% dan obat dengan dosis tidak sesuai persentase terendah obat dengan dosis
sebesar 58,2% (Saleem dan Masood, tidak sesuai adalah pioglitazon sebesar nol
2016). Hal ini dikarenakan pada penelitian persen.
ini sebagian besar antidiabetik oral yang
Tabel 4. Evaluasi Penggunaan Antidiabetik Oral Berdasarkan Jenis Antidiabetik Oral pada
Pasien DM Tipe 2 dengan Gangguan Fungsi Ginjal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
(n=100 pasien)
Jumlah Persentase
Antidiabetik Evaluasi Pemberian Obat
Oral Obat Tidak sesuai (%)
Sesuai Tidak sesuai
Gliklazid 1 3 4 75
Glimepirid 4 2 6 33,33
Metformin 6 35 41 85,36
Akarbose 46 26 72 36,11
Gliquidon 11 6 17 35,29
Pioglitazon 9 0 9 0
Total 65 84 149
13
Emy Oktaviani dkk.: Evaluasi Penggunaan Antidiabetik Oral pada Pasien DM Tipe 2 Dengan Gangguan Fungsi Ginjal
Rawat Jalan Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Indonesia
14
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
dengan frekuensi kurang atau lebih satu komplikasi makrovaskular yang dapat
panjang dari yang dianjurkan, juga dapat berpengaruh terhadap ketercapaian efek
mengakibatkan konsentrasi obat di dalam terapi pada pengobatan pasien DM tipe 2
darah tidak dapat terjaga sesuai dengan dengan gangguan fungsi ginjal adalah
kadar terapeutik. Sehingga, ketika obat gangguan kardiovaskular. Gangguan
sudah mencapai 5-7 kali waktu paruhnya, kardiovaskular dapat menyebabkan aliran
konsentrasi obat di dalam darah sudah darah ke tempat-tempat absorpsi menjadi
tidak ada sehingga berada di bawah kadar menurun sehingga mengubah
terapeutiknya yang mengakibatkan tidak ketersediaan hayati obat. Untuk obat yang
tercapainya efek terapi (Arnouts dkk., hidrofilik spereti metformin, karena
2014); (Hakim, 2013). adanya ekspansi cairan ekstraseluler, obat
Pada penelitian ini, terlihat bahwa akan terdistribusi lebih banyak dari normal
sebagian besar pasien menderita sehingga memperbesar volume distribusi
komorbid berupa komplikasi dan mengubah klirens renal (Hakim L.,
makrovaskular dan mikrovaskular. Salah 2013).
Tabel 5. Komorbid Pada Pasien DM tipe 2 Geriatri dengan Penurunan Fungsi Ginjal di
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Komorbid* Jumlah Persentase
(n=100) (%)
Makrovaskular
Hipertensi 79 79
Hiperlipidemia 65 65
Gangguan Kardiovaskular** 37 37
Mikrovaskular
Neuropati DM 20 20
Retinopati DM 12 12
Nefropati DM 100 100
Ulkus DM 4 4
Keterangan:
* Pada 100 pasien dalam penelitian ini, tiap pasien menderita lebih dari 1 komorbid makrovaskular dan
mikrovaskular.
** Gangguan Kardiovaskular meliputi Coronary Artery Disease (CAD), Congestif Heart Failure (CHF), Deep Vein
Trombosis (DVT), Peripheral Artery Disease (PAD), Hipertension Heart Disease (HHD), Ischemic Heart Disease
(IHD), Coronary Heart Disease (CHD).
15
Emy Oktaviani dkk.: Evaluasi Penggunaan Antidiabetik Oral pada Pasien DM Tipe 2 Dengan Gangguan Fungsi Ginjal
Rawat Jalan Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Indonesia
16
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
17
18
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
THE PREVENTIVE EFFECT OF BLACK BANGLE (Zingiber ottensii Val.) AND KATUK
LEAVES’ (Sauropus androgynus L. Merr) EXTRACT ON LIPID BLOOD LEVELS IN OBESE
MALE RATS WHICH INDUCED BY HIGH-FAT AND CARBOHYDRATE FEEDING
Keywords: Zingiber ottensii Val, Sauropus androgynus (L.) Merr, blood lipid profile, high
fat diet & carbohydrate
19
Sulaeman A dkk.: Efek Pencegahan Ekstrak Etanol Bangle Hitam (Zingiber ottensii Val.) dan Daun Katuk
(Sauropus androgynus (L.) Merr) Terhadap Kadar Lemak Darah pada Tikus Jantan Obesitas yang
Diinduksi Pakan Tinggi Lemak dan Karbohidrat
dalam tubuh lebih banyak dari pada energi bentuk sintetik. Salah satunya seperti
yang dikeluarkan oleh tubuh. Obesitas orlistat, obat ini bekerja menghambat
bagi sebagian orang sangat mengganggu, lipase gastrointestinal dengan cara
baik dalam hal penampilan maupun menghambat pembentukan asam lemak
kesehatan (Rahardjo dkk,2005). Obesitas bebas dan trigliserida makanan, sehingga
telah menjadi epidemi di negara maju absorpsi lemak menjadi berkurang. (Jang
maupun negara sedang berkembang dan dan Choung, 2012).
merupakan penyebab utama untuk Indonesia memiliki sekitar 25.000-
banyak penyakit metabolik. Suatu 30.000 spesies tumbuhan yang
kelainan multifaktorial dan penyakit yang merupakan 80% dari jenis tanaman di
kompleks akibat keseimbangan energi dunia dan 90% dari jenis tanaman di Asia.
positif dalam jangka waktu lama. Spesies tanaman yang beraneka ragam
Perkembangan obesitas berasal dari tersebut sebagian besar mempunyai
interaksi faktor-faktor sosial, perilaku, potensi untuk dimanfaatkan sebagai
psikososial, metabolik, seluler, dan tanaman industri, sebagai tanaman buah-
molekuler. (Sanchez, 2011). buahan, tanaman rempah-rempah dan
Obesitas berkontribusi terhadap tanaman obat-obatan (Dewoto, 2007).
kejadian peningkatan tekanan darah, Tanaman bangle hitam (Zingiber
peningkatan kadar serum kolesterol, otensii Val) merupakan salah satu
penurunan kadar HDL, peningkatan kadar tanaman obat yang secara tradisional
glukosa. Kelebihan jaringan adiposa pada telah dikenal lama oleh masyarakat
orang obese akan mengakibatkan Indonesia. Tanaman ini adalah tanaman
dilepaskannya berbagai faktor asli Pulau Jawa. Bangle dikenal mampu
diantaranya nonesterified fatty acid menghangatkan badan, menghilangkan
(NEFA), sitokin, PAI-1 dan adiponektin. rasa sakit kepala (sedativum), obat
Peningkatan kadar NEFA pada otot dan memar, obat nyeri sendi (rematik), obat
hati akan meningkatkan kejadian insulin sembelit, obat sakit perut (kolik), obat
resisten. Peningkatan kadar CRP bersama sakit kuning, memperkuat kontraksi
dengan obesitas dapat menunjukkan rahim, serta pelangsing perut pasca
adanya pelepasan sitokin berlebihan dan persalinan. Dalam farmakologi Cina
menunjukkan kondisi proinflamasi disebutkan, tanaman ini bersifat sebagai
sedangkan peningkatan kadar PAI-1 penurun panas (antipiretik), peluruh
berkontribusi pada kondisi protrombotik kentut (karminatif), peluruh dahak
(Grundy, 2004). (ekspektoran), pembersih darah,
Pengobatan obesitas dapat pencahar (laksan), dan obat cacing
dilakukan dengan berbagai cara antara (vermifuge). Selain itu, tanaman ini baik
lain dengan pembatasan kalori yang bagi penderita lemah jantung, gangguan
dimakan (diet), latihan fisik dan dengan syaraf, dan mengurangi kegemukan
pemakaian obat-obatan yang dalam (Wijayakusuma dkk. 1997).
20
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
pada hewan uji obes yang diinduksi oleh 2.3 Standarisai Ekstrak
makanan tinggi karbohidrat dan tinggi Standarisasi perlu dilakukan agar
lemak. dapat diperoleh bahan baku yang sesuai
yang akhirnya dapat menjamin efek
2. METODE PENELITIAN farmakologi tanaman tersebut (BPOM,
Pengujian secara Ex-vivo 2005). Parameter mutu yang
menggunakan tikus yang diinduksi distandarisasi meliputi kadar air, kadar
makanan tinggi lemak dan karbohidrat. abu total, kadar sari larut air, dan kadar
Tikus yang digunakan sebagai hewan uji sari larut etanol.
dibagi dalam 6 kelompok, diinduksi 2.3 Skrining Fitokimia
dengan makanan tinggi lemak dan Ekstrak yang diperoleh selanjutnya
karbohidrat kecuali kelompok normal. diuji secara kualitatif untuk mengetahui
Kelompok uji diberikan kombinasi ekstrak kandungan metabolit sekunder yang
etanol rimpang bangle hitam (Zingiber terdapat didalam ekstrak. Pengujiannya
ottensii Val.) dan daun katuk (Sauropus meliputi uji senyawa alkaloid, flavonoid,
androgynus (L.) Merr.) dengan tiga dosis kuinon, saponin, tannin dan
berbeda, dan orlistat sebagai pembanding triterpenoid/steroid (Depkes RI, 1996).
bersamaan dengan induksi. Efek yang 2.4 Penyiapan Hewan Uji
diteliti adalah perubahan kadar kolesterol Hewan uji yang digunakan pada
total, trigliserida, HDL kolesterol dan LDL penelitian ini adalah tikus putih jantan
kolesterol dalam darah galur wistar berusia 2-3 bulan dengan
2.1 Penyiapan Bahan dan Determinasi bobot 200-300 gram. Tikus yang
Tanaman digunakan diaklimatisasi terlebih dahulu
selama 7 hari di kandang STFB,
21
Sulaeman A dkk.: Efek Pencegahan Ekstrak Etanol Bangle Hitam (Zingiber ottensii Val.) dan Daun Katuk
(Sauropus androgynus (L.) Merr) Terhadap Kadar Lemak Darah pada Tikus Jantan Obesitas yang
Diinduksi Pakan Tinggi Lemak dan Karbohidrat
22
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
dari 10%. Hasil pemeriksaan kadar air pada memenuhi persyaratan MMI dikarenakan
rimpang bangle hitam dan daun katuk tidak lebih dari 10%
23
Sulaeman A dkk.: Efek Pencegahan Ekstrak Etanol Bangle Hitam (Zingiber ottensii Val.) dan Daun Katuk
(Sauropus androgynus (L.) Merr) Terhadap Kadar Lemak Darah pada Tikus Jantan Obesitas yang
Diinduksi Pakan Tinggi Lemak dan Karbohidrat
Tabel 3. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Katuk (Sauropus androgynus (L.)
Merr.)
No. Golongan Senyawa Hasil Penelitian Susanti dkk, (2015)
1 Alkaloid - +
2 Flavonoid + +
3 Tannin + +
4 Saponin + +
5 Steroid + -
6 Triterpenoid + +
Keterangan :
+ = Terdapat senyawa - = Tidak terdapat senyawa
ekstrak bangle hitam ( Zingiber ottensii
3.4 Efek Pencegahan Perubahan Profil val. ) dan daun katuk ( Sauropus
Lipid Darah Ekstrak Etanol Rimpang androgynus (L.) Merr. ) dalam mencegah
Bangle Hitam (Zingiber Ottensii Val.) peningkatan dan penurunan kadar lemak
dan Daun Katuk (Sauropus pada tikus jantan obesitas yang diinduksi
androgynus (L.) Merr.) pakan tinggi lemak dan karbohidrat.
Penelitian ini dilakukan secara in-
vivo dengan tujuan mengatahui aktivitas
150
Kadar Trigliserid (mg/dl)
125
100
75
50
25
0
G - G + G3 G4 G5 G6
Grup Hewan Uji
Gambar 1. Rerata kadar trigliserid pada grup hewan uji pada hari ke-42
24
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
30
20
15
10
0
G- G+ G3 G4 G5 G6
Grup Hewan Uji
Gambar 2. Rerata kadar HDL kolesterol pada grup hewan uji pada hari ke-42
90
Kadar Koleaterol Total (mg/dl)
75
60
45
30
15
0
G- G+ G3 G4 G5 G6
Grup Hewan Uji
Gambar 3. Rerata kadar kolesterol pada grup hewan uji pada hari ke-42
25
Sulaeman A dkk.: Efek Pencegahan Ekstrak Etanol Bangle Hitam (Zingiber ottensii Val.) dan Daun Katuk
(Sauropus androgynus (L.) Merr) Terhadap Kadar Lemak Darah pada Tikus Jantan Obesitas yang
Diinduksi Pakan Tinggi Lemak dan Karbohidrat
35
25
20
15
10
0
G- G+ G3 G4 G5 G6
Grup Hewan Uji
Gambar 2. Rerata kadar LDL kolesterol pada grup hewan uji pada hari ke-42
26
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
27
Sulaeman A dkk.: Efek Pencegahan Ekstrak Etanol Bangle Hitam (Zingiber ottensii Val.) dan Daun Katuk
(Sauropus androgynus (L.) Merr) Terhadap Kadar Lemak Darah pada Tikus Jantan Obesitas yang
Diinduksi Pakan Tinggi Lemak dan Karbohidrat
28
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
Keywords: Moringa Leaf Extract (Moringa oleifera L.), Cream, Proponibacterium acnes.
29
Andi Nur Aisyah dkk.: Pengaruh Variasi Konsentrasi Emulgator Phytocream® Terhadap Kestabilan Fisik
Formula Krim Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera L.) dalam Menghambat Proponibacterium
Acnes
acnes termasuk dalam kelompok bakteri anti jerawat. Oleh sebab itu, dalam
gram positif yang bersifat anaerob, penelitian ini akan diujikan aktivitas
berbentuk batang dan tidak berspora antibakteri daun kelor terhadap
(Jawetz et al., 2012). Faktor utama yang Propionibacterium acnes. Untuk
terlibat dalam pembentukan jerawat memanfaatkan daun kelor sebagai obat
adalah peningkatan produksi sebum, bahan alam dalam mengatasi jerawat,
peluruhan keratinosit, pertumbuhan dilakukan formulasi ekstrak daun kelor
bakteri dan inflamasi (Athikomkulchai et dalam bentuk sediaan yang mudah
al., 2008). Peradangan dapat dipicu oleh digunakan yaitu krim. Pemilihan krim
bakteri seperti Propionibacterium acnes, sebagai bentuk sediaan karena krim
Staphylococcus epidermidis dan memiliki beberapa keuntungan
Staphylococcus aureus (Wasitaatmadja, diantaranya lebih mudah diaplikasikan,
2002). Oleh sebab itu, pengobatan jerawat lebih nyaman digunakan pada wajah, tidak
dapat dilakukan dengan menurunkan lengket, dan mudah tercuci dengan air
populasi bakteri dengan menggunakan dibandingkan dengan sediaan salep, gel
suatu antibakteri. Industri farmasi banyak maupun pasta (Sharon et al., 2013)
membuat sediaan anti jerawat dari bahan dimana pada penderita jerawat sediaan
sintetik. Pemakaian dalam jangka lama berlemak dan berminyak sangat dihindari.
dapat menyebabkan iritasi ataupun alergi Pada terapi jerawat umumnya
sehingga banyak konsumen yang mencari menggunakan krim tipe m/a (minyak
obat jerawat dari bahan alam, salah satu dalam air) karena tipe krim tersebut lebih
tanaman yang dapat digunakan sebagai mudah menyebar rata di kulit,
obat jerawat yaitu daun kelor (Moringa memberikan efek lembab pada kulit, tidak
oleifera L.). lengket dan mudah dibersihkan sehingga
Daun kelor (Moringa oleifera L.) nyaman digunakan oleh konsumen (Ansel,
merupakan tanaman yang telah banyak 1989). Sediaan krim yang baik harus
diteliti memiliki aktivitas antibakteri. memenuhi syarat tertentu yaitu memiliki
Kandungan senyawa metabolit sekunder kestabilan fisik yang memadai karena
yang terdapat dalam daun kelor seperti tanpa hal ini suatu emulsi akan segera
flavonoid, alkaloid, fenol, tanin dan kembali menjadi dua fase yang terpisah,
saponin yang dapat menghambat aktivitas sehingga dalam formulasi perlu
antibakteri (Pandey et al., 2012). ditambahkan bahan pengemulsi atau
Penelitian yang telah dilakukan oleh Lusi emulgator untuk menstabilkannya.
dkk. (2016) menunjukkan bahwa ekstrak Penelitian ini menggunakan
daun kelor memberikan aktivitas emulgator yaitu Phytocream® yang
antibakteri terhadap bakteri mengandung potassium palmitoyl
Staphylococcus aureus dan Escherichia hydrolyzed wheat protein, glyceryl
coli. Berdasarkan pengalaman empiris, stearate dan cetearyl alcohol.
daun kelor juga dapat digunakan sebagai ®
Phytocream memiliki beberapa manfaat
30
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
31
Andi Nur Aisyah dkk.: Pengaruh Variasi Konsentrasi Emulgator Phytocream® Terhadap Kestabilan Fisik
Formula Krim Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera L.) dalam Menghambat Proponibacterium
Acnes
agar sedikit demi sedikit sebanyak 1,5 g lapisan dasar kemudian dibiarkan
lalu disterilkan dalam autoklaf pada suhu memadat. Setelah medium memadat
121°C selama 15 menit. diletakkan 4 pencadang (sumuran) pada
e. Peremajaan Kultur Murni Bakteri Uji permukaan lapisan dasar medium yang
Bakteri uji berupa Propionibacterium diatur sedemikian rupa jaraknya agar
acnes. Stok biakan murni diambil satu ose daerah pengamat tidak saling bertumbuh
kemudian diinokulasikan dengan cara kemudian dimasukkan medium yang
menggoreskan pada medium FTM, telah diinokulasi suspensi bakteri untuk
kemudian diinkubasikan pada suhu 37°C lapisan kedua selanjutnya pencadang
selama 24 jam. Setelah itu bakteri dapat (sumuran) diangkat secara aseptik dari
digunakan sebagai mikroba uji. cawan petri. Dimasukkan larutan uji
f. Pembuatan Suspensi Kultur Murni ekstrak etanol daun kelor menggunakan
Hasil peremajaan Propionibacterium mikro pipet 5 µL dengan konsentrasi 5%,
acnes disuspensikan dengan larutan NaCl 10%, 20% serta kontrol positif (+) yaitu
fisiologis 0,9 % steril dan dimasukkan krim gentamisin dan aquadest steril
kedalam kuvet, kemudian diukur sebagai kontrol negatif (-). Kemudian
transmitannya (T 25%) menggunakan diinkubasi secara anaerob pada suhu 37°C
spektrofotometer dengan panjang selama 1x24 jam. Diamati zona bening
gelombang 580 nm pada 25% bakteri dan yang terbentuk dan diukur diameter
sebagai blanko digunakan NaCl fisiologis daerah hambatnya dengan jangka
0,9%. sorong. Perlakuan ini dilakukan sebanyak
g. Penyiapan Sampel Uj 3 kali dan diambil rata-ratanya.
Ekstrak etanol daun kelor (Moringa i. Formulasi Sediaan Krim
oleifera L.) dibuat dengan tiga konsentrasi Dibuat tiga rancangan formula krim
yaitu 5%, 10%, 20% dengan cara ekstrak etanol daun kelor dengan tipe M/A
ditimbang 0,05 g, 0,1 g, dan 0,2 g ekstrak (minyak dalam air) dengan menggunakan
etanol daun kelor kemudian masing- variasi konsentrasi emulgator
masing dilarutkan dalam 1 mL aquadest Phytocream . ®
32
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
55°C kemudian di masukkan alfa tokoferol kedalam basis krim lalu dihomogenizer
dan ekstrak etanol daun kelor (yang telah hingga homogen. Masing-masing formula
didispersikan dengan sedikit disimpan dalam wadah krim.
propilenglikol) sedikit demi sedikit
Tabel 1. Rancangan Formula Krim Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kelor
33
Andi Nur Aisyah dkk.: Pengaruh Variasi Konsentrasi Emulgator Phytocream® Terhadap Kestabilan Fisik
Formula Krim Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera L.) dalam Menghambat Proponibacterium
Acnes
per menit) dengan menggunakan spindle diangkat secara aseptik dari cawan petri.
no. 64. Spindle dicelupkan kedalam krim Selanjutnya tiap lubang masing-masing
yang telah dibuat. Hasil viskositas krim diisi krim yang stabil, kontrol positif (krim
dapat dilihat dari angka yang ditunjukkan gentamisin), kontrol negatif (formula
oleh alat. Metode ini dilakukan sebelum tanpa zat aktif) dan kontrol pelarut
dan sesudah penyimpanan dipercepat. (aquadest). Kemudian diinkubasi secara
Uji Daya Sebar anaerob pada suhu 37°C selama 1x24 jam.
Krim sebanyak 0,5 gram diletakkan Diamati zona bening yang terbentuk dan
ditengah-tengah kaca objek, ditutup diukur diameter daerah hambatnya
dengan kaca objek. Dibiarkan selama 1 dengan jangka sorong.
menit kemudian diukur diameter sebar l. Analisis Data
krim. Setelah itu diberi penambahan Hasil evaluasi fisik yang diperoleh
beban setiap 1 menit sebesar 50 gram dibandingkan dengan parameter
sampai 250 gram, lalu diukur diameter berdasarkan literatur, formula yang
sebarnya untuk melihat pengaruh beban memenuhi parameter fisik dan dilakukan
terhadap perubahan diameter sebar krim uji efektivitas formula krim ekstrak etanol
(Indrayuda dkk, 2010). Metode ini daun kelor (Moringa oleifera L.) yang stabil
dilakukan sebelum dan sesudah terhadap Propionibacterium acnes.
penyimpanan dipercepat.
Uji Efektivitas Formula Krim Ekstrak 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Etanol Daun Kelor Pada penelitian ini digunakan sampel
Pengujian efektivitas krim ekstrak daun kelor yang diekstraksi dengan
etanol daun kelor (Moringa oleifera L.) menggunakan metode maserasi dengan
terhadap pertumbuhan bakteri etanol 96% sebagai larutan penyari.
Propionibacterium acnes dilakukan Pemilihan maserasi sebagai metode
dengan metode difusi agar (metode ekstraksi yang digunakan didasari atas
sumuran) dengan menggunakan medium sifat beberapa senyawa yang diduga
FTM steril. Medium FTM dituang kedalam terkandung dalam daun kelor yang tidak
cawan petri steril sebanyak 20 ml untuk stabil pada suhu tinggi sehingga
membuat lapisan dasar (base layer) penggunaan metode ekstraksi panas
kemudian dibiarkan memadat. Setelah dianggap kurang tepat. Setelah melalui
medium memadat diletakkan 4 proses maserasi dan remaserasi, filtrat
pencadang (sumuran) pada permukaan yang diperoleh kemudian dipekatkan
base layer medium yang diatur hingga diperoleh ekstrak kental. Dari
sedemikian rupa jaraknya agar daerah proses ekstraksi diperoleh ekstrak kental
pengamat tidak saling bertumbuh sebanyak 53,2 gram dengan hasil
kemudian dimasukkan medium yang telah persentase rendemen yang diperoleh
diinokulasi suspensi bakteri untuk lapisan sebesar 10,64%.
kedua (seed layer) selanjutnya pencadang
34
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Kelor bakteri oleh suatu senyawa antibakteri
Uji aktivitas antibakteri dilakukan dalam ekstrak.
untuk menentukan potensi antibakteri Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
pada ekstrak daun kelor. Pengujian daun kelor dilakukan terhadap P.acnes
aktivitas antibakteri dilakukan terhadap dengan tiga variasi konsentrasi yaitu 5%,
Propionibacterium acnes dengan metode 10% dan 20%. Penentuan penggunaan
difusi agar (sumuran). Penentuan aktivitas konsentrasi berdasarkan penelitian
antibakteri dilakukan berdasarkan sebelumnya. Hasil pengukuran rata-rata
pengukuran diameter zona bening (clear diameter zona hambat ekstrak etanol
zone) yang merupakan petunjuk adanya daun kelor (Moringa oleifera L.) terhadap
respon penghambatan pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes dapat
dilihat pada Tabel 2.
Hasil yang diperoleh seperti pada bahwa daun kelor memiliki aktivitas
Tabel 2. terlihat bahwa ekstrak etanol antibakteri terhadap bakteri
daun kelor (Moringa oleifera L.) dengan Staphylococcus aureus dengan kategori
konsentrasi 5% ekstrak etanol daun kelor kuat. Hal ini dapat dilihat dari kandungan
mampu menghambat pertumbuhan senyawa kimia yang terdapat dalam daun
bakteri (daerah sekitar sumuran masih kelor yaitu senyawa metabolit sekunder
ditumbuhi bakteri), sedangkan seperti flavonoid, alkaloid,fenolyang juga
konsentrasi 10% dan 20% ekstrak etanol dapat menghambat aktivitas antibakteri
daun kelor mampu membunuh bakteri (Pandey et al., 2012).
(daerah sekitar sumuran terdapat zona Ekstrak etanol daun kelor kemudian
hambatan pertumbuhan bakteri. diformulasi dalam bentuk sediaan krim
Berdasarkan penelitian yang telah tipe M/A. Setelah diformulasi dalam
dilakukan diketahui bahwa ekstrak etanol bentuk sediaan krim dilakukan beberapa
daun kelor memiliki aktivitas antibakteri pengujian untuk melihat kestabilan fisik
terhadap Propionibacterium acnes. krim yang diformulasi menggunakan
Seperti pada penelitian sebelumnya yang variasi konsentrasi emulgator
telah dilakukan oleh Lusi dkk, (2013)
35
Andi Nur Aisyah dkk.: Pengaruh Variasi Konsentrasi Emulgator Phytocream® Terhadap Kestabilan Fisik
Formula Krim Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera L.) dalam Menghambat Proponibacterium
Acnes
36
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
37
Andi Nur Aisyah dkk.: Pengaruh Variasi Konsentrasi Emulgator Phytocream® Terhadap Kestabilan Fisik
Formula Krim Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera L.) dalam Menghambat Proponibacterium
Acnes
yang bersifat asam (5). Akan tetapi hasil pH kulit yaitu 4,5-6,5 (Tranggono dan
pengukuran pH tetap berada pada kisaran Latifah, 2007).
38
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
Keterangan :
I : Formula dengan Phytocream 4%
II : Formula dengan Phytocream 5%
III : Formula dengan Phytocream 6%
IV : Formula tanpa ekstrak etanol daun kelor
39
Andi Nur Aisyah dkk.: Pengaruh Variasi Konsentrasi Emulgator Phytocream® Terhadap Kestabilan Fisik
Formula Krim Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera L.) dalam Menghambat Proponibacterium
Acnes
Dari hasil dapat dilihat bahwa Hal ini dapat disebabkan oleh basis krim
ketiga formula menunjukkan adanya yang memiliki pengaruh terhadap
hambatan pada pertumbuhan bakteri kemampuan bahan aktif untuk berdifusi
Propionibacterium acnes dengan diameter dalam medium, serta kepekaan
zona hambat berturut-turut 11,2 mm, mikroorganisme terhadap zat aktif dan
10,61 mm dan 8,66mm. Zona hambat yang viskositas krim (Cappucino dan sherman,
dihasilkan bersifat menghambat (daerah 1983).
sekitar sumuran masih ditumbuhi bakteri).
40
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
41
Andi Nur Aisyah dkk.: Pengaruh Variasi Konsentrasi Emulgator Phytocream® Terhadap Kestabilan Fisik
Formula Krim Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera L.) dalam Menghambat Proponibacterium
Acnes
Sharon, N., Anam, S., Yuliet. 2013, gangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik,
Formulasi Krim Ekstrak Etanol Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Bawang Hutan (Eleutherine Voight, R., 1994, Buku Pengantar
palmifolia L.), Online Jurnal of Teknologi Farmasi, 572-574,
Natural Science, 2(3). diterjemahkan oleh Soedani, N.,
Sinerga, S.p.A. 2015, Phytocream 2000® Edisi V, Yogyakarta, Universitas
Vegetable Origin Emulsifier system Gadjah Mada Press.
for O/W Emulsions, Direzione, Uffici, Wasitaatmadja, S.M. 2002, Pengobatan
Centro Ricerca e Unità Produttiva Mutakhir Dermatologi Pada Anak
Via Della Paciarna, 67-21050 Gorla Remaja, Penerbit UI-Press, Jakarta.
Maggiore (VA) : Italia Webster, G.F. 2002, Acne vulgaris, British
Tranggono, R.I; Latifah, F., 2007, Buku Pe- Medical Journal, 325:475.
42
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
Abstract. Antioxidants are compounds that protect the compounds or tissues from the
destructive effects of oxygen. One source of natural antioxidants comes from food
components. One of the foods that contain antioxidants is black rice. Antosianin from
black rice has an antioxidant effect on ROS (Reactive Oxygen Species). The function of
anthocyanin in food can give effect as anti cancer, hypoglycemia, and anti inflamasi.
Anthocyanin compounds act as antioxidants and free-radical catchers, to prevent some
degenerative diseases. In this research sample is extracted by means of maceration with
ethanol. Preliminary phytochemical test and antioxidant activity tests were performed
using DPPH (2,2-diphenyl-l-pycrylhdrazyl) method using UV-Visible spectrophotometer
analysis. The results of phytochemical screening showed that the seven extract ethanol
of black rice contained alkaloid, flavonoid, saponin and tannin. Antioxidant activity assay
was performed by the DPPH method at λmaks= 516 nm. The result obtained percent
reduction IC50 value of seven ethanol extract of black rice is 216 ppm; 166,07 ppm; 271,8
ppm, 203,4 ppm, 263,05 ppm, 316,5 ppm dan 320,06 ppm. Sample 2 as much it can be
concluded that ethanol extract of black rice having antioxidant activity with the category
of less because the value of IC50 151-200 ppm and sample 1,3,4,5,6,and 7 having activity
category of very less because the value of IC50 less then 200 ppm.
43
Anna Khumaira Sari dan Noverda Ayuchecaria: Profil Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanolik Beras Hitam
(Oryza sativa L) Dari Kalimantan Selatan
44
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
memisahkan filtrat dan ampasnya. Filtrat dengan DPPH 0,5 ml kemudian dibaca
hasil penyaringan kemudian dipekatkan pada operating time dan panjang
dengan menggunakan vacum rotary gelombang maksimal yang diperoleh.
evaporator pada suhu 50oC dengan Aktivitas antioksidan dinyatakan
kecepatan 80 rpm. Ekstrak yang dihasilkan dalam % inhibisi yang ditentukan melalui
dari proses pemekatan dengan vacum persamaan:
rotary evaporator adalah ekstrak cair yang 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 − 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
% 𝐼𝑛ℎ𝑖𝑏𝑖𝑠𝑖 = × 100%
masih mengandung sisa pelarut. Sisa 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
pelarut dihilangkan menggunakan IC50 adalah konsentrasi yang
waterbath pada suhu 50oC hingga dibutuhkan untuk mereduksi DPPH
diperoleh ekstrak kental. sebesar 50 % IC50 dihitung dengan
Ekstrak etanol beras hitam dilakukan menggunakan persamaan regresi linear.
uji organoleptis dan skrining fitokimia Dari persamaan y = a + bx dapat dihitung
untuk mengetahui keberadaan Flavonoid nilai IC50 dengan menggunakan rumus: 50
dengan menggunakan pereaksi Pb asetat = a + bx, sehingga diperoleh x sebagai nilai
10%, Alkaloid dengan menggunakan IC50.
reagen Dragendorff, Saponin penggojokan
dengan aquadest dan Tanin dengan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
larutan FeCl3 1%. 3.1 Ekstraksi
Ekstrak etanol beras hitam kemudian Penyerbukan beras hitam
di uji aktivitas antioksidannya dengan bertujuan untuk memperkecil ukuran
menggunakan metode DPPH. Penentuan partikel sehingga mempermudah larutnya
operating time dari DPPH dengan senyawa metabolit sekunder pada pelarut
menggunakan panjang gelombang teori dalam proses ekstraksi. Penyerbukan
yaitu 517 nm, dan panjang gelombang simplisia beras hitam dilakukan dengan
maksimal diukur pada range 400-600 nm, menggunakan blender dan kemudian di
diukur dari konsentrasi DPPH 1000 ppm. ayak. Ekstrak kental beras hitam yang
Kemudian ketujuh sampel ekstrak etanol telah diperoleh kemudian dihitung
beras hitam dan vitamin c (sebagai rendemennya dengan membandingkan
pembanding) diuji aktivitas jumlah ekstrak yang diperoleh dengan
antioksidannya dengan cara sampel simplisia awal yang digunakan. Pehitungan
ekstrak etanol beras hitam dibuat rendemen ekstrak ini bertujuan untuk
konsentrasi 50, 100, 150, 200 dan 250 ppm mengetahui parameter standar mutu
dan vitamin c dengan konsentrasi 10, 20, ekstrak pada proses ekstraksi.
30, 40, 50 ppm kemudian ditambahkan
45
Anna Khumaira Sari dan Noverda Ayuchecaria: Profil Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanolik Beras Hitam
(Oryza sativa L) Dari Kalimantan Selatan
No Bau Konsistensi
Warna
Sampel
Sampel 1 Hitam pekat Khas beras Kental
Sampel 2 Coklat kehitaman Khas beras Kental
Sampel 3 Coklat kehitaman Khas beras Kental
Sampel 4 Coklat kehitaman Khas beras Kental
Sampel 5 Hitam Khas beras Kental
Sampel 6 Coklat pekat Khas beras Kental
Sampel 7 Coklat pekat Khas beras Kental
46
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
47
Anna Khumaira Sari dan Noverda Ayuchecaria: Profil Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanolik Beras Hitam
(Oryza sativa L) Dari Kalimantan Selatan
Konsentrasi % aktivitas
No Replikasi Abs Rata-rata
hambatan
1 0,727
1 10 ppm 2 0,727 0,727 9,54%
3 0,728
1 0,7
2 20 ppm 2 0,711 0,704 12,48%
3 0,7
1 0,673
3 30 ppm 2 0,682 0,676 15,92%
3 0,673
1 0,531
4 40 ppm 2 0,554 0,549 31,76%
3 0,561
1 0,442
5 50 ppm 2 0,445 0,440 45,27%
3 0,433
48
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
49
Anna Khumaira Sari dan Noverda Ayuchecaria: Profil Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanolik Beras Hitam
(Oryza sativa L) Dari Kalimantan Selatan
50
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
Indah Yulia Ningsih1*, Moch. Amrun Hidayat1, Agus Abdul Gani2, Bambang Kuswandi1
1
Fakultas Farmasi, Jl. Kalimantan I No. 2, Jember, Indonesia
2
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jl. Kalimantan No. 37, Jember, Indonesia
*Corresponding author: indahyulianingsih.farmasi@unej.ac.id
Keywords: Guava (Psidium guajava L.), chemical sensor, polyphenol, NaIO4, MBTH
51
Indah Yulia Ningsih: Pengembangan Sensor Kimia Untuk Penetapan Kadar Polifenol Total Ekstrak Daun
Jambu Biji (Psidium guajava L.)
berbagai pustaka telah dicantumkan cara Pada penelitian ini, sensor kimia
untuk menentukan kadar polifenol total. untuk penetapan kadar polifenol total
Kebanyakan dari pustaka tersebut dikembangkan dengan memanfaatkan
menggunakan metode Folin Ciocalteu (FC) NaIO4 sebagai reagen pengoksidasi o-
dengan spektrofotometer UV-Vis (Council difenol menjadi o-dikuinon. Reagen ini
of Europe, 2008; Kemenkes RI, 2008; banyak digunakan untuk karakterisasi
ANVISA, 2010). Namun, metode FC produk oksidasi o-difenol. Kelebihan
tersebut memiliki kekurangan yaitu reagen ini adalah reaksi oksidasi
metode ini sebenarnya mengukur berlangsung cepat, stabil dan harganya
kapasitas mereduksi suatu sampel (Arciuli ekonomis (Muñoz et al., 2006). Selain itu,
et al., 2013; Huang et al., 2005). Selain itu, dalam fabrikasi suatu sensor kimia juga
reagen FC tidak hanya bereaksi secara diperlukan kromogen sebagai reagen yang
spesifik dengan polifenol, tetapi dapat bereaksi dengan kuinon membentuk
bereaksi dengan senyawa-senyawa warna tertentu yang dapat dikuantifikasi.
seperti amina aromatik, gula dan asam Salah satu reagen kromogen yang dapat
askorbat (Box, 1983; Khoddami et al., digunakan adalah senyawa MBTH yang
2013). Oleh karena itu, dibutuhkan dapat bereaksi dengan kuinon
alternatif metode yang tepat, akurat, membentuk kompleks berwarna merah,
cepat dan relatif murah untuk penetapan marun atau merah muda (Kiralp et al.,
kadar polifenol total, khususnya untuk 2003; Hamzah et al., 2011; Şenyurt et al.,
ekstrak daun jambu biji. 2015).
Salah satu alternatif penggunaan Sampel yang digunakan adalah tiga
spektrofotometer UV-Vis adalah sensor macam ekstrak daun jambu biji, yaitu
kimia. Secara umum sensor adalah alat jambu kluthuk, jambu merah muda, dan
atau piranti yang dapat mentransformasi jambu putih. Kuantifikasi dilakukan
atau mengubah suatu energi menjadi melalui pengukuran intensitas warna
bentuk energi lainnya (Kuswandi, 2010). menggunakan pemindai dokumen (flatbed
Sedangkan sensor kimia adalah suatu alat scanner) untuk dikuantifikasi dengan
analisis yang berisi reagen kimia yang program ImageJ for Windows®.
dapat bereaksi dengan analit tertentu
dalam larutan atau gas, sehingga 2. METODE PENELITIAN
menghasilkan perubahan fisika-kimia yang Bahan dan Alat
dapat diubah menjadi sinyal listrik yang NaIO4 diperoleh dari Merck, MBTH
proporsional dengan kadar analit (Eggins, diperoleh dari Fluka, dan asam galat
2002). Pada sensor kimia terjadi reaksi diperoleh dari Sigma-Aldrich. Pelarut yang
kimia antara probe sebagai elemen digunakan adalah metanol p.a. (Merck),
rekognisi (pengenal) dengan analit yang etanol 96% teknis dan akuades. Natrium
menghasilkan produk atau sinyal yang benzoat, natrium karbonat, dan sukrosa
dapat diukur oleh suatu transduser diperoleh dari Merck, sedangkan reagen
(detektor). FC diperoleh dari Sigma-Aldrich. Bahan
lainnya adalah kertas saring No. 1 ukuran
52
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
0,5 x 0,5 cm2 (Whatman, CAT oksidasi polifenol oleh NaIO4. Kemudian,
No.1095.093). Peralatan yang digunakan sensor kimia difoto dengan menggunakan
meliputi ultrasonikator (Elmasonic pemindai dokumen. Piksel warna sensor
S180H), rotary evaporator (Heindolph dikuantifikasi dengan menggunakan
Labora 4000), spektrofotometer UV-Vis program ImageJ for Windows® untuk
(Hitachi U 1800), flatbed scanner (Canon mendapatkan data kuantitatif berupa nilai
LIDE 110), dan mikropipet (Socorex). red-green-blue (RGB). Pada penelitian ini
Ekstraksi Daun Jambu Biji penentuan karakterisasi analisis sensor
Tiga macam daun jambu biji, yaitu kimia yang dilakukan terhadap larutan
jambu kluthuk, jambu merah muda, dan standar asam galat meliputi penentuan
jambu putih dirajang, angin-anginkan, dan waktu respon, linieritas dan selektivitas.
dikeringkan dengan oven. Kemudian, daun Aplikasi Sensor Kimia dan
kering tersebut dihaluskan, dan diayak Spektrofotometri UV-Vis
hingga didapatkan serbuk kering daun Tahapan ini diawali dengan
jambu biji yang ukurannya seragam. preparasi sampel ekstrak dari tiga jenis
Sejumlah serbuk daun jambu biji ditambah daun jambu biji. Sebanyak 1 bagian
pelarut etanol 96% dengan perbandingan ekstrak kering ditambah etanol hingga 10
1 : 10 dan diekstraksi dengan metode bagian. Larutan sampel tersebut
ultrasonikasi selama 60 menit. Filtrat dan diaplikasikan sebanyak 3 µl pada sensor
ampas dipisahkan, kemudian filtrat kimia dengan cara yang sama dengan
tersebut dipekatkan pada rotary larutan standar asam galat. Kadar
evaporator hingga diperoleh ekstrak polifenol total sampel dihitung dengan
kental. memasukkan nilai ΔRGB larutan sampel ke
Fabrikasi Sensor Kimia dalam kurva linieritas larutan asam galat
Fabrikasi sensor kimia diawali (10-80 ppm). Sampel juga diaplikasikan
dengan imobilisasi reagen dan kromogen pada spektrofotometer UV-Vis
pada matriks pendukung yaitu kertas menggunakan metode Folin Ciocalteu
Whatman secara adsorpsi. Larutan NaIO4 dengan mencampurkan antara sampel,
dan MBTH diadsorpsikan pada area reagen FC dan natrium karbonat untuk
deteksi sensor dan dikeringkan pada suhu dibaca absorbansinya. Kadar polifenol
kamar dengan diangin-anginkan selama total sampel dinyatakan sebagai miligram
30 menit. Kemudian, sensor optik ekivalen asam galat per gram ekstrak (mg
disimpan dalam wadah tertutup dan GAE/g ekstrak). Kemudian, kedua metode
terlindung dari cahaya pada suhu ± 5oC. tersebut dibandingkan secara statistik
Analisis Karakteristik Sensor Kimia dengan menggunakan uji t bebas (α =
Respon sensor diamati dengan 0,05).
meneteskan larutan asam galat pada area
deteksi sensor kimia. Perubahan warna 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
pada sensor kimia, yaitu dari tak berwarna 3.1 Fabrikasi Sensor Kimia
menjadi merah menunjukkan adanya Fabrikasi sensor dilakukan dengan
senyawa kuinon sebagai hasil reaksi cara imobilisasi berupa adsorpsi campuran
53
Indah Yulia Ningsih: Pengembangan Sensor Kimia Untuk Penetapan Kadar Polifenol Total Ekstrak Daun
Jambu Biji (Psidium guajava L.)
larutan NaIO4 dan MBTH pada kertas ditambahkan larutan asam galat atau
saring sebagai matriks pendukung sensor. sampel uji yang mengandung senyawa
10 µl larutan campuran diimobilisasikan polifenol, maka akan terjadi perubahan
pada kertas saring. Setelah kering, sensor warna menjadi merah muda keunguan
kimia siap digunakan. Bila membran sebagaimana terlihat pada Gambar 1.
sensor yang semula tak berwarna
3.2 Optimasi Kadar NaIO4 dan MBTH standar berupa katekin dari teh hijau
Kadar campuran NaIO4 dan MBTH didapatkan kadar optimum NaIO4 dan
yang optimum didapatkan berdasarkan MBTH sebesar 8 mM dan 24 mM (Hidayat
hasil pengukuran intensitas warna larutan et al., 2016). Kemudian diamati perubahan
uji yang terjadi pada sensor kimia ketika rerata intensitas warna merah (Δ mean
ditambahkan asam galat 10 mM berupa Red color units) yang paling konsisten
warna merah keunguan. Pada penelitian terhadap peningkatan kadar asam galat.
ini diperoleh kadar optimum dari Oleh karena itu, campuran larutan NaIO4
campuran NaIO4 dan MBTH sebesar 8 mM 8mM dan MBTH 48 mM digunakan
dan 48 mM, sebagaimana tercantum pada sebagai reagen elemen rekognisi dan
Gambar 2 dan 3. kromogen sensor kimia yang difabrikasi.
Kadar optimum dipilih berdasarkan Pada Gambar 4 terlihat plotting dari
kadar larutan saat terjadi perubahan masing-masing warna yang dihasilkan oleh
intensitas warna yang tertinggi. Pada alat pemindai untuk menentukan
penelitian sebelumnya yang dilakukan intensitas warna terpilih yang akan
oleh Hidayat et al. (2017) juga diperoleh digunakan dalam pengukuran kadar
kadar optimum NaIO4 dan MBTH sebesar polifenol total.
8 mM dan 48 mM pada pembuatan sensor Pada penelitian ini diperoleh
kimia untuk penentuan kadar polifenol diperoleh harga koefisien regresi (r) Δ
total dari sampel kopi dengan mean Red sebesar 0,9973; Δ mean Green
menggunakan senyawa standar asam sebesar 0,7912; Δ mean Blue sebesar
klorogenat. Sedangkan, pada pembuatan 0,5461; dan Δ mean RGB sebesar 0,6652.
sensor kimia untuk penentuan kadar Oleh karena itu, nilai Δ mean Red
polifenol total menggunakan senyawa digunakan dalam pengukuran selanjutnya.
54
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
50
Red)
20
10
0
16 8 4 2 1
Kadar NaIO4 (mM)
Gambar 2. Efek kadar NaIO4 terhadap respon sensor. Seluruh percobaan dilakukan
dengan replikasi 3 kali
35
Intensitas warna (Δ mean
30
25
20
Red)
15
10
5
0
48 24 12 6 3
Kadar MBTH (mM)
Gambar 3. Efek kadar MBTH terhadap respon sensor. Seluruh percobaan dilakukan
dengan replikasi 3 kali
100
80
60
40
20
0
0 50 100 150
Kadar asam galat (mM)
Gambar 4. Respon sensor pada kadar asam galat 20-100 mM. Seluruh percobaan
dilakukan dengan replikasi 3 kali
55
Indah Yulia Ningsih: Pengembangan Sensor Kimia Untuk Penetapan Kadar Polifenol Total Ekstrak Daun
Jambu Biji (Psidium guajava L.)
50
40
Δ mean Red
30
20
10
0
0 20 40 60 80
Waktu (menit)
Waktu respon sensor terpilih adalah menit ke-60 mulai terjadi penurunan
menit ke-30 karena sensor memberikan respon.
respon yang stabil pada waktu tersebut. Penentuan linieritas dilakukan
Pada Gambar 5 terlihat data pengamatan dengan cara plotting berbagai kadar
waktu respon sensor yang dilakukan pada larutan asam galat yang ditambahkan
menit ke-10 hingga ke-60 dengan kadar pada sensor terhadap perubahan
asam galat 20-100 mM menggunakan intensitas warnanya.
replikasi 3 kali. Pada menit ke-10 hingga Pada penelitian ini diketahui bahwa
ke-30 terjadi peningkatan respon sensor respon yang diberikan oleh sensor pada
untuk seluruh kadar asam galat, namun menit ke-30 tampak linear pada rentang
pada menit ke-30 dihasilkan respon yang kadar asam galat 20-100 mM dengan
stabil hingga menit ke-50. Kemudian, pada koefisien regresi (r) sebesar 0,9970
sebagaimana tercantum pada Gambar 5.
60
50
Δ mean Red
40
30
y = 0,239x + 26,67
20 R = 0,9970
10
0
0 50 100 150
Kadar asam galat (mM)
Gambar 6. Kurva kalibrasi sensor untuk deteksi polifenol pada menit ke-30. Seluruh
percobaan dilakukan dengan replikasi 3 kali
56
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
57
Indah Yulia Ningsih: Pengembangan Sensor Kimia Untuk Penetapan Kadar Polifenol Total Ekstrak Daun
Jambu Biji (Psidium guajava L.)
cukup tinggi yaitu sebesar 766,08 ± 14,52 penelitian El-Amin et al. (2016) diketahui
mg/g. Zahidah et al. (2013) melaporkan bahwa ekstrak metanol 90% dari daun
bahwa daun jambu merah muda memiliki jambu biji memiliki kadar polifenol total
kandungan polifenol total sebesar 368,61 sebesar 397,25 mg GAE/g ekstrak.
± 25,85 mg/100 g GAE. Sedangkan, pada
60
50
Intensitas Warna 40
30 y = 0,314x + 28,39
20 R = 0,9955
10
0
0 50 100
Kadar Asam Galat (mM)
Gambar 6. Kurva baku asam galat dengan sensor. Seluruh percobaan dilakukan dengan
replikasi 3 kali
0,800
0,700
0,600
Absorbansi (AU)
0,500
0,400 y = 0,628x + 0,128
0,300 R = 0,9975
0,200
0,100
0,000
0 0,5 1 1,5
Kadar Asam Galat (mM)
Gambar 7. Kurva baku asam galat dengan spektrofotometri UV-Vis. Seluruh percobaan
dilakukan dengan replikasi 3 kali
58
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
total dari sampel berbagai ekstrak daun ANVISA. (2010). Brazilian Pharmacopoeia,
jambu biji. 5th ed. Sao Paolo.
Arciuli, M., Palazzo, G., Gallone, A.,
4. KESIMPULAN Mallardi, A. (2013). Bioactive Paper
Fabrikasi sensor kimia telah dilakukan Platform for Colorimetric Phenols
pada sensor kertas dengan imobilisasi Detection. Sensors Actuators, B
campuran larutan NaIO4 8 mM dan MBTH Chem. 186: 557–562.
48 mM. Untuk karakterisasi sensor kimia, Arima, H., Danno, G. (2002). Isolation of
telah dilakukan penentuan waktu respon Antimicrobial Compounds from
sensor yaitu 30 menit karena Guava (Psidium guajava) and Their
menghasilkan respon yang stabil pada Structural Elucidation. Biosci
berbagai kadar asam galat. Pada rentang Biotechnol Biochem. 66(8): 1727-
kadar asam galat 20-100 mM diperoleh 1730.
respon sensor kimia yang linear dengan Braga, T.V., das Dores, R.G.R., Ramos, C.S.,
koefisien regresi (r) sebesar 0,9970. Dari Evangelista, F.C.G., Tinoco, L.M.S.,
nilai %interferensi diketahui bahwa Varotti, F.P., Carvalho, M.G., Sabino,
natrium benzoat tidak mempengaruhi A.P. (2014). Am. J. Plant. Sci. 5: 3492-
penetapan kadar polifenol total dari 3500.
sediaan farmasi yang mengandung ekstrak Box, J.D. (1983). Investigation of the Folin-
daun jambu biji. Berdasarkan hasil uji t Ciocalteau Phenol Reagent for the
bebas diketahui bahwa aplikasi sensor Determination of Polyphenolic
kimia pada penentuan kadar polifenol Substances in Natural Waters.
total dari sampel berbagai ekstrak daun Water Res. 17: 511–525.
jambu biji menghasilkan data yang tidak BPOM. (2012). Daftar registrasi produk
berbeda signifikan dengan metode [WWW Document]. Diakses dari
spektrofotometri UV-Vis. http://www.pom.go.id/.
Eggins, B.R. (2002). Chemical Sensors and
5. UCAPAN TERIMAKASIH Biosensors, Analytical Techniques in
Penulis mengucapkan terima kasih the Sciences. Chichester, UK: John
kepada DRPM Kemenristek DIKTI yang Wiley & Sons, Ltd.
telah memberikan dukungan dana El-Amin, S.M., Hashash, M.A.M., Abdou,
Penelitian Produk Terapan tahun 2017 A.M., Saad, A.M., Abdel-Aziz, M.S.,
dengan nomor kontrak Mohamed, A.S. (2016).
0484/UN25.3.1/LT/2017. Antimicrobial and Antioxidant
Activities of Psidium guajava Leaves
6. DAFTAR PUSTAKA Growing in Egypt. Der Pharmacia
Abdelrahim, S.I., Almagboul, A.Z., Omer, Lettre. 8(12): 27-33.
M.E., Elegami, A. (2002). Europe, C. of. (2008). European
Antimicrobial Activity of Psidium Pharmacopoeia, 6th ed. Strasbourg
guajava. Fitoterapia. 73(7-8): 713- Cedex.
715.
59
Indah Yulia Ningsih: Pengembangan Sensor Kimia Untuk Penetapan Kadar Polifenol Total Ekstrak Daun
Jambu Biji (Psidium guajava L.)
Hamzah, H.H., Yusof, N.A., Salleh, A.B., Mukhtar, H.M., Ansari, S.H., Bhat,
Bakar, F.A. (2011). An Optical Test Z.A., Naved, T., Singh, P. (2006).
Strip for the Detection of Benzoic Antidiabetic Activity of an Ethanol
Acid in Food. Sensors. 11: 7302– Extract Obtained from the Stem Bark
7313. of Psidium guajava (Myrtaceae).
Hidayat, M.A., Jannah, F., Kuswandi, B. Pharmazie. 61(8): 725-727.
(2016). Development of Paper Based Mukhtar, H.M., Ansari, S.H., Ali,
Sensor for The Determination of M., Naved, T., Bhat, Z.A. (2004).
Total Phenolic Content in Green Tea Effect of Water Extract of Psidium
Leaves. Agriculture and Agriculture guajava Leaves on Alloxan-Induced
Science. 9(2016): 424-430. Diabetic Rats. Pharmazie. 59(9):
Hidayat, M.A., Puspaningtyas, N., Gani, 734-735.
A.A., Kuswandi, B. (2017). Rapid Muñoz, J.L., García-Molina, F., Varón, R.,
Test for the Determination of Total Rodriguez-Lopez, J.N., García-
Phenolic Content in Brewed-Filtered Cánovas, F., Tudela, J. (2006).
Coffee Using Colorimetric Paper. Calculating Molar Absorptivities for
Journal of Food Science and Quinones: Application to the
Technology. 54 (11): 3384-3390. Measurement of Tyrosinase Activity.
Huang, D., Boxin, O.U., Prior, R.L. (2005). Anal. Biochem. 351: 128–138.
The Chemistry Behind Antioxidant Ojewole, J.A. (2005). Hypoglycemic and
Capacity Assays. J. Agric. Food Chem. Hypotensive Effects of Psidium
53: 1841–1856. guajava (Myrtaceae) Leaf Aqueous
Kementerian Kesehatan Republik Extract. Methods Find Exp Clin
Indonesia. (2008). Farmakope Pharmacol. 27(10): 689-695.
Herbal Indonesia, Jilid 1. Jakarta: Ojewole, J.A. (2006). Antiinflammatory
Departemen Kesehatan RI. and Analgesic Effects of Psidium
Khoddami, A., Wilkes, M.A., Roberts, T.H. guajava (Myrtaceae) Leaf Aqueous
(2013). Techniques for Analysis of Extract in Rats and Mice. Methods
Plant Phenolic Compounds. Find Exp Clin Pharmacol. 28(7): 441-
Molecules. 18: 2328–2375. 446.
Kiralp, S., Toppare, L., Yagci, Y. (2003). Ojewole, J.A., Awe, E.O., Chiwororo, W.D.
Immobilization of Polyphenol (2008). Antidiarrhoeal Activity
Oxidase in Conducting Copolymers of Psidium guajava (Myrtaceae) Leaf
and Determination of Phenolic Aqueous Extract in Rodents. J
Compounds in Wines with Enzyme Smooth Muscle Res. 44(6): 195-207.
Electrodes. Int. J. Biol. Macromol. Olajide, O.A., Awe, S.O., Makinde, J.M.
33: 37–41. (1999). Pharmacological studies on
Kuswandi, B. (2010). Sensor Kimia: Teori, the leaf of Psidium
Praktik dan Aplikasi. Jember: Unej guajava. Fitoterapia. 70(1): 25-31.
Press. Philip, D.C., Kumari, I.R., Lavanya, B.
(2015). Phytochemical Analysis,
60
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
61
62
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
63
Riza Alfian dan Aditya Maulanan Perdana Putra: Pengaruh Penggunaan Aplikasi Digital Pengingat Minum Obat
Terhadap Kepatuhan Minum Obat dan Keberhasilan Terapi Pasien Diabetes Mellitus
adalah Cina dengan jumlah penderita penting, namun tujuan utama manajemen
sebanyak 98,4 juta jiwa, kemudian pasien diabetes mellitus adalah mencegah
peringkat kedua adalah India dengan dan mengatasi kemungkinan terjadinya
penderita sebanyak 65,1 juta jiwa, dan komplikasi dan memperbaiki harapan
Amerika sebanyak 24,4 juta jiwa. hidup serta kualitas hidup pasien (Jarab et
Prevalensi penyakit diabetes mellitus di al., 2012; Gelaw et al., 2014). Mengingat
Provinsi Kalimantan Selatan menempati pentingnya faktor kepatuhan minum obat
peringkat ke 13 dari seluruh provinsi di dalam menjalani terapi diabetes mellitus,
Indonesia yaitu sebesar 1,4% (Kemenkes, maka diperlukan intervensi oleh farmasis
2013). Salah satu penyebab tingginya untuk meningkatkan kepatuhan minum
angka prevalensi diabetes mellitus adalah obat sehingga tujuan terapi yang
ketidakpatuhan pasien dalam diinginkan dapat tercapai.
mengkonsumsi obat anti diabetes mellitus Saat ini perkembangan teknologi
(Lindenmeyer et al., 2006). telah memasuki semua bidang, tak
Ketidakpatuhan terhadap terapi terkecuali di bidang kefarmasian.
diabetes mellitus adalah merupakan Penggunaan teknologi dalam pelayanan
faktor kunci yang menghalangi kefarmasian dapat menunjang
pengontrolan kadar gula darah sehingga keberhasilan terapi (Reach, 2009;
membutuhkan intervensi untuk Anderson et al., 2015). Salah satu bentuk
meningkatkan kepatuhan terapi. teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam
Penyebab ketidakpatuhan sangat pelayanan kefarmasian untuk
kompleks termasuk kompleksitas regimen meningkatkan kepatuhan minum obat
obat, perilaku, biaya obat, usia, rendahnya adalah aplikasi digital pengingat minum
dukungan sosial, dan problem kognitif obat yang dapat dipasangkan pada smart
(Aronson, 2007). Penelitian yang phone (Dayer et al., 2013; Paterson et al.,
dilakukan oleh Alfian (2015 ) di a 2016). Penggunaan smart phone oleh
Banjarmasin menunjukkan bahwa masyarakat adalah hal yang sudah wajar
kepatuhan minum obat pasien masih untuk membantu dalam hal komunikasi
didominasi oleh tingkat kepatuhan rendah dan sosialisasi. Aplikasi digital pengingat
dengan persentase sebesar 42,7%, minum obat yang dipasangkan pada smart
selanjutnya tingkat kepatuhan sedang phone pasien dapat digunakan sebagai
39,1%, dan tingkat kepatuhan tinggi pengingat waktu minum obat dengan
18,2%. tujuan untuk meningkatkan kepatuhan
Pemantauan kepatuhan minum obat pasien sehingga luaran terapi
penggunaan obat pada pasien diabetes yang diharapkan dapat tercapai.
mellitus perlu dilakukan untuk menilai Aplikasi digital pengingat minum
efektivitas pengobatan terkait dengan obat dapat digunakan sebagai intervensi
harapan dicapainya kadar gula darah untuk meningkatkan kepatuhan minum
terkontrol terutama pada pasien rawat obat pasien dengan cara memasukkan
jalan. Pengobatan untuk mengontrol jenis pengobatan yang ditempuh serta
kadar gula darah merupakan hal yang waktu atau jam tertentu untuk
64
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
65
Riza Alfian dan Aditya Maulanan Perdana Putra: Pengaruh Penggunaan Aplikasi Digital Pengingat Minum Obat
Terhadap Kepatuhan Minum Obat dan Keberhasilan Terapi Pasien Diabetes Mellitus
66
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
67
Riza Alfian dan Aditya Maulanan Perdana Putra: Pengaruh Penggunaan Aplikasi Digital Pengingat Minum Obat
Terhadap Kepatuhan Minum Obat dan Keberhasilan Terapi Pasien Diabetes Mellitus
68
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
memiliki keharusan patuh minum obat Kadar gula darah yang diukur pada
dapat tercapai (Dayer et al., 2013; Patel et penelitian ini adalah kadar gula darah
al., 2013). puasa. Hasil analisis kadar gula darah
3.3. Penilaian Kadar Gula Darah sampel penelitian dapat dilihat pada tabel
4.
Tabel 4. Data Analisis Statistika Kadar Gula Darah
Kelompok Pre Post p ∆ P
6,12±20,64
Kontrol 177,48±59,25 171,36±43,30 0,15
Intervensi 0,00(b) 44,76±31,42 0,00(a)
180,84±38,93 136,08±11,49
69
Riza Alfian dan Aditya Maulanan Perdana Putra: Pengaruh Penggunaan Aplikasi Digital Pengingat Minum Obat
Terhadap Kepatuhan Minum Obat dan Keberhasilan Terapi Pasien Diabetes Mellitus
70
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
71
72
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
73
Muhlis dan Sulistiani: Prioritas Skrining Resep Menurut Apoteker di Rumah Sakit Pemerintah di Wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta
kesehatan yang memiliki peran penting terdapat pada unsur nama dokter (1,47%),
dalam hal ini. Kegiatan pelayanan nama pasien (2,12%), umur (14,05%),
kefarmasian juga merupakan salah satu berat badan (98,53%), alamat pasien
unsur dari pelayanan utama di rumah (81,70%), potensi (48,04%), jumlah obat
sakit, dan merupakan bagian yang tidak (3,59%), aturan pakai (3,76%), bentuk
dapat dipisahkan dari sistem pelayanan di sediaan (22,71%).
rumah sakit, salah satu praktek pelayanan
kefarmasian adalah skrining resep pada 2. METODE PENELITIAN
saat pelayanan resep. Penelitian ini merupakan
Untuk menjamin mutu pelayanan penelitian non eksperimental dengan
kefarmasian kepada masyarakat, rancangan penelitian deskriptif yaitu
pemerintah telah memberlakukan suatu suatu metode penelitian yang dilakukan
standar pelayanan kefarmasian di apotek dengan tujuan utama untuk membuat
dengan dikeluarkannya PMK (Peraturan gambaran tentang suatu keadaan secara
Menteri Kesehatan ) no 58 tahun 2014. obyektif, dengan alat berupa isian check
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di list sebagai pengumpul data.
Rumah Sakit. Di dalam Peraturan tersebut, Pengumpulan data dilakukan
Apoteker diharuskan melakukan skrining dengan membuat isian check list yang
resep sebelum melakukan peracikan obat. kemudian diberikan kepada apoteker yang
Skrining resep di bagi menjadi tiga tahap bekerja di Rumah Sakit Pemerintah di
yaitu kelengkapan administratif, wilayah DIY. Apoteker diminta
kesesuaian farmasetis dan pertimbangan memberikan tanda (√) pada angka urutan
klinis. Ketidak lengkapan resep tersebut prioritas pada masing masing butir
dapat menyebabkan resep tidak dapat pernyataan.
dilayani. Dikarenakan ada banyak butir 2.1 Data Primer
yang harus diskrining, maka harus dapat Data primer dalam penelitian ini
dibuat skala prioritas dan urutan dalam adalah isian check list berupa tabel yang
melakukan skrining resep ayng dapat diisi oleh responden mengenai urutan
membantu mempermudah kerja prioritas dari skrining peresepan obat
Apoteker. menurut apoteker yang bekerja di Rumah
Penelitian Kurniawati (2009) Sakit Pemerintah di Wilayah DIY.
tentang skrining resep pada resep-resep di 2.2 Data Sekunder
apotek Ramadhan Yogyakarta periode Data sekunder adalah Laporan
Oktober-Desember 2007 menyatakan data jumlah apoteker dari masing-masing
bahwa semua resep belum memenuhi Rumah Sakit yang menjadi data sekunder.
sesuai kelengkapan resep. 2.3 Kriteria Inklusi
Penelitian Dewi (2009) studi Kriteria inklusi dalam penelitian ini
tentang kelengkapan resep obat pada adalah apoteker yang bersedia dan
pasien anak di Apotek wilayah kecamatan mengisi isian check list dengan benar dan
sukoharjo bulan Oktober-Desember 2008, tepat.
menyatakan ketidaklengkapan resep
74
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
75
Muhlis dan Sulistiani: Prioritas Skrining Resep Menurut Apoteker di Rumah Sakit Pemerintah di Wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta
Tabel 2. Hasil Urutan Prioritas Dari Skrining Peresepan Obat Berdasarkan Persyaratan
Administratif Menurut Apoteker Yang Bekerja Di Rumah Sakit Pemerintah Wilayah DIY
3,44 10,34 3,44 0 0 3,44 3,44 27,58 13,79 10,34 13,79 6,89 3,44 0 0
Dosis
3,44 10,34 10,34 6.89 13,79 3,44 6,89 6,89 24,13 0 13,79 0 0 0 0
Potensi
0 0 6,89 6,89 3,44 17,24 6,89 13,79 17,24 20,68 3,44 3,44 0 0 0
Almt Px
0 0 0 6,89 6,89 0 6,89 6,89 20,68 6,89 31,03 3,44 10,34 0 0
Nm dr.
0 0 3,44 0 3,44 3,44 10,34 3,44 3,44 3,44 13,79 34,48 20,68 0 0
Prf dr.
0 0 0 0 0 0 0 13,79 3,44 6,89 10,34 10,34 34,48 20,68 0
SIP dr.
0 0 0 0 0 0 0 0 13,79 0 10,34 10,34 31,03 34,48 0
Jns Klmn
76
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
apoteker urutan prioritas umur pasien lama terapi pasien, ada beberapa obat
adalah urutan prioritas ke-2. yang tingkat keberhasilan terapi sangat
Nama obat merupakan bagian dipengaruhi oleh lama pemberian obat,
utama dalam resep obat, sehingga bila misalnya dalam pemberian antibiotika.
nama obat tidak dituliskan maka resep Berat badan pasien amat penting,
tidak dapat dilayani, atau nama obat yang terutama dikaitkan dengan dosis obat
tidak jelas akibatnya terjadi kesalahan yang akan diberikan, misalnya untuk
dalam pembacaan resep. Ada produk pasien bayi dan anak-anak, dalam
obat kadang mempunyai nama yang menentukan dosis. Berat badan juga
hampir mirip namun khasiatnya berbeda mempengaruhi distribusi obat di dalam
yang dikenal dengan nama LASA. Apabila tubuh, misalnya pasien obesitas akan
penulisan atau pembacaan obat terjadi memiliki waktu dan jangkauan distribusi
kesalahan maka dapat menimbulkan obat yang lebih panjang dibanding dengan
kekeliruan yang dapat berakibat buruk pasien normal, itu dikarenakan ikatan
untuk pasien penerima resep. antara obat dengan protein pada jaringan
Tanggal penulisan penting untuk akan terhambat oleh lemak yang ada
diketahui, disebabkan karena tanggal didalam tubuh. Berat badan pasien juga
tersebut menunjukkan kapan pasien di diperlukan untuk melengkapi data pada
periksa oleh dokter, tanggal resep yang umur pasien agar lebih jelas, karena
sudah lama berlalu, bisa jadi kondisi berkaitan dengan pemberian dosis
pasien telah mengalami perubahan terutama pada pasien pediatri.
sehingga obat menjadi tidak tepat lagi jika Dosis yang dimaksud dalam
digunakan. persyaratan administratif ini adalah
Cara pemakaian penting dituliskan jumlah obat yang diberikan dalam satuan
dalam resep, karena cara pemakaian yang penggunaan misalnya satu tablet, satu
bermacam-macam dapat secara oral, sendok takar dan lain sebagainya, dosis
topikal, sublingual, bukal, perektal dan obat pasien dipengaruhi banyak hal,
lain-lain. Cara pemakaian harus jelas misalnya usia, berat badan, penyakit, dan
karena untuk menghindari kesalahan tingkat keparahan penyakit, sehingga
dalam penggunaan obat, misalnya saja penulisan dosis yang jelas adalah sangat
antara tablet sublingual dan tablet oral dibutuhkan untuk keberhasilan terapi
yang seharusnya pemakaian tablet pasien.
sublingual diletakkan di bawah lidah, Potensi obat penting untuk ditulis
karena salah atau tidak jelasnya penulisan dalam resep terutama bila dalam satu
pada resep, maka obat diminum, sehingga macam obat tersedia lebih dari satu
pemakaian obat menjadi tidak tepat, yang macam potensi obat. Dahulu jika potensi
menyebabkan kegagalan terapi. obat tidak tertulis maka apoteker akan
Jumlah obat yang diberikan pada memberikan potensi obat yang terkecil,
pasien penting untuk ditulis dalam resep tetapi saat ini jika potensi obat tidak
terutama untuk mengetahui jumlah yang tertulis maka resep tidak memenuhi
akan diberikan dan untuk mengetahui syarat administratif, sehingga harus
77
Muhlis dan Sulistiani: Prioritas Skrining Resep Menurut Apoteker di Rumah Sakit Pemerintah di Wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta
Nama dokter penting dicantumkan keaslian dari tanda tangan atau paraf
dalam resep, yaitu untuk memudahkan tesebut dengan mencocokan dengan
bila dalam pelayanan membutuhkan resep obat dari dokter tersebut yang
konsultasi dengan dokter sehubungan diterima sebelumnya.
dengan pengobatan pasien, dan agar SIP dokter menunjukkan bahwa
apoteker dapat yakin bahwa resep yang berdasar undang-undang seorang dokter
dilayani adalah resep yang benar-benar berhak menulis resep, SIP dokter berlaku
dituliskan oleh dokter dan menghindari selama 5 tahun dan harus diperpanjang
resep palsu. kembali, Rumah sakit harus menjamin
Paraf dokter menunjukkan ciri khas semua dokter yang praktek dirumah sakit
penulisan resep yang dilakukan oleh tersebut adalah dokter yang ber-SIP dan
dokter, penting dicantumkan dalam resep masih berlaku.
terutama untuk menghindari kepalsuan Jenis kelamin pasien dapat dilihat
resep. Apoteker juga dapat melihat dari nama pasien tetapi sehubungan
78
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
79
Muhlis dan Sulistiani: Prioritas Skrining Resep Menurut Apoteker di Rumah Sakit Pemerintah di Wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta
jika dosis yang diberikan tidak tepat tentu masing-masing pasien juga akan berbeda.
akan sangat mempengaruhi proses terapi Setelah kedua hal tersebut hal-hal yang
kepada pasien. Selain dosis obat potensi lainya seperti inkompatibilitas, bentuk
juga harus diperhatikan karena dengan sediaan, stabilitas, cara pemberian dan
kondisi dan usia yang berbeda maka lama pemberian dapat diperhitungkan
potensi obat yang digunakan untuk selanjutnya.
80
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
81
Muhlis dan Sulistiani: Prioritas Skrining Resep Menurut Apoteker di Rumah Sakit Pemerintah di Wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta
82
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
THE EFFECT OF ALKALI AND ALKALINE METAL IONS TOWARDS THE ACTIVITY OF
CELLULASE FROM BACILLUS SUBTILIS SF01
Lanny Hartanti1, *, Revonandia Irwanto1, Yehezkiel Billy Oentoro1, Emi Sukarti1, Henry Kurnia
Setiawan1
1
Fakultas Farmasi, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Jl. Raya Kalisari Selatan No. 1,
Surabaya, Indonesia
*Corresponding author: lanny.hartanti@ukwms.ac.id
Abstract. A study to determine the effect of several alkali and alkaline metal ions
towards the activity of cellulase from Bacillus subtilis SF 01 had been done. Bacillus
subtilis SF 01 is cellulolytic bacteria that had been isolated previously from sugarcane
waste. There was no previous report about cellulase activity comes from bacteria
isolated from sugarcane waste before, thus the research about the characteristics of this
enzyme needs to be done. Cellulase production of Bacillus subtilis strain SF01 isolates
was conducted by bacterial fermentation in media Nutrient Broth + Carboxymethyl
Cellulose (CMC) 1% for 21 hours. Enzyme level was determined by Bradford method using
Bovine Serum Albumin as reference. Cellulase activity of crude extract was tested using
1% CMC substrate containing media at pH 5.0, 60° C for 45 minutes. The yielded reducing
sugar was determined spectrophotometrically by 3,5-dinitrosalicylic acid method at 550
nm with glucose as the reference compound. Metal ions effect was determined by
incubating the enzyme with various concentrations of metal ionsolutions for 20 minutes
prior to the enzyme substrate reaction. The activity of enzyme was compared to control
solution which was cellulose enzyme without addition of ions (0 Mm) and statistically
compared using One Way ANOVA (α=95%) followed by post hoc Tukey HSD. The results
showed that addition of K+ (1 – 10 mM) and Ba2+ (0.1 mM – 10 mM) ions significantly
increased the specific activity of cellulase enzyme originated from Bacillus subtilis SF01
strain, while the addition of Ca2+ and Mg2+ ions (0.1 – 10 mM) significantly decreased the
cellulase enzyme specific activity.
Keywords: Bacillus subtilis SF01, alkali, alkaline metal, ions effect, cellulase
83
Lanny Hartanti dkk.: Pengaruh Ion Logam Alkali dan Alkali Tanah Terhadap Aktivitas Selulase Dari Bacillus Subtilis
SF01
(Gautam & Sharma, 2014). Enzim selulase makroskopis, mikroskopis, biokimia dan
dimanfaatkan pada berbagai bidang analisis homologi gen penyandi 16S rRNA
seperti pada bidang pertanian untuk menunjukkan bahwa isolat SF01 tersebut
penanganan limbah pertanian secara merupakan bakteri Bacillus subtilis yang
biologi (Meryandini et al., 2009), pada memiliki kedekatan filogenetik dengan
bidang industri dimanfaatkan pada Bacillus subtilis strain B7 (Hartanti et al.,
industri tekstil, makanan, dan kertas 2014b). Bacillus subtilis strain SF01 ini
(Zhang and Zhang, 2013), serta pada memproduksi enzim selulase dengan
bidang kefarmasian untuk melancarkan aktivitas optimum pada pH 5 dan suhu
pencernaan atau memproduksi bahan- 60C. Enzim selulase yang diproduksi
bahan yang berfungsi sebagai pengikat stabil selama 1 sampai 2 jam inkubasi pada
tablet seperti metilselulosa, etilselulosa, pH 5 dan 6 dengan aktivitas residu > 85%,
hidroksipropilselulosa (Cantor et al., 2008, serta stabil selama 4 jam pada suhu 60 °C
Marques-marinho & Vianna-soares, dengan aktivitas residu 55% dari aktivitas
2013). awalnya.
Enzim-enzim kelompok selulase Hasil karakterisasi awal
banyak dihasilkan oleh bakteri, antara lain menunjukkan bahwa enzim selulase asal
Acetobacter xylinum (Klemm et al., 1998), Bacillus subtilis strain SF01 ini dapat
Clostridium, Actinomycetes, Bacteroides dikategorikan sebagai enzim termofilik
succinogenes, Butyrivibrio fibrisolvens, dan termostabil. Namun uniknya
Ruminococcus albus, dan meskipun bersifat termofilik namun enzim
Methanobrevibacter ruminantium (Gupta ini diperoleh dari bakteri yang tumbuh
et al., 2011). Beberapa fungi juga optimum pada suhu mesofilik, yaitu suhu
memproduksi selulase, di antaranya 37C (Hartanti et al., 2014b).
Trichonympha (Nelson & Cox, 2008), Hingga kini belum ada laporan
Chaetomium, Fusarium, Myrothecium, mengenai karakteristik enzim selulase dari
Trichoderma, Penicillium, dan Aspergillus bakteri yang berasal dari limbah ampas
(Gupta et al., 2011). Selain itu selulase tebu. Kami melaporkan hasil pengujian
juga dapat diproduksi oleh tumbuhan, pengaruh beberapa ion logam alkali dan
salah satunya benih dari tanaman kapas alkali tanah yaitu ion K+, Ba2+, Ca2+, dan
atau batang tanaman tahunan seperti Mg2+, terhadap aktivitas enzim selulase
jerami gandum atau bambu (Klemm et al., dari Bacillus subtilis strain SF01.
1998).
Pada penelitian sebelumnya telah 3. METODE PENELITIAN
berhasil diisolasi enam isolat bakteri Enzim selulase yang digunakan
selulolitik dari limbah ampas tebu. Satu diproduksi oleh bakteri selulolitik Bacillus
isolat yang paling potensial dalam subtilis strain SF01 yang diisolasi dari
menghidrolisis karboksimetilselulosa limbah ampas tebu (Hartanti et al., 2014a).
(CMC) dimurnikan lebih lanjut dan isolat Bahan-bahan untuk media dan uji
murni yang diperoleh diberi kode SF01 enzimatis meliputi Nutrient Agar, Nutrient
(Hartanti et al., 2014a). Hasil karakterisasi Broth, karboksi-metilselulosa, NaOH, fenol
84
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
(Merck KGaA, Jerman), natrium sulfit, lalu ditambah 100 µL substrat (1% CMC
glukosa anhidrat p.a, (Riedel-de Haen, dalam buffer universal pH 5) dimasukkan
Jerman), dapar universal yang dalam tabung mikro, diinkubasi dalam
mengandung (asam sitrat, potasium penangas air pada 60°C selama 45 menit.
fosfat, sodium tetraborat, Tris-HCl, Dipipet 200 µL campuran substrat
potasium klorida (bahan dari Merck atau ditambah dengan 1200 mL DNS,
Sigma), air murni kualitas 1 (resistivity 18,2 dihomogenkan dan dipanaskan pada
MΩ cm), bovine serum albumin, asam 3,5- penangas air mendidih selama 15 menit,
dinitrosalisilat, fenol, sodium potasium kemudian didinginkan dalam air es selama
tartrat, sodium metabisulfit, glukosa 20 menit. Absorbansi diukur
monohidrat (Sigma Aldrich). Ion-ion logam menggunakan spektrofotometer UV-Vis
yang digunakan yaitu ion K+, Ba2+, Ca2+, pada panjang gelombang 550 nm. Satu
dan Mg2+, dalam bentuk garam kloridanya unit aktivitas enzim didefinisikan sebagai
(Merck Darmstadt). banyaknya enzim yang diperlukan untuk
Produksi enzim dilakukan dengan membentuk 1 µmol gula pereduksi per
proses fermentasi 1% inokulum isolat satuan waktu.
bakteri dalam media basal Nutrient Broth Pengaruh ion logam terhadap
yang mengandung 1% aktivitas enzim selulase ditentukan
karboksimetilselulosa (CMC), pada suhu dengan cara mengukur aktivitas enzim
37°C, agitasi 150 rpm selama 20 jam. dengan penambahan ion logam
Bahan-bahan untuk media dan uji sebelumnya. Larutan garam klorida
enzimatis diperoleh dari mengandung ion logam yang diuji pada
Panen enzim dilakukan dengan berbagai konsentrasi (0,1 – 10 mM)
proses sentrifugasi pada 3500 rpm, suhu ditambahkan ke dalam ekstrak kasar
4°C, selama 15 menit. Supernatan yang enzim terlebih dulu sebelum direaksikan
merupakan ekstrak kasar enzim dengan substrat (CMC). Rincian prosedur
selanjutnya ditentukan kadar proteinnya pengujian pengaruh ion adalah sebagai
dengan metode Bradford, dengan berikut. Sejumlah 300 µL ekstrak kasar
menggunakan glukosa sebagai standar, enzim selulase dicampur dengan 100 µL
dan diamati pada panjang gelombang 595 larutan ion, dihomogenkan dan diinkubasi
nm (Bradford, 1976). dalam penangas air pada 60°C selama 20
Aktivitas enzim selulase diuji dengan menit. Kemudian campuran ini dipipet 300
menggunakan metode DNS (asam 3,5- µL dan ditambahkan 100 µL substrat
dinitro-salisilat) yaitu dengan menentukan (CMC), dikocok dan diinkubasi dalam
jumlah gula pereduksi yang terbentuk dari penangas air pada 60°C selama 45 menit.
hasil reaksi enzimatis (Miller, 1959). Setelah itu campuran dipipet 200 µL dan
Pengujian dilakukan dengan ditambah dengan 1200 µL DNS,
mencampurkan 300 µL enzim dan 100 µL dihomogenkan dan dididihkan selama 15
buffer universal pH 5, diinkubasi di menit, kemudian didinginkan dalam air es
penangas air pada suhu 60°C selama 20 selama 20 menit. Absorbansi diukur
menit. Campuran dipipet sebanyak 300 µL
85
Lanny Hartanti dkk.: Pengaruh Ion Logam Alkali dan Alkali Tanah Terhadap Aktivitas Selulase Dari Bacillus Subtilis
SF01
Tabel 1. Data kurva aktivitas spesifik enzim selulase dengan penambahan ion K+
Aktivitas spesifik (U/mg) pada
Replikasi konsentrasi ion K+ (mM)
0 0,1 0,5 1 5 10
1 6,563 6,066 6,298 7,081 7,123 6,394
2 6,489 6,383 6,457 6,563 6,679 7,335
3 6,563 6,542 6,594 6,890 6,901 6,996
4 6,520 6,594 6,943 7,113 6,943 7,017
Rata-rata 6,534 6,396 6,573 6,912 6,912 6,935
SD 0,036 0,238 0,275 0,252 0,183 0,393
86
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
8 105,8% 106,1%
Gambar 1. Grafik kurva aktivitas spesifik enzim selulase dengan penambahan ion K+
Tabel 2. Data kurva aktivitas spesifik enzim selulase dengan penambahan ion Mg2+
Aktivitas spesifik (U/mg) pada
Replikasi konsentrasi ion Mg2+ (mM)
0 0,1 0,5 1 5 10
1 5,650 5,212 4,968 4,782 4,151 4,208
2 5,606 5,147 4,774 4,681 4,229 4,258
3 5,628 5,312 5,054 4,803 4,208 4,208
4 5,571 5,147 4,703 4,488 4,158 4,158
Rata-rata 5,614 5,205 4,875 4,688 4,186 4,208
SD 0,029 0,068 0,142 0,125 0,033 0,036
87
Lanny Hartanti dkk.: Pengaruh Ion Logam Alkali dan Alkali Tanah Terhadap Aktivitas Selulase Dari Bacillus Subtilis
SF01
Gambar 2. Grafik kurva aktivitas spesifik enzim selulase dengan penambahan ion Mg2+
Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan CaCl2 pada konsentrasi 0,1-10 mM.
ion Mg2+ berperan sebagai inhibitor enzim Hasil pengujian ditunjukkan pada Tabel 3
selulase asal Bacillus subtilis strain SF01. dan Gambar 3. Tampak bahwa ion Ca2+
Hasil ini sejalan dengan penelitian Wang et menurunkan aktivitas enzim selulase.
al. (2012) dan pendapat Demain et al. Hasil uji statistik dengan One Way ANOVA
(2005), yaitu bahwa ion logam Mg2+ dan post hoc Tukey HSD pada signifikansi
memiliki pengaruh sebagai inhibitor yang 95% juga menunjukkan bahwa dengan
tinggi terhadap aktivitas enzim selulase. meningkatkan konsentrasi ion Ca2+ yang
3.3 Pengaruh ion logam Ca2+ ditambahkan makin meningkat pula
Pengujian pengaruh ion Ca2+ pada penurunan aktivitas spesifik enzim
enzim selulase asal Bacillus subtilis strain selulase.
SF01 dilakukan dengan menambahkan
Tabel 3. Data kurva aktivitas spesifik enzim selulase dengan penambahan ion Ca2+
Aktivitas spesifik (U/mg) pada
Replikasi konsentrasi ion Ca2+ (mM)
0 0,1 0,5 1 5 10
1 5,650 5,463 5,097 4,803 4,681 4,315
2 5,606 5,449 5,025 5,004 4,595 4,466
3 5,628 5,391 5,226 4,954 4,667 4,394
4 5,571 5,434 5,183 4,968 4,753 4,488
Rata-rata 5,614 5,434 5,133 4,932 4,674 4,416
SD 0,029 0,027 0,078 0,077 0,056 0,068
88
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
0
0 0,1 0,5 1 5 10
Konsentrasi (mM)
Gambar 3. Grafik kurva aktivitas spesifik enzim selulase dengan penambahan ion Ca2+
Pola penurunan aktivitas spesifik selulase pada hasil pengujian dengan One
dengan adanya ion Ca2+ ini juga diperoleh Way ANOVA (α=95%), namun demikian
pada penelitian yang dilakukan oleh Dini tidak ada perbedaan bermakna pada
dan Munifah (2014), yang menyatakan aktivitas spesifik enzim selulase antar
bahwa penambahan ion logam CaCl2 penambahan ion Ba2+ konsentrasi 0,1
sampai dengan konsentrasi 5 mM dapat hingga 10 mM.
menurunkan aktivitas enzim selulase. Pada penelitian lain juga dibuktikan
Dapat disimpulkan bahwa ion Ca2+ juga bahwa penambahan ion logam Ba2+
bersifat sebagai inhibitor dari enzim meningkatkan aktivitas spesifik enzim
selulase asal Bacillus subtilis strain SF01. selulase dari Bacillus subtilis (Li et al.,
3.4 Pengaruh ion logam Ba2+ 2006). Dengan demikian dapat
Tabel 4 dan Gambar 4 menunjukkan disimpulkan bahwa ion Ba 2+ dapat
hasil pengujian pengaruh penambahan ion dimanfaatkan sebagai aktivator enzim
Ba2+ terhadap aktivitas spesifik enzim selulase asal Bacillus subtilis SF01, yaitu
selulase asal Bacillus subtilis SF01. Tampak bermanfaat untuk meningkatkan aktivitas
bahwa penambahan ion Ba2+ mulai dari enzim pada proses pemurnian dan
konsentrasi 0,1 mM hingga 10 mM karakterisasi enzim lebih lanjut maupun
meningkatkan aktivitas enzim sebesar pada saat enzim akan diaplikasikan di
kurang lebih 30%. Terdapat perbedaan berbagai industri.
signifikan pada aktivitas spesifik enzim
Tabel 4. Data kurva aktivitas spesifik enzim selulase dengan penambahan ion Ba2+
Aktivitas spesifik (U/mg) pada
Replikasi konsentrasi ion Ba2+ (mM)
0 0,1 0,5 1 5 10
1 5,083 7,335 7,292 6,922 6,552 7,229
2 5,801 7,017 7,007 7,588 7,091 7,493
3 6,573 7,345 6,943 7,303 7,620 7,081
4 4,744 7,271 7,578 7,060 7,239 7,303
Rata-rata 5,550 7,242 7,205 7,218 7,126 7,276
SD 0,812 0,153 0,291 0,293 0,442 0,171
89
Lanny Hartanti dkk.: Pengaruh Ion Logam Alkali dan Alkali Tanah Terhadap Aktivitas Selulase Dari Bacillus Subtilis
SF01
2
0 0,1 0,5 1 5 10
Konsentrasi (mM)
Gambar 4. Grafik kurva aktivitas spesifik enzim selulase dengan penambahan ion Ba2+
90
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
91
Lanny Hartanti dkk.: Pengaruh Ion Logam Alkali dan Alkali Tanah Terhadap Aktivitas Selulase Dari Bacillus Subtilis
SF01
92
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
93
Elisabeth Kasih dan Wahyu Dewi Tamayanti: Pengaruh Metotreksat pada Profil Lipid Pasien Rheumatoid Arthritis di
Dua Rumah Sakit Umum Area Jawa Timur dan Jawa Tengah
mempengaruhi reaksi autoimun. RSU di Jawa Timur dan Jawa Tengah pada
Rheumatoid arthritisini merupakan periode 2015-2016.
bentuk artritis yang serius, disebabkan 2.3 Metode
oleh peradangan kronis yang bersifat Tahapan yang dilakukan dalam prosedur
progresif, yang menyangkut persendian adalah sebagai berikut:
yang ditandai dengan sakit dan bengkak a. Pengumpulan dan pencatatan data
pada sendi-sendi terutama pada jari-jari rekam medik pasien dalam lembar
tangan, pergelangan tangan, siku dan lutut pengumpul data (Case report form).
(Ruderman, 2012). b. Melakukan rekapitulasi data yang
Pengobatan rheumatoid arthritis didapatkan dari tabel yang memuat:
menggunakan metotreksat (MTX). data demografi pasien (usia, jenis
Mekanisme kerja metotreksat sebagai kelamin, berat badan dan tinggi badan),
terapi untuk rheumatoid arthritis adalah riwayat penyakit pasien, data
melalui penghambatan proliferasi dari laboratorium, diagnosa dan data klinik,
limfosit dan sel-sel lain yang bertanggung dan obat yang menyertai pada pasien,
jawab terhadap inflamasi sendi. Adapun termasuk kombinasi obat, rute
mekanisme kerja metotreksatpada kasus pemberian, dosis, interval dan
rheumatoid arthritislebih bersifat sebagai frekuensi.
antiinflamasi dibandingkan imunosupresi c. Melakukan pengumpulan dan
(Cutolo et al., 2001). Pada umumnya merekapitulasi data kadar profil lipid
Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs darah pasien yang memperoleh terapi
(DMARDs) dengan metotreksat yang metotreksat.
digunakan pada pengobatan rheumatoid d. Analisis stastistik menggunakan
arthritismemiliki dosis 7,5-25 mg/ minggu program SPSS 22.0
(Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2.4 Analisa Data
2014). Sebuah penelitian menunjukkan Data yang diperoleh diolah dengan cara:
terjadinya peningkatan kadar kolesterol a) Uji normalitas menggunakan
total, kolesterol LDL, dan kolesterol HDL Kolmorgov-Smirnov untuk mengetahui
setelah pemberian MTX baik dalam dosis distribusi normal populasi data
tunggal ataupun kombinasi (Millan et al., kolesterol total, trigliserida, LDL
2013). kolesterol, dan HDL kolesterol sebelum
dan sesudah pemberian metotreksat
2. METODE PENELITIAN dengan menggunakan program
2.1 Instrumen komputer SPSS 22.0
Lembar pengumpulan data berisi data Apabila data terdistribusi normal dapat
klinik dan data laboratorium. dilanjutkan dengan uji stastik
parametrik dengan menggunakan
2.2 Bahan metode paired sampel T-test, namun
Bahan penelitian ini adalah data Rekam apabila tidak, dilanjutkan dengan uji
Medik Kesehatan (RMK) pasien yang Wilcoxon.
terdiagnosa rheumatoid arthritis di dua
94
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
95
Elisabeth Kasih dan Wahyu Dewi Tamayanti: Pengaruh Metotreksat pada Profil Lipid Pasien Rheumatoid Arthritis di
Dua Rumah Sakit Umum Area Jawa Timur dan Jawa Tengah
96
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
97
Elisabeth Kasih dan Wahyu Dewi Tamayanti: Pengaruh Metotreksat pada Profil Lipid Pasien Rheumatoid Arthritis di
Dua Rumah Sakit Umum Area Jawa Timur dan Jawa Tengah
98
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
Abstract.The information about nutritional profile of red durian nutrient has ever been
done before, but limited to 8 cultivars, whereas there are 32 cultivars of red durian in
Banyuwangi. This research was conducted to analyze the nutritional profile of eight (8)
kultivars red durian compared with nutritional profile yellow and white durian are
around the location of the red durian. The eight Banyuwangi’s cultivars of red durian
used are Red Horn, Petank, Tallun Jeruk 2, Red Pink Dove, Red Glosy, Red Orange, Orange
Pink, and Orange air. In this research, analysis of the nutritional profile in 100 g of fruit
flesh samples for 7 parameters, such as protein content (%), fat content (%),
carbohydrate content (by different) (%),and the mineral zinc (ppm), iron (ppm),
potassium (%), sulfur (%). Data were descriptively analyzed. The results showed that red
durian possesses lower carbohydrates than yellow and white durian, fat higher than
yellow and white durian, protein higher than white durian, but lower than yellow durian,
Zn, K, S, and Fe are higher than yellow and white durian.
99
Rusmiati dkk.: Profil Kandungan Nutrisi Delapan Kultivar Buah Durian Merah Banyuwangi
Dari hasil eksplorasi didapatkan ada mengatasi penyakit kulit (Ashari, 2014)
32 kultivar durian merah yang berbeda sebagai afrodisiak dan meningkatkan
dalam rasa, aroma, dan warna daging kesuburan (Brown, 1997); venkatesh et al.
buahnya (Rusmiati, et al., 2013). Dari 32 (2009), Rusmiati (2016).
kultivar itu, hanya 25 jenis yang bisa Penelitian tentang komposisi nutrisi
dikonsumsi, sisanya berasa agak pahit dan buah durian merah sudah pernah
dagingnya terlalu tipis. Durian tersebut dilakukan sebelumnya oleh (Rusmiati, et
tersebar di lima kecamatan, yaitu Glagah, al., 2015), namun terbatas hanya pada 8
Songgon, Licin, Giri, dan Kalipuro kultivar, padahal ada 32 kultivar durian
(Mulyanto, 2013). merah di Banyuwangi. Komposisi tersebut
Dari penampakan luar buah durian sangat berperan penting dalam
merah sama dengan durian (Durio menentukan total gizi buah durian merah,
zibethinus) pada umumnya,walaupun teknik penanganan, dan proses
bentuk fisik buah durian merah lebih kecil selanjutnya. Hal tersebut menjadi alasan
dari durian biasa (dengan berat 1 – 1,5 kg dilakukannnya penelitian lanjutan
per buah). Terdapat perbedaan morfologi tentang komposisi nutrisi 8 kultivar buah
Durio zibethinus pada umumnya dengan durian merah Banyuwangi yang lain.
durian merah, yaitu: bagian bawah daun Komposisi nutrisi proksimat yang cukup
durian merah berwarna keperakan, durian menonjol yaitu protein, lemak,
pada umumnya berwarna coklat, bagian karbohidrat. Selain itu karena buah durian
permukaan atas durian merah terlihat sebagai salah satu sumber mineral yang
bergelombang. Tepi daun durian merah memiliki peranan penting bagi tubuh yaitu
melengkung, bila diraba seperti ada sebagai pengatur proses metabolisme
menyangkut dikulit jari tangan. Ukuran (Brown, 1997), oleh karena itu perlu pula
daun sama dengan durian lainnya, kecuali diteliti kandungan mineral seperti zink
durian merah keturunan lai (Durio (zn), Besi (Fe), kalium (K), dan sulfur (S).
kutejensis) seperti durian merah dari desa Penelitian ini dilakukan dengan
kampung Anyar, kecamatan Kalipuro, tujuan untuk mengetahui profil nutrisi 8
ukuran daun lebih panjang daripada kultivar buah durian merah Banyuwangi,
durian lain. Durian merah memiliki bunga selanjutnya dibandingkan dengan profil
dengan 4 kelopak tambahan, durian biasa nutrisi durian kuning dan durian putih.
hanya 3 kelopak (Rusmiati, et al., 2014). Hasil penelitian ini diharapkan dapat
Buah durian mendapat julukan ‘The King memberikan informasi tentang profil
of Fruit’ (Heaton, 2006), karena karena nutrisi buah durian merah sehingga dapat
aromanya yang khas dan rasanya yang diketahui kultivar buah durian merah yang
lezat, serta memiliki nutrisi penting yang di dapat diunggulkan dan selanjutnya
butuhkan oleh tubuh untuk mengobati dikembangkan melalui berbagai aspek,
berbagai jenis penyakit. mulai dari pemuliaan, budi daya hingga
Buah durian berkhasiat antara lain pasca panen agar dapat bersaing di
sebagai antioksidan, menurunkan pasaran dan meningkat nilai tambahnya.
kolesterol, sembelit, meremajakan kulit,
100
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
Gambar 1. Buah durian merah Banyuwangi, yaitu: (a). Red Horn, (b). Petank, (c). Tallun
Jeruk biji kempes, (d). Red Pink Dove ,(e) Red Glosy (f). Red Orange, (g), Orange
Air ,(h). Orange Pink ( i). durian putih,(j). durian kuning.
101
Rusmiati dkk.: Profil Kandungan Nutrisi Delapan Kultivar Buah Durian Merah Banyuwangi
Buah durian tersebut selanjutnya nutrisi proksimat dan mineral buah durian
dianalisis kandungan nutrisinya. Dari hasil merah dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel
analisis diperoleh data profil nutrisi buah 2 di bawah ini.
pada masing-masing kultivar. Nilai profil
Tabel 1. Profil nutrisi proksimat (karbohidrat, lemak, protein) buah durian merah,
putih, kuning yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi
Parameter
Jenis durian Karbohidrat Lemak Protein
(%) (%) (%)
1. Orange Pink 34,91 0,31 2,50
2. Red Glosy 30,14 5,72 1,66
3. Talun jeruk 2 32,01 5,20 1,66
4. Red Horn 28,27 5,04 2,25
5. Red Pink Dove 31,62 5,13 1,60
6. Orange air 36,28 0,30 2,36
7. Petank 30,79 2,78 1,84
8. Red Orange 27,03 5,34 1,22
9. Putih 36,58 0,27 2,21
10.Kuning 40,01 0,33 2,74
Tabel 2. Profil nutrisi (mineral Zn,K,S,Fe) buah durian merah, putih, kuning yang
terdapat di Kabupaten Banyuwangi
Parameter
Jenis durian
Zn K S Fe
1. Orange Pink 1,53 6,38 22,25 2,42
2. Red Glosy 1,11 0,78 304,01 3,49
3. Talun jeruk 2 2,09 0,33 448,58 1,60
4. Red Horn 0,98 0,12 175,59 2,64
5. Red Pink 1,76 0,19 414,25 2,53
6. Orange air 1,74 2,10 20,98 2,99
7. Petank 1,72 0,10 337,18 2,57
8. Red Orange 1,45 0,05 450,44 1,49
9. Putih 2,05 1,97 155,84 1,57
10.Kuning 1,23 3,61 22,46 3,45
102
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
menyatakan bahwa komposisi gizi buah Dari tabel 1 terlihat durian Red
durian sangat beragam, tergantung dari Glosy mempunyai kandungan lemak
jenis, umur buah (kematangan), serta tertinggi (5,72 %) diantara durian merah,
tempat tumbuhnya. Selain itu faktor durian kuning (0,33) dan durian putih
genetik, agricultural practices, variasi (0,27.) Apabila dibandingkan dengan
pada kandungan mineral dalam tanah, kandungan lemak durian hasil
penggemukan tanah dan pH, serta pengamatan dari Aberoumand, 2011,
lingkungan dan kematangan lahan, yaitu (3%), berarti bahwa kandungan
menentukan kandungan mineral pada lemak durian merah asal Banyuwangi ini
buah buahan dan sayuran (Clydesdale, jauh lebih tinggi. Lemak yang tinggi ini
1988). berkontribusi terhadap kalori yang tinggi.
3.2.2 Profil nutrisi proksimat Fungsi lemak pada manusia adalah
a. Kandungan karbohidrat menghasilkan dan menyimpan energi,
Dari tabel terlihat bahwa Orange Air membangun /membentuk struktur tubuh,
mempunyai kandungan karbohidrat melindungi dari kehilangan panas badan,
(36,28 %) tertinggi diantara durian mengontrol suhu tubuh, menyimpan
merah, tetapi lebih rendah dari protein, melarutkan vitamin A, D, E, K
kandungan karbohidrat durian kuning (Kartasapoetra dan Marsetyo, 2010).
(40,01 %) dan putih (36,58 %). Semua c. Kandungan protein
durian merah dalam penelitian ini Berdasarkan tabel 1 diketahui
memiliki kandungan karbohidrat lebih bahwa, kandungan protein durian Orange
rendah dari kandungan karbohidrat durian Pink (2,50 %), lebih tinggi diantara durian
kuning dan putih. Apabila dibandingkan merah lainnya dan durian putih (2,21 %),
dengan kandungan karbohidrat durian tetapi lebih rendah dari durian kuning
hasil pengamatan dari Direktorat Gizi (2,74 %). Kandungan protein Orange Pink
Departemen Kesehatan RI (1993) hanya ini sama dengan pengamatan dari
28 %, berarti durian Banyuwangi Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI
mengandung karbohidrat yang tinggi, (1993), yaitu 2,5 %. Semua durian merah
sehingga sangat cocok untuk dijadikan mempunyai kandungan protein lebih
sebagai pendamping diet alami. Hal ini rendah dari buah durian kuning. Menurut
dikarenakan dengan mengkonsumsi buah Aberoumand (2011) kandungan protein di
durian dapat memberikan rasa kenyang dalam tubuh berfungsi sebagai enzim
lebih lama. Meskipun dapat menjadi untuk mengontrol pergerakan, kekebalan
sumber energi yang baik, namun dan transporter penting.
konsumsinya harus dibatasi, karena 3.2.3 Profil mineral
mengkonsumsi makanan yang a. Kandungan zink (Zn)
mengandung karbohidrat tinggi tanpa Durian Tallun Jeruk 2 , mempunyai
disertai vitamin dan mineral yang kandungan Zn (2,09 ppm), lebih tinggi
mencukupi dapat menyebabkan resiko diantara durian merah, durian putih (2,05
diabetes dan jantung (Mann, 2007). ppm) dan durian kuning (1,23 ppm).
b. Kandungan lemak Seperti diketahui Zn adalah mineral yang
103
Rusmiati dkk.: Profil Kandungan Nutrisi Delapan Kultivar Buah Durian Merah Banyuwangi
dalam tubuh manusia berfungsi sebagai kuning dan durian putih, lemak yang lebih
kofaktor untuk menjamin optimasi tinggi dari durian kuning dan putih,
fungsinya. Kekurangan mineral ini akan protein yang lebih tinggi dari durian putih,
menghambat proses pertumbuhan dan tetapi lebih rendah dari durian kuning,
pematangan seksual (Astawan, 2009). serta kandungan mineral Zn, K, S, dan Fe
b. Kandungan K (kalium) yang lebih tinggi dari durian kuning dan
Oranye Pink mempunyai kandungan durian putih.
kalium yang jauh lebih tinggi (6,38 %)
diantara durian merah, durian putih (1.97 5. SARAN
%) dan durian kuning (3,61 %). Kalium Diperlukan penelitian lanjutan
adalah elektrolit penting dari sel dan tentang profil nutrisi pada kultivar durian
cairan tubuh yang membantu mengontrol merah yang lain, sehingga akan dapat
detak jantung serta tekanan darah, diketahui kultivar buah durian merah
mencegah stroke, memicu kerja otot dan yang memiliki kandungan nutrisi yang
simpul saraf. Kalium yang tinggi akan terbaik.
memperlancar pengiriman oksigen ke otak
dan keseimbangan cairan tubuh Astawan , 6. UCAPAN TERIMAKASIH
2009). Ucapan terima kasih yang sebesar-
c. Kandungan S (sulfur) besarnya kami sampaikan kepada Forum
Red Orange mempunyai kandungan Pemerhati Hortikultura Banyuwangi yang
sulfur lebih tinggi (450,44 ppm) diantara telah banyak membantu dalam penelitian
durian merah , durian putih (55,84 ppm) dan penyusunan naskah ini.
dan durian kuning (22,46 ppm).
Kandungan sulfur (belerang) pada durian
juga diketahui menghambat metabolisme 7. DAFTAR PUSTAKA
alkohol. Ashari, S. 2014. Hasil Penelitian Tanaman
d. Kandungan besi (Fe) Buah-buahan Untuk Bioindustri.
Durian Red Glosy mempunyai Makalah disajikan pada Seminar
kandungan Fe (3,4957 ppm) yang lebih Hasil Penelitian dan Kegiatan Kebun
tinggi diantara durian merah, durian putih TA. 2013 pada 18-20 Maret 2014 di
(1,7549 ppm) dan durian kuning (3,4572 Balitjestro.
ppm). Kandungan Fe yang tinggi pada Astawan, M. 2009. Ensiklopedia Gizi
durian merah ini bermanfaat untuk Pangan Untuk Keluarga. Penerbit
merangsang produksi haemoglobin dalam Dian Rakyat, Jakarta.
darah sehingga membantu penderita Aberoumand, A. 2011. Protein, Fat,
anemia Calories, Minerals, Phytic acid and
Phenolic in Some Plant Foods Based
4. KESIMPULAN Diet. International Food Research
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa : Journal, 28(3): 19-33.
Durian merah memiliki kandungan Brown, M.J. 1997. Durio-Bibliographic
karbohidrat yang lebih rendah dari durian Review. In Arora, Rao and A.N Rao
104
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
(Eds). IPGRI office for South Asia, Rusmiati , Mulyanto, E., Ashari, S.,
New Delhi. Widodo,, M.A dan Bansir, L. 2013.
Clydesdale, Fergus, M. 1988. Minerals: Eksplorasi, Inventarisasi dan
Their Chemistry and Fate in Food in Karakterisasi Durian Merah
Trace Minerals in Foods, Marcel Banyuwangi. Prosiding Seminar dan
Dekker, Inc, First Edition, New York, Rapat Tahunan Bidang MIPA BKS –
p 73. PTN B Universitas Lampung, tanggal
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 10 – 11 Mei 2013.
1993. Daftar Komposisi Bahan Rusmiati , Mulyanto, E., Ashari, S.,
Makanan.Bhratara Karya aksara, 87 Widodo,, M.A dan Bansir, L. 2014.
halaman. Karakteristik Durian Merah
Dunia Durian My Trubus favourite fruit. Banyuwangi. Prosiding Seminar dan
2012. Penerbit: PT Trubus Swadaya, Rapat Tahunan Bidang MIPA BKS –
Jakarta, p 25-27. PTN B Institut Pertanian Bogor,
Heaton, D.D. 2006. A Consumers Guide on tanggal 9 – 10 Mei 2014
World Fruit. Book Surge Publishing, Rusmiati, Ashari, S., Widodo,, M.A dan
pp.54–56. ISBN 1- 4196-3955-2. Bansir, L. 2015. The Nutritional
Kartasapoetra dan Marsetyo. 2010. Ilmu Composition of Red Durians from
Gizi (Korelasi Gizi, kesehatan dan Banyuwangi, Indonesia, J.Food
produktivitas kerja). Penerbit Rineka Science and Quality Management,
Cipta, Jakarta. vol.37: 46-51.
Mann. 2007. Dietary Carbohydrate: Venkatesh, Palaniyappan, Hariprasath,
relationship to cardiovascular Kothandam, Soumya, Vasu, Prince
disease and disorder of francis, Moses, Sankar, Sundaram.
carbohydrate metabolism. 2009. Evaluation of
European Journal of clinical phytoconstituents and aphrodisiac
Nutrition, 61 (1): 100 – 111. activity of the fruits of Durio
Mulyanto, E. 2013. Rela kontrak pohon rp. zibethinus Linn.J.of Pharmacy Res.
6 juta setahun untuk penelitian. 2(9): 1493-1495.
Radar Banyuwangi, jumat 29 maret
2013.
105
106
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
Abstract. Hyperuricemia is an increase of uric acid levels in the blood caused by the habit
of eating foods containing high purines. Every year, the prevalence of hyperuricemia is
increasing rapidly worldwide. One treatment that can be done is an alternative
treatment. In previous researches, there are many inverstigations to trear hyperuricemia
using medicinal plants but no one using animal. In Banjarmasin many people who
consume Semut Jepang as an alternative treatment to reduce uric acid levels. The
purpose of this study was to determine whether the ethanol extract of Semut Jepang
(Tenebrio Sp) possesses an activity as antihyperuricemia on male Sprague-Dawley
induced potassium oxonate. This research is an experimental design with pre-test and
post-test with control group design using white rats as many as 20 were divided into 5
groups: negative control group (distilled water), positive control group (Allopurinol
18mg/kg BW) and the treatment groups of Semut Jepang extract with a dose of
4.5mg/kg BW; 9mg/kg BW; 18 mg/kg BW. Mice to be treated 3 days earlier were
intraperitoneally induced with potassium oxonate. Measurements of uric acid levels
were performed on days 1, 3 and 5 after treatment using an uric acid strip test. The
result of research data is processed by General Linear Model test in the form of
multivariate test result and will be confirmed in parameter estimates table to analize
the difference between groups. Based on data, it could be concluded that the Semut
Jepang extract possesses an activity as antihyperuricemia on male Sprague-Dawley
induced by potassium oksonat.
Keywords: Hyperurisemia, Semut Jepang (Tenebrio Sp), Male White Rats, Potassium
Oxonate
107
Ratih Pratiwi Sari dkk.: Uji Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Semut Jepang (Tenebrio molitor L) pada Tikus
Putih Jantan Galur Sprague-Dawley
108
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
ekstrak Semut Jepang, etanol 70%, Bandung. Dari hasil determinasi sudah
kalium oksonat, allopurinol, aquadest. dapat dipastikan bahwa semut Jepang
Hewan uji dipilih sebanyak 20 ekor yang digunakan merupakan spesies
tikus putih jantan secara acak untuk dibagi Tenebrio molitor Linnaeus
menjadi 5 kelompok, masing-masing 3.2 Pembuatan Ekstrak
terdiri dari 4 ekor yang diberi perlakuan Proses pembuatan ekstrak pada
sebagai berikut: penelitian ini menggunakan metode
a. Kelompok I : Diberikan aquadest maserasi. Maserasi dipilih karena zat aktif
peroral (kontrol negatif) yang terkandung didalam semut Jepang
b. Kelompok II: Diberikan ekstrak etanol masih belum diketahui sehingga cocok
Semut Jepang (4,5 mg/kgBB, peroral) untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap
c. Kelompok III : Diberikan ekstrak pemanasan maupun tahan pemanasan.
etanol Semut Jepang (9 mg/kgBB, Pelarut yang digunakan dalam proses
peroral) maserasi adalah etanol 70%, pemilihan
d. Kelompok IV : Diberikan ekstrak pelarut tersebut karena memiliki sifat
etanol Semut Jepang (18 mg/kgBB, semi polar yang mampu menarik hampir
peroral) semua zat baik polar maupun non polar
e. Kelompok V : Diberikan dimana zat aktif yang terkandung pada
allopurinol peroral (27,15 mg/kgBB, semut jepang masih belum diketahui.
kontrol positif) sehingga pelarut tersebut cocok untuk
Data diolah dengan menggunakan digunakan. Etanol 70% juga tidak beracun
SPSS for Windows Release 17.0. Uji yang dan tidak berbahaya serta sangat efektif
dilakukan adalah uji tidak berpasangan dalam menghasilkan jumlah zat aktif yang
untuk mengetahui aktivitas ekstrak optimal, dimana bahan pengganggu hanya
etanol Semut Jepang dengan allopurinol berskala kecil yang turut kedalam cairan
yang merupakan kontrol positif. Aktivitas pengekstraksi (Indraswati, 2008).
didiapat dengan cara melihat selisih Maserasi dilakukan selama 3x24 jam
penurunan kadar asam urat antara dengan pengadukan sebanyak 3 kali yaitu
prestest dan postest. Untu metode pada pagi, siang dan sore hari. Tujuan
statistik dengan menggunakan General pengadukan adalah menarik zat aktif yang
Linear Model (GLM). terkandung didalam semut Jepang. Hasil
filtrat yang didapat lalu dipekatkan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN dengan mesin vacum rotary evaporator.
3.1 Determinasi Semut Jepang Tujuannya adalah untuk menguapkan
Determinasi dilakukan dengan tujuan pelarut dari ekstrak, selanjutnya
untuk membuktikan kebenaran sampel diletakkan diatas waterbath pada suhu 60-
yang digunakan dalam penelitian. Dengan 70 0C.
demikian kesalahan dalam pengumpulan 3.3. Pengukuran Kadar Asam Urat
sampel yang akan diteliti dapat dihindari. Hewan uji coba yang digunakan
Determinasi dilakukan di Sekolah Ilmu dan pada penelitian ini adalah tikus putih
Teknologi Hayati Institut Teknologi jantan karena tikus jantan tidak
109
Ratih Pratiwi Sari dkk.: Uji Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Semut Jepang (Tenebrio molitor L) pada Tikus
Putih Jantan Galur Sprague-Dawley
mengalami fase estrus, dimana fase estrus Tikus diadaptasi selama 2 minggu
merupakan masa keinginan untuk kawin sebelum perlakuan untuk membiasakan
yang ditandai dengan keadaan tikus tidak terhadap lingkungan yang diberikan.
tenang, sehingga dipilihlah kelamin jantan Kemudian tikus dipuasakan ± 18 jam agar
agar hasil yang diharapkan akan lebih sistem pencernaannya kosong dan tidak
akurat. mempengaruhi absorpsi (Fahri, 2004).
Keterangan
Pretest : Kadar setelah diinduksi kalium oksonat
H1 : Kadar asam urat hari ke-1 setelah pemberian ekstrak
H3 : Kadar asam urat hari ke-3 setelah pemberian ekstrak
H5 : Kadar asam urat hari ke-5 setelah pemberian ekstrak
110
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
asam amino untuk membentuk inti sel kelompok pengujian. Kemudian hasil dari
DNA dan RNA (Soeroso dan Algistrian, multivariate test dikonfirmasi oleh hasil
2011). pada parameter estimates untuk
Berdasarkan tabel 1 diperoleh nilai mengetahui kelompok mana saja yang
signifikansi 0,002 (p>0,05) yang memiliki perbedaan yang dapat dilihat
menunjukkan adanya perbedaan kadar pada tabel 2.
asam urat yang sigifikan antara tiap
111
Ratih Pratiwi Sari dkk.: Uji Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Semut Jepang (Tenebrio molitor L) pada Tikus
Putih Jantan Galur Sprague-Dawley
112
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
Keywords: ethanolic extract Aquilaria microcarpa leaves, flavonoid, release, HPMC, gel
113
Destria Indah Sari dkk.: Profil Kumulatif Flavonoid Total yang Terlepas dari Sediaan Gel HPMC Mengandung Ekstrak
Etanol Daun Aquilaria microcarpa
Antioksidan sangat diperlukan oleh dipilih misalnya gel. Gel adalah suatu
tubuh untuk mengatasi dan mencegah sediaan topikal yang diaplikasikan pada
stres oksidatif (Werdhasari, 2014). Stres kulit. Sediaan gel dipilih karena memiliki
oksidatif merupakan keadaan yang tidak keuntungan dibandingkan sediaan topikal
seimbang antara jumlah molekul radikal lain seperti mudah digunakan dan
bebas dan antioksidan di dalam tubuh penyebarannya di kulit yang juga mudah,
(Trilaksani, 2003). Beberapa penelitian sifat sediaan yang lembut, berwarna
yang telah dilakukan menunjukkan bening, mudah dioleskan, tidak
aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol meninggalkan lemak serta mudah dicuci
daun A. microcarpa. (Nurdianti, 2015). Selain itu gel disukai
Penelitian-penelitian melibatkan karena lebih stabil dan memiliki pelepasan
ekstraksi daun gaharu (A.microcarpa) yang lebih baik daripada sediaan semi
telah dilakukan, antara lain dengan padat lainnya (Kaur & Guleri, 2013).
maserasi (Amalia, 2016), maserasi Suatu sediaan harus mampu
ultrasonikasi (Sari & Triyasmono, 2016), melepaskan bahan aktif agar dapat
dekokta (Ikrimah, 2016), dan perkolasi menunjukkan aktivitasnya. Semakin tinggi
(Praditya, 2016). Pelarut yang digunakan viskositas suatu sediaan, semakin lambat
bervariasi, seperti aquades, etanol 70%, laju pelepasan bahan aktif dari sediaan,
etanol 96%, dan metanol. Pemilihan dan sebaliknya. Konsistensi yang lebih
metode dan pelarut ekstraksi yang encer menghasilkan pelepasan yang
berbeda akan menyebabkan perbedaan berlangsung cepat dibandingkan dengan
rendemen dan kandungan metabolit konsistensi yang lebih kental (Anggraeni et
sekunder yang diekstraksi. al., 2012). Meskipun demikian, viskositas
Penggunaan ekstrak yang sediaan tidak boleh terlalu rendah untuk
diaplikasikan secara langsung memiliki menjaga konsistensi suatu sediaan semi
kelemahan yaitu tidak stabil dalam hal padat. Gel yang diinginkan berupa gel
penyimpanan dan memiliki yang memiliki konsistensi sebagai gel
bioavailabilitas rendah sehingga hal ini namun menghasilkan pelepasan paling
membuat pemakainya tidak nyaman dan banyak yang berarti nilai fluks yang
mengganggu proses pengobatannya. dihasilkan merupakan nilai fluks yang
Upaya yang bisa dilakukan untuk optimum agar flavonoid terlepas
mengatasi permasalahan tersebut yaitu sebanyak-banyaknya dalam jangka waktu
dengan meningkatkan bioavailabilitas, yang ditetapkan.
stabilitas obat dan kepraktisan dalam
penggunaannya. Oleh karena itu, ekstrak 2. METODE PENELITIAN
etanol daun gaharu perlu diformulasikan 2.1 Bahan dan Alat
ke dalam bentuk sediaan. Formulasi Bahan-bahan yang digunakan yaitu
ekstrak menjadi bentuk sediaan bertujuan akuades, AlCl3 10% (Merck), asam asetat
agar memudahkan dalam pemakaiannya 5% (Merck), daun A. microcarpa,
dan lebih mudah diterima oleh dinatrium hidrogen fosfat (Na2HPO4)
masyarakat. Bentuk sediaan yang dapat (teknis), etanol 96%v/v (teknis), etanol p.a
114
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
115
Destria Indah Sari dkk.: Profil Kumulatif Flavonoid Total yang Terlepas dari Sediaan Gel HPMC Mengandung Ekstrak
Etanol Daun Aquilaria microcarpa
Gelling agent HPMC E15 (1-2%) Uji organoleptis dari sediaan gel
dikembangkan ke dalam akuades bebas dilakukan dengan mengamati warna, bau,
CO2 dengan suhu ±80-90ºC sambil diaduk dan konsistensi sediaan. Pengukuran
dengan magnetic stirer, kemudian viskositas menggunakan viscometer
disimpan selama semalam (campuran 1). Brookfield dengan menentukan nomor
Ekstrak daun A. microcarpa dilarutkan spindle dan rpm yang sesuai. Sejumlah
dengan sedikit etanol 96% p.a, disaring sediaan dimasukkan dalam gelas Beaker
dengan kertas saring dan kemudian 50 mL dengan spindle yang telah diatur
ditambahkan ke dalam propilen glikol. hingga tercelup dan rpm yang ditentukan
Campuran tersebut kemudian kemudian dilakukan pembacaan hasil
ditambahkan dengan 3 tetes minyak jahe (Vikrant & Sonali, 2014). Pada uji viskositas
(campuran 2). Setelah itu, campuran 2 ini digunakan berbagai kecepatan (6, 12,
dimasukkan ke dalam campuran 1 yang 30, dan 60 rpm) dan berbagai nomor
telah dibuat sebelumnya, kemudian spindle (1, 2, 3, dan 4) (Kartinah et al.,
ditambahkan dengan akuades bebas CO2 2016). Daya sebar (spreadability) sediaan
hingga 100% b/b. Campuran tersebut gel ditentukan dengan mengamati
diaduk dengan homogenizer sampai diameter penyebaran 1 gram gel di antara
homogen. kaca 20x20 cm setelah 1 menit. Gel
e. Evaluasi sediaan gel ekstrak etanol diletakkan di atas kaca objek gelas,
daun gaharu (Aquilaria microcarpa) kemudian objek gelas yang lain diletakkan
Gel yang dihasilkan dievaluasi di atasnya dan ditekan dengan beban
terhadap parameter organoleptis, seberat 1 kg selama 5 menit. Selanjutnya
viskositas, daya sebar, daya lekat, dan pH objek gelas dipasang pada alat uji.
sediaan. Kemudian beban seberat 80 g dilepaskan
dan dicatat waktunya sehingga kedua
116
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
117
Destria Indah Sari dkk.: Profil Kumulatif Flavonoid Total yang Terlepas dari Sediaan Gel HPMC Mengandung Ekstrak
Etanol Daun Aquilaria microcarpa
Tabel 2. Evaluasi sediaan gel ekstrak etanol daun gaharu (Aquilaria microcarpa) dengan
variasi konsentrasi HPMC
Evaluasi
Formula Viskositas Daya Sebar Daya Lekat
pH
(cPs) (cm) (detik)
F1
5666,67 ± 471,40 7,37 ± 0,09 4,69 ± 0,37 5,55 ± 0,01
(HPMC 1%)
F2
2666,67 ± 1247,22 6,30 ± 0,19 18,55 ± 0,42 5,65 ± 0,01
(HPMC 1,5%)
F3
55333,33 ± 2624,67 5,49 ± 0,02 24,37 ± 2,18 5,75 ± 0,01
(HPMC 2%)
3.2 Pelepasan flavonoid dari gel flavonoid yang terlepas dengan akar
ekstrak etanol daun gaharu waktu. Nilai jumlah kumulatif flavonoid
(Aquilaria microcarpa) diperoleh dari beberapa perhitungan yaitu
Uji pelepasan didahului dengan diawali dengan nilai persamaan regresi
penentuan panjang gelombang linier kurva baku untuk menentukan kadar
maksimum dan pembuatan kurva baku flavonoid yang nantinya akan digunakan
kuersetin. Panjang gelombang maksimum untuk menentukan kadar terkoreksi dan
yang diperoleh 415 nm dan persamaan kadar total hasil pelepasan. Hasil
kurva baku kuersetin y = 0,0051x – 0,0044. perolehan jumlah kumulatif flavonoid
Parameter yang digunakan dalam uji yang terlepas dari sediaan gel dapat dilihat
pelepasan untuk bisa menentukan fluks pada Tabel 3.
pelepasan adalah jumlah kumulatif dari
Tabel 3. Jumlah kumulatif flavonoid rerata yang terlepas dari sediaan gel ekstrak
etanol daun gaharu (Aquilaria microcarpa)
Rerata Jumlah Kumulatif (µg/cm2)
Waktu t1/2
Formula 1 (1%) Formula 2 (1,5%) Formula 3 (2%)
0 0,000 0,000 0,000 0,000
5 2,236 177,622 0,000 0,000
10 3,162 206,264 177,622 0,000
15 3,873 234,156 206,264 205,376
20 4,472 262,048 206,403 206,403
25 5,000 289,941 206,403 206,403
30 5,477 290,080 206,403 206,403
60 7,746 317,833 206,403 206,403
90 9,487 345,725 215,654 206,403
120 10,954 373,618 243,454 206,403
150 12,247 401,510 271,344 234,156
180 13,416 429,402 299,238 271,300
210 14,491 466,545 317,879 289,987
240 15,492 485,233 354,976 317,833
118
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
Tabel 4. Fluks dan persentase flavonoid rerata yang terlepas dari sediaan gel ekstrak
etanol daun gaharu (Aquilaria microcarpa)
Rerata Persentase Flavonoid yang
Formula Rerata Fluks (µg/cm2)/t1/2
Terlepas (%)
Formula 1 (1%) 24,685 6,79
Formula 2 (1,5%) 17,837 4,97
Formula 3 (2%) 17,435 4.45
119
Destria Indah Sari dkk.: Profil Kumulatif Flavonoid Total yang Terlepas dari Sediaan Gel HPMC Mengandung Ekstrak
Etanol Daun Aquilaria microcarpa
120
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
Abstract. Herbal medicine with ingredients of simplisia seluang belum root still in the
form of pieces which traditionally processed and low quality attention. Need to perform
standardized the simplisia characterization to control the simplisia quality. Those
characterizations include identity, morphology, anatomy, and the identification of
compounds. The maximum limits of certain coumpounds include total ash, insoluble ash
in acid content, thin layer chromatography profile also confirmed. The conclusion,
species name simplisia seluang belum root had identified as Luvunga sarmentosa
(Blume) Kurz. from Rutaceae family. The plant have tire root system (radix primaria),
woody stem type (lignosus) and round shape (teres), have three child compound leaves
(trifoliolatus). The extract rendemen 7,53%, total ash 3,75%, and insoluble ash in acid
content 0,45%; from thin layer chromatography at lambda 366nm obtained 3 spot with
Rf 0,93; 0,86 and 0,5. The simplisia have flavonoid and steroid from phytochemistry
screening.
121
Nashrul Wathan dan Abdullah: Karakterisasi Simplisia Akar Seluang Belum (Luvunga sarmentosa (Blume) Kurz.) dan
Profil Klt nya
122
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
a
c
Gambar 1. Penampang melintang akar seluang belum dalam media akuades pada
perbesaran 4x10 (a) Epidermis, (b) Korteks dan (c) Stele
a
a
c
f d
Gambar 2. Penampang melintang batang seluang belum dalam media akuades pada
perbesaran 4x10. (a) Korteks, (b) Epidermis, (c) Floem, (d) Kambium, (e) Xilem dan (f)
Empulur
123
Nashrul Wathan dan Abdullah: Karakterisasi Simplisia Akar Seluang Belum (Luvunga sarmentosa (Blume) Kurz.) dan
Profil Klt nya
aa
c
b b d
e
e f
Gambar 3. Penampang melintang daun seluang belum dalam media akuades pada
perbesaran 10x10. (a) Epidermis atas, (b) Jaringan Pembuluh, (c) Floem, (d) Xilem, (e)
Parenkim dan (f) Epidermis bawah.
3.4 Pembuatan ekstrak dan uji kadar abu salah satu senyawa penyusun testosteron
Metode ekstraksi secara maserasi yang dapat mempengaruhi proses
dipilih untuk meminimalkan rusaknya spermatogenesis sehingga mampu
kandungan senyawa yang tidak tahan meningkatkan jumlah sel-sel
pemanasan. Hasil ekstraksi didapat spermatogenik. Berdasarkan beberapa
randemen ekstrak akar seluang belum penelitian, diketahui bahwa kandungan
sebanyak 7,53%. Hasil analisis kadar abu steroid pada tanaman berperan dalam
total 3,75% dan kadar abu tidak larut asam peningkatan kadar hormon testosteron.
0,45%. Penentuan kadar abu bertujuan Kandungan senyawa flavonoid pada akar
untuk mengukur jumlah komponen seluang belum juga diketahui mampu
anorganik atau mineral yang tersisa meningkatkan kualitas sperma dengan
setelah proses pengabuan (Sudarmadji, mempertahankan motilitas sperma dan
1989). Kadar senyawa anorganik atau mampu melindungi membran
mineral dalam jumlah tertentu dapat spermatozoa sehingga meningkatkan
mempengaruhi sifat fisik bahan (Winarno, viabilitas sperma serta meningkatkan
1987). Abu yang tidak larut asam jumlah sperma (Musfirah et al., 2016),
menunjukkan keberadaan pengotor oleh sebab itu secara empiris
seperti pasir atau silikat yang berasal dari pemanfaatan akar seluang belum dapat
tanah (Sudarmadji, 1989). digunakan untuk meningkatkan vitalitas
3.5 Skrining senyawa kimia dan kesuburan pria. Senyawa flavonoid
Dari hasil skrining fitokimia diketahui juga bersifat antibakteri dengan cara
bahwa sampel akar seluang belum positif menghambat metabolisme energi,
mengandung senyawa fenol, flavonoid menghambat sintesis asam nukleat dan
dan steroid. Senyawa-senyawa fenolik menghambat fungsi membran sel
diketahui bersifat antibakterial, antifungal (Cushnie & Lamb., 2005).
dan antivirus pada tumbuhan dengan 3.6 Profil TLC
mekanisme pertahanan terhadap Identifikasi senyawa kimia terhadap
beberapa patogen penyebab penyakit ekstrak dengan metode KLT bertujuan
(Hidayati et al., 2012). Steroid merupakan memberikan gambaran adanya
124
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
Gambar 1. Hasil pengujian KLT dengan penampak pada 366 nm, Fase diam : Silika GF
254; Fase gerak = kloroform : methanol 5:5
125
126
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
1 Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lambung
Mangkurat, Kalimantan Selatan
2 Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lambung Mangkurat,
Kalimantan Selatan
*Corresponding author: herningtyas.nl@gmail.com
127
Herningtyas Nautika Lingga dan Noor Cahaya: Penggunaan Potentially Inappropriate Medications (Pims) pada
Pasien Geriatri Rawat Inap di Rsud Ratu Zalecha Martapura Berdasarkan Beers Criteria
mencapai 36 juta jiwa hingga tahun 2050 bagi pasien. Oleh karena itu perlu
diperkirakan mencapai 21,4% dari total dilakukan pengkajian awal untuk
populasi di Indonesia (Kemenkes RI, 2013). menghindari terjadinya PIMs.
Populasi geriatri memiliki kekhususan Kriteria-kriteria ekspilisit dapat
karena penurunan fungsi organ akibat digunakan untuk mengidentifikasi potensi
penuaan yang berdampak pada penggunaan obat yang tidak tepat pada
perubahan farmakokinetika dan pasien geriatri, yaitu Basger Criteria,
farmakodinamika obat. Bahkan bagi obat- STOOP and START, dan Beers Criteria.
obat tertentu akan berdampak pada Beers Criteria 2015 merupakan salah satu
penyesuaian dosis (Widyati, 2014). Baru- metode untuk mengukur ketidaksesuaian
baru ini, polifarmasi digunakan untuk pengobatan yang mencakup obat-obatan
menggambarkan penggunaan obat-obat yang sebaiknya dihindari atau dapat
yang tidak tepat (PIMs) atau melebihi digunakan dengan perhatian khusus pada
indikasi klinisnya. Prevalensi penggunaan pasien geriatri. Beers Criteria merupakan
obat-obat yang tidak tepat pada geriatri metode yang paling umum digunakan
dari kisaran 11,5-62,5%. Konsekuensi dari karena penerapannya paling sederhana,
polifarmasi termasuk reaksi obat yang mudah diikuti, data yang diperoleh
merugikan dan interaksi, ketidakpatuhan, bersifat reprodusibel, memiliki bukti yang
peningkatan resiko gangguan kognitif, kuat, murah, dan dapat mengidentifikasi
gangguan keseimbangan dan jatuh, potensi ketidaktepatan penggunaan obat
peningkatan resiko morbiditas, rawat inap dengan jelas (Rumore & Vaidean, 2012;
dan bahkan mortalitas (Syuaib et al., Elliot & Stehlik, 2013).
2015). Penelitian tentang Beers Criteria yang
Penggunaan obat yang tidak tepat di telah dilakukan oleh Page et al. (2010)
beberapa negara sudah banyak pada 389 pasien geriatri rawat inap,
teridentifikasi pada pasien geriatri. melaporkan 27,5% pasien mendapatkan
Penelitian di Eropa, Irlandia, dan Amerika obat dalam cakupan Beers Criteria, dan 9%
menunjukkan lebih dari 40% pasien diantaranya mengalami efek yang tidak
geriatri yang menderita penyakit kronis diinginkan. Ma et al. (2008) menyebutkan
menerima lebih dari lima obat secara bahwa penggunaan lebih dari 6 obat
bersamaan (Naughton et al., 2006; Fialova (polifarmasi) adalah faktor utama yang
et al., 2005). Penelitian yang dilakukan secara signifikan berhubungan dengan
oleh Lang et al. (2010) di Swiss terhadap penggunaan PIMs pada pasien geriatri.
150 orang pasien geriatri ditemukan 116 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pasien (77%) yang teridentifikasi PIMs. prevalensi penggunaan potentially
Penelitian lain yang dilakukan oleh inappropriate medications (PIMs) dan
Harugeri et al. (2010), melaporkan bahwa hubungan antara jumlah obat yang
32,2% dari prevalensi ADR pada geriatri diresepkan dan durasi rawat inap pasien
meningkatkan durasi rawat inap sebesar geriatri dengan penggunaan potentially
5,9%. Dari penelitian yang telah dilakukan, inappropriate medications (PIMs).
tentunya kejadian PIMs sangat merugikan
128
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
Tabel 1. Gambaran karakteristik pasien geriatri rawat inap di RSUD Ratu Zalecha
periode Januari 2017 – Mei 2017
Karakteristik Pasien Jumlah Persentase
Jenis Kelamin
Laki-laki 29 40,85%
Perempuan 42 59,15%
Usia (tahun)
< 75 60 84,51%
≥ 75 11 15,49%
Jumlah obat yang diresepkan (macam)
< 10 33 46,48%
≥ 10 38 53,52%
Durasi rawat inap (hari)
<7 59 83,09%
≥7 12 16,91%
129
Herningtyas Nautika Lingga dan Noor Cahaya: Penggunaan Potentially Inappropriate Medications (Pims) pada
Pasien Geriatri Rawat Inap di Rsud Ratu Zalecha Martapura Berdasarkan Beers Criteria
Quality of Evidence (QE) yaitu kualitas Gambaran penggunaan PIMs pada pasien
bukti ilmiah (Elliot & Stehlik, 2013). Dari geriatri rawat inap di RSUD Ratu Zalecha
total 71 pasien geriatri rawat inap, berdasarkan kategori pada Beers Criteria
teridentifikasi penggunaan PIMs sebanyak dapat dilihat pada tabel 2.
64,79% berdasarkan Beers Criteria 2015.
Tabel 2. Gambaran penggunaan PIMs pada pasien geriatri di RSUD Ratu Zalecha
Frekuensi Persentase
Kategori PIMs
(N)
Obat-obat yang dihindari secara umum pada geriatri
Anxiolitik (Benzodiazepin)
Short- and Intermediate- acting
Alprazolam 7 9,46%
Long acting
Diazepam 4 5,41%
Gastrointestinal
Metoklopramid 1 1,36%
Pompa proton inhibitor
Lansoprazol 3 4,05%
Omeprazol 4 5,41%
Pantoprazol 23 31,08%
Pain medication
Non-cyclooxygenase selective
(NSAID) 3 4,05%
Asam mefenamat 2 2,70%
Ketoprofen 20 27,03%
Ketorolac 3 4,05%
Meloxicam
Digoksin 2 2,70%
Nifedipin 2 2,70%
130
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
untuk terapi jangka panjang (lebih dari 8 penggunaan obat asam mefenamat,
minggu). ketoprofen, dan meloxicam. Ketiga obat
Penggunaan PIMs terbanyak kedua tersebut merupakan obat antiinflamasi
yang diperoleh berdasarkan hasil non steroid yang tidak selektif terhadap
penelitian adalah penggunaan ketorolac. enzim siklooksigenase-2 (COX-2).
Ketorolac merupakan salah satu obat Penggunaan obat tersebut harus dihindari
antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang pada pasien geriatri karena dapat
digunakan untuk meredakan nyeri, meningkatkan resiko terjadinya
demam, dan peradangan (Tjay & Rahardja, perdarahan gastrointestinal atau penyakit
2002). Klirens ketorolac pada pasien ulkus peptik, khususnya pasien yang
geriatri lebih lambat dibandingkan dengan berumur lebih dari 75 tahun atau
orang yang lebih muda, dan waktu paruh kelompok pasien yang juga menerima
eliminasinya meningkat 5-7 jam pada usia kortikosteroid baik oral maupun
lanjut. Oleh karena itu, penggunaan parenteral, antikoagulan, atau antiplatelet
ketorolac pada pasien geriatri harus (Campanelli, 2012).
dihindari karena dapat meningkatkan Penggunaan digoksin pada pasien
risiko terjadinya perdarahan dengan usia lebih dari 65 tahun juga
gastrointestinal, ulkus peptik dan gagal termasuk ke dalam kategori penggunaan
ginjal akut (AGS, 2015). Pemantauan klinis obat yang tidak tepat berdasarkan Beers
secara hati-hati harus dilakukan apabila Criteria 2015. Penggunaan digoksin
ketorolac tetap diberikan sebagai terapi sebagai first line terapi atrial fibrilasi
pada pasien geriatri (FDA, 2004). maupun gagal jantung harus dihindari,
Kejadian PIMs yang juga ditemukan karena dapat meningkatkan resiko
berdasarkan hasil penelitian adalah terjadinya toksisitas dan meningkatkan
penggunaan alprazolam dan diazepam. mortalitas (AGS, 2015). Nifedipin
American Geriatric Society (2015), merupakan salah satu obat golongan
menjelaskan bahwa semua jenis antagonis kalsium yang biada digunakan
benzodizepin (short dan long acting) dapat untuk terapi hipertensi. Penggunaan
meningkatkan risiko gangguan kognitif, nifedipin pada pasien geriatri juga harus
delirium, jatuh, fraktur, dan kecelakaan dihindari karena potensial menyebabkan
bermotor pada geriatri. Selain itu, pada hipotensi pada pasien dan meningkatkan
usia lebih dari 65 tahun, sensitivitas resiko iskemik miokardial (Campanelli,
seseorang terhadap benzodiazepin 2012).
meningkat dan cenderung memiliki Penggunaan PIMs lain yang diperoleh
metabolisme yang lebih lambat terhadap pada penelitian adalah penggunaan
golongan benzodiazepin aksi panjang, metoklopramid. Food and Drug
sehingga meningkatkan resiko efek Association (2007), melaporkan bahwa
sampingnya (Syuaib et al., 2015). penggunaan metoklopramid sebagai
Penggunaan PIMs lainnya yang antiemetik pada geriatri beresiko
diperoleh berdasarkan hasil evaluasi menyebabkan efek ekstrapiramidal
menggunakan Beers Criteria adalah termasuk tardive dyskinesia. Tardive
131
Herningtyas Nautika Lingga dan Noor Cahaya: Penggunaan Potentially Inappropriate Medications (Pims) pada
Pasien Geriatri Rawat Inap di Rsud Ratu Zalecha Martapura Berdasarkan Beers Criteria
132
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
133
134
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
Difa Intannia1,2*, Valentina Meta S1,2, Dina Rahmawanty2,1, Nur Jamilah2, Rina Asti3
1
FMIPA Program Studi Profesi Apoteker Universitas Lambung Mangkurat
2
FMIPA Program Studi Farmasi Universitas Lambung Mangkurat
3
Instalasi Farmasi RSUD Ratu Zalecha Martapura
Abstract. Antibiotics is one of the most widely used drugs in patients undergoing
hospitalization. The surgical care room is one room with a high level of antibiotic usage.
The aim of this study was to describe the use of antibioitc and other drugs used in
hospitalized patients at surrgical care room. This research is an observational study with
retrospective data retrieval. The data taken in this study are all medical records of
patients undergoing hospitalization during January-March 2017 at the hospital X in
Martapura who received antibiotic therapy. Medical records analyzed in this study were
145 medical records. The five most commonly used antibiotics were cetriaxone,
cefotaxime, metronidazole, gentamicin and cefuroxime (52.31%;10.65%;10.19%;6.9%
and 4.17%.). While most other drugs used were ranitidine, metamizole, ketorolac,
ondansetron, dexketoprofen and tramadol with the amount of 17.13%; 15.35%; 14.57%;
4.53%; 2.56%; 2.56%. The most common antibiotics used are cephalosporins and the
most commonly used drugs are analgesics.
135
Difa Intannia dkk.: Penggunaan Antibiotik dan Obat Lain pada Pasien yang Menjalani Rawat Inap di Ruang
Perawatan Bedah
pembedahan dapat diberikan dalam tiga yang diukur dalam penelitian ini adalah
kondisi yaitu profilaksis, sebagai terapi jumlah penggunaan antibiotik dan obat
tambahan dan sebagai terapi (Bohnen lain pada rekam medik pasien yang
JMA, 2001) menjalani rawat inap di ruang perawatan
Diketahui sekitar 15% antibiotik bedah selama bulan Januari-Maret 2017.
yang digunakan di rumah sakit diresepkan
untuk profilaksis pembedahan. Di negara 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang sudah maju 13-37% dari seluruh Penelitian ini bertujuan untuk
penderita yang dirawat di rumah sakit mendeskripsikan penggunaan antibiotik
mendapatkan antibiotika baik secara dan obat lainnya di ruang bedah RSDU
tunggal maupun kombinasi, sedangkan di Ratu Zalecha. Data diambil secara
negara berkembang 30-80% penderita retrospektif selama 3 bulan, rekam medik
yang dirawat di rumah sakit mendapat yang diambil adalah yang menjalani rawat
antibiotika (Lestari et al., 2011). inap di ruang bedah pada bulan Januari-
Penggunaan antibiotika juga masih sangat Maret 2017. Adapun jumlah total populasi
tinggi di Indonesia dengan persentase pada 3 bulan tersebut adalah 298 rekam
lebih dari 80% (Kementrian Kesehatan RI, medis, dari total tersebut yang dianalisis
2011a). Terdapat hubungan antara dalam penelitian adalah 145 rekam medik.
penggunaan dan resistensi, baik di tingkat Sisanya tidak diambil karena 123 rekam
individu ataupun populasi. Penggunaan medik tidak ditemukan dan 30 rekam
antibiotika dalam jumlah besar memiliki medik tidak menggunakan antibiotik. Jadi,
tingkat risiko resistensi lebih tinggi dari total 175 rekam medik yang
(Gyssen IC, 2001). ditemukan prevalensi yang menggunakan
Selain infeksi, penanganan pada antibiotik adalah 82,86%.
pasien pasca bedah juga diterapi dengan Adapun karakteristik populasi yang
berbagai obat untuk mengontrol diambil pada penelitian ini tersaji pada
kondisinya. Adanya informasi mengenai Tabel 1. Berdasarkan hasil penelitian
penggunaan obat dapat memberikan diketahui bahwa rentang usia terbanyak
masukan dan gambaran bagi rumah sakit adalah penderita dengan usia remaja dan
dan menjadil penelitian awal untuk dewasa dan diagnosis penderita di ruang
melakukan analisis lebih lanjut mengenai perawatan bedah diindikasikan untuk
penggunaan obat. kondisi yang memerlukan pembedahan
dan non pembedahan. Adapun jumlah
2. METODE PENELITIAN diagnosis terbanyak adalah tumor dan
Merupakan penelitian deskriptif dengan cedera kepala ringan serta fraktur.
pengambilan data secara retrospektif. Berdasarkan informasi yang didapatkan di
Kriteria sampel yang akan diambil adalah rumah sakit, pasien yang ditangani di
rekam medis pasien yang dirawat inap di ruang tersebut adalah pasien pada kondisi
ruang perawatan bedah salama periode preoperasi dan pasca operasi, serta
Januari-Maret 2017, menggunakan kondisi lain seperti kecelakaan.
antibiotik dan dapat terbaca. Variabel
136
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
Tabel 1. Karakteristik Pasien yang menjalani rawat inap di Ruang Bedah RS. Ratu
Zalecha Periode Januari-Maret 2017
No Usia Jumlah (n=145) Persentase (%)
1 0 - 2 th 1 0,69
2 > 2 - 12 th 14 9,66
3 > 12 - 59 th 112 77,24
4 > 59 th 18 12,41
No Diagnosis Jumlah (n=145) Persentase (%)
1 Tumor 21 14,48
2 Cedera Kepala Ringan 18 12,41
3 Fraktur 15 10,34
4 Hernia 13 8,97
5 Abses 11 7,59
6 Luka 8 5,52
7 Retensi Urin 6 4,14
8 Kolik Abdomen 5 3,45
9 Diabetes 3 2,07
10 Post KLL 3 2,07
11 Lain-lain 42 28,97
Tabel 2. Gambaran Penggunaan Jenis Antibiotik pada pasien yang menjalani rawat inap
di ruang bedah Periode Januari-Maret 2017
No Nama Antibiotik Jumlah Persentase
1 Ceftriaxone 113 52,31
2 Metronidazole 23 10,65
3 Cefotaxim 22 10,19
4 Gentamycin 15 6,94
5 Cefuroxime 9 4,17
6 Cefazolin 7 3,24
7 Cefoperazone 8 3,70
8 Meropenem 5 2,31
9 Ceftazidime 3 1,39
10 Ciprofloxacin 3 1,39
11 Cefadroxil 2 0,93
12 Clindamisin 1 0,46
13 Cefalexin 1 0,46
14 Cefepime 1 0,46
15 Amoxicillin 1 0,46
16 Levofloxacin 1 0,46
17 Cefixime 1 0,46
Total 216
137
Difa Intannia dkk.: Penggunaan Antibiotik dan Obat Lain pada Pasien yang Menjalani Rawat Inap di Ruang
Perawatan Bedah
138
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
Gambar 1. Gambaran Jumlah Penggunaan Antibiotik Pasien yang Menjalani Rawat inap di Ruang
Perawatan Bedah Periode Januari-Maret 2017
139
Difa Intannia dkk.: Penggunaan Antibiotik dan Obat Lain pada Pasien yang Menjalani Rawat Inap di Ruang
Perawatan Bedah
Tabel 3. Gambaran penggunaan obat lain pada pasien yang menjalani rawat inap di
ruang perawatan bedah
No Nama Obat Jumlah Persentase
1 Ranitidin 87 22,30
2 Antrain 78 20,00
3 Ketorolac 74 18,97
4 Ondansetron 23 5,89
5 Dexketoprofen 13 3,33
6 Tramadole 13 3,33
7 Cernevit 9 2,30
8 Citicolin 7 1,79
9 Kalnex 7 1,79
10 Levemir 6 1,53
11 Dulcolac 5 1,28
12 Novorapid 5 1,28
13 Piracetam 4 1,02
14 Asam mefenamat 3 0,76
15 Asam tranexamat 3 0,76
16 Codein 3 0,76
17 Furocemid 3 0,76
18 Lapibal 3 0,76
19 Neurobat 3 0,76
20 trans PRC 3 0,76
21 Lain-Lain 38 9,74
Selain ranitidin obat lain yang gentamisin dan cefuroxime dengan jumlah
banyak digunakan adalah analgesik, yaitu secara berurutan adalah
antrain, ketorolac dan dexketoprofen. 52.31%;10.65%;10.19%;6.9% dan 4.17%.
Obat-obat ini merupakan analgesik dari Sedangkan obat lain yang terbanyak
golongan yang berbeda. Penggunaan digunakan adalah ranitidin, metamizole,
analgesik umum digunakan, khususnya ketorolac, ondansetron, dexketoprofen
pada pasien setelah menjalani post dan tramadol dengan jumlah
operasi. 17.13%;15.35%;14.57%;4.53%;2.56%;2.56
%. Antibiotik terbanyak yang digunakan
4. KESIMPULAN pada pasien rawat inap di ruang bedah
Kesimpulan yang dapat diambil pada adalah golongan sefalosporin dan obat
penelitian ini adalah, Lima antibiotik lain yang terbanyak digunakan adalah
terbanyak yang digunakan adalah analgesik.
cetriaxone, cefotaxime, metronidazole,
140
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
141
142
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
Abstract. The objective of the study to determine the ability of the combination of
acetylsalicylic acid and fructose as an inducer agent enhancing uric acid levels in male
rats wistar strain and compared with potassium oxonate. Twenty-five rats were divided
into 5 groups. Group 1 as a negative controls were given 1% CMC suspension; 2 as
positive controls were given 1% CMC suspension contained potassium oxonate (50mg /
200g BW rat) intraperitoneally; group 3, 4 and 5 as a test dose of 1,2 and 3 given the
combination of acetylsalicylic acid and fructose in CMC 1% at a dose of 0.018g and 0.24
g / 200g rat BW; 0.036g and 0.48 g / 200g BW rat and 0.072g and 0.96 g / 200g rat BW
respectively. Uric acid concentration was measured by a photometer. The result of the
study showed dose 1, 2 and 3 could increase uric acid levels significantly (p <0.05)
compared with negative group (6.00 ± 0.40 mg / dL; 10.72 ± 0.55 mg / dL and 5.05 ± 0.45
mg / dL). In addition, a dose 2 were given significant difference (p <0.05) compared with
the positive control group. In conclusion, the three doses could increase uric acid levels
and dose 2 recommended for use in testing the levels of uric acid as an inducer.
143
Muhammad Fauzi Ramadahan dkk.: Pengaruh Pemberian Kombinasi Asam Asetilsalisilat dan Fruktosa Terhadap
Peningkatan Kadar Asam Urat pada Tikus Jantan Galur Wistar: Pengembangan Metode
144
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
145
Muhammad Fauzi Ramadahan dkk.: Pengaruh Pemberian Kombinasi Asam Asetilsalisilat dan Fruktosa Terhadap
Peningkatan Kadar Asam Urat pada Tikus Jantan Galur Wistar: Pengembangan Metode
146
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
perbedaan yang signifikan secara statistik hewan percobaan 2 kali lebih banyak dari
dengan kelompok negatif, kontrol positif, pada dosis 2. Hal ini terjadi akibat
dosis 1 dan dosis 3 juga sudah memasuki mekanisme dari asam asetilsalisilat, asam
hiperurisemia sehingga bisa dinyatakan asetilsalisilat pada dosis rendah dapat
bahwa dosis 2 memberikan hasil yang meningkatkan kadar asam urat pada
maksimal dengan menghambat eksresi hambatan eksresi OAT1 dan OAT 3 di
asam urat pada hewan percobaan juga ginjal, sedangkan pada dosis besar
memproduksi dan meningkatkan asetosal bersifat urikosurik dengan
reapsorpsi asam urat di ginjal jika masih mekanisme yang hampir sama dengan
ada yang lolos melewati OAT 1 dan OAT 3. probenesid dengan meghambat
Kadar asam urat pada dosis 3 reabsorpsi asam urat pada Uric Acid
(5,03± 0,45 mg/dL) lebih rendah dari dosis Transporter 1 (URAT1) (Doherty, 2009;
2 meskipun dosis yang diberikan pada Moriwaki, 2014).
3.2 Pengujian kadar asam urat setelah tiga hari pemberian induksi dihentikan
147
Muhammad Fauzi Ramadahan dkk.: Pengaruh Pemberian Kombinasi Asam Asetilsalisilat dan Fruktosa Terhadap
Peningkatan Kadar Asam Urat pada Tikus Jantan Galur Wistar: Pengembangan Metode
Dari hasil penelitian dosis I, II, dan Herfindal E.T, Gourley D.R, Hart L.L. 1992.
III kombinasi asam asetilsalisilat dan Clinical Pharmacy and
fruktosa dapat meningkatkan kadar asam Therapeutis Fifth Edition.
urat sebesar 6,00 ± 0,40 mg/dL, 10,72 ± Maryland USA; East Preston
0,55 mg/dL dan 5,03 ± 0,45 mg/dL secara Street.
berturut-turut. Sehingga ketiga dosis Irianto, Koes. 2015. Memahami berbagai
menunjukan peningkatan kadar asam urat penyakit. Bandung:Alfabeta
yang cukup signifikan di bandingkan Johnson RJ dkk . 2013. Sugar, uric acid, and
dengan kelompok normal, namun untuk the etiology of diabetes and
pengujian kadar asam urat di obesity. Diabetes 62:3307-3315.
rekomendasikan penggunaan dosis II. Kelley. N.W. 1975. Effect of drugs on uric
Setelah 3 hari penghentian induksi acid in man. Annual Reviews:
dosis 2 tetap memiliki kadar asam urat Pharmacol 1975.15:327-350.
tertinggi dengan 6,22 ± 0,59mg/dL diikuti Moriwaki Y . 2014. Effects on uric acid
dosis 1,3 dan kontrol positif 4,50 ± 0,68 metabolism of the drugs except
mg/dL, 4,18 ± 0,72 mg/dL dan 3,22 ± 0,72 the antihyperuricemics.
mg/dL secara berturut-turut. Dan ketiga JBioequiv Availab 6(1): 010-017.
dosis tersebut mampu mempertahankan Neogi T .2011. Gout. N Engl J Med
kadar asam urat pada level hiperurisemia 364:443-452.
sehingga dosis II masih bisa di gunakan Prahastuti Sijani. 2011. Konsumsi Fruktosa
setelah 3 hari induksi di hentikan. Berlebihan dapat Berdampak
Buruk bagi Kesehatan Manusia.
5. UCAPAN TERIMA KASIH JKM. Vol.10 No.2 Februari
Kami mengucapkan terima kasih kepada 2011:173-189
Ketua STIKes Bakti Tunas Husada yang Tusom, 2016. Gout and Its treatment.
mendukung penelitian yang telah Tersedia di;
dilakukan. http://tmedweb.tulane.edu/phar
mwiki/doku.php/gout_its_treat
6. DAFTAR PUSTAKA ment diakses pada tanggal 17
Choi HK dkk . 2004. Purine-rich foods, januari 2017.
dairy and protein intake, and the Vogel H.V, Scholkens B.A, Sandow.J. 2008.
risk of gout in men. NEngl J Med Drug Discovery and Evaluation.
350:1093-1103. German: Springer.
Choi HK . 2008. Soft drinks, fructose Wisesa, I.B.N & Suastika, K. 2009.
consumption, and the risk of gout Hubungan Antara Konsentrasi
in men; prospective cohort study. Asam Urat Serum Dengan
BMJ 336(7639):309-312. Resistensi Insulin Pada Penduduk
Dorherty M . 2009. New insights into the Suku Bali Asli Di Dusun Tenganan
epidemiology of gout. Pegringsingan Karangasem,
Rheumatology 48:ii2-ii8. Jurnal Penyakit Dalam. 10
(2):110-12.
148
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
Abstract. Dadap Serep (Erythrina subumbrans) is one of the medicinal plants that have
the potential to be developed in the world of medicine. The Compound of erybraedin A
(pterocarpanoid) isolated from the stems of the plant genus Erythrina which provides
cytotoxic activity against some cancer cells in humans. This research aims to determine
the activity of cytotoxic and the class of compounds of Dadap Serep leafs. This research
was conducted by using the MTT assay. The main parameters of the observed was a
decrease in vability (the number of living Hela Cells). The data analysis used is the probit
analysis with a 95% confidence interval (IC50). The Stages of this research conducted
include rejuvenation of cells, the cells in liquid medium cultivation, extraction, TLC
qualitative test of leaf extract Dadap Serep E. subumbrans and cytotoxic test. The series
of 70% ethanol extract concentrations used are 500; 250; 150; 100; 50; 25; 10; and 5 µ
g/ml. The results showed that as many as 12x103 cells grown in 96-well plates and
incubated 24 h in DMEM medium low glucose containing extract of leaves of Dadap
Serep concentration 1-1000 µ g/ml. Values of IC50 of 169 µ g/ml by the extent 95%
confidence (p < 0.05). Based on the values of IC50, it can be concluded that extract of
leaves of Dadap Serep still has a potential activity as a chemotheraphy agent .
Keywords: Erythrina subumbrans, Hela Cell, Cytotoxic activity, MTT assay, IC50
149
Fitrianingsih dkk.: Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Daun Dadap Serep (Erythrina Subumbrans)
Terhadap Sel Hela Secara In Vitro
55 tahun, tetapi dapat juga timbul pada terdapat didalam genus Erythrina antara
usia yang lebih muda. Namun lain senyawa golongan pterocarpanoid,
pengetahuan mengenai kanker ini sangat flavonoid and triterpenoid (Greca et al.,
minim diketahui oleh wanita Indonesia 1990; Notaro et al., 1992; Achenbach and
sehingga terkadang mereka tidak Schwinn, 1995).
menyadari telah terserang penyakit ini. Kandungan senyawa bioaktif 5-
Hal ini disebabkan oleh tidak nampaknya hydroxysophoranone yang terdapat
gejala pada stadium-stadium awal didalam batang tanaman dadap serep
(Rumaisa, 2010). memberikan aktivitas yang poten
WHO merekomendasi penggunaan terhadap Plasmodium falciparum dengan
obat tradisional termasuk herbal dalam nilai IC50 sebesar 2,5 μg/mL, dan
pemeliharaan kesehatan masyarakat, kandungan senyawa bioaktif lain seperti
pencegahan dan pengobatan penyakit, erystagallin A, erycristagallin, dan
terutama untuk penyakit kronis, penyakit erysubin F juga memberikan aktivitas
degeneratif dan kanker. WHO juga antimikobakterial terhadap
mendukung upaya-upaya dalam Mycobacterium tuberculosis dengan nilai
peningkatan keamanan dan khasiat obat MIC sebesar 12,5 μg/mL (Rukachaisiriku et
tradisional, termasuk juga obat herbal al., 2007)
(WHO, 2003). Menurut Gibbs (2000) Penelitian ini bertujuan menentukan
dalam jurnal Harwoko (2011) aktivitas sitotoksik ekstrak daun dadap
mengungkapkan beberapa penelitian serep (Erythrina subumbrans) terhadap sel
tanaman obat yang berpotensi sebagai HeLa secara in vitro serta analisis
antikanker mengarahkan target aksi pada kandungan fitokimianya melalui uji
gen-gen pengatur pertumbuhan atau kromatografi lapis tipis, dan penentuan
proliferasi sel. golongan senyawa kimia.
Salah satu tanaman yang berpotensi
dikembangkan dalam dunia pengobatan 2. METODE PENELITIAN
adalah dadap serep (Erythrina 2.1. Alat dan Bahan
subumbrans). Menurut penelitian 2.1.1. Alat
Rukachaisiriku et al. (2007) menunjukkan Rotary evaporator, Botol lebar
bahwa senyawa erybraedin A (toples), Spatula, Oven, alat timbang,
(pterocarpanoid) yang diisolasi dari bagian cawan porselen, Gelas arloji, Bejana
batang tanaman genus Erythrina pengembang, Pipa kapiler, Oven, Alat
memberikan aktivitas sitotoksik terhadap penyemprot bercak dan Lampu UV, Gelas
beberapa sel kanker pada manusia beker, Gelas ukur, Erlenmeyer, Flakon,
diantaranya sel kanker epidermal (NCI- Pipet tetes, Pipet volume, Dragball,
H187) dengan nilai IC50 sebesar 2,1 μg/mL, Corong Buchner, siter glass (kolom
sel kanker payudara (BC) dengan nilai IC50 kromatografi), Statif Haemocytometer
sebesar 2,9 μg/mL, dan sel kanker paru- digunakan untuk kultur medium RPMI
paru (KB) dengan nilai IC50 sebesar 4,5 1640, Mikropipet, dan Inkubator.
μg/mL. Kandungan senyawa yang
150
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
151
Fitrianingsih dkk.: Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Daun Dadap Serep (Erythrina Subumbrans)
Terhadap Sel Hela Secara In Vitro
50 µl selama 3 menit. Hasil reaksi tersebut dengan persamaan regresi linier dengan
disuspensi dan diambil 10 µl untuk syarat r lebih besar dari r tabel,kemudian
dihitung jumlah selnya. Presentase masukkan y = 50% pada persamaan
kematian sel dengan metode perhitungan regresi linier (y = ax + b) kemudian cari nilai
langsung (viable cell count) dihitung x dan hitung, antilog dari konsntrasi
menggunakan rumus yang dipakai Doyle tersebut sehingga diperoleh nilai IC50
dan Griffith (Djajanegara dan Wahyudi, (CCRC UGM, 2013)
2009). Parameter yang digunakan untuk
2.3. Analisis Data uji sitotoksik yaitu nilai IC50. Nilai IC50
Penghitungan sel pada kultur media menunjukkan nilai konsentrasi yang
RPMI 1640 dilakukan pada 4 bilik hitung menghasilkan hambatan proliferasi sel
yang masing-masing terdiri dari 16 kotak sebesar 50% dan menunjukkan potensi
dan diambil rata-ratanya, kemudian ketoksikan suatu senyawa terhadap sel.
dikalikan dengan faktor pengenceran dan Nilai IC50 menjadi dasar penentuan untuk
faktor koreksi untuk setiap bidang besar melakukan uji pengamatan kinetika sel
(volumenya 10-4 ml). Jumlah sel dihitung dan potensi suatu senyawa sebagai agen
dengan rumus (Wahyudi dan Ira, 2009). sitostatik. Semakin besar nilai IC50 maka
Presentase kematian sel dengan metode senyawa tersebut semakin tidak toksik
penghitungan langsung (viable cell count) (Cho et al dalam Haryoto dkk, 2013).
dihitung menggunakan rumus yang
dipakai oleh Doyle & Griffith yaitu: 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Skrining Fitokimia
Berdasarkan hasil skrining fitokimia
Hubungan antara log konsentrasi menunjukkan bahwa daun dadap serep
larutan uji dengan viabilitas sel dapat memiliki kandungan golongan senyawa
ditampilkan dalam bentuk grafik. Dari kimia seperti dapat dilihat pada tabel 2.
grafik tersebut dapat ditentukan nilai IC50
152
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
100
80 y = -0,1592x + 76,902
R² = 0,8026
% Viabilitas
60
40
20
0
0 100 200 300 400 500 600
-20
Konsentrasi g/ml
Gambar 1. Efek sitotoksik ekstrak daun dadap serep terhadap penurunan viabilitas sel HeLa
menggunakan MTT assay. 12x103 sel ditanam dalam 96-well plate dan diinkubasi 24 jam dalam
media DMEM low glucose yang mengandung ekstrak daun dadap serep konsentrasi 1-1000
µg/ml.
Pada penelitian ini, hasil yang epidermal (NCI-H187) dengan nilai IC50
diperoleh > 20 µg/ml, ekstrak tersebut sebesar 2,1 μg/mL, sel kanker payudara
masih berpotensi memiliki aktivitas (BC) dengan nilai IC50 sebesar 2,9 μg/mL,
sitotoksik dikarenakan penelitian dan sel kanker paru-paru (KB) dengan nilai
sebelumnya menunjukkan bahwa IC50 sebesar 4,5 μg/mL. (Rukachaisirikul et
senyawa erybraedin A (pterocarpanoid) al. ,2007). Dengan kata lain, masih ada
yang diisolasi dari bagian batang tanaman kemungkinan senyawa yang sama juga
genus Erythrina memberikan aktivitas terdapat pada ekstrak daun dadap serep.
sitotoksik terhadap beberapa sel kanker Banyaknya jenis golongan senyawa
pada manusia diantaranya sel kanker yang terdapat pada suatu ekstrak seperti
153
Fitrianingsih dkk.: Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Daun Dadap Serep (Erythrina Subumbrans)
Terhadap Sel Hela Secara In Vitro
Gambar 2. Efek sitotoksik ekstrak dadap serep terhadap perubahan morfologi sel HeLa
menggunakan MTT assay. 12x103 sel ditanam dalam 96-well plate dan diinkubasi 24 jam dalam
media DMEM low glucose tanpa atau dengan berbagai konsentrasi ekstrak daun dadap serep.
A. tanpa perlakuan; perlakuan dengan ekstrak daun dadap serep; B. 50 µg/ml, C. 100 µg/ml, D.
150 µg/ml. Morfologi sel HeLa (panah) dan perubahan morfologi sel HeLa (panah putus).
Pengamatan di bawah mikroskop perbesaran 100x, bars : 50 µm.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil skrining fitokimia 6. DAFTAR PUSTAKA
dan pengujian aktivitas sitotoksik CCRC UGM. 2013. Prosedur Tetap Uji
terhadap ekstrak daun Dadap Serep Sitotoksik Metode MTT.
diketahui bahwa ekstrak daun dadap http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_i
serep masih berpotensi dan bisa dijadikan d=240. (Diakses tanggal 4 Februari
sebagai kandidat agen kemoterapi. 2017)
Sehingga perlu dilakukan tahapan Gibbs J. B. 2000. Anticancer Drugs Targets,
selanjutnya dengan fraksinansi dan isolasi Growth Factors and Growth Factor.
senyawa aktif lainnya. Harwoko dan E. D. Utami. 2011. Aktivitas
Sitotoksik Fraksi n-Heksana :
5. UCAPAN TERIMAKASIH Kloroform Dari Ekstrak Metanol Kulit
Ucapan terima kasih disampaikan Batang Mangrove (Rhizopora
kepada Lembaga Penelitian dan mucronata) Pada Sel Kanker
pengabdian Masyaratakat Universitas Myeloma. Jurusan Farmasi Universitas
Jambi yang telah mendanai penelitian ini. Jenderal Soedirman Purwokerto.
154
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
Haryoto, et al. 2013. Aktivitas sitotoksik ………., (2007). Biological Activities of the
ekstrak etanol tumbuhan salam Chemical Constituents of Erythrina
(Cynometra ramiflora Linn) terhadap stricta and Erythrina subumbrans.
SEL HeLa, T47D dan WiDR. Jurnal Archives of Pharmacal Research.
Penelitian Saintek, Vol. 18, Nomor 2, 30:1398
Oktober 2013. Rumaisa, F., I. rijayana., T. Nurafianti.
Jayanegara A. dan A. Sofyan. 2008. 2010. Sistem pakar diagnosa awal
Penentuan Aktivitas Biologis Tanin kanker serviks dengan metode
Beberapa Hijauan secara in Vitro certainty factor. Seminar Nasional
Menggunakan ’Hohenheim Gas Test’ Informatika 2010 (semnasIF 2010).
dengan Polietilen Glikol Sebagai Yogyakarta.
Determinan. Media Peternakan Wahyudi, P dan Ira Djajanegara. 2009.
Volume 31 Nomor 1 Halaman 44-52 Pemakaian Sel HeLa dalam Uji
ISSN 0126-0472. Sitotoksisitas Fraksi Kloroform dan
Lee, C.C dan Houghton, P. Ethanol Kulit Batang Mahkota Dewa
2005.Cytotoxicity of plants from (Phaleria macrocarpa). Jurnal Biotika
Malaysia and Thailand used Volume 7 Nomor 2 Halaman 53-60.
traditionally to treat cancer. J World Health Organization. 2003.
Ethnopharmacol, 2005; 100: 237-243. Traditional Medicine,
Rukachaisirikul et al. (2007). Antibacterial http://www.who.int/mediacentre/fac
pterocarpans from Erythrina tsheets/2003/fs134/en/ (diakses
subumbrans. J. Ethnopharmacol. Mar tanggal 3 Februari2017)
1;110(1):171-5. Epub 2006 Sep 26.
155
156
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
Abstract. This aims of this research was to know the profil of drug management in
Primary Health Center in the city of Denpasar. Descriptive study was done to all Primary
Health Centre, using a validated structured questionnaire. There were 11 the Primary
Health Center observed and their staff was interviewed. The results this research show
that drug planning with good category (75.76%), drug demand with excellent category
(92.42%), drug acceptance with good category (78.41%), drug storage with excellent
category (86.36%), drug distribution with excellent category (82.58%), drug control with
excellent category (81.06%), record keeping, reporting and filing of drugs with excellent
category (95.83%), monitoring and evaluation with excellent category (80.68%)
157
I Nyoman Gede Tri Sutrisna dan Kadek Duwi Cahyadi: Profil Pengelolaan Obat di Puskesmas Wilayah Kota Denpasar
158
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
159
I Nyoman Gede Tri Sutrisna dan Kadek Duwi Cahyadi: Profil Pengelolaan Obat di Puskesmas Wilayah Kota Denpasar
160
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
161
I Nyoman Gede Tri Sutrisna dan Kadek Duwi Cahyadi: Profil Pengelolaan Obat di Puskesmas Wilayah Kota Denpasar
162
Prosiding Seminar Nasional APTFI II
Banjarmasin, 17-18 November2017
163