Anda di halaman 1dari 8

3.2.

3 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data. Ada beberapa teknik atau metode pengumpulan data yang biasanya dilakukan
oleh peneliti. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan dari metode yang ada tergantung
masalah yang dihadapi (Kriyantono, 2009: 93).

Pada penelitian ini , peneliti menggunakan beberapa teknik seperti observasi, wawancara dan FGD
(Focuss Group Discussion) dan terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini, antara lain:

1. Teknik pengumpulan data wawancara

2. Teknik pengumpulan data observasi

3. Teknik pengumpulan data FGD

3.2.4 Teknik Analisa Data

Dalam menganalisis data yang diperoleh dari data, baik primer maupun sekunder, metode penelitian
yang dipergunakan adalah metode analisa deskriptif kualitatif dengan metode perbandingan tetap atau
Constant Comparative Method, karena dalam analisa data, secara tetap membandingkan kategori
dengan kategori lainnya.

1. Reduksi data

1) Identifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan adanya sesuatu yaitu bagian terkecil
yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian.

2) Sesudah satuan diperoleh, langkah berikutnya adalah membuat koding. Membuat koding berarti
memberikan kode pada setiap “satuan”, agar supaya tetap dapat ditelusuri datanya/satuannya, berasal
dari sumber mana. Perlu diketahui bahwa dalam pembuatan kode untuk analisis data dengan komputer
cara kodingnya lain.

2. Kategorisasi

Kategori tidak lain adalah salah satu tumpukan dari seperangkat tumpukan yang di susun atas dasar
pikiran, intuisi, pendapat, kreteria tertentu.

1) Mengelompokkan kartu-kartu yang telah dibuat ke dalam bagian-bagian isi yang secara jelas
berkaitan

2) Merumuskan aturan yang menetapkan inklusi setiap kartu pada kategori dan juga sebagai dasar
untuk pemeriksaan keabsahan data.

3) Menjaga agar setiap kategori yang telah disusun satu dengan lainnya mengikuti prinsip taat
asas.
1. Sintesisasi

1) Mensintesiskan berarti mencari kaitan antara satu kategori dengan kategori lainnya.

2) Kaitan satu kategori dengan kategori lainnya diberi nama/label lagi.

2. Menyusun Hipotesis Kerja

Hal ini dilakukan dengan jalan merumuskan suatu pernyataan yang proporsional. Hipotesis kerja ini
sudah merupakan teori sustantif (yaitu teori yang berasal dan masih terkait dengan data), dan perlu
diingat bahwa hipotesis kerja itu hendaknya terkait dan sekaligus menjawab pertanyaan penelitian
(Moleong, 2011: 288).

Desain penelitian ini pada tahap pembahasan penelitian, akan berisi uraian–uraian tentang objek yang
menjadi fokus penelitian yang ditinjau dari sisi–sisi teori yang relevan dengannya dan tidak menutup
kemungkinan bahwa desain penelitian ini akan berubah sesuai dengan kondisi atau realita yang terjadi
di lapangan.

3. Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan
penelitian harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu peneliti harus memilih dan
menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Cara
pengumpulan data yang beragam tekniknya harus sesuai dan tepat untuk menggali data yang benar-
benar diperlukan bagi penelitian.

Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Dalam penelitian ini,
validitas dan reabilitas data yang akan digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan teknik
sebagai berikut:

1) Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Lebih spesifik
triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber.

Triangulasi sumber, yakni membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai
salah satunya dengan jalan/cara membandingkan hasil wawancara narasumber atau informan satu
dengan narasumber/informan penelitian yang lain (Moleong, 2007: 330-331).

2) Menggunakan bahan referensi

Bahan referensi di sini adalah adanya bahan pendukung untuk membuktikan data yang telah kita
temukan. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman/transkrip
wawancara, foto-foto atau dokumen autentik unntuk mendukung kredibilitas data. Selain itu hasil
penelitian diperkuat dengan membandingkan hasil penelitian terdahulu.

3.2.3 Analisa Data

Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data sangat diperlukan guna mendapatkan data yang
valid dalam sebuah penelitian.Berikut teknik pengambilan data yang digunakan, yaitu :

1. Observasi

Observasi adalah pengamatanterhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Secara langsung adalah
terjun ke lapangan terlibat seluruh pancaindera (Komariah dan Satori, 2012, Hal.105).

Pada ranah penelitian kualitatif yaitu pengamatan langsung terhadap objek untuk mengetahui keadaan
objek, situasi, konteks, dan maknanya dalam upaya mengumpulkan data penelitian (Komariah dan
Satori, 2012, Hal. 105).

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data yang valid yang didasarkan pada pengamatan secara
langsung terhadap Masyarakat yang memilik anak usia 25-60 bulan dengan stunting pada di Kecamatan
Sukorejo Kota Blitar . Selain itu observasi digunakan untuk mendapatkan data yang akurat dan
menyeluruh dari responden yang sangat dibutuhkan bagi peneliti. Selain itu peneliti membuat pedoman
observasi dengan tujuan untuk menggali informasi lebih dalam dan terstruktur sehingga data yang
didapatkan lebih terpercaya. Pedoman observasi dibuat dari rumusan masalah yang didapatkan.

2. Wawancara

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan dengan
cara tatap muka (face to face) maupun menggunakan telepon. (Sugiyono, 2006). Sejalan dengan teori
tersebut, Sudjana (2000, Hal. 234) mengemukakan bahwa wawancara adalah proses pengumpulan data
atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya
(interviewee).

Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber secara
langsung, sehingga hasil data yang dihasilkan lebih jelas dan dapat dipertanggungjawabkan oleh peneliti.
Wawancara terstruktur pada sampel yaitu perkumpulan Ibu yang mempunyai Anak usia 25-60 bulan
dengan stunting di Kecamatan Sukorejo Kota Blitar.

Jenis wawancara yang dipilih adalah wawancara terstandar (standardized interview). Wawancara
terstandar atau standardize interview dalam istilah Esterberg (dalam Komariah dan Satori, 2012, Hal.
133) disebut dengan wawancara terstruktur (structured interview) adalah wawancara menggunakan
sejumlah pertanyaan yang terstandar secara baku. Wawancara terstandar digunakan sebagai teknik
pengumpulan data. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pedoman wawancara.
Dengan wawancara terstruktur ini, setiap informan atau responden akan memperoleh pertanyaan yang
sama, kata-kata yang sama, penyajian yang sama dan peneliti akan mencatat semua informasi yang
diberikan.

3. Studi dokumentasi

Studi Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Studi
dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan
penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan
pembuktian suatu kejadian (Komariah dan Satori, 2012, Hal. 149).

Dokumentasi dan wawancara dilakukan untuk mengetahui Gambaran umum keluarga yang memilik
balita stunting di kecamatan Sukorejo Blitar. Dokumentasi dilakukan peneliti sebagai pelengkap dari
hasil observasi dan wawancara yang belum lengkap. Selain untuk mendapatkan data yang berkaitan
dengan keluarga yang memilik balita stunting di kecamatan Sukorejo Blitar , dapat ditambah dengan
status kesehatan dari puskesmas tentang stunting yang ada di Kecamatan Sukorejo Blitar untuk
melengkapi data wawancara.

4. Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data dengan tujuan menemukan makna
sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap
pemaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan
tertentu. FGD dimaksudkan juga untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti
terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.

Focus Group Discussion (FGD) juga mengundang para informan kunci untuk mendiskusikan beberapa
konsep yang berkaitan dengan data yang diungkap atau dapat juga menjawab beberapa pertanyaan
penelitian. (Komariah dan Satori, 2012:96). Tujuan FGD adalah untuk mengeksplorasi masalah yang
spesifik, yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Teknik ini digunakan dengan tujuan untuk
menghindari pemaknaan yang salah dari peneliti terhadap masalah yang diteliti. FGD digunakan untuk
menarik kesimpulan terhadap makna-makna intersubjektif yang sulit diberi makna sendiri oleh peneliti
karena dihalangi oleh dorongan subjektivitas peneliti (Kresno S. dkk., (1999) dalam Paramita A. &
Kristiana L., 2013).

Diskusi ini dibuat untuk menyamakan persepsi antara peneliti dengan masyarakat Sukorejo Blitar
mengenai faktor penyebab stunting pada anak usia 25-60 bulan, diharapkan dengan diadakannya
diskusi, masyarakat lebih memahami betapa pentingnya mengetahui faktor penyebab stunting pada
anak usia 25-60 bulan agar meminimalisir kejadian stunting pada anak.

Langkah-langkah dalam pengumpulan data menggunakan Focus Group Discussion (FGD) adalah sebagai
berikut (Krueger, 1988 dalam Kristiana L. & Paramita A., 2013) :
Persiapan FGD : fasilitator dan pencatat harus datang tepat waktu

1) Menentukan jumlah kelompok FGD, minimal 2 kelompok pada tiap kategori 

2) Bahasan kelompok bervariasi

3) FGD tetap dilaksanakan sampai mendapatkan informasi yang dicari

Menentukan komposisi kelompok FGD

1) Kelas sosial yang sama

2) Status hidup

3) Status kesehatan yang spesifik tertentu dan relevan dengan tujuan penelitian

4) Tingkat pendidikan yang sama

5) Perbedaan budaya tidak disatukan

6) Rekruitmen peseta secara homogen

Menentukan tempat diskusi FGD

1) Aman

2) Nyaman

3) Lingkungan Netral

4) Mudah diaskses/dijangkau peserta

5) One Way Mirror Screen (jika ada)

6) Menyiapkan logistik

Pegaturan tempat duduk

Menyiapkan undangan untuk narasumber tentang pemberitahuan sistem pelaksanaan diskusi FGD

Menyiapkan fasilitator yang menguasai tujuan dan topik sehingga memahami diskusi dan dapat
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan.

Menyiapkan pencatat (notulen) FGD

Pembukaan FGD

Pelaksaaan / Teknik Pengelolaan FGD. Bagian pertama memaparkan tujuan FGD dan membuat
pertanyaan terbuka. Bagian kedua bertujuan untuk mengeksplorasi aspek atau menajwab tujuan
penelitian.
Sasaran FGD adalah sampel yaitu Ibu yang memiliki anak usia 25-60 bulan dengan stunting. FGD
dilakukan secara homogen untuk menghindari pasifnya orang-orang yang berkaitan dengan sampel
yaitu ibu-ibu . Tujuan dilakukannya diskusi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana SDM ingin
mengetahui tentang faktor penyebab balita stunting.

Pengelompokan narasumber FGD dilakukan secara homogen, yaitu Ibu yang memiliki anak usia 25-60
bulan dengan Stunting. Dengan pengelompokan narasumber FGD tersebut, diharapkan peneliti
mendapatkan jawaban dari butir-butir wawancara yang dilakukan. Apabila data dari narasumber telah di
dapatkan, peneliti akan memetakan dan menterjemahkan jawaban yang sudah disampaikan oleh
narasumber dan di seleksi lagi untuk mencapai jawaban yang relevan, bersesuaian dengan tujuan
penelitian, pasti dan konkret.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah menggunakan pedoman observasi, pedoman


wawancara dan pedoman FGD (Focus Group Discussion) untuk mendapatkan data yang detil dan
mendalam sehingga diharapkan hasil akhirnya, data akan valid dan menjawab semua pertanyaan
peneliti. Sedangkan tahapan teknis pengumpulan data dimulai dari memilih topik kajian, menentukan
fokus inkuiri, survey pendahuluan, kaji literatur atau kepustakaan, mengembangkan kategori sub
kategori/unit analisis sub unit analisis dan kembangkan instrumen.

Kisi-kisi instrumen bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Instrumen juga
digunakan sebagai pedoman agar penelitian tetap berjalan sesuai rencana dan tepat waktu.
Pengorganisasian kegiatan selama penelitian juga terdapat pada instrument penelitian. Instrumen
penelitian ini berupa pedoman observasi. Pedoman observasi dipakai peneliti untuk dijadikan panduan
dalam melakukan penelitian. Observasi dilakukan untuk menggali data dari narasumber dengan cara
meneliti langsung dan beradaptasi dengan linkgungan penelitian serta berbaur dengan penduduk
sekitar. Dari cara inilah, peneliti akan mendapatkan data-data baru yang akan diseleksi menjadi
kelompok kecil yang pada akhirnya akan menjawab semua rumusan masalah.
∑ Teknik Instr
Variabel/A Anali
Definisi teori Definisi operasional Informan Infor Pengambila ume
spect sis
man n Data n
Variabel Faktor penyebab 1) pemberian nutrisi atau Ibu yang 8 1. FGD Taksono 1. Pedo
independe stunting : makanan terhadap bayi memiliki 2. Observa mi man
n =faktor 1) Pemberian dimasa-masa awal balita usia si Wawanc
penyebab nutrisi atau pertumbuhan, juga bisa 26-60 3. Wawan ara
balita makanan yang menjadi penyebab bulan cara 2. Pedo
stunting buruk stunting. Kurangnya dengan man
2) Infeksi yang pemberian ASI eksklusif di permasala Survey
berasal dari 6 bulan awal. hn 3. Pedo
lingkungan 2) Bayi yang sudah diberi stunting man
sekitar nutrisi cukup melalui ASI FGD
3) Kelahiran namun hidup dikawasan
dengan berat atau daerah yang tidak
badan yang terjaga kehigienisannya,
rendah. masih berpotensi cukup
4) Sanitasi yang besar untuk mengidap
buruk penyakit stunting. infeksi
5) Gizi ibu dan yang disebabkan oleh
praktik buruknya lingkungan
pemberian sekitar dapat mengurangi
makan yang kemampuan usus untuk
buruk bekerja dengan baik.
Dampaknya tentu saja
langsung menuju ke
tumbuh kembang anak.
3) stunting bisa muncul
jikalau calon ibu tidak
dapat menjaga pola
makannya ketika masih
hamil. Pola makan yang
tidak dijaga, dengan
kecenderungan malas
makan menjadi yang
paling utama. Beberapa
penelitian menyebut
bahwa bayi yang lahir
dengan berat badan
rendah (yang notabene
hasil dari kurangnya
asupan nutrisi sang ibu),
memiliki peluang yang
cukup tinggi untuk
mengidap stunting.
4) Sanitasi yang buruk
berkaitan dengan
terjadinya penyakit diare
dan infeksi cacing usus
(cacingan) secara
berulang-ulang pada anak.
Kedua penyakit tersebut
telah terbukti ikut
berperan menyebabkan
anak kerdil. Tingginya
kontaminasi bakteri dari
tinja ke makanan yang
dikonsumsi dapat
menyebabkan diare dan
cacingan yang kemudian
berdampak kepada
tingkatan gizi anak.
Karena permsalahan
tersebut kemudian dapat
mengurangi nafsu makan
anak, menghambat proses
penyerapan nutrisi di
dalam tubuh anak, serta
meningkatkan risiko
kehilangan nutrisi.
5) Stunting dapat terjadi bila
calon ibu mengalami
anemia dan kekurangan
gizi. Wanita yang
kekurangan berat badan
atau anemia selama masa
kehamilan lebih mungkin
memilikianak stunting, ba
hkan berisiko menjadi
kondisi stunting yang akan
terjadi secara turun-
temurun. Kondisi tersebut
bisa diperburuk lagi bila
asupan gizi untuk bayi
kurang memadai,
misalnya bayi diberikan
air putih atau teh sebelum
berusia enam bulan,
karena pada usia ini bayi
seharusnya diberikan Air
Susu Ibu (ASI) secara
ekslusif maupun susu
formula sebagai
penggantinya. Tidak
hanya itu, gizi buruk yang
dialami ibu selama
menyusui juga dapat
mengakibatkan
pertumbuhan anak
menjadi terhambat

Anda mungkin juga menyukai