Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS NURSING PHILOSOPY

MENURUT KATIE ERIKSSON

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Sains Keperawatan

Dosen Koordinator

Nunung Nurjanah, S.Kp.,M.Kep.,Sp.An

Disusun Oleh : Kelompok 1


1. Sukirno, S.Kep,.Ners Nim.215119034
2. Ahmad Zakiudin, S.Kep,.Ners Nim.215119029
3. Tati Karyawati, S.Kep.,Ners Nim.215119030

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

TAHUN AJARAN 2019 / 2020


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan pola pikir, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
akan berdampak pada tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang lebih berkualitas termasuk pelayanan keperawatan.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan
kesehatan yang bersifat komprehensif meliputi biopsikososiokultural dan
spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,
baik dalam keadaan sehat maupun sakit dengan pendekatan proses
keperawatan. Pelayanan keperawatan yang berkualitas didukung oleh
pengembangan teori dan model konseptual keperawatan. Pelayanan
keperawatan yang berkualitas didapat dari pengembangan filosofi. Filosofi
keperawatan yang mendasari pengembangan teori-teori keperawatan yang
disusun meningkatkan pemahaman terhadap fenomena keperawatan yang
mengarahkan perkembangan ilmiah dari ilmu dan praktek sehingga terjadi
perkembangan dalam profesi keperawatan.
Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional akan berkembang
bila didukung oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan riset
keperawatan dan diimplementasikan di dalam praktek keperawatan (George,
1995 dalam Setiawan, 2014).Teori praktik keperawatan didasarkan pada
pengetahuan keperawatan. Perkembangan pengetahuan memiliki bukti dalam
menghubungkan antara tingkat abstraksi dengan jenis teori keperawatan
(Fawcett, 2005). Teori keperawatan menyediakan sebuah perspektif tentang
cara mendefinisikan perawatan, menggambarkan siapa yang diberikan
perawatan, kapan perawatan akan dibutuhkan, serta mengidentifikasi batas
dan tujuan kegiatan terapeutik dalam perawatan.
Salah satu teori filosofi keperawatan yang dapat diterapkan oleh perawat
dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien adalah teori dari Katie
Erikson (Caritative Caring). Filsafat keperawatan apabila dikaitkan dengan
filsafat dan teori caritative caring menurut Katie Eriksson maka akan muncul
pertanyaan-pertanyaan antara lain pertanyaan ontologi (apa ilmu caritative
caring), pertanyaan epistemologi (bagaimana lahirnya ilmu caritative caring)
dan pertanyaan aksiologi (untuk apa ilmu caritative itu digunakan). Pada
makalah ini penulis akan berusaha memaparkan salah satu teori
keperawatan, yaitu teori Katie Erikson tentang “Theory Of Caritative Caring”
serta filsafat dari teori tersebut yang terdiri atas ontologi, epistemiologi serta
aksiologi dari teori tersebut.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan tentang teori keperawatan Katie Erikson (Caritative Caring).
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentang Latar Belakang Teori
b. Menjelaskan tentang asumsi dasar caritative caring
c. Menjelaskan tentang konsep teori katie erikson
d. Menjelaskan tentang konsep katie erikson dengan konsep
metaparadigma

C. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan tentang
analisis philosophical theory oleh Katie Erikson.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang Teori


Katie Eriksson merupakan salah satu pelopor ilmu pengetahuan di
negara bagian utara. Beliau telah membuat langkah baru bagi ilmu
pengetahuan. Eriksson mengembangkan Caring/perawatan sebagai
disiplin ilmu Eriksson lahir 18 November 1943 di Jakobstrad Filandia,
beliau menjadi orang Swedia minoritas di Filandia dan bahasa ibu yang
digunakan adalah bahasa Swedia. Tahun 1965 lulus sekolah ilmu
keperawatan di Helsinki Swedia Tahun 1967 melanjutkan pendidikan
pada institusi yang sama tahun 1970 beliau lulus dari program guru
mengajar keperawatan di sekolah Helsinki yang ia peroleh lisensinya
tahun 1976, dan mempertahankan disertasi doktornya di bidang
Padagogy (Pendidikan). Sejak awal tahun 1970 Erikson secara
sistematis mendalami masalah caring khususnya tentang pengembangan
model ideal tentang caring yang telah membentuk basis untuk teori
“Caritative caring “ dan sebagian melalui pengembangan ilmu caring
yang berorientasi autonomus humanistically.
Tahun 1972, setelah mengajar selama 2 tahun di unit pendidikan
keperawatan Helsinki Swedish School of Nursing, Eriksson menentukan
untuk memulai dan mengembakan program edukasi untuk menyiapkan
perawat edukator di institusi tersebut. Program tersebut hanya diajarkan
dalam bahasa Swedia tidak ada di Finlandia. Program pendidikan ini,
bekerja sama dengan Universitas Helsinki, adalah awal dari ilmu
pengetahuan yang didisiplinkan.
Di bawah kepemimpinan Eriksson, Helsinki Swedish School of Nursing
mengembangkan sebuah program pendidikan terkemuka dalam caring
sains dan keperawatan di negara-negara Nordik yang merupakan cikal
bakal pendidikan berdasarkan ilmu caring dan integrasi penelitian di
bidang pendidikan. Pada tahun 1986, Eriksson diminta untuk
merencanakan program pendidikan dan penelitian dalam mata pelajaran
ilmu caring di Fakultas Pendidikan Universitas Åbo Akademi di Vaasa,
Finlandia. Program pendidikan yang sepenuhnya dikembangkan untuk
perawatan kesehatan dengan tiga pilihan fokus dan program penelitian
untuk ilmu caring telah diciptakan. Hasil perencanaannya adalah
Department of Caring Science pada tahun 1987 yang menjadi departemen
otonom di dalam Fakultas Pendidikan Åbo Akademi University sampai
tahun 1992, ketika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Keperawatan didirikan.
Eriksson mengembangkan pendidikan akademis untuk gelar Master dan
Doktor di Ilmu Caring. Program doktor dimulai pada tahun 1987 di bawah
arahan Eriksson, dan 44 disertasi doktor telah dipublikasikan.
Dengan staf dan para peneliti, Eriksson telah mengembangkan lebih
lanjut teori caristik tentang ilmu caring dan peduli sebagai disiplin
akademis. Selain karyanya dengan pengajaran, penelitian, dan
pengawasan, Eriksson telah menjadi dekan Departemen Ilmu Caring.
Salah satu tugas utamanya adalah mengembangkan kontak Nordik dan
internasional dalam ilmu kepedulian. Eriksson telah menjadi tamu dan
pembicara utama yang sangat populer, tidak hanya di Finlandia, tapi juga
di semua negara Nordik dan di berbagai konggres internasional. Pada
tahun 1977, ia menjadi pembicara tamu di Simposium Pendidikan
Kedokteran dan Keperawatan di Istanbul, Turki; Pada tahun 1978, juga
berpartisipasi dalam pendidikan guru Foundation of Health Care di
Reykjavik, Islandia.
Pada tahun 1982, Eriksson mempresentasikan model aseptik asuhan
keperawatannya pada Konferensi Terbuka Pertama di Kelompok Kerja
Peneliti Perawat Eropa di Uppsala, Swedia. Eriksson mengikuti
pendidikan dan pendidikan lanjutan perawat di Statens Utdannings center
untuk Helsopersonell di Oslo, Norwegia. Pada tahun 1988, Eriksson
mengajar "Basic Research in Nursing" di Universitas daerah Bergen,
Norwegia, dan “Nursing Care Science’s Theory of Science and Research”
di Universitas Umeå, Swedia.
Erikkson berkonsultasi di banyak institusi pendidikan Swedia dan telah
menjadi dosen reguler di Nordiska Hälsovårdsskolan Gothenburg, Swedia.
Pada tahun 1991, Eriksson menjadi pembicara tamu pada International
Association for Human Caring (IAHC) Conference ke-13 di Rochester,
New York. Pada tahun 1992, Eriksson mempresentasikan teorinya pada
IAHC ke-14 di Melbourne, Australia; dan pada tahun 1993, menjadi
pembicara utama pada IAHC ke 15, Caring sebagai Penyembuhan:
Renewal Through Hope, di Portland, Oregon (Eriksson, 1994, dalam
Alligood, 2010).
Pada simposium ilmu caring tahunan di Helsinki, Finlandia. Dalam
banyak dialog publik dengan Kari Martinsen dari Norwegia, Eriksson telah
membahas pertanyaan mendasar tentang ilmu caring dan beberapa
dialog telah dipublikasikan (Martinsen, 1996; Martinsen & Eriksson, 2009
dalam Alligood, 2010). Eriksson bekerja sebagai pemimpin dibanyak
simposium: Simposium Nordik 1975 tentang Nursing Care Proccess
pertama di Finlandia. Simposium 1982 dalam Riset Dasar Ilmu
Keperawatan; Simposium Nordik 1985 dalam Ilmu Perawatan; Simposium
Peduli Kemanusiaan Nordik tahun 1989; Konferensi Ilmu Kesehatan
Nordik tahun 1991, "Caritas & Passio di Vaasa, Finlandia"; dan Konferensi
Caring Science Nordik 1993, "peduli atau tidak peduli adalah kunci
pertanyaaan" dalam Keperawatan di Vaasa, Finlandia.
Teori caricative caring dari Eriksson mulai terfokus secara
internasional pada tahun 1997, ketika IAHC untuk pertama kalinya
mengatur konferensinya di negara Eropa. Department of Caring Science
menjabat sebagai tuan rumah konferensi ini, yang diselenggarakan di
Helsinki, Finlandia, dengan topik, "Human Caring : The Primacy of Love
and Existential Suffering". Eriksson adalah anggota beberapa komite
redaksi untuk jurnal internasional dalam keperawatan dan ilmu caring. Dia
telah diundang ke banyak universitas di Finlandia dan negara-negara
Nordik lainnya sebagai lawan fakultas untuk mahasiswa doktoral dan
konsultan ahli di bidangnya. Dia adalah penasihat untuk siswa
penelitiannya sendiri dan untuk mahasiswa penelitian di Universitas
Kuopio dan Helsinki, di mana dia adalah seorang profesor. Eriksson
menjabat sebagai ketua Nordic Academy of Caring Science dari tahun
1999 sampai 2002.
Eriksson telah menghasilkan textbooks, laporan ilmiah, artikel jurnal
profesional, dan makalah singkat. Publikasinya dimulai pada tahun 1970-
an dan mencakup sekitar 400 judul. Beberapa terbitannya telah
diterjemahkan ke dalam bahasa lain, terutama ke bahasa Finlandia
“Vårdandets Idé” telah dimuat dalam Braille. Terjemahan bahasa Inggris
pertamanya, The Suffering Human Being [Den Lidande Människan],
diterbitkan pada tahun 2006 oleh Nordic Studies Press di Chicago.
Eriksson telah menerima banyak penghargaan atas prestasi profesional
dan akademisnya. Pada tahun 1975, dia dinominasikan untuk menerima
Penghargaan 3M-ICN (Dewan Perawat Internasional) di Finlandia; Pada
tahun 1987, dia menerima Medali Sophie Mannerheim dari Asosiasi
Perawatan Swedia di Finlandia; dan pada tahun 1998, dia menerima
Caring Science Gold Mark untuk mendapatkan asuhan keperawatan
akademis di Helsinki University Central Hospital. Juga pada tahun 1998,
dia menerima Doktor Kehormatan di Kesehatan Masyarakat dari Sekolah
Kesehatan Masyarakat Nordik di Gothenburg, Swedia. Penghargaan
lainnya termasuk Medali Kepulauan Åland tahun 2001 untuk ilmu
pengetahuan tentang caring dan Medali Topelius 2003, yang
dilembagakan oleh Åbo Akademi University. Pada tahun 2003, dia
dihormati secara nasional sebagai Knight, First Class, dari Order of the
White Rose , Finlandia.
Motivasi dasar Eriksson dalam ilmu caring dan merawat adalah caritas,
yang merupakan ide utama dan menjaga berbagai elemen bersama hal ini
memberi kedua substansi dan disiplin ilmu caring yang merupakan
karakter khas. Dalam pengembangan motivasi dasar, St. Augustine
(1957) dan Søren Kierkegaard (1843/1943) menjadi sumber penting
dalam pengembangan disiplin. Pemikiran Eriksson dipengaruhi oleh
Sources seperti Thomas Kuhn (1971)  dan Karl Popper (1997), dan
kemudian oleh filsuf Amerika Susan Langer (1942) dan filsuf Finlandia
Eino Kaila (1939) dan Georg von Wright (1986), yang kesemuanya
mendukung gagasan sains manusia bahwa sains tidak akan ada tanpa
nilai. Selama bertahun-tahun, Eriksson berkolaborasi dengan Håkan
Törnebohm (1978), yang menjadi profesor Nordik pertama dalam teori
sains di Universitas dari Gothenburg, Swedia terutama dalam penelitian
Törnebohm dan pengembangan paradigma yang terkait dengan berbagai
budaya ilmiah yang mengilhami Eriksson (Eriksson, 1989; Lindström,
1992).
Pemikiran bahwa konsep memiliki makna dan substansi telah
menonjol dalam karya ilmiah Eriksson. Hal ini muncul melalui analisis
sistematis konsep dasar dengan bantuan metode analisis semantik yang
berakar pada gagasan hermeneutika, yang dikembangkan oleh profesor
Peep Koort tahun 1975. Koort adalah mentor Eriksson dan sumber
inspirasi paling penting dalam karya ilmiahnya. Dengan membangun
metodologinya, Eriksson kemudian mengembangkan sebuah model untuk
pengembangan konsep yang sangat penting bagi banyak peneliti dalam
karya ilmiah. Perumusan etika caring berbasis caritas dimana Eriksson
dipahami sebagai etika entologi. Emmanuel Lévinas (1988) berpendapat
bahwa etika mendahului ontologi telah menjadi prinsip penuntun. Eriksson
setuju dengan pendapat Levinas bahwa etika selalu lebih penting dalam
hubungan dengan manusia lain. Substansi dasar etika adalah caritas,
cinta, kasih dan amal yang didukung lebih jauh lagi oleh Aristoteles
(1993), Nygren (1972), Kierkegaard (1843/1943), dan St. Augustine
(1957).
Dalam rumusan etika karitatif, Eriksson telah terinspirasi oleh gagasan
Kierkegaard tentang semangat terdalam manusia sebagai sintesis yang
abadi dan temporal, bahwa dengan bertindak etis secara mutlak akan
menjadi abadi (Kierkegaard, 1843/1943). Dia menekankan pentingnya
pengetahuan tentang sejarah gagasan untuk melestarikan seluruh budaya
spiritual dan mendapat dukungan Nikolaj Berdâev (1990) Filsus dan
Sejarawan Rusia. Dalam mengintensifkan konsep dasar manusia sebagai
tubuh, jiwa, , Eriksson melakukan dialog yang menarikdengan beberapa
teolog seperti Gustaf Wingren (1960/1996), Antonio Barbosa da Silva
(1993), dan Tage Kurtén (1987), sementara mengembangkan subdisiplin
yang dia sebut sebagai teologi caring. Ciri paling menonjol dari pemikiran
Eriksson adalah perumusan yang jelas tentang asumsi dasar ontologis,
epistemologis, dan etika sehubungan dengan disiplin ilmu caring.
Dari awal perkembangan teorinya, Eriksson menetapkannya dalam
empirisme secara sistematis menggunakan pendekatan deduktif
hermeneutis dan hipotetis. Sesuai dengan cara berpikir manusia dan
hermeneutis, Eriksson mengembangkan konsep pengetahuan caring telah
dibuktikan (Eriksson, Nordman, & Myllymäki, 1999 dalam Alligood 2010).
Argumen utamanya untuk ini adalah bahwa konsep bukti dalam ilmu
pengetahuan alam terlalu sempit untuk menangkap dan mencapai
kedalaman realitas kepedulian yang kompleks.
Konsep pembuktiannya berasal dari konsep kebenaran Gadamer
(Gadamer, 1960/1994), yang meliputi kebenaran, keindahan, dan
kebaikan. Bukti dalam perspektif sains manusia mengandung dua aspek:
konseptual dan logis, yang disebut secara ontologis, dan bersifat empiris.
Bukti konsep yang dikembangkan oleh Eriksson terbukti secara empiris
saat diuji dalam dua studi empiris komprehensif di mana gagasan tersebut
untuk mengembangkan budaya kepedulian berbasis bukti di tujuh unit
perawatan di Distrik Rumah Sakit dari Helsinki dan Uusimaa (Eriksson &
Nordman, 2004). Perkembangan bukti lebih lanjut menghasilkan ilmu
caring berbasis  konsep dan teori (Martinsen & Eriksson, 2009 dalam
Alligood, 2014).
Erikson adalah salah satu dari peneliti ilmu caring dinegara belahan
utara yang mengembangkan teori ini dan beliau pelopor peneliti dasar
pada ilmu pengetahuan “CARING “. Teori Erikson lebih menekankan pada
caritative caring dimana perawat dituntut mampu membina hubungan
yang saling percaya dengan pasien sehingga tindakan yang dilakukan
oleh perawat mudah diterima oleh pasien.

B. Asumsi Dasar Caritative Caring


Asumsi dasar dari teori Katie Eriksson adalah axioms dan tesis.
Eriksson mengemukakan bahwa axioms adalah dasar dari kebenaran,
sedangkan tesis merupakan ungkapan umum yang berfokus pad keadaan
alami dari ilmu caring itu sendiri. Teori caritative berdasarkan axioms,
dimodifikasi serta diklarifikasi dari asumsi dasar Eriksson. Adapun axioms
tersebut adalah:
1. Dasar dari seorang manusia adalah body, soul, dan spirit
2. Seorang manusia pada dasarnya beragama
3. Seorang manusia itu suci
4. Komunikasi adalah dasar dari bermasyarakat.
5. Caring merupakan sifat alami dari manusia, sebuah panggilan untuk
melayani dengan cinta
6. Penderitaan (sakit) merupakan bagian dari hidup.
7. Kesehatan bukan hanya tidak ada kesakitan namun juga berdampak
pada keselurahan hidup
8. Kehidupan manusia pada kenyataannya merupakan suatu
misteri, ketidakpastian dan ketidakabadian.
Axioms diatas dikembangkan:
1. Dasar dari caring adalah caritas (kasih sayang)
2. Kategori dasar dari caring adalah penderitaan
3. Caring communion merupakan bentuk dari caring dan terbagi ke dalam
cinta, tanggung jawab, pengorbanan.
4. Sehat berarti berpindah dari keadaan semula, menjadi, dan
melakukan, bekerja keras untuk kesejahteraan dan kemakmuran
5. Caring berdampak pada mengurangi penderitaan melalui kemurahan
hati, cinta, kasih sayang dan harapan. Dasar alami dari caring adalah
mengekspresikan melalui hadir, melakukan serta mempelajari
hubungan caring.

C. Konsep Teori Katie Erikson


1. Caritas
Mengandung makna cinta dan kemurahan hati, merupakan motif dasar
dari ilmu caring, artinya bahwa keyakinan, harapan dan cinta dicapai
dengan perantaraan caring melalui tindakan
2. Caring Communion
Mengandung konteks pengertian dari caring dan menjadi struktur yang
menentukan realitas caring, yang terdiri dari intensitas dan vitalitas
yaitu kehangatan, keakraban, ketenangan, ketanggapan, kejujuran
dan toleransi. Caring communion adalah apa yang menyatukan dan
mengikat individu/manusia tersebut sehingga membuat caring itu
berarti
3. Tindakan caring
Merupakan suatu seni/cara menjadikan sesuatu yang kurang special
menjadi sangat special

4. Etika Caritative Caring


Etika caring menitikberatkan pada hubungan dasar antara pasien dan
perawat dimana saat perawat menemui pasien memenuhi batasan-
batasan etika yang jelas. Sikap yang ditampakkan dilakukan melalui
pendekatan-pendekatan yaitu tanpa ada prasangka dan tetap melihat
manusia sebagai makhluk yang bermartabat.
5. Martabat
Dalam berinteraksi dengan pasien perlu diperhatikan martabat pasien.
Ada dua jenis martabat, yaitu martabat yang mutlak dan martabat yang
relatif. Martabat yang relative dipengaruhi/ dapat diperoleh dari
budaya.
6. Menerima panggilan/undangan/invitasi
Perawat datang mengunjungi pasien dan memberikan tindakan
perawatan atas permintaan atau undangan dari pasien/keluarga
sendiri.
7. Penderitaan
a. Penderitaan ada yang dihubungkan dengan kondisi sakit,
perawatan, dan kehidupan.
b. Penderitaan yang dihubungkan dengan kondisi sakit dimana pasien
mengalami penderitaan karena kondisi sakitnya tersebut.
c. Penderitaan yang dihubungkan dengan perawatan, dimana kadang
pasien mengalami penderitaan akibat pada saat diberi tindakan
perawatan, kurang dipertimbangkan masalah martabat pasien,
kurangnya keramahan petugas, adanya kesalahan tindakan, dan
terapi latihan yang menyiksa.
8. Penderitaan manusia
Keadaan yang digambarkan oleh pasien saat dia mengalami sakit
dimana pada saat itu ia memikul penderitaan
9. Rekonsiliasi
Merupakan suatu bentuk drama dari penderitaan dimana seseorang
yang menderita ingin memastikan penderitaan yang dialaminya dan
diberi kesempatan untuk mencapai rekonsoliasi/kedamaian.

10. Budaya caring


Merupakan konsep dimana Erikson menggunakan lingkungan
berdasar pada elemen budaya sebagai tradisi, ritual dan nilai-nilai
dasar. Budaya yang berbeda memiliki dasar perubahan nilai etos. Bila
suatu communion muncul berdasarkan etos, budaya menjadi lebih
menarik. Budaya caring menunjukkan sikap tanggap terhadap
manusia, martabat dan kesuciannya dalam membentuk tujuan
communion.

D. Konsep Katie Erikson Dengan Konsep Metaparadigma


1. Manusia
Konsep tentang manusia pada teori Eriksson didasarkan pada
aksioma bahwa manusia adalah entitas tubuh, jiwa, dan semangat
(Eriksson, 1987a, 1988). Eriksson menekankan bahwa manusia pada
dasarnya adalah makhluk keagamaan, tapi semua manusia tidak
mengakui dimensi ini. Manusia pada dasarnya suci, dan aksioma ini
terkait dengan ide tentang martabat manusia, yang berarti menerima
kewajiban manusia untuk melayani dengan cinta dan yang ada untuk
orang lain.
Eriksson menekankan kebutuhan memahami manusia dalam
konteks ontologinya. Manusia dipandang konstan; selalu konstan
dalam perubahan dan karenanya dan tidak pernah dalam keadaan
penyelesaian lengkap. Manusia dimengerti dalam  istilah
kecenderungan ganda yang ada dalam dirinya, terlibat dalam
perjuangan terus dan hidup dalam ketegangan antara menjadi dan
tidak menjadi. Eriksson melihat kebebasan bersyarat manusia sebagai
dimensi menjadi. Eriksson menghubungkan pemikirannya dengan
Kierkegaard (1843/1943) ide tentang pilihan bebas dan keputusan
dalam berbagai tahapan  kehidupan manusia yaitu estetis, etis, dan
tahap keyakinan dan dia berpikir bahwa transendesi kekuatan manusia
adalah fondasi kebebasan yang nyata. Dual kecenderungan manusia
juga muncul dalam usahanya menjadi unik, sementara secara
bersamaan menginginkan menjadi komuni yang lebih besar.
Manusia pada dasarnya bergantung pada komuni; tergantung
pada yang lain, dalam hubungan antara hal konkret lainnya (manusia)
dan yang abstrak lainnya (beberapa bentuk Tuhan) yang manusia ingin
menjadi dirinya sendiri dan keberadaannya (Eriksson, 1987). Manusia
mencari sebuah komuni dimana dia dapat memberi dan menerima
cinta, mengalami iman dan harapan, dan sadar bahwa keberadaannya
di sini dan saat ini memiliki makna. Menurut Eriksson (1987), manusia
yang kita temui dalam perawatan yaitu manusia kreatif dan imajinatif,
memiliki kemauan dan keinginan, dan mampu mengalami fenomena.
Oleh karena itu, deskripsi tentang manusia hanya dalam istilah
kebutuhannya tidak mencukupi. Saat manusia memasuki konteks
caring, maka dia akan menjadi pasien dalam konsep original- makhluk
yang menderita (Eriksson,1994a).
2. Lingkungan
Eriksson menggunakan konsep etos sesuai dengan Gagasan
Aristoteles (1935, 1997) bahwa etika berasal jiwa khas suatu bangsa.
Dalam pengertian Eriksson, etos ilmu peduli, sebagaimana serta
kepedulian, terdiri dari gagasan cinta dan amal dan hormat dan
kehormatan dari kekudusan dan martabat dari itu manusia makhluk.
Etos adalah yang mencakup semua caring. Etos adalah ontologi batin
yang seharusnya, "target kepedulian" yang memiliki bahasanya sendiri
dan kunci sendiri "(Eriksson, 2003). Caring yang baik dan pengetahuan
sejati menjadi terlihat melalui etos. Etos awalnya mengacu pada
rumah, atau tempat dimana manusia merasa di rumah. Ini
melambangkan ruang terdalam manusia, tempat dimana dia dalam
keterbukaannya (Lévinas, 1989). Etika dan etika menyatu bersama,
dan dalam budaya peduli menjadi satu (Eriksson, 2003).
Eriksson berpikir bahwa etos berarti itu merasa dipanggil untuk
melayani tugas tertentu. Etos sebagai inti dari budaya peduli. Etos,
yang membentuk kekuatan dasar dalam budaya peduli, mencerminkan
prioritas nilai yang berlaku yang melaluinya fondasi dasar etika dan
tindakan etis muncul. Pada awal 1990-an, saat Eriksson
memperkenalkan gagasan menderita sebagai kategori dasar caring,
dia kembali ke sejarah fundamental kondisi caring, gagasan amal
sebagai dasarnya mengurangi penderitaan (Eriksson, 1984, 1993,
1994a, 1997a). Ini berarti sebuah perubahan dalam pandangan realitas
caring pada fokus penderitaan manusia. Penderitaan adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, dan tidak memiliki
alasan atau definisi yang berbeda. Penderitaan seperti itu tidak ada
artinya, tapi manusia bisa dianggap sebagai makna untuk berdamai.
Eriksson membuat perbedaan antara penderitaan yang tak
tertahankan dan tak tertahankan dan berpikir penderitaan yang tak
tertahankan melumpuhkan manusia, mencegahnya tumbuh, meski
bisa bertahan lama penderitaan itu sesuai dengan kesehatan. Tujuan
akhir dari caring adalah untuk meringankan penderitaan. Eriksson telah
menjelaskan tiga bentuk yang berbeda: penderitaan yang berkaitan
dengan penyakit, penderitaan terkait dengan perawatan, dan
penderitaan yang berkaitan dengan kehidupan (Eriksson, 1993, 1994a,
1997a).
3. Kesehatan
Eriksson menganggap kesehatan sebagai kesempurnaaan,
kesegaran, dan kesejahteraan. Dimensi subjektif, atau kesejahteraan,
sangat ditekankan kuat (Eriksson, 1976). Aksioma kesehatan saat ini,
kesehatan menyiratkan adanya keseluruhan tubuh, jiwa, dan spirit.
Kesehatan berarti sebagai konsep murni keutuhan dan kesucian
(Eriksson, 1984). Dalam model ontologi kesehatan, Eriksson melihat
kesehatan sebagai gerakan dan integrasi. Premis kesehatan
merupakan gerakan terdiri dari ruang dan waktu, kesehatan sebagai
gerakan menyebabkan perubahan; seorang manusia menjadi
terbentuk atau hancur; namun tidak pernah lengkap; kesehatan adalah
perpindahan antara aktual dan potensial; kesehatan adalah gerakan
dalam ruang dan waktu; kesehatan sebagai gerakan tergantung pada
kekuatan vital dan vitalitas tubuh, jiwa, dan spirit; arah gerakan ini
ditentukan oleh kebutuhan manusia dan keinginan; kemauan untuk
menemukan makna, kehidupan, dan cinta merupakan sumber energi
gerakan; dan kesehatan saat gerakan berusaha mencapai realisasi
potensi seseorang (Eriksson, 1984).
Dalam konsepsi ontologis, kesehatan merupakan sebuah
gerakan, menuju keutuhan yang lebih dalam dan kesucian. Kesehatan
batin manusia potensial tersentuh, sebuah gerakan dapat terlihat
dalam dimensi kesehatan yang berbeda sebagai perbuatan, menjadi
apa, dan menjadi bagaimana dengan keutuhan unik manusia
(Eriksson, Bondas-Salonen, Fagerström, et al., 1990).
4. Keperawatan
Cinta dan amal, atau caritas, sebagai motif dasar caring telah
ditemukan Eriksson (1987b, 1990, 2001) sebagai ide utama bahkan
dalam karya awalnya. Motif caritas bisa ditelusuri melalui semantik,
antropologi, dan sejarah gagasan (Eriksson, 1992c). Caritas
merupakan motif untuk peduli, dan melalui motif caritas tersebut caring
dirumuskan. Motif menurut Eriksson, adalah inti dari semua pengajaran
dan mendorong pertumbuhan di semua bentuk hubungan manusia.
Di caritas, kedua dasar bentuk cinta - eros dan agapé (Nygren,
1966) digabungkan. Motif dari caritas dapat terlihat secara khusus
pada sikap etik dalam caring, atau pandangan karitatif pandangan,
yang merumuskan dan menentukan dalam etika perawatan karitatif
(Eriksson, 1995). Caritas merupakan kekuatan batin yang terhubung
dengan misi untuk peduli. Merawat adalah sesuatu yang alami dan
asli. Eriksson Berpikir bahwa substansi caring bisa dipahami hanya
dengan mencari asal-usulnya. Asal ini ada di asal konsep dan gagasan
peduli alam. Dasar-dasar kepedulian alam didasari oleh gagasan
tentang keibuan, yang menyiratkan pembersihan dan bergizi, dan cinta
spontan dan tanpa syarat.
Perawatan dasar alami diungkapkan melalui perawatan,
bermain, dan belajar dengan semangat cinta, iman, dan berharap.
Karakteristik merawat adalah kehangatan, kedekatan, dan sentuhan;
Bermain adalah ekspresi olahraga, pengujian, kreativitas, dan
imajinasi, dan keinginan dan keinginan; Belajar ditujukan untuk
pertumbuhan dan perubahan. Eriksson menekankan bahwa
kepedulian karitatif berhubungan dengan yang inti terdalam
keperawatan Dia membedakan antara nursing caring dan asuhan
keperawatan. Asuhan keperawatan didasarkan pada proses asuhan
keperawatan, dan hanya menunjukkan perawatan yang baik
didasarkan pada inti terdalam keperawatan. Caring nursing
menunjukkan caring tanpa prasangka yang menekankan pada
penderitaan dan keinginan pasien (Eriksson, 1994a).
Inti hubungan caring, antara perawat dan pasien dijelaskan oleh
Eriksson (1993), adalah sebuah open invitation yang berisi penegasan
saling menerima. Open invitation yang konstan melibatkan tindakan
caring. Tindakan caring mengungkapkan yang semangat terdalam
caring dan menyusun motif dasar caritas. Tindakan caring
mengungkapkan elemen suci terdalam, menjaga martabat individu
pasien. Dalam tindakan caring, pasien diajak ke berbagi, dalam
persekutuan, dalam rangka membentuk kehidupan dan aktif dasar
caring (Eriksson, 1987a) (yaitu, disesuaikan dengan pasien). Dalam
pengertian ontologis, tujuan akhir dari caring tidak kesehatan saja;
namun lebih jauh dan mencakup kehidupan manusia secara
keseluruhan. Karena misi dari manusia adalah untuk melayani, ada
demi orang lain. Tujuan utama dari merawat adalah membawa
manusia kembali ke misi ini (Eriksson, 1994a).

BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis Hubungan Teori Katie Erikson dengan Filosofi dan
Paradigma Keperawatan
Penulis menyimpulkan Teori Erikson lebih menekankan pada caritative
caring dimana perawat dituntut mampu membina hubungan yang saling
percaya dengan pasien sehingga tindakan yang dilakukan oleh perawat
mudah diterima oleh pasien. dalam pandangannya terhadap konsep
keperawatan Erikson menegaskan bahwa Motif dasar dari ilmu caring
adalah caritas artinya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
penerapan cinta dan amal terhadap pasien.
Penekananan keperawatan dalam konsep Caritative Caring artinya
bahwa keyakinan, harapan dan cinta dicapai dengan perantaraan caring
melalui tindakan sehingga perawat mampu mengaplikasikan teori caring.
Perawat dapat merasakan apa yang pasien rasakan dan dapat melihat
pasien sebagai mahluk yang bermartabat sehingga dalam melakukan
tindakannya perawat harus memiliki etika dan menghormati budaya dari
pasien tersebut. Pada pelaksanaan asuhan keperawatan terdapat
keterkaitan satu sama lainnya, karena dalam melakukan suatu tindakan
keperawatan harus didasari dengan rasa kasih sayang, peduli atas
penderitaan yang dialami pasien dengan tidak mengesampingkan etika
dan menghormati budaya dari pasien dan memandang pasien sebagai
manusia yang bermartabat.
Teori Caritative Caring mellibatkan empat konsep metaparadigma
yang teridiri dari manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan.
Keterkaitan antar komponen tersebut mempengaruhi dan saling
berhubungan. Dalam konsepnya, Katie Eriksson membahas keempat
komponen tersebut beserta hubungannya dengan sangat jelas. Dimana
komponen Manusia menurut Eriksson menyatakan bahwa manusia pada
dasarnya suci, terkait dengan ide tentang martabat manusia, yang berarti
menerima kewajiban manusia untuk melayani dengan cinta dan yang ada
untuk orang lain. Selain itu Manusia pada dasarnya bergantung pada
yang lain. manusia yang kita temui dalam perawatan yaitu manusia kreatif
dan imajinatif, memiliki kemauan dan keinginan. Oleh karena itu, deskripsi
tentang manusia hanya dalam istilah kebutuhannya tidak mencukupi. Saat
manusia memasuki konteks caring, maka dia akan menjadi pasien dalam
konsep original- makhluk yang menderita (Eriksson,1994). Kemudian
dalam konsep lingkungan Eriksson menggunakan konsep etos/ilmu
peduli. Etos awalnya mengacu pada rumah, atau tempat dimana manusia
merasa di rumah (Lévinas, 1989). Etos, yang membentuk kekuatan dasar
dalam budaya peduli, mencerminkan prioritas nilai yang berlaku yang
melaluinya fondasi dasar etika dan tindakan etis muncul. Tujuan akhir dari
caring adalah untuk meringankan penderitaan. Eriksson telah
menjelaskan tiga bentuk yang berbeda: penderitaan yang berkaitan
dengan penyakit, penderitaan terkait dengan perawatan, dan penderitaan
yang berkaitan dengan kehidupan sehingga tujuan tindakan dari caritative
caring adalah untuk mengurangi penderitaan yang berkaitan dengan
penyakit, perawatan maupun dengan masalah kehidupan pasien.
Dalam konsep kesehatan Eriksson menganggap kesehatan sebagai
kesempurnaaan, kesegaran, dan kesejahteraan. kesehatan sebagai
gerakan menyebabkan perubahan; seorang manusia menjadi terbentuk
atau hancur; namun tidak pernah lengkap; kesehatan adalah perpindahan
antara aktual dan potensial. Dalam hal ini adalah dimana pasien yang
dirawat mengalami dari perubahan dari kondisi sehat ke kondisi dimana
manusia mengalami yang dinamakan penderitaan (sakit). Kemudian
dalam konsep keperawatan Cinta dan amal, atau caritas, sebagai motif
dasar caring telah ditemukan Eriksson. Eriksson menekankan bahwa
kepedulian karitatif berhubungan dengan yang inti terdalam keperawatan
menekankan pada penderitaan dan keinginan pasien Tindakan caring
mengungkapkan elemen suci terdalam, menjaga martabat individu pasien.
tujuan akhir dari caring tidak kesehatan saja; namun lebih jauh dan
mencakup kehidupan manusia secara keseluruhan sehingga dalam
merawat pasien perlu menunjung tinggi martabat dan berfokus dalam
penderitaan pasien dalam melaksanakan caring

B. Teori Eriksson dalam Pengaplikasian di Rumah sakit


1. Kasus :
Ny. S berumur  65 tahun, seorang pensiunan guru datang seorang
diri ke RS untuk memeriksakan diri dengan keluhan pusing,jantung
berdebar-debar,keringat  dingin,pandangan berkunang-kunang,dan hasil
laboratorium  GDS 50 mg/dl. Dari pengkajian diketahui bahwa pasien ini
sudah menderita DM sejak 4 tahun terakhir. Dalam komunikasi antara
pasien dan perawat, pasien mengatakan bahwa ia merasa hidup sendiri
walaupun ia tinggal bersama 2 orang anaknya, tetapi mereka tidak
mempedulikan dirinya. Pasien mengatakan bahwa anak-anak hanya sibuk
dengan urusan masing-masing bahkan untuk berkumpul dengan anaknya
sangat jarang terjadi. Akhirnya pasien dirawat di RS, kemudian Perawat
meminta nomor keluarga yang dapat dihubungi. Awalnya pasien menolak
namun dengan pengertian dari perawat akhirnya ia memberikan nomor
anggota keluarganya. Perawat kemudian menghubungi keluarga dan
menceritakan kondisi Ny.S. Dari komunikasi tersebut ternyata keluarga
sangat mencemaskan Ny. S karena ia tidak memberitahukan keluarga
ketika akan meninggalkan rumah. Keluarga mengatakan sejak ditinggal
istri pasien lebih banyak diam dan kadang marah tanpa jelas
penyebabnya, sehingga anak tidak memahami kebutuhan pasien.
Setelah komunikasi tersebut, keluarga menjenguk pasien di RS,
namun pasien tidak menunjukkan respon yang baik. Ketika ia
membutuhkan sesuatu ia tidak ingin dibantu keluarga. Seperti kejadian
pagi itu ia ingin makan namun harus disuap karena kelemahan yang
dialami ketika keluarga menawarkan bantuan pasien tidak menerima ia
lebih memilih memanggil perawat. Melihat kondisi tersebut akhirnya
perawat mengajak pasien berkomunikasi membicarakan masalah
tersebut.
Ketika berbincang-bincang dengn pasien, pasien mengatakan
bahwa ia sangat nyaman di RS karena perawat lebih memahami
perasaannya di banding keluarganya sendiri, seandainya keluarganya
bias bersikap seperti perawat tentu ia sangat bahagia.Selanjutnya
perawat, dengan hati-hati meminta kepada Ny. S untuk memberikan
pendapatnya tentang keluarga Ny. S dan ia bersedia untuk mendengar
pendapat perawat. Perawat bahwa sebenarnya keluarga sangat
menyayangi pasien dan ingin selalu menemani pasien namun kesibukan
mereka yang tidak bisa ditinggalkan sehingga kadang keluarga tidak
ditempat ketika pasien membutuhkan. Namun keluarga berjanji akan
berusaha mengatur waktu agar mereka dapat bergantian merawat bapak.
Perawat juga mengatakan akan membantu keluarga bagaimana cara
merawat pasien ketika nanti pulang ke rumah sehingga nantinya pasien
tidak marasa terabaikan. Ketika pasien mendengar pendapat perawat,
pasien tersebut menunduk dan menangis serta mengatakan bahwa
memang sebenarnya anak-anaknya sayang kepadanya.Mereka tidak
pernah mengeluh, apalagi berkata kasar kepadanya.Mereka sangat ramah
dan berusha sabar menghadapi pasien yang diakui pasien sering
membuat anak-anaknya bingung. Kemudian pasien meminta perawat
untuk memanggil anaknya dan meminta maaf kepada mereka demikian
pula sang anak meminta maaf kepada ayahnya dan berjanji akan selalu
menyayangi dan memperhatikan pasien.
2. Analisa Kasus
a. Caritas  : pasien tidak mendapatkan perhatian dari keluarga dan
menganggap perawat lebih memberikan perhatian
b. Caring communion :  perawat menyadari pentingnya kehangatan,
ketenangan, ketanggapan, kejujuran dan toleransi
c. Tindakan caring : memberi perhatian pada pasien
d. Etika caritative caring : melihat pasien sebagai seorang yang
bermartabat
e. Martabat : perawat perlu memperhatikan martabat pasien
f. Menerima panggilan : perawat segera menemui pasien ketika
dibutuhkan
g. Penderitaan : pasien sedang menderita sakit DM yang berdampak
pada penurunan kondisi kesehatannya. Keramahan perawat
membuat pasien dapat merasa lebih nyaman di RS disbanding di
rumah bersama keluarga
h. Penderitaan manusia : pasien merasa beban yang dirasakan tidak
mendapat perhatian dari keluarga sehingga dirinya merasa sendiri.
i. Rekonsiliasi : memberikan kesempatan kpd pasien untuk
mendapatkan kedamaian.
j. Budaya caring : berdasarkan budaya, ketika seorang sakit mereka
sangat membutuhkan support dari keluargasehingga membuat
pasien bersemangat dan menjalani hidupnya dengan lebih damai,
aman dan tentram.
3. Solusi terkait fenomena tersebut
Perawat  mampu memberikan caring kepada pasien berupa
kehangatan, ketenangan, ketanggapan, serta keakraban shg membuat
caring itu berarti
a. Perawat menunjukkan etika caring yang begitu menghargai pasien
dan melakukan pendekatan-pendekatan tanpa adanya prasangka-
prasangka buruk terhadap klg ataupun pasien
b. Ketika terjadi konflik antara pasien dan keluarga maka perawat
berperan dalam menyatukan pasien dan keluarganya
c. Untuk menerapkan caritative caring, maka perawat dituntut mampu
melakukan komunikasi terapeutik, membina hubungan saling
percaya dan mampu melihat keadaan dan situasi kapan kita dapat
memberikan masukan kepada pasien agar apa yang kita
sampaikan dapat diterima oleh pasien.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Katie Eriksson adalah seorang perawat dan filosofer, mengungkapkan
teori keperawatan philosophical caring dengan asumsi dasar bahwa
caricative caring termasuk dalam praktik keperawatan dimana perawat
memberikan asuhan keperawatan, merawat dan peduli pada orang lain.
Penekananan keperawatan dalam konsep Caritative Caring artinya bahwa
keyakinan, harapan dan cinta dicapai dengan perantaraan caring melalui
tindakan keperawatan.
Eriksson dalam konsep caricative caring terdiri dari cinta dan kasih
sayang, yang juga dikenal sebagai caritas, dan penghormatan dan
penghormatan terhadap kesucian dan martabat manusia. Dalam
melaksanakan asuhan keperawatan berfokus pada penderitaan pasien yaitu
penderitaan karena penyakit, perawatan dan masalah kesehatan dan
mendasar bagi seorang perawat dan dapat dilatih serta diaplikasikan pada
proses asuhan keperawatan dan menujung tinggi etika keperawatan dan
martabat manusia/pasien.. Menurut teori, penderitaan yang terjadi sebagai
akibat kurangnya perawatan karitatif adalah pelanggaran martabat manusia

B. SARAN
1. Setelah mempelajari tentang teori filosofikal keperawatan, sebaiknya
mahasiswa program magister keperawatan benar-benar bisa memahami
tentang konsep Caricative caring dan dapat menerapkannya dalam
praktik keperawatan sehari-hari pada
2. Seorang perawat sebagai tenaga professional di pelayanan kesehatan
sebaiknya mengetahui tentang konsep caring dan mengaplikasikannya
dalam tugas sehari-hari sehingga dapat meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Aligood, M. R. (2010). Nursing Theory: Utilization & Application (4th Ed).Missouri:
Elsevier.

Aligood, M. R. (2014). Nursing Theorists: and Their Work (8th Ed).Missouri:


Elsevier.

Fawcett, Jacqueline.(2005). Contemporary Nursing Knowledge: Analysis and


Evaluation of Nursing Models and Theories (2th Ed). Philadephia: Davis
Company

Setiawan dkk. 2014. Analisis Nursing phylosofi. Universitas Indonesia: Makalah.

Anda mungkin juga menyukai