Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak hal yang bisa dipelajari dari kegagalan, termasuk
kegagalan struktur bangunan. Dengan mengetahui penyebab-penyebabnya,
bisa diharapkan akan tahu bagaimana menghindarinya. Dalam hal
konstruksi bangunan memang unik, karena ia merupakan produk dari
serangkaian kegiatan-kegiatan dari berbagai disiplin keahlian, mungkin
dari berbagai perusahaan, yang secara kontraktual terpisah. Tanggung
jawabnya juga tidak terpusat pada satu pihak. Ini yang mungkin membuat
rumit dalam menentukan siapa yang sebenarnya bertanggung jawab, jika
terjadi kegagalan struktur atau konstruksi bangunan. Tapi jika terjadi cacat
dan kegagalan, korban pertama adalah pemilik proyek.
Konstruksi bangunan gedung yang baik harus memenuhi 3 kriteria
yaitu kuat, kaku, dan stabil. Oleh karenanya, suatu bangunan gedung
dikatakan cacat atau mengalami kegagalan konstruksi, bila unsur-unsur
struktur tidak memenuhi salah satu atau keseluruhan kriteria di atas.
Cacat dan Kegagalan bangunan merupakan kejadian yang memiliki
spectrum yang sangat luas. Mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan maupun penggunaan dan pemanfaatan. Lebih detail seperti
kesalahan desain, pelaksanaan yang tidak sesuai bestek, metode
pelaksanaan yang tidak baik, dan kesalahan penggunaan pembebanan
berlebih serta perawatan yang kurang serta hingga penggunaan yang
melampaui batas umur bangunan semua itu berpotensi untuk menimbulkan
cacat dan kegagalan konstruksi.
Cacat dan Kegagalan bangunan karena strukturnya gagal berfungsi
dapat menimbulkan kerugian harta benda, bahkan korban jiwa. Oleh
karena itu perlu diantisipasi secara cermat. Bangunan yang didesain
terhadap beban-beban rencana dari code-code yang ada, belum dapat
menjamin sepenuhnya bebas dari segala risiko cacat dan kegagalan

1
bangunan, karena penyebabnya kompleks. Salah satu strategi
mengantisipasi risiko dapat dimulai dari tahap perencanaan. Langkah
pertama yang penting adalah memperkirakan penyebab cacat dan
kegagalan sehingga dapat dibuat simulasi kejadiannya. Selain simulasi
fisik (eksperimen) maka simulasi numerik berbasis komputer menjadi
alternatif lain yang canggih dan relatif murah.

1.2 Pengertian Cacat dan Kegagalan Konstruksi Bangunan


CACAT KONSTRUKSI: Suatu kondisi penyimpangan atau ketidak
sempurnaan hasil dan atau proses pekerjaan konstruksi yang masih dalam
batas toleransi. Artinya belum atau tidak membahayakan konstruksi secara
keseluruhan.
KEGAGALAN KONSTRUKSI: adalah suatu kondisi
penyimpangan,kesalahan dan atau kerusakan hasil pekerjaan konstruksi
yang dapat mengakibatkan keruntuhan konstruksi
Berdasarkan UU-RI No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi,
Bab 1, Pasal 1 ayat 6 menyatakan Kegagalan bangunan adalah keadaan
bangunan, yang setelah diserah terimakan oleh penyedia jasa kepada
penguasa jasa, menjadi tidak berfungsi baik secara keseluruhan maupun
sebagian dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannya yang menyimpang sebagai
akibat kesalahan penyedia jasa dan/atau pengguna jasa.
Sedangkan menurut Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Jasa
Konstruksi, Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Bab V Pasal 34 menyatakan Kegagalan
bangunan merupakan keadaan bangunan yang tidak berfungsi, baik secara
keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan
kesehatan kerja, dan atau keselamatan umum sebagai akibat kesalahan
Penyedia jasa dan atau Pengguna jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan
konstruksi.

2
Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) pada tahun 2001
mencoba mengkaitkan dengan UU-RI No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa
Konstruksi, dan memberikan usulan definisi sebagai berikut:
a. Definisi Umum
Suatu bangunan baik sebagian maupun keseluruhan dinyatakan
mengalami kegagalan bila tidak mencapai atau melampaui nilai-nilai
kinerja tertentu (persyaratan minimum, maksimum dan toleransi)
yang ditentukan oleh Peraturan, Standar dan Spesifikasi yang
berlaku saat itu sehingga bangunan tidak berfungsi dengan baik.
b. Definisi Kegagalan Bangunan akibat Struktur.
Suatu bangunan baik sebagian maupun keseluruhan dinyatakan
mengalami kegagalan struktur bila tidak mencapai atau melampaui
nilai-nilai kinerja tertentu (persyaratan minimum, maksimum dan
toleransi) yang ditentukan oleh Peraturan, Standar dan Spesifikasi
yang berlaku saat itu sehingga mengakibatkan struktur bangunan
tidak memenuhi unsur-unsur kekuatan (strength), stabilitas (stability)
dan kenyamanan layak pakai (serviceability) yang disyaratkan.

1.3 Penyebab Cacat dan Kegagalan Konstruksi


Penyebab cacat dan kegagalan konstruksi dapat dibagi dalam dua
klasifikasi, yaitu:
a. Dapat diprediksi, yang artinya dapat dikendalikan atau dikarenakan
oleh manusia, diantaranya mencakup:
1) Desain, harus diperhatikan bahwa resiko tidak dapat dihilangkan
sama sekali, tetapi hanya dapat diminimalisir hingga batas yang
dapat diterima.
2) Perencanaan dan pendetailan.
3) Material, kegagalan material biasanya terjadi dikarenakan akibat
kesalahan dalam pemilihan material (mutu yang tidak sesuai)
atau dikarenakan kegagalan dalam proses pembuatan material
tersebut.

3
4) Pekerja atau tenaga ahli
5) Pengawasan
b. Tidak dapat diprediksi, biasanya hal-hal yang berkaitan dengan
alam, seperti gempa bumi, angin yang terlalu kencang melebihi batas
maksimum peraturan yang ada, kebakaran, dan bencana alam
lainnya.

1.4 Unsur-Unsur Cacat dan Kegagalan Konstruksi


Kegagalan dalam konstruksi dapat diakibatnya oleh beberapa unsur,
diantaranya sebagai berikut :
a. Kelalaian perencanaan, ketika perencana melakukan kelalaian dalam
memperhitungkan dan mendesain struktur dan gambar rencana
proyek konstruksi.
b. Kesalahan dalam pelaksanaan dan pengawasan, dimana pada saat
pelaksanaan terjadi kesalahan yang dilakukan oleh kontraktor /
engineer dalam pelaksanaan, kurangnya ketelitian dalam
pengawasan dapat pula menjadi penyebab terjadinya kecacatan pada
struktur bangunan pada saat pelaksanaan dan dimasa yang akan
datang.
c. Kurangnya maintenance pada saat operasional bangunan.
d. Keruntuhan, ketika semua resistensi gaya dalam struktur tidak lagi
ada, maka akan mengakibatkan keruntuhan total.
e. Keruntuhan progresif biasanya terjadi sangat parah karena ketika
terjadi suatu kesalahan pada satu bagian saja, akan berefek kepada
bagian lain dalam struktur dan ini dapat berlangsung cepat sejak
kegagalan awal dimulai, dinamakan kegagalan "efek domino".
f. Kinerja yang tidak bagus.
Semua proyek konstruksi berjalan secara bertahap sesuai dengan daur
hidupnya (life cycle), yang umumnya terdiri dari 4 tahapan. Tahapan yang
dimaksud adalah:
a. Konsep dan kelayakannya.

4
b. Desain, detail, dan spesifikasi dokumen kontrak.
c. Kinerja pekerjaan, konstruksi aktual, kontrol, bimbingan, dan
inspeksi pengawasan.
d. Pemilik dan penggunaan fasilitas umum setelah bangunan selesai.

5
BAB II
KASUS – KASUS
CACAT DAN KEGAGALAN KONSTRUKSI

2.1 Runtuhnya Rukan Cendrawasih, Samarinda (Juni 2014)


Bangunan rumah kantor (Rukan) tiga lantai yang terletak di
kompleks Cendrawasih Permai, Jl. Ahmad Yani, Kecamatan Sungai
Pinang Kota Samarinda Kalimantan Timur runtuh pada tanggal 3 Juni
2014 saat masih dalam proses pengerjaan yang menyebabkan 12
pekerjanya tewas. Bangunan ini memiliki lebar 25 m dan panjang 100 m
dengan biaya konstruksi senilai kurang lebih 15 Milyar rupiah.

Gambar 1. Keruntuhan Bangunan


Dari observasi yang dilakukan penyebab keruntuhan bangunan ini
sangatlah kompleks diantaranya:
Pertama, Kegagalan pondasi. Hal ini didasarkan keterangan bahwa
pengerjaan pengerukan lahan sampai lantai 1 selesai dikerjakan hanya
memerlukan waktu enam bulan. Padahal kondisi tanah eksisting adalah
rawa dan merupakan tanah lempung sehingga memerlukan waktu lama
untuk terkonsolidasi jika tanpa penanganan khusus seperti vertical drain.
Kedua, Kegagalan Struktur Utama. Struktur utama yang dimaksud
adalah balok- kolom. Hal ini didasarkan fakta bahwa pekerja sempat
diminta untuk mengecek kolom yang retak di lantai 2. Meskipun tidak ada
data detail mengenai dimensi dan lokasi keretakan akan tetapi hal ini
seharusnya telah menjadi indikasi awal bahwa ada masalah dengan
struktur yang sedang dibangun. Apalagi apabila didasarkan pada filosofi
desain struktur yang benar yaitu “strong column- weak beam” yang artinya

6
kolom tidak boleh mengalami kegagalan struktur terlebih dahulu daripada
balok. Kegagalan kolom ini sendiri diduga karena adanya deviasi antara
perencanaan dan pelaksanaan dimana kontraktor mengurangi dimensi
kolom dan jumlah tulangan yang dipakai.
Ketiga, Kesalahan sistem perancah pengecoran lantai. Penyebab
awal keruntuha adalah lantai 3 yang sedang dikerjakan secara tiba- tiba
roboh. Selain karena kolom yang mengalami kegagalan, maka sistem
perancah yang dipakai juga patut dicurigai tidak dirancang dengan benar.
Dari dokumentasi yang ada terlihat bahwa sistem perancah yang
digunakan menggunakan scafolding besi dan beberapa menggunakan kayu
dolken. Bekisting dan sistem perancah seharusnya didesain secara detail
baik dalam desain maupun metode pemasangannya. Inspeksi harus
dilakukan secara ketat termasuk pengecekan terhadap kekuatan beton yang
telah dicor yang akan menopang perancah tersebut.

Gambar 2. Perancah dolken patah


Keempat, organisasi proyek tidak benar. Proyek rukan ini diketahui
tidak memiliki konsultan perencana. Desain bangunan yang digunakan
tidak diketahui darimana dibuatnya. Pengawasan proyek ini pun hanya
dilakukan oleh mandor dari pemborong.
Kelima, adanya pengalihan pekerjaan secara serampangan.
Kontraktor proyek rukan ini semula PT. Firma Abadi yang beralamat di
Surabaya menyerahkan sepenuhnya pekerjaan kepada perseorangan/
individu yang merupakan pemborong berinisial NI yang beralamat di
Samarinda yang kemudian menyerahkan lagi kepada mandor yang

7
berinisial S. Pengalihan pekerjaan ini meliputi keseluruhan pekerjaan dan
sama sekali tidak ada pengawasan dari Kontraktor utama.

2.2 Skyline Plaza – Bailey’s Crossroads (March 2, 1973)


Bangunan ini adalah suatu kompleks bangunan yang besar di
Virginia. Kompleks yang terdiri atas delapan apartemen, enam tower
perkantoran, sebuah hotel, dan pusat perbelanjaan. Insiden terjadi pada
suatu tower apartemen dan garasi parkir yang mengakibatkan 14 orang
tewas dan melukai 34 orang.

Gambar 3. Keruntuhan Gedung Skyline Plaza


Penyebab dari keruntuhan ini adalah pada pembongkaran bekisting
penyangga lantai 23 yang tidak benar yang mengakibatkan peningkatan
gaya geser sekitar kolom. Bangunan ini hancur secara keseluruhan karena
keruntuhan satu lantai teratas. Kolom mengalami kelebihan tegangan
sehingga terjadi keruntuhan pada seluruh lantai 23. Keruntuhan tersebut
menyebabkan lantai 22 kelebihan beban sehingga menyebabkan

8
keruntuhan lantai 22, begitu seterusnya hingga ke lantai dasar. Kesalahan
utama dari keruntuhan ini adalah pada sequence pembongkaran bekisting
yang terlihat tidak diperhitungkan dengan cermat terutama penyebaran
beban ke lantai bawah oleh system perancah dan asumsi kekuatan beton
pada saat dilakukan pembongkaran bekisting.
Lesson learn atas tragedi ini adalah sebagai berikut:
 Kehati-hatian yang tinggi dalam desain struktur adalah penting
untuk menghindari terjadinya keruntuhan beruntun
 Beban konstruksi harus diperhitungkan dengan baik dalam desain
metode pelaksanaan. Ini harus dikontrol oleh pihak terkait
 Bekisting dan sistem perancah harus detail dalam desain dan
metode atau sequence nya
 Test beton harus dilakukan sebelum bongkar bekisting
 Inspeksi harus memastikan bahwa kontraktor telah memasang
perancah yang benar dan beton yang telah tercor telah mencapai
kekuatan desainnya.
2.3 David L. Lawrence Convention Center
Bangunan ini adalah suatu perluasan convention centre existing yang
telah ada dengan maksud untuk meningkatkan competitiveness pada awal
1990 di Pittsburgh. Bangunan dibuka tahun 2003 dengan biaya USD 354
juta dan meraih sertifikat emas pertama di dunia untuk bangunan
convention centre yang ramah lingkungan. Banyak keruntuhan mulai
terjadi sejak awal bangunan ini didirikan.

Gambar 4. Tampak Gedung David L. Lawrence

9
Adapun penyebab dari keruntuhan gedung adalah pada kesalahan
penggunaan mur dan baut yang terjadi akibat perubahan penopang rangka
baja yang semula didesain penopang tekan menjadi penopang tarik.
Perubahan tersebut tidak ditindaklanjuti lebih lanjut menjadi perubahan
lainnya secara detil termasuk penggunaan mur dan bautnya. Sehingga
terjadi salah lokasi pasang mur dan baut dimana terdapat dua jenis mur dan
baut yang digunakan pada kondisi yang berbeda.

Gambar 5. Kegagalan Struktur Baja


 

Gambar 6. Proses Perbaikan Gedung


Lesson learn atas kegagalan struktur bangunan ini adalah:
 Komunikasi atas suatu perubahan harus segera dilakukan dengan jelas
kepada semua pihak terkait
 Penegasan item cek inspeksi pada bagian yang krusial

10
 Training awal sebelum pekerjaan yang penting dan rawan kesalahan
dimulai.
2.4 Harbour Cay Condominium (March 27, 1981)
Harbour Cay Condominium adalah bangunan struktur beton bertulang
bertingkat rendah (lima lantai) yang runtuh akibat kesalahan design dan
konstruksi. Bangunan ini runtuh akibat kegagalan punch shear. Kegagalan
plat pada suatu kolom mengawali keruntuhan keseluruhan lantai lima. Lalu
lantai lima yang runtuh jatuh dan menjadi beban plat di bawahnya. Akibat
kelebihan beban, lantai empat menjadi runtuh dan begitu seterusnya
hingga terjadi keruntuhan total bangunan.

Gambar 7. Tampak Gedung Harbour Cay Condominium


Hasil investigasi yang dilakukan menunjukkan bahwa terjadi
kesalahan design dimana:
 syarat ketebalan plat adalah 11 inch dimana pada gedung tersebut
didesain 8 inch.
 Ditemui pula bahwa tulangan terlalu rapat
 Tidak ada perhitungan mengenai kapasitas punching shear atau
geser balok
 Tidak dilakukan pengecekan peraturan untuk spasi penulangan
kolom
 Perhitungan menggunakan mutu tulangan U40 namun di gambar
menggunakan U60.
 Tidak dilakukan perhitungan actual ketebalan actual pelat
berdasarkan penulangan yang terjadi

11
 Penulangan kolom yang terlalu padat sehingga menyulitkan beton
untuk mengisi keseluruhan elemen kolom sehingga mengurangi
gaya lekat tulangan dan beton

Gambar 8. Keruntuhan Gedung Harbour Cay Condominium


Dari sisi konstruksi juga terdapat kesalahan sebagai berikut:
 Dari sisi konstruksi didapati pula bahwa kaki ayam untuk
menopang tulangan atas terlalu pendek sehingga mengurangi
ketebalan efektif pelat lantai yang akhirnya akan mengurangi
kapasitas geser “punch”.
 Banyak tulangan bawah plat yang tidak terpasang melewati
kolom.
 Beberapa tulangan vertical telah dibengkokkan selama proses
fabrikasi
 Kualitas beton yang tidak konsisten yang sulit untuk dilakukan
pengecoran yang baik

Gambar 9. Penulangan yang Menyebabkan Ketebalan Efektif Pelat Berkurang

12
Lesson Learn atas keruntuhan struktur bangunan ini adalah:
 Harus dilakukan pengecekan kapasitas “punch shear” sesuai
ketebalan actual yang akan terjadi di lapangan untuk design flat
slab
 Ketebalan minimum plat harus dicek terhadap defleksi dan
persyaratan minimum
 Tulangan pelat harus masuk ke dalam kolom melewati batas
tepinya untuk menghindari keruntuhan menerus.
 Design bekisting dan pembongkaran bekisting yang harus
memadai
 Pekerjaan harus distop secara keseluruhan apabila terjadi tanda-
tanda keruntuhan awal.
 Benda uji test menggunakan field-cured test cylinder (benda uji
yang dirawat di lapangan)

13
BAB III
IDENTIFIKASI CACAT dan KEGAGALAN KONSTRUKSI SERTA SOLUSINYA

3.1 Tabel Identifikasi dan solusi cacat dan kegagalan konstruksi


IDENTIFIKASI
DESKRIPSI TEKNIS KEGAGALAN RUMUSAN PENYEBAB USULAN SOLUSI/
TAHAPAN PEKERJAAN PERMASALAHAN
KONSTRUKSI KEGAGALAN KONSTRUKSI PENGATASAN MASALAH
KONSTRUKSI
PENYEBAB KEGAGALAN  Kesalahan hitung - Kesalahan hitung merupakan kondisi - Penyebab kegagalan konstruksi akibat Bila terjadi cacat atau kegagalan
DARI STRUKTUR dimana perencana melakukan kelalaian kesalahan hitung rencana dapat diusulkan solusi
BANGUNAN GEDUNG dalam merencanakan perhitungan  Sistem perhitungan mekanika sebagai berikut :
KETIKA MASA berkaitan pekerjaan konstruksi. yang salah  Melakukan Perhitungan Ulang
PERENCANAAN  Pembebanan kombinasi terhadap perencanaan yang
 Lendutan yang terlalu besar memiliki kesalahan
 Melakukan perubahan rencana.
 Kesalahan - Kesalahan pendetaial adalah kondisi - kegagalan pendetailan disebabkan  Melakukan penyesuaian
pendetailan dimana perencana melakukan kelalaian dari beberapa faktor berikut : perubahan rencana yang ada.
dalam mendetailkan bagian – bagian  Kekurangan tulangan  perencanapun harus
konstruksi gedung.  Tulangan terlalu rapat memperhatikan perkiraan
 Persyaratan selimut tidak daerah beton yang akan terkena
terpenuhi air, sehingga dapat
 Toleransi pendetailan tidak direncanakan untuk memberi
terpenuhi pelindung berupa
 Pendetailan yang tidak jelas, waterproofing. Hal ini dapat
sulit bahkan tidak mungkin memperkecil merembesnya air
dilaksanakan kedalam struktur beton
bertulang.
 Kesalahan lainnya - Merupakan kesalahan – kesalahan lain
yang dapat terjadi pada saat - Adapun factor – factor kesalahan lain
perencanaan. adalah :
 Investigasi tanah yang minim
 Akibat deformasi struktur yang

14
tidak diperkirakan.
PENYEBAB KEGAGALAN  Kesalahan Bahan dan  Terjadinya kesalahan dimana bahan dan  Adapun factor-factor terjadinya Adapun solusi yang dapat di
DARI STRUKTUR komposisinya komposisinya tidak tercampur secara Kesalahan pada bahan dan sarankan adalah :
BANGUNAN GEDUNG merata/atau tidak sesuai spesifikasi komposisinya ialah :  Melakukan Penambahan dan
KETIKA MASA pada saat pelaksanaan pencampuran,  Semen yang tidak memadai pengurangan semen sesegera
PELAKSANAAN sehingga ketika diaplikasikan ada (kurang atau berlebih)  mungkin jika terjadi kesalahan.
KONSTRUKSI bagian yang baik dan ada bagian yang  Agregat yang reaktif, yang  Mengganti Agregat dan bahan
tidak baik. peka terhadap alkali yang tidak sesuai dengan
 Bahan yang mengandung agregat dan bahan baru sesuai
sulfat, bahan organic dsb spesifikasi.
 Faktor air semen terlalu tinge  Membongkar acuan dan
melakukan pemasangan ulang
 Kesalahan Acuan  Acuan memiliki arti bagian dari  Adapun factor-factor dari kesalahan apabila terjadi kesalahan pada
konstruksi bekisting yang berfungsi Pelaksanaan Acuan Adalah : Acuan yang digunakan.
sebagai pembentuk beton yang  Kurang stabil dan deformasi  Melakukan pengecekan ulang
diinginkan atau bagian yang kontak besar pada tahapan pelaksanaan dan
langsung dengan beton.  Kurang pembasahan segera melakukan perencanaan
 Kebocoran ulang untuk perbaikan pada
 Penyambungan yang buruk tahapan pelaksanaan apabila
ditemui kesalahan.
 Adapun factor-factor kesalahan pada  Apabila terjadi kesalahan /
 Kesalahan  Masa pengerjaan adalah masa keteledoran sebaiknya segera
pelaksanaan pengerjaan konstruksi :
Pengerjaan pelaksanaan dimana proyek berjalan. dilakukan pembahasan bersama
 Kurang pemadatan (sarang
kerikil, gelembung udara) pihak pihak terkait yang
memiliki tanggung jawab untuk
 Segregasi (tinggi jatuh)
mengambil keputusan tindak
 Bliding, penurunan seting
lanjut.

 Kesalahan Perawatan  Kesalahan perawatan pasca adalah  Adapun factor-factor kesalahan pada
pasca kesalahan yang terjadi pada proses perawatan pasca adalah :
perawatan yang diterapkan terhadap  Kurang perawatan (retak
struktur / material yang ada pada saat susut)
sebelum kegiatan konstruksi selesai.  Pembongkaran acuan yang
terlalu cepat

15
 Perbaikan yang tidak baik
KERUSAKAN AKIBAT  Ketidak kokohan  Merupakan kondisi dimana  Hal ini diakibatkan karena kurangnya Adapun solusi yang di sarankan :
KETIDAK TELITIAN bekisting pemasangan bekisting yang dilakukan pengawasan pada saat pelaksanaan,  Pada bekisting yang baru
PELAKSANAAN oleh pekerja mengalami kerusakan atau buruknya material bekisting yang dipasang maka dapat dilakukan
pergeseran dan mengakibatkan telah dipakai terus menerus, dalam penyetelan kembali, sedangkan
perubahan bentuk struktur. penyetelan bekisting tidak pada bekisting yang telah
menggunakan klem atau hory beam digunakan maka dilakukan
serta scaffolding. perbaikan pada bentuk struktur
beton dengan cara struktur yang
 Kekurangan selimut  Merupakan kondisi dimana beton tidak  Kekurangan selimut pelindung beton mengalami kerusakan atau
pelindung beton memiliki tebal selimut sesuai dengan biasanya diakibatkan oleh kesalahan bengkok dibobok lalu disetel
yang dipersyaratkan dalam spesifikasi. dalam pembuatan atau ukuran kembali dan dilakukan
tulangan serta kesalahan ukuran pengecoran ulang, adapun
bekisting. kemungkinan terburuknya
maka dilakukan pembongkaran
 Kerusakan pada  Merupakan kondisi dimana terjadi  Kerusakan pada sambungan lalu melakukan pengecoran
sambungan keretakan atau keropos pada bagian pengecoran dapat terjadi karena ujung ulang
pengecoran sambungan pengecoran beton. dari pengecoran lama rata atau tidak  Adapun cara penanganannya
dibentuk diagonal serta tidak adalah dengan melakukan
diberikan cairan penyambung beton penambalan pada bagian yang
lama dan beton baru (sika beton) pada memiliki selimut beton yang
saat akan dilakukan pengecoran tidak sesuai spesifikasi
 Adapun cara memperbaikinya
 Muncul sangkar  Keadaan dimana agregat kasar (kerikil)  Hal ini terjadi karena penuangan dengan melakukan penambalan
kerikil berkumpul pada dasar bekisting bebas dari beton terlalu tinggi atau atau grouting/injection
sehingga mengakibatkan bagian campuran tidak homogen. (penyuntikan) pada sambungan
tersebut keropos dan campurannya beton
tidak homogen.  Pelaksanaan untuk masalah
gejala sangkar kerikil seperti itu
 Kesalahan /  Merupakan kesalahan yang terjadi pada  Hal ini diakibatkan karena adanya yaitu sebelumnya seember spesi
kerusakan instalasi bagian pemasangan instalasi listrik dan beberapa factor sebagai berikut : pasir / semen dituang ke bagian
listrik dan Plumbing plumbing yang mengakibatkan Seperti kesalahan rencana yang tidak bawah dari bekesting kolom
terjadinya cacat atau bahkan kegagalan mendetailkan desain instalasi yang agar kerikil (dan bahan

16
pada konstruksi. menyebabkan kesalahan dalam tambahan kasar lainnya) dapat
pelaksanaan, selain itu juga dapat jatuh pada spesi itu.
dikarenakan oleh penyumbatan pipa  Kesalahan pada instalasi listrik
instalasi oleh material yang masuk dan plumbing dapat dicegah
kedalam pipa instalasi, selain itu dengan melakukan penempatan
dapat pula berupa kebocoran atau instalasi diluar struktur,
kerusakan pada pipa instalasi yang sehingga mudah dalam
dapat mengakibatkan rembesan air pengecekan dan perbaikan
pada plumbing dan kebakaran akibat apabila terdapat kerusakan.
arus pendek pada instalasi listrik.  Untuk kesalahan pada atap dan
 Atap merupakan bagian bangunan yang kuda-kuda, dapat segera diatasi
 Kerusakan Atap dan berfungsi melindungi bagian dalam  Kerusakan atap dapat diakibatkan dengan perbaikan sesegera
struktur kuda-kuda. bangunan dari air dan panas matahari, karena beberapa faktor seperti : mungkin, karena penggantian
yang pada bangunan dengan bentuk penggunaan material atap yang tidak atap dapat dilaksanakan tanpa
berupa plat beton / genteng dengan sesuai spesifikasi, adanya force major mengganggu struktur lain
kuda-kuda. yang tidak diperkirakan pada bangunan, sedang untuk atap
perencanaan, untuk kuda-kuda terjadi plat beton ada baiknya
korosi yang mengakibatkan dilakukan penambalan pada
kerusakan, serta dapat pula terjadi plat atau melapisinya dengan
kegagalan yang diakibatkan oleh cat waterproof dan
pelaksanaan ataupun perencanaan memperbaiki saluran
yang salah, dan dapat juga terjadi drainasenya.
kerusakan atap plat beton yang
diakibatkan oleh genangan air pada
permukaan plat beton dikarenakan
buruknya saluran drainase pada atap.
PERMASALAHAN-  Keretakan Beton  Retak (cracks) adalah pecah pada beton  Retak ini dapat ditimbulkan oleh Adapun beberapa tindakan
PERMASALAHAN dalam garisgaris yang relatif panjang berbagai sebab: diantaranya : perbaikan yang dapat disarankan
DALAM BETON dan sempit. evaporasi air dalam campuran beton adalah :
terjadi dengan cepat akibat cuaca  Acid Etching, merupakan
yang panas, kering atau berangin. teknik yang dapat digunakan
untuk mempersiapkan
 Voids  Voids adalah lubang-lubang atau kropos  voids biasanya disebabkan oleh: permukaan beton asli yang
Pemadatan saat pelaksanaan yang akan menerima penerapan

17
yang cukup dalam. kurang baik sehingga mortal tidak material perbaikan atau untuk
dapat mengisi rongga-rongga antar mengkasarkan permukaan licin
agregat. Kebocoran pada bekisting yang akan dikerjakan. Untuk
yang menyebabkan air atau pasta kebutuhan ini biasanya dipakai
semen keluar. Campuran yang terlalu muriatic acid yang dilarutkan
banyak air. Gradasi campuran yang kemudian dituang ke
kurang baik. Macam-macam voids permukaan beton dan disaspu
antara lain: honey combing, sand dengan kuat sehingga tidak
streaking, bugholes dan form timbul gelembunggelembung
scabbing. lagi, lalu permukaan segera
dibersihkan dengan
 Spalling  Spalling ini disebabkan oleh korosi menyiramkan air.
 Spalling adalah bagian permukaan beton tulangan, kebakaran dll. Volume  Coating, pada cara ini beton
yang terlepas dalam bentuk kepingan tulangan yang terkorosi membesar dilapisi dengan material bersifat
atau bongkahan kecil. Erosion: Butiran- menimbulkan tegangan dalam tarik plastic atau cair yang kemudian
butiran kecil/halus terlepas dari pada beton sekeliling tulangan, jika membentuk lapisan yang
permukaan beton akibat abrasi. tetangan ini melampaui kekuatan menyelimuti beton yang
Misalnya pembersihan permukaan, jika beton yg mengelilinginya, terjadilah menghadapi lingkungan yang
prosesnya kering disebut dusting, abrasi Spalling. Pada saat kebakaran, membahayakan. Coating dapat
karena ombak disebut water erosion. spalling disebabkan oleh perbedaan diterapkan dengan cara
pemuaian antara agregat dan mortal menyikat, rolling, atau
yg saling kontradiktif. Pada suhu menyemprot. Penggunaan
tinggi, agregat akan memuai, setelah umum coating antara lain untuk
suhu menjadi normal kembali ukuran waterproofing, melindungi
agregat akan kembali seperti semula. beton dari bahan kimia agresif
Sedangkan mortal memuai hnaya atau untuk memperoleh masa
sampai sekitar suhu 200o C, setelah guna lebih panjang pada beton
itu menyusut kembali. Perbedaan ini yang memikul beban lalu lintas
menimbulkan tegangan lokal pada  Shotcreting, pada cara ini beton
bidang batas antara kedua batas atau mortar ditembakkan
bahan ini, jika tegangan lekat dengan tekanan pada lubang
melabihi kuat lekatnya kan terjadi atau permukaan beton yang
retak/pecah, yang berlanjut dengan akan diperbaiki yang dilakukan
spalling. dengan memompa seluruh

18
material yang telah dicampur
melalui pipa kemudian
 Erosion  Erosin diakibatkan karena adanya menembakkan/memompa
 Erosin adalah Butiran-butiran abrasi. Misalnya pembersihan bahan atau mortar yang masih
kecil/halus terlepas dari permukaan permukaan, jika prosesnya kering kering lalu mencampurnya
beton. disebut dusting, abrasi karena ombak dengan air pada bagian nozzle
disebut water erosion. pembentuk beton
 Penambahan tulangan, pada
 Adanya kerusakan  Penyebab terjadinya kerusakan cara ini mula-mula retak
lekatan baja beton.  Kerusakan lekatan baja beton adalah lekatan pada beton dapat dipengaruhi ditutup, lalu lubang-lubang
menurunnya daya dukung komponen oleh : kualitas beton disekitar dibuat dengan bor melalui
struktur terhadap beban yang bekerja, tulangan yang buruk, Adanya bidang retak pada arah kurang
meningkatnya deformasi, bahkan serangan kimia penggunaan fly ash lebih 90o. Lubang-lubang dan
runtuhnya struktur. pada campuran beton berpotensi bidang retak kemudian diisi
serangan kimia terutama lingkungan epoxy yang dipompa dengan
bersulfat, Kegagalan lekatan bisa tekanan rendah dan selanjutnya
diakibatkan pula karena korosi pada tulangan diletakan pada lubang-
tulangan, kebakaran, tipisnya selimut lubang tersebut. Epoxy akan
beton, jarak tulangan yang rapat serta merekatkan kembali permukaan
diameter tulangan yang besar dan beton yang retak dan akan
gaya siklis akibat gempa. mengangker tulangan.
PERMASALAHAN-  Terjadi Patahan  Patahan pada pondasi adalah terjadinya  Penyebab terjadinya Patahan Adapun penanganan untuk
PERMASALAHAN kondisi dimana pondasi mengalami diantaranya : kurang baiknya daya permasalahan pondasi
DALAM PONDASI kerusakan akibat beberapa factor dukung tanah dibawah pondasi dan diantaranya:
penyebab, yang mengakibatkan pondasi tidak diantisipasi dengan luasan  Untuk mencegah kegagalan
patah hingga terbelah. pondasi yang cukup, juga dapat pondasi, harus sejak dini yaitu
terjadi apabila kekuatan sloof tidak dari tahap penyelidikan tanah
cukup kuat dalam menunjang dilapangan (in situ test) dan
kekuatan pondasi, selain itu tanah dilab mekanika tanah,
yang tidak homogen seperti ada perencanaan dan perhitungan
bagian tanah yang gembur dan ada daya dukung pondasi serta
yang keras, adukan pasangan pondasi penurunannya dan tahap
yang kurang baik juga dapat pelaksanaan pondasi.

19
memperparah kondisi patahan yang  Padatkan permukaan tanah di
terjadi. bawah pondasi yang baru
dengan cara manual atau
 Penurunan / Settlement  Penurunan pondasi yaitu amblasnya  Penurunan dapat terjadi karena dengan bantuan mesin stamper
pondasi bangunan tanpa atau dengan beberapa hal sebagai berikut: apabila sehingga daya dukung tanah
disertai patahnya konstruksi pondasi kondisi tanah kurang stabil tetapi meningkat.
sehingga kondisi bangunan bisa turun struktur pondasi bangunan masih  Dalam pembuatan pondasi
lurus vertikal atau turun miring. solid sehingga bangunan menjadi menerus perlu dihindari
miring kaku, pada pondasi titik penempatan pondasi diatas
penurunan yang tidak seragam dapat tanah lembek karena pondasi
mengakibatkan patahnya ikatan / menerus merupakan jenis
sloof pengaku pondasi, penurunan pondasi dangkal yang sangat
pondasi juga dapat disebabkan oleh berpengaruh terhadap
kurang baiknya sistem drainase perubahan kondisi tanah.
dibawah bangunan, sehingga air  Membuat galian pondasi lebih
tanah dapat menggerus kekuatan dalam dari galian pondasi
tanah pendukung pondasi. biasanya dan Agar Kegagalan
fungsi pondasi dapat dihindari,
 Kesalahan ukuran  Adalah kondisi dimana Ukuran pondasi  Kesalahan pada ukuran pondasi maka pondasi Bangunan harus
pondasi. kurang besar, tidak sesuai dengan beban biasanya diakibatkan karena adanya diletakkan pada lapisan tanah
bangunan di atasnya. kesalahan perhitungan luasan dan yang cukup keras, padat, dan
lebar pondasi yang direncanakan kuat mendukung beban
yang mengakibatkan ketidak sesuaian bangunan tanpa menimbulkan
sehingga terjadi kerusakan / penurunan yang berlebihan.
kegagalan pondasi.  Perbaiki ketinggian balok dan
dinding yang rusak akibat
 Posisi berada pada areal  Posisi berada pada areal terjal yakni  Kesalahan yang terjadi akibat penurunan pondasi.
terjal. kondisi dimana Posisi/letak pondasi kesalahan posisi pondasi diakibatkan  Buat tiang di atas pondasi baru
berada dalam sudut longsor tanah, karena adanya keterbatasan lahan untuk menghentikan
biasanya bangunan berada pada lereng pembangunan, selain itu perencanaan penurunan.
gunung atau ditebing pantai. dan pelaksanaan yang kurang teliti
dan cermat dapat mempengaruhi
terjadinya kerusakan.

20
 Kerusakan akibat alam  Terjadinya kerusakan akibat faktor
 Kerusakan akibat pengaruh alam adalah alam ini dapat terjadi karena akibat
kondisi dimana Tanah mengalami kejadian alam seperti banjir, gempa.
perubahan karakteristik.
3.2 Gambar – Gambar Cacat dan Kegagalan konstruksi bangunan

Korosi yang terjadi pada tulangan Voids pada Beton


Settlement pada pondasi

Kerusakan Pada Beton Kolom Spalling pada beton Kegagalan akibat posisi di lereng

21
Kerusakan Pada Atap Penurunan Bangunan Kemiringan akibat tanah lunak

22
Kerusakan akibat Patahan Kolom yang tidak kuat Kerusakan akibat Gempa Kesalahan arsitektural

Kerusakan Instalasi Kerusakan Atap Plat Beton Kerusakan lanati

23
Kerusakan akibat Genangan air

24
DAFTAR PUSTAKA

Tumilar, Steffie. 2006. Latar Belakang dan Kriteria dalam Menentukan


“Tolak Ukur” Kegagalan Bangunan. Seminar HAKI. Jakarta.

Syuhada, Mukoddas. 2009. Kegagalan Bangunan dan Kegagalan


Konstruksi.

Ir. Sumardjito, MT. 2011. Modul Ajar CGK.

http://konsolidasi.wordpress.com/category/newsletter/

http://gouw2007.wordpress.com/2011/11/04/mengungkap-kegagalan-
struktur/

http://manajemenproyekindonesia.com/?p=1303

http://www.gussuta.com/teknik/tip-mengatasi-masalah-pada-bangunan.html

25

Anda mungkin juga menyukai