Materi Bab 1 Litosfer PDF
Materi Bab 1 Litosfer PDF
Kompetensi Dasar
1. Vulkanisme
a. Tipe Hawaiian
erupsi yang umumnya berupa semburan
lava pijar seperti air mancur dan pada saat
bersamaan diikuti leleran lava pada celah-
celah gunung berapi atau kepundan.
Semburan ini bisa berlangsung selama
berjam-berjam hingga berhari-hari. Karena
sangat cair, semburan lava ini bisa mengalir
berkilometer-kilometer jauhnya dari puncak
gunung.
Erupsi tipe Hawaiian merujuk pada Gunung
Berapi Kilauea yang terkenal akan semburan
lavanya yang spektakuler. Dua contoh erupsi
jenis ini adalah letusan kawah Kilauea Iki di
puncak Gunung Kilauea (1959) dan letusan
Maula Ulu pada 1969-1974.
b. Tipe Merapi
Letupan tipe ini diambil dari letusan gunung
Merapi. Tipe letusan ini biasanya terjadi
pada gunung api tipe andesit yang
berbentuk kerucut. Fragmen-fragmen
guguran lava terbentuk ketika kubah lava
tidak stabil pada gunung api.
c. Tipe Strombolian
hampir sama dengan Hawaiian berupa
semburan lava pijar dari magma yang
dangkal, umumnya terjadi pada gunung api
sering aktif di tepi benua atau di tengah
benua.
Nama Strombolian diadopsi dari letusan
gunung berapi Stromboli di Italia.
Beberapa letusan gunung berapi di
Indonesia, seperti Gunung Raung di Bali dan
Gunung Sinabung di Sumatera Utara dapat
dikategorikan sebagai tipe Strombolian yang
mengeluarkan lava yang cair tipis, tekanan
gas yang sedang, material padat, gas, serta
cairan.
Letusan tipe ini tidak terlalu kuat, tetapi
bersifat terus menerus, berlangsung dalam
jangka waktu yang lama, serta tak dapat
diperkirakan kapan berakhir.
d. Tipe Vulkanian
erupsi magmatik berkomposisi andesit
basaltik sampai dasit, umumnya
melontarkan bongkahan di sekitar kawah.
Material yang dilontarkan tidak hanya
berasal dari magma tetapi bercampur
dengan batuan samping berupa litik.
Letusan tipe ini dicetuskan Guiseppe
Mercalli yang menyaksikan letupan di Pulau
Vulcano, sebelah utara Italia, tahun 1888-
1890. Letusan ini diawali dengan letusan
freatomagmatik yang menghasilkan suara
dentuman yang sangat keras. Hal ini terjadi
karena adanya interaksi antara magma dan
air di bawah permukaan.
Material yang dihasilkan oleh letusan tipe
Vulcanian lebih luas dibandingkan letusan
tipe Hawaiian dan Strombolian. Letusan tipe
Vulcanian pernah terjadi pada gunung api
Guego (Guatemala, 1944), Augustine
(Alaska, 1976), Sakurajima (Jepang, 1985).
e. Tipe Pelean
Letusan tipe ini dinamai sesuai dengan
letusan Gunung Pelee di Pulau Martinique,
kawasan Karibia, tahun 1902. Jenis erupsi ini
menyerupai letusan Vulkanian, hanya saja
terdapat campuran gabungan lava dan
tingkat gas yang tinggi. Saat erupsi, lava
tersebut cenderung encer dan mengalir
dengan kecepatan tinggi sehingga sangat
membahayakan.
Beberapa contoh letusan tipe Pelean adalah
gunung Hibok-Hibok (1948-1951)
f. Tipe Plinian
merupakan letusan paling eksplosif.
Material yang dilontarkan bisa berupa gas
dan abu setingi 50 kilometer dengan
kecepatan beberapa ratus meter per detik.
Biasanya erupsi tipe Plinian berwujud
seperti jamur. Letusan jenis ini dinamai
sesuai dengan sejarawan Romawi, Pliny,
yang mencatat sejarah meletusnya Gunung
Vesuvius pada tahun 79 Sesudah Masehi.
Letusan tipe Plinian bisa menghilangkan
seluruh puncak gunung, seperti yang terjadi
pada Gunung St Helens pada 1980. Namun,
durasinya cukup singkat, kurang dari sehari
atau beberapa hari. Beberapa gunung berapi
yang mempunyai karakteristik letusan tipe
Planian yaitu Krakatau (Indonesia, 1883) dan
Tambora (Indonesia, 1815).,
Menurut aktivitasnya, gunung api dapat dibagi
menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Banjir lahar;
b. Banjir lava;
c. Gelombang pasang;
d. Awan emulsi.
a. Menyuburkan tanah.
b. Dapat mendatangkan hujan.
c. Memperluas daerah pertanian karena
semburan dan vulkanik
d. Memperbanyak jenis tanaman budi daya.
e. Menyebabkan letak mineral (barang
tambang) dekat dengan permukaan tanah.
f. Menjadi tempat pariwisata dan sanatorium,
karena udaranya yang sejuk.
g. Dapat dimanfaatkan sebagai pusat
pembangkit tenaga listrik (geotermal).
Klasifikasi Gempa
1′ = satu menit.
Contoh :
Jawab:
I MMI
II MMI
III MMI
IV MMI
V MMI
VI MMI
VII MMI
VIII MMI
IX MMI
X MMI
XI MMI
XII MMI
http://www.bmkg.go.id/gempabumi/skala-
mmi.bmkg
Skala Richter
Skala
Efek Gempa
Richter
1. Weathering (Pelapukan)
Pelapukan adalah segala perubahan dalam
batuan karena pengaruh keadaan cuaca
(misalnya air, suhu). Adanya perbedaan
temperatur yang tinggi dan rendah, sangat besar
pengaruhnya terhadap batu-batuan.
Macam2 jenis pelapukan antara lain:
a. Pelapukan Fisis (Pelapukan Mekanik)
Pelapukan mekanik merupakan pelapukan
batuan yang tidak disertai dengan
perubahan susunan kimia, seperti batuan
yang besar pecah dan berubah menjadi
semakin kecil, selanjutnya sampai halus,
tetapi susunan kimianya sama dengan
batuan induknya. Sebab-sebab pelapukan
mekanis antara lain:
1) Insolasi (pengaruh sinar matahari) dan
perubahan suhu.
2) Pembekuan.
3) Pengerjaan garam.
4) Daya erosi
5) Gelombang laut yang memukul pantai.
b. Pelapukan Kimia
Pelapukan kimia merupakan pelapukan
batuan melalui proses kimia yang disertai
dengan perubahan susunan zat dari mineral
batuan induknya. Contohnya : hancurnya
batuan karena larutan batuan kapur yang
dicampur oleh air hujan yang banyak
mengandung CO2.
c. Pelapukan Biologis (Pelapukan Organik)
Pelapukan organik merupakan pelapukan
batuan yang disebabkan oleh organisme-
organisme (tumbuh-tumbuhan, hewan, dan
manusia). Manusia dapat merusak
ekosistem yang lebih besar lagi, tetapi dapat
juga memelihara ekosistem yang sudah
rusak dan memperbaharui lagi. Pelapukan
organis sebagian masuk pelapukan fisik dan
sebagian masuk pelapukan kimia.
Pelapukan biologis dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu:
1) Pelapukan biologis fisik, misalnya
tekanan akar, merayapnya cacing, dan
sebagainya.
2) Pelapukan biologis kimia, misalnya
pelapukan bunga tanah (humus),
pengerjaan jasad hidup pada batuan,
yaitu dengan jalan mengeluarkan zat-zat
tertentu.
2. Erosi (Pengikisan)
Erosi adalah proses pengikisan permukaan bumi
oleh tenaga yang melibatkan pengangkatan
benda-benda seperti air, es, angin, dan
gelombang arus.
Macam-macam jenis erosi, yaitu:
a. Erosi Air
Air yang mengangkut batu-batuan yang
hancur mempunyai kekuatan mengikis lebih
besar. Peristiwa gesekan pada erosi air
tergantung pada : kecepatan gerak, daya
angkut air, dan keadaan permukaan.
b. Abrasi
adalah pengikisan batuan yang disebabkan
oleh pengerjaan air laut. Besar kecilnya
gelombang atau kecepatan angin, dapat
menimbulkan perubahan bentuk di
sepanjang pantai disebut abrasi platform.
c. Gletser
pengikisan yang disebabkan oleh pengerjaan
es . pengikisan oleh es disebut juga
glasial/eksarasi. Di daerah pegunungan yang
tinggi sering terdapat salju abadi atau es. Es
bergerak turun melalui lereng dan mengikis
dasar lereng gunung serta mendorongnya ke
lembah.
d. Korosi
pengikisan yang disebabkan oleh pengerjaan
angin
3. Sedimentasi (Pengendapan)
Lapisan hasil pelapukan yang terjadi di
permukaan bumi, baik di daratan yang rata
maupun di lereng-lereng bukit, pegunungan
atau gunung dipengaruhi oleh bermacam-
macam kekuatan. Daerah yang terkena
pelapukan maupun yang menerima hasil
pelapukan menghasilkan struktur morfologi
yang berbeda-beda.
Bentukan-bentukan dalam proses pengendapan
atau sedimentasi di daerah pantai antara lain:
a. Pesisir (Beach).Adalah pantai yang terdiri
atas endapan pasir sebagai hasil erosi.
b. Dune Adalah bukit pasir di daerah
pedalaman yang terjadi sebagai akibat
hembusan angin di daerah pasir yang luas.
c. Spit dan Bar. spit adalah material pasir
sebagai proses pengendapan yang terdapat
di muka teluk, berbentuk memanjang, dan
salah satu ujungnya menyatu dengan
daratan. Sedangkan ujung lain terdapat di
laut.
d. Bar adalah penggunungan pasir dan kerikil
yang diendapkan tepat di seberang teluk.
Bila bar ini menghubungkan dua pulau
disebut tambolo.
e. Delta. Adalah bentukan dari proses
pengendapan erosi yang di bawa oleh aliran
sungai di daerah pantai. Dalam proses
sedimentasi/pengendapan ini akan
menghasilkan batuan sedimentasi. Batuan
sedimen juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan tenaga alam yang mengangkut
dan tempat sedimen.
Jenis-jenis sedimentasi:
1. Sinar matahari
2. Air
3. Udara
4. Tumbuh-tumbuhan
5. Makhluk hidup
6. Jasad hidup dalam tanah.
Struktur Tanah
Warna Tanah
Jenis Tanah
1. Tanah Aluvial
Tanah Aluvial merupakan tanah endapan,
dibentuk dari lumpur dan pasir halus yang
mengalami erosi tanah. Banyak terdapat di
dataran rendah, di sekitar muara sungai, rawa-
rawa, lembah-lembah, maupun di kanan kiri
aliran sungai besar. Tanah ini banyak
mengandung pasir dan liat, tidak banyak
mengandung unsur-unsur zat hara. Ciri-cirinya
berwarna kelabu dengan struktur yang sedikit
lepas-lepas dan peka terhadap erosi. Kadar
kesuburannya sedang hingga tinggi tergantung
bagian induk dan iklim. Di Indonesia tanah
aluvial ini merupakan tanah yang baik dan
dimanfaatkan untuk tanaman pangan (sawah
dan palawija) musiman hingga tahunan.
Gerakan geologi air di permukaan tanah yang
sumber airnya berasal dari lapisan atmosfer atau
hujan atau mata air, akan mengalir ke tempat
yang lebih rendah. Dalam perjalanan, air
menjalankan proses geologis. Air yang bergerak
dari dataran tinggi, yang semula sangat sedikit
dan akan semakin banyak berkumpul di daerah
lereng dan lembah. Dan pada tempat datar arus
akan melemah dan akan terjadi proses
pengendapan unsur-unsur. Bila bahan yang di
bawa hanyut air itu mengendap di dasar tebing
sehingga terbentuk onggokan yang berbaris-
baris maka bahan itu disebut diluvium
(collivium). Pergerakan air akan melebar seolah
merupakan lembaran yang tipis dan merata di
permukaan tanah, akan mencari celah-celah
bukit dan berkumpul membentuk alur air yang
kecil dan beberapa alur tersebut berkumpul di
bagian bawah akan membentuk parit-parit
sehingga akan membentuk jaringan dan
membuat sungai kecil. Bila bahan ini terangkut
oleh gerakan air sampai ke saluran sungai dan
diendapkan di sana, disebut Aluvium.
Sifat dari tanah Aluvial ini kebanyakan
diturunkan dari bahan-bahan yang diangkut dan
diendapkan. Teksturnya berkaitan dengan laju
air mendepositkan Aluvium. Oleh karenanya,
tanah ini cenderung bertekstur kasar yang dekat
aliran air dan bertekstur lebih halus di dekat
pinggiran luar paparan banjir. Secara mineralogi,
jenis-jenis tanah ini berkaitan dengan tanah
yang bertindak sebagai sumber Aluvium.
Endapan-endapan aluvial baik yang diendapkan
oleh sungai maupun diendapkan oleh laut, pada
umumnya mempunyai susunan mineral seperti
daerah di atasnya tempat bahan-bahan
bersangkutan diangkut dan diendapkan.
Terdapat perbedaan sifat morfologis pada tanah
Aluvial yang di persawahan dengan tanah yang
tidak di persawahan. Perbedaan yang sangat
nyata dapat dijumpai pada epipedonnya,
dimana pada epipedon yang tidak pernah di
persawahan berstruktur granular dan warna
coklat tua (10 YR 4/3). Sedangkan epipedon
tanah Aluvial yang di persawahan tidak
berstruktur dan berwarna berubah menjadi
kelabu. Tanah Aluvial yang lahannya sering
menjadi penyebab banjir dan mengalami
endapan marine akibat adanya pasang surut air
laut, dianggap masih muda dan belum ada
perbedaan horizon. Endapan aluvial yang sudah
tua dan menampakkan akibat pengaruh iklim
dan vegetasi tidak termasuk inceptisol, mungkin
lebih berkembang.
Ciri-ciri tanah aluvial:
a. Tekstur bahan yang diendapkan pada
tempat dan waktu yang sama akan lebih
seragam. Makin jauh dari sumbernya
semakin halus butir yang diangkut.
b. Tanah Aluvial mempunyai kelebihan agregat
tanah yang di dalamnya terkandung banyak
bahan organik sekitar setengah dari
kapasitas tukar katio (KTK), berasal dari
bahan-bahan sumber hara tanaman.
c. Dan di samping itu juga, bahan organik
merupakan sumber energi dari sebagian
besar organisme tanah, dalam memainkan
peranannya bahan organik sangat
dibutuhkan oleh sumber dan susunannya.
2. Tanah Andosol
3. Tanah Entisol
Tanah entisol merupakan tanah yang masih
sangat muda, yaitu baru dalam proses tingkat
permulaan dalam perkembangannya, (Kata Ent
berarti recent atau baru). Entisol dicirikan oleh
bahan mineral tanah yang belum membentuk
horizon pedogenik yang nyata.
Entisol terjadi di bagian lapisan atmosfer di
daerah dengan bahan induk dari pengendapan
material baru atau di daerah-daerah tempat laju
erosi atau pengendapan lebih cepat daripada
laju perkembangan tanah. Seperti lereng curam,
dataran banjir dan dunes. Kriteria utama ordo
entisol adalah tidak-adanya organisasi material
tanah. Tanah-tanah ini menunjukkan sedikit
(tidak-ada) perkembangan struktur atau horizon
dan menyerupai material dalam timbunan pasir
segar.
Ciri umum Entisol adalah tidak adanya
perkembangan profil yang nyata. Jenis-jenis
tanah pada Entisol memiliki kejenuhan basa
bervariasi dari asam, netral sampai alkali,
kapasitas tukar kation < 20, tekstur kasar
berkadar bahan organik dan N lebih rendah
dibandingkan dengan tanah yang bertekstur
halus, hal ini disebabkan oleh karena kadar air
yang rendah dan kemungkinan oksidasi yang
lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar
juga penambahan alamiah dari sisa bahan
organik dari pada tanah yang lebih halus.
Meskipun tanah ini kaya akan unsur hara kecuali
N akan tetapi unsur ini belum mengalami
pelapukan. Untuk mempercepat pelapukan
diperlukan pemupukan bahan organik, pupuk
kandang dan pupuk hijau.
4. Tanah Grumusol
Macam-macam
Metode Konservasi Tanah
1. Metode Vegetatif
Metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan
lahan miring dengan menggunakan tanaman
sebagai sarana konservasi tanah (Seloliman,
1997). Tanaman penutup tanah ini selain untuk
mencegah atau mengendalikan bahaya erosi
juga dapat berfungsi memperbaiki struktur
tanah, menambahkan bahan organik tanah,
mencegah proses pencucian unsur hara dan
mengurangi fluktuasi temperatur tanah.
Metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air
termasuk antara lain: penanaman penutup
lahan (cover crop) berfungsi untuk menahan air
hujan agar tidak langsung mengenai permukaan
tanah, menambah kesuburan tanah (sebagai
pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh
air dan mempertahankan tingkat produktivitas
tanah (Seloliman, 1997).
Penanaman rumput kegunaannya hampir sama
dengan penutup tanah, tetapi mempunyai
manfaat lain, yakni sebagai pakan ternak dan
penguat teras. Cara penanamannya dapat
secara rapat, barisan maupun menurut kontur.
Penggunaan sisa tanaman untuk konservasi
tanah dapat berbentuk mulsa atau pupuk hijau.
Dengan mulsa maka daun atau batang
tumbuhan disebarkan di atas permukaan tanah,
sedangkan dengan pupuk hijau maka sisa-sisa
tanaman tersebut dibenamkan ke dalam tanah
(Arsyad, 1989).
Syarat-syarat dari tanaman penutup tanah,
antara lain:
a. Dapat berkembang dan daunnya
banyak.
b. Tahan terhadap pangkasan.
c. Mudah diperbanyak dengan
menggunakan biji.
d. Mampu menekan tanaman pengganggu.
e. Akarnya dapat mengikat tanah, bukan
merupakan saingan tanaman pokok.
f. Tahan terhadap penyakit dan
kekeringan.
g. Tidak berduri dan bersulur yang
membelit.
1. Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari
magma pijar yang mendingin menjadi padat.
Berdasarkan tempat pendinginannya ada tiga
macam batuan beku, yaitu:
a. Batuan Beku Dalam.
Batuan ini disebut juga batuan beku plutonik
(batuan beku abyssis), terjadinya jauh di
bawah permukaan bumi, berasal dari
magma yang mendingin. Pendinginan sangat
lambat, sehingga berlangsungnya proses
kristalisasi sangat leluasa. Oleh karena itu,
batuan beku dalam terdiri atas kristal2
penuh, mempunyai struktur (susunan)
holokristalin atau granitis. Contohnya : batu
granit, diorit, gabro dan syenite.
b. Batuan Korok.
Batuan ini terbentuk di dalam korok-korok
atau gang-gang di dalam kulit bumi. Karena
tempatnya dekat permukaan,
pendinginannya lebih cepat. Itulah sebabnya
batuan ini terdiri dari Kristal besar, Kristal
kecil, dan bahkan ada yang tidak
mengkristal, yaitu bahan amorf. Contohnya :
granit porfir dan diorit porfirit.
c. Batuan Leleran/Beku Luar.
Batuan ini terbentuknya di luar kulit bumi,
sehingga turunnya temperatur cepat sekali.
Zat-zat dari magma hanya dapat
membentuk kristal-kristal kecil, dan
sebagian ada yang sama sekali tidak dapat
mengkristal. Contohnya : liparit dan batu
apung.
2. Batuan Sedimen
Bila batuan beku lapuk, bagian- bagiannya yang
lepas mudah diangkut oleh air, angin, atau es
dan diendapkan di tempat lain. Batuan yang
mengendap ini disebut batuan sedimen. Batuan
ini mula2 lunak, tetapi lama-kelamaan menjadi
keras karena proses pembatuan.
a. Dilihat dari perantaranya batuan sedimen
dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
1) Batuan Sedimen Aeris atau Aeolis.
Pengangkut batuan ini adalah angin,
contohnya: tanah los, tanah turf, dan
tanah pasir di gurun.
2) Batuan Sedimen Glasial. Pengangkutan
batuan ini adalah es. Contohnya :
moraine (moraine).
3) Batuan Sedimen Akuatis. Pengangkutan
batuan ini adalah air. Contohnya: Breksi
(Brecci) adalah batuan sedimen yang
terdiri dari batu-batuan yang bersudut
tajam yang sudah melekat satu sama
lain. Konglomerat adalah batuan
sedimen yang terdiri dari batu-batuan
yang bulat-bulat yang sudah melekat
satu dengan yang lainnya. Batu Pasir
adalah batuan sedimen yang berbutir-
butir dan melekat satu sama lain.
b. Dilihat dari tempat pengendapannya ada
tiga macam batuan sedimen, yaitu:
1) Batuan Sedimen Lakustre. Adalah
batuan sedimen yang diendapkan di
danau. Contohnya : turf danau, tanah
liat danau.
2) Batuan Sedimen Kontinental. Adalah
batuan sedimen yang diendapkan di
daratan. Contohnya : tanah los, tanah
gurun pasir.
3) Batuan Sedimen Marine. Adalah batuan
sedimen yang diendapkan di laut.
Contohnya : lumpur biru di pantai,
endapan radiolarian di laut dalam dan
lumpur merah.
3. Batuan Metamorf (malihan)
Batuan ini merupakan batuan yang telah
mengalami perubahan yang dahsyat secara
kimiawi. Asalnya dapat dari batuan beku atau
batuan sedimen. Batuan metamorf dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Batuan Metamorf Kontak Batuan ini terjadi
akibat suhu yang sangat tinggi. Biasanya
terletak dekat dengan dapur magma.
Contohnya : marmer, dan batu bara.
b. Batuan Metamorf Dinamo. Batuan ini terjadi
karena tekanan yang tinggi dan dalam waktu
yang lama, disebut juga metamorf kinetik.
Contohnya: batu asbak, antrasit, schist dan
shale.
c. Batuan Metamorf Pneumatolitis Kontak
Terjadi karena pengaruh suhu yang tinggi
dan mendapat tambahan gas lain pada
waktu terbentuknya batuan tersebut.
Contohnya, batu permata dan topas.