Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR LANJUTAN

OLEH:

NAMA : RAHMAT ERIYANDI HIDAYAT


NIM : G1C019059
PROGRAM STUDI : KIMIA

LABORATORIUM KIMIA DASAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini telah ditulis dengan sebaik-baiknya sesuai dengan hasil praktikum
sebagai syarat kelulusan pada Mata Kuliah Kimia Dasar Lanjut.

Mataram, Rabu, 15 Juli 2020

Co-Ass Acara I

Ainni Rohmana (…...……………….)


G1C019059

Co-Ass Acara II

Lydia Ajeng Meagahaque (……………………)


G1C016023

Praktikan

Rahmat Eriyandi Hidayat


G1C019059
DAFTAR ISI

Halaman pengesahan ..............................................................................


Daftar Isi ...............................................................................................
Laporan Praktium ................................................................................
Acara I
1.1 Tujuan Praktikum ..........................................................................
1.2 Landasan Teori ...............................................................................
1.3 Alat dan Bahan ...............................................................................
1.4 Prosedur kerja ................................................................................
1.5 Hasil dan Pembahasan ..................................................................
1.6 Kesimpulan dan Saran ..................................................................
1.7 Daftar Pustaka ...............................................................................
1.8 Lampiran ………………………………………………………...
Acara II .................................................................................................
2.1 Tujuan Praktikum ...........................................................................
2.2 Landasan Teori ...............................................................................
2.3 Alat dan Bahan ...............................................................................
2.4 Prosedur kerja .................................................................................
2.5 Hasil dan Pembahasan ...................................................................
2.6 Kesimpulan ....................................................................................
2.7 Daftar Pustaka .............................................................................
2.8 Lampiran ……………………………………………………….
ACARA I
KESETIMBANGAN KIMIA

1.1 TUJUAN PRAKTIKUM


Mempelajari reaksi kesetimbangan kompleks besi (III) – tiosionat.

1.2 LANDASAN TEORI


Kesetimbangan kimia menjelaskan keadaan dimana laju reaksi
balik dan laju reaksi maju sama besar dan dimana konsentrasi reaktan
dan produk tetap tidak berubah seiring berjalannya waktu. Keadaaan
kesetimbangan ini ditandai dengan adanya satu konstanta
kesetimbangan. Bergantung pada jenis spesi yang bereaksi, konstanta
kesetimbangan dapat dinyatakan dalam molaritas ( untuk larutan) atau
tekanan parsial (untuk gas). Konstanta kesetimbangan memberi
informasi tentang arah dari suatu reaksi reversible dan konsentrsi-
konsentrasi dari campuran kesetimbangannya. Reaksi kesetimbangan
kimia melibatkan zat-zat yang berbeda untuk reaktan daan produknya.
Kesetimbangan antara dua zat yang sama dinamakan kesetimbangan
fisis karena perubahan yang terjadi hanyalah proses fisis. Penguapan
air dalam wadah tertutup pada suhu tertentu merupakan contoh
kesetimbangan fisis. Kita dapat menggeneralisasi pembahasan ini
dengan memperhatikan reaksi reversible berikut:

aA + bB cC + dD

dimana a,b,c, dan d adalah koefisien stoikiometri untuk spesi-spesi


yang bereaksi A, B, C, dan D. Konstanta kesetimbangan untuk reaksi
pada suhu tertentu ialah:

[𝐶]𝑐[𝐷]𝑑
K = 𝑎 𝑏
[𝐴] [𝐵]

Persamaan di atas adalah bentuk matematis dari hukum aksi massa.


Persamaan ini menghubungkan konsentrasi reaktan dan produk pada
kesetimbangan yang dinyatakan dalam suatu kuantitas yang disebut
konstanta kesetimbangan (Chang, 2005 : 65).

Kesetimbangan dibagi menjadi homegen dan heterogen, ho,ogen


bila kesetimbangan terhadap pada satu fase (gas, cairan tunggal, fase
padat tunggal). Heterogen bila kesetimbangan terdapat dalam lebih
dari satu fase (gas-padat, gas-cairan, padat-cair, atau padat-padat).
Kesetimbangan heterogen ditandai adanya beberapa fase.
Kesetimbangan ini berupa kesetimbangan fisiska seperti
kesetimbangan cairan dan uapnya, atau kesetimbangan kimia seperti
disiosiasi kalium karbonat (Sukardjo, 2013 : 220).
Kesalahan konsep laju reaksi memiliki dampak terhadap
kesetimbangan kimia. Dampak kesalahan konsep laju reaksi terhadap
kesetimbangan kimia salah satunya terjadi pada konsep pengaruh
penambahan konsentrasi pada laju reaksi dan kesetimbangan kimia.
Konsep luas permukaan dan konsentrasi merupakan konsep yang
berbeda dalam pengaruh terhadap kecepatan laju reaksi. Memang
benar bahwa kenaikan konsentrasi akan meningkatkan luas permukaan
partikel, tetapi luas permukaan pada konsep laju reaksi adalah terbatas
pada zat yang sama dengan berat yang sama pula hanya saja berbeda
ukuran (Ihdal, 2016).
Komposisi setimbang reaksi ditentukan oleh selisih G° dan K.
Nilai G akan berubah seiring dengan perubahan komposisi kimia
reaktan menjadi produk. Kesetimbangan reaksi atau pergeseran reaksi
kimia antara lain dipengaruhi oleh suhu reaksi. Ekspedisi asam oleat
merupakan reaksi eksotermis reversible. Pada reaksi ekstermis
reversible, bila suhu dinaikkan (T2 lebih besar dari T1), maka nilai K
akan menurun (Maisaroh, 2019).
Tiosianat adalah senyawa yang mempunyai sifat goitrogenik.
Sifat ini akan menyebabkan gangguan akibat kekurangan iodium
(GAKI). Penentuan tiosianat dapat dilakukan dengan mereaksikan
ninhidrin 1% dan oksidator hipoklorit membentuk senyawa
hindrindantin biru dalam suasana basa. Senyawa hindrindantin biru
yang terbentuk dianalisa secara spektrofometri pada panjang
gelombang maksimum 590 nm. Hasil penelitian menunjukkan waktu
optimum reaksi oksidasi tiosianat menjadi sianida untuk menjadi
senyawa hidrindantin biru adalah 10 menit dan stabil sampai menit 20
(Kusumaningtyas, 2015).

1.3 ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan saat praktikum adalah batang pengaduk
untuk mengaduk larutan, gelas kimia 100 mL untuk mengukur prediksi
larutan, gelas kimia 25 mL tempat untuk mencampu larutan, labu ukur 25
mL tempan mengencerkan larutan, penggaris 30 cm digunakan untuk
mengukur tinggi perbandingan larutan. Adapun pipet tetes, piet gondok,
dan pipet volume 10 mL digunakan untuk mengambil larutan sesuai
takaran atau ukuran. Raki tabung reaksi tempat meletakkan tabung reaksi.
Bahan-bahan yang digunakan saat praktikum adalah Aquades
(H2O)(l), label untu menamai tabung reaksi. Adapun senyawa yang
digunakan adalah larutan besi III nitrat [Fe(NO3)3](aq) 0,2 M, larutan
kalium tiosanat (KSCN) 0,0002 M, padatan disodium hidrofosfat
(Na2HPO4). Dan terakhir tissue untuk mengelap dan membersihkan
tangan serta alat setelah praktikum selesai.

1.4 PROSEDUR PERCOBAAN


Pada percobaan pertama yakni kesetimbangan besi (III)-tiosianat,
dimasukkan 10 mL KSCN 0,002 M kedalam bejana gelas setelah itu
ditambahkan 2 tetes larutan Fe(NO3)3 0,2 M, selanjutnya dibagi larutan ini
menjadi 4 tabung reaksi, pada tabung reaksi pertama dimasukkan
campuran KSCN dan Fe(NO3)3 0,2 M sebagai pembanding standar, pada
tabung reaksi ke dua dimasukkan campuran KSCN dan Fe(NO3)3 0,2 M
kemudian ditambahkan 1 tetes KSCN pekat, pada tabung reaksi ke tiga
dimasukkan campuran KSCN dan Fe(NO3)3 0,2 M kemudian ditambahkan
3 tetes KSCN pekat, dan pada tabung reaksi keempat dimasukkan
campuran KSCN dan Fe(NO3)3 0,2 M dan dimasukkan Na2HPOY.
Pada percobaan kedua yakni kesetimbangan besi (III)-tiosianat yang
semakin encer. Disediakan 5 tabung reaksi dan diberi nomor pada masing-
masing tabung reaksi setelah itu dimasukkan 5 mL KCN ),002 M kedalam
masing-masing tabung reaksi, selanjutnya ditambahkan air hingga volume
menjadi 25 mL diukur 5 mL larutan ini dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi 2, hitung konsentrasinny, kemudian ditambahkan air kedalam 10
mL larutan Fe(NO3)3 hingga volume menjadi 25 mL diukur 5 mL larutan
ini dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi tiga, hitung konsentrasinya
dan dilakukan cara percobaan yang sama sampai tabung 5, setelah itu
bandingkan warna larutan pada tabung kedua dengan tabung reaksi standar
satu untuk menghitung konsentrasi FeSCN2+ dibandingkan sampai tabung

1.5 HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada percobaan pertama Warna awal KSCN bening, warna awal
Fe(NO3)3 , warna campuran KSCN dan Fe(NO 3)3 kuning keruh. Pada
percobaan pertama yakni pada tabung pertama merupakan sebagai tabung
pembanding yang memiliki kuning keruh,. Warna awal seluruh tabung
sama, warna tabung kedua setelah dimasukkan 1 tetes KSCN pekat
berubah menjadi merah, warna tabung ketiga setelah dimasukkan 3 tetes
Fe(NO3)2 0,2 M menjadi lebih pekat jika dibandingkan dengan tabung
pertama, warna tabung keempat setelah dimasukkan beberapa butir
Na2HPO4 menjadi lebih keruh dibandingkan tabung pertama dan hasil
endapan berwarna kuning.
Pada percobaan kedua yakni warna awal KSCN 0,002 M yakni
berwarna bening, warna awal Fe(NO3)2 0,2 M orange, warna campuran
KSCN ditambah Fe(NO3)2 kuning keruh. Pada tabung pertama merupakan
standar dimana setelah 5 mL KSCN ditambah 5 mL Fe(NO3)2 dimana
warnanya berubah menjadi kuning keruh. Tabung kedua yang mula-mula
berisi KSCN berwarna bening setelah dimasukkan larutan 10 mL
Fe(NO3)2 dan ditambahkan air sampai 25 mL larutan berubah warna lebih
pudar dari tabung reaksi (kuning memudar). Tabung ketiga yang mula-
mula berisi 10 mL larutan KSCN berwarna bening setelah dimasukkan
Fe(NO3)3 dan ditabahkan larutan 10 mL air samapai 25 mL larutan
berubah menjadi kuning memudar. Tabung keempat lebih memudar dari
tabung ketiga dan tabung reaksi kelima lebih memudar dari tabung reaksi
keempat. Tinggi awal tabung tidak diukur, tabung 2,3,4dan 5 ditambahkan
dari isi tabung 1agar warnannya sama dengan tabung satu. Tinggi tabung
satu setelah dituang ke tabung 2 adalah 4,3 cm, tinggi tabung satu setelah
dituangkan ke tabung 3 adalah 1,8 cm. tinggi tabung 1 setelah dituangkan
tabung 4 adalah 0,3 cm. tinggi tabung 1 setelah dituangkan tabung 5
adalah 0,1. Tinggi tabung 2 adlah 9,2. Tinggi tabung 3 adalah 9,1. Tinggi
tabun 4 adalah 8,3 dan tinggi tabung 5 adalah 7,2.
Pada percobaan pertama (kesetimbangan besi (III)-tiosionat.
Tabung I : sebagi pembanding yang dianggap membentuk FeSCN 2+
Reaksi : Fe2+(aq) + 3NO-(aq) + 3K+(aq) + 3SCN-(aq) Fe(SCN)2+(aq) + 2SCN-
+ 3K+(aq) + 3NO-3
Tabung II : ditambahkan KSCN pekakt (berubah menjadi warna merah)
Reaksi : Fe(NO3)3(aq) + KSCN(aq)  FeSCN2+(aq)+ 2NO-3(aq) + KNO3(aq)
Tabung III : ditambahkan Fe(NO3)3 warna menjadi lebih kunung
Reaksi : Fe(NO3)3(aq) 2+ + KCN (aq)  FeSCN2+(aq)+ 2NO3 (aq)- + KNO3 -(aq)
Tabung IV : ditambah Na2HPO4 (warna lebih bening + endapan)
Reaksi : FeSCN2+(aq) + Na2HPO4(s)  FePO4 (s) + HSCN(aq) + Na+(aq)
Pada percobaan kedua kesetimbangan besi (III)-tiosianat yang
𝑇 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
semakin encer. Pada perbandingan tinggi tabung dengan runus T 1 𝑇2
didapatkan nilai sebesar 0,467 cm, pada T2 didapatkan 0,198 cm, pada T3
didapatkan 0,036 cm dan pada T4 didapatkan nilai tinggi tabung sebesar
0,014 cm. menghitung konsentrasi FeKCN2+ , bisa dicari dengan rumus T
dikali konsentrasi etanol, data konsentrasi Fe3+ 0,2 M, volume Fe3+ 5 mL,
konsentrasi KCN- 0,002 M, dan volume KCN - 5 mL. mol Fe2+ 1 mmol,
mol KCN- 0,01 mmol FeCN2+ = n / vtot didapatkan 0,001. FeKCN2+ = T1
dikali FeCN2+ didapatkan nilai 0,000467 M, dengan rumus yang sama
dipakek dalam T2,T3,T4 didapatkan sedara berturut-turut 0,000198 M,
0,000036 M, dan 0,000014 M. pengenceran konsentrasi Fe3+ mula-mula,
pada pengenceran pertama didapatkan 0,08 M, pengenceran kedua
didapatkan 0,032 M, pada pengenceran ketiga didapatkan 0,0128 M dan
pada pengenceran keempat didapatkan 0,00512 M. Perhitungan
konsentrasi Fe3+ setimbang didapatkan pada saat setimbang satu yakni
0,079533 M, pada saat setimbang dua didapatkan 0,031802 M, pada saat
setimbang tiga didapatkan 0,012764 M, dan pada saat setimbang 4
didapatkan 0,00498 M. Perhitungan konsentrasi CN- setimbang, CN-
mula-mula 0,002 M. pada saat setimbang satu didpatkan 0,001533 M,
pada saat setimbang dua didapatkan 0,001802 M, pada saat setimbang tiga
didapatkan 0,001964 M, dan pada saat setimbang keempat didapatkan
0,001986 M. Konstanta kesetimbangan (Ka) pada kesetimbangan satu
didapatkan didapatkan Ka1 sebesar 0,00000005694 M, Ka2 didapatkan
0,00000001135 M, Ka3 didapatkan 0,0000000009 M,dan Ka4 didapatkan
0,00000000014 M. Konstanta Kesetimbangan (b), didapatkan nilai Kb1
sebesr 0,243 M, Kb2 didapatkan 0,003 M, Kb3 didapatkan 0,00023 M dan
Kb4 didapatkan 0,00000351 M. Konstanta Kesetimbangan (Kc),
didapatkan Kc1 sebesar 3,83 M, Kc2 didapatkan 3,455 M, Kc3 didapatkan
1,426 M, dan Kc4 didapatkan 1,38 M.

1.6 KESIMPULAN DAN SARAN


Kesetimbangan kimia merupakan kesetimbangan yang dinamis
antara jumlah molekul reakstan dengan jumlah produk yang terbentuk
sama banyaknya.
Percobaan pertama dimana tabung 1 dijadikan sebagai
pembanding atau standar bagi tabung lainnya. Tabung kedua ketika larutan
awal ditambah KSCN pekat maka warna larutan beruabah menjadi merah
kecoklatan. Tabung ketiga, larutan awal ditambah dengan larutan
Fe(NO3)30,2 Mwarna larutan berubah menjadi lebih pekat. Tabung
keempat menghasilkan warna bening dan keruh dan ada endapan.
Perubahan warna dikarenakan larutan atau zat yang ditambahkan pada
masing-masing tabung berbeda konsentrasinya.
Percobaan kedua yaitu kesetmbngan besi (III) trisionat yang semakin
encer. Dari tabung reaksi satu sampai empat terjadi pengurangan intensitas
warna. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan volume aquades,
pada saat perbandingan dan penyetaraan intensitas tabung standar atau
tabung satu dengan tabung lainnya dengan cara mengurangi volume
tabung pertama setetes demi setetes hingga didapatkan warna yang sama.
Hal ini membuktika bahwa volume berpengaruh pada kesetimbangan.
Saran sebelum melalukan percobaan dimohon sebaiknya agar selalu
memperhatikan langkah demi langkah agar hasil percobaan bisa
menghasilkan yang baik.
1.7 DAFTAR PUSTAKA
Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Sastrohamidjojo, H. 2012. Kimia dasar Edisi ke-2. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Ihdal, Y.U., Iskandar, S.M., Budiasih E. 2016. Analisis Dampak
Kesalahan Konsep Laju Reaksi Terhadap Kesalahan Konsep
Kesetimbangan Pada Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Sains.
3(2). 70-72.
Kusumaningtyas, N.M., Hermin S., Qonitah F. 2015. Optimasi
Metode Spektrofotometri Untuk Penentuan Tiosianat
Berdasarkan Pemebentukan Senyawa Hidrindantin
Menggunakan Oksidator Hipoklorit. Student Jurnal. 1(1).
677.
Maisaroh, Purwanto W. 2019. Tinjauan Termodinamika dan
Kesetimbangan Kimia dalam Hubungan Perubahan Suhu
terhadap Konversi Reaksi Epoksidasi Asam Oleat Berbasis
Sawit. Jurnal Seminar Nasional Nasional Pengabdian
Masyarakat. 4(2). 1-11.
1.8 LAMPIRAN
ACARA II
KINETIKA REAKSI

2.1 TUJUAN PRAKTIKUM


1. Memahami pengaruh perubahan konsentrasi pada laju reaksi.
2. Mengetahui pengaruh suhu dan laju reaksi.

2.2 LANDASAN TEORI


Bidang kimia mengkaji kecepatan atau laju, terjadinnya reaksi
kimia dinamakan kinetika reaksi, kata kinetika menyiratkan gerakan
atau perubahan: paba bab 5 kita telah mendefinisikan energi kinetic
sebagai energy tersedia karena gerakan-gerakan suatu benda. Disini
kinetika merajuk pada laju reaksi yaitu perubahan konsentrasi reaktan
atau produk terhadap waktu (M / s).
Kita telah mengetahui bahwa setiap reaksi dapat dinyatakan
dengan persamaan umum: Reaktan → Produk. Persamaan ini
memeberitahukan bahwa, selama berlangsumg suatu reaksi, molekul
reaktan bereaksi sedangkan molekul produk terbentuk. Sebagai
hasilnya, kita dapat mengamati jalannya reaksi dengan cara memantau
menurunnya konsentrasi reaktan atau ,eningkatnya konsentrasi produk
(Raymond Chang: 30).
Kinetika kimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari
kecepatan reaksi kimia dan mekanisme reaksi kimia yang terjadi.
Penegertian kecepatan reaksi digunakan untuk melukiskan kelajuan
perubahan kimia yang terjadi. Sedangkan pengertian mekanisme reaksi
digunakan untuk melukiskan serangkaian langkah-langkah reaksi yang
meliputi perubahan keseluruhan dari suatu reaksiyang terjadi. Dalam
kebanyakan reaksi, kinetika hanya mendekati bahan dasar permulaan
yang lenyap dan hasil yang timbul, jadi hanya reaksi keseluruhan yang
dapat diamati. Perubahan keseluruhan yang terjadi kenyataannya dapat
terdiri atas beberapa reaksi yang berturutan, masing-masing reaksi
merupakan suatu langkah reaksi pembentukan hasil-hasil akhir. Dalam
membicarakan reaksi-reaksi kimia adalah penting untuk membedakan
antara suatu reaksi keseluruhan dan satu langkah reaksi dalam reaksi
tersebut (Hardjono : 158).
Briket adalah bahan bakar padat, maka didalam penyalaannya
memerlukan waktu sedikit lebih lama dibandingkan denga bahan bakar
cair dan gas. Reaksi pembakaran dari bahan bakar padat berupa arang
karbon dengan oksigen pada permukaan partikel akan menghasulkan
karbon monoksida dankarbon dioksida. Sebelumnya ditimbang massa
biobriket. Biobriket yang sudah jadi dimasukkan kedalam reactor,
tempratur diset masing-masing campuran briket pada suhu 300 0C
sampai 350 0C dan regulator dinyalaka, setelah temperatur tercapai
maka laju air dialirkan dari tabung oksigen menuju reactor sebannyak
1 liter/menit. Kemudian dari hasil pembakaran yang terjadi didalam
reactor terjadi reaksi dimana C + O2 → CO2 + H2O yang kemudian
akan diteruskan menuju konsensor. Pada peruses kondensasi
dihasilkan berupa kondensat yang dianggap H2O yang keluar dan gas
akan menekan pada tangki penampung yang berisi air sehingga akan
keluar air menuju penampung kelas ukur, air yang keluar sebagai CO ,
dicatat ketinggian volume kondensat dan gas selang waktu 10 menit
sampai 60 menit, setelah itu ditimbang masa briket setelah
pembakaran, prosedur ini diulangi untuk campuran biobriket lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa temperature
optimum dalam proses pembakaranyaitu 300 0C dengan nilai konstanta
reaksi pada campuran batu bara dengan biomassa kulit durian
14647.13/ menit tempurung kelapa 14400.24/menit, serbuk gergaji
15244.90/ menit (Rismul, dkk. Hal 7 : 2018).
Katalis padat yang ramah lingkungan K2O/CaO-ZnO memiliki
keunggulan untuk proses reaksi transesterifikasi meliputi sifat basa
heterogen aktif, kelarutan rendah, kekuatan mekanik yang baik. Dan
dapat digunakan kembali. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
kinetika reaksi transesterifikasi minyak kedelai menjadi biodiesel
menggunakan katalis padat K2O/CaO-ZnO untuk mendapatkan model
persamaan laju reaksi heterogen. Kajian meliputi: prediksi mekanisme
yang sesuai dengan data eksperimen malalui analis ketergantungan
perubahn laju reaksi terhadap perubahan masing-masing reakstan dan
perumusan persamaan akhir laju reaksi. Persamaan laju reaksi yang
dihasilkan dapat dipakai mengikuti mekanisme Elay-Rideal, dimana
methanol yang teradorpsi pada permukaan katalis bereaksi dengan
triglesida (minyak keledai) pada fase cairannya menghasilkan biodiesel
dan gliserol. Persamaan laju reaksi yang diproleh digunakan dalam
perancangan reactor sehingga hubungan antara berat katalis yang
dibutuhkan dengan konversi trigleserida menjadi biodiesel dan
perhitungan voleme reactor yang dibutuhkan dapat dilakukan
(Windarto Ariwibowo, dkk. Hal 1 :2019).
Penelitiaan ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara suhu
dan lama pengukusan terhadap penurunan kandungan kafein dan asam
klorogenet serta menentukan energi aktivasi (Ea) dengan pendekatan
persamaan Arrhenius. Biji kopi robusta masing-masing seberat 750 g
dikukus dalam autoklaf (sistem tertutup) pada suhu 100, 110, dan 120
0
C masing-masing selama 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 jam. Penelitian
dilakukan dengan 3 kali ulangan. Analisis kafein dan asam klorogenat
dilakukan dengan menggunakan HPLC. Pengukusan selama 7 jam.
Penurunan kandungan kafein selama 7 jam pada suhu pengukusan 100,
110, dan 1200C berturut-turut 13%, 18% , dan 25%. Kandungan asam
klogranat mengalami penurunan 37%, 50%, dan 59% berturut-turut
pada suhu 100, 110, dan 1200C. pada semua suhu yang diuji,
penurunan 37%, 50%, dan 59% berturut-turut pada suhu 100,
penurunan kafein mengikuti persamaan y = -0,019x + 0,862, y = -
0,023x + 0,820, dan y = -0,033x + 0,759, sedangakan untuk asam
klogranat mengikuti persamaan y= -0,071x + 1,421, y = -0,089x + 1,
271, dan y = -0,120x + 1,201. Besarnya energy aktivasi penurunan
kofein dan asam klogranat berturut-turut adalah 33,543,66kj/molk dan
31.934,91 kj/molk (Sapto Kuncoro, dkk. Hal 1 :2018).

2.3 ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yang diperlukan dalam praktikum ini, yaitu sebuah
batang pengaduk untuk mengaduk larutan, gelas kimia 50 mL untuk
mengukur prediksi larutan, sebuah hot plate, kertas tempel, pipet
tetes untuk mengambil larutan, sebuah pipet ukur 5 mL untuk
mengukur larutan, tabung reaksi, rak tabung reaksi, sebuah rubber
bulb, dan stopwatch.
Adapun Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu
Aquades (H2O)(l), Larutan Na2S2O3 dengan konsentrasi 0,25 M,
Larutan HCl 0,1 M dan larutan Na2S2O3 0,5 M.

2.4 PROSEDUR PERCOBAAN


Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi. Dibuat larutan Na 2S2O3
dengan batas konsentrasi yaitu 0,025 M, 0,05 M, 0,1 M, 0,15 M dan 0,2
M, setelah itu dimasukkan Na2S2O3 0,25 M kelabu ukur 50 mL dan
diencerkan menggunakan aquades sampai tanda batas, selanjutnya
dimasukkan Na2S2O3 dengan berbagai konsentrasi ke dalam gelas kimia
diatas kertas putih yang sudah diberi tanda silang , selanjutnya
ditambahkan 2 mL HCl 0,1 M pada masing-masing larutan Na2S2O3
kemudian aduk hingga homogeny, selanjunta dicatat waktu sejak
penanmbahan HCl dan diukur dan dicatat dan di buat grafiknya.
Pengaruh suhu terhadap laju reaksi. Siapkan 2 tabung reaksi,
tabung reaksi 1 disisi dengan 10 mL larutan Na2 S2O3 selanjutnya tabung
reaksi 2 diisi dengan 2 mL HCl, selanjutnya dimasukkan kedua tabung
reaksi ke dalam gelas kimia 100 mL yang telah dibering silang pada
bawah gelas kimia, selanjutnya diaduk hingga homogeny dan setelah itu
dicatat waktu sejak penambahan HCl sampai hlang tanda silang dan
diulangi dengan mengguanakan suhu 45, 55, 65, 75derajat celcius.

2.5 HASIL DAN PEMBAHASAN


Praktikum kinetika kimia kali ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh konsentrasi dan suhu terhadap laju reaksi. Laju reaksi
didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau konsentrasi
produk per satuan waktu. Ada enam faktor ynag mempengarui laju
reaksi diantaranya sifat alami reaktan, suhu, kehadiran katalis,
konsentrasi reaktan, tekanan raktan gas , dan wujud partikel molekul,
akan tetapi pada praktikum ini dilakukan percobaan tentang pengaruh
perubahan konsentrasi dan suhu terhadap laju reaksi.
Hasil percobaan pertama pengaruh konsentrasi yakni warna awal
Na2S2O3 bening, warna awal aquades bening, untuk mendapatkan
konsentrasi yang ditentukan dengan menggunakan rumus pengenceran.
Larutan 0,025 M Na2S2O3 dibutuhkan 5 mL Na2S2O3 0,25 M
ditambahkan aquades hingga tanda batas labu ukur 50 mL. selanjutnya
larutan 0,05 M Na2S2O3 dibutuhkan 10 mL Na2S2O3 0,25 M
ditambahkan aquades hingga batas labu ukur 50 mL. larutan 0,1 M
Na2S2O3 dibutuhkan 20 mL Na2S2O3 0,25 M ditambahkan aquades
hingga batas labu ukur 50 mL. larutan 0,15 M Na2S2O3 dibutuhkan 30
mL Na2S2O3 0,25 M ditambahkan aquades hingga batas labu ukur 50
mL. larutan 0,2 M Na2S2O3 dibutuhkan 40 mL Na2S2O3 0,25 M
ditambahkan aquades hingga batas labu ukur 50 mL. Larutan 0,025 M
Na2S2O3 ditambahkan 2 M HCl menjadi keruh setelah 826 detik,
Larutan 0,05 M Na2S2O3 ditambahkan 2 M HCl menjadi keruh setelah
293 detik. Larutan 0,1 M Na2S2O3 ditambahkan 2 M HCl menjadi
keruh setelah 252 detik. Larutan 0,15 M Na2S2O3 ditambahkan 2 M
HCl menjadi keruh setelah 113 detik. Larutan 0,2 M Na2S2O3
ditambahkan 2 M HCl menjadi keruh setelah 49 detik.
Hasil percobaan kedua pengaruh suhu terhadap laju reaksi. Warna
awal Na2S2O3dan HCl bening, suhu awal pemanasan 30 derajat
celcius. Pada suhu 35 derajat celcius membutuhkan waktu 255 detik
untuk menghilangkan tanda silang, Pada suhu 45 derajat celcius
membutuhkan 240 drajat celcius untuk menghilangkan tanda silang,
Pada suhu 55 derajat celcius membutuhkan waktu 195 detik untuk
menghilangkan tanda silang, Pada suhu 65 derajat celcius
membutuhkan waktu 127 detik untuk menghilangkan tanda silang, dan
Pada suhu 75 derajat celcius membutuhkan waktu 65 detik untuk
menghilangkan tanda silang.
Persamaan reaksi: Na2S2O3 (aq) + 2HCl(aq) => 2NaCl (aq) + S(s)
+SO2 (g) + H2O(L). pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi. Berikut
adalah tabel pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi:
No Na2S2O3 (aq) M HCl (aq) M Waktu (s) 1/t
1 0,025 0,1 826 0,001
2 0,05 0,1 293 0,0034
3 0,1 0,1 252 0,0039
4 0,15 0,1 113 0,0088
5 0,2 0,1 49 0,00204
Grafik Hubungan konsentrasi dengan waktu konstan naik

Pengaruh suhu terhadap laju reaksi. Berikut adalah tabel pengaruh


suhu terhadap laju reaksi:
No Na2S2O3 (aq) M HCl (aq) M Suhu 0C ∆𝑡 (s) 1/ t
1 0,5 1 35 255 0,0039
2 0,5 1 45 246 0,0041
3 0,5 1 55 195 0,0051
4 0,5 1 65 127 0,0078
5 0,5 1 75 65 0,0153
Grafik hubungan suhu dengan waktu konstan naik

2.6 KESIMPULAN DAN SARAN


Dari analisis hasil pengamatan diatas pada percobaan pertama
pada percobaan pertama, kami mengguankan larutan Na2S2O3 (aq) 0,025
M yang ditambahnkan HCl dan diaduk diatas kertas yang diberi tanda
silang sampai keruh dan tanda silang hilang pada waktu 826 detik.
Kami melakukan percobaan berturut-turut dan waktu yang diproleh
adalah 293 detik, 252 detik, 113 detik, 49 detik. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa, semakin tinggi konsentrasi, maka semakin cepat
pula laju reaksi suatu larutan.
Sedangkan pada percobaan kedua dalam membuktikan pengaruh
suhu terhadap laju reaksi, kami menggunakan larutan Na2S2O3 (aq) 0,5
M dengan penambhan larutan HCl 1 M danlam pengulangan sampai 5
kali dengan suhu yang berbeda-beda (suhu air panas). Percobaan ini
dilakukan dengan cara mencampurkan HCl pada larutan Na2S2O3 (aq)
ke dalam gelas kimia yang awalnya sudah dipanaskan pada suhu
tertentu menggunakan tabung reaksi, adapun suhu yang digunakan
yaitu (35,45,55,65, dan 75) 0C. dalam percobaan tersebut, diproleh
larutan menjadi keruh di atas kertas bertanda silang berturut-turut
berdasarkan suhu yang digunakan yaitu (255, 240, 195, 127, dan 65)
detik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu yang
digunakan maka semakin cepat laju reaksinnya.
Saran, dalam praktikum ini supa setiap praktikan memerhatikan
larutan dan menggunakan alat dengan semestinya atau sesuai dengan
pemakainnya supaya larutan atau hasil percobaan yang didapatkan
sesuai dengan tujuan dari praktikum ini.

2.7 DAFTAR PUSTAKA


Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Sastrohamidjojo, H. 2012. Kimia dasar Edisi ke-2. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Salawali, R. T, Ibnu, M.Z, Mandasini, Syamsudin, Y. 2017. Kinetika
Reaksi Pembakaran Biobriket Campuran Batubara Dengan
Biomassa. Journal of Chemical processEngineering. Vol.02,
No.02. 25-36.
Kuncoro. S, Lilik S, Joko. N, Rudiati. E.M, 2018. Kinetika Reaksi
Penurunan Kafein Dan Asam Klorogenat Biji Kopi Robusta
Melalui Pengukusan Sistem Tertutup. Agritekch. Vol. 01, No.
38, 105-111.
Ariwibowo. W, AminNugroho, Istadi. 2019. Kinetika Reaksi
Transesterifikasi Minyak Kedelai Menjadi Biodiesel
Menggunakan Katalis Padat Ramah Lingkuan K2o/CaO/ZnO.
Ejournal Undip Teknik. Vol.3, No.40, 136-141.
2.8 LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai