Anda di halaman 1dari 123

MATERI 5

Kompetensi Dasar

3 5. Menganalisis dinamika litosfer dan dampaknya terhadap kehidupan

Menyajikan proses dinamika litosfer dengan menggunakan peta,


4 5.
bagan, gambar, tabel, grafik, video, dan/atau animasi
Indikator Pencapaian Kompetensi

3 5 1 . Memahami karakteristik lapisan-lapisan Bumi.

Mengorelasikan tektonisme, vulkanisme, seisme, serta tenaga


3 5 2 .
endegen dan eksogen dan pengaruhnya terhadap kehidupan.
Memahami pembentukan tanah dan persebaran jenis tanah. Dan
3 5 3 .
Menjelaskan pemanfaatan dan konservasi tanah.
Mengenal lembaga-lembaga yang menyediakan dan
3 5 4 .
memanfaatkan data geologi di Indonesia
DINAMIKA LITOSFER DAN
DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN

Struktur Lapisan Bumi

Lapisan kulit bumi sering disebut litosfer. Berasal dari


kata litos artinya batu, sfeeratau sphaira artinya bulatan.
Jadi litosfer adalah lapisan kerak bumi atau kulit bumi
yang terdiri dari batu-batuan yang keras dan tanah,
sedangkan tanah itu sendiri berasal dari batuan yang
melapuk. Batu-batuan pembentuk lapisan kerak bumi ini
banyak mengandung mineral-mineral yang berbentuk
Kristal dan hablur. Selain itu ada juga beberapa jenis
logam.

Tebal kulit bumi tidak merata. Kulit bumi di bagian


benua atau daratan lebih tebal daripada di bawah
samudera. Bumi tersusun atas beberapa lapisan:
Barisfer, yaitu lapisan inti bumi merupakan bahan padat
yang tersusun atas lapisan nife (niccolum = nikel dan
ferrum = besi). Jari-jarinya ± 3.470 Km dan batas luarnya
± 2.900 Km di bawah permukaan bumi.

Asthenosfer (Mantle), adalah lapisan pengantara yaitu


lapisan yang terdapat di atas barisfer setebal ± 1.700
Km. berat jenisnya rata-rata 5 gram/cm3, merupakan
bahan cair bersuhu tinggi dan berpijar.
Litosfer, yaitu lapisan yang terletak di atas asthenosfer,
dengan ketebalan ± 1.200 Km. berat jenisnya rata-rata
2,8 gram/cm3. Litosfer terdiri atas dua bagian :

1. Lapisan Sial, yaitu lapisan kulit bumi yang


tersusun atas logam silisium dan aluminium,
senyawanya dalam bentuk SiO2 dan Al2O3.
Dalam lapisan ini terdapat batuan antara lain
batuan sedimen, granit, andesit, dan batuan
metamorf. Lapisan sial disebut juga lapisan
kerak bersifat padat dan kaku memiliki
ketebalan ± 35 Km. kerak ini dibagi menjadi dua
bagian yakni :
a. Kerak benua, merupakan benda padat yang
terdiri dari batuan beku granit pada bagian
atasnya dan batuan beku basalt pada bagian
bawahnya. Kerak ini yang menempati
sebagai benua.
b. Kerak samudera, merupakan benda padat
yang terdiri atas endapan di laut pada
bagian atas, kemudian di bawahnya
terdapat Batu-batuan vulkanik dan lapisan
yang paling bawah tersusun atas batuan
beku gabro dan peridotit. Kerak ini
menempati sebagai samudera.
2. Lapisan Sima, yaitu lapisan kulit bumi yang
tersusun atas logam silisium dan magnesium
dalam bentuk senyawa SiO2 dan MgO. Lapisan
ini mempunyai berat jenis yang lebih besar
daripada lapisan sial karena mengandung besi
dan magnesium, yaitu mineral ferromagnesium
dan batuan basalt. Lapisan sima merupakan
bahan yang bersifat elastis dan mempunyai
ketebalan rata-rata 65 Km.
Tenaga Yang Mengubah Bentuk
Permukaan Bumi

Tenaga yang mengubah bentuk permukaan bumi terdiri


dari tenaga endogen dan eksogen.
Tenaga endogen

Merupakan tenaga yang berasal dari dalam bumi.


Tenaga ini dapat memberi bentuk relief di permukaan
bumi. Tenaga endogen ada yang mempunyai sifat
membangun dan ada yang mempunyai sifat merusak.
Tetapi secara umum tenaga endogen bersifat
membangun. Tenaga endogen merupakan kekuatan
yang mendorong terjadinya pergerakan kerak bumi.
Pergerakan ini disebut diastropisme. Adanya tenaga
endogen menyebabkan terjadinya pergeseran kerak
bumi. Pergeseran kerak bumi akan menjadikan
permukaan bumi berbentuk cembung, seperti
pegunungan atau gunung berapi, serta berbentuk
cekung, seperti laut dan danau.
Adapun yang termasuk tenaga endogen meliputi:

1. Vulkanisme

Yang dimaksud dengan vulkanisme adalah


peristiwa yang berhubungan dengan naiknya
magma dari dalam perut bumi. Magma adalah
campuran batu-batuan dalam keadaan cair, liat
serta sangat panas. Aktivitas magma disebabkan
oleh tingginya suhu magma dan banyaknya gas
yang terkandung di dalamnya. Magma ini dapat
berbentuk gas, padat dan cair.
Intrusi magma, adalah aktivitas magma di dalam
lapisan litosfer, memotong atau menyisip
litosfer dan tidak mencapai permukaan bumi.
Intrusi magma disebut juga plutonisme. Ekstrusi
magma adalah kegiatan magma yang mencapai
permukaan bumi. Ekstrusi magma merupakan
kelanjutan dari intrusi magma.
Dilihat dari bentuk dan terjadinya, ada tiga
macam gunung api, yaitu:

a. Gunung Api Maar. Bentuknya seperti danau


kecil (danau kawah). Terjadi karena letusan
eksplosif. Bahannya terdiri dari efflata.
Contohnya gunung Lamongan di Jawa Timur.
b. Gunung Api Kerucut (Strato). Bentuknya
seperti kerucut, terjadi karena letusan dan
lelehan effusif, secara bergantian. Bahannya
berlapis-lapis, sehingga disebut lava gunung
api strato. Jenis ini yang terbanyak terdapat
di Indonesia.
c. Gunung Api Perisai (Tameng). Bentuknya
seperti perisai, terjadi karena lelehan
maupun cairan yang keluar dan membentuk
lereng yang sangat landai. Bahan lavanya
bersifat cair sekali. Sudut kemiringan lereng
antara 1o – 10o. contohnya Gunung Maona
Loa dan Kilanca di Hawaii.

Kuat atau lemahnya ledakan gunung api


tergantung dari: tekanan gas, kedalaman dapur
magma, luasnya dapur magma, dan sifat magma
(cair atau kental).
Enam macam erupsi:

a. Tipe Hawaiian
erupsi yang umumnya berupa semburan
lava pijar seperti air mancur dan pada saat
bersamaan diikuti leleran lava pada celah-
celah gunung berapi atau kepundan.
Semburan ini bisa berlangsung selama
berjam-berjam hingga berhari-hari. Karena
sangat cair, semburan lava ini bisa mengalir
berkilometer-kilometer jauhnya dari puncak
gunung.
Erupsi tipe Hawaiian merujuk pada Gunung
Berapi Kilauea yang terkenal akan semburan
lavanya yang spektakuler. Dua contoh erupsi
jenis ini adalah letusan kawah Kilauea Iki di
puncak Gunung Kilauea (1959) dan letusan
Maula Ulu pada 1969-1974.
b. Tipe Merapi
Letupan tipe ini diambil dari letusan gunung
Merapi. Tipe letusan ini biasanya terjadi
pada gunung api tipe andesit yang
berbentuk kerucut. Fragmen-fragmen
guguran lava terbentuk ketika kubah lava
tidak stabil pada gunung api.
c. Tipe Strombolian
hampir sama dengan Hawaiian berupa
semburan lava pijar dari magma yang
dangkal, umumnya terjadi pada gunung api
sering aktif di tepi benua atau di tengah
benua.
Nama Strombolian diadopsi dari letusan
gunung berapi Stromboli di Italia.
Beberapa letusan gunung berapi di
Indonesia, seperti Gunung Raung di Bali dan
Gunung Sinabung di Sumatera Utara dapat
dikategorikan sebagai tipe Strombolian yang
mengeluarkan lava yang cair tipis, tekanan
gas yang sedang, material padat, gas, serta
cairan.
Letusan tipe ini tidak terlalu kuat, tetapi
bersifat terus menerus, berlangsung dalam
jangka waktu yang lama, serta tak dapat
diperkirakan kapan berakhir.
d. Tipe Vulkanian
erupsi magmatik berkomposisi andesit
basaltik sampai dasit, umumnya
melontarkan bongkahan di sekitar kawah.
Material yang dilontarkan tidak hanya
berasal dari magma tetapi bercampur
dengan batuan samping berupa litik.
Letusan tipe ini dicetuskan Guiseppe
Mercalli yang menyaksikan letupan di Pulau
Vulcano, sebelah utara Italia, tahun 1888-
1890. Letusan ini diawali dengan letusan
freatomagmatik yang menghasilkan suara
dentuman yang sangat keras. Hal ini terjadi
karena adanya interaksi antara magma dan
air di bawah permukaan.
Material yang dihasilkan oleh letusan tipe
Vulcanian lebih luas dibandingkan letusan
tipe Hawaiian dan Strombolian. Letusan tipe
Vulcanian pernah terjadi pada gunung api
Guego (Guatemala, 1944), Augustine
(Alaska, 1976), Sakurajima (Jepang, 1985).
e. Tipe Pelean
Letusan tipe ini dinamai sesuai dengan
letusan Gunung Pelee di Pulau Martinique,
kawasan Karibia, tahun 1902. Jenis erupsi ini
menyerupai letusan Vulkanian, hanya saja
terdapat campuran gabungan lava dan
tingkat gas yang tinggi. Saat erupsi, lava
tersebut cenderung encer dan mengalir
dengan kecepatan tinggi sehingga sangat
membahayakan.
Beberapa contoh letusan tipe Pelean adalah
gunung Hibok-Hibok (1948-1951)
f. Tipe Plinian
merupakan letusan paling eksplosif.
Material yang dilontarkan bisa berupa gas
dan abu setingi 50 kilometer dengan
kecepatan beberapa ratus meter per detik.
Biasanya erupsi tipe Plinian berwujud
seperti jamur. Letusan jenis ini dinamai
sesuai dengan sejarawan Romawi, Pliny,
yang mencatat sejarah meletusnya Gunung
Vesuvius pada tahun 79 Sesudah Masehi.
Letusan tipe Plinian bisa menghilangkan
seluruh puncak gunung, seperti yang terjadi
pada Gunung St Helens pada 1980. Namun,
durasinya cukup singkat, kurang dari sehari
atau beberapa hari. Beberapa gunung berapi
yang mempunyai karakteristik letusan tipe
Planian yaitu Krakatau (Indonesia, 1883) dan
Tambora (Indonesia, 1815).,
Menurut aktivitasnya, gunung api dapat dibagi
menjadi tiga golongan, yaitu:

a. Gunung Api Aktif, yaitu gunung api yang


masih bekerja yang kawahnya selalu
mengeluarkan asap, gempa, dan letusan.
Misalnya gunung Stromboli.
b. Gunung Api Mati, yaitu gunung api yang
sejak tahun 1600 sudah tidak meletus lagi.
Misalnya gunung Patuha, gunung sumbing,
dan sebagainya.
c. Gunung Api Istirahat, yaitu gunung api yang
sewaktu-waktu meletus dan kemudian
istirahat kembali, misalnya gunung Ciremai,
gunung Kelud, dan sebagainya.
Bagian-bagian dari gunung berapi terdiri atas:

a. Kaldera, ialah kawah kepundan yang amat


besar, luas, dan bertebing curam yang ada di
puncak gunung berapi. Kaldera terjadi
sewaktu gunung api meletus dengan hebat
dan sebagian dari puncak gunung api itu
terbang, gugur ke dalam pipa kawah.
b. Saluran Diaterma (Saluran Kepundan), yaitu
lubang besar yang berbentuk pipa panjang
dari puncak ke sumber magma tempat
mengalirnya magma keluar permukaan
bumi.
c. Dapur Magma, yaitu sumber dari kumpulan
magma yang merupakan panas dari kerak
bumi berada.
d. Sill, adalah magma yang masuk di antara dua
lapisan bahan sedimen dan membeku
(intrusi datar).
e. Lakolit, adalah magma yang masuk di antara
batuan sedimen dan menekan ke atas
sampai bagian atas cembung dan bagian
bawah datar.
f. Batolit, adalah magma yang menembus
lapisan batu-batuan dan membeku di
tengah jalan.
g. Gang, yaitu batuan dari intrusi magma yang
memotong lapisan batuan yang berbentuk
pipih atau lempeng.
h. Apofisa, yaitu cabang dari erupsi korok
(gang).
Bahan-bahan yang dikeluarkan oleh gunung
berapi, antara lain:

a. Efflata (Benda Padat).


Menurut asalnya efflata dibagi dua, yakni:
1) efflata allogen: berasal dari batu-batuan
sekitar pipa kawah yang ikut terlempar,
dan
2) efflata antogen: berasal dari magma
sendiri atau disebut juga pyroclastic.

Menurut ukuran, efflata dibedakan atas:

1) bom yaitu batu-batuan besar,


2) lapili yaitu batu-batuan sebesar kacang
atau kerikil,
3) pasir,
4) debu, dan
5) batu apung.
b. Bahan Cair.
Terdiri atas :
1) Lava, yaitu magma yang telah sampai di
luar;
2) Lahar Panas, berupa lumpur panas
mengalir yang terjadi dari magma yang
bercampur air.
3) Lahar Dingin, yaitu lumpur magma yang
telah mendingin.
c. Ekshalasi (Bahan Gas).
Terdiri atas:
1) Solfatara, yaitu gas belerang (H2S) yang
keluar dari dalam lubang;
2) Fumarol, yaitu uap air;
3) Mofet, yaitu gas asam arang (CO2).
Bahaya Gunung Api

Gunung merapi yang sedang meletus sangat


berbahaya karena mengeluarkan:

a. Banjir lahar;
b. Banjir lava;
c. Gelombang pasang;
d. Awan emulsi.

Manfaat gunung api, antara lain :

a. Menyuburkan tanah.
b. Dapat mendatangkan hujan.
c. Memperluas daerah pertanian karena
semburan dan vulkanik
d. Memperbanyak jenis tanaman budi daya.
e. Menyebabkan letak mineral (barang
tambang) dekat dengan permukaan tanah.
f. Menjadi tempat pariwisata dan sanatorium,
karena udaranya yang sejuk.
g. Dapat dimanfaatkan sebagai pusat
pembangkit tenaga listrik (geotermal).

Peristiwa pos vulkanis adalah peristiwa yang


terdapat pada gunung berapi yang sudah mati
atau yang telah meletus. Yang termasuk
peristiwa pos vulkanis adalah :

a. Makdani, adalah mata air mineral yang


biasanya panas. Mata air ini biasanya dapat
dimanfaatkan untuk pengobatan, khususnya
penyakit kulit.
b. Geiser, adalah mata air yang memancarkan
air panas secara periodik. Ada yang
memancar setiap jam, satu hari, sampai satu
minggu. Tinggi pancarannya dapat mencapai
10 – 100 meter.
Peristiwa mengalirnya magma keluar
permukaan bumi disebut dengan erupsi.
Berdasarkan kekuatan letusannya, erupsi
gunung berapi dapat dibedakan atas tiga jenis
yaitu :

a. Erupsi Effusif, yaitu erupsi yang terjadi


dengan sangat lemah, tidak menimbulkan
ledakan2.
b. Erupsi Eksplosif, yaitu erupsi yang terjadi
dengan sangat kuat, disertai dengan
ledakan2 dahsyat.
c. Erupsi Campuran, kekuatan erupsi
campuran tidak sekuat erupsi eksplosif,
namun lebih kuat dari erupsi effusif.
Berdasarkan bentuk dan lokasi dari tempat
keluarnya magma, erupsi dapat dibedakan
menjadi:

a. Erupsi Vent (Erupsi Sentral). Pada erupsi


jenis ini, magma keluar melalui pipa
kepundan gunung api dan jangka waktu
erupsinya pendek.
b. Erupsi Linear (Fissure Eruption). Erupsi jenis
ini tidak melalui lubang kepundan gunung
berapi, melainkan keluar meleleh lewat
retakan2 kerak bumi.
c. Erupsi Areal. Yaitu magma keluar melalui
lubang yang besar, karena magma terletak
sangat dekat dengan permukaan bumi
sehingga magma menghancurkan dapur
magma yang menyebabkan magma meleleh
keluar ke permukaan bumi. Misalnya Yellow
Stone National Park di Amerika Serikat yang
luasnya 10.000 Km2.
Di Indonesia terdapat beberapa deretan
pegunungan, yaitu:

a. Deretan pegunungan Sunda, yaitu deretan


pegunungan yang berjajar dari Pulau
Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku
Selatan dan berakhir di Pulau Banda.
b. Deretan Sirkum Australia, yaitu deretan
pegunungan yang berjajar dari Australia,
ujung timur Pulau Irian, masuk melalui
bagian tengah Irian dengan puncak tertinggi
Jayawijaya.
c. Deretan pegunungan Sangihe, yaitu deretan
pegunungan yang membujur dari Kepulauan
Sangihe (Sulawesi Utara), masuk ke
Minahasa, Teluk Gorontalo (dengan Gunung
Una-Una yang sering meletus) hingga
Sulawesi Selatan.
d. Deretan Pegunungan Halmahera, yaitu
deretan pegunungan yang berderet mulai
dari Pulau Talaut, Pulau Maju dan Tifor di
Maluku Utara, masuk ke Halmahera serta
Pulau Ternate dan Tidore, berbelok ke timur
hingga Kepala Burung
e. Deretan Pegunungan Kalimantan, deretan
ini bermula dari Pulau Palawan (Filipina)
kemudian masuk ke Kalimantan.
2. Seisme (Gempa Bumi)

Gempa bumi adalah getaran pada permukaan


kulit bumi yang disebabkan oleh kekuatan-
kekuatan dari dalam bumi. Timbulnya getaran
ini dikarenakan adanya retakan atau dislokasi
pada kulit bumi. Jika terjadinya getaran karena
adanya retakan di dasar laut, yang kemudian
merambat melalui air laut, maka terjadilah
gempa laut yang dapat mengguncangkan kapal-
kapal dan menimbulkan gelombang pasang yang
mencapai puluhan meter tingginya. Peristiwa ini
disebut dengan tsunami.
Dilihat dari intensitasnya ada dua macam jenis
gempa yaitu:
a. Macroseisme, yaitu gempa yang
intensitasnya besar dan dapat diketahui
tanpa menggunakan alat.
b. Microseisme, yaitu gempa yang
intensitasnya kecil sekali dan hanya dapat
diketahui dengan menggunakan alat
perekam.

Hal Ikhwal mengenai gempa bumi perlu


diselidiki agar akibat yang ditimbulkannya dapat
diramalkan dan upaya penanggulangannya
dapat dilakukan. Ilmu yang mempelajari gempa
bumi, gelombang-gelombang seismik serta
perambatannya disebut seismologi.

Dalam kajian seismologi di perlukaan berbagai


alat. Salah satu alat yang terpenting adalah
seismograf atau alat untuk mencatat gempa.
Ada dua macam seismograf, yaitu:
a. Seismograf Horizontal, yaitu seismograf
yang mencatat getaran bumi pada arah
horizontal.
b. Seismograf Vertikal, yaitu seismograf yang
mencatat getaran bumi pada arah vertikal.

Sumber gempa di dalam bumi disebut dengan


Hiposentrum. Dari hiposentrum ini di teruskan
ke segala arah. Tempat hiposentrum ini ada
yang dalam sekali, dan ada yang dangkal. Di
Indonesia terdapat hiposentrum yang dalamnya
lebih dari 500 Km, contohnya di bawah laut
Flores ± 720 Km. Pusat gempa pada permukaan
kulit bumi di atas hiposentrum disebut dengan
Episentrum. Kerusakan yang terbesar terdapat
di sekitar episentrum. Daerah2 yang mengalami
gempa dapat dibuat peta. Pada peta tersebut
ada beberapa macam garis, yaitu:
a. Homoseiste, yaitu garis yang
menghubungkan tempat2 yang pada saat
yang sama mengalami getaran gempa.
b. Isoseiste, yaitu garis yang menghubungkan
tempat2 yang dilalui oleh gempa yang sama
intensitasnya.
c. Pleistoseiste, yaitu garis yang mengelilingi
daerah yang mendapat kerusakan terhebat
dari gempa bumi.
Gempa bumi merambat melalui tiga macam
getaran, yaitu:
a. Getaran Longitudinal (Merapat
Merenggang). Getaran ini berasal dari
hiposentrum dan bergerak melalui dalam
bumi, kecepatan getarannya sangat cepat,
hingga mencapai 7 sampai 14 Km per jam.
Getaran ini datangnya paling awal dan
merupakan getaran pendahuluan yang
pertama, itulah sebabnya disebut juga
getaran primer. Getaran ini belum
menimbulkan kerusakan
b. Getaran Transversal (Naik-Turun) Getaran
ini asalnya juga dari hiposentrum dan
bergerak juga melalui dalam bumi.
Kecepatan getaran ini antara 4 sampai 7 Km
per jam. Getaran ini datang setelah getaran
longitudinal dan merupakan getaran
pendahuluan kedua yang disebut getaran
sekunder.
c. Getaran Gelombang Panjang. Getaran ini
asalnya dari episentrum dan bergerak
melalui permukaan bumi. Kecepatan
getaran ini antara 3,8 sampai 3,9 Km per
jam. Getaran ini datangnya paling akhir,
tetapi merupakan getaran pokok. Getaran
ini yang menimbulkan kerusakan.

Klasifikasi Gempa

Kita dapat membedakan macam2 gempa bumi


berdasarkan:

a. Hiposentrum gempa atau jarak pusat gempa


yaitu :
1) Gempa Dalam, jika hiposentrumnya
terletak antara 300-700 Km di bawah
permukaan bumi.
2) Gempa Intermidier, jika hiposentrumnya
terletak antara 100-300 Km di bawah
permukaan bumi.
3) Gempa Dangkal, jika hiposentrumnya
terletak dari 100 Km di bawah
permukaan bumi.
b. Atas dasar bentuk episentrumnya,
dibedakan:
1) Gempa Linier, jika episentrumnya
berbentuk garis. Contohnya gempa
tektonik karena bentuknya bisa berupa
daerah patahan.
2) Gempa Sentral, jika episentrumnya
berbentuk titik. Contohnya gempa
vulkanik atau gempa runtuhan.

c. Atas dasar letak episentrum gempa,


dibedakan atas:
1) Gempa Laut, jika episentrumnya terletak
di dasar laut.
2) Gempa Daratan, jika episentrumnya di
daratan.
d. Atas dasar jarak episentrum, gempa
dibedakan atas:
1) Gempa Setempat, jika jarak tempat
gempa terasa sampai ke episentrumnya
kurang dari 10.000 Km.
2) Gempa Jauh, jika episentrum dan
tempat gempa terasa berjarak sekitar
10.000 Km
3) Gempa Sangat Jauh, jika episentrum dan
tempat gempa terasa lebih dari 10.000
Km.
e. Atas dasar peristiwa yang menyebabkan
gempa, dapat dibedakan atas :
1) Gempa Tektonik atau Gempa Dislokasi,
yaitu gempa yang terjadi setelah
terjadinya dislokasi atau karena gerakan
lempeng. Gempa inilah yang dapat
berakibat parah, terutama jika jarak
hiposentrumnya dangkal.
2) Gempa Vulkanik, yaitu gempa yang
terjadi sebelum, pada saat dan sesudah
peristiwa letusan gunung api.
3) Gempa Runtuhan, gempa yang terjadi
akibat runtuhnya bagian atas litosfer,
karena bagian sebelah dalam bumi
berongga. Misalnya gempa di daerah
kapur.
4) Gempa Buatan, yaitu gempa yang
disebabkan oleh perbuatan manusia.
Misalnya gempa yang terjadi akibat
ledakan dinamit yang di gunakan untuk
membuat gua/lubang untuk kegunaan
penggalian atau pertambangan.
Untuk menentukan letak episentrum caranya
sebagai berikut:

Dengan menggunakan hasil pencatatan


seismograf. Cara ini dengan menggunakan 3
seismograf, yaitu satu seismograf vertikal, atau
seismograf horizontal yang berarah utara dan
selatan sedang satu lagi seismograf berarah
timur dan barat.

Dengan menggunakan tiga tempat yang terletak


satu homoseiste. Cara ini dengan menggunakan
seismograf di tiga tempat yang merasakan
getaran gempa pada saat yang sama. Pertama-
tama kita hubungkan tempat seismograf yang
satu homoseiste. Karena tiga seismograf maka
didapat dua garis. Dua garis itu dibuat garis
sumbu, sehingga episentrum terletak pada
pertemuan dua garis sumbu.

Dengan menggunakan tiga tempat yang


mencatat jarak episentrum. Untuk menentukan
jarak episentrum digunakan rumus Laska:
∆ = { (S – P ) } – 1′ x 1.000 Km

∆ = delta = jarak episentrum

S – P = selisih waktu pencatatan gelombang


primer dengan gelombang sekunder dalam
satuan menit.

1′ = satu menit.
Contoh :

Gelombang S tiba pada pukul


10.29’44”, sedang gelombang P tiba
pada pukul 10.25’14”. berapakah jarak
episentrum sebuah seismograf dari
daerah Z ?

Jawab:

{ ( 10.29’44” – 10.25’14” ) } – 1′ x 1.000


Km

= ( 4 1/2 – 1′ ) x 1.000 Km = 3.500 Km.

Sekarang misalnya letak episentrum


dari tiga tempat, yaitu Z = 3.500 Km, Y=
5.250 Km, dan X = 3.750 Km.

Maka cara membuatnya =:

Dibuat perbandingan skala horizontal 1


cm = 1000 Km. maka Z = 3,5 cm, Y =
5,25 cm, X = 3,75 cm.

Buat lingkaran sesuai jari-jari Z,Y,X.


Ketiga lingkaran akan berpotongan
pada satu titik E (episentrum).

Dengan menggunakan lingkaran


isoseiste. Dari laporan secara visual
dapat dibuat tanda2 pada peta yang
kemudian dapat ditentukan beberapa
isoseiste di daerah bencana gempa.
Dengan mengetahui lingkaran atau
elips isoseiste itu dari luar ke arah
dalam, dapat ditentukan tempat
episentrum.
Skala Gempa

Skala MMI (Modified Mercalli Intensity)

I MMI

Getaran tidak dirasakan kecuali dalam


keadaan luar biasa oleh beberapa orang

II MMI

Getaran dirasakan oleh beberapa orang,


benda-benda ringan yang digantung
bergoyang.

III MMI

Getaran dirasakan nyata dalam rumah.


Terasa getaran seakan-akan ada truk
berlalu.

IV MMI

Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak


dalam rumah, di luar oleh beberapa orang,
gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan
dinding berbunyi.

V MMI

Getaran dirasakan oleh hampir semua


penduduk, orang banyak terbangun,
gerabah pecah, barang-barang terpelanting,
tiang-tiang dan barang besar tampak
bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti.

VI MMI

Getaran dirasakan oleh semua penduduk.


Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar,
plester dinding jatuh dan cerobong asap
pada pabrik rusak, kerusakan ringan.

VII MMI

Tiap-tiap orang keluar rumah. Kerusakan


ringan pada rumah-rumah dengan
bangunan dan konstruksi yang baik.
Sedangkan pada bangunan yang
konstruksinya kurang baik terjadi retak-retak
bahkan hancur, cerobong asap pecah.
Terasa oleh orang yang naik kendaraan.

VIII MMI

Kerusakan ringan pada bangunan dengan


konstruksi yang kuat. Retak-retak pada
bangunan degan konstruksi kurang baik,
dinding dapat lepas dari rangka rumah,
cerobong asap pabrik dan monumen-
monumen roboh, air menjadi keruh.

IX MMI

Kerusakan pada bangunan yang kuat,


rangka-rangka rumah menjadi tidak lurus,
banyak retak. Rumah tampak agak
berpindah dari fondamennya. Pipa-pipa
dalam rumah putus.

X MMI

Bangunan dari kayu yang kuat rusak, rangka


rumah lepas dari fondamennya, tanah
terbelah rel melengkung, tanah longsor di
tiap-tiap sungai dan di tanah-tanah yang
curam.

XI MMI

Bangunan-bangunan hanya sedikit yang


tetap berdiri. Jembatan rusak, terjadi
lembah. Pipa dalam tanah tidak dapat
dipakai sama sekali, tanah terbelah, rel
melengkung sekali.

XII MMI

Hancur sama sekali, Gelombang tampak


pada permukaan tanah. Pemandangan
menjadi gelap. Benda-benda terlempar ke
udara.

http://www.bmkg.go.id/gempabumi/skala-
mmi.bmkg
Skala Richter

Skala Richter atau SR didefinisikan sebagai


logaritma (basis 10) dari amplitudo maksimum,
yang diukur dalam satuan mikrometer, dari
rekaman gempa oleh instrumen pengukur
gempa (seismometer) Wood-Anderson, pada
jarak 100 Km dari pusat gempanya. Sebagai
contoh, misalnya kita mempunyai rekaman
gempa bumi (seismogram) dari seismometer
yang terpasang sejauh 100 Km dari pusat
gempanya, amplitudo maksimumnya sebesar 1
mm, maka kekuatan gempa tersebut adalah log
(10 pangkat 3 mikrometer) sama dengan 3,0
skala Richter. Skala ini diusulkan oleh fisikawan
Charles Richter. Persamaan dasar yang
digunakan adalah:
𝐴
𝑀 = log 𝐴 − log 𝐴 (𝛿 ) = log (𝛿)
𝐴
Di mana A adalah ekskursi maksimum dari
seismograf Wood-Anderson

Untuk memudahkan orang dalam menentukan


skala Richter ini, tanpa melakukan perhitungan
matematis yang rumit, dibuatlah tabel
sederhana seperti gambar di samping ini.
Parameter yang harus diketahui adalah
amplitudo maksimum yang terekam oleh
seismometer (dalam milimeter) dan beda waktu
tempuh antara gelombang-P dan gelombang-S
(dalam detik) atau jarak antara seismometer
dengan pusat gempa (dalam kilometer). Dalam
gambar di samping ini dicontohkan sebuah
seismogram mempunyai amplitudo maksimum
sebesar 23 milimeter dan selisih antara
gelombang P dan gelombang S adalah 24 detik
maka dengan menarik garis dari titik 24 detik di
sebelah kiri ke titik 23 mm di sebelah kanan
maka garis tersebut akan memotong skala 5,0.
Jadi skala gempa tersebut sebesar 5,0 skala
Richter.

Skala Richter pada mulanya hanya dibuat untuk


gempa-gempa yang terjadi di daerah California
Selatan saja. Namun dalam perkembangannya
skala ini banyak diadopsi untuk gempa-gempa
yang terjadi di tempat lainnya.

Skala Richter ini hanya cocok dipakai untuk


gempa-gempa dekat dengan magnitudo gempa
di bawah 6,0. Di atas magnitudo itu, perhitungan
dengan teknik Richter ini menjadi tidak
representatif lagi.

Perlu diingat bahwa perhitungan magnitudo


gempa tidak hanya memakai teknik Richter
seperti ini. Kadang-kadang terjadi
kesalahpahaman dalam pemberitaan di media
tentang magnitudo gempa ini karena metode
yang dipakai kadang tidak disebutkan dalam
pemberitaan di media, sehingga bisa jadi antara
instansi yang satu dengan instansi yang lainnya
mengeluarkan besar magnitudo yang tidak
sama.

Skala
Efek Gempa
Richter

Tidak terasa, namun terekam oleh


2.0-2.9
alat

10.0- Terasa dan dapat menghancurkan


10.9 sebuah benua

Sering kali terasa, namun jarang


3.0-3.9
menimbulkan kerusakan

9.0-9.9 Menghancurkan area ribuan mil


< 2.0 Gempa kecil , tidak terasa

Dapat terasa di separuh sisi bumi.


Biasanya hanya terjadi akibat
11.0- tumbukan meteorit raksasa.
11.9 Biasanya disertai dengan
gemuruh. Contohnya tumbukan
meteorit di teluk Chesapeake.

Dapat merusak area hingga jarak


6.0-6.9
sekitar 160 Km

Dapat menyebabkan kerusakan


8.0-8.9 serius hingga dalam area ratusan
mil

Dapat menyebabkan kerusakan


7.0-7.9
serius dalam area lebih luas
Dapat menyebabkan kerusakan
besar pada bangunan pada area
5.0-5.9 yang kecil. Umumnya kerusakan
kecil pada bangunan yang
didesain dengan baik

Dapat diketahui dari bergetarnya


perabot dalam ruangan, suara
4.0-4.9
gaduh bergetar. Kerusakan tidak
terlalu signifikan.

Bisa terasa di seluruh dunia.


Hanya terekam sekali, saat
12.0- tumbukan meteorit di
12.9 semenanjung Yucatan, 65 juta
tahun yang lalu yang
membentuk kawah Chicxulub

> 13.0 Belum pernah terekam


3. Tektonisme

Tektonisme adalah perubahan atau pergeseran


letak lapisan kulit bumi secara mendatar atau
vertikal. Jadi yang dimaksud dengan gerak
tektonik adalah semua gerak naik dan turun
yang menyebabkan perubahan bentuk kulit
bumi. Gerak ini dibedakan lagi menjadi:
a. Gerak Epirogenetik, adalah gerak atau
pergeseran lapisan kulit bumi yang relatif
lambat, berlangsung dalam waktu yang
lama, dan meliputi daerah yang luas.
Ada dua macam gerak epirogenetik, yaitu:
1) Epirogenetik Positif, yaitu gerak
turunnya daratan sehingga terlihat
seakan permukaan air laut naik;
2) Epirogenetik Negatif, yaitu gerak
naiknya daratan sehingga terlihat
seakan permukaan air laut turun.
b. Gerak Orogenetik, adalah gerak atau
pergeseran lapisan kulit bumi yang relatif
lebih cepat dan meliputi daerah yang tidak
begitu luas. Gerak ini disebut juga gerakan
pembentuk pegunungan. Bentuk gerakan
orogenetik dapat dibedakan menjadi :
1) Wraping (Pelengkungan). Pada muka
bumi yang terdapat bentukan jenis ini,
dataran akan melengkung ke atas
sehingga terbentuk suatu kubah atau
yang disebut juga dengan Dome. Hal ini
disebabkan gerak vertikal yang tidak
merata di suatu daerah, khususnya di
daerah yang berbatuan sedimen. Selain
kubah, ada juga yang mengarah ke
bawah hingga membentuk cekungan
atau basin, diameternya dapat
mencapai beberapa mil.
2) Folding (Pelipatan). Pelipatan akan
terjadi apabila struktur batuan pada
suatu daerah menderita suatu tekanan
yang lemah. Namun, berlangsung lama
dan belum melampaui titik patah
batuan sehingga hanya membentuk
lipatan. Bagian puncak suatu lipatan
disebut dengan antiklin, sedangkan
lembahnya disebut dengan sinklin.
3) Jointing (Retakan). Retakan pada muka
bumi terbentuk karena adanya
pengaruh gaya regangan yang mengarah
ke dua arah yang berlawanan pada
muka bumi sehingga terjadi retakan2,
tetapi masih bersambung. Retakan
biasanya terjadi pada batuan yang rapuh
sehingga tenaga yang kecil saja sudah
dapat membuat muka bumi retak2.
Pada umumnya retakan ini ditemukan
pada puncak antiklinal, yang disebut
tektonik joint.
4) Faulting (Patahan). Jika folding atau
pelipatan membentuk muka bumi dalam
waktu yang berlangsung lama maka
faulting atau patahan terjadi karena
tekanan yang kuat dan berlangsung
sangat cepat. Batuan tidak hanya
mengalami retakan, juga mengalami
displacement atau sudah terpisah satu
dengan lainnya. Pada umumnya, daerah
sepanjang patahan merupakan daerah
pusat gempa bumi karena selalu
mengalami pergeseran batuan kerak
bumi. Patahan dapat menyebabkan
turunnya bagian kulit bumi atau yang
disebut dengan graben, atau yang sering
disebut juga dengan slenk. Selain
menyebabkan turunnya bagian kulit
bumi, patahan juga dapat menyebabkan
naiknya kulit bumi. Hal ini terjadi apabila
bagian di antara dua patahan
mengalami pengangkatan sehingga
menjadi lebih tinggi dari daerah
sekitarnya, atau yang biasa disebut
dengan horst.
Prinsip-prinsip Pergeseran Lempeng Litosfer

Seperti yang diuraikan sebelumnya bahwa


litosfer yang tipis berada di atas asthenosfer
yang bersifat cair (plastis). Menurut para ahli
geologi litosfer tersebut terkoyak-koyak di sana-
sini sehingga terpecah-pecah membentuk suatu
kepingan yang disebut lempeng litosfer dan
bergerak akibat adanya arus konveksi di
asthenosfer. Jadi, tanah yang kita injak
sebetulnya bergerak rata-rata sejauh 1 – 10 cm
per tahun. Dengan adanya gerakan tersebut
maka lempeng litosfer saling berdesakan dan
bertumbukan, maka timbul prinsip-prinsip
pergeseran lempeng litosfer, yaitu:

Lempeng litosfer saling bertumbukan


(konvergensi) di mana salah satunya sampai
menyusup di bawah lempeng litosfer lainnya.

Lempeng litosfer saling berpapasan, yang


membentuk sesar mendatar.

Lempeng litosfer saling memisah (divergensi),


yang membentuk pegunungan di tengah
samudera.
Tenaga Eksogen

adalah tenaga yang berasal dari luar bumi, antara lain


berasal dari hujan, panas matahari, angin, aliran air, dan
luncuran gletser serta makhluk hidup. Tenaga eksogen
dapat mengubah bentuk permukaan bumi menjadi
berlubang, berbukit dan bentuk lainnya. Tenaga eksogen
ini bersifat merusak. Artinya menyebabkan terjadinya
kikisan atau erosi, pelapukan, dan pengangkutan
material (mass wasting). Pada prosesnya menghasilkan
bentuk sisa (residual) dan bentuk endapan
(depositional). Tenaga eksogen dapat di bagi menjadi:

1. Weathering (Pelapukan)
Pelapukan adalah segala perubahan dalam
batuan karena pengaruh keadaan cuaca
(misalnya air, suhu). Adanya perbedaan
temperatur yang tinggi dan rendah, sangat besar
pengaruhnya terhadap batu-batuan.
Macam2 jenis pelapukan antara lain:
a. Pelapukan Fisis (Pelapukan Mekanik)
Pelapukan mekanik merupakan pelapukan
batuan yang tidak disertai dengan
perubahan susunan kimia, seperti batuan
yang besar pecah dan berubah menjadi
semakin kecil, selanjutnya sampai halus,
tetapi susunan kimianya sama dengan
batuan induknya. Sebab-sebab pelapukan
mekanis antara lain:
1) Insolasi (pengaruh sinar matahari) dan
perubahan suhu.
2) Pembekuan.
3) Pengerjaan garam.
4) Daya erosi
5) Gelombang laut yang memukul pantai.
b. Pelapukan Kimia
Pelapukan kimia merupakan pelapukan
batuan melalui proses kimia yang disertai
dengan perubahan susunan zat dari mineral
batuan induknya. Contohnya : hancurnya
batuan karena larutan batuan kapur yang
dicampur oleh air hujan yang banyak
mengandung CO2.
c. Pelapukan Biologis (Pelapukan Organik)
Pelapukan organik merupakan pelapukan
batuan yang disebabkan oleh organisme-
organisme (tumbuh-tumbuhan, hewan, dan
manusia). Manusia dapat merusak
ekosistem yang lebih besar lagi, tetapi dapat
juga memelihara ekosistem yang sudah
rusak dan memperbaharui lagi. Pelapukan
organis sebagian masuk pelapukan fisik dan
sebagian masuk pelapukan kimia.
Pelapukan biologis dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu:
1) Pelapukan biologis fisik, misalnya
tekanan akar, merayapnya cacing, dan
sebagainya.
2) Pelapukan biologis kimia, misalnya
pelapukan bunga tanah (humus),
pengerjaan jasad hidup pada batuan,
yaitu dengan jalan mengeluarkan zat-zat
tertentu.
2. Erosi (Pengikisan)
Erosi adalah proses pengikisan permukaan bumi
oleh tenaga yang melibatkan pengangkatan
benda-benda seperti air, es, angin, dan
gelombang arus.
Macam-macam jenis erosi, yaitu:
a. Erosi Air
Air yang mengangkut batu-batuan yang
hancur mempunyai kekuatan mengikis lebih
besar. Peristiwa gesekan pada erosi air
tergantung pada : kecepatan gerak, daya
angkut air, dan keadaan permukaan.
b. Abrasi
adalah pengikisan batuan yang disebabkan
oleh pengerjaan air laut. Besar kecilnya
gelombang atau kecepatan angin, dapat
menimbulkan perubahan bentuk di
sepanjang pantai disebut abrasi platform.
c. Gletser
pengikisan yang disebabkan oleh pengerjaan
es . pengikisan oleh es disebut juga
glasial/eksarasi. Di daerah pegunungan yang
tinggi sering terdapat salju abadi atau es. Es
bergerak turun melalui lereng dan mengikis
dasar lereng gunung serta mendorongnya ke
lembah.
d. Korosi
pengikisan yang disebabkan oleh pengerjaan
angin
3. Sedimentasi (Pengendapan)
Lapisan hasil pelapukan yang terjadi di
permukaan bumi, baik di daratan yang rata
maupun di lereng-lereng bukit, pegunungan
atau gunung dipengaruhi oleh bermacam-
macam kekuatan. Daerah yang terkena
pelapukan maupun yang menerima hasil
pelapukan menghasilkan struktur morfologi
yang berbeda-beda.
Bentukan-bentukan dalam proses pengendapan
atau sedimentasi di daerah pantai antara lain:
a. Pesisir (Beach).Adalah pantai yang terdiri
atas endapan pasir sebagai hasil erosi.
b. Dune Adalah bukit pasir di daerah
pedalaman yang terjadi sebagai akibat
hembusan angin di daerah pasir yang luas.
c. Spit dan Bar. spit adalah material pasir
sebagai proses pengendapan yang terdapat
di muka teluk, berbentuk memanjang, dan
salah satu ujungnya menyatu dengan
daratan. Sedangkan ujung lain terdapat di
laut.
d. Bar adalah penggunungan pasir dan kerikil
yang diendapkan tepat di seberang teluk.
Bila bar ini menghubungkan dua pulau
disebut tambolo.
e. Delta. Adalah bentukan dari proses
pengendapan erosi yang di bawa oleh aliran
sungai di daerah pantai. Dalam proses
sedimentasi/pengendapan ini akan
menghasilkan batuan sedimentasi. Batuan
sedimen juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan tenaga alam yang mengangkut
dan tempat sedimen.

Jenis-jenis sedimentasi:

a. Berdasarkan tenaga alam yang


mengangkutnya
1) Sedimen Akuatis : pengendapan oleh air
2) Sedimen Aeris (Aeolis) : pengendapan
oleh angin
3) Sedimen Glasial : pengendapan oleh es
4) Sedimen Marine : pengendapan oleh air
laut.
b. Berdasarkan tempatnya
1) Teristris : pengendapan di darat
2) Sedimen Fluvial : pengendapan di sungai
3) Sedimen Limnis : pengendapan di rawa2
atau danau
4) Sedimen Marine : pengendapan di laut
5) Sedimen Glasial : pengendapan di
daerah es.

4. Pengangkutan Material (Mass Wasting)


Pengangkutan material (mass wasting) terjadi
karena adanya gaya gravitasi bumi sehingga
terjadi pengangkutan atau perpindahan material
dari satu tempat ke tempat lain. Proses mass
wasting berlangsung dalam empat jenis
pergerakan material.
a. Jenis pergerakan pelan (lambat)
Rayapan merupakan bentuk dari jenis
pergerakan lambat pada proses mass
wasting. Rayapan adalah gerakan tanah dan
puing batuan yang menuruni lereng secara
pelan, dan biasanya sulit untuk diamati
kecuali dengan pengamatan yang cermat.
Rayapan terbagi menjadi beberapa jenis.
1) Rayapan tanah. Yaitu gerakan tanah
menuruni lereng.
2) Rayapan halus. Yaitu gerakan puing
batuan hasil pelapukan pada lereng
curam yang menuruni lereng.
3) Rayapan batuan. Yaitu gerakan blok-
blok secara individual yang menuruni
lereng.
4) Rayapan batuan gletser (rock glatzer
creep). Yaitu gerakan lidah-lidah batuan
yang tercampak.
5) Solifluksi (solifluction). Yaitu aliran pelan
masa batuan yang banyak mengandung
air menuruni lereng di dalam saluran
tertentu.
b. Jenis pergerakan cepat.
Jenis pergerakan ini dapat dibagi sebagai
berikut :
1) Aliran tanah. Yaitu gerakan berlempung
atau berlumpur yang banyak
mengandung air menuruni teras atau
lereng perbukitan yang kemiringannya
kecil.
2) Aliran lumpur. Yaitu gerak puing batuan
yang banyak mengandung air menuruni
saluran tertentu secara pelan hingga
sangat cepat.
3) Gugur puing. Yaitu puing-puing batuan
yang meluncur di dalam saluran sempit
menuruni lereng curam.
c. Longsor lahan (landslide).
Gerakan yang termasuk dalam kategori ini
merupakan jenis yang mudah diamati, dan
biasanya berupa puing massa batuan.
Gerakan tersebut dapat dibagi menjadi:
1) Luncur. Yaitu gerakan penggelinciran
dari satu atau beberapa unit puing
batuan, atau biasanya disertai suatu
putaran ke belakang pada lereng atas di
tempat gerakan tersebut terjadi.
2) Longsor puing. Yaitu peluncuran puing
batuan yang tidak ter padatkan, dan
berlangsung cepat tanpa putaran ke
belakang.
3) Jatuh puing. Yaitu puing batuan yang
jatuh hampir bebas dari suatu
permukaan yang vertikal atau
menggantung.
4) Longsor batu. Yaitu massa batuan yang
secara individu meluncur atau jatuh
menuruni permukaan lapisan atau
sesaran.
5) Jatuh batu. Yaitu blok-blok batuan yang
jatuh secara bebas dari lereng curam,
d. Amblesan (subsidens).
Amblesan yaitu pergeseran tempat ke arah
bawah tanpa permukaan bebas dan tidak
menimbulkan pergeseran horizontal. Hal ini
umumnya terjadi karena perpindahan
material secara pelan-pelan di daerah massa
yang ambles.
5. Denudasi
Adalah proses yang mengakibatkan perendahan
relief daratan akibat longsor, pengerjaan
manusia dan lain sebagainya.
Tanah (Pedosfer)

Tanah (Pedosfer) yaitu suatu benda alam yang


menempati lapisan kulit bumi yang teratas dan terdiri
atas butir tanah, air, udara, sisa tumbuh-tumbuhan dan
hewan, yang merupakan tempat tumbuhnya tanaman.

Sebagai tempat tumbuhnya tanaman, peranan tanah


yaitu sebagai tempat tegaknya tanaman, tempat
menyediakan unsur-unsur makanan, air, dan tempat
menyediakan udara bagi pernapasan akar. Kehidupan
tanaman sangat ditentukan oleh sifat-sifat tanah, yang
merupakan lingkungan hidup sistem perakarannya.
Lapisan Tanah
Dalam garis besarnya lapisan tanah itu dapat dibagi
menjadi empat, yaitu:

1. Lapisan Tanah Atas.


Lapisan ini tebalnya antara 10 cm – 30 cm,
warnanya cokelat sampai kehitam-hitaman,
lebih gembur, yang disebut tanah olah atau
tanah pertanian. Di sini hidup dan berkembang
biak semua jasad hidup tanah dan merupakan
lapisan tanah yang tersubur sebagai tempat
hidupnya tanaman. Warna hitam atau cokelat
dan suburnya tanah disebabkan oleh bunga
tanah.
2. Lapisan Tanah Bawah.
Lapisan tanah kedua ini tebalnya antara 50 cm –
60 cm, lebih tebal daripada lapisan atas,
warnanya kemerah-merahan. Lebih terang atau
lebih muda, dan lebih padat. Lapisan tanah ini
sering disebut dengan tanah cadas atau tanah
keras. Di sini kegiatan jasad hidup berkurang.
Tanaman berumur panjang, yang mempunyai
akar tunggang yang dalam dapat mencapai
lapisan tanah ini.
3. Lapisan Bahan Induk Tanah.
Lapisan tanah ketiga ini warnanya kemerah-
merahan atau kelabu, keputih-putihan. Lapisan
ini dapat pecah dan diubah dengan mudah,
tetapi sukar ditembus oleh akar. Di lereng2
gunung lapisan ini sering kelihatan dengan jelas,
di mana lapisan di atasnya telah hanyut oleh
hujan.
4. Lapisan Batuan Induk.
Lapisan yang keempat ini disebut batuan induk.
Masih merupakan batuan pejal, belum
mengalami proses pemecahan. Inilah
merupakan bahan induk tanah yang mengalami
perubahan beberapa proses dan memakan
waktu yang lama. Di pegunungan sering
kelihatan, tetapi tumbuh-tumbuhan tak dapat
hidup.
Terjadinya Tanah

Tanah terjadi dari batuan induk, kemudian berubah


menjadi bahan induk tanah, dan berangsur-angsur
menjadi lapisan tanah bawah, yang akhirnya
membentuk tanah atas dalam waktu yang lama sekali.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
tanah, yaitu:

1. Sinar matahari
2. Air
3. Udara
4. Tumbuh-tumbuhan
5. Makhluk hidup
6. Jasad hidup dalam tanah.
Struktur Tanah

Tanah terdiri dari butir-butir tanah dari berbagai ukuran.


Bahan tanah yang berukuran lebih dari 2 m disebut
bahan kasar yaitu kerikil sampai batu, sedangkan bahan-
bahan tanah yang lebih halus dapat dibedakan menjadi:
Pasir dengan ukuran 2mm - 50µ, debu dengan ukuran
50µ- 2µ dan lempung dengan ukuran kurang dari 2µ.
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah
berdasarkan perbandingan banyaknya butir-butir pasir,
debu dan lempung.

Tekstur tanah berkaitan dengan kemampuan tanah


untuk menahan air dan juga reaksi kimia tanah. Tanah-
tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan
yang kecil sehingga sulit untuk menahan air maupun
unsur hara. Tanah-tanah yang bertekstur lempung
mempunyai luas permukaan yang besar sehingga
kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara
tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi
kimia daripada tanah yang bertekstur kasar. Tanah-
tanah yang bertekstur halus mempunyai kemampuan
menyimpan air dan hara makanan bagi tanaman.
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-
butir tanah. Gumpalan ini terjadi karena butir-butir
pasir, debu dan lempung terikat satu sama lain oleh
suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi
dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai
bentuk, ukuran dan kemantapan yang berbeda-beda.
Tanah yang dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir
tanah tidak melekat satu sama lain (disebut lepas,
misalnya tanah pasir) atau yang saling melekat menjadi
satu satuan yang padu (kompak) dan disebut masif atau
pejal ( Hardjowigeno, 1987).

Selanjutnya menurut Hardjowigeno (1987), tanah yang


berstruktur baik mempunyai tata udara yang baik,
unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah
diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya
membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan
dengan rapat. Akibatnya pori-pori tanah banyak
terbentuk, di samping itu tanah tidak mudah rusak
sehingga pori-pori tanah tidak cepat tertutup bila terjadi
hujan.
Tekstur Tanah

Tekstur tanah merupakan satu sifat fisik tanah yang


secara praktis dapat dipakai sebagai alat evaluasi atau
jugging ( pertimbangan ) dalam suatu potensi
penggunaan tanah. Tekstur tanah menunjukkan
perbandingan relatif antara Pasir ( sand ) berukuran 2
mm – 50 mikron, debu ( silt ) berukuran 50 – 2 mikron
dan liat ( clay ) berukuran < 2 mikron. Klasifikasi tekstur
ini berdasarkan jumlah partikel yang berukuran < 2 mm.
Jika dijumpai partikel yang > 2 mm dengan jumlah yang
nyata, maka penambahan / penyisipan kata – kata
berkerikil atau berbatu ditambahkan pada nama kelas
tekstur tadi. Sebagai contoh lempung berbatu.

Untuk keperluan pemilihan ada 12 kelas tekstur tanah.


Dan pembagian itu kemudian disederhanakan menjadi 7
kelas yang terdiri dari pasir, lempung kasar, lempung
halus, debu kasar, debu halus, liat debu dan liat sangat
halus. Tekstur merupakan sifat yang sangat penting
karna berpengaruh pada sifat – sifat kimia, fisik dan
biologi tanah. Tanah secara garis besar dapat dibagi
menjadi 2 kelas yaitu tanah bertekstur kasar dan tanah
bertekstur halus.

Tanah bertekstur halus ( dominan liat ) memiliki


permukaan yang lebih halus dibanding dengan tanah
bertekstur kasar ( dominan pasir ). Sehingga tanah –
tanah yang bertekstur halus memiliki kapasitas adsorpsi
unsur – unsur hara yang lebih besar. Dan umumnya
lebih subur dibandingkan dengan tanah bertekstur
kasar. Karna banyak mengandung unsur hara dan bahan
organik yang dibutuhkan oleh tanaman. Tanah
bertekstur kasar lebih porus dan laju infiltrasinya lebih
cepat. Walaupun demikian tanah bertekstur halus
memiliki kapasitas memegang air lebih besar dari pada
tanah pasir karna memiliki permukaan yang lebih luas.
Tanah – tanah berliat memiliki persentase porus yang
lebih banyak yang berfungsi dalam retensi air ( water
retention ). Tanah – tanah bertekstur kasar memiliki
makro porus yang lebih banyak, yang berfungsi dalam
pergerakan udara dan air.

Penetapan tekstur tanah secara garis besar dapat dibagi


dua, yaitu :
1. Penetapan kasar yaitu menurut perasaan di
lapang
2. Penetapan di laboratorium

Penetapan Tekstur Tanah Menurut Perasaan di Lapang.


Penetapan tekstur tanah di lapang dapat dilakukan
dengan cara merasakan atau meremas contoh tanah
antara ibu jari dan telunjuk.

Adapun metodenya adalah sebagai berikut :

1. Ambil segumpal tanah kira-kira sebesar


kelereng, basahi dengan air hingga dapat
ditekan
2. Pijit contoh tanah dengan ibu jari dan telunjuk,
kemudian bentuk seperti benang sambil
dirasakan. Langkah pertama yang perlu
ditetapkan adalah apakah tanah tersebut
bertekstur liat, lempung berliat, lempung atau
pasir.
a. Jika bentukan benang tersebut terbentuk
tapi mudah patah, maka kemungkinan
lempung berliat.
b. Jika tidak terbentuk benang, kemungkinan
lempung berpasir.
c. Jika terasa lembut (halus dan licin) seperti
tepung, maka debu yang dominan. Tetapi
jika terasa berbentuk butir-butir, maka yang
dominan adalah pasir.
3. Untuk menentukan kelas tekstur selanjutnya
dapat digunakan pedoman penetapan tekstur di
lapang seperti di bawah ini.

Jenis tekstur tanah:

1. Pasir (s), Rasa kasar jelas, tidak membentuk bola


dan gulungan serta tidak melekat.
2. Pasir berlumpur (ls), Rasa kasar sangat jelas,
membentuk bola yang mudah sekali hancur
serta sedikit sekali melekat.
3. Lempung berpasir (sl, Rasa kasar agak jelas,
membentuk bola agak keras, mudah hancur
serta melekat.
4. Lempung berdebu (si.l, Rasa licin, membentuk
bola teguh, membentuk pita, lekat.
5. Lempung (l),Rasa tidak kasar dan tidak licin,
membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung
dengan permukaan mengkilap serta melekat.
6. Debu (si), Rasa licin sekali, membentuk bola
teguh, dapat sedikit digulung dengan
permukaan mengkilap serta agak melekat.
7. Lempung berliat (ci.l), Rasa agak kasar,
membentuk bola teguh (kering), membentuk
gulungan jika dipijit, gulungan mudah hancur
serta melekatnya sedang
8. Lempung liat berpasir(s.cl.l), rasa kasar agak
jelas, membentuk bola teguh (kering),
membentuk gulungan jika dipijit, gulungan
mudah hancur serta melekat.
9. Lempung liat berdebu (si.cl.l),Rasa jelas licin,
membentuk bola teguh, gulungan, gulungan
mengkilap serta melekat.
10. Liat berpasir (si.cl),rasa licin agak kasar,
membentuk bola dalam keadaan kering sukar
dipijit, mudah di gulung serta melekat sekali.
11. Liat berdebu (si.cl),Rasa agak licin, membentuk
bola dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah
digulung serta melekat.
12. Liat (cl), Rasa berat membentuk bola baik serta
melekat sekali
13. Liat berat (K),Sama seperti rasa dan sifat tanah
liat, tetapi rasa berat sekali.

Tekstur merupakan sifat yang sangat penting karena


berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik dan biologi
tanah. Tanah secara garis besar dapat dibagi menjadi
dua kelas yaitu tanah bertekstur kasar dan halus. Dan
tekstur kasar dan halus ini pun bisa diklasifikasikan
menjadi beberapa bagian lagi sesuai dengan kandungan
liat, pasir dan debu.

Tanah bertekstur halus ini didominasi oleh tanah liat


dengan tekstur yang lembut dan licin yang memiliki
permukaan yang lebih halus dibandingkan dengan tanah
bertekstur kasar yang biasanya berbentuk pasir.
Sehingga tanah-tanah yang bertekstur halus memiliki
kapasitas dalam proses penyerapan unsur-unsur hara
yang lebih besar dibandingkan dengan tanah yang
bertekstur kasar. Namun, pada tanah bertekstur lembut
ini umumnya lebih subur dibandingkan dengan tanah
bertekstur kasar. Karena banyak mengandung unsur
hara dan bahan organik yang dibutuhkan oleh tanaman
serta mudah dalam menyerap unsur hara.

Sedangkan pada tanah bertekstur kasar lebih porus dan


laju infiltrasinya lebih cepat. Walaupun demikian tanah
bertekstur halus memiliki kapasitas memegang air yang
lebih besar daripada tanah pasir karena memiliki
permukaan yang lebih banyak yang berfungsi dalam
retensi air (water retention). Tanah-tanah bertekstur
kasar memiliki makro porus yang lebih banyak, yang
berfungsi dalam pergerakan udara dan air.

Semakin halus tekstur tanahnya maka kapasitas adsorpsi


menahan unsur – unsur hara lebih besar, dan lebih
banyak mengandung unsur hara dan bahan organik yang
dibutuhkan tanaman, kapasitas memegang air juga lebih
besar sebab memiliki permukaan yang lebih luas.
Sedangkan tanah bertekstur kasar memiliki laju infiltrasi
yang cepat dan lebih porus. Sehingga unsur hara akan
ikut hanyut dan yang tertahan di dalam tanah semakin
sedikit.

Warna Tanah

Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna


komponen penyusun tanah. Warna tanah berhubungan
langsung secara proporsional dari total campuran warna
yang dipantulkan permukaan tanah. Warna tanah sangat
ditentukan oleh luas permukaan spesifik yang dikali
dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap
tanah. Makin luas permukaan spesifik menyebabkan
makin dominan menentukan warna tanah, sehingga
warna butir koloid tanah (koloid anorganik dan koloid
organik) yang memiliki luas permukaan spesifik yang
sangat luas, sehingga sangat mempengaruhi warna
tanah. Warna humus, besi oksida dan besi hidroksida
menentukan warna tanah. Besi oksida berwarna merah,
agak kecokelatan atau kuning yang tergantung derajat
hidrasinya. Besi tereduksi berwarna biru hijau. Kuarsa
umumnya berwarna putih. Batu kapur berwarna putih,
kelabu, dan ada kala berwarna Olive-hijau. Feldspar
berwarna merah. Liat berwarna kelabu, putih, bahkan
merah, ini tergantung proporsi tipe mantel besinya.

Selain warna tanah juga ditemukan adanya warna


karatan (mottling) dalam bentuk spot-spot. Karatan
merupakan warna hasil pelarutan dan pergerakan
beberapa komponen tanah, terutama besi dan mangan,
yang terjadi selama musim hujan, yang kemudian
mengalami presipitasi (pengendapan) dan deposisi
(perubahan posisi) ketika tanah mengalami pengeringan.
Hal ini terutama dipicu oleh terjadinya: (a) reduksi besi
dan mangan ke bentuk larutan, dan (b) oksidasi yang
menyebabkan terjadinya presipitasi. Karatan berwarna
terang hanya sedikit terjadi pada tanah yang rendah
kadar besi dan mangannya, sedangkan karatan
berwarna gelap terbentuk apabila besi dan mangan
tersebut mengalami presipitasi. Karatan-karatan yang
terbentuk ini tidak segera berubah meskipun telah
dilakukan perbaikan drainase.
Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa warna tanah
berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah, karena
warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan
warna permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh
perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi
kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap.
Sedangkan di lapisan bawah, dimana kandungan bahan
organik umumnya rendah, warna tanah banyak
dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe
dalam tanah. Di daerah berdrainase buruk, yaitu di
daerah yang selalu tergenang air, seluruh tanah
berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam
kondisi reduksi (Fe2+). Pada tanah yang berdrainase
baik, yaitu tanah yang tidak pernah terendam air, Fe
terdapat dalam keadaan oksidasi (Fe3+) misalnya dalam
senyawa Fe2O3 (hematit) yang berwarna merah, atau
Fe2O3. 3 H2O (limonit) yang berwarna kuning cokelat.
Sedangkan pada tanah yang kadang-kadang basah dan
kadang-kadang kering, maka selain berwarna abu-abu
(daerah yang tereduksi) didapat pula becak-becak
karatan merah atau kuning, yaitu di tempat-tempat
dimana udara dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi
besi di tempat tersebut. Keberadaan jenis mineral
kuarsa dapat menyebabkan warna tanah menjadi lebih
terang.

Menurut Wirjodihardjo dalam Sutedjo dan


Kartasapoetra (2002) bahwa intensitas warna tanah
dipengaruhi tiga faktor berikut: (1) jenis mineral dan
jumlahnya, (2) kandungan bahan organik tanah, dan (3)
kadar air tanah dan tingkat hidrasi. Tanah yang
mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa
dapat menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis
mineral feldspar menyebabkan beragam warna dari
putih sampai merah. Hematit dapat menyebabkan
warna tanah menjadi merah sampai merah tua. Makin
tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah
makin gelap (kelam) dan sebaliknya makin sedikit
kandungan bahan organik tanah maka warna tanah akan
tampak lebih terang. Tanah dengan kadar air yang lebih
tinggi atau lebih lembap hingga basah menyebabkan
warna tanah menjadi lebih gelap (kelam). Sedangkan
tingkat hidratasi berkaitan dengan kedudukan terhadap
permukaan air tanah, yang ternyata mengarah ke warna
reduksi (gleisasi) yaitu warna kelabu biru hingga kelabu
hijau.

Selain itu, Hanafiah (2005) mengungkapkan bahwa


warna tanah merupakan: (1) sebagai indikator dari
bahan induk untuk tanah yang beru berkembang, (2)
indikator kondisi iklim untuk tanah yang sudah
berkembang lanjut, dan (3) indikator kesuburan tanah
atau kapasitas produktivitas lahan. Secara umum
dikatakan bahwa: makin gelap tanah berarti makin tinggi
produktivitasnya, selain ada berbagai pengecualian,
namun secara berurutan sebagai berikut: putih, kuning,
kelabu, merah, coklat-keabu-abuan, coklat-kemerahan,
coklat, dan hitam. Kondisi ini merupakan integrasi dari
pengaruh: (1) kandungan bahan organik yang berwarna
gelap, makin tinggi kandungan bahan organik suatu
tanah maka tanah tersebut akan berwarna makin gelap,
(2) intensitas pelindihan (pencucian dari horizon bagian
atas ke horizon bagian bawah dalam tanah) dari ion-ion
hara pada tanah tersebut, makin intensif proses
pelindihan menyebabkan warna tanah menjadi lebih
terang, seperti pada horizon eluviasi, dan (3) kandungan
kuarsa yang tinggi menyebabkan tanah berwarna lebih
terang.

Warna tanah ditentukan dengan membandingkan warna


tanah tersebut dengan warna standar pada buku
Munsell Soil Color Chart. Diagram warna baku ini
disusun tiga variabel, yaitu: (1) hue, (2) value, dan (3)
chroma. Hue adalah warna spektrum yang dominan
sesuai dengan panjang gelombangnya. Value
menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai dengan
banyaknya sinar yang dipantulkan. Chroma
menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna
spektrum. Chroma didefinisikan juga sebagai gradasi
kemurnian dari warna atau derajat pembeda adanya
perubahan warna dari kelabu atau putih netral (0) ke
warna lainnya (19).
Hue dibedakan menjadi 10 warna, yaitu: (1) Y (yellow =
kuning), (2) YR (yellow-red), (3) R (red = merah), (4) RP
(red-purple), (5) P (purple = ungu), (6) PB (purple-
brown), (7) B (brown = coklat), (8) BG (grown-gray), (9) G
(gray = kelabu), dan (10) GY (gray-yellow). Selanjutnya
setiap warna ini dibagi menjadi kisaran hue sebagai
berikut: (1) hue = 0 – 2,5; (2) hue = 2,5 – 5,0; (3) hue =
5,0 – 7,5; (4) hue = 7,5 – 10. Nilai hue ini dalam buku
hanya ditulis: 2,5 ; 5,0 ; 7,5 ; dan 10.

Berdasarkan buku Munsell Saoil Color Chart nilai Hue


dibedakan menjadi: (1) 5 R; (2) 7,5 R; (3) 10 R; (4) 2,5 YR;
(5) 5 YR; (6) 7,5 YR; (7) 10 YR; (8) 2,5 Y; dan (9) 5 Y, yaitu
mujlai dari spektrum dominan paling merah (5 R) sampai
spektrum dominan paling kuning (5 Y), selain itu juga
sering ditambah untuk warna-warna tanah tereduksi
(gley) yaitu: (10) 5 G; (11) 5 GY; (12) 5 BG; dan (13) N
(netral).

Value dibedakan dari 0 sampai 8, yaitu makin tinggi


value menunjukkan warna makin terang (makin banyak
sinar yang dipantulkan). Nilai Value pada lembar buku
Munsell Soil Color Chart terbentang secara vertikal dari
bawah ke atas dengan urutan nilai 2; 3; 4; 5; 6; 7; dan 8.
Angka 2 paling gelap dan angka 8 paling terang.

Chroma juga dibagi dari 0 sampai 8, dimana makin tinggi


chroma menunjukkan kemurnian spektrum atau
kekuatan warna spektrum makin meningkat. Nilai
chroma pada lembar buku Munsell Soil Color Chart
dengan rentang horisontal dari kiri ke kanan dengan
urutan nilai chroma: 1; 2; 3; 4; 6; 8. Angka 1 warna tidak
murni dan angka 8 warna spektrum paling murni.

Pencatatan warna tanah dapat menggunakan buku


Munsell Soil Color Chart, sebagai contoh:

(1) Tanah berwarna 7,5 YR 5/4 (coklat), yang berarti


bahwa warna tanah mempunyai nilai hue = 7,5 YR, value
= 5, chroma = 4, yang secara keseluruhan disebut
berwarna coklat.

(2) Tanah berwarna 10 R 4/6 (merah), yang berarti


bahwa warna tanah tersebut mempunyai nilai hue =10
R, value =4 dan chroma = 6, yang secara keseluruhan
disebut berwarna merah.

Selanjutnya, jika ditemukan tanah dengan beberapa


warna, maka semua warna harus disebutkan dengan
menyebutkan juga warna tanah yang dominannya.
Warna tanah akan berbeda bila tanah basah, lembap,
atau kering, sehingga dalam menentukan warna tanah
perlu dicatat apakah tanah tersebut dalam keadaan
basah, lembap, atau kering.

Jenis Tanah

Jenis-jenis tanah, yaitu: (https://ilmugeografi.com/ilmu-


bumi/tanah)

1. Tanah Aluvial
Tanah Aluvial merupakan tanah endapan,
dibentuk dari lumpur dan pasir halus yang
mengalami erosi tanah. Banyak terdapat di
dataran rendah, di sekitar muara sungai, rawa-
rawa, lembah-lembah, maupun di kanan kiri
aliran sungai besar. Tanah ini banyak
mengandung pasir dan liat, tidak banyak
mengandung unsur-unsur zat hara. Ciri-cirinya
berwarna kelabu dengan struktur yang sedikit
lepas-lepas dan peka terhadap erosi. Kadar
kesuburannya sedang hingga tinggi tergantung
bagian induk dan iklim. Di Indonesia tanah
aluvial ini merupakan tanah yang baik dan
dimanfaatkan untuk tanaman pangan (sawah
dan palawija) musiman hingga tahunan.
Gerakan geologi air di permukaan tanah yang
sumber airnya berasal dari lapisan atmosfer atau
hujan atau mata air, akan mengalir ke tempat
yang lebih rendah. Dalam perjalanan, air
menjalankan proses geologis. Air yang bergerak
dari dataran tinggi, yang semula sangat sedikit
dan akan semakin banyak berkumpul di daerah
lereng dan lembah. Dan pada tempat datar arus
akan melemah dan akan terjadi proses
pengendapan unsur-unsur. Bila bahan yang di
bawa hanyut air itu mengendap di dasar tebing
sehingga terbentuk onggokan yang berbaris-
baris maka bahan itu disebut diluvium
(collivium). Pergerakan air akan melebar seolah
merupakan lembaran yang tipis dan merata di
permukaan tanah, akan mencari celah-celah
bukit dan berkumpul membentuk alur air yang
kecil dan beberapa alur tersebut berkumpul di
bagian bawah akan membentuk parit-parit
sehingga akan membentuk jaringan dan
membuat sungai kecil. Bila bahan ini terangkut
oleh gerakan air sampai ke saluran sungai dan
diendapkan di sana, disebut Aluvium.
Sifat dari tanah Aluvial ini kebanyakan
diturunkan dari bahan-bahan yang diangkut dan
diendapkan. Teksturnya berkaitan dengan laju
air mendepositkan Aluvium. Oleh karenanya,
tanah ini cenderung bertekstur kasar yang dekat
aliran air dan bertekstur lebih halus di dekat
pinggiran luar paparan banjir. Secara mineralogi,
jenis-jenis tanah ini berkaitan dengan tanah
yang bertindak sebagai sumber Aluvium.
Endapan-endapan aluvial baik yang diendapkan
oleh sungai maupun diendapkan oleh laut, pada
umumnya mempunyai susunan mineral seperti
daerah di atasnya tempat bahan-bahan
bersangkutan diangkut dan diendapkan.
Terdapat perbedaan sifat morfologis pada tanah
Aluvial yang di persawahan dengan tanah yang
tidak di persawahan. Perbedaan yang sangat
nyata dapat dijumpai pada epipedonnya,
dimana pada epipedon yang tidak pernah di
persawahan berstruktur granular dan warna
coklat tua (10 YR 4/3). Sedangkan epipedon
tanah Aluvial yang di persawahan tidak
berstruktur dan berwarna berubah menjadi
kelabu. Tanah Aluvial yang lahannya sering
menjadi penyebab banjir dan mengalami
endapan marine akibat adanya pasang surut air
laut, dianggap masih muda dan belum ada
perbedaan horizon. Endapan aluvial yang sudah
tua dan menampakkan akibat pengaruh iklim
dan vegetasi tidak termasuk inceptisol, mungkin
lebih berkembang.
Ciri-ciri tanah aluvial:
a. Tekstur bahan yang diendapkan pada
tempat dan waktu yang sama akan lebih
seragam. Makin jauh dari sumbernya
semakin halus butir yang diangkut.
b. Tanah Aluvial mempunyai kelebihan agregat
tanah yang di dalamnya terkandung banyak
bahan organik sekitar setengah dari
kapasitas tukar katio (KTK), berasal dari
bahan-bahan sumber hara tanaman.
c. Dan di samping itu juga, bahan organik
merupakan sumber energi dari sebagian
besar organisme tanah, dalam memainkan
peranannya bahan organik sangat
dibutuhkan oleh sumber dan susunannya.

Tanah Aluvial mengalami proses pencucian


selama bertahun-tahun. Tanah ini ditandai
dengan memiliki kandungan bahan organik yang
tinggi. Vegetasi kebanyakan lumut yang tumbuh
rendah. Tumbuhan tumbuh dengan lambat,
tetapi suatu lahan yang rendah menghambat
dekomposisi bahan organik sehingga
menghasilkan tanah yang mengandung bahan
organik dan KTK yang tinggi. Tanah Aluvial
berwarna kelabu muda dengan sifat fisik jika
kering akan keras dan pejal dan lekat jika basah.
Kaya akan kandungan fosfor yang mudah larut
dalam sitrat 2% mengandung 5% CO2 dan
tepung kapur yang halus dan juga berstruktur
pejal yang dalam keadaan kering dapat pecah
menjadi fragmen berbentuk persegi sedang sifat
kimiawinya sama dengan bahan asalnya.
Kadar fosfor yang ada dalam tanah Aluvial
ditentukan oleh banyak atau sedikitnya
cadangan mineral yang mengandung fosfor dan
tingkat pelapukannya. Permasalahan fosfor ini
meliputi beberapa hal, yaitu peredaran fosfor di
dalam tanah, bentuk-bentuk fosfor tanah, dan
ketersediaan fosfor. Tingkat kesuburan tanah
aluvial sangat tergantung dengan bahan induk
dan iklim. Suatu kecenderungan
memperlihatkan bahwa di daerah beriklim basa
P dan K relatif rendah dan pH lebih rendah dari
6,5. daerah-daerah dengan curah hujan rendah
di dapat kandungan P dan K lebih tinggi dan
netral.

Persebaran jenis tanah aluvial terdapat hampir


di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki
sungai-sungai besar seperti di pulau Jawa,
Sumatra, Halmahera, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Sulawesi dan Papua bagian
selatan (Sungai Bengawan Solo, Sungai Opak,
Sungai Glagah).

2. Tanah Andosol

Kata Andosol berasal dari bahasa jepang,


terbentuk dari dua kata (An = Hitam ; do =
Tanah), jadi definisi andosol yaitu jenis -jenis
tanah berwarna hitam. Menurut ilmu tanah,
tanah dengan warna hitam adalah tanah
vulkanis yang berasal dari gunung berapi.
Penamaan andosol tidaklah sama untuk setiap
negara, seperti contoh di jepang disebut dengan
nama Kurobokudo yang selanjutnya berubah
nama menjadi Ando soils sejak tahun 1947 oleh
ahli dari Amerika Serikat. Selain itu terdapat
pula istilah Volcanogeneous loams, Prairie-like
brown forest dan Allophane soils untuk
menyebutkan Andosol di jepang.

Di Selendia Baru, tanah Andosol disebut dengan


nama Yellow brown loams dan Yellow brown
pumice, sementara itu di negara Kongo disebut
dengan nama Sols bruns tropicaux sur materiaux
volcaniques, Kanada menyebutnya dengan
nama Acid brown forest soils dan Chile dikenal
dengan nama Trumao soils atau Humic
allophane soils.

Pengertian tanah andosol menurut Balai Besar


Penelitian dan Pengembangan Sumber daya
Lahan Pertanian adalah sebuah tanah yang
memiliki horizon A molik atau horizon A umbrik
yang biasanya berada di atas horizon B kambik
yang terdiri atas fraksi tanah halus dan sebagian
besar tersusun atas abu vulkanik, bahan
piroklastik vitrik lainnya.
Tanah andosol merupakan salah satu jenis tanah
vulkanik dimana terbentuk karena adanya
proses vulkanisme pada gunung berapi. Tanah
ini sangat subur dan baik untuk tanaman.
Warna dari tanah andosol coklat keabu-abuan.
Tanah ini sangat kaya dengan mineral, unsur
hara, air dan mineral sehingga sangat baik untuk
tanaman. Tanah ini sangat cocok untuk segala
jenis tanaman yang ada di dunia. persebaran
tanah andosol biasanya terdapat di daerah yang
dekat dengan gunung berapi.
Di Indonesia sendiri yang merupakan daerah
cincin api banyak terdapat tanah andosol seperti
di daerah Jawa, bali, Sumatera dan nusa
tenggara.

3. Tanah Entisol
Tanah entisol merupakan tanah yang masih
sangat muda, yaitu baru dalam proses tingkat
permulaan dalam perkembangannya, (Kata Ent
berarti recent atau baru). Entisol dicirikan oleh
bahan mineral tanah yang belum membentuk
horizon pedogenik yang nyata.
Entisol terjadi di bagian lapisan atmosfer di
daerah dengan bahan induk dari pengendapan
material baru atau di daerah-daerah tempat laju
erosi atau pengendapan lebih cepat daripada
laju perkembangan tanah. Seperti lereng curam,
dataran banjir dan dunes. Kriteria utama ordo
entisol adalah tidak-adanya organisasi material
tanah. Tanah-tanah ini menunjukkan sedikit
(tidak-ada) perkembangan struktur atau horizon
dan menyerupai material dalam timbunan pasir
segar.
Ciri umum Entisol adalah tidak adanya
perkembangan profil yang nyata. Jenis-jenis
tanah pada Entisol memiliki kejenuhan basa
bervariasi dari asam, netral sampai alkali,
kapasitas tukar kation < 20, tekstur kasar
berkadar bahan organik dan N lebih rendah
dibandingkan dengan tanah yang bertekstur
halus, hal ini disebabkan oleh karena kadar air
yang rendah dan kemungkinan oksidasi yang
lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar
juga penambahan alamiah dari sisa bahan
organik dari pada tanah yang lebih halus.
Meskipun tanah ini kaya akan unsur hara kecuali
N akan tetapi unsur ini belum mengalami
pelapukan. Untuk mempercepat pelapukan
diperlukan pemupukan bahan organik, pupuk
kandang dan pupuk hijau.

4. Tanah Grumusol

Tanah grumusol merupakan tanah yang


terbentuk dari batuan induk kapur dan tuffa
vulkanik yang umumnya bersifat basa sehingga
tidak ada aktivitas organik di dalamnya. Hal
inilah yang menjadikan tanah ini sangat miskin
hara dan unsur organik lainnya. Sifat kapur itu
sendiri yaitu dapat menyerap semua unsur hara
di tanah sehingga kadar kapur yang tinggi dapat
menjadi racun bagi tumbuhan.
Tanah grumusol masih membawa sifat dan
karakteristik seperti batuan induknya. Pelapukan
yang terjadi hanyalah mengubah fisik dan
tekstur unsur seperti Ca dan Mg yang
sebelumnya terikat secara rapat pada batuan
induknya menjadi lebih longgar yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti
cuaca, iklim, air dan lainnya. Terkadang pada
tanah grumusol terjadi konkresi kapur dengan
unsur kapur lunak dan terus berkembang
menjadi lapisan yang tebal dan keras.
5. Tanah Vulkanis, yaitu tanah yang berasal dari
bahan-bahan yang dikeluarkan oleh letusan
gunung berapi. Tanah ini terdapat banyak di
sekitar gunung berapi.
6. Tanah Kapur, yaitu tanah yang tembus air, tanah
ini kurang subur, dan banyak terdapat di
pegunungan kapur.
7. Tanah Laterit, yaitu tanah vulkanis yang telah
kena proses pelarutan karena hujan yang banyak
serta suhu yang tinggi, sehingga warnanya dari
kelabu berubah menjadi kemerah-merahan.
8. Tanah Padzol, yaitu tanah vulkanis yang terkena
hujan banyak, tetapi dengan suhu yang rendah,
dan banyak terdapat di daerah pegunungan.
Warnanya kekuning-kuningan.
9. Tanah Margalit, yaitu tanah yang terjadi dari
batuan yang banyak mengandung kapur dengan
pengaruh hujan yang tidak merata sepanjang
tahun, sehingga warnanya berubah menjadi
hitam.
10. Tanah Terrarosa, yaitu tanah yang terbentuk
karena hasil pelarutan batuan kapur, tanah ini
banyak ditemukan di dasar-dasar lembah dan
dolina-dolina pegunungan kapur.
11. Tanah Liat, yaitu jenis tanah yang memiliki
butiran yang halus, dan bentuknya berupa
lempeng sifat dari tanah ini, bila kena air sangat
lekat dan jika kering menjadi keras dan pecah-
pecah.
12. Tanah Napal, yaitu tanah liat yang tercampur
dengan batu kapur.
13. Tanah Kaolin, yaitu jenis tanah liat yang baik
untuk membuat barang-barang keramik.
14. Tanah Rawang (organosol), yaitu tanah yang
terbentuk dari sisa tumbuh-tumbuhan dan
terdapat di daerah yang berpaya-paya dan selalu
tergenang air.
15. Tanah Padas, yaitu tanah yang padat, akibat
mineral-mineral yang dikeluarkan oleh air dari
lapisan bagian atas tanah.
16. Tanah Pasir, yaitu tanah yang berasal dari batu
pasir yang telah melapuk. Tanah ini sangat
miskin dan kadar air di dalamnya sangat sedikit.
Tanah pasir yang terdapat di pantai-pantai pasir
disebut sand dune. Contohnya pantai
Parangtritis, Yogyakarta.
17. Tanah Humus (Bunga Tanah), yaitu tanah yang
terjadi dari tumbuh-tumbuhan yang telah
membusuk. Tanah yang mengandung humus
bersifat sangat subur dan umumnya berwarna
hitam.
18. Tanah Lempung (debu), Yaitu tanah yang tidak
mudah merembaskan air. Tanah lempung lebih
berat daripada tanah pasir, tetapi lebih ringan
daripada tanah liat. Butir-butirnya lebih halus
daripada tanah pasir, tetapi lebih longgar
daripada tanah liat.

Tingkatan-tingkatan dalam Proses Perubahan Tanah:


1. Stadium Embrional : tanah yang masih berupa
batuan segar.
2. Stadium Yuvernil : tanah muda remaja yang
belum begitu produktif.
3. Stadium Veriil : tanah dewasa yang produktif
4. Stadium Seriil : tanah sudah tua dan kurang
produktif.

Macam-macam
Metode Konservasi Tanah

Teknologi yang diterapkan pada setiap macam


penggunaan tanah akan menentukan apakah akan
didapat penggunaan dan produksi yang lestari pada
sebidang tanah. Metode konservasi tanah dan air dapat
dibagi dalam tiga golongan, yaitu:

1. Metode Vegetatif
Metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan
lahan miring dengan menggunakan tanaman
sebagai sarana konservasi tanah (Seloliman,
1997). Tanaman penutup tanah ini selain untuk
mencegah atau mengendalikan bahaya erosi
juga dapat berfungsi memperbaiki struktur
tanah, menambahkan bahan organik tanah,
mencegah proses pencucian unsur hara dan
mengurangi fluktuasi temperatur tanah.
Metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air
termasuk antara lain: penanaman penutup
lahan (cover crop) berfungsi untuk menahan air
hujan agar tidak langsung mengenai permukaan
tanah, menambah kesuburan tanah (sebagai
pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh
air dan mempertahankan tingkat produktivitas
tanah (Seloliman, 1997).
Penanaman rumput kegunaannya hampir sama
dengan penutup tanah, tetapi mempunyai
manfaat lain, yakni sebagai pakan ternak dan
penguat teras. Cara penanamannya dapat
secara rapat, barisan maupun menurut kontur.
Penggunaan sisa tanaman untuk konservasi
tanah dapat berbentuk mulsa atau pupuk hijau.
Dengan mulsa maka daun atau batang
tumbuhan disebarkan di atas permukaan tanah,
sedangkan dengan pupuk hijau maka sisa-sisa
tanaman tersebut dibenamkan ke dalam tanah
(Arsyad, 1989).
Syarat-syarat dari tanaman penutup tanah,
antara lain:
a. Dapat berkembang dan daunnya
banyak.
b. Tahan terhadap pangkasan.
c. Mudah diperbanyak dengan
menggunakan biji.
d. Mampu menekan tanaman pengganggu.
e. Akarnya dapat mengikat tanah, bukan
merupakan saingan tanaman pokok.
f. Tahan terhadap penyakit dan
kekeringan.
g. Tidak berduri dan bersulur yang
membelit.

Selain dengan penanaman tanaman penutup


tanah (cover crop), cara vegetatif lainnya adalah:
a. Tanaman dengan lajur berselang-seling,
pada ke lerengan 6 – 10 % dengan
tujuan:
1) Membagi lereng agar menjadi
lebih pendek.
2) Dapat menghambat atau
mengurangi laju aliran
permukaan.
3) Menahan partikel-partikel tanah
yang terbawa oleh aliran
permukaan.

Tipe-tipe tanaman lajur berseling


adalah:

1) Contours strip cropping, adalah


penanaman berselang
berdasarkan garis kontur.
2) Field strip cropping, digunakan
untuk ke lerengan yang tidak
bergelombang dengan jalur
dapat melewati garis kontur,
tetapi tanaman tidak melewati
garis kontur.
3) Wind strip cropping, digunakan
pada lahan yang datar atau ke
lerengan yang tidak tajam
dengan jalur tanaman tegak
lurus arah angin, sehingga
kadang-kadang arah alur searah
dengan ke lerengan.
4) Buffer strip cropping, adalah
lajur tanaman yang diselingi
dengan lajur rumput atau
legume sebagai penyangga.
b. Menanam secara kontur (Contours
planting), dilakukan pada ke lerengan 15
– 18 % dengan tujuan untuk
memperbesar kesempatan meresapnya
air sehingga run off berkurang.
c. Pergiliran tanaman (crop rotation).
d. Reboisasi atau penghijauan.
e. Penanaman saluran pembuang dengan
rumput dengan tujuan untuk melindungi
saluran pembuang agar tidak rusak.
2. Metode mekanik
Cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan
tegalan (tanah darat) dengan menggunakan
sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai
sarana konservasi tanahnya. Tujuannya untuk
memperlambat aliran air di permukaan,
mengurangi erosi serta menampung dan
mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman,
1997).
Termasuk dalam metode mekanik untuk
konservasi tanah dan air di antaranya
pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah
setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang
diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah
yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan
pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan
tempat tumbuh bibit, menciptakan daerah
perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa
tanaman dan memberantas gulma (Arsyad,
1989).
Pengendalian erosi secara teknis-mekanis
merupakan usaha-usaha pengawetan tanah
untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang
di daerah lahan pertanian dengan cara mekanis
tertentu. Sehubungan dengan usaha-usaha
perbaikan tanah secara mekanik yang ditempuh
bertujuan untuk memperlambat aliran
permukaan dan menampung serta melanjutkan
penyaluran aliran permukaan dengan daya
pengikisan tanah yang tidak merusak.
Pengolahan tanah menurut kontur adalah setiap
jenis pengolahan tanah (pembajakan,
pencangkulan, pemerataan) mengikuti garis
kontur sehingga terbentuk alur-alur dan jalur
tumpukan tanah yang searah kontur dan
memotong lereng. Alur-alur tanah ini akan
menghambat aliran air di permukaan dan
mencegah erosi sehingga dapat menunjang
konservasi di daerah kering. Keuntungan utama
pengolahan tanah menurut kontur adalah
terbentuknya penghambat aliran permukaan
yang memungkinkan penyerapan air dan
menghindari pengangkutan tanah. Oleh sebab
itu, pada daerah beriklim kering pengolahan
tanah menurut kontur juga sangat efektif untuk
konservasi ini.
Pembuatan teras adalah untuk mengubah
permukaan tanah miring menjadi bertingkat-
tingkat untuk mengurangi kecepatan aliran
permukaan dan menahan serta menampungnya
agar lebih banyak air yang meresap ke dalam
tanah melalui proses infiltrasi (Sarief, 1986).
Menurut Arsyad (1989), pembuatan teras
berfungsi untuk mengurangi panjang lereng dan
menahan air sehingga mengurangi kecepatan
dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan oleh tanah, dengan
demikian erosi berkurang.
3. Metode kimia
Kemantapan struktur tanah merupakan salah
satu sifat tanah yang menentukan tingkat
kepekaan tanah terhadap erosi. Yang dimaksud
dengan cara kimia dalam usaha pencegahan
erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil conditioner
atau bahan-bahan penguat tanah dalam hal
memperbaiki struktur tanah sehingga tanah
akan tetap resistant terhadap erosi
(Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).
Bahan kimia sebagai soil conditioner mempunyai
pengaruh yang besar sekali terhadap stabilitas
agregat tanah. Pengaruhnya berjangka panjang
karena senyawa tersebut tahan terhadap
mikroba tanah. Permeabilitas tanah dipertinggi
dan erosi berkurang. Bahan tersebut juga
memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim
pada tanah liat yang berat (Arsyad, 1989).
Penggunaan bahan-bahan penguat tanah bagi
lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang
baru dibuka sesungguhnya sangat diperlukan
mengingat:
a. Lahan-lahan bukaan baru kebanyakan masih
merupakan tanah-tanah virgin yang
memerlukan banyak perlakuan agar dapat
didayagunakan dengan efektif.
b. Pada waktu penyiapan lahan tersebut telah
banyak unsur-unsur hara yang terangkat.
c. Pengerjaan lahan tersebut menjadi lahan
yang siap untuk kepentingan perkebunan,
menyebabkan banyak terangkut atau
rusaknya bagian top soil, mengingat
pekerjaannya menggunakan peralatan-
peralatan berat seperti traktor, bulldozer
dan alat-alat berat lainnya.
Batuan

Batuan kulit bumi dapat dibagi menjadi tiga golongan,


yaitu: 1) Batuan Beku, 2) Batuan Sedimen, 3) Batuan
Metamorf (malihan)

1. Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari
magma pijar yang mendingin menjadi padat.
Berdasarkan tempat pendinginannya ada tiga
macam batuan beku, yaitu:
a. Batuan Beku Dalam.
Batuan ini disebut juga batuan beku plutonik
(batuan beku abyssis), terjadinya jauh di
bawah permukaan bumi, berasal dari
magma yang mendingin. Pendinginan sangat
lambat, sehingga berlangsungnya proses
kristalisasi sangat leluasa. Oleh karena itu,
batuan beku dalam terdiri atas kristal2
penuh, mempunyai struktur (susunan)
holokristalin atau granitis. Contohnya : batu
granit, diorit, gabro dan syenite.

b. Batuan Korok.
Batuan ini terbentuk di dalam korok-korok
atau gang-gang di dalam kulit bumi. Karena
tempatnya dekat permukaan,
pendinginannya lebih cepat. Itulah sebabnya
batuan ini terdiri dari Kristal besar, Kristal
kecil, dan bahkan ada yang tidak
mengkristal, yaitu bahan amorf. Contohnya :
granit porfir dan diorit porfirit.
c. Batuan Leleran/Beku Luar.
Batuan ini terbentuknya di luar kulit bumi,
sehingga turunnya temperatur cepat sekali.
Zat-zat dari magma hanya dapat
membentuk kristal-kristal kecil, dan
sebagian ada yang sama sekali tidak dapat
mengkristal. Contohnya : liparit dan batu
apung.
2. Batuan Sedimen
Bila batuan beku lapuk, bagian- bagiannya yang
lepas mudah diangkut oleh air, angin, atau es
dan diendapkan di tempat lain. Batuan yang
mengendap ini disebut batuan sedimen. Batuan
ini mula2 lunak, tetapi lama-kelamaan menjadi
keras karena proses pembatuan.
a. Dilihat dari perantaranya batuan sedimen
dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
1) Batuan Sedimen Aeris atau Aeolis.
Pengangkut batuan ini adalah angin,
contohnya: tanah los, tanah turf, dan
tanah pasir di gurun.
2) Batuan Sedimen Glasial. Pengangkutan
batuan ini adalah es. Contohnya :
moraine (moraine).
3) Batuan Sedimen Akuatis. Pengangkutan
batuan ini adalah air. Contohnya: Breksi
(Brecci) adalah batuan sedimen yang
terdiri dari batu-batuan yang bersudut
tajam yang sudah melekat satu sama
lain. Konglomerat adalah batuan
sedimen yang terdiri dari batu-batuan
yang bulat-bulat yang sudah melekat
satu dengan yang lainnya. Batu Pasir
adalah batuan sedimen yang berbutir-
butir dan melekat satu sama lain.
b. Dilihat dari tempat pengendapannya ada
tiga macam batuan sedimen, yaitu:
1) Batuan Sedimen Lakustre. Adalah
batuan sedimen yang diendapkan di
danau. Contohnya : turf danau, tanah
liat danau.
2) Batuan Sedimen Kontinental. Adalah
batuan sedimen yang diendapkan di
daratan. Contohnya : tanah los, tanah
gurun pasir.
3) Batuan Sedimen Marine. Adalah batuan
sedimen yang diendapkan di laut.
Contohnya : lumpur biru di pantai,
endapan radiolarian di laut dalam dan
lumpur merah.
3. Batuan Metamorf (malihan)
Batuan ini merupakan batuan yang telah
mengalami perubahan yang dahsyat secara
kimiawi. Asalnya dapat dari batuan beku atau
batuan sedimen. Batuan metamorf dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Batuan Metamorf Kontak Batuan ini terjadi
akibat suhu yang sangat tinggi. Biasanya
terletak dekat dengan dapur magma.
Contohnya : marmer, dan batu bara.
b. Batuan Metamorf Dinamo. Batuan ini terjadi
karena tekanan yang tinggi dan dalam waktu
yang lama, disebut juga metamorf kinetik.
Contohnya: batu asbak, antrasit, schist dan
shale.
c. Batuan Metamorf Pneumatolitis Kontak
Terjadi karena pengaruh suhu yang tinggi
dan mendapat tambahan gas lain pada
waktu terbentuknya batuan tersebut.
Contohnya, batu permata dan topas.

Anda mungkin juga menyukai