Anda di halaman 1dari 49

PENYAKIT SISTEM URINARIA

(SUATU TINJAUAN DISKUSI MAHASISWA)


PENDEKATAN PEMERIKSAAN SISTEM
URINARIA DAN GAGAL GINJAL AKUT

Oleh
I P G YUDHI ARJENTINIA
Staf Pengajar
Lab. Ilmu Penyakit Dalam Veteriner

Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Udayana

i
DAFTAR ISI

No. Topik Halaman


1. Penyakit Renal ………………………………... 1
2. Pendekatan Klinis …………………………….. 1
3. Pemeriksaan Laboratorium Dari
Fungsi Ginjal …………………………………. 3
4. Gagal Ginjal Akut ……………………………. 20
5. Patofisiologi Gagal Ginjal Akut ……………… 24
6. Diagnosis Terjadinya Uremia Akut ………….. 29
7. Konsekuensi Klinis Gagal Ginjal Akut ……….. 34
8. Manajemen Medis Gagal Ginjal Akut ………... 37

ii
PENYAKIT RENAL

Definisi
Azotemia didefinisikan sebagai peningkatan
konsentrasi senyawa nitrogen nonprotein dalam darah,
biasanya terdiri dari urea dan kreatinin. Azotemia pre-renal
merupakan konsekuensi dari penurunan perfusi ginjal
(misalnya dehidrasi berat, gagal jantung), dan azotemia post-
renal terjadi akibat adanya gangguan ekskresi urin dari tubuh
(misalnya terjadi obstruksi, uroabdomen). Azotemia ginjal
primer disebabkan oleh penyakit pada parenkim ginjal. Istilah
gagal ginjal mengacu pada sindrom klinis yang terjadi saat
ginjal tidak mampu lagi mempertahankan fungsi regulasi,
ekskretoris, dan endokrin. Gagal ginjal terjadi ketika 75%
atau lebih nefron tidak berfungsi sebagai filtrasi. Uremia
mengacu pada konstelasi tanda klinis dan kelainan biokimia
yang terkait dengan gagal ginjal

PENDEKATAN KLINIS

Perjalanan Penyakit
Perjalanan penyakit harus mencakup informasi
tentang onset (secara akut ataupun bertahap), perkembangan
penyakit (membaik, tidak berubah, atau memburuk), dan

1|Page
respons terhadap terapi sebelumnya. Perlu diketahui
hubungan antara saluran perkencingan yang meliputi
tentang perubahan asupan air dan frekuensi dan volume
buang air kecil. Pemeriksaan harus dilakukan secara teliti
untuk dapat membedakan kejadian disuria dan polakiuria dari
poliuria dan untuk membedakan poliuria dari inkontinensia
urin. Keluaran urin normal berkisar antara 10 sampai dengan
20 mL/lb/hari pada anjing dan kucing. Asupan air tidak
boleh melebihi 40 mL/lb/hari pada anjing dan 20 mL/lb/
hari pada kucing.
Jika terjadi hematuria, pemiliknya harus ditanyai
tentang waktunya terjad hematuria. Darah pada saat awal
urinasi bisa mengindikasikan adanya suatu penyakit pada
uretra atau saluran kelamin. Darah pada akhir urinasi atau
keseluruhan urin terdapat darah mungkin menandakan
bahwa permasalahan terjadi baik dalam kandung kemih atau
saluran perkencingan bagian atas.
.
Pemeriksaan Fisik
Perhatian harus diberikan pada status hidrasi
hewan. Dilakukan pemeriksaan pada rongga mulut untuk
mengetahui adanya ulser, abses, nekrosis pada ujung lidah,
dan tingkat kepucatan selaput lendir mulut. Adanya edema
pada retina, pelepasan, perdarahan, atau tortuositi pada

2|Page
vaskular harus dicatat pada pemeriksaan fundus. Hewan
muda yang menderita gagal ginjal dapat mengalami
osteodistropi fibrosa ditandai dengan pembesaran dan
deformitas pada daerah maksila dan mandibula (disebut rubber
jaw). Pemeriksaan ginjal dapat dilakukan dengan palpasi pada
ginjal untuk mengetahui ukuran, bentuk, konsistensi, rasa
nyeri, dan lokasi. Pemeriksaan kandung kemih dilakukan
dengan palpasi untuk mengetahui tingkat distensi, nyeri,
ketebalan dinding. dan adanya massa intramural atau
intraluminal.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARI


FUNGSI GINJAL

Urea Nitrogen Dalam Darah (BUN)


Ekskresi urea pada ginjal terjadi melalui filtrasi di
glomerulus, dan konsentrasi urea nitrogen dalam darah
(BUN) berbanding terbalik dengan laju filtrasi glomerulus
(GFR). Namun, pengeluaran urea bukan merupakan
perkiraan GFR yang dapat direalisasikan, terutama dengan
jika terjadi penurunan volume darah.
Produksi dan ekskresi urea akan meningkat
disebabkan karena: 1) setelah diberi makan protein dengan

3|Page
tinggi; 2) terjadi perdarahan pada gastrointestinal, dengan
kondisi klinis yang ditandai dengan katabolisme yang
meningkat; dan 3) pemberian beberapa obat-obatan (misalnya
glukokortikoid, azatioprin, tetrasiklin). Konsentrasi BUN
dapat diturunkan dengan pemberian diet rendah protein,
steroid anabolik, dan menghindari terjadinya insufisiensi hati
yang berat.

Serum Kreatinin
Konsentrasi kreatinin dalam serum sangat
bervariasi dan berbanding terbalik dengan GFR. Penentuan
kadar kreatinin dapat memberikan gambaran perkiraan GFR
yang baik.
Peningkatan konsentrasi kreatinin, BUN atau
serum diatas normal menandakan bahwa setidaknya 75% atau
lebih nefron tidak berfungsi atau gagal berfungsi. Besarnya
konsentrasi BUN atau kreatinin serum tidak dapat digunakan
untuk memprediksi apakah azotemia yang terjadi bersifat
prerenal, primer ginjal atau postrenal, serta tidak dapat
digunakan untuk membedakan antara proses akut dan kronis,
reversibel dan ireversibel, atau progresif dan non-progresif.
Rasio BUN/kreatinin pada azotemia prerenal dan postrenal
dapat meningkat. Penurunan kadar BUN/kreatinin sering
mengikuti terapi cairan

4|Page
Ambang Batas Kreatinin
Indikasi utama penentuan ambang batas kreatinin
endogen adalah adanya kecurigaan klinis terhadap penyakit
ginjal pada hewan yang mengalami poliuria dan polidipsia
tetapi konsentrasi BUN dan serum kreatinin normal.

Kadar Protein Urin


Pada hewan dengan proteinuria yang persisten pada
urinalisis rutin, tingkat keparahan proteinuria dapat dinilai
dengan mengukur ekskresi protein urin selama 24 jam atau
melakukan mengukur kadar protein atau urine kreatinin pada
pakan atau ransum (Upr/Ucr).
Penentuan (Upr/Ucr) dapat digunakan untuk
mengukur kebutuhan urin selama 24 jam. Nilai normal
(Upr/Ucr) pada anjing dan kucing kurang dari 0,4. nilai
disajikan dalam table 1.

Berat Jenis Urin dan Osmolalitas Urina


Konsentrasi zat terlarut dalam urin total dapat
diukur dengan penentuan berat jenis urin (BJUrine) atau
osmolalitas urin (Uosm). Penentuan osmolalitas urine lebih

5|Page
disukai karena bergantung hanya pada jumlah partikel aktif
osmotik, berapapun ukurannya.
Isosthenuria mengacu pada urin dengan konsentrasi
zat terlarut total yang sama dengan filtrasi glomerulus yang
tidak berubah. Hyposthenuria mengacu pada urin dengan
konsentrasi zat terlarut total lebih rendah dari pada filtrasi
glomerulus.

Tabel 1. Tes Fungsi Glomerulus pada Anjing dan Kucing


Test Anjing Kucing
Blood urea nitrogen (mg/dL) 8-25 15-35
Serum kreatinin 0,3-1,3 0,8-1,8
Pembersihan kreatinin endogen 2-5 2-5
(mL/min/kg)
Pembersihan kreatini eksogen 3-5 2-4
(mL/min/kg)
Fraksi filtrasi 0,30-0,38 0,35-0,43
Ekskresi protein urin (mg/kg/d) <20 <20

Uji Kekurangan Air/Uji Dehidrasi


Tes uji kekurangan air merupakan tes fungsi
tubular yang berguna dan ditunjukkan dalam evaluasi hewan
yang mengalami polydipsia dan poliuria yang. Penyebabnya
tetap tidak dapat ditentukan setelah evaluasi pemeriksaan
diagnostik awal. Biasanya jika dilakukan pada hewan yang
mengalami hyposthenuria (BJUrine<1.007), diduga menderita
6|Page
diabetes insipidus sentral atau nefrogenik atau polidipsia
psikogenik. Sebaiknya uji dehidrasi tidak dilakukan pada
hewan yang mengalami dehidrasi namun masih memproduksi
urin.
Pada awal tes, kandung kemih hewan harus
dikosongkan dan data dasar (berat badan, hematokrit, protein
plasma, turgor kulit, osmolalitas serum, osmolalitas urin, dan
BJUrine) dikumpulkan. Diberikan asupan Air kemudian
dibiarkan sampai dengan hewannya urinasi, dan parameter ini
dipantau setiap 2-4 jam setiap hari..
Rangsangan maksimal pelepasan hormon
antidiuretik (ADH) akan “hadir” setelah kehilangan 5% cairan
tubuh. Tes ini disimpulkan ketika pasien menunjukkan
tingkat dehidrasi lebih dari 5%.
Pada saat dehidrasi terbukti, BJUrine biasanya berada
pada angka 1.045 untuk anjing normal dan kucing. Kegagalan
untuk mencapai konsentrasi zat terlarut urin maksimal tidak
melokalisir tingkat kelainan fungsi dan cacat struktural atau
fungsional sehingga dapat terjadi di manapun di sepanjang
sumbu ginjal-hipotalamus-hipofisis.

7|Page
Tabel 2. Tes Fungsi Tubular Renal Pada Anjing dan Kucing
Test Anjing Kucing
Random urine specific gravity 1,001-1,070 1,001-1,080
Urine specific gravity after 5% 1,050-1,076 1,047-1,087
dehydration
Urine osmolality after 5% 1787-2791 1581-2984
dehydration (mOsm/kg)
Urine to plasma osmolality ratio 5,7-8,9 NA
after 5% dehydration
Fractional electrolyte clearance (%)
 Sodium
 Potassium <1 <1
 Choride <20 <24
<1 <1.3
 Phosphorus <39 <73

Pemilik dapat diberitahu untuk membatasi


konsumsi air sampai 60 mL/lb per hari pada 72 jam
sebelumnya, 45 mL/lb per hari 48 jam sebelumnya, dan 30
mL/lb per hari 24 jam sebelum uji kekurangan air.
Pendekatan ini harus digunakan hanya pada hewan yang
dinyatakan sehat pada evaluasi klinis awal

Batas Ambang Elektrolit


Batas ambang fraksional natrium mungkin berguna
dalam diferensiasi azotemia ginjal prerenal dan primer. Pada
hewan dengan azotemia prerenal, pemberian natrium harus
dihindari. Pada hewan dengan azotemia karena penyakit

8|Page
ginjal, parenkim primer pembuangan natrium akan lebih
tinggi dari normal.

Urinalisi Rutin
Urin normal berwarna kuning dan biasanya jernih.
Berat jenis urine adalah refleksi dari total konsentrasi zat
terlarut urin. Data berat jenis harus diperoleh sebelum
pengobatan karena cairan dan obat-obatan dapat mengubah
berat jenis
pH urine bervariasi dengan diet dan keseimbangan
asam basa.

Protein
Proteinuria ringan, sedang sampai berat karena
tidak adanya kelainan sedimen urin sangat sugestif terhadap
penyakit glomerular (glomerulonefritis atau glomerular
amyloidosis). Jika sedimen aktif dan proteinuria ringan
sampai sedang, penyakit ginjal inflamasi atau penyakit
saluran kemih atau alat kelamin bawah harus
dipertimbangkan.

Glukosa
Jika kadar glukosa darah melebihi ambang batas
ginjal (kira-kira 180 mg/dL pada anjing dan 300 mg/dL pada
9|Page
kucing), glukosa akan muncul dalam urin yang disebut
sebagai glukosuria. Penyebab glukosuria meliputi diabetes
mellitus, stres atau ketakutan pada kucing, pemberian cairan
yang mengandung glukosa, dan penyakit pada tubulus ginjal
seperti sindrom Fanconi’s.

Keton
Adanya keton pada urin disebut juga ketonuria.
Keton biasanya tidak ada dalam urin anjing dan kucing.
Penyebab terjadinya ketonuria meliputi ketoasidosis pada
kasus diabetes mellitus, kelaparan, kelainan akibat dari
penyimpanan glikogen yang tinggi, demam persisten, dan
terjadinya hipoglikemia persisten.

Adanya Darah Pada Urin


Uji dipstick sangat sensitif namun tidak dapat
membedakan antara adanya eritrosit, hemoglobin, dan
myoglobin pada urin. Tes dipstick yang positif harus dapat
diinterpretasikan berdasarkan temuan pada sedimen urin.

Bilirubin
Pada anjing yang terkena penyakit hati, bilirubin
dapat dideteksi dalam urin sebelum konsentrasi serumnya
meningkat. Merupakan hal yang biasa jika menemukan
10 | P a g e
sejumlah kecil bilirubin dalam sampel urin yang
terkonsentrasi dari anjing normal. Bilirubin tidak ada dalam
urin kucing normal.

Leukocyte Esterasi Reaction Test


Tes ini khusus jika diketemukan nanah pada urin
(pyuria) pada sampel urin anjing, tapi tes ini memiliki
sensitivitas rendah. Pada kucing, tes yang dilakukan cukup
sensitif tapi sangat non-spesifik untuk mendeteksi terjadinya
pyuria.

Sel Darah Merah


Sel darah merah sesekali dianggap hal normal di
endapan urin. Penyebab hematuria dirangkum dalam tabel 3.

11 | P a g e
Tabel 3. Penyebab terjadinya Hematuria pada Anjing dan Kucing

Yang Berasal Dari Saluran Perkencingan (Ginjal, Ureter,


Kantong Kencing, Urethra)
Trauma
 Traumatik (misalnya pada saat melakukan kateter,
cystocentesis)
 Biopsy ginjal
 Trauma akibat benturan dan benda tumpul (misalnya
tertabrak)
Urolithiasis
Neoplasia
Peradangan (inflamasi)
 Infeksi saluran perkencingan
 Feline urologic syndrome (idiopathic feline urinary tract disease)
 Inflamasi akibat pengaruh kimia (misalnya cyclophosphamide-
induce cystitis)
Parasit
 Dioctophyma sp.
 Capillaria sp.
Koagulopati
 Racun dari Warfarin
 Disseminated intravascular coagulation
 Thrombocytopenia
Infark pada Ginjal
Hematoma pada Pelvis Ginjal
Malformasi vascular
 Renal telangiectasia (Welsh corgi)
 idiopathic renal hematuria

Yang Terjadi Pada Saluran Kelamin (Prostata, Prepusium,


Vagina)
 Estrus
 Peradangan, neoplasia, lesi akibat traumatic pada saluran
kelamin.

12 | P a g e
Sel Darah Putih
Sel darah putih sesekali dianggap normal pada
endapan urin. Infeksi pada saluran perkencingan adalah
penyebab pyuria yang paling umum, namun kontaminasi
saluran genital juga dapat menyebabkan terjadinya pyuria
dalam sampel urin atau pada kateter.

Sel Epitel
Sel skuamosa dan sel transisional dapat ditemukan
pada endapan urin, tapi seringkali memiliki sedikit
signifikansi diagnostik. Peningkatan jumlah sel peralihan
mungkin ada jika terjadi infeksi, iritasi, atau neoplasia pada
saluran kemih.

Casts
Cast adalah bagian berbentuk silinder pada tubulus
ginjal yang tersusun atas protein atau sel agregat. Kehadiran
Cast menunjukkan aktivitas di ginjal itu sendiri dan dengan
demikian merupakan petunjuk terjadinya sesuatu pada
tubulus ginjal. Kadang-kadang kemunculan hyaline dan
granular cast per bagian yang muncul pada urin kadang
dianggap normal. Biasanya tidak ada cast seluler yang harus
diperhatikan. Hormon hyaline biasanya ditemukan pada
penyakit ginjal yang dikaitkan dengan proteinuria. Tumor
13 | P a g e
granular kasar dan halus juga dapat menandakan adanya
cedera pada tubulus ginjal yang terjadi secara iskemik atau
nefrotoksik. Pelepasan lemak dapat ditemukan pada sindrom
nefrotik atau diabetes mellitus. Cats seluler meliputi sel putih
atau cast pus, cast sel darah merah, dan cast ephitelial sel
ginjal. Adanya cast ephitelial sel ginjal merupakan petunjuk
adanya nekrosis tubular akut atau terjadinya pielonefritis.

Mikroorganisme
Urin pada kandung kemih normal adalah bersifat
steril. Agar terlihat jelas pada mikroskopis, harus ada lebih
dari 104 sel batang/mL urin atau lebih dari 105 sel batang/mL
urin. Biasanya, adanya mikroorganisme disertai adanya
pyuria. Tidak adanya bakteri pada pemeriksaan secara
mikroskopis tidak menutup kemungkinan terjadinya infeksi
pada saluran kemih.

Kristaluria/Urolitiasis
Kristal biasanya hadir dalam urin anjing dan kucing,
dan seringkali memiliki arti penting pada diagnostik. Kristal
urat biasanya diamati pada urin anjing Dalmation dan dapat
juga dilihat pada urine hewan yang menderita penyakit hati
atau shunt portosystemic. Kristal struvit dapat diamati dalam
urin kucing dengan sindrom penyakit urinari pada kucing,
14 | P a g e
pada anjing dan kucing dengan urolitiasis struvit, atau di
dalam urin hewan normal. Pada gagal ginjal akut yang
disertai dengan adanya oliguria, adanya kristal kalsium
oksalat sangat sugestif terhadap keracunan oleh ethylene glycol.

Tabel 4. Penyebab Tejadinya Pyuria


Yang berasal dari Sistem Saluran Perkencingan (Ginjal,
Ureter, Kantung Kemih, Urethra)
Infeksi
 Infeksi saluran perkencingan (misalnya: pyelonephritis,
sistitis, urethritis)
Non-infeksi
 Urolitiasis
 Neoplasia
 Trauma
 Induksi oleh kimia

Kontaminasi Saluran Genetalia (Prostata, Prepusium,


Vagina)

Pemeriksaan Mikrobiologi
Mikrobiologi diperlukan untuk meyakinkan
pemeriksaa saat mendiagnosa infeksi pada saluran infeksi
Perkencingan. Bakteri gram-negatif yang bersifat aerobik
merupakan menyumbang sebagian besar kejadian infeksi
saluran perkencingan pada anjing dan kucing, dan sisanya
disebabkan oleh organisme gram positif. Escherichia coli

15 | P a g e
merupakan organisme yang paling umum terlibat dalam
kejadian infeksi saluran perkencingan ini..
Urin yang dikumpulkan dengan cara sistosentesis
harus steril pada hewan normal.
Kultur urine yang dengan sampel yang berasal dari
urin yang keluar saat urinasi tidak dianjurkan dalam evaluasi
penyakit infeksi saluran perkencingan. Meskipun tidak
ketemukan pertumbuhan mikroorganisme yang diperoleh
dari sampel urin tersebut, infeksi saluran perkencingan dapat
dikecualikan sebagai diagnosis. Menggunakan batas minimal
105 cfu/mL sebagai indikasi infeksi saluran perkencingan dari
sampel kateter yang diperoleh pada anjing betina akan
menghasilkan sejumlah hasil positif palsu. Isolasi bakteri dari
urin yang dikumpulkan dengan kateterisasi pada anjing
jantan jarang dilakukan, dan lebih dari 103 cfu/mL dianjurkan
untuk menetapkan diagnosis infeksi saluran perkencingan
pada sampel urin yang dikumpulkan dengan kateterisasi dari
anjing jantan.

Radiografi
Ukuran ginjal pada anjing dan kucing dapat dinilai
secara radiografi dan dibandingkan dengan panjang vertebra
L2. Pada pandangan berbaring ventrodorsal, rasio ginjal ke-

16 | P a g e
L2 adalah 2,5 sampai 3,5 pada anjing dan 2,4 sampai 3,0 pada
kucing.
Urografi terhadap system ekskretori berguna untuk
mengevaluasi kelainan pada ukuran, bentuk, atau lokasi
ginjal; Mengisi defek di panggul ginjal atau ureter; cacat
bawaan tertentu; renomegali; Pielonefritis akut; dan pecahnya
saluran kemih bagian atas. Pengambilan radio-urologi
seharusnya tidak dilakukan pada pasien yang mengalami
dehidrasi atau pada hewan-hewan yang memiliki
hipersensitivitas terhadap media kontras.

Ultrasonografi
Keuntungan utama ultrasonografi adalah
kemampuannya untuk membedakan antara kapsula ginjal,
korteks, medula, divertikula pelvis, dan sinus renalis.
Ultrasonografi pada ginjal juga berguna untuk
membedakan lesi padat cairan dan untuk menentukan
distribusi lesi di dalam ginjal (yaitu fokal, multifokal, dan
diffuse). Pola beberapa kavitasi anechoic sangat menandakan
adanya penyakit ginjal polikistik. Pada kasus hidronefrosis
Pelvis ginjal yang mengalami dilatasi oleh cairan akan
terlihat anechoic. Ginjal dikelilingi oleh akumulasi cairan
anechoic pada kucing dengan pseudokista perinephric.

17 | P a g e
Hematoma terorganisir, abses, dan nodul nekrotik
menghasilkan suatu pola dari ekogenisitas campuran fokal
atau distimulasi difusi ekogenisitas campuran yang
mengganggu anatomi normal seringkali didiagnosis sebagai
adanya tumor. Penyakit parenkim diffus seringkali
mengungkapkan adanya arsitektur ginjal normal (misalnya
nefritis tubulointerstitial kronis) namun dapat menyebabkan
hyperekogenisitas yang menyebar. Ultrasonografi pada
ginjal normal tidak menghilangkan kemungkinan terjadinya
penyakit ginjal. Keracunan Etilen glikol juga menyebabkan
terjadinya hiperekogenisitas pada ginjal.

Biopsi Ginjal
Biopsi ginjal harus dipertimbangkan saat informasi
yang didapat cenderung mengubah pola manajemen
perawatan pasien. Contohnya meliputi diferensiasi penyakit
glomerulus yang kehilangan protein, diferensiasi gagal ginjal
akut dari gagal ginjal kronis, penentuan status membran
basal tubular pada gagal ginjal akut, dan menetapkan respons
pasien terhadap terapi atau perkembangan penyakit ginjal
yang terdokumentasi sebelumnya. Biopsi ginjal tidak boleh
dilakukan sampai evaluasi klinis menyeluruh terhadap pasien
telah selesai.

18 | P a g e
Setelah biopsi ginjal, diuresis cairan harus cepat
dimulai untuk mencegah pembentukan gumpalan potensial di
pelvis ginjal. komplikasi biopsi ginjal yang paling umum
adalah terjadinya perdarahan.

19 | P a g e
GAGAL GINJAL AKUT

Gagal ginjal akut adalah suatu sindroma klinis


hemodinamik yang tiba-tiba dan onset yang cepat ditandai
dengan kegagalan filtrasi dan ekskretoris dari ginjal dengan
akumulasi toksin metabolik (berupa uremia) yang selanjutnya
akan mengganggu keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam
basa. Gagal ginjal akut harus dibedakan dari presentasi
uremia akut lainnya, yang meliputi kombinasi azotemia
prerenal, azotemia postrenal, dan kadang-kadang gagal ginjal
kronis.

ETIOLOGI UREMIA AKUT


Gagal Ginjal Akut Pre-renal
Gagal ginjal akut prerenal adalah penurunan
fungsional filtrasi glomerulus dari defisiensi yang terjadi pada
aliran darah ginjal yang disebabkan oleh peningkatan tekanan
perfusi atau vasokonstriksi. Azotemia dan peningkatan
spesifisitas gravitasi spesifik (berat jenis/BJ) merupakan
tanda dari azotemia prerenal tetapi dapat ditutupi oleh
kondisi yang mendasari (gagal ginjal kronis, insufisiensi
adrenal, insufisiensi hati) yang mengganggu kemampuan
ginjal. Azotemia prerenal dapat terjadi pada hewan yang
20 | P a g e
mengalami kegagalan jantung yang sudah ada sebelumnya
atau kompensasi gagal ginjal kronis. Demikian pula, agen
anti-inflamasi nonsteroid (Nonsteroidal Anti-infammatory
Drug’s/NSAIDs) dan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
(ACE-Inhibitor) secara independen dapat memperparah
kejadian azotemia prerenal.

Gagal Ginjal Akut Pada Parenkim Ginjal


Kejadian gagal ginjal akut pada parenkim ginjal ini
dapat disebabkan oleh nephrotoxins eksogen atau endogen,
penyakit ginjal intrinsik, atau penyakit sistemik dengan
manifestasi ginjal sekunder. Keracunan Ethylen glycol adalah
salah satu penyebab yang paling umum kejadian gagal ginjal
akut, seperti overdosis aminoglycoside antimicrobial.
Amphoterisin B dapat menurunkan aliran darah pada ginjal
dan laju filtrasi glomerulus.
NSAID dapat menghambat metabolisme
prostaglandin, yang menjaga aliran darah ginjal selama
keadaan hipoperfusi.
Gagal ginjal akut dapat termanifestasi setelah
pemberian ACE-Inhibitor pada hewan dengan deplesi
natrium, penyalahgunaan diuretik, gagal jantung kongestif,
dan insufisiensi ginjal kronis.

21 | P a g e
Penyakit Ginjal Secara Intrinsik
Penyakit ginjal intrinsic didapat dari penyakit yang
bersifat infeksius, immune-mediated, atau penyakit degeneratif
yang diekspresikan secara langsung pada ginjal. Pyelonefritis
akut dapat berkembang dari adanya refluks oleh bakteri
dalam urin hewan yang mengalami infeksi saluran kemih
bagian bawah dan hal ini merupakan penyebab penting
terjadinya uremia akut pada anjing dan kucing.
Leptospirosis sebagian besar merupakan
manifestasi dari kejadian hepatonephric. Leptospirosis harus
disertakan secara rutin dalam diagnosis banding pada semua
anjing yang mengalami kegagalan parenkim ginjal akut.

22 | P a g e
Tabel 5. Etiologi Uremia Akut
Hemodinamik
Shock/Hipovolemik Penyakit Sistemik Iskemia
Hemorragi Pankreatitis Oklusi
tromboembolis
Shock hipotensif Peritonitis Malignant
hypertension
Shock septis Kegagalan hati
(hepatorenal)
Shock kardiogenik Koagulasi pada
intravascular
Anesthesia dalam Insufiensia adrenal
dan atau panjang
Hipovolemia Vasculitis
Heat stroke
Trauma
Luka bakar
Diuretikum

Parenkim Ginjal Intrinsik


Infeksius Penyakit Ginjal Campuran
Sistemik
Leptospirosis Kegagalan beberapa Nefrotoksin
organ
Pyelonefritis Eritema akibat Lupus Neoplasia
sistemik (lymphoma)
Feline infectious Glomerulonephritis Hiperkalsemia
peritonitis
Borreliosis Thrombosis Arteri Trauma
Renalis
Leishmaniasis Thrombosis Vena Malignant
Renalis hypertension
Babesiosis Obstruksi saluran Nefrosis
urinari karena oksalat
Septikemik (emboli Hemolytic-uremic
sepsis)
Hemepigmenturia
(crush syndrome)
polisistemia
23 | P a g e
Gagal Ginjal Akut Post-Renal
Penyebab yang paling umum dari kejadian gagal
ginjal akut post-renal adalah terjadinya obstruksi atau
penyumbatan saluran urinaria baik dari uretra, kantong
kemih sampai dengan urethra. Penyumbatan ini dapat
disebabkan karena terjadinya urolith, penebalan mukosa
saluran urinari, penggumpalan darah, atau penyumbatan oleh
massa pada intra atau ekstraluminal. Rupturnya saluran
urinaria dapat mengalihkan urin dari ekskresi normal dan
menyebabkan terjadinya oligoanuria dan uremia.

PATOFISIOLOGI
GAGAL GINJAL AKUT

Penyebab penyakit gagal ginjal akut adalah:


1) Kelainan pada glomerulus
a) Glomerulonefritis akut
Glomerulonefritis akut merupakan salah satu jenis
gagal ginjal akut yang biasanya disebabkan oleh
kelainan reaksi imun yang merusak glomeruli. Sekitar
95% dari pasien, gagal ginjal akut dapat terjadi satu
sampaitiga minggu setelah mengalami infeksi
dibagian lain dalam tubuh, biasanya disebabkan oleh

24 | P a g e
jenis tertentu dari Streptokokus spp. beta grup A.
Infeksi dapat berupa radang tenggorokan
streptokokal, tonsilitis streptokokal, atau bahkan
infeksi kulit streptokokal.
b) Penyakit kompleks autoimun
c) Hipertensi maligna

2) Kelainan tubulus
a) Nekrosis Tubular Akut (NTA) akibat iskemia. Tipe
iskemia merupakan kelanjutan dari gagal ginjal akut
prarenal yang tidak teratasi. Iskemia ginjal berat
dapat diakibatkan oleh syok sirkulasi atau gangguan
lain apapun yang sangat menurunkan suplai darah ke
ginjal. Jika iskemia berlangsung cukup berat sampai
menyebabkan penurunan yang serius terhadap
pengangkutan zat makanan dan oksigen ke sel-sel
epitel tubulus ginjaldan jika gangguan ini terus
berlanjut, kerusakan atau penghancuran sel-sel epitel
dapat terjadi. Jika hal ini terjadi, sel-sel tubulus hancur
terlepas dan menempel pada banyak nefron, sehingga
tidak terdapat pengeluaran urin dari nefron yang
tersumbat, nefron yang terpengaruh sering gagal
mengekskresi urin bahkan ketika aliran darah ginjal
kembali pulih normal, selama tubulus masih baik

25 | P a g e
Beberapa gangguan yang menyebabkan iskemia
ginjal, yaitu:
(1) Hipovolemia : misalnya dehidrasi, perdarahan,
pengumpulan cairan pada luka bakar, atau
asites.
(2) Insufisiensi sirkulasi : misalnya syok, payah
jantung yang berat, aritmi jantung, dan
tamponade.
b) Nekrosis Tubular Akut akibat toksin. Tipe NTA yang
kedua yaitu terjadi akibat menelan zat-zat nefrotoksik.
Zat-zat yang bersifat nefrotoksik yang khas terhadap
sel epitel tubulus ginjal menyebabkan kematian pada
banyak sel. Sebagai akibatnya sel-sel epitel hancur
terlepas dari membran basal dan menempel menutupi
atau menyumbat tubulus. Beberapa keadaan membran
basal juga rusak, tetapi sel epitel yang baru biasanya
tumbuh sepanjang permukaan membran sehingga
terjadi perbaikan tubulus dalam waktu sepuluh sampai
dua puluh hari.Gejala-gejala yang dapat terjadi pada
NTA ini, antara lain :

26 | P a g e
(1) Makroskopis ginjal membesar, permukaan
irisan tampak gembung akibat sembab. Khas
pada daerah perbatasan kortiko medular
tampak daerah yang pucat.
(2) Histopatologi dikenal 2 macam bentuk
kelainan, yaitu lesi nefrotoksik dan lesi
iskemik.
(3) Kelainan interstisial
(a) Nefritis interstisial akut. Nefritis
interstisial akut merupakan salah satu
penyebab gagal ginjal akut renal, yang
merupakan kelainan pada interstisial.
Nefritis interstisial akut dapat terjadi
akibat infeksi yang berat atau pemberian
obat-obatan.
(b) Pielonefritis akut. Pielonefritis akut adalah
suatu proses infeksi dan peradangan yang
biasanya mulai di dalam pelvis ginjal tetapi
meluas secara progresif ke dalam parenkim
ginjal. Infeksi tersebut dapat disebabkan
oleh berbagai jenis bakteri, tetapi terutama
dari basil kolon yang berasal dari
kontaminasi traktus urinarius dengan
feses.

27 | P a g e
(4) Kelainan vaskular
(a) Trombosis arteri atau vena renalis
(b) Vaskulitis.

Gambar 1. Klasifikasi Gagal Ginjal Akut

28 | P a g e
DIAGNOSIS TERJADINYA
UREMIA AKUT

Tanda-tanda kejadian yang konsisten pada uremia


akut bersifat nonspesifik diantaranya kelesuan, depresi,
kelemahan, anoreksia, dan diare. Paparan zat nefrotoksik
harus dipastikan.

Tabel 6. Gagal Ginjal Akut yang Disebabkan Oleh


Nefrotoksik
Agen Therapeutik Agen Non-therapeutik
Agen antimicrobial Logam berat
Aminoglikosida Merkuri
Penisilin Uranium
Nafcillin Garam bismuth
Cephalosporin Chromium
Sulfonamide Arsenic
Kuinolon Emas
Karbapenam Cadmium
Rifampin Thalium
Tetrasiklin Tembaga
Vancomycin Perak
Aztreonam Nikel
Antimony
Agen antifungal Senyawa Organik
Amphotericin B Ethylene glycol
Carbon tetrachloride
Chloroform
Pestisida
Herbisida
Zat-zat pelarut

29 | P a g e
Agen antiviral Agen non-therapeutik
Acyclovir lainnya
Foscarnet Gallium nitrate
Diphosphonates
Mushrooms
Calcium antagonists
Racun ular
Racun serangga
Myoglobin
Hemoglobin
Obat-obatan terlarang
(narkotika)
Agen antiprotozoal
Pentamidin
Sulfadiazine
Trimethoprim-
sulfamethoxazole
Dapsone
Thiacetarsamide
Agen untuk kemoterapi
kanker
Cisplatin dan carboplatin
Methotrexate
Doxorubicin (Adriamycin)
Azathioprine (Imuran)
Agen Radiokontras
Agen nonsteroidal Anti-
inflammatory
Diuretikum
Angiotensin-Converting
Enzyme Inhibitor
Agen-agen yang bersifat
imunosupresif
Cyclosporine
Interleukin-2
FK-506
30 | P a g e
Agen terapeutik lainnya:
Allopurinol
Cimetidine
Apomorphine
Deferoxamine
Streptokinase
Aminocaproic acid
Dextran 40
Lipid-lowering agent
Methoxyflurane
Penicillamine
Acetaminophen
Tricyclic antidepressant

Pemeriksaan Fisik
Hewan dengan gagal ginjal akut umumnya tertekan
tapi masih responsif dan memiliki berat badan normal. Hewan
akan mengalami dehidrasi bervariasi. Hipotermia, ulserasi
mulut, "nafas uremik", kulit akan menjadi kepucatan,
perubahan warna atau nekrosis pada lidah, takikardia atau
bradikardia, takipnea, nyeri perut, kekakuan otot, kejang, dan
ginjal yang membesar dengan jelas merupakan ciri umum
dari gagal ginjal akut sedang sampai berat. Gagal ginjal aku
sering bersamaan dengan penyakit lainnya.

31 | P a g e
Penilaian Laboratorium
Evaluasi laboratorium awal harus mencakup
pemeriksaan darah lengkap, profil biokimia darah yang
komprehensif, urinalisis termasuk dilakukan pemeriksaan
sedimen, dan kultur urin. Serum lipase dapat disertakan jika
ada hewan yang diduga memiliki pankreatitis.
Analisis kadar lipase, osmolalitas, tekanan onkotik,
laktat, dan gas dapat dilakukan untuk menentukan ketepatan
diagnosa, terapeutik, atau pemantauan spesifik. Berat jenis
urin relatif tetap pada kisaran 1.008 sampai 1.018. Berat jenis
urin yang lebih besar dari 1,030 untuk anjing atau lebih besar
dari 1,035 untuk kucing dengan adanya azotemia
menunjukkan terjadinya kegagalan filtrasi prerenal. Berat
jenis urin antara 1.012 dan 1.029 (anjing) atau 1.012 dan
1.034 (kucing) yang terkait dengan azotemia menunjukkan
komponen prerenal yang dikaitkan dengan kejadian
insufisiensi ginjal intrinsik atau defek pemekatan urin yang.
Glukosuria dengan tidak diikuti adanya
hiperglikemia menunjukkan fungsi tubulus proksimal yang
abnormal. Pemeriksaan sedimen urin dapat mengungkapkan
variabel sel darah merah, sel darah putih, casts, kristal,
kapang, jamur, atau bakteri. kehadiran cast yang granular dan
adanya hyaline mencerminkan terjadinya patologi ginjal
aktif. Kristalisasi kalsium oksalat adalah merupakan indikasi

32 | P a g e
terjadinya keracunan ethylene glycol, toksisitas tumbuhan, atau
nefrosis oksalat pada kucing.
Ultrasonografi dapat memberikan penilaian yang
sangat baik terhadap patologi ginjal dan abdomen, termasuk
nefritis, pyelonefritis, hidronefrosis, pankreatitis, neoplasia
abdomen, prostatitis, dan asites. Urografi execretory,
computed tomography, dan pencitraan resonansi magnetic
(Magnetic resonance imaging/MRI) dapat menggambarkan
terjadinya kelainan patologi pada pasien. Kejadian patologis
(dan etiologis) untuk penyakit ini, kemungkinan
reversibilitasnya, dan durasinya sering dapat diperoleh dari
biopsi ginjal perkutan.
Serologi untuk leptospirosis harus dilakukan pada
semua anjing dari daerah endemik dengan uremia akut. Nilai
titer aglutinasi mikroskopis di atas 1:100 menunjukkan
serologi positif, dan kenaikan antara titer berpasangan
menunjukkan adanya infeksi aktif.
Diagnosis laboratorium pada hewan yang
mengalami keracunan ethylene glycol dapat dilakukan secara
presumptif dengan adanya peningkatan osmolalitas serum,
asidosis metabolik yang dalam, peningkatan gap anion, dan
adanya kristalisasi kalsium oksalat.

33 | P a g e
KONSEKUENSI KLINIS
GAGAL GINJAL AKUT

Sebagian besar hewan dengan gagal ginjal akut


akan mengalami hipovolemik pada saat presentasi awal.
Overhidrasi dan hipervolemia adalah konsekuensi yang dapat
diprediksi dari perawatan di rumah sakit dan pengelolaan
cairan.

Produksi urin yang tidak adekuat


Oliguria atau anuria adalah ciri khas dan fitur yang
mengancam jiwa dari gagal ginjal akut. Oliguria didefinisikan
sebagai produksi urin kurang dari 0,27 mL/kg/jam,
sedangkan anuria pada dasarnya tidak mengandung/tanpa
urin.
Retensi zat terlarut, overhydration, hyperkalemia,
dan asidosis metabolik akan mengancam kehidupan jika
oliguria atau anuria tidak responsif terhadap terapi awal.

Komplikasi Kardiovaskular
Kelebihan volume jantung, jantung mengalami
aritmia, dilatasi biventrikular, gagal jantung, hipertensi,
perikarditis, dan efusi perikardial dan tamponade adalah
konsekuensi yang mungkin terjadi pada kejadian gagal ginjal
34 | P a g e
akut. Kelainan pada kontraktilitas miokard dan rangsangan
dapat dipicu atau diperparah oleh kejadian hiperkemia,
asidosis, hiperkalemia, dan toksin uremia lainnya. Banyak
hewan memiliki hipertensi sedang sampai berat dan
mengalami overhidrasi karena terapi cairan sebelumnya.
Cardiac arrest terjadi akibat hiperkalemia berat atau metabolik
kolektif, asam basa. dan gangguan elektrolit uremia akut.
Selain itu, episode muntah akut dapat menyebabkan
rangsangan vagal, yang mengakibatkan bradikardia dan
serangan jantung.

Komplikasi Pulmonari
Komplikasi pada pulmonary ini termasuk edema
paru, pneumonia, pneumonitis jantung, efusi pleura, dan
tromboemboli arteri pulmonalis. Udema interstisial atau
alveolar dan efusi pleura akibat pemberian cairan berlebihan
dan kelebihan volume bisa dibilang merupakan kelainan paru
yang paling umum.

Kelainan Neuromuskular
Manifestasi neurologis mencerminkan perubahan
fungsi korteks serebral dan neuromuskular perifer yang
bersifat diffuse dan nonspesific yang secara luas disebut
ensefalopati uremik. Tanda khas meliputi dullness, kelesuan,

35 | P a g e
gangguan mental, perubahan perilaku, kebingungan,
pingsan, tremor, kejang, koma, kejang otot, refleks perifer
hipotonik, kelelahan, kelemahan otot, dan neuropati perifer.

Ketidakseimbangan Asam-Basa dan Elektrolit


Ketidakseimbangan elektrolit sering merupakan
komplikasi uremia akut yang paling berbahaya dan
mengancam jiwa. Hiperkalemia pada khususnya
menyebabkan morbiditas dan mortalitas dini dan harus
segera diidentifikasi dan diperbaiki. Asidosis metabolik selalu
berkembang. Alkalosis metabolik dapat menjadi kelainan
asam basa utama pada hewan dengan kontraksi volume cairan
ekstraselular atau vemiting yang sulit diatasi atau yang
menerima sodium bicarbonate. Gangguan asam basa
campuran biasanya didiagnosis.
Hiponatremia dapat terjadi akibat pemberian cairan
iatrogenik yang rendah natrium, atau dapat diinduksi oleh
kondisi yang menyebabkan uremia akut seperti pankreatitis,
insufisiensi adrenal, atau pemberian diuretik, yang
menyebabkan kehilangan natrium dalam vomitus, tinja, atau
urine yang berlebihan. Hipernatremia adalah komplikasi
iatrogenik efek pemberian natrium bikarbonat atau garam
hipertonik yang berlebihan dalam pengelolaan awal uremia
akut.

36 | P a g e
Keracunan Uremia
Gangguan gastrointestinal meliputi anoreksia,
mual, muntah, nafas berat, stomatitis, ulserasi mulut, nekrosis
ujung dan tepi lateral lidah, gastritis, ulkus gastrointestinal,
hematemesis, perdarahan gastrointestinal, enterokolitis,
diare, intususceptio, dan ileus. Perdarahan uremik nyata
seperti purpura, petechia, ecchymosis, memar, perdarahan dari
gusi dan situs venipunktur, epistaksis, dan kehilangan darah
gastrointestinal. Toksin uremia menyebabkan hipotermia,
pneumonitis uremik, dan intoleransi karbohidrat.

MANAJEMEN MEDIS
GAGAL GINJAL AKUT

Strategi konvensional untuk pengelolaan gagal


ginjal akut yang ada melibatkan penghapusan penyebab yang
diketahui dari cedera ginjal dan terapi suportif yang
diarahkan pada konsekuensi yang mengancam jiwa dari
uremia akut.
Terapi cairan tetap menjadi dasar terapi medis.
Tujuan terapeutik adalah menormalkan keseimbangan cairan,
mengatasi kekurangan hemaodinamik, dan meningkatkan
pembentukan urin. Perkiraan defisit volume harus dikoreksi
secara intravena dengan larutan polinomial isotonik atau
37 | P a g e
keseimbangan (isonatrik) dalam 2 sampai 4 jam pertama
terapi. Setengah kekuatan garam (0,45%) dan 2,5% larutan
glukosa dapat digunakan sebagai solusi pengganti untuk
hewan dengan hipernatremia ringan dan kehilangan air
secara berlebihan atau kehilangan hipotonik yang terkait
dengan muntah atau diare. Kehilangan darah yang parah
harus diganti dengan darah utuh yang kompatibel atau sel
darah merah yang dikemas dalam larutan garam atau koloid
seperti plasma, hetastarch, atau dekstran untuk
mengembalikan volume intravaskular dan daya dukung
oksigen. volume penggantian awal (mL) dihitung dari
perkiraan klinis dehidrasi sesuai rumus:

Penggantian Volume Urin = {Berat badan (kg)}x {estimasi


deficit (per cent) x 100

Defisit cairan harus diganti dengan cepat (sampai 90


mL/kg/jam) pada hewan dengan hipovolemia dan hipotensi.
Jika perkiraan penggantian volume gagal untuk
mempromosikan diuresis, status hidrasi hewan harus dinilai
kembali untuk memastikan bahwa cairan pengganti sudah
terpenuhi. Manajemen pemberian cairan serta mengawasi
kejadian pada gastrointestinal (diukur dan diperkirakan),
cairan harus segera diberikan setelah pemberian cairan

38 | P a g e
pengganti untuk menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan
asam-basa. Kebutuhan cairan pemeliharaan dapat dipenuhi
dengan jumlah kurang lebih setengah dari kebutuhan cairan
pengganti (0,45 persen) dengan Ringer’s Laktat secara
intravena dan subkutan, serta pemberian glukosa 2,5%
intravena. Hipervolemia adalah komplikasi umum pemberian
cairan yang terlalu banyak melebihi ambang maksimal
pemberian cairan.

Induksi Duresis
Induksi diuresis yang efektif diberi prioritas
terapeutik yang tinggi, mendukung penggunaan empiris
diuretik (manitol dan furosemid) dan vasodilator (dopamin).
Jika tertunda beberapa jam dari tahap inisiasi gagal ginjal
akut, tingkat keberhasilan terapi tidak berarti. Diuretikum
umumnya dianjurkan untuk gagal ginjal oligurik akut karena
risiko dan kontraindikasi untuk penggunaannya sedikit dan
tidak ada alternatif lain. Penggunaan obat diuretik tidak boleh
menggantikan cairan hati dan dukungan hemodinamik
lainnya.
Manitol harus diberikan untuk mengatasi diuretik
pada perawatan awal kecuali pada hewan yang mengalami
udema umum parah, edema paru, atau gagal jantung
kongestif. Semakin dini timbulnya uremia, semakin rendah

39 | P a g e
harapan bahwa manitol akan mempromosikan diuresis atau
mempengaruhi jalannya penyakit.
Furosemid dapat digunakan sendiri atau
dikombinasikan dengan manitol atau dopamin untuk
meningkatkan pembentukan urin. Secara umum, furosemid
kurang efektif yaitu manitol dalam memperbaiki fungsi ginjal.
furosemid telah dianjurkan secara rutin saat penggantian
cairan saja gagal untuk mempromosikan diuresis.
Keseimbangan cairan harus dipantau secara hati-hati untuk
mencegah kontraksi volume. Diuretik harus
diadministrasikan secara hati-hati pada hewan yang
mengalami monoliguris. Jika tidak dipantau dengan benar,
diuretikum bisa menguras volume cairan pada system
sirkulasi.
Pada dosis antara 0,5 dan 3 µg/kg/menit, dopamin
dapat meningkatkan pembentukan urin dan memudahkan
konversi dari kondisi oligurik ke keadaan nonoligurik.
Dopamin dan furosemid akan bekerja secara sinergis dalam
efeknya untuk meningkatkan produksi urin begitu diuresis
terbentuk, terapi gabungan kedua agen tersebut harus
dilanjutkan sampai fungsi ginjal membaik dan keseimbangan
cairan dan elektrolit dapat dipertahankan tanpa terapi obat.
Jika respons diuretik tidak diinduksi dengan terapi agresif
selama masa awal terjadinya oliguria, kemungkinan kecil

40 | P a g e
pemberian diuretikum akan berhasil. Pemberian cairan harus
dibatasi untuk mencegah terjadinya overhidrasi, dan terapi
alternatif, termasuk dialisis, harus mulai dilakukan.
Penggunaan dopamin untuk merangsang diuresis pada
kucing secara konseptual tidak tepat.

Kelainan Elektrolit dan Asam Basa


Hiperkalemia adalah kelainan elektrolit yang paling
umum yang mengancam jiwa hewan akan terjadinya uremia
akut. Untuk hiperkalemia berat, kalsium glukonat diberikan
sebagai bolus intravena untuk menghindari terjadinya gejala
kardiotoksisitas. Setelah pemberian kalsium, pengurangan
kalium serum dapat dicapai dengan pemberian sodium
bicarbonate atau insuli dan glukosa.
Hiperkalemia moderat (6,0 sampai 8,0 mEq/L)
dapat diatasi dengan diuresis dan pemberian furosemid yang
adekuat. Jika tidak efektif, cairan yang mengandung kalium
harus dihentikan dan sodium bikarbonat harus diberikan.
Jika pemberian sodium bikarbonat tidak sesuai atau tidak
efektif, 20 persen glukosa dapat diberikan dengan atau tanpa
insulin reguler dosis rendah.
Hiperkalemia ringan (kalium 6,0 mEq/L atau
kurang) jarang bermasalah tapi harus dipantau. Untuk

41 | P a g e
pengendalian jangka panjang pada kasus refrakter, resin
natrium polistiren sulfonat dapat diberikan secara oral
dengan sorbital. Hiperkalemia dapat terjadi selama tahap
diuretik gagal ginjal akut.
Pemberian suplemen kalium oral biasanya
bermanfaat bagi hewan yang bisa makan. peningkatan
kandungan kalium larutan cairan 20 sampai 30 mEq/L
biasanya cukup untuk mengembalikan kondisi normokalemia
jika terapi oral tidak tepat. Pemberian potasium harus
dilakukan dengan hati-hati pada hewan yang mengalami
uremia.
Pengobatan gangguan asam basa memerlukan
penilaian analisis serum bikarbonat atau darah. Asidosis
metabolik ringan sampai sedang (serum bikarbonat di atas 16
mEq/L) sering sembuh setelah penggantian cairan dan onset
diuresis. Asidosis metabolik harus diobati dengan natrium
bikarbonat intravena jika serum bikarbonat kurang dari 16
mEq/L.
Dosis pengganti bikarbonat awal (mEq) = [berat badan (kg)
x0,3xdefisit bikarbonat (keinginan bikarbonat yang diukur
bikarbonat)].
Pemberian cairan dilanjutkan 2 sampai 4 jam berikutnya.

42 | P a g e
Serum bikarbonat (gas darah dan elektrolit) harus
sering diperiksa ulang. Alkalosis metabolik ringan sampai
sedang (serum bikarbonat 28 sampai 35 mEq/L) biasanya
sembuh dengan pemberian larutan elektrolit salin atau
keseimbangan normal untuk memperbaiki volume ECF dan
defisit klorida. gangguan asam-basa pernapasan dapat
mendominasi atau berkontribusi pada profil asam-basa.

Oral Dan Gastrointestinal


Kebersihan mulut dan gigi, stomatitis, dan ulserasi
oral dapat ditingkatkan secara dramatis dengan membilas
rongga mulut setiap 6 sampai 8 jam dengan larutan yang
mengandung 0,1 sampai 0,2 persen chlorhexidine.
Diperlukan pula terapi antiemetik. Pemberian Antagonis H2-
reseptor sangat membantu dalam kasus urimia. Dosis
Antagonis H2-reseptor harus dikurangi sebanding dengan
tingkat kegagalan ekskretoris. Omeprazol adalah
penghambat sekresi asam lambung yang paling potensial
yang ada saat ini.
Kombinasi agen sucralfate dan prostaglandin dapat
diindikasikan dan berguna untuk penanganan ulserasi yang
terjadi pada lambung. Metaklopramid yang diindikasikan
untuk mual dan muntah dapat diberikan dengan rute oral atau
parenteral dan paling efektif bila diberikan sebagai infus

43 | P a g e
intravena. Dosis pemberian dari agen tersebut memerlukan
modifikasi pada hewan dengan gejala muntah namun tidak
responsif terhadap terapi lainnya. Monitoring dilakukan
untuk melihat efek terjadinya hipotensi dan efek sedative dari
obat tersebut.
Perdarahan pada kasus uremia dapat menyebabkan
terjadinya kematian karena bisa menyebabkan terjadinya
anemia. Transfusi sel darah merah dapat diberikan pada
hewan yang mengalami anemia berat dan perdarahan.
Hewan yang mengalami uremia juga rentan
terhadap infeksi. Perlakuan yang aseptis saat dilakukan
pemasangan kateter. Jika dicurigai terjadi infeksi, sedapat
mungkin dilakukan kultur terhadap sampel darah, urin, dan
ujung kateter dan pemberian terapi antibiotik spektrum luas
harus diberikan sambil menunggu hasil identifikasi kultur.
Komplikasi pernafasan timbul akibat dari
overhidrasi. Pneumonia aspirasi harus ditangani dengan
cepat. Pneumonitis yang terjadi karena faktor uremia, diobati
secara suportif agen yaitu dengan pemberian tambahan
oksigen atau secara ventilasi mekanis.

44 | P a g e
Manajemen Nutrisi Penanganan Gagal Ginjal Akut
Malnutrisi yang disebabkan kekurangan protein-
kalori berkontribusi terhadap banyak aspek pada kejadian
sindroma uremik. Penilaian status gizi hewan yang
mengalami uremia secara akurat sangat diperlukan untuk
manajemen terapi nutrisi. Perubahan berat badan dan status
hidrasi merupakan parameter sederhana untuk penilaian
status gizi hewan.
Tujuan daripada manajemen terapi nutrisi adalah
untuk memenuhi kebutuhan energi dan gizi hewan;
meringankan kejadian azotemia; meminimalisir gangguan
akibat kekurangan cairan, elektrolit, vitamin, mineral, dan
keseimbangan asam basa; dan membantu regenerasi dan
perbaikan sel ginjal. Pengaturan diet, formulasi cairan yang
masuk, atau pemberian cairan secara infus dapat dilakukan
pada manajemen pengelolaan gagal ginjal.
Pengurangan protein non-essensial yang terkontrol
dalam formulasi nutrisi sangat diperlukan untuk
meminimalkan peningkatan kadar urea darah disamping
menghindari terjadinya kekurangan protein. Kebutuhan
protein minimum untuk anjing normal dan kucing umumnya
harus diketahui untuk manajemen penganganan hewan yang
mengalami uremia.

45 | P a g e
Manajemen terapi nutrisi seringkali dihambat oleh
kejadian uremia pada gastrointestinal. Pemberian oral
seringkali tidak dapat dilakukan pada tahap awal kejadian
uremia karena malnutrisi. Stimulasi untuk meningkatkan
nafsu makan mungkin efektif pada hewan yang mengalami
malnutrisi ringan, namun pada kasus malnutrisi berat
seringkali pemberian makanan oral sangat sulit dilakukan.
Untuk memenuhi kebutuhan kalori, hewan yang mengalami
kasus malnutrisi berat pemberian makanan dapat melalui
sonde lambung atau selang usus. Cara ini dapat
direkomendasikan pada hewan yang tidak mengalami gejala
muntah.

Dialisis Gagal Ginjal Akut


Gagal ginjal akut merupakan indikasi paling umum
untuk intervensi kasus dialisis kasus ginjal pada anjing dan
kucing. Tanpa dialisis, hewan dengan gagal ginjal berat
umumnya meninggal dengan komplikasi uremia sebelum
dilakukan perbaikan sel ginjal. Dialisis dapat memungkinkan
terjadinya pemulihan sel ginjal sehingga akan
memperpanjang harapan hidup hewan-hewan yang terkena
gagal ginjal akut. Tiga sampai 4 minggu dengan perawatan
suportif akan menjadi patokan untuk membedakan apakah

46 | P a g e
gagal ginjal akut yang terjadi tersebut bersifat reversibel
ataukah ireversibel. Pada beberapa hewan dengan penyakit
gagal ginjal akut yang tampaknya sudah tidak dapat
dipulihkan lagi, dengan diberikan terapi hemodialysis dan
pemberian obat-obatan, selama 4 sampai 6 bulan dapat
memulihkan fungsi ginjal.
Hewan yang mengalami oliguria parah atau anuria
tidak dapat diberikan cairan pengganti, diuretik osmotik atau
kimia. Hemodialisis sangat efektif untuk kasus gagal ginjal
akut akibat keracunan ethylene glycol dan hasilnya lebih baik
daripada pengobatan dengan pemberian agen 4-metylpirazol.

Prognosis Kasus Gagal Ginjal Akut


Prognosis dari penyakit gagal ginjal akut
tergantung dari sifat dan tingkat kerusakan ginjal, adanya
penyakit ikutan, dan tingkat keterlibatan organ selain ginjal,
dan kemampuan untuk melakukan diagnostik dan terapeutik.
Penanganan kasus gagal ginjal akut dengan hemodialisis
akan membuat hewan memiliki persentase pemulihan yang
signifikan.

47 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai