Anda di halaman 1dari 9

Volume I, Nomer I, Juni 2018

PENELITIAN POTENSI PERKEBUNAN TEBU TERHADAP KESEJAHTERAAN


MASYARAKAT KABUPATEN LAMONGAN

Choirul Anam, Mariyatul Qibtiyah


UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN
Jl. Airlangga No. 3 Sukodadi - Lamongan
Email : mariyatulqibtiyah78@yahoo.co.id

I. PENDAHULUAN

Sebagian besar petani tebu rakyat di perdesaan masih II. METODE PENELITIAN
menghadapi kondisi keterbatasan lahan, teknologi
budidaya, modal, dan infrastruktur pertanian (Arifin, Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten
2008). Intensitas kegiatan dalam usahatani tebu juga Lamongan, yaitu bulan Agustus sampai dengan
ditentukan oleh ketersediaan modal, input produksi, November 2017. Sumber data yang digunakan
teknologi budidaya, dan kepastian harga jual tebu di adalah: data Primer, dan data Sekunder. Sedangkan
tingkat pabrik. Keputusan untuk melakukan usahatani pengumpulan data yang akan dilakukan dengan
tebu atau usaha lain juga dipengaruhi oleh faktor mengunakan cara: 1). Wawancara, yaitu bertanya
eksternal seperti: upah, harga input, harga output, dan langsung dengan narasumber; 2) Kuesiner pada
tingkat kesadaran petani akan pentingnya komoditas beberapa responden; 3) Observasi, dan 4) Studi
yang diusahakan. Upaya peningkatan perbaikan Kepustakaan/ Literature.
kondisi produksi perkebunan tebu rakyat perlu Setelah data terkumpul maka dilakukan tabulasi
menjadi perhatian penting. Indikator keberhasilan menggunakan metode deskriptif analitis. Kelayakan
petani tebu dapat dilihat dari tingkat produktivitas usahatani ditinjau dari dua hal yaitu R-C ratio dan
tebu. Alokasi penggunaan input produksi yang efisien BEP dengan rumus sebagai berikut :
menjadi kuncinya, selain tingkat harga jual yang
menguntungkan terhadap harga gula bagian petani R-C ratio = R/C
menjadi insentif produksi yang penting. Menurut
Koutsoyiannis (1982), konsep penentuan ekonomi Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani tebu
skala usaha dapat dilakukan melalui penurunan fungsi di kabupaten Lamongan, digunakan metode Pangsa
produksi. Pengeluaran Pangan (PPP) dan Good Servise Ratio
Rumah tangga petani tebu mengalokasikan tenaga (GSR). Pangsa Pengeluaran Pangan (PPP) rumah
kerja yang dimilikinya untuk melakukan aktivitas tangga tani menggunakan persamaan sebagai berikut:
produksi dan aktivitas konsumsi yang dilakukan
secara simultan. Pola konsumsi rumah tangga akan PPP= FE / TE x 100%
sangat tergantung dengan struktur pendapatan
yang dimiliki. Oleh karena itu, faktor-faktor yang Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan rumah
mempengaruhi kondisi kesejahteraan petani tebu tangga diukur dengan menggunakan Good Servise
rakyat di kabupaten Lamongan menjadi kajian Ratio (GSR) dengan rumus :
penting yang perlu dilakukan.
Untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran GSR = Pengeluaran untuk kebutuhan pangan
rakyat secara berkeadilan, maka perkebunan perlu
Pengeluaran untuk kebutuhan non pangan
dijamin keberlanjutannya serta ditingkatkan fungsi
dan perannya. Perkebunan sebagai salah satu
bentuk pengelolaan sumber daya alam perlu dijamin III. HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan secara terencana, terbuka, terpadu,
profesional dan bertanggung jawab. Meningkatnya A. Program Kerja dan Kebijakan Dinas Tanaman
pendapatan per kapita petani tebu diharapkan akan Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat kabupaten
Lamongan secara umum. Misi : yaitu “Mengembangkan Perekonomian yang
Berdaya Saing dengan Mengoptimalkan Potensi
Daerah”. Dalam rangka mewujudkan misi tersebut

46 PRAJA LAMONGAN
Balitbangda Kabupaten Lamongan
Volume I, Nomer I, Juni 2018
maka ditetapkan tujuan “Meningkatkan pertumbuhan Sesuai amanat RPJMD 2016-2021 Kabupaten
melalui optimalisasi daerah dan ekonomi kerakyatan Lamongan, maka pada tahun 2016 pelaksanaan
untuk mewujudkan peningkatan pendapatan kegiatan pembangunan urusan pertanian yang
masyarakat”. Dari tujuan pada RPJMD 2016-2021 dilaksanakan Dinas Pertanian dan Kehutanan melalui
ditetapkan 8 sasaran strategis. Sasaran strategis program sebagai berikut, diantaranya yaitu
yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas
Pertanian dan Kehutanan yaitu pada sasaran srtategis 1. Program peningkatan pemasaran hasil produksi
yang pertama yaitu “Meningkatnya Kenerja Pertanian pertanian/perkebunan dengan kegiatan yaitu:
Terutama Produksi Padi, Palawija, Hortikultura dan a. Promosi hasil pertanian daerah dan
Perkebunan untuk Meningkatkan Kesejahteraan b. pengembangan tanaman tebu, dan sebagainya.
Masyarakat”. Untuk tanaman tebu sasaranya yaitu 2. Program peningkatan produksi pertanian/
meningkatnya produksi perkebunan. Indikator perkebunan, dengan kegiatan :
sasarannya adalah jumlah produksi tebu. Sedangkan a. Pengawasan distribusi pupuk dan pestisida
kinerja sasaran pada setiap tahunnya sebagai berikut : b.Fasilitas bantuan sarana dan prasarana
perkebunan,
Target kinerja sasaran jumlah produksi tebu tahun c.Pembinaan manajemen kelompok tani, dan
2016-2021 sebagainya.

No Tahun Produksi tebu (Ton) Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan dari
1 2016 306.510,59 instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
secara transparan keberhasilan dan kegagalan
2 2017 321.045,32 berkaitan dengan tingkat pencapaian sasaran ataupun
3 2018 336.269,29 tujuan sebagai penjabaran visi, misi strategi organisasi
4 2019 352.215,18 kepada pihak yang memiliki hak atau yang berwenang
5 2020 368.917,23 menerima pelaporan yang telah ditetapkan melalui
6 2021 386.411,28 sistem pertanggungjawaban secara periodik.
Sumber : Dinas pertanian dan kehutanan Kab Lamongan
Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan
berkesinambungan untuk digunakan sebagai dasar
Tabel 1 menunjukkan bahwa target produksi tebu menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
di kabupaten Lamongan pada tahun 2016 sampai kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah
dengan 2021 menunjukkan kenaikan jumlah yang sig- ditetapkan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan
nifikan dari tahun ke tahun. Hal ini harus didukung Kabupaten Lamongan.
dengan pengembangan areal perkebunan tebu yang
cukup dengan produktivitas yang tinggi. Untuk lebih B. Bantuan petani tebu dari Pemerintah Kabupaten
jelasnya target perkembangan seperti gambar berikut Lamongan
ini.
Dalam rangka akselerasi program pemberdayaan
UMKM, Pemerintah Kabupaten Lamongan telah
450000
400000 mengalokasikan anggaran bantuan modal yang
350000 bersumber dari APBD yaitu Peningkatan Mutu
300000 Intensifikasi (PMI) tebu bagi petani tebu di Kabupaten
250000
200000
Lamongan melalui kelompok tani. Ketua kelompok
150000 tani melaksanakan penyaluran paket pinjaman modal
100000 yakni menerima dan melaksanakan pengembaliannya
50000 kepada pemerintah kabupaten Lamongan melalui
0
2016 2017 2018 2019 2020 2021
PD Bank Daerah Lamongan. Dalam hal penyediaan
sarana produksi, pelaksanaan usaha tani, penanganan
pasca panen maupun pemasaran hasil dilakukan oleh
Gambar 1. Target kinerja sasaran jumlah produksi tebu tahun masing-masing petani pelaksana dan atau disesuaikan
2016-2021 dengan situasi setempat.

PRAJA LAMONGAN 47
Balitbangda Kabupaten Lamongan
Volume I, Nomer I, Juni 2018

Tujuan dilaksanakannya PMI tebu adalah sebagai C. Pola Kemitraan Petani Tebu Lamongan
berikut :
1. Bagi Hasil Pola Kemitraan Tebu dengan PG
a. Menyediakan modal guna kegiatan usaha tani BUMN
pertanian;
b. Mendukung pemupukan berimbang, penggunaan Usaha tani petani tebu program Tebu Rakyat
pupuk organik; (TR) menerima ketentuan bagi hasil dari pabrik
c. Meningkatkan produktivitas pertanian; gula sesuai ketentuan dari PTPN X. Ketentuan bagi
d. Memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah; hasil yang didapat antara petani tebu rakyat kred-
e. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan it (TRK) dan petani tebu rakyat mandiri (TRM)
petani. adalah sama. Mekanisme bagi hasil ini didasarkan
pada jumlah kuintal tebu dan rendemen tebu, se-
Sedangkan manfaat kegiatan PMI tebu yaitu : hingga semakin besar jumlah produksi tebu dan
rendemen maka semakin banyak gula dan tetes
a. Petani mulai menerapkan pemupukan berimbang yang diterima petani. Sesuai dengan surat Direksi
dan pemakaian benih unggul bersertifikasi No. XX-22100/11.007 tanggal 9 Mei 2011 tentang
sebagai bagian dari paket pinjaman; bagi hasil petani dengan pabrik gula lingkup PTPN
b. Adanya peningkatan produksi; X adalah sebagai berikut :
c. Adanya peningkatan pendapatan. a. Rendemen ≤ 6% Bagi hasil antara PTPN X den-
gan petani adalah 34% : 66%
Permodalan petani tebu yang digunakan sebagai b. Rendemen > 6% sampai dengan ≤ 7% selebihnya
Peningkatan Mutu Intensifikasi (PMI) melalui bagi hasil antara PTPN X dengan petani adalah
program revolving Dinas Tanaman Pangan, 30% : 70%
Hortikultura dan Perkebunan per Juni 2017. Adapun c. Rendemen > 7% sampai dengan ≤ 8% selebihn-
rinciannya sebagai berikut : ya bagi hasil antara PTPN dengan petani adalah
25% : 75%
Tabel Permodalan petani tebu pada tahun 2017 d. Rendemen > 8% dan seterusnya selebihnya bagi
hasil antara PTPN dengan petani 20% : 80%
No Nama/Kelompok Alamat Pinjaman (Rp) e.Tambahan hasil tetes petani sebesar 3 kg per
1 Kacung Purwanto Berjo 1.200.000.000 kuintal tebu.
2 Suhartono Gagar 500.000.000
3 Ismuntoyo Kedungjati 100.000.000
2. Sistem Beli Putus PG dengan Petani Tebu
4 Sakri Dumpiagung 1.200.000.000
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian
Jumlah 3.000.000.000
akan menghapus sistem bagi hasil, dan petani
Sumber : PD BPR Bank Daerah Lamongan
langsung jual hasil panen tebunya ke pabrik gula,
nantinya terserah pabrik gula mau usahakan be-
Tabel tersebut menunjukkan bantuan modal lunak rapa kg tebu jadi berapa gram gula. sebagai con-
dari Pemerintah Kabupaten Lamongan bagi petani toh satu kuintal tebu dihargai Rp70.000 ribu oleh
tebu pada tahun 2017 sebesar Rp 3.000.000.000,- (tiga pabrik Gula Kebun Tebu Mas di Lamongan yang
milyar rupiah) yang digunakan sebagai Peningkatan bisa membuat rendemen tebu hingga 10%, berarti
Mutu Intensifikasi (PMI) tanaman tebu. pabrik gula itu membuat 100 KG menjadi 10 kg
Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR) di Lamongan gula dengan biaya Rp 70.000 ribu saja. margin
menerima bantuan peralatan mesin pertanian (Alsin- mereka masih untuk sekitar 3000 rupiah per kg
tan) dari Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian. gula. padahal punya kapasitas bikin gula 60 ribu
Program bantuan alat-alat pertanian ini, merupakan ton perhari.
bantuan dari APBN, dimaksudkan agar pertanian Alternatif pola kemitraan antara petani den-
tebu berjalan efektif, sebab penggunaan mesin ini gan PG adalah dengan sistem beli putus (SBP)
mampu mengatasi masalah tenaga kerja, percepatan tebu sehingga petani tidak menanggung resiko
penanaman, meningkatkan rendeman, dan efisiensi tingkat efisiensi pabrik dan ketidaklancaran pros-
tenaga. es pengolahan. Untuk itu diperlukan suatu rumus

48 PRAJA LAMONGAN
Balitbangda Kabupaten Lamongan
Volume I, Nomer I, Juni 2018

penetapan rendemen dan harga beli tebu yang- tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah
menguntungkan kedua belah pihak. Rumus harga produksi. Sebaliknya untuk komponen biaya
tebu ditetapkan berdasarkan bagi hasil, rendemen variabel jumlahnya tergantung dari aktivitas dan
tebu, HPP gula, bagi hasil tetes dan harga tetes. jumlah output produksi. Hasil wawancara petani
Rumus tersebut secara umum adalah Harga tebu/ tebu H. Sakri, kecamatan Kembangbahu tentang
ton = 1.000 x {(gula bagian petani x R x HPP gula) analisa usahatani tebu rakyat pola kemitraan
+ ( tetes bagian petani x harga tetes)}. dengan PG.
Pengukuran rendemen dilakukan dari contoh Biaya tenaga kerja menjadi komponen biaya
tebu yang diambil dengan alat yang mudah yang paling tinggi pada biaya variabel. Baik
dioperasikan, akurat, dan transparan. Salah satu petani pemilik penggarap maupun petani penyewa
alat yang memiliki kriteria tersebut adalah Core tidak ada yang menggunakan tenaga kerja dalam
Sampler. keluarga. Seluruh pekerjaan budidaya yang
Keuntungan ekonomi sistem beli putus tebu meliputi pengolahan lahan, tanam, pemeliharaan,
terhadap pendapatan petani adalah: (1) penilaian dan panen seluruhnya menggunakan tenaga kerja
kualitas tebu secara individu, memberikan dampak luar keluarga. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk
positif terhadap peningkatan produktivitas hasil urea, ZA dan kompos. Komponen biaya angkut
dan petani menerima pembayaran harga tebu adalah biaya yang dikeluarkan untuk transportasi
yang sesuai dan optimal; (2) petani tidak dibebani dari lahan sampai ke pabrik. Pengangkutan pada
dengan kondisi pabrik gula yang kurang efisien; umumnya menggunakan truk dan besar kecilnya
(3) pembayaran dimuka akan membantu petani biaya angkut tergantung dari banyaknya hasil
untuk kebutuhan primer dan sekunder; dan (4) panen.
pabrik gula akan terdorong untuk meningkatkan
efisiensi pabrik. a. Analisis Penerimaan
Disisi lain petani tebu masih keberatan dengan
sistem beli putus karena memasukkan pajak Penerimaan diperoleh dari hasil produksi
pertambahan nilai yang harus ditanggung petani. usahatani dikalikan dengan harga jual. Pada
Pengenaan pajak pertambahan nilai (PPN) 10% usahatani tebu petani mitran PG Gempolkrep
yang ditanggung oleh petani. Misalnya diterima sumber penerimaan petani diperoleh dari hasil
pembayaran penuh Rp11.000 per kg. ‎PPN-nya penjualan panen tebu dan tetes tebu. Hasil
Rp1.100 yang dibayar. Belum lagi biaya angkut penjualan tebu ditentukan oleh tingkat rendemen
dan gudang Rp 500 per kg. Sistem beli putus dan harga gula. Pada saat harga gula tinggi dan
alias cash and carry membuat petani menerima rendemen tebu juga tinggi akan menguntungkan
pembayaran langsung atas tebu yang disetorkan bagi petani tebu. Berikut adalah perhitungan
ke PG. Petani tak ikut menanggung inefisiensi komponen penerimaan usahatani tebu sebagai
pabrik gula. Akan tetapi petani tebu di Lamongan berikut.
masih banyak yang bermitra dengan PG BUMN, Produksi tebu 70 ton/Ha
karena sudah terjalin sejak lama dan lebih Rendemen 8 atau 80 %
Produksi gula (8/100) x 70.000 kg = 5.600 kg gula
menguntungkan. Bagi hasil : perusahaan PG = 40% x 5.600 kg = 2.240 kg
Petani = 60% x 5.600 kg = 3.360 kg
3. Usaha Tani Tebu di Kabupaten Lamongan Analisa Usaha Tani
Harga gula rata-rata ditingkat petani Rp 9.500/kg
Usahatani tebu di Kabupaten Lamongan Pendapatan kotor petani :
berkembang di 12 wilayah kecamatan dengan pola Dari tebu 3.360 kg x Rp 9.500,- = Rp 31.920.000,-
Dari tetes dapat 3 kg tiap 1 kw = 700 kw x 3 kg = 2.100 kg
sebagaimana juga telah berkembang di wilayah x Rp 1.300,- = Rp 2.730.000,-
Indonesia lainnya yaitu melalui pola kemitraan Total pendapatan kotor = Rp 31.920.000 + Rp 2.730.000
atau Tebu Rakyat Kredit (TKR) dan Tebu Rakyat = Rp 34.650.000,-
Mandiri (TRM). Tahun ke-2 (Ratoon Cane)
Biaya usaha tani mencakup keseluruhan biaya Produksi 65 ton/Ha
usahatani yang dikeluarkan oleh petani untuk satu Rendemen 8 atau 80 %
Produksi gula (8 / 100) x 65.000 kg = 5.200 kg
kali proses produksi budidaya tebu. Komponen Bagi hasil :PG : 40% x 5.200 kg = 2.080 kg
biaya usahatani tebu meliputi biaya tetap dan biaya Petani : 60% x 5.200 kg = 3.120 kg
variabel. Biaya tetap adalah komponen biaya yang
PRAJA LAMONGAN 49
Balitbangda Kabupaten Lamongan
Volume I, Nomer I, Juni 2018
Harga gula rata-rata = Rp 9.500/ kg kemudahan akses kredit dari BNI dan input
Pendapatan kotor : dari tebu = 3.120 x Rp 9.500 = usahatani, petani tebu juga memperoleh bimbingan
Rp 29.640.000,- teknis dan pendampingan dari penyuluh sehingga
Dari tetes dapat 3 kg tiap 1 kw = 700 kw x 3 kg = 2.100
kg x Rp 1.300,- = Rp 2.730.000,- hasil panen dan rendemen bisa maksimal. Setelah
Total pendapatan kotor = Rp 29.640.000 + Rp 2.730.000 panen, yaitu saat penjualan tebu, petani mitra juga
= Rp 32.370.000,- memperoleh tambahan penghasilan dari hasil
perolehan dan penjualan tetes tebu.
Hasil penerimaan dari tetes tebu merupakan
fasilitas yang diberikan PG Gempolkrep kepada c. Analisis Kelayakan Usaha
petani. Petani mitra akan memperoleh 3 kg tetes
tebu untuk setiap 1 kwintal tebu yang disetorkan Perhitungan analisis kelayakan usahatani tebu
ke pabrik. Pada umumnya petani mitra menjual pada musim tanam pertama atau tahun ke satu dan
kembali tetes tebu tersebut ke PG Gempolkrep tahun kedua sebagai berikut :
sehingga memperoleh penghasilan tambahan selain
dari hasil penjualan tebu. Tetes tebu merupakan Tahun ke satu :
R/C = Penerimaan/total biaya = 34.650.000,- / 29.261.014
limbah atau sisa penggilingan tebu yang masih
= 1,18
mempunyai nilai jual dan manfaat. Selain sebagai Tahun kedua :
pakan ternak, tetes tebu juga dimanfaatkan menjadi R/C = Penerimaan/total biaya = 32.370.000 /22.261.014 =
bahan baku pembuatan vetsin atau penyedap rasa. 1,45
Tambahan penghasilan dari tetes tebu
merupakan kelebihan yang diterima petani Analisis kelayakan usahatani tebu ditinjau
mitra bila dibandingkan petani non mitra. berdasarkan R-C ratio diperoleh nilai sebesar 1,18
Setelah ditambahkan penjualan tetes tebu, petani pada tahun pertama dan nilai 1,45 pada tahun
memperoleh penerimaan sebesar Rp 34.650.000,- kedua. Nilai ini lebih besar dari 1. Hal ini berarti
pada musim tanam pertama dan penerimaan kedua usahatani tebu petani mitra PG Gempolkrep di
sebesar Rp 32.370.000,- pada musim kedua. kabupaten Lamongan layak atau berpotensi untuk
diusahakan.
b. Analisis Pendapatan Hubungan kemitraan antara petani tebu dan
PG Gempolkrep banyak memberikan manfaat
Analisis pendapatan bersih pada musim pertama dan keuntungan untuk kedua belah pihak. Selain
atau tahun ke satu : itu, juga berdampak peningkatan penerimaan dan
pendapatan serta kesejahteraan petani.
Pendapatan Bersih = Pendapatan kotor – semua biaya
= Rp 34.650.000,- – Rp 29.261.014 = Rp 5.388.986,-
Analisis pendapatan bersih pada musim kedua atau tahun
4. Kondisi dan Permasalahan Pengembangan
ke dua (ratoon) : Tebu di Indonesia
Pendapatan bersih = Rp 32.370.000,- – Rp 22.261.014 =
Rp 10.108.986,- Secara substansi ada 2 (dua) tujuan pokok
pemerintah berkaitan dengan pembangunan
Pendapatan usahatani tebu diperoleh dari sektor perkebunan pada komoditas tebu, yaitu (1)
selisih antara penerimaan total dengan biaya terwujudnya swasembada gula baik Gula Kristal
total. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa Putih (GKP) maupun Gula Rafinasi (GR); (2)
pendapatan usahatani tebu sebesar Rp 5.388.986,- peningkatan pendapatan/ kesejahteraan petani
pada musim tanam tanam pertama dan Rp tebu. Berdasarkan kajian, terdapat beberapa
10.108.986,- pada musim kedua. Diketahui bahwa permasalahan pokok dalam terwujudnya tujuan
penerimaan total lebih besar dibandingkan biaya tersebut baik pada on farm, off farm maupun tata
total sehingga petani memperoleh pendapatan. niaga gula, yaitu antara lain :
Selain dari hasil penjualan tebu, petani juga 1. Produksi tebu rendah, diakibatkan :
memperoleh pemasukan dari hasil penjualan tetes a. Luas areal tebu terbatas, di Jawa terjadi
tebu. Kondisi ini menggambarkan bahwa petani persingan dengan pengembangan komoditas
memperoleh keuntungan dengan menjadi petani pangan utama lainnya terutama padi/beras
mitra PG Gempolkrep. Tidak hanya mendapat dalam penggunaan lahan sawah;

50 PRAJA LAMONGAN
Balitbangda Kabupaten Lamongan
Volume I, Nomer I, Juni 2018

b. Masih rendahnya produktivitas tebu sebagai : 6. Peranan Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR)
1. klon tebu unggul mahal dan lambat sampai
di petani; Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR) selama
2. Mayoritas tebu di areal lahan kering (te- in dalam sistem usahatani tebu mempunyai peran
galan); strategis dan penting. Peranan KPTR dalam
3. Mayoritas tebu keprasan > 5 kali usahatani tebu antara lain :
c. Rendemen gula rendah sebagai akibat tidak 1. Sebagai lembaga wadah para petani tebu untuk
efisiennya pabrik-pabrik gula yang ada saat ini dapat melakukan kemitraan dengan pabrik gula
khususnya PG-PG milik BUMN karena sudah melalui pola TRK (Tebu Rakyat Kredit) / Tebu
terlalu tua mesin-mesinnya; Rakyat Kerja Sama Usaha (TR KSU)
d. Pelaksanaan tebang angkut tebu petani dan 2. Menyediakan dan memberikan talangan bagi para
pelaksanaan giling di PG seringkali mengalami petani tebu berupa sarana produksi (khususnya
kendala dikarenakan terlambatnya SPTA (Surat pupuk dan obat-obatan) dan alsintan (mesin
Perintah Tebang Angkut) yang pada akhirnya traktor);
mengurangi rendemen gula tebu petani. Hal ini 3. Menyediakan dan mengkoordinir pelaksanaan
dapat juga dikarenakan terbatasnya kapasitas tebang, muat dan angkut tebu temasuk
giling tebu di masing-masing PG dan terjadin- kebutuhan tenaga kerja dan kendaraan truk dan
ya kerusakan mesin PG pada saat musim giling. selanjutnya dikirim ke pabrik gula;
2. Sistem pemasaran gula tidak efisien karena dikua- 4. Sebagai pusat informasi bagi anggotanya para
sai oleh pengusaha-pengusaha tertentu sehingga petani tebu khususnya mengenai rendemen,
terjadi oligopsoni dan oligopoli; harga lelang tebu, biaya tebang, muat dan angkut.
3. Distribusi gula kurang lancar khususnya kurang
pasokan Gula Rafinasi (GR) sehingga industri KPTR yang ada di Lamongan antara lain :
makanan dan minuman juga menggunakan Gula KPTR Rosan Makmur Kecamatan Mantup; KPTR
Krista Putih (GKP); Rosan Agung Kecamatan Kembangbahu; KPTR
4. Tingginya Biaya Pokok Produksi (BPP) dan naik Lamong Jaya Kecamatan Ngimbang; KPTR
terus yang akhirnya mengakibatkan Harga Pokok Makmur Sejahtera Kecamatan Tikung. Koperasi
Petani (HPP) tinggi dan naik, diakibatkan : Petani Tebu Rakyat “Rosan Agung” memiliki
a) Harga sarana produksi (bibit, pupuk dan pes- anggota 134 petani tebu dengan kepemilikan lahan
tisida), upah garap dan biaya tebang angkut perkebunan tebu antara 2 hektar sampai dengan
tinggi dan naik terus; 10 hektar sebanyak 60 % dan lahan tebu antara
b) Produktivitas tebu dan rendemen gula rendah; 11 hektar sampai dengan 20 hektar sebanyak 36
c) Tuntutan petani melalui APTRI agar HPP ting- persen serta anggota yang mempunyai lahan
gi dan naik terus; tebu antara 21 hektar sampai dengan 50 hektar
sebanyak 4 persen. Semakin luas perkebunan tebu
5. Analisis Kesejahteraan Rumah Tangga Tani yang digarap akan semakin besar pendapatannya.
Untuk itu petani tebu yang mempunyai lahan garap
Analisis kesejahteraan dilakukan untuk sedikit akan berusaha untuk memperluas lahannya.
mengetahui keadaan ekonomi rumah tangga Kegagalan usahatani sangat sedikit sekitar 0,2 %.
petani tebu. Dalam ekonomi rumah tangga, Hal ini disebabkan karena perilaku petani yang
perhitungan pendapatan dan pengeluaran rumah kurang terkontrol. Sebagian besar sekitar 80
tangga dapat digunakan untuk mencerminkan persen petani tebu di Lamongan bermitra dengan
tingkat kesejahteraan. Untuk mengetahui tingkat PG Gempolkrep, sedangkan yang bermitra dengan
kesejahteraan rumah tangga tani dilakukan dengan KTM sedikit. Hal ini disebabkan karena kemitraan
membandingkan pengeluaran pangan dengan dengan KTM kurang baik atau kemitraan semu.
pengeluaran non pangan atau biasa disebut dengan Artinya tidak ada bapak asuh.
Good Servise Ratio (GSR). Jika nilai GSR lebih Beberapa kenda yang dihadapi KPTR antara lain
dari 1 maka rumah tangga tani dianggap kurang kegiatan tebang angkut masih belum bisa dilakukan
sejahtera. Nilai GSR menunjukkan sama dengan 1 scara optimal, permodalan yang masih terbatas,
maka rumah tangga tani dianggap sejahtera. Nilai sarana dan prasarana yang dimiliki KPTR masih
GSR menunjukkan nilai kurang dari 1 maka rumah minim dan sumber daya manusia yang terbatas dan
tangga tani dianggap lebih sejahtera. kurang berpengalaman.
PRAJA LAMONGAN 51
Balitbangda Kabupaten Lamongan
Volume I, Nomer I, Juni 2018

7. Ketersediaan Lahan Tebu di Kabupaten IV. PENUTUP


Lamongan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dapat
Luas lahan di kabupaten Lamongan sebagian disimpulkan sebagai berikut :
besar adalah lahan sawah yakni sebesar 87.833
km2 atau sekitar 52,60 persen dari luas total lahan. 1. Capaian kinerja produksi tebu tahun 2016 yaitu
Lahan bukan sawah 64.154 km2 dan lahan bukan 308.145 ton (100,5%) sudah melampaui target
pertanian 14.985 km2. Pemenuhan ketersediaan yang telah ditetapkan sebesar 306.510,59 ton.
lahan tebu di Lamongan cukup luas terutama pada 2. Untuk meningkatkan kesejahteraan petani tebu,
lahan bukan sawah. Hal ini terbukti pada Gambar Pemerintah Kabupaten Lamongan memberikan
1 bahwa luas lahan tebu mulai tahun 2012 sampai bantuan bagi petani tebu yaitu modal lunak pada
dengan tahun 2016 menunjukkan peningkatan tahun 2017 sebesar Rp 3.000.000.000,- (tiga milyar
lahan tebu. rupiah) yang digunakan sebagai Peningkatan Mutu
Intensifikasi (PMI) tanaman tebu. Sedangkan
Lahan bukan sawah terdiri dari : untuk Koperasi Petani Tebu Rakyat berupa traktor
a. Lahan tegal/kebun; Lahan pertanian bukan roda 4, alat tebang “tasco”, alat pelontar, alat
sawah (lahan kering) yang ditanami tanaman klenthek dan Grab Loader.
semusim atau tahunan dan terpisah dengan 3. Usahatani petani tebu di Lamongan layak dan
halaman sekitar rumah serta penggunaannya berpotensi untuk diusahakan berdasarkan kriteria
tidak berpindah-pindah. kelayakan usahatani yaitu R-C ratio yang nilainya
b. Ladang atau Huma; Lahan pertanian bukan 1,18 .pada tahun ke satu dan 1,45 pada tahun
sawah (lahan kering) yang biasanya ditanami kedua.
tanaman semusim dan penggunaannya hanya 4. Faktor-faktor yang berpengaruh secara positif
semusim atau dua musim, kemudian akan terhadap produksi usahatani tebu di kabupaten
ditinggalkan bila tidak subur lagi (berpindah- Lamongan adalah luas lahan, varietas unggul,
pindah). Kemungkinan lahan ini beberapa jumlah bibit, jumlah pupuk, jumlah pestisida,
tahun kemudian akan dikerjakan kembali jika jumlah tenaga kerja garap dan jumlah tenaga kerja
sudah subur. panen.
c. Lahan yang sementara tidak diusahakan; 5. Rumah tangga petani tebu merupakan rumah
Yaitu lahan yang biasanya diusahakan tetapi tangga yang sejahtera.
untuk sementara (lebih dari satu tahun tetapi 6. Potensi areal perkebunan tanaman tebu di
kurang dari atau sama dengan dua tahun) tidak Kabupaten Lamongan pada musim tanam 2016-
diusahakan, termasuk lahan sawah yang tidak 2017 seluas 20.584,080 hektar, yang terdiri dari
diusahakan selama lebih dari dua tahun. areal eksisting sebesar 5.167,099 hektar dan
luas areal pengembangan tanaman tebu sebesar
Pemenuhan ketersediaan lahan tebu di 15.416,981 hektar, serta luas lahan historis untuk
Lamongan cukup luas terutama pada lahan bukan pengembangan tanaman tebu kedepan sebesar 390
sawah.yang bisa digunakan untuk perkebunan hektar, terdapat di kecamatan Ngimbang, Mantup,
tebu. Tabel 13 menunjukkan bahwa pada Sambeng dan Kembangbahu. Potensi areal
tahun 2015 dan 2016 luas lahan bukan sawah perkebunan tebu berada di 19 Kecamatan, dan
mempunyai prosentase 38,4 % dari keseluruhan ada 6 Kecamatan baru (Paciran, Brondong, Pucuk,
wilayah Lamongan. Akan tetapi ada beberapa Laren, Sukodadi dan Lamongan) yang berpotensi
kendala yang dihadapi dalam pemenuhan akan ditanami tebu atau untuk pengembangan
ketersediaan lahan perkebunan tebu di kabupaten tanaman tebu. Potensi areal tanaman tebu dengan
Lamongan, antara lain : kepala daerah juga luas 4 kali lipat lebih luas dari kondisi areal yang
memperluas di beberapa kecamatan untuk sudah ditanami tebu (eksisting). Sedangkan untuk
komoditas tanaman jagung yang sudah dikenal pengembangan areal tanaman tebu luasannya 3
di tingkat internasional. Disamping itu komoditas kali lipat dari kondisi areal yang sudah ditanami
lainnya juga memperluas lahan produksinya. tebu (eksisting).
7. Areal perkebunan tebu di kabupaten Lamongan
pada musim tanam 2016-2017 seluas 5.167,099

52 PRAJA LAMONGAN
Balitbangda Kabupaten Lamongan
Volume I, Nomer I, Juni 2018

hektar. KPTR memiliki luasan areal sebagaiberikut agar produksi, produktivitas dan rendemennya
: 1) KPTR “Rosan Makmur” luasnya 1.505,672 tinggi
hektar; 2) KPTR “Rosan Mulya Sejahtera” luasnya 3. Permodalan atau kredit petani tebu perlu
1.146,430 hektar; 3) KPTR “Rosan Agung” ditingkatkan.
luasnya 952,280 hektar; 4) KPTR “Lamong Jaya” 4. Luas lahan perkebunan tebu perlu untuk
seluas 745,750 hektar; 5) KPTR “Nira Arum dikembangkan dengan memperhatikan komoditi
Manis” luas totalnya 307,070 hektar; 6) KPTR lainnya.
“Tebu Raya Makmur” luasnya 216,787 hektar; 7) 5. Dinas terkait menfasilitasi kemitraan petani tebu,
KPTR “Tani Makmur Jaya” luasnya 160 hektar; Koperasi Petani Tebu Rakyat, PG. KTM atau
8) KPTR “KUD Pendowo” luasnya 93,110 hektar; PG. BUMN dengan baik, agar petani tebu lebih
dan 9) KPTR “Tebu Wuru” seluas 40 hektar. menguntungkan.
Sedangkan Pabrik Gula yang bermitra dengan
petani tebu, antara lain PG Gempolkrep memiliki Rekomendasi
lahan 2.454,876 hektar, dan yang bermitra dengan 1. Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan
PG KTM memiliki lahan yaitu 1.615,793 hektar, Perkebunan
serta yang bermitra dengan PG Jombang Baru 1. Untuk meningkatkan produksi, produktivitas
memiliki lahan 1.096,430 hektar. dan rendemennya tinggi perlu dibuat demplot
8. Perluasan lahan perkebunan tanaman tebu, baik dengan varietas tebu unggul.
dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 dan 2. Untuk meningkatkan kemampuan dan skill
berdasarkan luas lahan pada tingkat kecamatan petani tebu dalam pengelolaan Tebu perlu
menunjukkan bahwa perluasan lahan perkebunan adanya Sosialisasi ,Pembinaan dan Pelatihan
tebu cukup berpotensi untuk dikembangkan. kepada Petani Tebu secara berkelanjutan.
9. Pemenuhan ketersediaan lahan tebu di Lamongan 3. Dalam rangka peningkatan permodalan
cukup luas terutama pada lahan bukan sawah. perkebunan tebu agar diperhatikan dan
yang bisa digunakan untuk perkebunan tebu. Pada ditingkatkan Kredit Petani Tebu.
tahun 2015 dan 2016 luas lahan bukan sawah 4. Dalam pemenuhan ketersediaan lahan
mempunyai prosentase 38,4 % dari keseluruhan perkebunan tebu di kabupaten Lamongan
wilayah Lamongan. Perlu adanya Perluasan Lahan Tebu dengan
10. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pemenuhan memperhatikan komoditi lain.
ketersediaan lahan ‘perkebunan tebu di kabupaten 5. Agar Dinas terkait menfasilitasi kemitraan
Lamongan, antara lain : a) produksi tebu rendah, petani tebu, Koperasi Petani Tebu Rakyat,
akibat : - luas areal tebu terbatas dan terjadi PG. KTM atau PG. BUMN dengan baik.
persaingan dengan pengembangan komoditas
pangan utama lainnya seperti padi, jagung, - b) 2. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
masih rendahnya produktivitas tebu, c) rendemen 1. Dalam rangka peningkatan pendapatan
gula rendah, d) pelaksanaan tebang angkut tebu Petani Tebu agar dinas terkait mengawasi
petani dan pelaksanaan giling di PG seringkali perdagangan gula yang berpihak ke Petani
mengalami kendala karena terlambatnya SPTA Tebu.
(Surat Perintah Tebang Angkut). 2. Untuk menfasilitasi kemitraan Koperasi
11.Kebanyakan masyarakat mempunyai lahan Petani Tebu Rakyat dalam meningkatkan
usahatani tebu seluas 6 – 10 hektar dibanding manajemen KPTR; meningkatkan
luasan lainnya, bisa menghidupi keluarganya permodalan petani tebu
dari usahatani tebu, ingin menambah 2 kali
lipat luas lahan usahatani tebunya, sangat 3. Dinas Koperasi dan UMKM
mendukung kebijakan Pemda Lamongan terkait 1. Untuk menfasilitasi kemitraan Koperasi
pengembangan luas lahan perkebunan tebu, Petani Tebu Rakyat dalam meningkatkan
merasa menguntungkan dengan usahatanii tebu. manajemen KPTR; meningkatkan
permodalan petani tebu
Saran 2. Dalam rangka peningkatan permodalan
1. Petani tebu terus meningkatkan produksi dan pengelolan perkebunan tebu agar
rendemennya. diperhatikan dan ditingkatkan Kredit Petani
2. Perlu adanya demplot dengan varietas tebu unggul Tebu.
PRAJA LAMONGAN 53
Balitbangda Kabupaten Lamongan
Volume I, Nomer I, Juni 2018

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bustanul. 2008. Ekonomi Swasembada Gula Setiadi, R. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang
Indonesia. Economic Review No. 211. Maret Berhubungan dengan Motivasi Petani dalam
2008 Berusahatani Tebu (Studi Kasus: Petani Tebu
Rakyat di Desa Tonjong Wilayah Kerja Pabrik
Badan Litbang Pertanian. 2007. Prospek dan arah Gula Tersana Baru, Kabupaten Cirebon).
pengembangan agribisnis tebu. Ed ke-2. Jakarta [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 53
(ID): Badan Litbang Pertanian.
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Jakarta.
Ferdiansyah, Jerrie. Budidaya Tebu. Yogyakarta: CV. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)
Budi Utama, 2012.
Sunarti E. 2006. Indikator Keluarga Sejahtera:
Fitriani, Sutarni, Irawati L. 2013. Faktor-faktor Sejarah Pengembangan, Evaluasi, dan
yang memengaruhi produksi, curahan kerja dan Keberlanjutannya. [Internet]. Diunduh dari:
konsumsi petani tebu rakyat di Propinsi Lampung. euissunarti.staff.ipb.ac.id/files/2012/04/Dr.-
ESAI. 7(1):1-11. Euis-Sunarti-Indikator-Keluarga-Sejahtera.pdf.
[Diunduh tanggal 2 Februari 2017].
Hanani N, Sujarwo, Asmara R. 2012. Peran koperasi
dalam sistem agribisnis tebu rakyat. Dalam: Suyono. 2008. Memberdayakan petani tebu melalui
Krisnamurthi B, editor. Ekonomi gula. Jakarta pengembangan kapasitas kelembagaan Koperasi
(ID): PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 305-318. Petani Tebu Rakyat (KPTR) (Studi kasus di KPTR
"Raksa Jaya" Kelurahan Paduraksa Kecamatan
Ismail N. 2001. Peningkatan Daya Saing Industri Gula Pemalang Kabupaten Pemalang) [tesis]. [Bogor
Nasional sebagai Langkah menuju Persaingan (ID)]: Institut Pertanian Bogor.
Bebas. Jurnal Vol II hal 3-14. Jakarta (ID):
Institute for Science and Technology Studies. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia
Nomor : 830/Kpts/RC.040/12/2016 tentang
Kartodirdo, Sartono dan Djoko Suryo, Sejarah Lokasi Pengembangan Kawasan Pertanian
Perkebunan di Indonesia; Kajian Sosial- Nasional. Jakarta
Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Media, 1994. Internet :
http://blog.unnes.ac.id/andrierwanto/2015/11/16/
Lestyani D, Maria, Priyanto SH. 2012. Keengganan akibat-pendirian-pabrik-kebun-tebu-mas-ktm/
petani berusaha tani tebu di Kabupaten Kendal,
Jawa Tengah. Agric. 24(1): 81-90. http://www.josstoday.com/read/2015/03/17/20916/
PG_Rafinasi_Lamongan_Jangan_Rugikan_
Perdana, Y., 2016. Koperasi Petani Tebu Rakyat Petani_Tebu
Lamong Jaya. E-Jurnal Pendidikan Sejarah http://finance.detik.com/industri/3066312/mimpi-
“Avatara”. Unesa, Surabaya. 4 (1) petani-tebu-ri-bisa-kembali-jadi-eksportir-gula-
terbesar
Robyanto, Chairul bahtiar robyanto, dkk. https://www.scribd.com/doc/246670170/Gambaran-
2013.“Analisis Persediaan Bahan Baku Tebu Umum-Kabupaten-Lamongan-pdf
pada Pabrik Gula Pandji PT. Perkebunan http://poskotanews.com/2015/10/08/kptr-di-
Nusantara XI (PERSERO) Situbondo, Jawa lamongan-terima-bantuan-traktor/
Timur”. Jurnal Agribisnis dan Agrowisata, vol. 2,
no.1.

Rochmatika, Raden Luthfi. 2006. “Kajian Kepuasan


Petani Tebu Rakyat terhadap Kemitraan Pabrik
Gula XYZ.” Skripsi (Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian. Bogor.

54 PRAJA LAMONGAN
Balitbangda Kabupaten Lamongan

Anda mungkin juga menyukai